Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan sains untuk anak usia dini, yang meliputi pengertian sains dan pendidikan sains, landasan teori psikologi pendidikan sains untuk anak usia dini, ruang lingkup dan dimensi pendidikan sains, serta prinsip dan karakteristik pendidikan sains untuk anak usia dini.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian sains dan pendidikan sains, landasan teori dan psikologis pendidikan sains untuk anak usia dini, serta urgensi dan ruang lingkup pembelajaran sains bagi anak usia dini.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian sains, landasan teori dan psikologis pendidikan sains untuk anak usia dini, ruang lingkup, prinsip, dan karakteristik pembelajaran sains bagi anak usia dini.
2. Pembelajaran sains penting untuk menumbuhkan sifat kritis, keingintahuan, dan berpikir teratur melalui eksperimen yang menyenangkan pada anak usia dini.
3. Beberapa prinsip pembel
1. Sains merupakan ilmu pengetahuan tentang alam sekitar yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian. 2. Pembelajaran sains pada anak usia dini dilakukan untuk pengenalan dan penguasaan konsep dasar secara sederhana. 3. Pembelajaran sains penting untuk membantu anak menguasai produk, proses, dan nilai-nilai sains.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat pendidikan sains dan urgensi sains untuk tumbuh kembang anak. Pendidikan sains bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam penguasaan konsep sains, proses sains, dan sikap ilmiah. Pembelajaran sains pada anak usia dini diarahkan untuk membantu anak dalam pemecahan masalah, mengembangkan sikap ilmiah, dan meningkatkan minat terhadap sains.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian sains dan pendidikan sains, landasan teori dan psikologis pendidikan sains untuk anak usia dini, serta urgensi dan ruang lingkup pembelajaran sains bagi anak usia dini.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian sains, landasan teori dan psikologis pendidikan sains untuk anak usia dini, ruang lingkup, prinsip, dan karakteristik pembelajaran sains bagi anak usia dini.
2. Pembelajaran sains penting untuk menumbuhkan sifat kritis, keingintahuan, dan berpikir teratur melalui eksperimen yang menyenangkan pada anak usia dini.
3. Beberapa prinsip pembel
1. Sains merupakan ilmu pengetahuan tentang alam sekitar yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian. 2. Pembelajaran sains pada anak usia dini dilakukan untuk pengenalan dan penguasaan konsep dasar secara sederhana. 3. Pembelajaran sains penting untuk membantu anak menguasai produk, proses, dan nilai-nilai sains.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat pendidikan sains dan urgensi sains untuk tumbuh kembang anak. Pendidikan sains bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam penguasaan konsep sains, proses sains, dan sikap ilmiah. Pembelajaran sains pada anak usia dini diarahkan untuk membantu anak dalam pemecahan masalah, mengembangkan sikap ilmiah, dan meningkatkan minat terhadap sains.
Bab 1-15 membahas berbagai aspek pembelajaran sains pada anak usia dini, mulai dari tempat ilmu di tahun-tahun awal, teori belajar terkait, pendekatan untuk meningkatkan pembelajaran sains, hingga perencanaan mengajar sains di tahun pertama."
[Ringkasan]
Aktiviti awal sains untuk kanak-kanak prasekolah memberi tumpuan kepada penerokaan alam
sekitar melalui deria dan eksperimen mudah. Ia membantu membangunkan sikap saintifik dan
kemahiran seperti pemerhatian dan penyelesaian masalah. Topik utama termasuk diri, tumbuhtumbuhan, makanan, haiwan, air dan cahaya. Guru perlu merancang aktiviti bertema yang
menarik minat kanak-kanak untuk memup
Makalah ini membahas tentang peningkatan kemampuan sains pada anak usia dini melalui pembelajaran berbasis alam. Pembelajaran berbasis alam merupakan konsep pendidikan yang mengajak anak belajar langsung di lingkungan alam sekitar untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kreativitas anak. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman sains anak secara menyenangkan.
Dokumen tersebut merangkum capaian pembelajaran kurikulum merdeka belajar mata pelajaran IPAS untuk fase C, yang berfokus pada memperkenalkan sistem dan perangkat yang saling terhubung dalam alam dan kehidupan sosial, serta membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari berdasarkan pemahaman tersebut. Tujuan pembelajaran IPAS adalah membantu peserta didik mengembangkan rasa ingin t
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan sains pada anak melalui permainan sains di TK. Permainan sains bertujuan agar anak dapat mencari informasi di sekitarnya, memenuhi rasa ingin tahu, dan meningkatkan kreativitas melalui pengamatan, eksplorasi, dan percobaan sederhana. Permainan sains memberikan manfaat bagi perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan kreativitas anak.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan pembelajaran di luar ruangan (outdoor learning) untuk meningkatkan perkembangan sains dan kreativitas anak usia dini. Outdoor learning dijelaskan dapat menstimulasi anak untuk bereksplorasi, berinteraksi langsung dengan alam sehingga menghasilkan imajinasi dan ide-ide baru yang merupakan bagian dari kreativitas anak. Namun demikian, lingkungan outdoor seringkali hanya digunakan sebag
Dokumen tersebut membahas capaian pembelajaran kurikulum merdeka belajar untuk mata pelajaran IPAS di fase C. IPAS merupakan gabungan dari IPA dan IPS yang bertujuan membantu peserta didik memahami interaksi antara alam semesta, kehidupan manusia, dan lingkungan sosialnya. Pembelajaran IPAS diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, keterampilan berpikir kritis, serta kemampuan menyeles
KOGNITIF SAINS (PART 1) (SAINS MERUPAKAN ISI PRODUK, SAINS SEBAGAI PROSES, SA...EvaniaYafie
Bagaimana Anda mendefinisikan atau menggambarkan sains? Apa sains?
Apa yang akan Anda ajarkan jika Anda bertanggung jawab untuk pelajaran sains
besok? Apa yang akan dilakukan siswa Anda selama pelajaran sains? Pertanyaanpertanyaan ini dirancang untuk membantu Anda mulai memikirkan tentang sifat
sains. Dulu, sains telah didekati sebagai kumpulan pengetahuan, atau fakta, untuk
diingat dan diulang di kemudian hari.
Menurut Tadkiron Musfiroh(2008: 13), kemampuan kognisi dalam hal ini
diartikan sebagai pengetahuan yang luas daya nalar, kreativitas (daya cipta) serta
daya ingat. Kognisi merupakan konsep yang luas dan inklusif yang berhubungan
dengan kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi dan
menggunakan pengetahuan. Proses utama kognisi meliputi mendeteksi,
mengevaluasi gagasan, menyaring prinsip, membayangkan kemungkinan,
mengatur strategi, berfantasi, bermimpi dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, pengembangan kognitif pada usia 4-
<6 tahun mencakup tiga hal pokok, yaitu pengembangan kognitif yang berkaitan
dengan pengetahuan umum dan sains, pengembangan kognitif yang berkaitan
dengan konsep bentuk, warna, ukuran dan pola serta pengembangan kognitif yang
berkaitan dengan konsep lambang bilangan dan huruf.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan istilah-istilah yang terkait dengan pendidikan, mulai dari asal kata pendidikan dalam bahasa Yunani, Romawi, Jerman, Jawa hingga Inggris beserta penjelasannya. Dokumen ini juga menjelaskan komponen-komponen pendidikan, perbedaan antara pendidikan dan ilmu pendidikan serta unsur-unsur penting dalam pendidikan.
Dokumen tersebut merangkum konsep belajar dan pembelajaran menurut para ahli, karakteristik pembelajaran IPA, ruang lingkup dan tujuan pembelajaran IPA di SD. Dibahas pula definisi IPA, proses dan produk IPA, serta fungsi pembelajaran IPA untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam dan buatan serta mengembangkan sikap ilmiah.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan nonmanusia di Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan dan membagi menjadi ilmu fisik dan biologi. IPA diajarkan di sekolah dasar karena bermanfaat bagi bangsa, mendidik berpikir kritis, dan membentuk karakter anak. Standar kompetensi IPA di sekolah dasar bertujuan membangun kemampuan peserta didik se
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang bagian-bagian pokok kurikulum SD dan hubungannya dengan RPP dan Silabus.
2) Terdapat penjelasan mengenai komponen-komponen Silabus dan RPP serta prinsip-prinsip pengembangannya.
3) Silabus dan RPP merupakan bagian penting dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bab 1-15 membahas berbagai aspek pembelajaran sains pada anak usia dini, mulai dari tempat ilmu di tahun-tahun awal, teori belajar terkait, pendekatan untuk meningkatkan pembelajaran sains, hingga perencanaan mengajar sains di tahun pertama."
[Ringkasan]
Aktiviti awal sains untuk kanak-kanak prasekolah memberi tumpuan kepada penerokaan alam
sekitar melalui deria dan eksperimen mudah. Ia membantu membangunkan sikap saintifik dan
kemahiran seperti pemerhatian dan penyelesaian masalah. Topik utama termasuk diri, tumbuhtumbuhan, makanan, haiwan, air dan cahaya. Guru perlu merancang aktiviti bertema yang
menarik minat kanak-kanak untuk memup
Makalah ini membahas tentang peningkatan kemampuan sains pada anak usia dini melalui pembelajaran berbasis alam. Pembelajaran berbasis alam merupakan konsep pendidikan yang mengajak anak belajar langsung di lingkungan alam sekitar untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kreativitas anak. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman sains anak secara menyenangkan.
Dokumen tersebut merangkum capaian pembelajaran kurikulum merdeka belajar mata pelajaran IPAS untuk fase C, yang berfokus pada memperkenalkan sistem dan perangkat yang saling terhubung dalam alam dan kehidupan sosial, serta membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari berdasarkan pemahaman tersebut. Tujuan pembelajaran IPAS adalah membantu peserta didik mengembangkan rasa ingin t
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan sains pada anak melalui permainan sains di TK. Permainan sains bertujuan agar anak dapat mencari informasi di sekitarnya, memenuhi rasa ingin tahu, dan meningkatkan kreativitas melalui pengamatan, eksplorasi, dan percobaan sederhana. Permainan sains memberikan manfaat bagi perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan kreativitas anak.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan pembelajaran di luar ruangan (outdoor learning) untuk meningkatkan perkembangan sains dan kreativitas anak usia dini. Outdoor learning dijelaskan dapat menstimulasi anak untuk bereksplorasi, berinteraksi langsung dengan alam sehingga menghasilkan imajinasi dan ide-ide baru yang merupakan bagian dari kreativitas anak. Namun demikian, lingkungan outdoor seringkali hanya digunakan sebag
Dokumen tersebut membahas capaian pembelajaran kurikulum merdeka belajar untuk mata pelajaran IPAS di fase C. IPAS merupakan gabungan dari IPA dan IPS yang bertujuan membantu peserta didik memahami interaksi antara alam semesta, kehidupan manusia, dan lingkungan sosialnya. Pembelajaran IPAS diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, keterampilan berpikir kritis, serta kemampuan menyeles
KOGNITIF SAINS (PART 1) (SAINS MERUPAKAN ISI PRODUK, SAINS SEBAGAI PROSES, SA...EvaniaYafie
Bagaimana Anda mendefinisikan atau menggambarkan sains? Apa sains?
Apa yang akan Anda ajarkan jika Anda bertanggung jawab untuk pelajaran sains
besok? Apa yang akan dilakukan siswa Anda selama pelajaran sains? Pertanyaanpertanyaan ini dirancang untuk membantu Anda mulai memikirkan tentang sifat
sains. Dulu, sains telah didekati sebagai kumpulan pengetahuan, atau fakta, untuk
diingat dan diulang di kemudian hari.
Menurut Tadkiron Musfiroh(2008: 13), kemampuan kognisi dalam hal ini
diartikan sebagai pengetahuan yang luas daya nalar, kreativitas (daya cipta) serta
daya ingat. Kognisi merupakan konsep yang luas dan inklusif yang berhubungan
dengan kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi dan
menggunakan pengetahuan. Proses utama kognisi meliputi mendeteksi,
mengevaluasi gagasan, menyaring prinsip, membayangkan kemungkinan,
mengatur strategi, berfantasi, bermimpi dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, pengembangan kognitif pada usia 4-
<6 tahun mencakup tiga hal pokok, yaitu pengembangan kognitif yang berkaitan
dengan pengetahuan umum dan sains, pengembangan kognitif yang berkaitan
dengan konsep bentuk, warna, ukuran dan pola serta pengembangan kognitif yang
berkaitan dengan konsep lambang bilangan dan huruf.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan istilah-istilah yang terkait dengan pendidikan, mulai dari asal kata pendidikan dalam bahasa Yunani, Romawi, Jerman, Jawa hingga Inggris beserta penjelasannya. Dokumen ini juga menjelaskan komponen-komponen pendidikan, perbedaan antara pendidikan dan ilmu pendidikan serta unsur-unsur penting dalam pendidikan.
Dokumen tersebut merangkum konsep belajar dan pembelajaran menurut para ahli, karakteristik pembelajaran IPA, ruang lingkup dan tujuan pembelajaran IPA di SD. Dibahas pula definisi IPA, proses dan produk IPA, serta fungsi pembelajaran IPA untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam dan buatan serta mengembangkan sikap ilmiah.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan nonmanusia di Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan dan membagi menjadi ilmu fisik dan biologi. IPA diajarkan di sekolah dasar karena bermanfaat bagi bangsa, mendidik berpikir kritis, dan membentuk karakter anak. Standar kompetensi IPA di sekolah dasar bertujuan membangun kemampuan peserta didik se
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang bagian-bagian pokok kurikulum SD dan hubungannya dengan RPP dan Silabus.
2) Terdapat penjelasan mengenai komponen-komponen Silabus dan RPP serta prinsip-prinsip pengembangannya.
3) Silabus dan RPP merupakan bagian penting dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas perbedaan pendapat ulama tentang apakah seseorang harus meletakkan tangan atau lutut terlebih dahulu saat bersujud dalam shalat. Ada dalil yang menyebutkan bahwa meletakkan tangan lebih dulu lebih kuat karena didukung oleh hadis-hadis shahih dari Abu Hurairah dan Ibnu 'Umar. Ada juga hadis dari Wail bin Hujr yang lemah yang menyebutkan meletakkan lutut
Dokumen tersebut membahas perbedaan pendapat ulama tentang apakah seseorang harus meletakkan tangan atau lutut terlebih dahulu saat bersujud dalam shalat. Ada dalil yang menyebutkan bahwa meletakkan tangan lebih dulu lebih kuat karena didukung oleh hadis-hadis shahih dari Abu Hurairah dan Ibnu 'Umar. Ada juga hadis dari Wail bin Hujr yang lemah yang menyebutkan meletakkan lutut
Science education for early childhood involves teaching scientific concepts, processes, and attitudes to young children. It focuses on helping children understand science as a systematic process of discovery through observation and experimentation. The goal is to build children's knowledge of scientific principles while also cultivating positive attitudes like curiosity, open-mindedness, and skepticism. Effective science education exposes children to the scientific method in a hands-on way to make discoveries about how the natural world works.
This introduction provides an example of how children can be deeply affected by events in subtle ways that parents may not fully recognize. When the author's daughter took a bus ride on September 11th, she was perceptive of the anxiety and details around her, though she did not express her own feelings for a few days. Her later actions, like turning off news coverage, showed she had processed the tragedy in her own way. The story illustrates that children have inner emotional depths and needs that parents must strive to understand in order to nurture the whole child. Philosophers and psychologists can provide insight into this relationship between a child's surface expressions and hidden inner world.
This document provides an overview of educational design research. It defines educational design research as a genre of research that aims to iteratively develop solutions to practical educational problems while also generating new scientific knowledge. This dual goal of improving practice and advancing theory distinguishes educational design research from other research approaches. The document traces the origins of educational design research to calls for educational research to produce usable knowledge and more ecologically valid methods. It clarifies the nature of educational design research and compares it to related approaches. Finally, it outlines some common characteristics and processes of conducting educational design research.
This document provides an introduction to a book titled "Early Childhood Qualitative Research" edited by J. Amos Hatch. The book contains 13 chapters that discuss qualitative research methodologies that can be applied in early childhood settings, as well as issues that researchers may face. It aims to provide guidance on how to conduct rigorous and meaningful qualitative research in early childhood contexts.
Pemerintah Indonesia berencana memperluas program vaksinasi COVID-19 ke seluruh provinsi. Target vaksinasi akan dicapai dengan melibatkan tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit di seluruh Indonesia untuk membantu proses vaksinasi. Program vaksinasi diperluas untuk mencapai herd immunity sehingga dapat memperlambat dan menghentikan pandemi COVID-19 di Indonesia.
The document discusses activities to develop creativity and fluency in young children. It focuses on the technique of brainstorming, which involves generating many ideas in response to a prompt without evaluation. Three levels of brainstorming activities are described corresponding to ability levels of toddlers, preschoolers, and young school-aged children. The activities aim to nurture children's creativity by valuing their ideas and showing them their contributions are important. Regular practice of brainstorming can help develop fluency, defined as the ability to readily generate many possible solutions or ideas.
The document discusses activities to develop creativity and fluency in young children. It focuses on the technique of brainstorming, which involves generating many ideas in response to a prompt without evaluation. Three levels of brainstorming activities are described corresponding to ability levels of toddlers, preschoolers, and young school-aged children. The activities aim to nurture children's creativity by valuing their ideas and showing them their contributions are important. Regular practice of brainstorming can help develop fluency, defined as the ability to readily generate many possible solutions or ideas.
The document discusses the nature of science by providing a checklist of key characteristics of science and comparing it to Ernest Rutherford's investigation into the structure of the atom. Some key points made are:
- Science asks questions about the natural world and studies natural phenomena through observation, evidence and testing of ideas. It aims to understand the universe and how things work.
- Rutherford's atomic research exemplified the scientific process by using tools to study atoms, which cannot be seen, in order to learn about their structure.
- While science can investigate many topics, it is limited to natural explanations and cannot address supernatural phenomena or concepts outside the natural world.
This document provides a selected bibliography of methodological texts and articles on case study research methods. It lists over 50 sources including seminal books and articles that discuss case study as a research method. The sources cover topics such as designing case studies, ensuring rigor, developing theory from cases, and evaluating and comparing case studies. The bibliography serves as a useful starting point for researchers interested in learning more about case study methodology.
This document discusses creativity in the context of business organizations. It argues that to be creative, one needs originality of ideas, expertise, and motivation. The work environment also plays a significant role in fostering creativity. Specifically, the document outlines that a conducive work environment provides challenges that match employees' skills, freedom in goal-setting and work processes, and sufficient resources like time, money, and space to support creativity. Both individual creative abilities and a supportive work environment are needed to promote creativity in organizations.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
1. HAKIKAT PENDIDIKAN SAINS DAN URGENSI SAINS
UNTUK TUMBUH KEMBANG AUD
Kelompok 3
Dinda Marhamah L (1801574)
Deliya Banondari S (1801693)
Sulis Nurul F (1801755)
Anis Fitria S (1801769)
Gigin Famela (1802227)
Ati Sunarti (1802268)
Anggita Isma J (1805419)
Kholby Abqorisa (1806822)
Ani Sri Handayani (1807392)
2. Pengertian Sains dan
Pendidikan Sains
Dalam bahasa Latin kata "sains" berarti
"pengetahuan". Pengetahuan ilmiah adalah
cara terbaik untuk mendeskripsikan alam
semesta, cara kerjanya dan dari mana asalnya
(Dorling Kindersley, 2012., hlm. 10). Sains
adalah kumpulan pengetahuan yang digunakan
untuk menjelaskan fenomena alam. Pengetahuan
sudah diatur sehingga fakta apa pun dapat
dikonfirmasi dengan mengacu pada fakta lain
yang diketahui sebelumnya.
3. Eshach and Fried (dalam Trundle, thn.
2009) menyatakan bahwa
pembelajaran sains bagi anak usia
dini dapat memberikan pengalaman
positif bagi anak yang membantu
dirinya untuk mengembangkan
pemahaman tentang suatu konsep
sains, mengembangkan kemampuan
berpikir, menanamkan sikap yang
positif, dan memberikan landasan
yang kuat untuk pengembangan
konsep sains di jenjang pendidikan
selanjutnya.
Pembelajaran sains menurut para
ahli :
Menurut Trundle (thn. 2009., hlm.1)
menyatakan bahwa pembelajaran sains
pada pendidikan anak usia dini memberikan
manfaat yang sangat besar untuk berbagai
aspek perkembangan anak, sehingga para
peneliti menekankan betapa pentingnya
pembelajaran sains yang dimulai sejak dini.
4. Menurut Saepudin, A.( Thn. 2011., hlm. 214) menyatakan
bahwa kaitannya dengan program program pembelajaran
sains anak usia dini, sains dapat dikembangkan menjadi
tiga substansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran
sains yang menfasilitasi penguasaan proses sains,
penguasaan produk sains serta program yang menfasilitasi
pengembangan sikap-sikap sains.
5. Landasan Teoritis dan Psikologi
Pendidikan Sains untuk Anak Usia
Dini
M. Solehuddin dan Ihat Hatimah ( thn. 2007) menjelaskan bagaimana anak
berkembang dan menerima pembelajaran sains, yaitu sebagai berikut:
Pengalaman awal bagi anak bersifat kumulatif dalam arti jika suatu
pengalaman jarang terjadi, maka pengalaman tersebut dapat memiliki
pengaruh sedikit. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut sering
terjadi, maka pengaruhnya dapat kuat, kekal dan bahkan bertambah.
6. Belajar pada anak
berlangsung dari
pengetahuan behavioral yang
sederhana ke pengetahuan
simbolik atau
representasional yang lebih
kompleks.
7. Urgensi Sains Penting untuk AUD
Pembelajaran sains bagi anak bukanlah aktivitas
pengenalan dan pengajaran terkait konsep-konsep
sains tertentu pada anak semata, namun merupakan
suatu upaya yang digunakan untuk menstimulasi
aspek perkembangan dan memaksimalkan potensi
yang ada dalam diri anak (Gross, thn. 2012).
Menurut Worms, Shadow and Whirlpools (dalam
Halverson, hlm. 2007) menyatakan terkait manfaat
dari pembelajaran sains untuk anak antara lain
mampu memupuk rasa percaya diri anak dalam
lingkunganya,
memberikan pengalaman penting secara langsung,
mengembangkan konsep dasar pengetahuan alam,
meningkatkan kemampuan mengamati, sehingga
anak mulai terbiasa sejak dini, memperoleh bantuan
dalam memecahkan masalah, mendapat kesempatan
untuk menstimulasikan rasa keingintahuan mereka
dan mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi,
mengembangkan kemampuan sensori, fisik,
intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, serta
kemampuan berbahasa melalui penambahahan
kosakata ketika anak melakukan kegiatan bertanya
dan menjawab pertanyaan.
8. Ruang Lingkup atau Dimensi
Pendidikan Sains
sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 58 tahun 2009 (dalam Mirawati &
Nugraha, thn. 2017., hlm. 5) tentang menu generik pendidikan anak usia dini.
Namun demikian, menyisipkan pembelajaran sains pada program pendidikan anak
usia dini dalam suasana bermain (learning by playing) merupakan sesuatu yang
perlu diperhatikan, sebab karakteristik anak dalam merespon sesuatu selalu
dalam makna sebagai permainan.
9. (Dawson, thn. 2004). Sains dapat dikembangkan menjadi tiga
substansi mendasar :
sains sebagai suatu proses
sains sebagai suatu produk
sains sebagai suatu sikap atau dikenal dengan istilah
sikap keilmuan
10. Berdasarkan The National Science Education Standards (Bosse, dkk,
thn. 2009) menguraikan terkait dengan ruang lingkup pembelajaran
sains bagi anak usia dini, antara lain sebagai berikut:
a. Science as Inquiry.
Pembelajaran sains sebagai proses yang memberikan kesempatan pada
anak untuk memprediksi, menginvestigasi, memperkirakan,
mengelompokkan dan mengembangkan kemampuan anak dalam menemukan
konsep atau teori.
11. b. Physical Science.
Pembelajaran sains sebagai proses memberikan pengalaman langsung pada
anak untuk berinteraksi dengan material sains dan mendorong
keberanian/inisiatif anak untuk mengeksplorasi material sains
tersebut.
c. Life Science.
Pembelajaran sains sebagai proses yang membantu anak untuk dapat
memformulasikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan karakteristik
benda/makhluk hidup dan tak hidup melalui kegiatan
observasi/mengamati.
12. e. Science and Technologi.
Pembelajaran sains meliputi keterkaitan antara sains dan teknologi.
Dalam hal ini, anak dapat membedakan benda yang terbuat alamiah dan
benda buatan manusia.
f. Science in personal and social perspective.
Pembelajaran sains sebagai upaya membawa konsep sains pada perspektif
personal dan sosial.
13. Prinsip dan Karakteristik Pendidikan
Sains AUD
Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
Witherington dan Ausuble ( dalam Nugraha, thn.
2008., hlm. 65-73) yang dapat dijadikan sebagai
prinsip pembelajaran sains antara lain sebagai
berikut:
• Belajar akan berhasil apabila anak melihat
tujuan, dan tujuan itu lahir dari dan dekat
dengan kehidupan anak.
• Kegiatan belajar hendaklah dapat merangsang
seluruh aspek perkembangan anak, baik
jasmani maupun rohani.
• Lingkungan belajar yang diciptakan
hendaklah bermakna dan mengandung
arti bagi anak sehingga membentuk pola
kelakuan yang berguna bagi anak.
• Bantuan belajar yang diberikan adalah
yang menunjang efektivitas dan efisiensi
belajar anak dan dilakukan secara wajar.
• Adanya upaya pengintegrasian
pengalaman belajar sebelumnya dengan
pengalaman baru sehingga menjadi satu
kesatuan pengalaman yang utuh, tidak
mudah lepas atau hilang.
14. • Penyajian belajar hendaklah suatu keseluruhan harus lebih
dulu dimunculkan kemudian baru menuju sesuatu yang lebih
spesifik.
• Belajar selalu dimulai dengan suatu masalahdan
berlangsung sebagai usaha untuk memecahkan masalah
tersebut.
15. DAFTAR PUSTAKA
Bosse. S, Jacobs. G, Anderson, T.L. (2009). Science in The
Air. NAEYC.
Carin, A. and Sund (2002), Teaching Science Through
Discovery Columbus. Ohio: Charles Merril.
Dawson. (2004). Integrated Learning: Planned Curriculum
Units. Australia: Booksheet Pub.
Gross. C., M. (2012). Science Concepts Young Children
Learn Through Water Play. Dimensionsof
Early Childhood Vol 40, No 2, 2012.
Holton & Roller (2000), Foundation of Modern Physical
Sciences, Reading. Massachusets:
AddisonWesley.
Mirawati & Nugraha. (2017). Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Anak Usia Dini Melalui Proses
Berkebun. Early Childhood :Jurnal
Pendidikan., Vol I (1).
Nugraha, Ali. (2008). Pengembangan
Pembelajaran Sains Pada Anak
Usia Dini. Bandung:JILSI Foundation.
Saepudin, A. (2011). Pembelajaran Sains pada
Program Pendidikan Anak
Usia Dini. Jurnal Teknodik.,
XV (2).
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak, Child
development, eleventh edition, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Solehuddin, Ihat Hatimah. (2007). Pendidikan
Anak Usia Dini dalam
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
(penyunting Mohammad Ali, dkk).
Bandung: Pedagogiana press.
Trundle, Kathy. C. (2009). Teaching Science
during the Eraly Childhood
Years. Hampton Brown:
National Geographic.