Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat 3 poin utama:
1. Sejarah perlunya peradilan administrasi di Indonesia karena sistem peradilan masa kerajaan belum terstruktur dan baru terbentuk secara resmi pada tahun 1986.
2. Sengketa hasil pemilu ditangani oleh MK sedangkan sengketa proses pemilu oleh Bawaslu dan PTUN.
3. Unsur-unsur sengketa TUN antara lain penetapan tertulis oleh pej
Hubungan Presiden dengan MK di atur di dalam :
UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ”UU no 48 tahun 2009 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. ”UU no 48 tahun 2009 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, “Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden.”
Berdasarkan ketentuan Pasal 24C UUD 1945 dan UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK), MK mempunyai lima kewenangan. Yakni, menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan hasil pemilu (baik di tingkat nasional maupun pemilihan umum kepala daerah) dan memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden (impeachment).
Hubungan Presiden dengan MK di atur di dalam :
UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ”UU no 48 tahun 2009 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. ”UU no 48 tahun 2009 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, “Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden.”
Berdasarkan ketentuan Pasal 24C UUD 1945 dan UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK), MK mempunyai lima kewenangan. Yakni, menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan hasil pemilu (baik di tingkat nasional maupun pemilihan umum kepala daerah) dan memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden (impeachment).
Sistem Ketatanegaraan Indonesiamelingkup Bentuk Negara adalah Kesatuan, Bentuk Pemerintahan adalah Republik, Sistem Pemerintahan adalah Presidensial, Sistem Politik adalah Demokrasi atau kedaulatan rakyat
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)Abdul Rais P
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undanag-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan Indonesia materi pembelajaran PKn kelas VI diPublikasikan guna mempermudahkan paru guru dan siswa dalam peroses kegiatan pembelajaran semoga bermanfaat.hubungi saya di amran.jaya@yahoo.com
Sistem Ketatanegaraan Indonesiamelingkup Bentuk Negara adalah Kesatuan, Bentuk Pemerintahan adalah Republik, Sistem Pemerintahan adalah Presidensial, Sistem Politik adalah Demokrasi atau kedaulatan rakyat
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)Abdul Rais P
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undanag-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan Indonesia materi pembelajaran PKn kelas VI diPublikasikan guna mempermudahkan paru guru dan siswa dalam peroses kegiatan pembelajaran semoga bermanfaat.hubungi saya di amran.jaya@yahoo.com
Mengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan Produktivitasnyaanrihalfajari
Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah Lembaga Negara yang menjalankan kekuasaan kehakiman. Pada dasarnya, Mahkamah Konstitusi memiliki beberapa kewenangan yang diatur dalam Pasal 7B dan Pasal 24C UUD 1945.
Sejak berdiri pada tahun 2003, sampai saat ini Mahkamah Konstitusi telah menyelesaikan ratusan perkara yang masuk pada Mahkamah Konstitusi. Tentunya penyelesaian perkara tersebut sesuai dengan porsi kewenangan yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
30 syahla aqila
1. Nama : Syahla Aqila
Nim : B021201049
Jawaban:
1. mengenai urgensi perlunya sebuah peradilan administrasi
Dalam system ketatanegaraan Republik Indonesia, terdapat 3 (tiga) pilar kekuasaan,
yaitu kekuasaan Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif (kehakiman). Berkaitan dengan
Kekuasaan Kehakiman, dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 (Perubahan)
UndangUndang Nomor 4 Tahun 2004, ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Peradilan Tata Usaha
Negara merupakan lingkungan peradilan yang terakhir dibentuk, yang ditandai
dengan disahkannya UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986, adapun
pembentukannya bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan Negara dan bangsa
yang sejahtera, aman, tenteram, serta tertib yang menjamin kedudukan warga
masyarakat dalam hukum, serta menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi,
seimbang, serta selaras antara aparatur dibidang tata usaha Negara dengan para
warga masyarakat.
Berdasarkan sejarah urgensi perlunya sebuah peradila adminnistrasi negara karena
System peradilan pada masa kerajaan belum terstruktur, melainkan mengacu pada
keputusan raja berdasar peradilan adat masing-masing kerajaan. Sedangkan pada
masa penjajahan, baik pada penjajahan Belanda maupun Jepang, peradilan TUN
didasari dengan Pasal 134 IS jo,
2. Pasal 2 RO. Pasal 134 ayat (1) IS jo Pasal 2 RO adalah bahwa peradilan hanya
dilakukan oleh kekuasaan kehakiman. Aturan lain yang berlaku yakni Pasal 138 ayat
(1) IS dan Pasal 2 ayat
(2) RO. Kedua pasal tersebut menyatakan perkara-perkara yang menurut sifatnya
atau berdasarkan UU termasuk dalam wewenang pertimbangan kekuasaan
administrasi, tetap ada dalam kewenangannya. Pada tahun 1948 berlaku Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan-Badan
Kehakiman dan Kejaksaan. Yang kemudian lahir dan berlakulah ketentuan Undang-
Undang nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,
dimana dalam Pasal 10 ayat (1) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh pengadilan dalam lingkup peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha Negara.
2. a. Apakah gugatan tersebut sudah benar di ajukan ke PTUN?
Tidak benar, Dalam hal terjadi sengketa hasil pemilu, maka lembaga yang
berwenang menyelesaikannya adalah Mahkamah Konstitusi (MK). untuk
sengketa proses pemilu, lembaga yang berwenang untuk menerima, memeriksa,
dan memutus penyelesaian sengketa proses tersebut adalah Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu) dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Sengketa proses
pemilu adalah sengketa yang terjadi antar- peserta pemilu dan sengketa peserta
pemilu dengan penyelenggara pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU), keputusan KPU Provinsi, dan keputusan KPU
abupaten/Kota. Sedangkan, sengketa (perselisihan) hasil pemilu adalah
perselisihan antara KPU dan Peserta Pemilu mengenai penetapan perolehan
suara hasil Pemilu secara nasional.
3. a. Apakah gugatan tersebut termasuk dalam sengketa TUN?
Iya tetntu saja
b. Jika jawaban nomor 1 adalah iya maka berikan penjelasan dengan
menguraikan unsur- unsur sengketa TUN-nya berdasarkan kasus!
Berdasarkan sengketa Tata Usaha Negara mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Penetapan tertulis;
2. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara;
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara;
4. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Bersifat konkrit, individual dan final; 6. Menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
Dan dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (“UU
Pendidikan Tinggi”). Berdasarkan Undang-Undang ini, perguruan tinggi
swasta (“PTS”) tak sepenuhnya lepas dari tanggung jawab Menteri.
Tentang pendirian misalnya, Pasal 60 ayat (2) UU Pendidikan Tinggi
tegas menyebutkan PTS didirikan setelah mendapat izin Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Selain kewenangan Menteri, Undang-
Undang ini juga menyinggung tentang Badan Penyelenggara.
Dan untuk Rektor Universitas (swasta) dapat dilihat dari penjelasan di atas
bahwa Rektor Universitas Swasta bukanlah pejabat tata usaha negara
sebagaimana
3. dimaksud pasal 1 butir 2 UU No. 5 Tahun 1986. Tetapi majelis
berpandangan lain. Meskipun seorang Rektor diangkat yayasan dan
Senat, tetap ada campur tangan berupa ‘persetujuan' dari Menteri
Pendidikan. Dengan demikian Rektor tersebut dalam menerbitkan
keputusan dikualifisir sebagai Pejabat TUN, oleh karenanya dapat digugat
di PTUN.