Virus mosaik bengkuang (VMB) dapat ditularkan melalui benih dan kutu daun. Penelitian ini menguji efisiensi penularan VMB oleh dua spesies kutu daun, yaitu Aphis craccivora dan Aphis gossypii, dengan menggunakan 1, 3, 5, 7, dan 10 ekor kutu daun. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua spesies kutu daun dapat menularkan VMB secara efisien, dengan mas
Dokumen tersebut membahas tentang virologi yang mencakup pengertian virus, siklus replikasi virus, penyebab penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan, perbedaan virus tumbuhan dan hewan, metode diagnosis virus seperti metode plaque dan postulat Koch beserta penerapannya untuk mendeteksi virus tanaman dan Newcastle disease virus pada unggas.
Penelitian ini menguji efikasi cendawan Beauveria bassiana terhadap berbagai stadia kepik hijau Nezara viridula. Hasilnya menunjukkan bahwa B. bassiana mampu menginfeksi telur kepik hijau hingga 96% dan menyebabkan penundaan waktu menetas hingga 3 hari. Cendawan ini juga toksik terhadap nimfa instar I dan II dengan mortalitas 69-96%. Oleh karena itu, penggunaan B. bassiana direkomendasikan p
Hubungan kerapatan dan panjang trikoma daun kacang tanah terhadap preferensi peletakan telur kutu kebul. Penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara kerapatan trikoma dengan jumlah telur yang diletakkan, dan hubungan positif antara panjang trikoma dengan jumlah telur. Kutu kebul cenderung meletakkan telur pada daun yang memiliki trikoma lebih rapat dan panjang.
Penelitian ini mengkaji penyakit embun tepung pada dua varietas kedelai, Anjasmoro dan Mahameru. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Microsphaera diffusa dan menyebabkan kerusakan daun serta penurunan hasil panen. Varietas Anjasmoro lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding Mahameru.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang uji Postulat Koch untuk mengetahui penularan penyakit tanaman yang disebabkan virus menggunakan metode sap.
2. Metode yang digunakan adalah pengamatan gejala penyakit pada tanaman, pembuatan ekstrak daun yang sakit, dan inokulasi ekstrak tersebut pada tanaman sehat.
3. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona jernih yang menand
Virus memiliki berbagai peran penting dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun menguntungkan. Secara singkat, virus dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti influenza, cacar, campak, hepatitis, polio, herpes, rabies, AIDS, dan Ebola, namun juga berperan dalam evolusi makhluk hidup.
Dokumen tersebut membahas tentang soal-soal virologi yang terkait dengan virus pencernaan, virus SSP dan kulit, virus hepatitis, virus AIDS dan lentivirus, serta cara pencegahan dan pengobatan infeksi virus. Terdapat berbagai pertanyaan mengenai identifikasi virus penyebab penyakit tertentu berdasarkan ciri-cirinya.
Dokumen tersebut membahas tentang virologi yang mencakup pengertian virus, siklus replikasi virus, penyebab penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan, perbedaan virus tumbuhan dan hewan, metode diagnosis virus seperti metode plaque dan postulat Koch beserta penerapannya untuk mendeteksi virus tanaman dan Newcastle disease virus pada unggas.
Penelitian ini menguji efikasi cendawan Beauveria bassiana terhadap berbagai stadia kepik hijau Nezara viridula. Hasilnya menunjukkan bahwa B. bassiana mampu menginfeksi telur kepik hijau hingga 96% dan menyebabkan penundaan waktu menetas hingga 3 hari. Cendawan ini juga toksik terhadap nimfa instar I dan II dengan mortalitas 69-96%. Oleh karena itu, penggunaan B. bassiana direkomendasikan p
Hubungan kerapatan dan panjang trikoma daun kacang tanah terhadap preferensi peletakan telur kutu kebul. Penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara kerapatan trikoma dengan jumlah telur yang diletakkan, dan hubungan positif antara panjang trikoma dengan jumlah telur. Kutu kebul cenderung meletakkan telur pada daun yang memiliki trikoma lebih rapat dan panjang.
Penelitian ini mengkaji penyakit embun tepung pada dua varietas kedelai, Anjasmoro dan Mahameru. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Microsphaera diffusa dan menyebabkan kerusakan daun serta penurunan hasil panen. Varietas Anjasmoro lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding Mahameru.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang uji Postulat Koch untuk mengetahui penularan penyakit tanaman yang disebabkan virus menggunakan metode sap.
2. Metode yang digunakan adalah pengamatan gejala penyakit pada tanaman, pembuatan ekstrak daun yang sakit, dan inokulasi ekstrak tersebut pada tanaman sehat.
3. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona jernih yang menand
Virus memiliki berbagai peran penting dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun menguntungkan. Secara singkat, virus dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti influenza, cacar, campak, hepatitis, polio, herpes, rabies, AIDS, dan Ebola, namun juga berperan dalam evolusi makhluk hidup.
Dokumen tersebut membahas tentang soal-soal virologi yang terkait dengan virus pencernaan, virus SSP dan kulit, virus hepatitis, virus AIDS dan lentivirus, serta cara pencegahan dan pengobatan infeksi virus. Terdapat berbagai pertanyaan mengenai identifikasi virus penyebab penyakit tertentu berdasarkan ciri-cirinya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengamatan virus pada bakteri dengan metode plaque. Metode ini digunakan untuk mengetahui adanya virus pada sampel yang melisiskan bakteri. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona jernih yang mengindikasikan lisis bakteri akibat infeksi virus, sedangkan hasil negatif tidak menunjukkan adanya zona jernih. Sampel diambil dari limbah ternak untuk mencari virus yang menginfeksi hewan tersebut.
Virus merupakan partikel aseluler yang membutuhkan sel inang untuk bereplikasi. Mereka memiliki DNA atau RNA tetapi tidak memiliki organel. Virus dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan, dan tanaman melalui siklus litik atau lisogenik. Beberapa virus bermanfaat seperti membantu produksi vaksin, sementara yang lain berbahaya seperti menyebabkan influenza, polio, dan AIDS.
Virus memiliki berbagai peranan bagi kehidupan. Beberapa virus dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti influenza, cacar, campak, hepatitis, polio, herpes, rabies, AIDS, Ebola, dan dengue. Namun, ada juga virus yang berguna bagi kehidupan seperti virus yang membantu proses fermentasi pada makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah penemuan virus, struktur dan sifat virus, peranan virus dalam kehidupan manusia, pengklasifikasian virus, dan reproduksi virus. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa virus merupakan organisme subselular yang hanya dapat bereproduksi di dalam sel inang, dan terdiri atas bahan genetik yang terbungkus oleh kapsid protein. Virus dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia
Laporan ini merangkum hasil praktikum bakteriologi pertanian yang dilakukan oleh mahasiswa bernama Yuricha Kusumawardani. Laporan ini membahas tentang isolasi bakteri penyebab penyakit tanaman, identifikasi karakteristik bakteri, dan uji patogenisitas bakteri untuk mengetahui penyebab penyakit tanaman."
Dokumen tersebut membahas tentang virus, mulai dari ciri-ciri, struktur, reproduksi, replikasi, perbedaan antara daur litik dan lisogenik, contoh virus yang merugikan bagi tumbuhan, hewan, dan manusia beserta gejala dan cara penularannya. Tujuan pembelajaran adalah memahami tentang virus.
Dokumen ini membahas tentang virus, termasuk struktur, siklus reproduksi, klasifikasi, peran, dan contoh virus seperti flu burung. Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme dan memiliki struktur seperti kapsid protein yang mengelilingi DNA atau RNA. Virus dapat bereproduksi melalui siklus litik atau lisogenik dan diklasifikasi berdasarkan konten asam nukleat, bentuk, keberadaan selubung,
Virus merupakan peralihan antara benda tak hidup dengan makhluk hidup (metaorganisme). Virus memiliki ciri berukuran mikroskopis, tak dapat bergerak sendiri, bersifat parasit intraseluler obligat (artinya hanya dapat hidup pada sel inang), pada umumnya bersifat merugikan
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)UNESA
Virologi merupakan sudi mengenai virus. Virus adalah orgaisme terkecil yang berperan dalam penyebaran penyakit dengan menginfeksi sel dan mengakibatkan perubahan yang membahayakan sel sampai mematikan sel. Salah satu jenis virus yang membahayakan adalah Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) yang mampu menginfeksi insecta, salah satunya adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) dalam menginfeksi ulat grayak (Spodoptera litura) dengan perantara pakan buatan yang telah diinfeksi virus Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV). Data yang diperoleh berupa 1. Memperbanyak virus dengan metode infeksi secara in vivo 2. Pemurnian virus dilakukan dengan menghaluskan ulat yang terinfeksi menggunakan mortal kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000× 3. Perhitungan virus dengan menggunakan haemachytometer. Hasil dari penelitian ini adalah dari total 187 ekor ulat, banyaknya ulat yang mati instar 5 sebanyak 8 ekor, instar 6 sebanyak 27 ekor, dan instar 7 sebanyak 30 ekor, sisanya disebabkan karena beberapa hal yakni, mati diinstar karena virus dan bakteri. Jumlah virus yang paling banyak terdapat pada supernata instar ke-6 dan pelet instar ke-7 yaiu sebesar 1,04 x 107.
Dokumen tersebut membahas tentang bakteri pathogen pada ikan. Bakteri dapat menyebabkan berbagai penyakit pada ikan seperti vitiligo, fin rot, bacterial gill rot, columnaris, aeromonas, dan dropsy yang ditandai dengan gejala klinis seperti noda putih, pembusukan sirip dan ekor, pendarahan, serta penumpukan cairan. Dokumen juga menjelaskan taksonomi ikan mas koki dan ikan komet serta faktor-faktor yang memp
Trinity Kings World Leadership: Humility: The Mark of Leaders Who Finishes WellTerrell Patillo
1 Chronicles 17New International Version (NIV)
God’s Promise to David
17 After David was settled in his palace, he said to Nathan the prophet, “Here I am, living in a house of cedar, while the ark of the covenant of the Lord is under a tent.”
2 Nathan replied to David, “Whatever you have in mind, do it, for God is with you.”
3 But that night the word of God came to Nathan, saying:
4 “Go and tell my servant David, ‘This is what the Lord says: You are not the one to build me a house to dwell in. 5 I have not dwelt in a house from the day I brought Israel up out of Egypt to this day. I have moved from one tent site to another, from one dwelling place to another. 6 Wherever I have moved with all the Israelites, did I ever say to any of their leaders[a] whom I commanded to shepherd my people, “Why have you not built me a house of cedar?”’
7 “Now then, tell my servant David, ‘This is what the Lord Almighty says: I took you from the pasture, from tending the flock, and appointed you ruler over my people Israel. 8 I have been with you wherever you have gone, and I have cut off all your enemies from before you. Now I will make your name like the names of the greatest men on earth. 9 And I will provide a place for my people Israel and will plant them so that they can have a home of their own and no longer be disturbed. Wicked people will not oppress them anymore, as they did at the beginning 10 and have done ever since the time I appointed leaders over my people Israel. I will also subdue all your enemies.
Dokumen tersebut membahas tentang pengamatan virus pada bakteri dengan metode plaque. Metode ini digunakan untuk mengetahui adanya virus pada sampel yang melisiskan bakteri. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona jernih yang mengindikasikan lisis bakteri akibat infeksi virus, sedangkan hasil negatif tidak menunjukkan adanya zona jernih. Sampel diambil dari limbah ternak untuk mencari virus yang menginfeksi hewan tersebut.
Virus merupakan partikel aseluler yang membutuhkan sel inang untuk bereplikasi. Mereka memiliki DNA atau RNA tetapi tidak memiliki organel. Virus dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan, dan tanaman melalui siklus litik atau lisogenik. Beberapa virus bermanfaat seperti membantu produksi vaksin, sementara yang lain berbahaya seperti menyebabkan influenza, polio, dan AIDS.
Virus memiliki berbagai peranan bagi kehidupan. Beberapa virus dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti influenza, cacar, campak, hepatitis, polio, herpes, rabies, AIDS, Ebola, dan dengue. Namun, ada juga virus yang berguna bagi kehidupan seperti virus yang membantu proses fermentasi pada makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah penemuan virus, struktur dan sifat virus, peranan virus dalam kehidupan manusia, pengklasifikasian virus, dan reproduksi virus. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa virus merupakan organisme subselular yang hanya dapat bereproduksi di dalam sel inang, dan terdiri atas bahan genetik yang terbungkus oleh kapsid protein. Virus dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia
Laporan ini merangkum hasil praktikum bakteriologi pertanian yang dilakukan oleh mahasiswa bernama Yuricha Kusumawardani. Laporan ini membahas tentang isolasi bakteri penyebab penyakit tanaman, identifikasi karakteristik bakteri, dan uji patogenisitas bakteri untuk mengetahui penyebab penyakit tanaman."
Dokumen tersebut membahas tentang virus, mulai dari ciri-ciri, struktur, reproduksi, replikasi, perbedaan antara daur litik dan lisogenik, contoh virus yang merugikan bagi tumbuhan, hewan, dan manusia beserta gejala dan cara penularannya. Tujuan pembelajaran adalah memahami tentang virus.
Dokumen ini membahas tentang virus, termasuk struktur, siklus reproduksi, klasifikasi, peran, dan contoh virus seperti flu burung. Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme dan memiliki struktur seperti kapsid protein yang mengelilingi DNA atau RNA. Virus dapat bereproduksi melalui siklus litik atau lisogenik dan diklasifikasi berdasarkan konten asam nukleat, bentuk, keberadaan selubung,
Virus merupakan peralihan antara benda tak hidup dengan makhluk hidup (metaorganisme). Virus memiliki ciri berukuran mikroskopis, tak dapat bergerak sendiri, bersifat parasit intraseluler obligat (artinya hanya dapat hidup pada sel inang), pada umumnya bersifat merugikan
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)UNESA
Virologi merupakan sudi mengenai virus. Virus adalah orgaisme terkecil yang berperan dalam penyebaran penyakit dengan menginfeksi sel dan mengakibatkan perubahan yang membahayakan sel sampai mematikan sel. Salah satu jenis virus yang membahayakan adalah Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) yang mampu menginfeksi insecta, salah satunya adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) dalam menginfeksi ulat grayak (Spodoptera litura) dengan perantara pakan buatan yang telah diinfeksi virus Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV). Data yang diperoleh berupa 1. Memperbanyak virus dengan metode infeksi secara in vivo 2. Pemurnian virus dilakukan dengan menghaluskan ulat yang terinfeksi menggunakan mortal kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000× 3. Perhitungan virus dengan menggunakan haemachytometer. Hasil dari penelitian ini adalah dari total 187 ekor ulat, banyaknya ulat yang mati instar 5 sebanyak 8 ekor, instar 6 sebanyak 27 ekor, dan instar 7 sebanyak 30 ekor, sisanya disebabkan karena beberapa hal yakni, mati diinstar karena virus dan bakteri. Jumlah virus yang paling banyak terdapat pada supernata instar ke-6 dan pelet instar ke-7 yaiu sebesar 1,04 x 107.
Dokumen tersebut membahas tentang bakteri pathogen pada ikan. Bakteri dapat menyebabkan berbagai penyakit pada ikan seperti vitiligo, fin rot, bacterial gill rot, columnaris, aeromonas, dan dropsy yang ditandai dengan gejala klinis seperti noda putih, pembusukan sirip dan ekor, pendarahan, serta penumpukan cairan. Dokumen juga menjelaskan taksonomi ikan mas koki dan ikan komet serta faktor-faktor yang memp
Trinity Kings World Leadership: Humility: The Mark of Leaders Who Finishes WellTerrell Patillo
1 Chronicles 17New International Version (NIV)
God’s Promise to David
17 After David was settled in his palace, he said to Nathan the prophet, “Here I am, living in a house of cedar, while the ark of the covenant of the Lord is under a tent.”
2 Nathan replied to David, “Whatever you have in mind, do it, for God is with you.”
3 But that night the word of God came to Nathan, saying:
4 “Go and tell my servant David, ‘This is what the Lord says: You are not the one to build me a house to dwell in. 5 I have not dwelt in a house from the day I brought Israel up out of Egypt to this day. I have moved from one tent site to another, from one dwelling place to another. 6 Wherever I have moved with all the Israelites, did I ever say to any of their leaders[a] whom I commanded to shepherd my people, “Why have you not built me a house of cedar?”’
7 “Now then, tell my servant David, ‘This is what the Lord Almighty says: I took you from the pasture, from tending the flock, and appointed you ruler over my people Israel. 8 I have been with you wherever you have gone, and I have cut off all your enemies from before you. Now I will make your name like the names of the greatest men on earth. 9 And I will provide a place for my people Israel and will plant them so that they can have a home of their own and no longer be disturbed. Wicked people will not oppress them anymore, as they did at the beginning 10 and have done ever since the time I appointed leaders over my people Israel. I will also subdue all your enemies.
The document is a scanned receipt from a grocery store listing items purchased including milk, eggs, bread, and cheese. The total for the grocery purchase came to $23.45 after tax. The receipt provides a breakdown of the pre-tax and post-tax totals as well as the date and time of purchase.
Trinity Kings World Leadership: The Law of the Picture: God Holds His People ...Terrell Patillo
Amos 3:1Amplified Bible (AMP)
All the Families Are Guilty
3 Hear this word that the Lord has spoken against you, O children of Israel, against the whole family which I brought up from the land of Egypt:
Amos 3:2Amplified Bible (AMP)
2
“I have known [chosen, cared for, and loved] only you of all the families of the earth;
Therefore I shall punish you for all your wickedness.”
Trinity Kings World Leadership: Correct Christian ConfrontationTerrell Patillo
Proverbs 24:11-12
New Living Translation (NLT)
11 Rescue those who are unjustly sentenced to die;
save them as they stagger to their death.
12 Don’t excuse yourself by saying, “Look, we didn’t know.”
For God understands all hearts, and he sees you.
He who guards your soul knows you knew.
He will repay all people as their actions deserve.
James 5:19-20
New Century Version (NCV)
Saving a Soul
19 My brothers and sisters, if one of you wanders away from the truth, and someone helps that person come back, 20 remember this: Anyone who brings a sinner back from the wrong way will save that sinner’s soul from death and will cause many sins to be forgiven.
A historical comparison of workflow engine solutions in the Zope/Plone community. Required workflow engine features are identified and explained. The presentation ends with a demonstration of the Shoobx Workflow system.
Trinity Kings World Leadership: Rec'd by Acting Western District Attorney Gen...Terrell Patillo
The United States Attorney's Office has received and reviewed a letter from Terrell Patillo. The office explains that its function is to litigate cases on behalf of the federal government, not independently investigate claims from the public. Federal law enforcement agencies investigate cases and refer them to the U.S. Attorney's Office for potential prosecution. An informational pamphlet is enclosed to direct Patillo to the appropriate agency that can handle his concern. Enclosed documents are also returned with the response.
Trinity Kings World Leadership: A Leader's Heart Devotional(*Leadership Playb...Terrell Patillo
1 Samuel 9:6Amplified Bible (AMP)
6 The servant said to him, “Look here, in this city there is a man of God, and the man is held in honor; everything that he says comes true. Now let us go there; perhaps he can advise us about our journey [and tell us where we should go].”
(former) attorney Milton Raiford committs mail fraud against Veterans and the...Terrell Patillo
Proverbs 24:8Amplified Bible (AMP)
8
He who plans to do evil
Will be called a schemer or deviser of evil.
Proverbs 19:5Amplified Bible (AMP)
5
A false witness will not go unpunished,
And he who breathes out lies will not escape.
Proverbs 22:12Easy-to-Read Version (ERV)
12 The Lord watches over true knowledge, and he opposes those who try to deceive others.
2 Timothy 3:921st Century King James Version (KJ21)
9 But they shall proceed no further, for their folly shall be manifest unto all men and women.
Proverbs 28:10
Amplified Bible (AMP)
10
He who leads the upright astray on an evil path
Will himself fall into his own pit,
But the blameless will inherit good.
This document lists exhibition portfolio details for various clients showing the client name, event name, and total area booked for each exhibition. Some of the key clients listed include Hidromek, FDC Lenova, Grass Valley, AITIS, Statoil, Quick Heal, United Technical Services, Balck Berry, and Statoil. The events range from industry events like Gitex, IDEX, and Adipec to country-specific events in places like Angola, Tanzania, and the UAE. The total areas booked range from 4 to 360 square meters.
The document discusses medical leave amounts that employers in Romania must pay and then recover from the National Social Health Insurance fund. It explains that employers must deduct medical leave amounts from their monthly insurance contributions and any remaining amounts can be recovered by filing a recovery file with the Health Insurance House within 90 days. The file must include forms like a request letter, leave certificate reports, tax returns, and a detailed medical leave indemnities report. Following up on the process periodically is recommended to ensure the funds are actually recovered.
Shivani Chauhan's curriculum vitae summarizes her objective to enhance her skills and apply her expertise professionally. It lists her completed interior design projects including using a Bengali theme in a flat design and space-saving furniture models. She has 4 months of experience each at LOOQS ENGINEER PVT. LTD as an AutoCAD Engineer and at STONERA as a Designer, and currently works at C5 Design as a Designer with 7 months of experience. She holds a Diploma in Interior Designing and is proficient in AutoCAD, 3D Max, Photoshop, and Microsoft Office. Her interests include basketball, reading, and interacting with people.
Postulat Koch digunakan untuk mendeteksi virus pada tanaman kacang panjang. Berdasarkan hasil percobaan, diamati gejala serupa pada tanaman yang diinokulasi SAP dibandingkan kontrol, sehingga terbukti adanya virus penyebab penyakit."
Virus tungro disebabkan oleh dua jenis virus, yaitu Rice Tungro Bacilliform Virus dan Rice Tungro Spherical Virus. Kedua virus ini menginfeksi tanaman padi secara bersama-sama dan menyebarkan melalui wereng hijau sebagai vektor. Gejala infeksi antara lain tanaman menjadi kerdil, daun berwarna kuning, dan panen berkurang. Langkah pencegahan meliputi tanam serentak, varietas tahan, pemusnahan tanaman sak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi telur cacing penyebab penyakit "Soil Transmitted Helminthiasis" pada spesimen tinja siswa SDN 01 Ngajum Kabupaten Malang. Hasilnya menunjukkan bahwa 25% dari 40 sampel tinja positif mengandung telur cacing tersebut, sementara 75% negatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa 9 dari siswa terinfeksi cacing akibat kondisi sanitasi dan higiene yang kur
Dokumen ini membahas tentang hama jahe dan strategi pengendaliannya. Dua hama utama jahe adalah lalat rimpang Mimegralla coeruleifrons dan kutu perisai Aspidiella hartii. Lalat rimpang menyerang rimpang jahe dan dapat menularkan penyakit, sementara kutu perisai menyerang berbagai bagian tanaman dengan mengisap nutrisi. Strategi pengendaliannya meliputi sanitasi, pemilihan varietas tahan hama dan penyakit
Dokumen tersebut membahas tentang parasitologi, termasuk istilah-istilah yang digunakan dalam parasitologi seperti parasitisme, hospes, vektor, zoonosis, serta menjelaskan morfologi dan daur hidup beberapa jenis nematoda (cacing) yang menginfeksi manusia seperti Ascaris lumbricoides, cacing tambang, Enterobius vermicularis, serta Trichuris trichura.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Strategi penanggulangannya meliputi penguatan diagnosa dan penatalaksanaan pasien, pengawasan epidemiologi, serta pengendalian vektor melalui pemberdayaan masyarakat dalam menerapkan program 3M Plus dan larvasida.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) yang merupakan hama, patogen, dan gulma yang dapat merusak tanaman budidaya. OPT utama pada beberapa komoditas pangan seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah antara lain penggerek batang, wereng, tikus, dan penyakit-penyakit tertentu. Dokumen juga menjelaskan beberapa teknik pengendalian OPT seperti tanam seremp
Similar to 3. agrovigor-sept-2010-vol-3-no-2-efisiensi-penularan-virus-mozaik-tri-asmira- (20)
1. 101
EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK BENGKUANG DENGAN
Aphis craccivora Koch. DAN A. gossypii Glover.
Tri Asmira Damayanti*, Endah Muliarti*, Dewi Sartiami*
*Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB
Jl. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
triadys@yahoo.com
ABSTRACT
Yambean mosaic virus is the most
important virus infecting yam bean in Indonesia.
The virus were transmitted either mechanically or
via aphid. This study to test the transmission
efficiency of the virus via A. craccivora and A.
gossypii by using different number of aphid such
1, 3, 5, 7, and 10 for each treatment. To determine
the transmission efficiency, incubation period,
type of symptom and incidence were used as
parameter. Transmission of virus by A. craccivora
showed incidence range 90 to 100%, significant
differences in incubation time of 1 aphid
compared to other treatments and showed severe
leaf mosaic, vein-banding and severe leaf
malformation such as string. However, the
incidence of transmission of virus by A. gossypii
was range 70 to 100%, with longer incubation
period in compare with A. craccivora. There was
no significant differences of incubation period
among treatments by A. gossypii. The infected
plants showed leaf malformation, vein-banding,
wrinkle and blotch on the leaves. Based on these,
both aphids species could transmitted virus
efficiently, and among them A. craccivora
considerate has higher ability as efficient insect
vector to transmit the virus in compare with A.
gossypii.
Keywords : Yam bean mosaic virus,
Transmission, Aphid, Yam bean
ABSTRAK
Virus mosaik bengkuang (VMB)
merupakan virus penting pada bengkuang di
Indonesia. Selain dapat ditularkan secara mekanik,
VMB dapat ditularkan melalui kutudaun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efisiensi penularan VMB menggunakan Aphis
craccivora dan A. gossypii dengan menggunakan
1, 3, 5, 7 dan 10 ekor kutudaun. Peubah yang
diamati adalah masa inkubasi, tipe gejala, dan
kejadian penyakit. Penularan virus dengan kedua
spesies kutu daun dengan jumlah satu ekor sudah
cukup efisien untuk menularkan VMB. Penularan
dengan A. craccivora menunjukkan kejadian
penyakit sekitar 90-100%, menunjukkan
perbedaan masa inkubasi antara satu ekor dengan
3, 5, 7, dan 10 ekor, dan tipe gejala yang
ditimbulkan oleh A. craccivora adalah mosaik,
penebalan tulang daun dan malformasi daun yang
parah dengan bentuk daun mengecil dan
memanjang menyerupai tali. Penularan dengan
A.gossypii menunjukkan kejadian penyakit 70-
100%, tidak ada perbedaan masa inkubasi antar
perlakuan, namun lebih masa inkubasi lebih
panjang dibandingkan penularan dengan A.
craccivora. Tipe gejala hasil penularan dengan A.
gossypii adalah mosaik, penebalan tulang daun
dan malformasi daun dengan permukaan daun
berkerut dan seperti lepuhan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua spesies kutudaun
dapat menjadi vektor yang efisien dalam
menularkan VMB dan diantara keduanya A.
craccivora memiliki kemampuan sebagai
serangga vektor yang lebih efisien sebagai vektor
virus VMB dibandingkan dengan A. gossypii.
Kata Kunci : VMB, Penularan, Kutudaun,
Bengkuang
PENDAHULUAN
Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L.)
merupakan tanaman pertanian yang umbinya
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan bahan
AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 2 SEPTEMBER 2010 ISSN 1979 - 5777
2. 102
kosmetik, sedangkan biji bengkuang sebagai
bahan pestisida nabati untuk mengendalikan hama
tanaman. Bengkuang memiliki nilai ekonomi yang
tinggi, tetapi perhatian terhadap tanaman ini
masih rendah. Padahal budidaya bengkuang bila
dilakukan dengan optimal akan memberikan
keuntungan yang tidak kecil bagi petani.
Pembudidayaan bengkuang tidak terlepas
dari adanya berbagai hambatan, baik faktor
abiotik maupun biotik. Faktor abiotik diantaranya
kondisi lahan, suhu, kelembaban udara, kesuburan
tanah, dan ketersediaan air. Faktor biotik salah
satunya adalah gangguan hama dan penyakit
tanaman. Penyakit yang menyerang bengkuang
umumnya adalah mosaik. Menurut Damayanti et
al. (2007) virus mosaik bengkuang sudah
menyebar tidak hanya di pertanaman bengkuang
di Jawa Barat, tetapi juga di Jawa Tengah
(Prembun) yang merupakan sentra produksi
bengkuang.
Virus mosaik bengkuang (VMB)
disebabkan oleh BCMV (Bean common mosaic
virus isolat Iybn) (Damayanti et al. 2008).
Bengkuang diperbanyak sendiri oleh petani tanpa
memperhatikan tanaman yang akan diambil
bijinya sehat atau tidak dan menganggap gejala
mosaik merupakan hal yang umum. Sehingga
tingginya intensitas serangan di lapang karena
VMB dapat terbawa melalui benih (Damayanti et
al 2007; Damayanti et al. 2008). Sorensen (1996)
melaporkan bahwa di Tonga, Costa Rica, Ekuador,
dan Thailand lima spesies tanaman bengkuang
dan satu spesies bengkuang liar dapat diinfeksi
oleh BCMV.
BCMV dapat ditularkan melalui benih, jika
tanaman induk terinfeksi pada saat tanaman masih
muda, dengan efisiensi mencapai 83%. BCMV
juga dapat ditularkan oleh beberapa spesies kutu
daun (Shukla et al., 1994; Agrios 2005). Menurut
Nurlaelah (2006), VMB dapat ditularkan oleh 3
spesies kutu daun (A. craccivora, A. gossypii, A.
glycines), namun demikian belum diketahui
efisiensi penularan dengan kutu daun ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efisiensi penularan virus mosaik bengkuang
(VMB) oleh dua spesies kutu daun yaitu Aphis
craccivora dan Aphis gossypii. Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui jumlah kutu daun yang mampu
menularkan VMB secara efisien sebagai informasi
dasar penentuan waktu pengendalian dan
informasi yang bermanfaat dalam penelitian yang
berkaitan dengan virus ini.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah
tanah, pupuk kandang, benih bengkuang varietas
lokal Cipondoh, kurungan serangga, sungkup
plastik, cawan petri, kuas, kapas, daun talas,
kutudaun Aphis craccivora dan Aphis gossypii,
tanaman cabai, tanaman kacang panjang, plate
ELISA, ELISA reader, dan antiserum Potyvirus,
bufer-bufer ELISA.
Metode Penelitian
Sumber Inokulum
Sumber inokulum tanaman sakit diambil
dari pertanaman bengkuang di Bubulak, Bogor.
Inokulum diperbanyak dengan cara menularkan
virus ke tanaman sehat menggunakan kutu daun A.
craccivora. Selanjutnya tanaman dipelihara di
rumah kaca sebagai sumber inokulum.
Identifikasi dan Pembiakan Kutu daun
Kutu daun yang digunakan adalah A.
craccivora dan A. gossypii stadia imago. Sebelum
dibiakkan pada masing-masing tanaman inang
(kacang panjang dan cabai), kutu daun
diidentifikasi menurut metode Blackman &
Eastop (2000). Identifikasi dilakukan berdasarkan
morfologi kutu daun yang tidak bersayap dengan
karakter yang diamati antara lain kepala, abdomen,
sifunkuli, kauda, dan jumlah rambut pada kauda.
Kedua imago kutu daun tersebut
diperbanyak pada masing-masing tanaman
inangnya yang ditanam pada polibag berukuran
15x15 cm dengan media tanah, dan dimasukkan
ke dalam kurungan serangga berukuran 2x1 m.
Pembebasan Kutu daun dari Virus dan
Perbanyakan Vektor
Imago kedua spesies kutu daun A.
craccivora dan A. gossypii sebelum digunakan
dibebasviruskan pada daun talas yang sehat. Daun
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang
3. 103
talas dicuci, kemudian tangkainya dibalut kapas
basah dan diletakkan pada cawan petri.
Satu cawan petri berisi satu spesies kutu
daun, lalu kutu daun dipindahkan dengan kuas
gambar yang telah dibasahi sedikit air pada
permukaan daun talas bagian bawah yang berada
dalam cawan petri. Cawan petri ditutup dan
dibiarkan imago tersebut berkembang biak.
Kutu daun baru lahir (nimfa) berasal dari
imago yang dibebasviruskan pada daun talas
kemudian dipindahkan ke daun tanaman inang
sehat dan dibiarkan berkembang biak. Kutu daun
ini yang digunakan sebagai vektor.
Penularan Virus dengan Vektor Kutu daun
Benih bengkuang berasal dari daerah
Bojong Tengah, Bogor kultivar lokal Cipondoh
ditanam dalam polibag berukuran 20 x 20 cm
pada media tumbuh terdiri dari campuran tanah
dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
Tiap polibag ditanami empat benih bengkuang
dan setelah berumur 1 minggu, dipilih satu bibit
yang baik untuk dipakai dalam pengujian.
Imago kutu daun A. craccivora dan A.
gossypii dipuasakan selama 1 jam, kemudian
dipindahkan pada tanaman bengkuang sakit
(periode makan akuisisi) selama 2 jam. Efisiensi
penularan virus non-persisten oleh kutu daun
meningkat, jika kutu daun dilaparkan beberapa
saat sebelum periode makan akuisisi pada
tanaman yang terinfeksi virus. Kutudaun yang
dipuasakan terlebih dulu dapat dengan cepat
mengenal daun dibandingkan kutudaun yang tidak
dipuasakan sebelumnya (Matthews 1970; Walkey
1991). Selanjutnya kutudaun dipindahkan pada
tanaman bengkuang sehat. Adapun perlakuan
jumlah kutudaun yang digunakan masing-masing
sebanyak 1, 3, 5, 7, dan 10 ekor. Tiap tanaman
disungkup dengan sungkup plastik dan kutudaun
dibiarkan pada tanaman uji tersebut selama 24
jam (periode makan inokulasi). Setelah 24 jam
kutudaun dimatikan dengan cara mekanis.
Peubah Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada hari ke-1
sampai hari ke-30 setelah inokulasi. Parameter
pengamatan adalah waktu inkubasi, tipe gejala,
dan kejadian penyakit. Waktu inkubasi dihitung
dari waktu inokulasi sampai munculnya gejala
pada daun diketahui dengan pengamatan gejala
setiap hari. Kejadian penyakit dihitung
menggunakan rumus :
KP = n/N
Keterangan: n : jumlah tanaman yang
bergejala
N : jumlah tanaman yang diamati
Deteksi Serologi dengan ELISA (Enzyme
Linked Immunosorbent Assay)
ELISA dilakukan terhadap tanaman hasil
penularan yang tidak menunjukkan gejala untuk
konfirmasi kejadian penyakit. ELISA
menggunakan metode ACP ELISA (Antigen
Coated Plate ELISA) menggunakan antiserum
universal untuk Potyvirus dengan prosedur sesuai
manual yang direkomendasikan pembuatnya
(DSMZ).
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam pengujian adalah RAL (Rancangan Acak
Lengkap) dengan satu faktor. Data yang diperoleh
dianalisis dengan program SAS versi 6.12.
Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut
dengan uji perbandingan berganda Duncan pada
selang kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Antara Jumlah Kutu daun dan
Masa Inkubasi VMB
Berdasarkan hasil penelitian pada
tanaman bengkuang, gejala awal yang muncul
terlihat jelas pada daun yaitu daun menjadi
melengkung keatas atau ke bawah, semakin hari
lekukannya semakin jelas, akhirnya daun
mengerut dan keriting pada bagian tengahnya.
Tanaman bengkuang belum menghasilkan bunga
dan polong hingga 4 minggu pengamatan.
Menurut Agrios (2005) gejala awal daun
yang terinfeksi BCMV adalah daun menjadi
bergelombang dan selanjutnya warna daun
menjadi berubah dan tidak merata, seiring dengan
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang
4. 104
berjalannya waktu daun melengkung ke bawah
dan ke atas, selanjutnya daun terlihat mengerut
dan tahap selanjutnya terjadi mosaik, malformasi
daun, dan green vein banding (penebalan di
sekitar pertulangan daun berwarna hijau tua)
Efisiensi penularan VMB dengan jenis
dan jumlah vektor yang berbeda dapat dilihat dari
masa inkubasinya. Adapun data pengamatan masa
inkubasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hubungan antara Jumlah Vektor dan Masa Inkubasi VMB.
Jumlah Vektor (ekor)
Masa inkubasi VMB (hari)
Aphis craccivora Aphis gossypii
1 24.5 + 6.5 a*
27.1 + 2.3 a
3 18.7 + 7.0 b 23.7 + 5.8 a
5 14.4 + 1.1 bcd 20.0 + 7.5 a
7 17.1 + 5.1 bc 21.8 + 5.9 a
10 14.9 + 6.3 bcd 17.9 + 7.3 a
K - -
*
Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada
taraf nyata 5%.
Masa inkubasi adalah waktu yang
diperlukan patogen untuk memperbanyak diri
dalam tanaman sejak patogen tersebut
diinokulasikan hingga gejala pada tanaman
muncul (Bos, 1990). Penularan VMB dengan A.
craccivora satu ekor memberikan masa inkubasi
lebih panjang secara nyata dibandingkan dengan
perlakuan jumlah kutu daun lainnya, sedangkan
penularan dengan jumlah kutu daun 3, 5, 7 dan 10
ekor tidak menunjukkan masa inkubasi yang
berbeda. Hal ini menunjukkan konsentrasi virus
mencapai optimal setelah jumlah kutu daun
bertambah menjadi 3 ekor, dan peningkatan
jumlah kutu daun menjadi 5, 7, dan 10 ekor tidak
berpengaruh terhadap percepatan masa inkubasi
(Tabel 1).
Sebagian besar virus membutuhkan 2
sampai 5 hari atau lebih untuk mengekspresikan
gejala dari daun yang diinokulasi. Sekali virus
masuk ke dalam floem, maka akan sangat cepat
virus tersebut menuju daerah pertumbuhan
(meristem apikal) atau bagian penting lainnya.
Dalam floem, virus menyebar ke seluruh tanaman
secara sistemik dan masuk ke sel parenkim yang
berbatasan dengan floem melalui plasmodesmata
(Agrios, 2005). Berdasarkan analisis data,
penularan VMB dengan A.craccivora memiliki
rata-rata masa inkubasi lebih singkat
dibandingkan penularan dengan A. gossypii. Hal
ini sesuai dengan penelitian Nurlaelah (2006)
yang menyatakan bahwa pada penularan VMB,
gejala yang muncul pertama kali terlihat pada A.
craccivora, A. glycines, dan terakhir pada A.
gossypii pada perlakuan jumlah kutu daun 10
ekor. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara
virus dengan jenis vektornya.
Penularan VMB dengan A. gossypii dengan
jumlah 1, 3, 5, 7 dan 10 menunjukkan masa
inkubasi yang lebih panjang dibandingkan dengan
A. craccivora (Tabel 1). Penularan VMB dengan
jumlah kutu daun yang semakin sedikit
berkolerasi dengan waktu inkubasi yang lebih
panjang, walaupun secara statistik tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah kutu daun A. gossypii
dari 1 sampai 10 ekor tidak berpengaruh pada
masa inkubasi VMB. Jumlah kutudaun sebagai
vektor berhubungan dengan konsentrasi virus
yang ditularkan. Konsentrasi virus yang terdapat
pada stilet satu ekor kutu daun A. gossypii lebih
sedikit dibandingkan dengan konsentrasi virus
pada 3, 5, dan 10 ekor kutu daun, dengan asumsi
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang
5. 105
setiap stilet mempunyai ukuran dan kapasitas
yang sama untuk menyimpan virus (Kusnadi,
1991).
Pada penelitian ini konsentrasi virus dari
satu ekor kutu daun A. gossypii diduga merupakan
konsentrasi optimal dalam pengaruhnya terhadap
masa inkubasi VMB sehingga peningkatan
konsentrasi virus yang dibawa vektor tidak
mempercepat masa inkubasinya. Hasil yang
berbeda dilaporkan oleh Fatmawati (2003) yang
menyatakan bahwa masa inkubasi penularan virus
mosaik kuning pada tanaman kabocha dengan satu
ekor A. gossypii relatif lebih lama dibandingkan
dengan penularan yang menggunakan 3, 5, dan 10
ekor kutudaun. Perbedaan hasil ini dimungkinkan
karena perbedaan jenis virus dan spesies tanaman
yang digunakan. Matthews (1970) mengatakan
bahwa tanaman akan menunjukkan adanya
perbedaan respon kerentanan terhadap infeksi
virus yang ditularkan satu spesies vektor kutudaun.
Hubungan antara jumlah kutu daun sebagai
vektor untuk menularkan virus mempunyai
hubungan yang cukup erat dengan masa inkubasi
(Fatmawati, 2003; Nurlaelah, 2006). Tetapi ada
kalanya hal itu tidak terjadi karena kemungkinan
adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Hadidi et al. (1998) interaksi antara
tanaman inang, virus, vektor, dan lingkungannya
sangat rumit. Lingkungan berpengaruh terhadap
vektor dan virus. Sebagai contoh, temperatur tidak
hanya mempengaruhi kebiasaan vektor secara
langsung tetapi juga mempengaruhi penggandaan
virus dan translokasinya dalam tanaman. Pada
penelitian ini telah diupayakan kondisi lingkungan
yang seragam sehingga setiap tanaman
mendapatkan temperatur yang seragam di rumah
kaca.
Pengaruh Inokulasi VMB terhadap Kejadian
Penyakit dan Tipe Gejala
Kejadian penyakit pada bengkuang
dengan perlakuan vektor A. craccivora sebanyak
1 sampai 7 ekor menunjukkan hasil yang sama
yaitu sebesar 90%, dan pada perlakuan 10 ekor
kejadian penyakitnya mencapai 100%. Kejadian
penyakit dengan perlakuan A. gossypii lebih
bervariasi yaitu pada perlakuan satu ekor sebesar
80%, kemudian pada perlakuan 3 ekor kejadian
penyakit mencapai 90%, tetapi pada perlakuan 5
ekor hanya mencapai 70%, dan pada perlakuan 7
dan 10 ekor mencapai 100%. Adanya variasi
kejadian penyakit ini diduga disebabkan adanya
ketahanan individu tanaman yang berbeda.
Matthews (1991) menyatakan bahwa ada
beberapa tipe ketahanan dan imunitas terhadap
virus tertentu dengan berdasar pada
kekomplekkan populasi inang diantaranya
kekebalan yang melibatkan setiap individu dari
suatu spesies. Selain itu, pada perlakuan A.
gossypii dengan jumlah kutudaun 5 ekor diduga
mempengaruhi kejadian tersebut; (1) kondisi
kutudaun yang berbeda, dan (2) saat periode
makan akuisisi, pada perlakuan jumlah 5 ekor
terdapat kutudaun yang tidak menusukkan
stiletnya pada daun yang mengandung virus atau
menusukkan stiletnya pada bagian daun yang
mempunyai konsentrasi virus yang rendah.
Menurut Astier et al., (2007) vektor virus
memiliki keragaman dan spesifitas dalam
menularkan virus. Secara umum penularan virus
dengan vektor serangga melibatkan interaksi
molekuler yang sangat spesifik untuk tiap
kombinasi virus-vektor. Hal ini menunjukkan
bahwa secara umum suatu virus hanya ditularkan
oleh satu spesies vektor atau spesies yang secara
taksonomi berdekatan. Adanya variasi kejadian
penyakit dan masa inkubasi yang panjang dari
VMB yang ditularkan A. gossypii kemungkinan
karena interaksi virus-vektor yang kurang spesifik
dibandingkan interaksi VMB-A. craccivora. Hasil
pengamatan terhadap kejadian penyakit dan tipe
gejala pada tanaman bengkuang dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang
6. 106
Tabel 2 Kejadian penyakit (KP)1)
dan tipe gejala2)
hasil penularan VMB dengan A. craccivora dan A.
gossypii
Perlakuan
(ekor)
KP
A. craccivora
Tipe gejala KP
A. gossypii
Tipe gejala
1 9/10 Mo, Md 8/10 Mo
3 9/10 Mo, Md 9/10 Mo
5 9/10 Mo, Md 7/10 Mo, Md
7 9/10 Mo, Md, Vb 10/10 Mo, Vb
10 10/10 Mo, Md, Vb 10/10 Mo, Md, Vb
K 0/10 - 0/10 -
1)
KP = n/N (∑ tanaman bergejala/∑tanaman uji), berdasarkan gejala & ELISA untuk yang tidak bergejala
2)
Mo: mosaik, Md: malformasi daun, Vb: vein banding (penebalan tulang daun)
Matthews (1970) menyatakan bahwa
konsentrasi virus pada infeksi tanaman secara
sistemik kemungkinan berbeda pada seluruh
bagian jaringan tanaman bahkan pada jaringan
yang berdekatan. Hal ini dapat mempengaruhi
efisiensi kutu daun memperoleh virus. Djikstra &
Jager (1998) juga menyatakan bahwa
ketidakberhasilan proses penularan dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya kemungkinan
kutudaun tidak menghisap jaringan tanaman dan
beberapa kutu daun jatuh ke tanah dan hilang.
Adapun Agrios (2005) menyatakan bahwa dalam
penularan virus tular stilet, virus akan mudah
hilang melalui gesekan yang terjadi selama kutu
daun melakukan proses pengenalan pada sel
tanaman inang.
Kejadian penyakit VMB yang ditularkan
oleh vektor A. craccivora cenderung lebih tinggi
dibanding kejadian penyakit yang ditularkan oleh
A. gossypii. Selain itu waktu inkubasi penularan
dengan A. craccivora lebih singkat dibandingkan
dengan penularan A. gossypii. Hal ini
menunjukkan bahwa A. craccivora lebih efisien
dan efektif sebagai vektor virus tersebut.
Walaupun penularan dengan A. gossypii
menyebabkan masa inkubasi lebih panjang,
namun satu ekor kutu daun A. gossypii atau A.
craccivora sudah efisien menularkan VMB pada
bengkuang. Uji efisiensi penularan virus penyebab
penyakit mosaik kuning menunjukkan bahwa satu
ekor A. gossypii mampu menularkan virus-virus
penyebab penyakit mosaik kuning pada tanaman
kabocha walaupun efisiensinya relatif rendah
(Fatmawati 2003). Efisiensi penularan oleh kutu
daun dapat memberikan informasi dalam rangka
mencari strategi pengendalian yang tepat untuk
pengendalian VMB. Dengan mengetahui jumlah
minimal kutu daun yang efisien untuk menularkan
VMB, maka populasi kutu daun dapat
dikendalikan pada saat yang tepat, atau waktu
penanaman bengkuang dapat diatur agar saat
tanaman rentan terhadap serangan kutu daun
bertepatan dengan saat populasi vektor kutu daun
rendah atau tidak ada.
Pada Tabel 2 dan Gambar 1 terlihat
bahwa tipe gejala VMB pada bengkuang yang
ditularkan A. craccivora dan A. gossypii
menunjukkan gejala yang hampir sama yaitu
mosaik, malformasi daun, dan vein banding. Pada
A. craccivora perlakuan 1, 3, dan 5 ekor gejala
yang muncul didominasi oleh tipe mosaik dan
malformasi daun, dan pada perlakuan kutudaun 7
dan 10 ekor tipe gejala yang muncul adalah
mosaik, malformasi daun yang parah seperti tali,
dan vein banding. Pada penularan VMB dengan A.
gossypii 1 dan 3 ekor, tipe gejala yang
ditimbulkan adalah mosaik. Perlakuan dengan
jumlah 5 ekor tipe gejalanya adalah mosaik dan
malformasi daun, dan dengan jumlah vektor 7
ekor didominasi oleh mosaik dan vein banding.
Pada perlakuan jumlah 10 ekor gejala yang
muncul adalah mosaik, malformasi daun, dan vein
banding.
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang
7. 107
Gambar 1 Variasi gejala VMB pada bengkuang. Daun sehat (A), hasil penularan A. craccivora: malformasi
daun parah, malformasi daun, dan mosaik (B1-B3) dan hasil penularan A. gossypii: malformasi
daun, mosaik, green vein banding (C1-C3)
Penularan VMB dengan A. craccivora
menunjukkan gejala yang lebih parah
dibandingkan penularan dengan A. gossypii
(Gambar 3). Jika dibandingkan dengan penularan
VMB secara mekanis, penularan dengan kutudaun
menunjukkan gejala yang lebih parah dan
efisiensinya lebih tinggi (Desmiarti 2006).
Menurut Matthews (1991) gejala yang
berkembang pada tanaman yang tidak resisten
maupun toleran akan dipengaruhi oleh genotipe
inang dengan berbagai cara. Kemunculan dan
(C2)
(C1)
(C3)(B3)
(B2)
(B1)
(A)
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang
8. 108
keparahan gejala tergantung pada strain virus,
varietas tanaman, waktu infeksi, dan kondisi
lingkungan. Strain yang berbeda pada virus yang
sama memiliki perbedaan efisiensi dalam proses
penularan yang hanya ditularkan oleh sebagian
spesies kutudaun dan setiap varietas tanaman yang
berbeda mempunyai ketahanan yang berbeda pula.
Waktu infeksi mempengaruhi
keberhasilan proses infeksi virus pada jaringan
tanaman. Biasanya waktu yang tepat untuk
inokulasi adalah pagi atau sore hari. Kondisi
lingkungan diantaranya temperatur, kelembaban,
dan angin dapat mempengaruhi pergerakan dan
aktivitas makan kutudaun (Matthews 1991).
VMB dapat ditularkan ke tanaman kacang
panjang, buncis, dan kapri. Umumnya di lapang
bengkuang ditanam tumpang sari dengan tanaman
kacang panjang. Mengingat BCMV menginfeksi
kacang-kacangan, maka penanaman tumpang sari
seperti ini sebaiknya tidak dilakukan. Hal ini
untuk menghindari penularan virus antar jenis
tanaman yang dapat terjadi via kutudaun
(Desmiarti, 2006; Damayanti et al., 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan masa inkubasi dan kejadian
penyakit, kutu daun A. craccivora lebih efisien
sebagai vektor VMB dibanding A. gossypii.
Kedua spesies kutudaun pada perlakuan satu ekor
sudah cukup efisien untuk menularkan VMB.
Peningkatan jumlah kutudaun A. craccivora yang
digunakan untuk menularkan VMB
mempersingkat masa inkubasi, namun penularan
dengan A. gossypii tidak berpengaruh pada masa
inkubasi. Kejadian penyakit pada A. gossypii dan
A. craccivora berturut-turut sebesar 70-100% dan
90-100%.
Saran
Oleh karena kedua spesies kutudaun
merupakan vektor yang efisien menularkan VMB,
maka perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan
upaya pengendalian kutudaun A. gossypii dan A.
craccivora secara non-kimiawi. Bagi virus yang
ditularkan vektor secara non-persisten,
pengendalian kimiawi kurang efektif karena
dalam waktu singkat kutudaun dapat menularkan
virus sebelum mati.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, GN. 2005. Plant Pathology. Ed.ke-5. New
York : Academic Press.
Astier, S, Albouy, J, Maury, Y, Robaglia, C,
Lecoq, H. 2007. Principles of Plant
Virology, Science Publisher.
Blackman, R.L, Eastop, V.F. 2000. Aphids on the
World’s Crops : An Identification and
Information Guide. Ed. ke-2. John Wiley &
Sons. Chicester, New York, Toronto.
Weinhem . Brisbane and Singapore.
Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan.
Triharso, Penerjemah. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Terjemahan dari:
Introduction to Plant Virology.
Damayanti, T.A, Desmiarti, Nurlaelah, S. 2007.
Kajian Sifat Bio-Ekologi dan Bio-
Molekuler Virus Mosaik Bengkuang di
Indonesia [Laporan hasil penelitian].
Departemen Proteksi Tanaman IPB.
Damayanti, T.A, Desmiarti, Nurlaelah, S, Dewi, S,
Tetsuro, O, Kazuyuki, M. 2008. First
Report of Bean Common Mosaic Virus in
Yambean [Pachyrrizus erosus (L.) Urban]
in Indonesia. J Gen Plant Pathol (2008)
74:438-442.
Desmiarti, 2006. Uji Kisaran Inang dan Deteksi
Virus Penyebab Mosaik pada Tanaman
Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L. Urban)
[Skripsi]. DPT IPB.
Djikstra, J and Jagger, D. 1998. Practical Plant
Virology: Protocol and Exercise. Boston:
Springer..
Fatmawati, D. 2003. Penularan Virus Penyebab
Penyakit Mosaik Kuning pada Tanaman
Kabocha (Cucurbita maxima Duch.) dengan
Vektor Aphis. gossypii Glov. (Homoptera:
Aphididae) [Skripsi]. Program studi HPT
IPB.
Hadidi, A, Khetarphal, R.K, Koganezawa, H.
1998. Plant Virus Diseases Control.
Amerika: APS Press.
Kusnadi, D. 1991. Pengaruh Jumlah Aphis
craccivora Koch. terhadap Keberhasilan
Penularan Cowpea aphid-borne mosaic
virus pada Kacang Panjang (Vigna sinensis
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang
9. 109
Endl.) [Skripsi]. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, IPB.
Matthews, REF. 1970. Student Edition Plant
Virology. London: Academic Press.
. 1991. Plant Virology. Ed ke-3.
London: Academic Press.
Nurlaelah, S. 2006. Deteksi Benih dan Penularan
Virus Mosaik Bengkuang oleh Tiga Spesies
Kutu daun [Skripsi]. Program studi HPT
IPB.
Shukla, D.D, Ward, C.W, Brunt, A.A. 1994. The
Potyviridae. CAB INTERNATIONAL.
United Kingdom.
Sorensen, M. 1996. Yam bean (Pachyrrizus DC).
Promoting the Conservation and Use of
Underutilized and Neglected Crops. 2.
Institute of Plant Genetic and Crop Plant
Research, Gatersleben/ International Plant
Genetic Resource Institute, Rome.
Tri Asmira Damayanti, Endah M, Dewi S : Efisiensi Penularan Virus Mozaik Bengkoang