SlideShare a Scribd company logo
UJI POTENSI EKS IKANGABUS (Chnnnnstriata)SEBAGAI
HEPATOPROTECTOR PADA TIKUSYANG DEENDUKSXDENGANPARASETAMOL
SEKOLAHPASCASAFUANA
UYSTITUTPERTANXAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENATTESIS
DAN SUMBER INFORMASINYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Uji Potensi Ekstrak Zkan Gabus
(Channa striafa) sebagai Hepatoprotector pada Tikus Yang diinduksi dengan
Parasetamol" adalah karya saya di bawah bimbingm Prof. Dr. Made Astawan dan drh.
Tutik Wresdiyati, Ph.D. Karya ini belum pernah diajukan d d m bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkanmaupun tidak diterbitkantelah disebutkan dalam teks dm dicantumkm dalm
Daflar Pustakadi bagian akhirtesis ini.
Bogor, Juli 2009
AgusHeri Santoso
NRP F251060061
ABSTRACT
AGUS HERI SANTOSO. The Potential of Snakeheadfish's (Channasaiata) Extracts
as a Hepatoprotector in Rats Induced with Toxic Dose of Paracetamal, supervisedby
MADE ASTAWAN and TUTXK WRESDIYATI.
The high level of hepatitis prevalence shows that liver is experiencing a serious health
problem. Supply of hepatoprotector to prevent liver foam, is needed. Snakehead fish
(Channa striata) is a freshwater fishwidely spread in Indonesian area. Snakehead fish is
rich in albumin arid various minerals. Snakehead fish's extract utilization in diet can
evidently accelerate healing of wound and increasing of serum albumin of patient
indicated with hypoalbuminemia. This researchwas aimed to determine nutrient contents
and antioxidant activities of snakehead fish's extracts and evaluate its ability of those as
hepatoprotector in rats induced with toxic dose of paracetamol. It was known fiom this
research that Snakehead fish's extract was containing protein (3.36 g/IOQml),albumen
(2.17g/100ml), Zn (3.43 rng/lOOml), Cu (2,34 rng/100d), and Fe (0.81 mg/lOOd).
Snakehead f
i
s
h
'
s extract had an antioxidantactivities of 0,14 k 0,002 mmoV1or 90.93 %
compared with vitamin E. Paracetamol dose of 500 mgkg BWIday given for 7 days
evidently increasing SGOT contents and cell degeneration, and decreasing antioxidant
activitiesof the serum and albumincontents. Admission of snakeheadfish's extract could
restrain the increase of SGOT and suppress degeneration of the hepatic cell, as well as
limit the decrease of serum's antioxidantactivitiesand albumin contents. It is concluded
fiom this research that extract of snakeheadfishcould be utilized as a hepatoprotector
Keyword :Channastriata, snahhead$sh's extract, albumin, hepatoprofeetor
GKASAN
AGUS HIEXU SANTOSO, Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) sebagai
Hepatoprotector pada Tikusyang Diinduksi dengan~arasetamol,
di bawah bimbing&
W E ASTAWAN danTUTIK WRESDIYATI.
Tingghya prevalensi hepatitis memberikan gambaran btihwa gangguan Eungsi
hati merupakan ancaman kesehatan yang serius, sehingga peran hepatoprotector
sangatlahpenting. Beberapa ekstrak bahan nabati telah terbuhi dapat berfimgsi sebagai
hepatoprotector, diantaranya addah ekstrak bawang putih, ekstrak rimpang bangle,
ekstrakh y i t , dan lesitin.
Ekstrak ikan gabus adalahcairanberwarna putih kekuninganyang dihilkan dari
pengukusan daging ikan gabus segar (suhu 70 *2,5 "C)yang dipadukan dengan rempah.
Ekstrak ikan gabus diberikan sebagai menu ekstra bagi penderita dengan indikasi
hipodbumindm luka, baik luka setelah operasi maupun luka bakar.Beberapa penelitian
yang menggunakm ekstrak ikan gabus sebagai menu ekstra dalarn diet memberikan
informasi bahwa pemberism ekstrak &an gabus dalam diet berkorelasi positif dengan
peningkatan kadar albumin plasma dm proses penyembuhan luka, sehingga diduga
dalam ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan beberapa mineral yang erat kaitamya
dengan proses penyembuhan luka. Albumin juga dapat berfimgsi sebagai antioksidan,
memperbaiki kapasitas antioksidan plasma, dan dimungkinkan dapat berfungsi sebagai
senyawa proteksi hati (hepatoprotector). Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar
protein, albumin, mineral seng, tembaga, besi, dm aktivitas antioksidan ekstrak ikan
gabus, serta menguji kemampuan ekstrak ikan gabus sebagaihepatoprutector.
Penelitian dilakulcan dalam dua tahap. Tahap pertama analisis komponen gizi
ekstsak ikan gabus, dan tahap kedua uji kemampuan ekstrak ikan gabus sebagai
hepatoprotector. Analisis zat gizi ekstrak ikan gabus menggmakan sampling secara acak
dari tiga proses pengolahan ekstrak ikan gabus, kemudian dilakukan analisis kadar
protein total, albumin, Zn, Fe, Cu, dm aktivitas mtioksidan (DPPH). Data kadw
Albumin, Zn, Fe, Cu, dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus dianalisis secara
deskriptif. Pengujian ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector pada tihs
rnenggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dm 5 uIangan.
Pengelompokan pada tahap dua adalah sebagai berikut :Keiompok satu (EfG3O),tikus
diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus 30 mlkg bblhari secara sonde tanpa
diinduksi parasetamol. Kelompok dua (EIG30PCT), tikus diberi ransum standar dan
ekstrak ikan gabus 30 mVkg bb/hari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol.
Kelompok tiga (EIG60PCT),tikus diberirmsum standmdan ekstrakikan gabus 60 mlkg
bbhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol. Kelompok empat (KRPCT),
tikus diberiransum standar dan kurkumino 30 mgkg bbhari secara sonde serta diinduksi
dengan parasetamol. Kelompok lima (PCT), tikus diberi ransum standar dan diinduksi
dengan parasetamol. Induksi parasetamol dosis 500 mgkg bb/hari dilakukan selama 7
hari beriurut-turut melalui sonde. Pada hari ke 8 (24 jam setelah perlakuan terakhir)
dilakuan pembiusan dm pembedhan untuk- peng-ambilan darah dm pengangkatan hati.
Darah disentrifhgasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan
s e m yang kemudian dilakukan analisis albumin, SGOT, SGPT, dan aktivitas
antioksidmya. Organ hati dicuci dengan larutan fisiologis kernudian difhasi dengan
larutan formalin 10 % untuk persiapan pembuatan prepatat histologi. Organ terfiksasi
direndarn dalam alkohol 70 % dm dilmjutkan dengan dehidrasi, penjernihan dengan
silol, infiltrasi dm embedding dalam parafin. Setelah pernotongan dengan dkrotom
setebal 5 pm, sediaan diwmai dengan pewmaan Hernatolcsilin-Eosin (HE) dan
dimalisis secarakualitatif.
D
a
r
i hasil penelitian ini diketahui bahwa ekstrak ikan gabus mengandung protein
f3,36 5 0,29 dl00 ml), albumin (2,17 * 0,14 dl00 ml) Z
n(3,34 * 0,8 rng/lOO ml), Cu,
(2,34 k 0,98 md100 ml), dm Fe (0,2 0,09 rng/100 ml), s e a rnernpunyai aktivitas
antioksidan 0,14 k 0,002 mmoV1, atau sebanding dengan 90,93 % aktivitas antioksidan
vitamin E. Hail ini menunjukkan bahwa ekstrak ikan gabus sangat berpotensi utuk
mendukung proses penyembuhan luka dan difimgsikan sebagai antioksidan. Pemberian
parasetamol dosis 500 m a g bbhari melalui sonde selama 7 hari berturut-turut secara
bermakna menaikkan SGOT dm menunadsan kadar albumin yang menandakan adanya
gangguan h g s i hati. Pemberian ekstrak &an gabus secara bermakna dapat menahan
p e n m a n kadar albumin dm aktivitas antioksidan serum akibat pemberian parasetamol
dosis tinggi. Pemberian ekstrak ikan gabus secara b e m a dapat menahan kenaikan
kadar SGOT akibat pemberian parasetamol dosis tinggi. Dari gmbaran fad hati
diketahui bahwa terjadi degenerasi sel dan peningkatanjumlah sel radang padajaringan
hati tikus karena pemberian parasetamol dosis 500 mgkg bbhari selama 7 hari b e m i -
hut. Pemberian ekstrak ikan gabus dapatm e n d a n tingkat degenerasi sel-sel hati dm
menekanpeningkatanjurnlah sel-sel radang padajaringan hati tikus percobaan. Dari hasil
analisis SGOT, SGPT, albumin dm aktivitas antioksidan serum dm gambaran faal hati
tikus percobaan disimpulkan bahwa eksbak ikan gabus dapat difungsikan sebagai
hepatoprotector.
Kata Kmci :ekstrak ikan gabus, albumin, hepatoprotector,
@ H
a
k Ciptamilk IPB, tahm 2009
Hak Cipta dilindungiUndang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagianatau selunrhkaryatulis ini tanpa mencanhunkanatau ,
menyebutkannarasmber.
a. Pengutipanhanyauntuk kepentinganpendidikan,penelitian, penulisankaua
ilmiah, penyusunanlaporan, penulisankritik atautinjauansuatumasalah
b. Pengutipantidakmemgikankepentinganyang wajar IPB
2. Dilarang rnengum.umkandm rnemperbanyak sebagian atau seluruhkaryatulis
dalam bentuk apapuntanpa izin IPB
UJI POTENSI EKSTRAKIKAN GABUS (Channastriatn) SEBAGAI
HEPATOPROTECTOR PADA TIKZTS
YANGD ~ D U K S I
DENGAN PARASETAMQL
Oleh :Agus Heri Santoss
NIM F 251060061
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoiehgelar
MagisterSains pada
Program Studi Ilmu Pangan
SEKOLAHPASCA SARJANA
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan pencipta, pengatur, dan pemelihara alam,
tiada Tuhan yang benar u11tuk diibadahi kecuali Allah. Tuhan yang telah memberikan
ilham, bimbingan dan kekuatan kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan tesis yang berjudul "Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striafa)
sebagaiHepatoprotectorpada Tikus yang Diinduksi dengan Parasetamol" ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga Nabi
Muhammad dm sahabat-sahabatnya,
Sehubungan dengan selesainya karya tulis ini, sebagai wujud m a syukw saya
kepada Allah yang telah menggerakkan hamba-hamba-Nya untuk membantu saya,
dengan ini saya mengucapkan salam dan terimakasih kepada :
I. Bapak Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS., danIbu drh. Tutik Wresdiyati, Ph.D., yang
dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dm arahan kepada saya dalam
pelaksanaan penelitian dm penulisan tesis ini, teriring do'a semoga amd budi
Bapak dm lbra dicatat dan dilipat gandakanoleh Allah untuk kebaikan di dunia dan
di akhirak-
2. Bapak Dr. Ir. Sukarno, M.Sc. yang menguji dan memberikan masukan-masukan
pada karyatulis ini.
3. Ketua Program Studi IPN beserta Staf, Kepala Laboratorium Histologi bescrta staf,
Kepala Laboratorium Kimia UNMUH Malang beserta staf, Kepala Laboratorium
K l i Pattimwa beserta St& dan Direktur Paliteknik Kesehatan Malang beserta
staf, Ketua Jurusan Gizi beserta staf sciring do'a semoga Allah SWT memberikan
balasan yang baik dan kefnajw pada institusi beliau semuanya atas bmtuan baik
moral maupunmateriil-
4. Rekan-rekan rnahasiswa LPN khususnya arigkatan 2006 dengan selipm pesan
'persaudaram sangat rhembantu meringankan kita dalam kehidupan ini, janganlah
kita bakhil dalam memberikan bantuan kepada saudara kita, meskipun hanya
sekedar dorungan semmgat dan saran', semoga Allah senantiasa memberikan
bimbingan dan pertolongan kepada Eta.
Judul Tesis
Nama
NW.
:Uji Potensi Ektrak Ikan Gabus (Channaspiata) sebagai
Hepatoprotector pada Tikus yang Diinduksidengan
Parasetamol
:Agus Heri Santoso
:F 251060061
Disetujui
Kornisi Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS.
Ketua
Ketua flromam Sbdiiayor
Ilmu Pangan
drh. Tutik ~resdivati,
Ph.D.
hggota
Diketahui
1 1 -
Dr. Ir. Ratih Dewanti Hariyadi.M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian :6 Juli 2009
5. Ibunda, ayahanda yang dengan lembut menyayangiku dan senantiasa
mendo'akarrku, hanya Allah yang bisa membalas kasih-sayang ibunda dm
ayahanda. Sernoga Allah senantisa memberikan kekuatan iman dm amal sholih
kepada ibundadm ayahanda.
6. Istri dm anak-anakku yang telah banyak terkurangi hak-haknya karma tugas studi
ini, teriring do'a semoga Allah senantiasa menambah nikmat ilmu dm kesabaran
kepada kalian dm menjadikan kalian sebagai hamba-Nya yang faqih di dalam
agama-Nya,
7. Hamba-hamba Allah yang tidak mungkin aku bisa merincinya, yang telah
membantutemtamadalam do'a-do'a, semogaAllah rnemberibalasan kebaikan.
Saya berdo'a kepada Allah, semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi
kehidupan manusia, bukan sekedar sebendel kertas yang dibangga-banggakan.
Khususnya bagi rekan-rek& profesi ahli gizi yang akhir-akhir ini menunggu
informasi-infomasi banr tentang krtitan ekstrak ikan gabus dengan diet, semoga tulisan
ini bisa rnemberi idormasi yang bermanfaat bagi pengembangan tatalaksma diet.
Sernoga Allah mengampuni segala kekilafan dm kekuranganku, dm saya mohon maaf
atas segala kekurangan selarna menempuh studi Progam Studi IPN Institut Pertanian
Bogor.
Bogor, Juli 2009
Agus Heri Santoso
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilabirkan di Kediri pada tanggal 15 April 1969, dari pasangan ayah
bernama Imam Sujono dm Z
b
u Ngatinah. Penulis menzpakan an& ke-1 dari tiga
bersaudara. Penulis bekerja sebagai staf pengstjaran pada Politeknik Kesehatan Malang
Jurusan Gizi, dan sebelumnya bekerja sebagai ahli Gizi pada Rumah Saw Umum
Kotabaru, KaliiantmSelatandari tahun 1992-1995.
Pendidikm penulis diawali dari SD Negeri Keling III lulus tahm1982, SMP
Negeri 1 Pare lulus tahun 1985, SMA Negeri 1 Pare lulus tahun 1988,pendidikan
Diploma 3 Gizi Malang, lulus t a b 1991, dm pendidikan Sarjana penulis tempuh pada
Universitas Brawijaya Fakultas Tekonologi Petanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
lulus tahun 2001. Tahun 2006 penulis berkesempatan melanjutkan studi pada Program
Magister Sains SekolahPascasarjana Institut PertmianBogor.
DAFTAR IS1
.............................................................
DAFTAR TABEL
.........................................................
DAFTAR GAMBAR
.......................................................
DAFTAR LAMPIRAN
I.PENDAHLnUAN
......................................................
1.l.Latar Belakang
1.2.Perumusan Masalah ...............................................
1.3.Tujuan Penelitian ...................................................
1.4.Manfaat Penelitian..................................................
1.5.Kerangkap Konsep ...................................................
I1.TINJUAN PUSTAKA
...........................
2.1. Ikan Gabus P angan Sumber Albumin
..................
2.2. Ekstrak Ikan Gabus dan Aplikasinya dalam Diet
2.3. Albumin ................................................................
2.4. Anatomi dan Fisologis Hati.........................................
2.5. Fungsi hati dalam tubuh ............................................
.....................................................
2.6. Kerusakan Hati
2.7. Deteksi Disfungsi Hati ...........................................
.........................................................
2.8. Parasetamol
2.9. Antioksidan dan Hepatoprotector.................................
.....................................
2.10. Degenerasi dan Sel Radang
111.METODE PENELITIAN
.....................................
3.1. Waktu dan tempat Penelitian
3.2. Bahan dan Alat ........................................................
3.3. Rancangan Riset ......................................................
..............................
3.4. Jenis dan Metode Pengamhilan Data
IV.HASlL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Ekstrak Ikan Gabus.....................................
4.2. Komposisi Gizi Ekstrak Ikan Gabus..........................................
xvi
xvii
xviii
4.2.1. Protein dan Albumin Ekstrak Ikan Gabus.................... 44
.......................
4.2.2. Mineral Seng (Zn) Ekstrak Ikan Gabus 47
....................
4.2.3. MineralTembaga (Cu) Ekstrak Ikan Gabus 49
..........................
4.2.4. Mineral Besi (Fe) Ekstrak Ikan Gabus 49
4.3. Aktivitas Antioksidan Ekstrak &an Gabus...............................50
4.4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus terhadapFungsi
.................................................................
Hati
4.4.1. PertarnbahanBerat Badan Tikus...............................................
4.4.2. Kadar SGOT dan SGPT.........................................................
54
4.4.3. Kadar Albumin....................................................................58
4.4.4. AktivitasAntioksidan serum.....................................................60
4.5. Gambaran Histologi Hati Tikus Perlakuan............................... 62
........................................................
V.KESIMPULANDAN SARAN 71
.........................................................
DAFTAR PUSTAKA 72
.....................................................................
LAMPXRAN 77
..............................................
I.Komposisi Gizi Ikan Gabus
..........................................
.
2 Komposisi Fraksi Protein Ikan
..........................................
.
3 KadarAlbumin Bahan Makanan
.......................
4.Kamposisi Fraksi Protein dan Keadaan Ikan.
...........................................
5.Tanda-tanda Kesegaran Ikan
.....................................
6.Suhu Koagulasi beberapa albumin
..........*.. ..........*....***.*
7.Komposisi asam amino Albumin .
.
.
8.Kandungan albumin pada beberapa Organisme.......................
9.EfekToksikan pada Organel Sub Sel Hati.....................................
.......................................
10Zat Gizi dan Antioksidan Tubuh
.................................................
11.Analisis Kadar Protein
..............................................
12.Analisis KadarAlbumin
.................................................
13.Analisis Kadar SGOT
.................................................
14.Analisis Kadar SGPT
.................................
15.Komposisi Gizi Ekstrak Xkan Gabus
................................
16.Komposisi Fraksi ProteinPutih Telur
1.7.Hasil PengamatmMikroskopis Degenerasi Hati dan
.................................................
Perhitungan Sei Radang
xvi
DAFTAR GAMBAR
.................................
1.Kerangkakonsep Penelitian
2.Morfologi Ikan Gabus........................................
3. Lokasi ikatan S H dalam molekul Albumin.........................
4. Pembagian Domain Albumin..........................................
5. Letak Organ Hati dalam Tubuh ......................................
6. Anatomi Hati ............................................................
7. LobolusHati ............................................................
8. Potongan Melintang Jaringan Hati ...................................
9. Rangkaian Kerusakan Hati.............................................
10.Perubahan Faal dan Shuktur Hati .......................................
11.StrukturKimia Parasetamol ..........................................
12Metabolisme Parasetamol................................................
13.Skema alat Pengolahan Estrak Ikan Gabus...........................
14.Alir Proses PengolahanEkstrak ikan Gabus...............................
15.Alir Penelitian....................................................................
16.StrukturKilnia Albumin...............................................
17Pertambahan BB Tikus.........................................................
18.Kadar SGOT dan SGPT ....................................................
19.Kadar Albumin ..........................................................
20.AktivitasAntioksidan Serum.............................................
21.FotomikrografJaringan Hati Tikus Percobaan yang diwamai
dengan HE dengan pembesaran 200 X............................
25.Ikatan antara Albumin dengan Mineral seng, tembaga..........
DAE'TGRLAMP
I .Hasil AnalisisKadar Protein. Albumin. Zn. Cu. Fe. dan DPPN 77
...................... ...
2.Rata.rata kadar kimia darah tikus percobaan .
, 78
.................................
3.Hasil analisissidikragam kadar albumin 79
4.Wasil analisissidikragam kadar SGOT...................................80
5.Hasilanalisissidik ragarn kaar SGPT.....................................81
6.Hasil analisissidik ragam nilai DPPH.................................... 82
..................
7.Hasil perhitungan PerbandinganKadar SGOT/SGPT 83
8.Pertambahan BB selamaperlakuan....................................... 84
9.Hasil analisissidik ragam sel radangpadajaringan hati tikus
Percobaan.....................................................................
85
.....................
10.Hasil AnalisisKualitatif TingkatDegenerasi Sel 86
Segaia puji hanya pantas bagi Allah Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah
menciptakan alam ini dengan keseimbangan yang sempurna. Allah telah menciptakan
alam dan seluruh isinya dengan penuh hikmah, dengan takaran yang adil, sehingga
barang siapa menyelisihi sunnah-Nya pasti akan merugi dan mengalami kehancuran.
Allah, Tuhan Yang Mahatahu telah memberikan bimbingan kehidupan kepada
manusia termasuk tentang tata cara makan sebagaimana yang tennaktub dalam Al-
Qur'an Surat Ai-Baqoroh ayat 172 (yang artinya) Wahai orang-orang yang beriman,
makanlah diantara rizki yang baik yang Kami berikan kepadamu. Di dalam ayat yang
lain (A1 - Maidah, ayat 87 - 881, Allah menegaskan agar manusia mengkonsumsi
makanan yang haXai lagi baik bagi tubuhnya, dan tidak sampai melampai batas. Nabi
Muhammad SAW, dalam A1-Badist yang diriwayatkanoleh At-Timidzi, dm fmam
Ahmad menegaskan bahwa tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk
selain perut. CukupIah anak Adam memerlukan beberapa suapan yang bisa
rnenegqwn tulang sulbinya. Jika tidak mungkin (karena masih terasa lqpar) rnab
sepertiga untuk rnakanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga Iagi untuk
nafasnya. Pelanggaran dari aturan Allah dan bimbingan utusan-Nya ini berakibat
kurang baik bqgi kehidupan manusia, diantarannya adalah rnunculnya fenomena
beban metabolik (metabolic burden) yang dialami oleh manusia modern dewasa ini.
Pola hidup-khususnya pula konsumsi- yang tidak seimbang menyebabkan tubuh
mengalami ketebihan kban metabolisme. Senyawa-senyawaxenobiotik lebih banyak
dan beragam yang dirnasukkan ke dalam tubuh rnenyebabkan tubuh -tenrtama hati
sebagai organ detoksifikasi- bekerja lebih keras. Akibatnya berbagai gangguan
kesehatan,termasuk penyakit degeneratifmuncul dalam kehidupanrnanusia.
Nati merupakan organ tubuh terbesaryang sangatpenting bagi manusia karena
merupah pusat pytabolisrne. Sel-sel hati rnerupakan sel-sel parenkirn yang di
dalsunnya terkand~~g
sejumlah besar enzim. Masa sel hati berupa lobula yang
membentyk m k t u r segi enam, dimana satu dengan yang lain terikat oleh jaringan
ikat cjan meipuat cabang-cabang pembuluh darah. Hati mempunyai fungsi raetabolik
yang sgp~at
lu* di antaranya adalah metabolisme karbohidrat, protSin, dan lemak;
penyim&ivq dan aktivasi vitamin dan mineral; pembentukan dan pengeluaran asam
empedu; pusat rnetabo'tisme steroid dan detoksifikasi obat.alkoho1; dan konversi
amonia rnenjadi urea. Dengan demikian gangguan pada hati akan rnenyebabkan
gangguan yang seriuspada aktivitasmetabolisme.
Sebagai pusat rnetabolisme dan detoksifikasi, sel-sel hati sangat rentan
terhadap kerusakan. Kemsakan hati dapat disebabkan oleh gangguan rnetabolisme
(Penyakit Wilson), obat-obatan (parasetamol, sulfonamida), atkohol, infeksi virus,
dan paparan senyawa-senyawatoksik rnisalnyaCC14 .
Parasetamol telah dikenal dm dirnanfaatkan secara Iuas oleh masyarakat.
Parasetarno1 mudah didapatkan di toko-toko obat secara bebas tanpa resep dokter.
Parasetamof adalah bentuk aktifdari fenasitinyang difbngsikan sebagai analgesikdm
antipiretik sebagaimana aspirin. Parasetamol diketahui dapat menghambat aktivitas
enzirn siklooksigenase. Secara normal parsematoI dirnetabolisrne di hati dengan
mekanisme sulfat dan glukoronat konjugase, dan hanya sebagian kecil melibatkan
mekanisme siktokrom P450. Dalam dosis tinggi (diatas 150 mgkg bb/24 jam)
parasematol dapat menyebabkan keracunan hati, degenerasi sel-sel hati ,dan pada
&hapberikutnya rnenyebabkan nekrosis.
Gangpan fungsi hati merupakan ancaman kesehatan yang seriusdi Indonesia.
Sekitar 7 juta penduduk Indonesia terinfeksi virus hepatitis C dan sekitar 1I juta
terinfeksi virus hepatitis B. Angka prevalensi tersebut akan terus meningkat kstrena
hepatitis dapat juga disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, dan racun.
FakEor lain yang mendukung pcrtambahan prevalensi hepatitis adaIah gejala hepatitis
tid& spesifk sehingga sulit terdeteksi sejak dini. Sekitar 10 - 20 % prevalensi
hepatitis dapat berkembang menjadi sirosishati (Siswono, 2006).
Atas dasar realita ini, maka asupan hepatoprotector (komponen yang dapat
mernproteksi hati) sangat diperlukan. Senyawa-senyawa antioksidan dafam bahan
pangan dapat difimgsikan sebagai hepatoprotector. Bebempa penelitian
menginformasikan bahwa beberapa jenis senyawa kimia, baik obat-obatan maupun
dalam bahan pangan, secara nyata dapat befingsi sebagai hepatoprotector,
dianhranya adalah ekstrak bawang putih (Hidayati, et al, 20031, ekstrak rimpang
bangle (Arafah, er a], 2004), silymarin (Tedesco, 2004), sacogolotis gabonensis
(Maduka, 2005), ekstrak mengkudu (Suarsana, 2005), dan lesitin (Dewi, 2007).
Beberapajenis obatjuga dapat bertindak sebagai hepatoprotector,di antaranya adalah
kaptopril dan losarbn. Kemampuan tanaman dan obat-obatan tersebut sebagai
~zepatopmtekctor
disebabkan oleh kernampuannya sebagai antioksidan, dan khusus
pada kaptopril karena adanya gugus -SH yang ada dalam obat tersebut.
Albumin mempunyai banyak gugus sulfhidril (-SH) yang dapat befingsi
sebagai pengikat radikal, dan adanya gugus ti01 ini mempunyai peranan penting dalam
penanganan kasus sepsis. Albumin dapat berfungsi sebagai antioksidan. Albumin
terlibat dalam pembersihan radikal bebas oksigen yang diimplikasikan dalam
patogenesis inflamasi. Larutan fisioiogis albumin serum manusia telah diperlihatkan
menghambat produksi radikal bebas oleh Ieukosit polimorfonuklear. Kemampuan
pengikatan ini berhubungan dengan melirnpahnya gugus sulfiidril (-SH) dafam
albumin (Sunatrio, 2003). Protein yang kaya akan gugus -SH akan mampu mengikat
logam-logarn berbahaya dan juga senyawa-senyawa yang bersifat radikal bebas.
Chen, er al, (2001) melaporkan bahwa albumin mempunyai efek antioksidan, dan
berperan &lam penangkapan radikal bebas pada proses pembentukan urotithiasis dan
asam sialik.
Ikan gabus (Channa striata ) merupakan jenis ikan air tawar yang sudah
dikenal Iuas oteh masyarakat Indonesia. Ikan gabus merupakan jenis ikan perairan
umum yang bernilai ekonomis. Ikan gabus banyak ditemukan di peraim umum dan
belum dibudidayakan secara luas. Ikan gabus hidup di muara-rnuara sungai, danau
dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan terhadap
kekeringan, dan dapat ditemukan di berbagai perairan umum di wilayah Indonesia, di
antaranya Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, Singkep, FXores, Ambon, dan
Maluku dengan nama yang berbeda. Di Palembang ikan gabus dikenal dengan
sebutan deleg, di Jawa dikenal dengan sebutan kutuk, d m di Kalimantan dikenal
dengan ikan man atau hartran,dan di Sulawesi dikenal dengan sebutan ikan dalak.
lkan gabus telah dipercaya dapat mempercepat proses penyembuhan luka
sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi oleh pasien pasca opemsi dan ibu-ibu sehabis
melahirkan. Hal ini dapat disebabkan ikan gabus mengandung protein yang tinggi
terutama albumin, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan Iuka. Dari sudut
pandang gizi-kesehatan, ikan gabus merupakan sumber protein (khususnya albumin),
dan mineral yang diperlukan bagi proses penyembuhan dan pertahanan tubuh. Ikan
gabus berkarbohidrat dan berlemak rendah.
Ekstrak ikan gabus yang diolah dengan teknologi sederhana telah dikenal di
kalangan praktisi gizi untuk berbagai macam keperluan, diantaranya untuk diet pra
dan pasca bedah, hipoalbuminemia, d a ~
diet pada luka bakar. Pemberian menu ekstra
ekstrak ikan gabus pada penderita terindikasi hipoalbumin, secara nyata dapat
meningkatkan kadar albumin pada kasus-kasus alburninerniadan mempercepat proses
penyembuhan luka pada kasus pasca operasi (Asikin, 1999; Sugihastutik, 2002;
Nilasanti, 2003; Suprayitno, 2003).
Dari hasil penetifian yang telah ada, diduga di dalam ekstrak ikan gabus
terkandung senyawa-senyawa penting bagi proses sintesis jaringan, seperti albumin,
mineral seng (Zn), tembaga (Cu), dan juga besi (Fe). Atas dasar dugaan bahwa di
dalam ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan mineral-mineral yang rnendukung
aktivitas antioksidan tub&, rnaka pada penelitian ini akan diuji kemampuan ekstrak
ikan gabus sebagai hepuoprutecror dengan tikus jenis Wistar sebagai hewan uji dan
kurkumino sebagai pembandingnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dugaan pemanfaatan ekstrak ikan
gabus sebagai hepatoprotector dengan cara menganatisis komponen gizi (protein,
albumin, mineral seng, tembaga, dan besi), dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan
gabus, serta mengujikannya pada tikus yang diinduksi dengan parasetamol dosis
tinggi (500 mg/kg bbhari). Kerangka konsepsional penelitan disajikan pada
Gambar 1.
1.2.PerurnusanMasalah
Ikan gabus merupakan bahan pangan sumber protein (albumin). Beberapa
penelitan telah menyebulkan bahwa ekstrak ikan gabus secara bermakna dapat
meningkatkan kadar albumin pada kasus hipoalburninemia, dapat mempercepat
proses penyembuhan luka. Dari hasit-hasil penelitian tersebut, diduga di dalam
ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan mineral-mineral yang penting bagi proses
penyembuhan luka seperti mineral seng, tembaga dan besi. Dari tinjauan teoritis,
albumin mengandung banyak gugus suifhidril (-SH) yang dapat berhngsi sebagai
hepatoprotedor. Mengacu pada berbagai penelitian dan laporan apiikasi ekstrak ikan
gabus dalam diet yang telah dilaksanakan, dan dari tinjauan teoritis struktr~r
albumin,
fungsi mineral seng, tembaga dan besi, maka pernasalahan yang ingin diangkat
dalam penelitian ini adalah "Apakah ekstrak ikan gabus dapat befingsi sebagai
hepatoprotector?".
1.3. Tujuan
1. Mengukur kadar protein dan albumin ekstrak ikan gabus.
2. Mengukur kadar mineral Seng, Tembaga, dab besi ekstrak ikan gabus.
3. Mengukur aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus secara in vitro
4. Mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak ikan gabus terhadap perubahan kadar
SGOT, SGPT, albumin dan aktivitas antioksidan darah hewan percobaan yang
diinduksi parasetamoi dosisracun.
5. Mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak ikan gabus terhadap perubahan
histologi hati hewan percobaan yang diinduksi parasetarno1dosis racun.
1.4. Manfaat Penelitian
Nasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infonnasi ilmiah tentang
ekstrak ikan gabus khusunya pemanfaatannya daiarn tatalaksana diet. Adanya
informasi ilmiah ini akan dapat memperluas pernanfaatan ikan gabus bagi kesehatan.
Penerapan teknologi sederhana dalam pengolahan ekstrak ikan gabus dalarn penelitian
ini mempunyai maksud agar hasil penelitian ini juga bisa diapiikasikan pada tingkat
rumah tangga, sehingga masyarakat mernpunyai alternatif sumber pnngan beralbumin
tinggi yang relatif murah dan bisa diolah sendiri (tingkat rumah tangga).
1.5. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penclitian disajikan pada Garnbar 1.
I GangguanMetabolisme
I
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
2. TINJAUANPUST
2.1. Ikan GabusPangan SumfierAlbumin
fkan gabus (Channa striata ,
I merupakan jenis ikan perairan umum yang
bemilai ekonomis. Ikan gabus masuk dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata,
Kefas Actinopterygii, Order Perciformis, Famili Channidae, Genus Channa, dm
Spesies Channa striata. &an gabus merupakan ikan asli perairan tawar daerah tropis
seperti Asia dm Afiika. Ikan gabus banyak ditemukan di perairan umum dan beIum
dibudidayakan secara Iuas (Rahayu, 1992). Ikan gabus hidup di muara-muara sungai,
danau dm dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan
terhadap kekeringan, dan dapat ditemukan di berbagai perairan umum di wilayah
Indonesia, di antaranya Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lornbok, Singkep, Flores,
Ambon, dan Maluku dengan nama yang berbeda. Di Palembang ikan gabus dikenal
dengan sebutan ikan deleg, di jawa dikenal dengan sebutan ikan krrtuk, dan di
Kalimantan dikenal dengan ikan ntan atau ha~xan,
dan di Sulawesi dikenai dengan
sebutan ikan duluk. Ikan gabus dapat memijah sepanjang tahun dengan jumlah
fekunditas untuk ikan dengan uhran panjang total 18,5- 50,5 cm dan bobot 60 -
1.020 g
r berjumiah 2.585 - 12.880butir.
Ikan gabus bersifat karnivora dengan ciri-ciri fisik memiliki bentuk tubuh
hamgir bulat, panjang dan rnakin ke belakang berbentuk pipih (conpresse~$.
Bagian
punggung cembung, perut rata dan kepala pipih seperti ular (head snah). Warna
tubuh pada bagian punggmg hijau kehitaman dan baggian perut benvarna krem atau
putih. Siripikan gabustidak rnernilikijari-jari yang keras, mempunyai sirippunggung
dm sirip anal yang panjang dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip
dada lebar dengan ujung membulat. Xkan gabus dapat mencapai panjang 90 - 110cm.
Morfologi ikan gabus disajikan pada Gambar 2.
Ikan gabus mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan
yang buruk. fkangabus banyak ditemukandi sungai-sungai dan rawa, kadang-kadang
terdapat di air payau berkadar garam rendah. Masyarakat telah mengenal dm
memanfaat ikan gabus untuk berbagai keperluan, rnisalnya sebagai bahan baku
produk olahan seperti kerupuk dan pempek (Palembang), ikan asin dan ikan asap
(salai) gabus yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Di Kalimantan Selatan
ikan gabus (hawan)biasanya digunakan sebagai masakan lauk pauk seperti haruan
bakar, sayur asam haruan dan masakan habang yang bisanya disajikan dengan nasi
kuning.
Gambar 2. Morfologi Ikan Gabus
Ikan gabus diketahui mengandung senyawa-senyawa penting yang berguna
bag8 tubuh, diantaranya protein, dan beberapa mineral (Sediaoetama, 1985). Kadar
protein ikan gabus bias mencapai 25,5 %, yang berarti Iebih tinggi dibanding dengan
protein ikan bandeng (20,O %), ikan emas (16,O %I, ikan kakap (20,O%I,rnaupun
ikan sarden (21,I %). Kadar albumin ikan gabus bisa mencapai 6,22%
, dan daging
ikan gabus mengandung mineral seng dengan kadar 1,74 mg/100 gram (Carvalo,
1998).
lkan gabus telah diknal dan dipercaya oleh masyarakat sebagai rnakanan
yang dapat mempercepatproses penyembtlhan luka. Ibu yang habis melahirkan, anak
yang baru dilrhitan, d
mjuga pasien pasca operasi biasanya dianjurkanrnengkonsumsi
daging ikan gabus untuk rnempercepatpenyembuhan (kering) iuka. Anjuran tersebut
sangat terkait dcngan komponen gizi (protein, albumin) ymg terkandung datam
daging ikan gabus. Di masyarakat telah dikenal berbagai produk berbahan baku ikan
gabus, diantaranya tablet, krim, dan ekstrtik ikan gabus. Komposisi gizi ikan gabus
disajikan pada Tabel I.
Sebagaimana protein ikan urnumnya, ikan gabus mengandung tiga jenis
protein yaitu protein larut (yang mudah dihilangkan dengan cara ekstraksi), protein
stromajaringan ikat, dan protein kontraktil.Sarkoplasmamerupalrancairan yang ada
di antara miofibril (deMan, 1997). Protein sarkoplasma disehut juga miogen,
termasuk dalam protein ini adalah albumin, mioalbumin, mioprotein, globulin-X dan
miostromin. Albumin, mioalbumin dan mioprotein mempunyai sifat mudah larut
dalam air. Globulin dan miastromin sukar larut dalm air tetapi mudah larut dalam
larutan basa atau asam lernah. Protein ini larut. dalam air dan Iamtan garam
berkekuatan ion rendah (konsentrasi garam 45 %), dapat digumpalkan dengan suhu
tinggi (90' C).
Romponen Kimia
I I i
Sumber: Sediauetarna,1985
Protein (g)
Lemak (g)
Besi (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Vit. A (SJ)
Vit, B3 (mg)
Air
Kadar protein sarkoplasma berbeda pada setiap jenis ikan bahkan
Jenis
berbeda antara jenis daging rnerah dm daging putih. Ikan berdaging putih
Ikan Gabus Segar
25,2
1,7
Q,9
62
176
150
0,04
69
mengandung protein sarkoplasma yang lebih tinggi dibanding yang merah. Rahayu
Ran Gabus Kering
58,O
4,o
0,7
15
100
I00
0,lO
24
(1992) menjelaskan bahwa proses rigor (kekakuan) dapat menurudmn kadar protein
sarkopiasma. Hal ini disebabkan proses dgormortis akan rnenyebabkan protein
sarkoplasma mengalami perubahan sifat:rnenjadi tidak. larut air. Perbedaan komposisi
fraksi protein ikan disajikan dalam Tabel 2.
Tabei 2. Komposisi fraksi protein beberapa spesies ikan
I Fraksi Protein
Sumber :Rahayu,1992.
Kod (laut)
M
a
s (tawar)
I
Kadar albumin ikan gabus dapat disebandingkan dengan bahan makanan
sumber albumin lainnya, misainya telur. Kadar albumin ikan gabus dm beberapa
bahan makanan disajikan dalam Tabel 3.
21
23-25
76
70-72
3
5
Tabs13. KadsrAlbumin beberapa bahan Makanan
2.2. EbtrakIkan Gabus dan aplikasinyadalam Diet
Ekstrak ikan gabus merupakan cairan yang didapat dari ekstraksi daging ikan
gabus. Prinsip dasar pernbuatan ekstrak ikan gabus adalah ekstraksi protein plasma
&an gabus. Beberapa metode pengolahan ekstrak ikan gabus telah dikenal oIeh
masyarakat, diantaranya adalah pengepresan langsung hancuran daging ikan gabus,
pengukusan, ekstraksi vakum, dan ekstraksi dengan pengontrolan suhu. Albumin
merupakan protein yang rentan terhadap panas, sehingga.suhu dan mekanisme proses
harus diperhatikan dengan baik dan benar. Dari penelitian diketahui bahwa ekstraksi
pada suhu 70 O
C memberikan rendemen terbaik. Proses yang baik akan menghasiikan
ekstrak ikan gabus yang berwarna putih kenuningan, tidak banyak endapan, dan
berarorna khas ikan gabus (tajam), diln tidak amis. Untuk meningkatkan cita rasa
ekstrakikan gabusseringditambean brbagaijenis rempah dalam pengolahnnya.
Hal-ha1Penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan ekstrak ikan gabus,
adalabkualitas daging ikan gabus, ukuranpotongan dagingymg diekstraksi,dan suhu
ekstraksi. Ikan gabus sebagai bahan baku pembuatan ekstrak ikan hams mempunyai
kualitas yang baik, jib memungkinkan berasal dari ikan ymg masih hidup atau
belum mengalami proses rigor. Rahayu (1992) menjelaskan bahwa proses rigor mortis
dapat rnenurunkan kandungan protein plasma, karena sebagian protein yang Iarut
dalam air akan berubah menjadi protein yang tidak larut air. Perubahm kelmtan ini
Bahan Makanan Kadar
Albumin (% TP) Protein (%)
Kedelai
Kacang tanah
Peas
Beras
h3W2
Oats
Gandum
Putih telur (Oval dm Conal)
&an gabus
10
15
21
10.8
4.0
20.2
14.7
73
24
39
24.8
25.7
7.4
9.2
12.6
11.2
10,6
25,2
akan berdarnpak pada rendernen. Perubahan protein karena rigor rnortis disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi fraksi protein dan keadaan ikan
Jika tidak rnemungkinkan untuk mendapatkan ikan yang masih hidup sebelum
proses, maka hams dipastikan bahwa ikan bermutu baik dengan tanda-tanda
sebagaimanaterangkum dalam Tabel 5. Ikan gabus yang telah mengalami kerusakan
akan menghasilkan ekstrak ikan dengan aroma amis. Aroma amis ini relative sulit
dihilangkan atau dinetralisir. Aroma arnis disebablcan kslrena terbentuknya trirnetil
atnin oksida (TMAO). TMAO mempunyai sifat larut air, sehingga daIam proses
ekstraksenyawaini akan ikut terekstrak.
Keadaan Ikm
Pra rigor
Pasca rigor
Pernotongan daging dimaksudkan untuk: rnernperkecil ukuran sehingga Iuas
permukaan a k a semakin besar. Semakin besar luas permukaan daging yang
bersinggungm dengan panas dnn air, semakin tinggi laju ekstriiksi. Tidak dianjurkan
untuk menghancurkan daging ikan gabus, karena dapat mernpercepat penggumpalan
seiamaekstraksi @emanasan)sehinggarnenghambatpengeluaran plasma dari daging.
Albumin, sebagaimana protein umumnya sangat rentan terhadap pengaruh
suhu, sehingga penerapan suhu yang tepat sangat diperlukan dalam proses untuk
Surnber :Rahayu, 1992
Tipe daging
Merah
Putih
Merah
Putih
Ikan mengalamikerusakan
Keruh dan masuk ke dalam
-
Merahicoklat gelapdan busuk
Kental dan aroma busuk
Sisik mudah dicabut dan
kusam
Lembek dan berair
Busuk
Parmeter
Mata
Insang
Lendir
Sisikkulit
KelenturanJkenyal
h m a
Sarkoplasma(%)
29.0
37.4
22.5
32.8
Ikan bermutu baik
Jernih dan cembung
Merah dan tidak busuk
Encer dan aroma segar
Sisik kuat dan mengkilat
Lenturkenyal
Segar
Miofibril(%)
62.4
59.2
66.1
61.3
menghasilkansari ikan yang berhalitas baik. Karena pemanasan akan mempengaruhi
permiabilitas dinding sel sehingga proses pengeluaran plasma darijaringan bisa lebih
cepat. Penerapan yang terlalu tinggi dapat rnengkoagulasikan protein plasma. Suhu
koagulasi beberapa albumin disajikan dalam Tabel 6. Protein plasma yang
terkoagulasi &an menempel pada protein rniofibril (benang daging), sehingga dapat
menghalangi keluamya protein plasma dari daging, Penerapan suhu proses antara 70
- 80 OC memberikan basil yang baik. Pemanasan pada suhu 90 "C selama 10 menit
telah dapat menggumpalkan sebagain besar protein plasma sehingga tidak bisa
diekstrak.
Tabel 6. Suhukoagulasi beberapa albumin
Sumber albumin
I Suhukoagulasi ("C)
I
I
Albumin telur 56 f
Albumin serum (sapi)
Para praktisi gizi-kesehatan telah memanfaatkan ekstrak ikan gabus sebagai
makanan tambahan (menu ekstra) untuk penderita terindikasi hipoalbuminemia, luka
bakar, dan diet setelah operasi. Dari berbagai studi kasus dan penelitian diketahi
bahwa ekstrak ikan gabus secara nyata dapat meningkatkan kadx albumin pada
kasus-kasus alburninernia clan mempercepat proses penyembuhan luka pada kasus
pasca operasi (Asikin, 1999; Sugihastutik, 2002; Nilasanti, 2003). Suprayitno (2003)
telah mengungkapkan pemanfaatan ekstrak &an gabus sebagai pengganti serum
albumin yang biasanya digunakan unhk menyembuhkan luka operasi. Mudjiharto
(2007) rnenjelaskan bahwa ikan gabus merupakan bahan surnber albumin yang
potensial. Albumin ikan gabus dapat digunakan sebagai biofarma dan bahan subtitusi
albumin manusia. Agustini (2006) rnenyebutkan bahwa albumin ikan gabus secm
nyata dapat meningkatkan kadar albumin s e m dm mempercepat penutupan luka
pada tikus percobaan.
Albumin Susu @pi) 72
Sumber :de Man, 1997
2
.
3
. Albumin
Albumin merupaksrn fraksi utma protein plasma berbentuk elips dengan
panjang 150 A, mernpmyai berat moIekul dan pH isoelektfk bewariasi tergantung
spesies. Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin telor 44.000, dan di
dalam daging mamalia adalah 63.000 (Murray, 1995, Montgomery, 1993). PH
isoelektrikalbumin bervariasi antara 4,6 (albumin telor) sampsti 4,9 (albumin serum).
Albumin rnanusia yang matur terdiri dari suatu rantai polipeptida. Albumin kaya
akan asam amino lisin, arginin, asam glutamat, d
m asam aspartat diatur dalam serial
a - klik dengan 17 jembatan sulfida(Gambar 3). Dengan enzirn protease albumin
dapat:dipecahmenjadi 3 domain sebagaimanatersaji pada Gmbar4.
Gambar3. Lokasi ikatan-SN dalam molekul albumin
B
Domain
Garnbar 4. Pembagian Domain albumin
Albumin rnempunyai bent& elips, yang berxti protein ini tidak banyak
rneningkatkan viskositas plasma. Albumin mempunyai struktur yang Ientur (karena
adanya perubahan disulfida)dan mudah berubah benhtk sesuaidengan variasi kondisi
lingkungan d
m dengan pengikatan Iigan (Murray, et al, 1999 ;Sunatria, 2003). Letak
ikatan -SH dalarn rnolekul albumin yang dikaitkan dengan sifat pengikatan albumin
dengan logam atau radikal (Garnbar 4).
Albumin merupakan protein sederhana, berstruktur globular yang tersusun
dari ikatan polipeptida tunggal dengan susunan asam amino sebagaimanaditunjukan
pada Tabel 7. Albumin mencakup semua protein yang larut dalam air bebas ion, dan
ammonium sulfat 2,03 mol / L, Fraksi protein plasma ini dapat diendapkan dengan
penambahan ammonium sulfat berkonsentrasi tinggi (70 - 100%) atau pengaturan pH
sampai mencapai pH iso elektriknya.
Albumin rnernpunyai Iima karakter penting yaitu lanit dalam 2,03 mol A,
ammonium sulfat, dapat didialisa dengan air destiiat, keeepatan gerak dalam
elektroforesaadalah 6,0 didalam buffer berkekuatan ion 0,l pH 8,6, berat molekulnya
berkisar 66.000 KD, bebas karbohidrat, dan merupakan fraksi protein normal dalam
semm manusia. Kadar aibumin antara suatu spesies dengan spesies lainnya berbcda
sebagaimana ditunjukan pada Tabel 8. Salah satu faktor yang rnenentukan kadar
albumin dalam jaringan adalah nutrisi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar
albumin adalah nutrisi, lingkungan, harmon dan ada tidaknya suatu penyakit. A s m
amino rnernpunyai peranan yang sangatpenting bagi sintesaalbumin dalamjasingan.
Tabel 7. Komposisiasam amino albumin
Asam Amino
Glisin
Alanin
Valin
Leusin
Isoleusin
Serin
Treonin
Sistein !4
Metionin
FeniIalanin
Tirosin
Prolin
Asam Aspartat
Asam Glutamat
Lisin
Arginin
Histidin
Sumber :deM m (1 997)
Albumin serum (gM I 0 0 gprotein)
633
539
12,3
2,6
4,2
538
650
038
0,6
531
438
10,9
16,5
12,9
5,9
Albumin dapat terkoagulasi oleh pmas sebagaimana sifat umum protein
dengan suhu koagulan yang berbeda tergantung dari jenis albuminya sebagai mana
ditunjufian dalam Tabel 6. Perbedaan suhu koagulasi albumin dalam beberapa
sumber albumin tersebut erat kstitannya dengan kandungan asam amino sistin dan
sistein dalam albumin tersebut (Montgomery, 1993;de Man, 1997).
Tabel 8. Kandungan atburninpada beberapa organisme
Afbwnin mempunyai fungsi yang sangat banyak, di antaranya adalah fungsi
pengikatan dan transport, pengatwan tekanan osmotik, penghambatan pembentukan
flatelet dan anti trombosit, permiabilitas seI dan fungsi sebagai antioksidan (Sunatrio,
2003). Albumin mencakup hampir 50 % dari protein plasma dan bertanggungjawab
atas 75 - 80 % dari tehnan osmotik pada plasma rnanusia (Murray, et al, 1999).
Montgomery (1993) menjeiaskan bahwa albumin mempunyai dua fungsi utama yaitu
mengangkut molekul-moiekul kecil meIewati plasma dan cairn sel, serta memberi
tekanan osmotik didalam kapiler.
Fungsi pertama albumin sebagai pembawa molekul-molekul kecil erat
kaitannya dengan bahan metaboiisme dm berbagai macam obat yang kurang larut.
Bahan metaboIisrne tersebut adalah asam-asam lemak bebas dan bilirubin. Dua
senyawa kimia tersebut kurang dapat larut dalam air tetapi hams diangkut melalui
dstrah dari organ satu Ice organ lain agar dapat dirnetabolisme atau diekskresi.
Albumin berperan membawa senyawa kimia tersebut, dan perm ini disebut protein
pengangkut non spesifik. Jenis obat-obatan yang tidak mudah larut air yang
memerlukan peran albumin adaiah aspirin, antikaagulan, dan obat-obat tidur. Selain
itu albuminjuga berperan sebagai pengikat anion dan kation kecil, diantaranya adalah
kalsium (Ca). Dan sebagiantembaga plasma terikat dengan aIbumin
Fungsi albumin Iainnya adaIah menyediakan 80 % pengaruh osmotik plasma.
Hal ini disebabkan albumin merupakan protein dalam plasma, yangjika dihitung atas
dasar berat rnernpunyai jumlah paling besar dm stibumin memiliki berat molekul
rend& dibanding fraksi protein plasma lainnya Montgomery (19931, dan Murray, et
Organisme
Sapi
Kuda
Kera
Kelinci
Anjing
Kucing
Albumin (% Protein plasma)
34,3
29,3
50,O
63,3
39,6
41,4
al, (1999) menginformasikan bahwa preparat albumin digunakan dalam terapi syok
hemorahgikdan Iuka bakar.
Albumin dapat berperan sebagai antioksidan (Papas, 1998: Turninah 2000).
Albumin mempunyai ikatan sulfhidrii yang dapat berfbngsi sebagai pengikat radikal,
dan struktur ini rnempunyai peranan penting dalam kasus sepsis. Albumin terlibat
daIam pernbersihan radikal bebas oksigen yang diimplikasikan dalam patogenesis
infiamasi. Lamtan fisiologis albumin serum manusia tefah diperlihatkan menghambat
produksi radikal bebas oleh leukosit polimorfonuklear. Kernampuan pengikatan ini
berhubungan dengan rnelirnpahnya gugus sulfhidril (-SH) dalam albumin (Sunatrio,
2003).
Kondisi hipaalbuminemiakerap dijumpai pada sirosishati. Hal ini disebabkan
oleh penurunan mekanisme sintesis karena disfungsi liver atau diet protein rendah,
peningkatan kataboIisme atburnin, serta adanya asites. Indikasi terapi albumin pada
sirosis hati adalah adanya asites, sindrom hepatorenal, adanya SBP, dan kadar
albumin di bawah 2,5 gYo. fenggunaan albumin dimaksudkan untuk mernelihara
colloid oncotic pressure (COP),mengikat dan menyalurkan obat, dan sebagai
penangkap radikal bebas. Albumin juga memiIiki efek antikoagulan, efek
prokoagulatori, efek pemeabilitas vaskular, serta ekspansi volume plasma, Pungsi
albumin sebagai antioksidan juga disebutkan oleh Chen, et a!, (2001). Chen
menyebutkan bahwa albumin mempunyai efek antioksidan, dan berperan dalam
penangkapanradikal,bebas pada proses pembentukanurolithiasis dan asam sialik.
2.4. Anatorni dan fisiologisHati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian
teratas dalam abdomen sebelah kanan dan di bawah diafragma (Pearce, 1987;
Junqueira, 1988). Hati mempunyai berat sekitar 1,3 kg atau 2 % berat badan orang
dewasa,dengan ukwan 12- 15 cm (Price, 2006). Hati memiliki pemukaan superior
yang cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebstgian kubah kiri.
Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung,
pancreas, sebagaimanaterlihatpada Gambar 5.
TransuerseColon
Dcscend~nn
Colon
Asutndtng Cdon
Gambar5. Letak organ hati dalam tubuh
Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segementalis kanan yang tidak
terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamenturn falsiformis yang GrIihat dari iuar. Ligamentus falsiformis berjalan dari
hati ke diafiagma d
m dinding depan abdomen. Pemukaan hati diliputi oleh
peritoneum viseralis kecuali daerah kecil pada pemukaan posteriar yang melekat:
langsungpada diahgma. Garnbarananatomi hati disajikan pada Gambar6.
Gambar6.Anatomi Hati
Secara lebih rinci hati terbagi menjadi empat lobus yang tersusun dari bagian-
bagian berbentvk segi enam yang disebut lobulus. Skema lobulus hati disajikan pada
Gambar 7.
Gambar 7. Lobulus hati
Jika jaringan hati dipotong melintang akan terlihat (dengan pengamatan
mikroskopis) setiap Iobulus berbentuk segi enam. Di tengah lobufus terdapat
pernbuluh darah. Setiap lobus hati terbagi menjadi struktut-struktur yang disebut
dengan bbulus, yang merupakan unit mikroskopis dm hgsional organ. Lobulus hati
membentuk massa poligonal prismatis jaringan hati dengan ukuran sekitar 0,7 x 2
mm (Junqueira, 1988). Lobuius-lobulus tersusun radial rnengetilingi vena sentralis
yang mengalirkan darah dari lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-
kapiler yang disebut dengan sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteria
hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel-sei fagositik atau sel kupffer (Price, 2006). Sel
kupffer merupakan sistern monosit mnkrufag yang hngsi utamanya adalah menelan
bakteri atau benda-benda asing. Pada binatang tertentu lobulus-lobulus dipisahkan
satu sama lain dan dibatasi dengan jelas oleh lapism jaringan penyambung. Hal ini
tidak terdapat pada hati manusia. Potongan rnelintztng jaringan hati disajikan pada
Gambar8.
Gambar 8. Potongan meIintangjaringan hati
Hati rnempunyai dua surnber suplai darah. Dari saluran cerna dan limpa
melalui venaporta hepatika, dan dari aorta melalui arteria hepatika. Sekitar sepertiga
darah yang masuk ke hati adaiah darah Heria, dan dua pertiganya adalah darah vena
dari vena porta. Vena porta di dalarnjslringan hati menempel melingkari lobulus hati,
kemudian mempercabangkan vena-vena interloburafis yang mengalir diantm
lobulus-lobulus hati. Vena-vena lobulus ini selstnjutnya membentuk sinusoid yang
berada diiempengan hepatosit dan bermtlara daiam vena sentralis. Vena sentralisdari
beberapa lobulus bersatu membentuk vena sublobularisyang selanjutnyamembentuk
vena hepatika.
2.5. Fungsi hsti dalam tubuh
Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalarn tubuh dan mempunyai suplai
darah yang besar (1 - 1,s liter per menit) (Gibson, 2002). Hati rnempunyai hiingsi
yang sangat banyak. Hati sangat penting untuk mernpertahankanhidup dan perperan
dalam hampir setiap fungsi metabolik hbuh yang terutama bertanggungjawab atas
iebih dari 500 aktivitas berbeda. (Price, 2006). Secara garis besar hati berfungsi
dalam aktivitassintesis,ekskretoris, dan fungsimetabolik (Chandrasoma, 2006).
Hati merupakan sumber albumin plasma, globulin, dan banyak protein.
Protein-protein tersebut disintesis daIam retihlum endoplasma. Berbeda dengan sel-
sel pada kelenjar lain, hepatosit tidak menyimpan protein dalam sitoplasmnya tetapi
secara lambat mengeluarkan protein yang telah disintesisnya ke dalam darah. Sekitar
5 % protein yang dikeluarkan hnti dihasilkan oleh sei-sel sistem makrofag (KupEer),
dan sisanya dihasilkan oleh hepatosit (Junqueira, 1988). Disamping sintesis protein
hatijuga berperan dan sekresi empedu, bilirubin, dan transport beberapamt warna.
Lipid dan karbohidrat disimpan dalam hati &lam bentuk lemak dan glikogen.
Kernampurn menyimpan metabolit-metabolit energitik ini sangat penting karena hati
terkait dengan suplai energi antara selang waktu makan. Hati juga berperan sebagai
tempat penyimpanan utama vitamin-vitamin.
Hati berperan penting dalam berbagsri hngsi metabolik, diantaranya
metabolism lemak, karbohidrat, protein, sem dalam detoksifikasi.Asam lemak bebas
darijaringan adiposa dan asam lemak rantai sedangatau pendek yang diserap di usus
diangkut ke hati. Trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid disintesis di hati dari asarn
lemak d
m berikan secara kompleks dengan protein akseptor Iemak spesifik
mernbentuk lipoprotein berdensitas rendah yang memasuki plasma. Hati juga terlibat
dalarnproses rnetabolisme lipoprotein berdensitas sedang dan rendah.
Dalam rnetabolisrne karbobidrat, hati merupakan sumber utama glukosa
plasma. Setelah makan, glukosa diperoleh dari absorbsi usus. Pada keadmn puasa
glukosa diperoleh dari proses glikogenolisis dan glukoneogenesis di dalam hati. Hati
merupakan tempat penyimpanan glikogen utama dalarn tubuh, jika tubuh mengalami
defisiensi glukosa hati memetabolisme asam lemak rnenjadi badan keton yang
berperan sebagai sumberenergi alternatifbagijaringan.
Daiam metabolisme protein-sebagai tambahan bagi b g s i sintesisnya- hati
adalah organ katabolisme protein. Urea disekresi oleh hati ke dalam plasma untuk
dikeluarkan melalui ginjal, Sebagian besar degradasi asam amino dimulai di dalam
hati melalui proses demninasi. Ammonia yang dihasilkan kemudian disintesismenjadi
urea dan diekskresikanoleh ginjaZ d musus (Price, 2006; Chandrasoma, 2006).
Dalam rnekanisme detoksifikasi, hati berperan sangat penting. Fungsi
detoksifikasi dilakukan oleh enzim-enzim hati melalui proses oksidasi, reduksi,
hidralisis, dan konjugasi, serta mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologistidak
berbahaya bagi tubuh. Zat-zat endogen (seperti indol, skatol, dn fenol) dan zat-zat
eksogen (obat-obatan) didetoksifikasioleh hati dengan mekanisme beragam tersebut.
Enzim-enzim yang berperan dalam proses detoksifikasi ini diduga terutama terdapat
dalam retikulum endoplasma, diantaranyaadalah Glukoronil tranferase yang berperan
dalam banyak metaboIisme obat. Secara umum metabolisme obat dalam tubuh dibagi
menjadi dua fase, yaitu fase fungsionalisasi yang meliputi reaksi oksidasi, reduksi,
hidrolisis, hidrasi, detioasetilasi, dan isomerasi, serta fase dua yang meliputi reaksi
glukoronidasi, sulfas, metilasi, asetilasi, serta konjugase dan kondensasi (Gibson,
2006; Junqueria, 1998).
2.6. Kerusakan Hati
Hati rnerupakan organ yang potensial,mengalamikerusakan karma merupakan
organ pertama setelah saluran pencemaan yang terpapar oleh bahan-bahan yang
bersifat toksik. Sebagai organ detoksifikasi hati sangat rentan oleh serangan radikal-
radikal bebas. Proses detoksifikasi memungkinkan terbentuknya senyawa-senyawa
yang bersifat lebih toksik dibanding senyawa asalnya @ewi, 2007).
Mekanisme kerusakan diawali dengan pemaparan taksin atau radikal bebas
yang dapat menyebabkan cidera hati. Pada &hap berikutnya akan terjadi inflamasi
hati, fibroblas dan pada akhirnya sirosis hati. Rangkaian kerusakan hati disajikanpada
Gambar 9. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh beberapa ha], di antaranya oleh
infeksi oleh virus hepatitis A, B, C, E dan non-A non-B, cytomegalovirus, herpes
simplexvirus, Epsteins-Barr), Obat-obatan (parasetamol, isoniazid, monoamin oksida
inhibitor, ekstasi, non steroidal anti inflarnatory), Kelainan rnetabolik seperti penyakit
Wilson, Penyakit kardiavaskuler fiskemikhepatitis), perlemakan hati karena berbagai
faktor.
"fihmcytax"
dmtrucllan
"fihmcytax"
dmtrucllan
Gambar9. Rangkaian kerusakan Hati
Beberapa toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan organel
dalam sel hati sebagaimana disajikan dalarn Tabel 9. Kerusakan hati dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu perlemakan hati (steatusis), nekrosis
hati, kolestasis, dan sirosis (Lu, 2006). Perlemakan hati adalah keadaan hati yang
rnengandung lemak febih dari 5 %. Beberapa toksikan (seperti tetrasiklin) dapat
menyebabkan banyak butiran lernak dalam sel hati, sedang toksikan lainnya (etanot)
menyebabkan butiran lemak yang besar sehingga menggantikan sel hati. Etanol dapat
menyebabkan kerusakan hati dengan membentuk blebs akibat terganggunya stnbilitas
membrane yang mernpengamhi kestabilan siioskelet. Mekanisrne umum kemsakan
hati tipe perlemakan ini adalah rusaknya pelepasan trigliserida dari hati ke plasma,
sehinggaterjadipenimbunan lernak dalam sel hati.
Kematian sel yang bersamaan dengan pecahnya membran plasma dapat
menyebabkan perubahan morfologik antara lain edema sitoplasrna, dilatasi retikulum
endoplasma, dan disagregasipolisom, sertaakumulasitrigliserida dalm sel. Bebempa
toksikan yang dapat menyebabkan nekrosis adalah Carbon Tetraklorida (CCb),
dimana CC4 akan berikatan secara kovalen dengan protein dan Iipida tidak jenuh
sehinggamenyebabkan peroksidasi lipida.
Nekrosis hati adalah kematian hepatosit. Nekrosis merupakan rnanifestasi
toksik yang sangat berbahaya, tetapi tidak selalu kritis karena sel hati mempunyai
kemmpuan pertumbuhan yang luar biasa (Lu, 2006). Banyak obat-obatan dapat
rnenyebabkan nekrosis hati. Asetaminofen merupakan contoh obat yang dapat
menyebabkan nekrosis hati. Asetaminofen secara normal dimetabolisme oleh sistem
glutation redukase. Pada dosis berlebih glutation menjadijenuh dan alur metabolism
altematif (sistern PdS0)menghasiIkan bahan toksik. Bahan toksik(NAPQI) inilah yang
dapat menyebabkan nekrosishati (Candrasoma, 2006).
Kalestasis adalah jenis kerusakan hati yang biasanya bersifat akut.
Menumnnya aktifitas ekskresi empedu pa& membran halikuius merupakan
mekanisme utama kolestasis. Kolestasisdisebabkan oleh steroid anabolic, kontrasepsi
oral, fenotiazin, dan antidiabetikoral.
Sirosis hati ditandaioleh adanya septa koiagen yang tersebar disebagian besar
Tabel 9. Efek Toksikan pada organel sub sel hati
hati. Kurnpulan hepatosit muncul sebagai nodul yang dipisahkan oleh lapisan berserat:
(kolagen) tersebut, Senyawa toksikan yang bersifat karsinogen seperti CC4 pada
-
ContohToksikan
Faloidin
Aflatoksin, berilium,
dimetilnitrosamin
CC14, Dimeti1
nitrosamin, fosfor
Berilium, CC14, fosfor
p
p
CC14, dimetil nitrosarnin,
fosfor
Litokolat,taurokolat
Triclor etiien, lemak
tinggi
Organel
Membran sel
Inti sel
Mitokondria
Lisosom
Sumber :Lu,2006
Fungsi
Pemasukan,
sekresi
Kontrol sel
Respirasi sef
Penyimpanan
Efek
Kebocoean
enzirn
Mutasi
Bengkak
Akumulasi
Degranulasi,
prolifemsi
Dilatasi
Proliferasi
Retikulum E.
Kanalikuli Empedu
Peroksisom
-
'
Sintesa
Sekresi
empedu
Oksidasi
jangka panjang dapat menyebabkan sirosis pada hewan, dan pada rnanusia
penyebabkan sirosisadanya konsurnsi kronis minuman beralkohol (Lu,2006).
Wati yang sehat berwarna cokelat kemerahan dengan struktur jaringan
(parenkim) yang rata. Kerusakan jaringan hati akan mengubah penampakan faal dan
jaringm hati sebagaimanadivisualisasikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Perubahanfaal dan strukturhati
2
.
7
.Deteksi disfungsi hati
Hati memerankan berbagai fungsi metabolik, maka banyak pula metode yang
dipergunakan untuk mengetahuinormal dan tidaknya fungsi hati. Lebih dari 100jenis
uji yang diterapkan untuk mengukur faal hati, namum sebenarnya hanya beberapa
jenis uji saja yang benar-benar dapat mengukur faal hati. Diantaranya jenis uji
tersebut tidak ada uji tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan
(Satyawirawan, 1983). Pada pengujian kemsakan hati, gangguan biokimia ymg
terlihat adalah peningkatan permiabiiitas dinding sel, berkwrangnyakapasitas sintesis,
gangguan ekskresi, penurunan kapasitas penyimpanan, serta gangguan pada fungsi
detoksifikasi.
Penanda biokmiauntukgangguanhngsi hati seperti GOTdan GPT (AST dan
ALT) menunjukkan adanya kerusakan hepatosit (Anonimous, 2002). GOT dan GPT
merupakan enzim-enzim intrstseluler hati, sehingga akan meningkat kadarnya dalam
darah jika terjadi kerusakan hati. Biasanya GPT meningkat lebih tinggi dari GOT
pada kerusakan hati akut, sebaliknya GOT akan meningkat lebih tinggi pada
kerusakan hati yang lanjut. Hal ini disebabkan GPT merupakan enzim yang hanya
terdapat dalam sitoplasma, sedangkaGOTterdapat dalam sitoplasmadan mitokondria
(Satyawirawan, 1983). Enzim-enzim ini terdapat dalam konsentrasi tinggi di otot,
hati, dan otak. Kenaikan konsentrasi enzirn-enzim ini di dalam dwah menunjukkan
adanya nekrosis ataukerusakan khususnya pada ketiga organ tersebut, terutama organ
hati (Murray, et al, 1999).
Indikasi gangguan fungsi hati yang Iebih lmjut adalah penurunan kadar
albumin darah. Albumin menrpakan bagian protein plasma yang disintesis di hati.
Sintesis albumin mengalami penekanan pada sejumlah penyakit khususnya penyakit
hati. Plasma darah penderita penyakit hati seringkalimemperlihathn penurunan rasio
albumin terhadap globulin. Penurunan albumin juga terjadi pada keadaan malnutrisi,
sepertikwashiorkor(Murray, ef a/,
1999)
Di dalam aplikasi klinik, SherIock menpsufkan pola tes-tes fungsi hati pada
beberapa jenis kelainan hepatobiler. Untuk diagnose iherus diusulkannya uji alkali
fosfatase, elektroforesa protein serum, dan enzirn amino tranferase (GOTdan GPT).
Penilaian berat-ringannya kerusakan hati dilakukan dengan memeriksa secara serial
bilirubin serum, albumin, aminotransferase, dan massa protrombin setelah pemberian
vitamin K. kerusakan sel hati yang minimal didiagnosa dengan kenaikan kadar
bilirubin serum dan aktivitas arninitranferase, tetapi jika dikaitkan dengan alkohol
dilakukan dengan analisis GGT.Untuk pemeriksaanpenyaring, Schmidtrnengusulkan
perneriksaan tiga macam enzim, yaitu GFT untuk kemsakan hati, GGT untuk
kolestasis, dan kholin esterase untuk fail sintesishati (Satyawirawan, 1983).
Analisis histologi (hati) sangat rnenunjang adanya dugaan kerusakan jaringan
hati. Secara normal sel merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara
tetap mengubah struktur dan kngsinya untuk memberi reaksi terhadaptantangan dan
tekanan yang selalu berubah. Trauma, panas atau dingin yang luar biasa, perubahan
tekanan atmosfiryang rnendadak, radiasi, listrik, dan senyawfa-senya~va
radikal dapat
menyebabhn kerusakan pada sel terlebih lagi sel-sel hati. Radikal bebas dapat
rnenyebabkan peroksidasi lernak daiam selaput organel sampai merusak retikulurn
endoplasma, mitokondria dan komponen lain. Hubungan silang asam amino dengan
senyawa radikal juga dapat menyebabkan kerusakan sel secara Iuas, misalnya
terjadinya inaktiviasi enzim. Interaksi senyawa radikal dengan asam nukleat dapat
rnenyebabkan mutasi pada kode genetik yang jika tidak bisa diperbaiki berakibat
gangguan pada sel Wobbins, 1995).
23. ParasetamoI
Parasetamol atau asetaminofen adalah bentuk aktif dari fenasitin. Perbedam
parasetamol dengan fenasitin adaiah parasetamol tidak menunjukkan sifat
karsinogenik sebaimana fenasitin. Parasetain01 dipergunakan sebagai analgesik dan
antipiretik sebagaimana aspirin, tetapi parasetamot tidak seefektif aspirin dalam hat
penanganan inflamasi. Rumus kimia parasetmol adalah CsH9NU2 dengan berat
molekul 151,17 glmol, krdensitas 1,263glcm3,bertitik didik 169O
C
,dan mempunyai
keiarutan daIam air 0,l -0,5 g/lOO mi pada suhu 20 O
C
.Parasetam01memiliki cincin
benzene dengan satu pgus hidroksil dan satu atom nitrogen pada gugus amida.
Strukturkimia parasetamol disajikan pada Gambar 1f
Gambar I. 2. Struktur Kirnia Paracetamol
Metabotisrne parasetmol di hati dengan rnekanisme sulfat dan glukoronat
konjugase. Hanya beberapa bagian kecil (5 %) secara normal parasetamol
dietabolisme rnelalui sistem sitokrom Pd50.Konjugase dengan glukoronat dan sulfat
akan menghasilkm asam merkapturat yang dapat diekskresikan rnelalui ginjal.
Metabolism melalui sitokrom P450&an menghasiIkan N-ace@-p-bemo-qztinone-
imine (NAPQI). NAPQI bersifat iebih reaktif dibandingkan dengan parasetamol.
Gambaranmetabolismeparasetamol disajihn pada Gambar 12.
Parasetarnal dosis toksik dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Kerusakan
hati teijadi bukan karena reaksi antam parasetamol denganjaringan hati, tetapi reaksi
antara hasil metabolik parasetamol If.TAPQI) dengan sel-sel hati. Mekanisme
kerusakan hati karena NAPQT diawali dengan penumnan enzim glutation hati.
Penumnan glutationjuga berkaitan dengan adanya stress oksidatifyang berhubungan
dengan gangguan produksi ATP. Penurunan glutation menyebabkanNAPQI bereaksi
dengan membran s d yang pada akhirnya menyebabkan kemsakan membran. Dosis
toksik parasetarnol untuk anak adalah 200 mg/kg bbhari, sedangkan untuk manusia
dewasa 150mg/kg bbkari. Pemberian parasetamol dosis 250 mg/kb BBhari selama5
minggu per oral secara nyata dapat menyebabkan kerusakan hati yang ditandai
dengan adanya degenerasi hidrofik, degenerasi melernak, dan nekrosis (Suarsana,
2005).
Glucuronld%
conjugatr Prsrecdamol
Hz-
C S O ~ O - W a
C n a
4
"
Marcap*ur l c aeld
ccbrrJugrrttax < t 4 9 0 >
excreta&I
n urlna
Gambar 12.MetabolismeParasetamot
2.9. Antiohidan dan Hepatopratektor
Antioksidan adaIah zat yang mampu memperfatnbat atau mencegah proses
oksidasi, dimana dengan penghambatan proses oksidasi tersebut kerusakan oksidatif
suatu target dapat diicurangi atau dihentikan . Ditinjau dari rnekanisme kerja
antioksidan ddapat dikelornpokkarr rnenjadi antioksidan primer dan antioksidan
sekunder. Antioksidan primer bereaksi dengan senyawa radikal dan atau
mengubahnya rnenjadi produk yang stabil, sedangkan antioksidan sekunder
rnengwangi laju reaksi awal (tahap inisiasi) reaksi oksidasi (Schuler, 1990 ;Gordon,
1990).
Antioksidan dapat berasal dari dalam tubuh (endogen) maupun dari makanan
(eksogen). Antioksidan dengan berat moIekul kecil ditemukan di dalam makanan,
seperti vitamin E, vitamin C, d m karotenoid. Antioksidan dapat disintesis di dahm
sel, seperti glutation dan superoksida dismutase. Zat gizi memerankan peranan
penting dalam menjaga pertahanan enzirn tubuh terhadap radikal bebas. Beberapa
mineral dilibatkan dalam susunan atau aktivitas enzim-enzim antioksidan tubuh.
KaiEan zat gizi dengan antioksidantubuh disajikan daiam Tabel 10.
Antioksidan mempunyai keterkaitan yang erat dengan kerusakan sel-sel hati.
Fungsi fisioIogis antioksidan adalah mencegah kerusakan komponen seiuier akibat
radikal bebas, sedangkanproduksi radikal bebas terjadi secaraterus menerus di dalam
sel (Dewi, 2007). Keberadaan antioksidan dapat melindungi sel-sel hati dari
senyawa-senyawa radikal baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh.
Tabel 10. Zat Gizi dan antioksidantubuh
I Zat Gizi
MI,Cu, Zn
Protein
Riboflavin
Peranan terkait denganantioksidantubuh
I
Vitamin C
Besi
Cu, Zn- SOD, eaeuropiasmin, stabilisasistrzlkturmembran
SintesisGSN, SOD,kataiase, peroksidase, transport logam
Glutation reduktase, perbaikan fungsi mitokondria, sistesis
FMN dan FAD
Perlindungan terhadap oksidasi lipid, dm stabilisasiIFungsl
Hemoglobin, katalase, dan perbaikan fungsi mitokondria
membran sel
Hidroksilase, pengikatan nitrosamine, daur ulang
Iantioksidanvitamin E
I
( Pernberih singlet 0,
pengikat radikal peroksil, pengharnbat
I
/ peroksidasi lipid
I
I Sintesis NAD, NADH, NADPH unNk sintesis Glutation (
I reduktase.
Sumber :Tuminah, 2000
Beberapajenis tanaman secara nyata dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor.
Komponen dalam tanaman tersebut dapat memberikan perlindungan jaringan hati
terhadap senyawa-senyawa kimia yang bersifat hepatotoksik, misalnya karbon
tetraklorida (CC14), parasetarnol, dan jamur pada hewan percobaan (Simon, et al.,
2000). Diantara tanaman sumber hepatoprotektor tersebut adalah kunyit (Curcuma
dontestica Vahl), dan temulawak (Curcurnu xanthorrhiza Roxb) dengan komponen
aktifnya bernama kurkuminoid (Kiso et al., 1983 ; Atmaja et al., 1997). Tanaman
suku Zingiberaceae dapat befingsi sebagai hepatoprotektor dengan komponen
aktifnya gingerol, sogaol dan diarilheptanoid (Hikino, 1985). Senyawa lain yang
mempunyai aktifitas hepatoprotektor adalah ekstrak bawang putih (Hidayati, 2003).
Komponen terlarut dalam bawang putih dapat digwakan sebagai hapatoprotektor
dengan cam menetralisir radikal bebas (oksidan) dalam sei tubuh dan melindungi
mikrosom hati tikus dari peroksidasi Iipida. Bawang putih mengandung komponen
organosulhr yang dapat berfungsi sebagai kemopreventif terhadap hepatotoksisitas.
Ekstrakrimpang bangle (Arafah,at al, 2004) dapat befingsi sebagaihepatoprotehor
dan anti inflamasi yang secara nyata dapat mereduksi kerusakan hati tikus yang
diinduksi oIeh CC4. SacogoIotis gabonensis (Maduka, 2005) berfungsi sebagai
hepatoprotektor dengan komponen aktifnya berupa antioksidan j
3 - karoten,
purpuragolin, tokoferoi, eugenol, dm berbagai mineral (Fe, Zn, Mn, Cu) yang dapat
rnencegah terjadinya kerusakan sel dan proteksi dari keracunan hati. Lesitin dapat
melindungi terjadinya hepatotoksisitas pa& hati tikus yang diinduksi dengan CC4
dengan mekanisme mencegah terjadinya peroksidasi Iipida /sebagai antioksidan
@ewi, 2007). Dari penulusuran pustaka diketahui bahwa sebagaian besar komponen
yang berfungsi sebagai hepatoprotektor bersifat antioksidan.
Pernanfmtan kurkurnin secara lebih rinci dijelaskan oleh Penelitian Sugiharto
(2003). Dalam penelitian Sugiharto tersebut dijelaskan bahwa infus rimpang
temuiawak mengandung bahan aktif curczrmin, minyak atsiri, flavonoid, serta
beberapa kation (Fe,Ca, Na, K). Inhs rimpang temu fawak dapat menaikkan kembali
kadar hemoglobin, nilai PCV dan MCHC (walaupun peningkatan nilai PCV dan
MCHC menunjukkan hasii tidak berbeda nyata) pada tikus putih yang diberi farutan
timbal. Kandungan bahan aktif inks rimpang temulawak (terutama curcumin) d q a t
meningkatkan aktivitas dm sintesis enzim detoksikasi dalam hati. Timbal yang
diabsorbsi dari saluran pencemaan akan ditransporksikan oleh sistem vena porta
hepatika menuju hati, kemudian dinetralisir atau ditingkatkan ekskresinya sehingga
dapat rnencegah atau menghilangkan efek toksiknya. Curcztmin dapat beperan
sebagai zat anti oksidan dan detoksikasi dengan cam meningkatkan aktivitas enzim
Gluthatione S-tuamferme (GST) serta kelompok enzim Glutharione lain (GS-x)
dalam hati. Curcunzindapat meningkatkan aktivitas dan sintesis protein haptoglobin
dan hemopexin yang terdapat dalam hati. Sehingga timbal yang berikatan dengan
hemoglobin dapat didestruksi dan dinetralisir di hati. Hemopexinadalah protein yang
berfungsi mengikat heme dan membawa heme bersirkuiasi ke hati, sedangkan protein
haptoglobin berfungsi antara lain untuk mengikat hemoglobin, peningkatan aktivitas
enzim peroksidase, serta reaksi inflamasi. Kurkurni dan ion-ion (Fe, Ca, Na, K)yang
terkandung daiam infus rimpangtemulawak, berperan sebagai agen preventif dengan
cara rneningkatkan kompetisi terhadap timbsti sebab absorbsi timbal &lam saluran
pencernaan melalui jalur y m g sama dengan penyerapan ion yang lain. Peningkatan
kandungan ion (terutama Fe) akan meningkatkan cadangan protein transferin dalm
hati dan sumsum tulang untuk digunakan kembali dalam biosintesis hemoglobin dm
eritrosit.
Mekanisrne proteksi senyawa-senyawa hepatoprotektor adalah dengan cam
melindungi hati dari pengaruh radikal bebas. Toksikan bersifat radikal bebas yang
cenderung mengambil partikel atau menempel pada molekul lain sehingga
rnenyebabkan ketidakstabilan bahkan kenrsakan malekul tersebut. Kerusakan hati
merupakan salah satu akibat dari semngan radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan
diperlukan oleh tubuh untuk rnenangkal bahaya radikal bebas yang dihasilkan oleh
metabolisme tubuh maupun dari luartubuh.
Aktivitas hepatoprotecror suatu senyawa atau kompanen dapat diketahui
dengan rnenpkur perubahan (penurunan) kadar SGOT dan SGPT yang rnerupakan
enzim spesifik didalam jaringan hati, dan perneriksaan histopatofogis hewan
percobaan yang terpapar oleh senyawa hepatotoksik. Peningkatan kadar SGOT dan
SGPTdarahmenunjukkanadanyakerusakanjaringan hati.
2.10. Degenermi dan Sel Radang
Jaringan tubuh tersusun oleh sei-sel parenkirn yang dikhususkanuntuk fimgsi
tertentu pada jaringan, dan unsur jaringan pengikat yang bekerja sebagai kerangka
penopang jaringan tersebut. Berbagai tekanan dapat menyebabkan perubahan
morfologi pada sel, diantaranya karena hipoksi, bahan kirnia dan obat, pengaruh fisik,
mikroorganisrne, mekanisme imun, ketidakseimbangan zat gizi, dan penuaan
(Robbins, 1995). Dijelaskan oleh Chandrasoma (2006) bahwa kerusakan rnernbran
sel dapat disebabkan oleh radikal bebas dalam tubuh, aktivitas sistern komplernen,
lisis oleh enzirn, lisis oleh virus, dan lisis oleh senyawa kimia dm tekanan fisik.
Radihl-radikal bebas dapat berikatan dengan membran seI (lipid) yang menyebabkan
peroksidasi lipid. Peroksidasi iipid menyebabkan kerusakan membmn sel. Rasil
metabolisrne obat (parasetamol) dapat berikatan dengan biomakromolerkuler(protein)
pada membran yang pada akhirnya merusakan memberan sel tersebut.
Kerusakan biokimia - akibat pengamh agen-agen pencedera sel - dapat
menyebabkan perubahan s t m h r dan fungsi sel. Degenerasi sel merupakan tahap
awal perubahan sel akibat pegstruh agen-agen pencedera seI. Degenemsi sel dapat
bersifat reversibel tetapi apabila cedera sel berlanjut dm proses perbaikan tidak baik
dapat menyebabkan nekrosis. Jika sel-sel mengalami cedera tetapi tidak mati, sel-sel
tersebut sering rnenunjukkan manifestasi perubahan morfologik, Bentuk penrbahan
degenerasi sel yang paling sering dijumpai adalah penimbunan air di daIam sel. Hal
ini disebabkan sei mengalami ganggum pengatwan voIurne pada bagian-bagian sel.
Akibat penimbunan air ini adalah pembengkakan seluler (cloudyswelling). Jika aliran
air yang masuk sangat besar dan menyerang organel sitoplasma seperti retikulum
endoplasma, maka pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak sitoplasma yang
bervakuola yang disebut dengan perubahan hidrofik. Pembahan selanjutnya adalah
penimbunan Iipid intra seluler di dalam sei-sel yang mengalami degenerasi. Pada
pengamatan mikroskopis sel-sel yang mengalami degenerasi bervakuola dan berisi
minyak. Jenis perubahan ini adalah perubahan berlernak ahu steatosis (Lorraine,
2006).
Respon lain yang terjadi pada sel-sel yang mengalami kerusakan adalah
pengurangan masa sel atau atrofi. Dalam perjalanan menjadi atrofi, sel hams
lnengabsorbsi diri sendiri. Bila organel sitoplasma rusak, organel.tersebut diasingkan
di dalam vakuola sitoplasma dan dicernakan secara enzimatis. Proses ini cenderung
meninggalkan bekas-bekas yang tidak tercerna yang sedikit-demi sedikittertimbun di
dalam sel.
Jika pengaruh buruk pada sef tidak dapat dihentikan, maka sel akan
mengalami kernatian. Semua sel memiliki enzirn di dalamnya. S e w a h sel hidup,
enzirn-enzim ini tidak menimbulkan kerusakan sel, tetapi pada sel yang mengalami
kerusairan (kematian) enzim-enzim ini dapat menyerang dan melarutkan berbagai
unsur di dalam sel. Kerusalcan (kematian) sel ini akan menyababkan perubahan
biokimia dan memancing adanya respon dari sei-sel hidup diseki&mya. Aktivitas
peradangan merupakan bagian dari respan terhadapcedera (degenerasi)sei ini.
Peradangan adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur-unsur pendukung
jaringan terhadap cedera. Peradangan mempakan respon protektif sistem imun
nonspesifik yang bekerja untuk melokalisasi, menetralisasi, atau menghancurkanagen
pencedera dalam persiapan untuk proses penyembuhan. Sel-sel yang terlibat dalam
proses peradangan adalah leukositfagositik (neutrofil, makrofag, eosinofii), trombosit
dm limfosit. Keluarnya sel-sel dari pembuluh darah pada peradangan akut diawali
dengan pengeluaran neutrofil, kemudian makrofag, danjika berlanjut didominasi oleh
limfosit(Price, 2006).
Penyembuhan sel dad cedera (regenerasi) menrpakan serangkaian langkah
yang dipicu oleh beberapa fitktor, diantaranya adalah suplai darah yang baik ke sel
yang mengalami cedera, usia, ketersediaan zat gizi, dan kngsi leukosit serta respon
peradangan yang normal. Pergantian sel-sel parenkim yang hilang dengan
pembelahan sel parenkirn disekitarnya dapat puia memuIitrkan jaringan yang
mengalami cedera. Kernampuanregenerasi sel ditentukan oleh kemampuan sel untuk
membelah diri, jumlah sel-sel viable yang bertahan, dan keberadaan kerangka
jaringan ikat.
Berkurangnya suplai darah ke sel yang mengalami peradangan sangat
berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Individu yang mengalami kerusakan
jaringan, dm tidak mampu memproduksi eksudat seluler akan menyebabkan
terjadinya infeksi yang berat.
Proses penyembuhan sangat bergantung pada proliferasi seluler dan aktivibs
sintetik. Aktivitas sintetik sangat dipengamhi oleh ketersediaan zat-zat gizi. Pada
individu yang mengalami kekurangan gizi penyembuhan luka tidak akan optimal
(Lorraine, 2006). Kekurangan salah satu faktor diet menyebabkan gangguan
metabotisme yang pada akhirnya rnenyebabkan gangguan pada proses penyembuhan
luka.
3.1. Waktu dan TempatPenelitian
Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan dimulai pada bulan April 2008 sampai
dengan Desember 2008 dengan tahapan sebagaiberikut :
a. Tahap satu dengan fokus analisis komponen kimia ekstrak ikan gabus di
Laboratorium pangan Jurursan Gizi PoltekkesMalang untuk persiapan contoh dan
Laboratorium K i i a FakuItas Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah
Malang untuk pengujian kadar mineral (Cu, Fe, Zn), fraksi protein, serta aktivitas
antioksidan (DPPH).
b. Tahap dua pengujian potensi ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector di
Laboratorium Pangan Jurusan Gizi Poltekkes Malang untuk perlakuan tikus
percobaan dan Laboratorium Klinik Pattimura Malang untuk analisiskimia dm&
serta LaboratoriumHistologi FKH IPB Bogor untuk analisishistologi
3
.
2
. Bahan dan Aiat
Bahan penelitian meliputi :
1. Ekstrak ikan gabus. Pengolahan ekstrak ikan gabus mengacu pada proses yang
dilakukan oleh penyedia ekstrak ikan gabus Instalasi Gizi Rumah Sakit Saifid
Anwar Malang. femilihan ekstrak ikan gabus dari Instalasi Gizi RSSA Malang
didasarkan pada alasan bahwa mulai tahun 1999 ahli gizi di RSSA Malang telah
mempelajari dan memanfmtkan ekstrak ikan gabus untuk penanganan berbagai
kasus terutama kasus-kasus terindikasi hipoalbuminemia. Skerna ekstraktor yang
dipergunakan untuk ekstraksi ikan gabus disajikan pada Gambar 13. Dan alir
pengolahan ekstrak ikan gabusdisajikan pada Gambar 14.
2. Parasetamol sirup dengan kadar 24 mdml dipergunakan untuk memapar tikus
sehingga didapatkantikus dengan gangguan fungsi hati.
3. Reagen-reagen kimia yang disesuaidengan analisis kimia,
4. Ransum tikus standar
5. Tikus percobaan dari galur Wistar Jantan dengan umur 8 -9 minggu
Peralatanpenelitian disesuaikan denganjenis analisisyang diambil.
Tutupalat
- -
~engatur
panas
Alat sarifig
Ekemen pemanas
alr
Gambar 13. SkemaAlat PengolahanEkstrak &an Gabus
IKAN GABUS SEGAR
u
PEMBERSEf-IANSISIK DAN IS1 PERUT
u
PENCUCIAN
u
PNGECILAN UKURAN
(potonganmelintang denganketebalan *1 cm)
U
PROSESEKSTRAKSI
(suhu70*2,5 OC selama4jam)
u
(dengan kain saring berlapis(4 lapis))
u
PEMANASANPADA SUHU 50 'C SELAMA 15 MENIT
u
PENGEMASAN (DALAM BOTOL)
u
EKSTRAKIKAN GAfSUS
Gambar 14.Alir prosespengolahanekstrak ikan gabus
3.3. Ftarrcangan=set
Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu analisis komponen kimia ekstrak
ikan gabus dan pengujian pengaruhnya terhadap perlindungan fungsi dm faal hati.
Garisbesar afir penelitian disajikan pada Gambar 15.
I Esktak lkan Gabus
I
I Analisis Zat Gizi dan DPPH
I Tikus Model
+
Pengelornpokansecara acak 1
Setelah 7 hariperlakuan, kelompok7tiga,empat, [!madan enam disonde
dengan parasetarnoldosis 500 mglkg BBIhariselama 7 hari
1.
-
Hari ke-8 pengambilandarah dan hati I
SGPT Albumin dan DPPH
hrnbar 15.Diagram Aiir Penelitian
Tahap satu (analisis komponen gizi ekstrak ikan gabus) menggunakan
sampling secara acak dengan 3 ulangan, kemudian dilakukan analisa kadar protein
total, albumin, mineral seng, tembaga, besi, dm aktivibs antioksidan (DPPH). Ilata
kadat Albumin, seng, tembaga, besi, dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus
dianalisisdengan statistikadeskriptif.
Tahap dua (pengujian ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector)
menggunakan rancangan acak lengkap @AL) yang terdiridari 5 kelompok perIakuan
dengan 5 ulangan, sehingga diperlukan 25 tikus putih jantan galur Wistar dengan
umur 8 - 9 minggu. Pemeliharaan tikus percobaan dilakukan pada kandang
pemeliharaan (bukan kandang metabolik) dengan pelaksanaan :
1. Setiaptikus ditempatkanpada kandang terpisah
2. Pakan diberikan secara adlibifunr,dilakukan 2 hari sekali @agijam 8-9, dan
sorejam 16-17).
3. Pergantian sekam dilakukan setiap2 hark sekali
4. Suhuruangan berkisar berkisar 25 O
C
5. Peneranganruangan menggunakanIampu danjendela yang cukup.
6. Air minurn.
Pengelompokan pada tahap 2 adalah sebagaiberikut :
6 Kelompok satu (EIG30). Tikus diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus 30
mYkg bbhari secara sonde tanpa diinduksi dengan parasetamol dosis 500 mgkg
BBhari
Kelompok dua (ETG30PCT). Tikus diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus
30 mVkg BBhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol dosis 500
mgkg bb/hari
+ Kelompok tiga (EIG60PCT). Tilcus diberi ransum standar dan ekstrak ikm gabus
60 ml/kg bblhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol dosis 500
mgkg bb/hari
6 Kelompok empat (KRPCT). Tikus diberi ransum standar dm kurkumino 30
mgkg bbhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol dosis 500 mgkg
bbhari
+ Kelompok lima (KT). Tikus diberi ransum standar tanpa ekstrak ikan gabus
maupun kurkumino dan diinduksidengan parasetamol dosis 500 m a g bb/hari
Tndwksi parasetamoldosis 500 mgkg bbhari diI&ukan selama7hari berturut-
turut melalui sonde. Pada hari ke 8 (24 jam setelah perlakuan terakhir) dilakuan
pernbiusan dan pembedahan untuk pengambilan darah dan pengangkatan hati.
Pembedahan dimulai jam 8 pagi. Pembiusan menggunakan kloroform. Darah
disentrihgasi dengan kecepatan 3500rpm seIama 10menit untuk mendapatkan serum
yang kemudian dilakukan analisis albumin, SGOT,SGPT, dan aktivitas antioksidan.
Organ hati dicuci dengan larutan fisiologis kemudian difiksasi dengan larutan
formalin 10 % untuk persiapan pembuatan preparat histologi. Organ terfiksasi
distoping point dengan alkohol 70 % dan dilanjutkan dengan dehidmsi, penjernihan
dengan silo], infiltrasi dan embedding dalam parafin. Setelah pemotongan dengan
mikrotom setebal 5 pm, sediaan diwarnai dengan pewarnaan Wematoksilin-Eosin
(HE) dm dianalisis seeara kualitatif tingkat degenerasi sel yang terjadi, dan dihitung
jumlah sel-sel radang yangt e r h u l a s i dalamjaringan hati tikus percobaan.
Data SGOT, SGPT, albumin, aktivitas antioksidan serum, dan jumlah sel-se1
radang dlam jaringan hati dianalisis dengan uji Statistik Anova satu arah
menggunakan model Liner Yij = p + Ai + Eu. Apabila analisis ANOVA
menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (p < 0.05) atau sangat
nyata (p < 0.01) terhadap respon pengarnatan, maka perlu diIanjutkan dengan uji
beda Ianjut BNT. Tingkat degenerasi sef-sel jaringan hati dianalisis seem kualitatif
dengan membandinghn besar kecjlnyatingkat degenerasi padajaringan hati tikus.
3.4. Jenisdan Metode Pengambilan Data
Berbagai data yang diperlukan dalam penelitian, dan metode pengambiian
datanya dijabarkan sebagaiberikut :
1. AnalisisKadar Mineral Seng (Vogel, 1985)
Reagensia yang diperlukan untuk analisis seng adaIah larutan seng standar ,
lanrtan diklorofluoreseinstandar, Larutan gom arab 2 %, dan larutan arnonium asetat
2 M .Mekanisme kerja dimulai dengan memipet Ianttan dengan menggunakan buret
yang terkalibrasi sebanyak 5,0 ; 10,O; 3.5,O;20; dan 25,O m
f larutan seng standar dm
dialirkan ke dalam labu-labu volurnetri 100 ml. Ke dalam masing-masing Iabu
ditarnbahkan 10 ml larutan amonium asetat, 4 ml larutan gom arab, dan encerkan
menjadi 45 rnl dengan aquades. Kemudianmenambahkan dengan tepat 0,4 ml larutan
contoh menggunakan mikro pipet, dan kocok perlahan-lahan, memindakan larutan
ke fiurometer untuk diukur flueresensinya,dengan standar diklorofluoresein,dimulai
dari Iarutan dengan kadnr seng tertinggi.
Kadar mineral sengdalam contoh dihitung dengan turnus :
CAbsorban Contoh
X Konsentrasi Standar
Absorban Standar
Volume (ml) Contoh 1
2. Analisis Kadar Mineral Tembaga (Vogel, 1985)
Reagensia yang diperlukan adalah larutan bisikloheksanon oksaliidhidrazon,
dan larutan standar. Mekanisme keja analisis mineral tembaga dimulai dengan
memipet dengan cermat 1 ml contoh, masukkan dalam erlemeyer 150 ml, kemudian
menambahkan 5 ml asam klorida pelcat, dan 5 ml asam nitrat pekat, kemudian
memanaskan dengan lembut. Menambahkan S
O ml aquades, kemudian 10 ml
larutan asam, dan secara hati-hati menambahkan 10 ml larutan ammonia pekat.
Mendinginkan larutan dalarn suhu kamar, kemudian mengencerkannya sampai 100ml
(dengan labu volumetri). Memipet 10 ml aliquot d m memasukkannya ke dalam Iabu
volurnetri 100 m
l
,kemudian menambahkan 20 ml reagensia tembaga, mengencerkan
menjadi 100 ml, dan memindahkannya ke dalam gelas piala 100 ml. Larutan
dibiarkan pada suhu kamar selama l-menit, kelnudian mengukur abosorbansinya
pada panjang gelombang 570 run. Kadar mineral tembaga dalam contoh dihitung
dengan rumus :
Absorban Contoh
X Konsentrasi Standar
Absorban Standar
1 Volume (mi) Contoh 1
3. Analisis Kadar Mineral Besi (Vogel, 1985)
Prinsip analisis mineral besi adaiah mengkonversi bentuk fero menjadi feri
menggunakan oksidator, kemudian direaksikan dengan Potasium tiosianat sehingga
mernbentuk feri-tiosianat yang berwarna rnerah. Warna yang terbentuk intensitasnya
dapat diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 480 nm.Kadar Mineral Besi
dalam contoh dohitsng dengan rumus :
Absorban Contoh
X Konsentrasi Standar
Absorban Standar 1
C Volume (ml) Contoh J
4. Analisis Total Protein Serum (Harahap, 2001)
Reagensia yang diperiukan untuk analisis kadar total protein adafah Sodium
hidroksida 200 mmolfl, Potasium sodium tartarat 23 mmolfl, Tembaga sulfat 12
mmoV1, Potasium iodida 30 mmoV1, dan Larutan protein standar 8 g/dl dengan
mekanisme kerja sebagai berikut. Memipet larutan dengan skema pada Tabel I I.
Tabel 11.Analisis Kadar Protein
mencampur larutan dengan baik, dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit,
Larutan
Lamtan contoh/standar
Reagensia
kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm. Kadar Protein
dalam contoh dihitung denganrumus :
Balanko
Absorban Contoh
X KonsentrasiProtein Standar
Absorban Standar
ContoWStandar
5. AnalisisKadar Albumin Serum (Harahap, 2002)
Reagensia yang diperlukan adalah pereaksi albumin (BCG), larutan standar
albumin. Metode kerja sebagai berikut, memipet larutan dengan skemapada Tabel 12.
Tabel 12. Analisis KadarAlbumin
-----
1000 pl
kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 632 nm. Kadar albumin
20 yl
100 p1
Larutan
Larutan contoh/stmdar
Reagensia
aquades
dalam contoh dihitung dengan rumus :
AbsorbanContoh
X Konsentrasi Albumin Standar
Absorban Standar
mencampur larutan dengan baik, dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit,
Blanko
-----
2 ml
0,01 rnl
Contohfstandar
0,01 ml
2 ml
-----
6. Analisis SGOT( Serum GlutamatOksaloasetatTransarninase) (Harahap, 2001)
Reagensia yang diperlukan berupa substrat GOT (L-Alanin 200 mM,
a-Ketoglutarat 2 mM), Larutan 2,4-Dinitropenylhydrmin ImM, Laruan NaOH 0,4
N, dan larutan standar Pymvat 4 mM. Metode kerja analisis SGOT dimulai dengan
rnenyiapkan 4 tabung reaksi, kemudian melakukan pengambilan reagen, contoh, dan
standar serta aquadestdengan urutan sebagaimana disajikan Tabel 13.
Tabel 13.Analisis Kadar SGOT
Semua larutan dicampur dengan baik, kemudian diinkubaskan pada suhu 37 O
C
selama 30 menit, kernudian menambahkan pada masing-masing tabung 5 ml Iarutan
Larutan
Substrat (mi)
Contoh (ml)
Standar (ml)
Aquades (ml)
2,4-DinitmpeenylhydrazinImM, kemudian larutan dicampurdengan baik dm biarkan
Standar
0,5
--
0,f
--
Tes
0,5
0,1
--
pada suhu kamar selama 20 rnenit. Tahap berikutnya adalah menambahkan pada
Blanko
0 s
--
--
0,1
masing-madng tabung reaksi 5 ml larutanNaOH 0,4 N, dicampur dengan baik dan
diinkubasikanpada suhukamar selama 5 menit, kemudian dibaca absorbansinyapada
panjang gelombang505 nm. Kadar SGOTdaIam contoh dihitung denganmmus :
Absorban Contoh
X Konsentrasi SGOTStandar
Absorban Standar
7. Analisiskadar SGPT(Serum GlutamatPimvatTransarninase) (rr~rahap,2001)
Reagensia yang diperlukan berupa substrat GPT (L-Aspartat 200 mM,
a-Ketoglutarat 2 mEvl),Larutan 2,4-DinitropeenylhydrazinimM, Laruan NaOH 0,4
N, dan Standar Pyruvat 4 mM. Metode kerja analisis SGPT dimulai dengan
rnenyiapkan 4 tabung reaksi kernudian melakukan pengambifan reagen, contoh, dan
standar serta aquadest dengan urutan sebagaimana disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14.Analisis Kadar SGPT
Larutan Tes Standar Blanko
Substrat (ml)
Contoh (ml) 0,1 --
Standar (ml) --
Semua larutan dicampur dengan baik, kemudian diinkubaskan pada suhu 37 O
C
selama 60 menit, kemudian menambahkan pada masing-masing tabung 5 m
I larutan
2,4-DinitropenylhydrazinImM, kemudian larutan dicampur dengan baik dan biarkan
pada suhu kamar selama 20 menit. Tahap berikutnya adalah menambahkan pada
masing-masing tabung reaksi 5 ml larutan NaOH 0,4 N, dicmpw dengm baik dan
diinkubasikan pada suhu kamar selama 5 menit, kemudian dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang 505 nm. Kadar SGPT contoh dihitungdengan rumus :
Absorban Contoh
X Konsentrasi SGPTStandar
Absorban Standar
8. Pengukuranaktivitas antioksidandengan metode DPPH
Larutan DPPH (diphenyl picril hydrazil hydrate) 0.004% dalam etanol
(pereaksi standar) harus selalu daIam keadaan barn. Dua mi ekstrak ikan gabus
difarutkan dalam 4 ml air bebas ion, kemudian dimasukkan ke dalam larutan DPPH
(ImM, 1 ml). Campuran tersebut dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30
menit, kemudian diukur absorbansinya. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 517 nm. Kemampuan contoh mereduksi DPPH dapat
dinyatakan dalam persentase yang dihihmng dengan rumus :
(1-(AbsorbanContoh/Absorban blanko)X 100%
atau dengan kuantitas (rnmolfl)yang dihitungdenganrumus :
Aa -(Ab -Ac)
Aa
Dimana Aa adalah nilai absorban DPPH tanpa contoh, Ab adalah nilai absorban
DPPH+contoh, dan Ac adalah nilai absorban contoh tanpa DPPH)
9. Histologi hatj dengan pewamaan Hematoksilin-Eosin
Organ hati yang telah diangkat, dicuci dengan larutan garam fisiologis dan
direndam dafarn larutan formalin 10 9
%
. Setelah 24 jam organ disayat-sayat dengan
pisau (silet) yang tajam secara melintang. Perendaman dalam formalin 10 %
dilakukan sampai dapatkkan warna organ yang seragarn, selanjutnya potongan organ
direndam dalam larutan alkohol 70 % (sampai waktu dehidrasi). Tahapan dehidrasi
dilakukan dalam larutan alkohol bertingkat, dimufai dari alkohol 80 % (selama 24
jam), alkohol 90 % (selama 24 jam), alkohol 85 % (selama 12 - 24 jam), alkohol
absolut 1 (selama I jam), alkohol absofut 2 (selama I jam), aikohol absolut 3 (sefama
1 jam). Setelah dehidrasi dilanjutkan dengan tahapan penjernihan dalam silol dengan
rincian silol 1 (selama 1jam), silol 2 (selama 1 j
a
m
)
, dan silol 3 (selama 1 jam), dan
dilanjutkan dengan infiltrasi dalam parafin dengan rincian parafin a (selama I jam),
parafin b (selama 1 jam), dan parafin c (selama 1 jam). Setelah infiltrasi dalam
parafin dilanjutkan dengm embedding dalam parafin dan dishpan dalam lemari
pendingin selama 24jam kemudian dilekatkan pada balok kayu berukuran 1 X 1 X 1
cm. Organ dalam parafin yang telah dilekatkan pada balok kayu kemudian dipotong
dengan mikrotom dengan ketebalan rnaksirnal 5 pm. Setelah diinkubasi selama 24
jam, preparat diwarnai dengan metode HE.
Pewarnaan WE diawali dengan deparafinisasi daiam silol satu selama tiga
menit, kemudian silol dua selama tiga menit, dan silol tiga %lama 5 rnenit. Tahapan
berikutnya addah perendaman dafam alkohol bertingkat dimulau dari alkohol absoiut
tiga, absolut dua, absolut satu, alkohol 95 %, alkohol 90 %, alkohoi 80 % masing-
masing 3 menit, dan alkohol70 % selama 5 rnenit. Setelah perendaman dalam alkohol
dilanjutkan dengan perendaman dalam air kran d m aquades masing-masing selama 10
menit.
Perendaman daIam hematoksilin dilakukan setama 3,5 menit dilanjutkan
perendaman dalam air kran selama lebih dari 7 menit(sambi1 dipantau penyerapan
warna hematoksilin dengan rnikroskop), dan aquades selama 5 menit. Perendaman
dalam eosin dilakukan selama 5 menit, selanjutnya direndam dalam air kran dan
aquades masing-masing selama. 5 menit. Tahap akhir adalah clearing dalam larutan
afkohol bertingkat (70 %
, 80 %, 85 %, 90 %
, absolut 1,absolut 2, absolut 3) masing-
masing beberapa detik, kemudian silol 1, silol 2, dan silol 3 masing-maing I menit.
Preparat yang telah dijernihkan kemudian ditutup dengan gelas penutup yang
dilekatkan dengan entelan.
4. HASrLDAN PEfMBANASAN
4.1. GambaranUmum Ekstrak Ikan Gabus (Chan?zastriata)
Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) diproses dari daging ikan gabus segar
dengan pemanasan bersuhu 70 f 2,5OC, menggunakan alat sebagaimana disajikan
pada Gambar 13, dan alir proses yang disajikan pada Gambar 14. Proses ekstraksi
dengan suhu 70 12,S°C dipilih karena dari penelitian sebelumnya (2001) diketahi
bahwa penerapan suhu 70 t-2,5'C memberikan basil terbaik.
Ekstraksi dengan suhu di bawah 7Q°C menghasilkan ekstrak ikan yang
berwma merah keruh. Wama merah ini dapat disebabkanadanya sel-sel darah merah
(hemoglobin) yang belurn terkoagulasi yang ikut terekstrak, karena hemoglobin
rnernpunyai kelartltan yang sama dengan albumin yaitu larut drtlam air bebas garam.
Ekstrak ikan yang benvarna merah ini sangat mengganggu pernanfaatan ekstrak ikan
gabus sebagai makanadminuman. Ekstrak ikan yang benvarna rnerah tidak bisa
membentuk gel saat dishpan dalam suhu dingin, sedangkan ekstrak ikan yang baik
(benvarna kuning pucat) akan membentuk strukr gel saat disimpan di suhu dingin.
Ekstrak ikan yang berwarna merah sangat mudah terkoapiasi oleh pmas saat proses
pasteurisasi sebelumpengemasan.
Ekstraksi dengan suhu di atas 7
0
°
C menghasilkanesktrak ikan benvarnsr putih
keruh karena banyaknya endapan. Kekenrhan pada ekstrak ikan yang diprosesdengan
suhu diatas 70°C dapat disebabkan oleh sebagian protein plasma yang terkoagulasi
oleh panas, sebagaimana dijelaskan oleh de Man (1997) bahwa suhu tinggi dapat
mengkoagulasikan protein plasma. Suhu koaguiasi protein plasma berbeda-beda
bergantung pada surnber albumin tersebut (TabeI 6). Radar albumin ekstrak ikan
yang diproses dengan suhu di atas 70°C lebih rendah (0,9 g/100 ml) dibandingkan
dengan esktrak ikan gabusyang diprosesdengan suhu 70°C.
Kemampuan ekstrak ikan
gabus yang diproses dengan suhu di atas 70 OC untuk membentuk gel juga lebih
lemahjika dibandingkandengan ekstrakikan gabusyang diprosesdengan suhu 70 OC.
Hal ini dimungkinkan terkait dengan kadar albumin yang ada dalam ekstrak ikan
gabustersebut.
Hasil ekstraksi berupa cairan berwarna kuning pucat yang jika didinginkan
akan mernbentuk struktur gel dan jika dikondisikan pada suhu ruang akan kembali
benvujud air. Kemampuan rnembentuk gel karena pendinginan ini dapat dijadikan
indikator fisikadanyaalbumin dalam ekstrak ikan gabus.
Ekstrak ikan gabus yang baik beraroma h a s ikan segar, tidak amis, &n tidak
beraroma daging ikan yang masak. Kualitas ikan gabus sebagai bahan b&u ekstrak
ikan sangat mempengaruhi aroma ekstrak ikan yang dihasikan. Ran yang telah
mengalami kerushn akan menghasilkan ekstrak ikan yang beraroma amis. Aroma
amis ini dapat disebabkan adanya oksidasi terhadap senyawa bernitrogen yang
terekstrak bersama sarkoplasma. Peptida dan asam amino bebas serta asam Iemak
bebas seringkali dikaitkan dengan rasa dan aroma daging ikan. Senyawa-senyawaIain
yang berperan dalam badaroma ikan adalah senyawabelerangatsiri,hidrogen sulfida,
metil merkaptan, metil disulfida dan gula yaitu ribosq glukosa dan glukosa 6 fosfat
(deMan ,1997)
Ekstrak ikan gabus yang baik berasa hambar. Ha1 ini dapat disebabkan oieh
rendahnya kadar lemak dalam ekstrak ikan gabus (0,77 g/100 ml). Rasa ikan sangat
dipengaruhi oleh kadar lemaknya. Disebutkan oleh Moeljanto (1990), bahwa Iemak
merupakan salah satu komponen yang menyebabkan rasa enak (gurih). Dari 1000 g
ikan gabus segar akan menghasilkan 600 g daging ikan yang siap diekstrak, dan dari
600 g dagingtersebut dapat menghasilkan 150 ml ekstrak ikan gabus. Jumlah ekstrak
ikan yang dihasilkan akan meningkatjika suhu ekstraksi ditingkatkan,dan sebaliknya
akan menurunjika suhu ekstraksi diturunkan. Ikan yang telah mengalami rigor mortis
sebelum diproses &an menghasilkan ekstrak ikan yang lebih sedikit. HaI ini dapat
disebabkan rigor mortis rnenyebabkan perubahan kclarutan protein plasma. Protein
plasma dari daging ikan yang telah mengalami rigor mortis mempunyai kelarutan
yang rendah dalam air.
4.2. Komposisi Gui EEcstrak I h n Gabus
D
a
r
i hasil analisis kimia (penelitian tahap satu) diketahui bahwa ekstrak &an
gabus mengandung beberapa macam zat gizi. Protein merupakan zat gizi rnakro
terbanyak dalam ekstrak ikan gabus dengan h k s i terbesarnya adalah albumin. Zat
gizi makro lainnya adalah glukosa dan lipida dengan kadar yang sangatrendah (lebih
kecil dari 1 g/100 ml). Mineral seng (Zn), tembaga (Cu), dan besi (Fe), merupakan
sebagian mineral yang terkandung dalam ekstrak ikan gabus. Komposisi gizi ekstrak
ikan gabus disajikanpada Tabel 15.
Tabel 15. Komposisi GiziEsktrak &an Gabus
.
.
.
.
Hasil analisis komposisi zat gizi esktrak ikan gabus ini memberikan dukungan
informasidan memperkuat hipotesis bahwa ekstrak ikan gabus mengandungberbagai
senyawa yang terkait dengan proses penyembuhan luka. Untuk sintesis jaringan
diperlukan energi dan protein yang cukup, serta dukungan vitamin dan mineral
khususnya mineral seng. Disebutkan (2006) bahwa ketersediaan zat gizi (protein,
vitamin, mineral) merupakan salah satu faktor yang mempercepat penyembuhan luka.
Ekstrak ikan gabus mengandung protein sebagai sumber asam amino dan cadangan
energi, dm juga mineral seng, tembaga, dan besi yang diperlukan untuk sintesis
jaringan.
Zat Gizi
Protein (dl00 ml)
Albumin (g/100 ml)
Zn (rng/100 ml)
Cu (mg/lOO ml)
Fe (rnd100 ml)
4.2.1. Protein dan Albumin Elkstrak Ikan Gabus
Kadar
3,37 k 0,27
2,17k 0,14
3,43 1t 0,28
2,34 h 0,99
0,8f 0,09
Protein adalah salah satu zat gizi makro yang penting bagi tubuh. Protein
makanan merupakan sumber asam amino esensial bagi tubuh. Asam amino-asam
amino diperlukan tubuh untuk berbagai keperiuan diantaranya untuk sintesisjaringan
tubuh dan cadangan energi. Ditinjau dari bahan baku pembuatan ekstrak ikan gabus
(hewani), protein ekstrak ikan gabus tergolong protein lengkap karma tersusun dari
asam amino - asam amino esensial. Ditinjau dari metode ekstraksi yang diterapkan,
protein ekstrak ikan gabus merupakan protein sarkopIasma, dimana albumin
merupakan fraksi protein terbesar dalam sarkoplasma. Kesimpulan ini diambil karena
sarkopfasma mempunyai sifat larut air atau larutan garam berkekuatan rendah (0,5
%), dan dapat diekstrak dengan teknologi sederhana Wngepresan). Rahayu (1992),
dan Montgomery (1993), menyebutkan bahwa protein sarlroplasma dapat diekstrak
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor
2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor

More Related Content

Similar to 2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor

Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Farhan Yuzevan
 
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
Repository Ipb
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
AlazizSetiawan1
 
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudaraEfektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Yuvita Anggraini
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
Repository Ipb
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
Repository Ipb
 

Similar to 2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor (20)

Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalInduksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
 
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker AndaEfektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
 
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxEkstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
 
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
 
2358 2988-1-pb
2358 2988-1-pb2358 2988-1-pb
2358 2988-1-pb
 
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIKFITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027
 
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudaraEfektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
 
Jurnal Teknologi Pertanian
Jurnal Teknologi PertanianJurnal Teknologi Pertanian
Jurnal Teknologi Pertanian
 
Intern Tertum
Intern TertumIntern Tertum
Intern Tertum
 
PENGETAHUAN N-GREEN
PENGETAHUAN N-GREENPENGETAHUAN N-GREEN
PENGETAHUAN N-GREEN
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
 
Tunjuk langit
Tunjuk langitTunjuk langit
Tunjuk langit
 
Usulan Penelitian Asam Urat
Usulan Penelitian Asam UratUsulan Penelitian Asam Urat
Usulan Penelitian Asam Urat
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
 
analisa pangan.pptx
analisa pangan.pptxanalisa pangan.pptx
analisa pangan.pptx
 
analisa pangan .pptx
analisa pangan .pptxanalisa pangan .pptx
analisa pangan .pptx
 

Recently uploaded

127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx
127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx
127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx
JonathanIngram16
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  BantulJual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
viagrajogja
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdfJUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
graceduma3
 
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdahmateri tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
tien148950
 
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
danangandi
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (17)

127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx
127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx
127743877-Otopsi-Virtual-forensic-basic.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  BantulJual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptx
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptxPeran orang tua dalam mendidik anak.pptx
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptx
 
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdfJUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdahmateri tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
 
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Peritonitis dan Optek Perforasi Gaster.pptx
Peritonitis  dan Optek Perforasi Gaster.pptxPeritonitis  dan Optek Perforasi Gaster.pptx
Peritonitis dan Optek Perforasi Gaster.pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.pptPenyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
 
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptxPosyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
 

2009ahs kajian proporsi bagian tubuh dan kadar sebagai hepatoprotektor

  • 1. UJI POTENSI EKS IKANGABUS (Chnnnnstriata)SEBAGAI HEPATOPROTECTOR PADA TIKUSYANG DEENDUKSXDENGANPARASETAMOL SEKOLAHPASCASAFUANA UYSTITUTPERTANXAN BOGOR BOGOR 2009
  • 2. PERNYATAAN MENGENATTESIS DAN SUMBER INFORMASINYA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Uji Potensi Ekstrak Zkan Gabus (Channa striafa) sebagai Hepatoprotector pada Tikus Yang diinduksi dengan Parasetamol" adalah karya saya di bawah bimbingm Prof. Dr. Made Astawan dan drh. Tutik Wresdiyati, Ph.D. Karya ini belum pernah diajukan d d m bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkanmaupun tidak diterbitkantelah disebutkan dalam teks dm dicantumkm dalm Daflar Pustakadi bagian akhirtesis ini. Bogor, Juli 2009 AgusHeri Santoso NRP F251060061
  • 3. ABSTRACT AGUS HERI SANTOSO. The Potential of Snakeheadfish's (Channasaiata) Extracts as a Hepatoprotector in Rats Induced with Toxic Dose of Paracetamal, supervisedby MADE ASTAWAN and TUTXK WRESDIYATI. The high level of hepatitis prevalence shows that liver is experiencing a serious health problem. Supply of hepatoprotector to prevent liver foam, is needed. Snakehead fish (Channa striata) is a freshwater fishwidely spread in Indonesian area. Snakehead fish is rich in albumin arid various minerals. Snakehead fish's extract utilization in diet can evidently accelerate healing of wound and increasing of serum albumin of patient indicated with hypoalbuminemia. This researchwas aimed to determine nutrient contents and antioxidant activities of snakehead fish's extracts and evaluate its ability of those as hepatoprotector in rats induced with toxic dose of paracetamol. It was known fiom this research that Snakehead fish's extract was containing protein (3.36 g/IOQml),albumen (2.17g/100ml), Zn (3.43 rng/lOOml), Cu (2,34 rng/100d), and Fe (0.81 mg/lOOd). Snakehead f i s h ' s extract had an antioxidantactivities of 0,14 k 0,002 mmoV1or 90.93 % compared with vitamin E. Paracetamol dose of 500 mgkg BWIday given for 7 days evidently increasing SGOT contents and cell degeneration, and decreasing antioxidant activitiesof the serum and albumincontents. Admission of snakeheadfish's extract could restrain the increase of SGOT and suppress degeneration of the hepatic cell, as well as limit the decrease of serum's antioxidantactivitiesand albumin contents. It is concluded fiom this research that extract of snakeheadfishcould be utilized as a hepatoprotector Keyword :Channastriata, snahhead$sh's extract, albumin, hepatoprofeetor
  • 4. GKASAN AGUS HIEXU SANTOSO, Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Hepatoprotector pada Tikusyang Diinduksi dengan~arasetamol, di bawah bimbing& W E ASTAWAN danTUTIK WRESDIYATI. Tingghya prevalensi hepatitis memberikan gambaran btihwa gangguan Eungsi hati merupakan ancaman kesehatan yang serius, sehingga peran hepatoprotector sangatlahpenting. Beberapa ekstrak bahan nabati telah terbuhi dapat berfimgsi sebagai hepatoprotector, diantaranya addah ekstrak bawang putih, ekstrak rimpang bangle, ekstrakh y i t , dan lesitin. Ekstrak ikan gabus adalahcairanberwarna putih kekuninganyang dihilkan dari pengukusan daging ikan gabus segar (suhu 70 *2,5 "C)yang dipadukan dengan rempah. Ekstrak ikan gabus diberikan sebagai menu ekstra bagi penderita dengan indikasi hipodbumindm luka, baik luka setelah operasi maupun luka bakar.Beberapa penelitian yang menggunakm ekstrak ikan gabus sebagai menu ekstra dalarn diet memberikan informasi bahwa pemberism ekstrak &an gabus dalam diet berkorelasi positif dengan peningkatan kadar albumin plasma dm proses penyembuhan luka, sehingga diduga dalam ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan beberapa mineral yang erat kaitamya dengan proses penyembuhan luka. Albumin juga dapat berfimgsi sebagai antioksidan, memperbaiki kapasitas antioksidan plasma, dan dimungkinkan dapat berfungsi sebagai senyawa proteksi hati (hepatoprotector). Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar protein, albumin, mineral seng, tembaga, besi, dm aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus, serta menguji kemampuan ekstrak ikan gabus sebagaihepatoprutector. Penelitian dilakulcan dalam dua tahap. Tahap pertama analisis komponen gizi ekstsak ikan gabus, dan tahap kedua uji kemampuan ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector. Analisis zat gizi ekstrak ikan gabus menggmakan sampling secara acak dari tiga proses pengolahan ekstrak ikan gabus, kemudian dilakukan analisis kadar protein total, albumin, Zn, Fe, Cu, dm aktivitas mtioksidan (DPPH). Data kadw Albumin, Zn, Fe, Cu, dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus dianalisis secara deskriptif. Pengujian ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector pada tihs rnenggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dm 5 uIangan. Pengelompokan pada tahap dua adalah sebagai berikut :Keiompok satu (EfG3O),tikus diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus 30 mlkg bblhari secara sonde tanpa diinduksi parasetamol. Kelompok dua (EIG30PCT), tikus diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus 30 mVkg bb/hari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol. Kelompok tiga (EIG60PCT),tikus diberirmsum standmdan ekstrakikan gabus 60 mlkg bbhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol. Kelompok empat (KRPCT), tikus diberiransum standar dan kurkumino 30 mgkg bbhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol. Kelompok lima (PCT), tikus diberi ransum standar dan diinduksi dengan parasetamol. Induksi parasetamol dosis 500 mgkg bb/hari dilakukan selama 7 hari beriurut-turut melalui sonde. Pada hari ke 8 (24 jam setelah perlakuan terakhir) dilakuan pembiusan dm pembedhan untuk- peng-ambilan darah dm pengangkatan hati. Darah disentrifhgasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan s e m yang kemudian dilakukan analisis albumin, SGOT, SGPT, dan aktivitas
  • 5. antioksidmya. Organ hati dicuci dengan larutan fisiologis kernudian difhasi dengan larutan formalin 10 % untuk persiapan pembuatan prepatat histologi. Organ terfiksasi direndarn dalam alkohol 70 % dm dilmjutkan dengan dehidrasi, penjernihan dengan silol, infiltrasi dm embedding dalam parafin. Setelah pernotongan dengan dkrotom setebal 5 pm, sediaan diwmai dengan pewmaan Hernatolcsilin-Eosin (HE) dan dimalisis secarakualitatif. D a r i hasil penelitian ini diketahui bahwa ekstrak ikan gabus mengandung protein f3,36 5 0,29 dl00 ml), albumin (2,17 * 0,14 dl00 ml) Z n(3,34 * 0,8 rng/lOO ml), Cu, (2,34 k 0,98 md100 ml), dm Fe (0,2 0,09 rng/100 ml), s e a rnernpunyai aktivitas antioksidan 0,14 k 0,002 mmoV1, atau sebanding dengan 90,93 % aktivitas antioksidan vitamin E. Hail ini menunjukkan bahwa ekstrak ikan gabus sangat berpotensi utuk mendukung proses penyembuhan luka dan difimgsikan sebagai antioksidan. Pemberian parasetamol dosis 500 m a g bbhari melalui sonde selama 7 hari berturut-turut secara bermakna menaikkan SGOT dm menunadsan kadar albumin yang menandakan adanya gangguan h g s i hati. Pemberian ekstrak &an gabus secara bermakna dapat menahan p e n m a n kadar albumin dm aktivitas antioksidan serum akibat pemberian parasetamol dosis tinggi. Pemberian ekstrak ikan gabus secara b e m a dapat menahan kenaikan kadar SGOT akibat pemberian parasetamol dosis tinggi. Dari gmbaran fad hati diketahui bahwa terjadi degenerasi sel dan peningkatanjumlah sel radang padajaringan hati tikus karena pemberian parasetamol dosis 500 mgkg bbhari selama 7 hari b e m i - hut. Pemberian ekstrak ikan gabus dapatm e n d a n tingkat degenerasi sel-sel hati dm menekanpeningkatanjurnlah sel-sel radang padajaringan hati tikus percobaan. Dari hasil analisis SGOT, SGPT, albumin dm aktivitas antioksidan serum dm gambaran faal hati tikus percobaan disimpulkan bahwa eksbak ikan gabus dapat difungsikan sebagai hepatoprotector. Kata Kmci :ekstrak ikan gabus, albumin, hepatoprotector,
  • 6. @ H a k Ciptamilk IPB, tahm 2009 Hak Cipta dilindungiUndang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagianatau selunrhkaryatulis ini tanpa mencanhunkanatau , menyebutkannarasmber. a. Pengutipanhanyauntuk kepentinganpendidikan,penelitian, penulisankaua ilmiah, penyusunanlaporan, penulisankritik atautinjauansuatumasalah b. Pengutipantidakmemgikankepentinganyang wajar IPB 2. Dilarang rnengum.umkandm rnemperbanyak sebagian atau seluruhkaryatulis dalam bentuk apapuntanpa izin IPB
  • 7. UJI POTENSI EKSTRAKIKAN GABUS (Channastriatn) SEBAGAI HEPATOPROTECTOR PADA TIKZTS YANGD ~ D U K S I DENGAN PARASETAMQL Oleh :Agus Heri Santoss NIM F 251060061 Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoiehgelar MagisterSains pada Program Studi Ilmu Pangan SEKOLAHPASCA SARJANA
  • 8. KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan pencipta, pengatur, dan pemelihara alam, tiada Tuhan yang benar u11tuk diibadahi kecuali Allah. Tuhan yang telah memberikan ilham, bimbingan dan kekuatan kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul "Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striafa) sebagaiHepatoprotectorpada Tikus yang Diinduksi dengan Parasetamol" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga Nabi Muhammad dm sahabat-sahabatnya, Sehubungan dengan selesainya karya tulis ini, sebagai wujud m a syukw saya kepada Allah yang telah menggerakkan hamba-hamba-Nya untuk membantu saya, dengan ini saya mengucapkan salam dan terimakasih kepada : I. Bapak Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS., danIbu drh. Tutik Wresdiyati, Ph.D., yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dm arahan kepada saya dalam pelaksanaan penelitian dm penulisan tesis ini, teriring do'a semoga amd budi Bapak dm lbra dicatat dan dilipat gandakanoleh Allah untuk kebaikan di dunia dan di akhirak- 2. Bapak Dr. Ir. Sukarno, M.Sc. yang menguji dan memberikan masukan-masukan pada karyatulis ini. 3. Ketua Program Studi IPN beserta Staf, Kepala Laboratorium Histologi bescrta staf, Kepala Laboratorium Kimia UNMUH Malang beserta staf, Kepala Laboratorium K l i Pattimwa beserta St& dan Direktur Paliteknik Kesehatan Malang beserta staf, Ketua Jurusan Gizi beserta staf sciring do'a semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik dan kefnajw pada institusi beliau semuanya atas bmtuan baik moral maupunmateriil- 4. Rekan-rekan rnahasiswa LPN khususnya arigkatan 2006 dengan selipm pesan 'persaudaram sangat rhembantu meringankan kita dalam kehidupan ini, janganlah kita bakhil dalam memberikan bantuan kepada saudara kita, meskipun hanya sekedar dorungan semmgat dan saran', semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan dan pertolongan kepada Eta.
  • 9.
  • 10. Judul Tesis Nama NW. :Uji Potensi Ektrak Ikan Gabus (Channaspiata) sebagai Hepatoprotector pada Tikus yang Diinduksidengan Parasetamol :Agus Heri Santoso :F 251060061 Disetujui Kornisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS. Ketua Ketua flromam Sbdiiayor Ilmu Pangan drh. Tutik ~resdivati, Ph.D. hggota Diketahui 1 1 - Dr. Ir. Ratih Dewanti Hariyadi.M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian :6 Juli 2009
  • 11. 5. Ibunda, ayahanda yang dengan lembut menyayangiku dan senantiasa mendo'akarrku, hanya Allah yang bisa membalas kasih-sayang ibunda dm ayahanda. Sernoga Allah senantisa memberikan kekuatan iman dm amal sholih kepada ibundadm ayahanda. 6. Istri dm anak-anakku yang telah banyak terkurangi hak-haknya karma tugas studi ini, teriring do'a semoga Allah senantiasa menambah nikmat ilmu dm kesabaran kepada kalian dm menjadikan kalian sebagai hamba-Nya yang faqih di dalam agama-Nya, 7. Hamba-hamba Allah yang tidak mungkin aku bisa merincinya, yang telah membantutemtamadalam do'a-do'a, semogaAllah rnemberibalasan kebaikan. Saya berdo'a kepada Allah, semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi kehidupan manusia, bukan sekedar sebendel kertas yang dibangga-banggakan. Khususnya bagi rekan-rek& profesi ahli gizi yang akhir-akhir ini menunggu informasi-infomasi banr tentang krtitan ekstrak ikan gabus dengan diet, semoga tulisan ini bisa rnemberi idormasi yang bermanfaat bagi pengembangan tatalaksma diet. Sernoga Allah mengampuni segala kekilafan dm kekuranganku, dm saya mohon maaf atas segala kekurangan selarna menempuh studi Progam Studi IPN Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2009 Agus Heri Santoso
  • 12. RIWAYAT HIDUP Penulis dilabirkan di Kediri pada tanggal 15 April 1969, dari pasangan ayah bernama Imam Sujono dm Z b u Ngatinah. Penulis menzpakan an& ke-1 dari tiga bersaudara. Penulis bekerja sebagai staf pengstjaran pada Politeknik Kesehatan Malang Jurusan Gizi, dan sebelumnya bekerja sebagai ahli Gizi pada Rumah Saw Umum Kotabaru, KaliiantmSelatandari tahun 1992-1995. Pendidikm penulis diawali dari SD Negeri Keling III lulus tahm1982, SMP Negeri 1 Pare lulus tahun 1985, SMA Negeri 1 Pare lulus tahun 1988,pendidikan Diploma 3 Gizi Malang, lulus t a b 1991, dm pendidikan Sarjana penulis tempuh pada Universitas Brawijaya Fakultas Tekonologi Petanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, lulus tahun 2001. Tahun 2006 penulis berkesempatan melanjutkan studi pada Program Magister Sains SekolahPascasarjana Institut PertmianBogor.
  • 13. DAFTAR IS1 ............................................................. DAFTAR TABEL ......................................................... DAFTAR GAMBAR ....................................................... DAFTAR LAMPIRAN I.PENDAHLnUAN ...................................................... 1.l.Latar Belakang 1.2.Perumusan Masalah ............................................... 1.3.Tujuan Penelitian ................................................... 1.4.Manfaat Penelitian.................................................. 1.5.Kerangkap Konsep ................................................... I1.TINJUAN PUSTAKA ........................... 2.1. Ikan Gabus P angan Sumber Albumin .................. 2.2. Ekstrak Ikan Gabus dan Aplikasinya dalam Diet 2.3. Albumin ................................................................ 2.4. Anatomi dan Fisologis Hati......................................... 2.5. Fungsi hati dalam tubuh ............................................ ..................................................... 2.6. Kerusakan Hati 2.7. Deteksi Disfungsi Hati ........................................... ......................................................... 2.8. Parasetamol 2.9. Antioksidan dan Hepatoprotector................................. ..................................... 2.10. Degenerasi dan Sel Radang 111.METODE PENELITIAN ..................................... 3.1. Waktu dan tempat Penelitian 3.2. Bahan dan Alat ........................................................ 3.3. Rancangan Riset ...................................................... .............................. 3.4. Jenis dan Metode Pengamhilan Data IV.HASlL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Ekstrak Ikan Gabus..................................... 4.2. Komposisi Gizi Ekstrak Ikan Gabus.......................................... xvi xvii xviii
  • 14. 4.2.1. Protein dan Albumin Ekstrak Ikan Gabus.................... 44 ....................... 4.2.2. Mineral Seng (Zn) Ekstrak Ikan Gabus 47 .................... 4.2.3. MineralTembaga (Cu) Ekstrak Ikan Gabus 49 .......................... 4.2.4. Mineral Besi (Fe) Ekstrak Ikan Gabus 49 4.3. Aktivitas Antioksidan Ekstrak &an Gabus...............................50 4.4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus terhadapFungsi ................................................................. Hati 4.4.1. PertarnbahanBerat Badan Tikus............................................... 4.4.2. Kadar SGOT dan SGPT......................................................... 54 4.4.3. Kadar Albumin....................................................................58 4.4.4. AktivitasAntioksidan serum.....................................................60 4.5. Gambaran Histologi Hati Tikus Perlakuan............................... 62 ........................................................ V.KESIMPULANDAN SARAN 71 ......................................................... DAFTAR PUSTAKA 72 ..................................................................... LAMPXRAN 77
  • 15. .............................................. I.Komposisi Gizi Ikan Gabus .......................................... . 2 Komposisi Fraksi Protein Ikan .......................................... . 3 KadarAlbumin Bahan Makanan ....................... 4.Kamposisi Fraksi Protein dan Keadaan Ikan. ........................................... 5.Tanda-tanda Kesegaran Ikan ..................................... 6.Suhu Koagulasi beberapa albumin ..........*.. ..........*....***.* 7.Komposisi asam amino Albumin . . . 8.Kandungan albumin pada beberapa Organisme....................... 9.EfekToksikan pada Organel Sub Sel Hati..................................... ....................................... 10Zat Gizi dan Antioksidan Tubuh ................................................. 11.Analisis Kadar Protein .............................................. 12.Analisis KadarAlbumin ................................................. 13.Analisis Kadar SGOT ................................................. 14.Analisis Kadar SGPT ................................. 15.Komposisi Gizi Ekstrak Xkan Gabus ................................ 16.Komposisi Fraksi ProteinPutih Telur 1.7.Hasil PengamatmMikroskopis Degenerasi Hati dan ................................................. Perhitungan Sei Radang xvi
  • 16. DAFTAR GAMBAR ................................. 1.Kerangkakonsep Penelitian 2.Morfologi Ikan Gabus........................................ 3. Lokasi ikatan S H dalam molekul Albumin......................... 4. Pembagian Domain Albumin.......................................... 5. Letak Organ Hati dalam Tubuh ...................................... 6. Anatomi Hati ............................................................ 7. LobolusHati ............................................................ 8. Potongan Melintang Jaringan Hati ................................... 9. Rangkaian Kerusakan Hati............................................. 10.Perubahan Faal dan Shuktur Hati ....................................... 11.StrukturKimia Parasetamol .......................................... 12Metabolisme Parasetamol................................................ 13.Skema alat Pengolahan Estrak Ikan Gabus........................... 14.Alir Proses PengolahanEkstrak ikan Gabus............................... 15.Alir Penelitian.................................................................... 16.StrukturKilnia Albumin............................................... 17Pertambahan BB Tikus......................................................... 18.Kadar SGOT dan SGPT .................................................... 19.Kadar Albumin .......................................................... 20.AktivitasAntioksidan Serum............................................. 21.FotomikrografJaringan Hati Tikus Percobaan yang diwamai dengan HE dengan pembesaran 200 X............................ 25.Ikatan antara Albumin dengan Mineral seng, tembaga..........
  • 17. DAE'TGRLAMP I .Hasil AnalisisKadar Protein. Albumin. Zn. Cu. Fe. dan DPPN 77 ...................... ... 2.Rata.rata kadar kimia darah tikus percobaan . , 78 ................................. 3.Hasil analisissidikragam kadar albumin 79 4.Wasil analisissidikragam kadar SGOT...................................80 5.Hasilanalisissidik ragarn kaar SGPT.....................................81 6.Hasil analisissidik ragam nilai DPPH.................................... 82 .................. 7.Hasil perhitungan PerbandinganKadar SGOT/SGPT 83 8.Pertambahan BB selamaperlakuan....................................... 84 9.Hasil analisissidik ragam sel radangpadajaringan hati tikus Percobaan..................................................................... 85 ..................... 10.Hasil AnalisisKualitatif TingkatDegenerasi Sel 86
  • 18. Segaia puji hanya pantas bagi Allah Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menciptakan alam ini dengan keseimbangan yang sempurna. Allah telah menciptakan alam dan seluruh isinya dengan penuh hikmah, dengan takaran yang adil, sehingga barang siapa menyelisihi sunnah-Nya pasti akan merugi dan mengalami kehancuran. Allah, Tuhan Yang Mahatahu telah memberikan bimbingan kehidupan kepada manusia termasuk tentang tata cara makan sebagaimana yang tennaktub dalam Al- Qur'an Surat Ai-Baqoroh ayat 172 (yang artinya) Wahai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik yang Kami berikan kepadamu. Di dalam ayat yang lain (A1 - Maidah, ayat 87 - 881, Allah menegaskan agar manusia mengkonsumsi makanan yang haXai lagi baik bagi tubuhnya, dan tidak sampai melampai batas. Nabi Muhammad SAW, dalam A1-Badist yang diriwayatkanoleh At-Timidzi, dm fmam Ahmad menegaskan bahwa tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk selain perut. CukupIah anak Adam memerlukan beberapa suapan yang bisa rnenegqwn tulang sulbinya. Jika tidak mungkin (karena masih terasa lqpar) rnab sepertiga untuk rnakanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga Iagi untuk nafasnya. Pelanggaran dari aturan Allah dan bimbingan utusan-Nya ini berakibat kurang baik bqgi kehidupan manusia, diantarannya adalah rnunculnya fenomena beban metabolik (metabolic burden) yang dialami oleh manusia modern dewasa ini. Pola hidup-khususnya pula konsumsi- yang tidak seimbang menyebabkan tubuh mengalami ketebihan kban metabolisme. Senyawa-senyawaxenobiotik lebih banyak dan beragam yang dirnasukkan ke dalam tubuh rnenyebabkan tubuh -tenrtama hati sebagai organ detoksifikasi- bekerja lebih keras. Akibatnya berbagai gangguan kesehatan,termasuk penyakit degeneratifmuncul dalam kehidupanrnanusia. Nati merupakan organ tubuh terbesaryang sangatpenting bagi manusia karena merupah pusat pytabolisrne. Sel-sel hati rnerupakan sel-sel parenkirn yang di dalsunnya terkand~~g sejumlah besar enzim. Masa sel hati berupa lobula yang membentyk m k t u r segi enam, dimana satu dengan yang lain terikat oleh jaringan ikat cjan meipuat cabang-cabang pembuluh darah. Hati mempunyai fungsi raetabolik yang sgp~at lu* di antaranya adalah metabolisme karbohidrat, protSin, dan lemak; penyim&ivq dan aktivasi vitamin dan mineral; pembentukan dan pengeluaran asam
  • 19. empedu; pusat rnetabo'tisme steroid dan detoksifikasi obat.alkoho1; dan konversi amonia rnenjadi urea. Dengan demikian gangguan pada hati akan rnenyebabkan gangguan yang seriuspada aktivitasmetabolisme. Sebagai pusat rnetabolisme dan detoksifikasi, sel-sel hati sangat rentan terhadap kerusakan. Kemsakan hati dapat disebabkan oleh gangguan rnetabolisme (Penyakit Wilson), obat-obatan (parasetamol, sulfonamida), atkohol, infeksi virus, dan paparan senyawa-senyawatoksik rnisalnyaCC14 . Parasetamol telah dikenal dm dirnanfaatkan secara Iuas oleh masyarakat. Parasetarno1 mudah didapatkan di toko-toko obat secara bebas tanpa resep dokter. Parasetamof adalah bentuk aktifdari fenasitinyang difbngsikan sebagai analgesikdm antipiretik sebagaimana aspirin. Parasetamol diketahui dapat menghambat aktivitas enzirn siklooksigenase. Secara normal parsematoI dirnetabolisrne di hati dengan mekanisme sulfat dan glukoronat konjugase, dan hanya sebagian kecil melibatkan mekanisme siktokrom P450. Dalam dosis tinggi (diatas 150 mgkg bb/24 jam) parasematol dapat menyebabkan keracunan hati, degenerasi sel-sel hati ,dan pada &hapberikutnya rnenyebabkan nekrosis. Gangpan fungsi hati merupakan ancaman kesehatan yang seriusdi Indonesia. Sekitar 7 juta penduduk Indonesia terinfeksi virus hepatitis C dan sekitar 1I juta terinfeksi virus hepatitis B. Angka prevalensi tersebut akan terus meningkat kstrena hepatitis dapat juga disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, dan racun. FakEor lain yang mendukung pcrtambahan prevalensi hepatitis adaIah gejala hepatitis tid& spesifk sehingga sulit terdeteksi sejak dini. Sekitar 10 - 20 % prevalensi hepatitis dapat berkembang menjadi sirosishati (Siswono, 2006). Atas dasar realita ini, maka asupan hepatoprotector (komponen yang dapat mernproteksi hati) sangat diperlukan. Senyawa-senyawa antioksidan dafam bahan pangan dapat difimgsikan sebagai hepatoprotector. Bebempa penelitian menginformasikan bahwa beberapa jenis senyawa kimia, baik obat-obatan maupun dalam bahan pangan, secara nyata dapat befingsi sebagai hepatoprotector, dianhranya adalah ekstrak bawang putih (Hidayati, et al, 20031, ekstrak rimpang bangle (Arafah, er a], 2004), silymarin (Tedesco, 2004), sacogolotis gabonensis (Maduka, 2005), ekstrak mengkudu (Suarsana, 2005), dan lesitin (Dewi, 2007). Beberapajenis obatjuga dapat bertindak sebagai hepatoprotector,di antaranya adalah kaptopril dan losarbn. Kemampuan tanaman dan obat-obatan tersebut sebagai
  • 20. ~zepatopmtekctor disebabkan oleh kernampuannya sebagai antioksidan, dan khusus pada kaptopril karena adanya gugus -SH yang ada dalam obat tersebut. Albumin mempunyai banyak gugus sulfhidril (-SH) yang dapat befingsi sebagai pengikat radikal, dan adanya gugus ti01 ini mempunyai peranan penting dalam penanganan kasus sepsis. Albumin dapat berfungsi sebagai antioksidan. Albumin terlibat dalam pembersihan radikal bebas oksigen yang diimplikasikan dalam patogenesis inflamasi. Larutan fisioiogis albumin serum manusia telah diperlihatkan menghambat produksi radikal bebas oleh Ieukosit polimorfonuklear. Kemampuan pengikatan ini berhubungan dengan melirnpahnya gugus sulfiidril (-SH) dafam albumin (Sunatrio, 2003). Protein yang kaya akan gugus -SH akan mampu mengikat logam-logarn berbahaya dan juga senyawa-senyawa yang bersifat radikal bebas. Chen, er al, (2001) melaporkan bahwa albumin mempunyai efek antioksidan, dan berperan &lam penangkapan radikal bebas pada proses pembentukan urotithiasis dan asam sialik. Ikan gabus (Channa striata ) merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dikenal Iuas oteh masyarakat Indonesia. Ikan gabus merupakan jenis ikan perairan umum yang bernilai ekonomis. Ikan gabus banyak ditemukan di peraim umum dan belum dibudidayakan secara luas. Ikan gabus hidup di muara-rnuara sungai, danau dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan terhadap kekeringan, dan dapat ditemukan di berbagai perairan umum di wilayah Indonesia, di antaranya Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, Singkep, FXores, Ambon, dan Maluku dengan nama yang berbeda. Di Palembang ikan gabus dikenal dengan sebutan deleg, di Jawa dikenal dengan sebutan kutuk, d m di Kalimantan dikenal dengan ikan man atau hartran,dan di Sulawesi dikenal dengan sebutan ikan dalak. lkan gabus telah dipercaya dapat mempercepat proses penyembuhan luka sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi oleh pasien pasca opemsi dan ibu-ibu sehabis melahirkan. Hal ini dapat disebabkan ikan gabus mengandung protein yang tinggi terutama albumin, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan Iuka. Dari sudut pandang gizi-kesehatan, ikan gabus merupakan sumber protein (khususnya albumin), dan mineral yang diperlukan bagi proses penyembuhan dan pertahanan tubuh. Ikan gabus berkarbohidrat dan berlemak rendah. Ekstrak ikan gabus yang diolah dengan teknologi sederhana telah dikenal di kalangan praktisi gizi untuk berbagai macam keperluan, diantaranya untuk diet pra dan pasca bedah, hipoalbuminemia, d a ~ diet pada luka bakar. Pemberian menu ekstra
  • 21. ekstrak ikan gabus pada penderita terindikasi hipoalbumin, secara nyata dapat meningkatkan kadar albumin pada kasus-kasus alburninerniadan mempercepat proses penyembuhan luka pada kasus pasca operasi (Asikin, 1999; Sugihastutik, 2002; Nilasanti, 2003; Suprayitno, 2003). Dari hasil penetifian yang telah ada, diduga di dalam ekstrak ikan gabus terkandung senyawa-senyawa penting bagi proses sintesis jaringan, seperti albumin, mineral seng (Zn), tembaga (Cu), dan juga besi (Fe). Atas dasar dugaan bahwa di dalam ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan mineral-mineral yang rnendukung aktivitas antioksidan tub&, rnaka pada penelitian ini akan diuji kemampuan ekstrak ikan gabus sebagai hepuoprutecror dengan tikus jenis Wistar sebagai hewan uji dan kurkumino sebagai pembandingnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dugaan pemanfaatan ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector dengan cara menganatisis komponen gizi (protein, albumin, mineral seng, tembaga, dan besi), dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus, serta mengujikannya pada tikus yang diinduksi dengan parasetamol dosis tinggi (500 mg/kg bbhari). Kerangka konsepsional penelitan disajikan pada Gambar 1. 1.2.PerurnusanMasalah Ikan gabus merupakan bahan pangan sumber protein (albumin). Beberapa penelitan telah menyebulkan bahwa ekstrak ikan gabus secara bermakna dapat meningkatkan kadar albumin pada kasus hipoalburninemia, dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Dari hasit-hasil penelitian tersebut, diduga di dalam ekstrak ikan gabus terkandung albumin dan mineral-mineral yang penting bagi proses penyembuhan luka seperti mineral seng, tembaga dan besi. Dari tinjauan teoritis, albumin mengandung banyak gugus suifhidril (-SH) yang dapat berhngsi sebagai hepatoprotedor. Mengacu pada berbagai penelitian dan laporan apiikasi ekstrak ikan gabus dalam diet yang telah dilaksanakan, dan dari tinjauan teoritis struktr~r albumin, fungsi mineral seng, tembaga dan besi, maka pernasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah "Apakah ekstrak ikan gabus dapat befingsi sebagai hepatoprotector?".
  • 22. 1.3. Tujuan 1. Mengukur kadar protein dan albumin ekstrak ikan gabus. 2. Mengukur kadar mineral Seng, Tembaga, dab besi ekstrak ikan gabus. 3. Mengukur aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus secara in vitro 4. Mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak ikan gabus terhadap perubahan kadar SGOT, SGPT, albumin dan aktivitas antioksidan darah hewan percobaan yang diinduksi parasetamoi dosisracun. 5. Mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak ikan gabus terhadap perubahan histologi hati hewan percobaan yang diinduksi parasetarno1dosis racun. 1.4. Manfaat Penelitian Nasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infonnasi ilmiah tentang ekstrak ikan gabus khusunya pemanfaatannya daiarn tatalaksana diet. Adanya informasi ilmiah ini akan dapat memperluas pernanfaatan ikan gabus bagi kesehatan. Penerapan teknologi sederhana dalam pengolahan ekstrak ikan gabus dalarn penelitian ini mempunyai maksud agar hasil penelitian ini juga bisa diapiikasikan pada tingkat rumah tangga, sehingga masyarakat mernpunyai alternatif sumber pnngan beralbumin tinggi yang relatif murah dan bisa diolah sendiri (tingkat rumah tangga).
  • 23. 1.5. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penclitian disajikan pada Garnbar 1. I GangguanMetabolisme I Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
  • 24. 2. TINJAUANPUST 2.1. Ikan GabusPangan SumfierAlbumin fkan gabus (Channa striata , I merupakan jenis ikan perairan umum yang bemilai ekonomis. Ikan gabus masuk dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kefas Actinopterygii, Order Perciformis, Famili Channidae, Genus Channa, dm Spesies Channa striata. &an gabus merupakan ikan asli perairan tawar daerah tropis seperti Asia dm Afiika. Ikan gabus banyak ditemukan di perairan umum dan beIum dibudidayakan secara Iuas (Rahayu, 1992). Ikan gabus hidup di muara-muara sungai, danau dm dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan terhadap kekeringan, dan dapat ditemukan di berbagai perairan umum di wilayah Indonesia, di antaranya Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lornbok, Singkep, Flores, Ambon, dan Maluku dengan nama yang berbeda. Di Palembang ikan gabus dikenal dengan sebutan ikan deleg, di jawa dikenal dengan sebutan ikan krrtuk, dan di Kalimantan dikenal dengan ikan ntan atau ha~xan, dan di Sulawesi dikenai dengan sebutan ikan duluk. Ikan gabus dapat memijah sepanjang tahun dengan jumlah fekunditas untuk ikan dengan uhran panjang total 18,5- 50,5 cm dan bobot 60 - 1.020 g r berjumiah 2.585 - 12.880butir. Ikan gabus bersifat karnivora dengan ciri-ciri fisik memiliki bentuk tubuh hamgir bulat, panjang dan rnakin ke belakang berbentuk pipih (conpresse~$. Bagian punggung cembung, perut rata dan kepala pipih seperti ular (head snah). Warna tubuh pada bagian punggmg hijau kehitaman dan baggian perut benvarna krem atau putih. Siripikan gabustidak rnernilikijari-jari yang keras, mempunyai sirippunggung dm sirip anal yang panjang dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada lebar dengan ujung membulat. Xkan gabus dapat mencapai panjang 90 - 110cm. Morfologi ikan gabus disajikan pada Gambar 2. Ikan gabus mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk. fkangabus banyak ditemukandi sungai-sungai dan rawa, kadang-kadang terdapat di air payau berkadar garam rendah. Masyarakat telah mengenal dm memanfaat ikan gabus untuk berbagai keperluan, rnisalnya sebagai bahan baku produk olahan seperti kerupuk dan pempek (Palembang), ikan asin dan ikan asap (salai) gabus yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Di Kalimantan Selatan ikan gabus (hawan)biasanya digunakan sebagai masakan lauk pauk seperti haruan
  • 25. bakar, sayur asam haruan dan masakan habang yang bisanya disajikan dengan nasi kuning. Gambar 2. Morfologi Ikan Gabus Ikan gabus diketahui mengandung senyawa-senyawa penting yang berguna bag8 tubuh, diantaranya protein, dan beberapa mineral (Sediaoetama, 1985). Kadar protein ikan gabus bias mencapai 25,5 %, yang berarti Iebih tinggi dibanding dengan protein ikan bandeng (20,O %), ikan emas (16,O %I, ikan kakap (20,O%I,rnaupun ikan sarden (21,I %). Kadar albumin ikan gabus bisa mencapai 6,22% , dan daging ikan gabus mengandung mineral seng dengan kadar 1,74 mg/100 gram (Carvalo, 1998). lkan gabus telah diknal dan dipercaya oleh masyarakat sebagai rnakanan yang dapat mempercepatproses penyembtlhan luka. Ibu yang habis melahirkan, anak yang baru dilrhitan, d mjuga pasien pasca operasi biasanya dianjurkanrnengkonsumsi daging ikan gabus untuk rnempercepatpenyembuhan (kering) iuka. Anjuran tersebut sangat terkait dcngan komponen gizi (protein, albumin) ymg terkandung datam daging ikan gabus. Di masyarakat telah dikenal berbagai produk berbahan baku ikan gabus, diantaranya tablet, krim, dan ekstrtik ikan gabus. Komposisi gizi ikan gabus disajikan pada Tabel I. Sebagaimana protein ikan urnumnya, ikan gabus mengandung tiga jenis protein yaitu protein larut (yang mudah dihilangkan dengan cara ekstraksi), protein stromajaringan ikat, dan protein kontraktil.Sarkoplasmamerupalrancairan yang ada di antara miofibril (deMan, 1997). Protein sarkoplasma disehut juga miogen,
  • 26. termasuk dalam protein ini adalah albumin, mioalbumin, mioprotein, globulin-X dan miostromin. Albumin, mioalbumin dan mioprotein mempunyai sifat mudah larut dalam air. Globulin dan miastromin sukar larut dalm air tetapi mudah larut dalam larutan basa atau asam lernah. Protein ini larut. dalam air dan Iamtan garam berkekuatan ion rendah (konsentrasi garam 45 %), dapat digumpalkan dengan suhu tinggi (90' C). Romponen Kimia I I i Sumber: Sediauetarna,1985 Protein (g) Lemak (g) Besi (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Vit. A (SJ) Vit, B3 (mg) Air Kadar protein sarkoplasma berbeda pada setiap jenis ikan bahkan Jenis berbeda antara jenis daging rnerah dm daging putih. Ikan berdaging putih Ikan Gabus Segar 25,2 1,7 Q,9 62 176 150 0,04 69 mengandung protein sarkoplasma yang lebih tinggi dibanding yang merah. Rahayu Ran Gabus Kering 58,O 4,o 0,7 15 100 I00 0,lO 24 (1992) menjelaskan bahwa proses rigor (kekakuan) dapat menurudmn kadar protein sarkopiasma. Hal ini disebabkan proses dgormortis akan rnenyebabkan protein sarkoplasma mengalami perubahan sifat:rnenjadi tidak. larut air. Perbedaan komposisi fraksi protein ikan disajikan dalam Tabel 2. Tabei 2. Komposisi fraksi protein beberapa spesies ikan I Fraksi Protein Sumber :Rahayu,1992. Kod (laut) M a s (tawar) I Kadar albumin ikan gabus dapat disebandingkan dengan bahan makanan sumber albumin lainnya, misainya telur. Kadar albumin ikan gabus dm beberapa bahan makanan disajikan dalam Tabel 3. 21 23-25 76 70-72 3 5
  • 27. Tabs13. KadsrAlbumin beberapa bahan Makanan 2.2. EbtrakIkan Gabus dan aplikasinyadalam Diet Ekstrak ikan gabus merupakan cairan yang didapat dari ekstraksi daging ikan gabus. Prinsip dasar pernbuatan ekstrak ikan gabus adalah ekstraksi protein plasma &an gabus. Beberapa metode pengolahan ekstrak ikan gabus telah dikenal oIeh masyarakat, diantaranya adalah pengepresan langsung hancuran daging ikan gabus, pengukusan, ekstraksi vakum, dan ekstraksi dengan pengontrolan suhu. Albumin merupakan protein yang rentan terhadap panas, sehingga.suhu dan mekanisme proses harus diperhatikan dengan baik dan benar. Dari penelitian diketahui bahwa ekstraksi pada suhu 70 O C memberikan rendemen terbaik. Proses yang baik akan menghasiikan ekstrak ikan gabus yang berwarna putih kenuningan, tidak banyak endapan, dan berarorna khas ikan gabus (tajam), diln tidak amis. Untuk meningkatkan cita rasa ekstrakikan gabusseringditambean brbagaijenis rempah dalam pengolahnnya. Hal-ha1Penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan ekstrak ikan gabus, adalabkualitas daging ikan gabus, ukuranpotongan dagingymg diekstraksi,dan suhu ekstraksi. Ikan gabus sebagai bahan baku pembuatan ekstrak ikan hams mempunyai kualitas yang baik, jib memungkinkan berasal dari ikan ymg masih hidup atau belum mengalami proses rigor. Rahayu (1992) menjelaskan bahwa proses rigor mortis dapat rnenurunkan kandungan protein plasma, karena sebagian protein yang Iarut dalam air akan berubah menjadi protein yang tidak larut air. Perubahm kelmtan ini Bahan Makanan Kadar Albumin (% TP) Protein (%) Kedelai Kacang tanah Peas Beras h3W2 Oats Gandum Putih telur (Oval dm Conal) &an gabus 10 15 21 10.8 4.0 20.2 14.7 73 24 39 24.8 25.7 7.4 9.2 12.6 11.2 10,6 25,2
  • 28. akan berdarnpak pada rendernen. Perubahan protein karena rigor rnortis disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Komposisi fraksi protein dan keadaan ikan Jika tidak rnemungkinkan untuk mendapatkan ikan yang masih hidup sebelum proses, maka hams dipastikan bahwa ikan bermutu baik dengan tanda-tanda sebagaimanaterangkum dalam Tabel 5. Ikan gabus yang telah mengalami kerusakan akan menghasilkan ekstrak ikan dengan aroma amis. Aroma amis ini relative sulit dihilangkan atau dinetralisir. Aroma arnis disebablcan kslrena terbentuknya trirnetil atnin oksida (TMAO). TMAO mempunyai sifat larut air, sehingga daIam proses ekstraksenyawaini akan ikut terekstrak. Keadaan Ikm Pra rigor Pasca rigor Pernotongan daging dimaksudkan untuk: rnernperkecil ukuran sehingga Iuas permukaan a k a semakin besar. Semakin besar luas permukaan daging yang bersinggungm dengan panas dnn air, semakin tinggi laju ekstriiksi. Tidak dianjurkan untuk menghancurkan daging ikan gabus, karena dapat mernpercepat penggumpalan seiamaekstraksi @emanasan)sehinggarnenghambatpengeluaran plasma dari daging. Albumin, sebagaimana protein umumnya sangat rentan terhadap pengaruh suhu, sehingga penerapan suhu yang tepat sangat diperlukan dalam proses untuk Surnber :Rahayu, 1992 Tipe daging Merah Putih Merah Putih Ikan mengalamikerusakan Keruh dan masuk ke dalam - Merahicoklat gelapdan busuk Kental dan aroma busuk Sisik mudah dicabut dan kusam Lembek dan berair Busuk Parmeter Mata Insang Lendir Sisikkulit KelenturanJkenyal h m a Sarkoplasma(%) 29.0 37.4 22.5 32.8 Ikan bermutu baik Jernih dan cembung Merah dan tidak busuk Encer dan aroma segar Sisik kuat dan mengkilat Lenturkenyal Segar Miofibril(%) 62.4 59.2 66.1 61.3
  • 29. menghasilkansari ikan yang berhalitas baik. Karena pemanasan akan mempengaruhi permiabilitas dinding sel sehingga proses pengeluaran plasma darijaringan bisa lebih cepat. Penerapan yang terlalu tinggi dapat rnengkoagulasikan protein plasma. Suhu koagulasi beberapa albumin disajikan dalam Tabel 6. Protein plasma yang terkoagulasi &an menempel pada protein rniofibril (benang daging), sehingga dapat menghalangi keluamya protein plasma dari daging, Penerapan suhu proses antara 70 - 80 OC memberikan basil yang baik. Pemanasan pada suhu 90 "C selama 10 menit telah dapat menggumpalkan sebagain besar protein plasma sehingga tidak bisa diekstrak. Tabel 6. Suhukoagulasi beberapa albumin Sumber albumin I Suhukoagulasi ("C) I I Albumin telur 56 f Albumin serum (sapi) Para praktisi gizi-kesehatan telah memanfaatkan ekstrak ikan gabus sebagai makanan tambahan (menu ekstra) untuk penderita terindikasi hipoalbuminemia, luka bakar, dan diet setelah operasi. Dari berbagai studi kasus dan penelitian diketahi bahwa ekstrak ikan gabus secara nyata dapat meningkatkan kadx albumin pada kasus-kasus alburninernia clan mempercepat proses penyembuhan luka pada kasus pasca operasi (Asikin, 1999; Sugihastutik, 2002; Nilasanti, 2003). Suprayitno (2003) telah mengungkapkan pemanfaatan ekstrak &an gabus sebagai pengganti serum albumin yang biasanya digunakan unhk menyembuhkan luka operasi. Mudjiharto (2007) rnenjelaskan bahwa ikan gabus merupakan bahan surnber albumin yang potensial. Albumin ikan gabus dapat digunakan sebagai biofarma dan bahan subtitusi albumin manusia. Agustini (2006) rnenyebutkan bahwa albumin ikan gabus secm nyata dapat meningkatkan kadar albumin s e m dm mempercepat penutupan luka pada tikus percobaan. Albumin Susu @pi) 72 Sumber :de Man, 1997
  • 30. 2 . 3 . Albumin Albumin merupaksrn fraksi utma protein plasma berbentuk elips dengan panjang 150 A, mernpmyai berat moIekul dan pH isoelektfk bewariasi tergantung spesies. Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin telor 44.000, dan di dalam daging mamalia adalah 63.000 (Murray, 1995, Montgomery, 1993). PH isoelektrikalbumin bervariasi antara 4,6 (albumin telor) sampsti 4,9 (albumin serum). Albumin rnanusia yang matur terdiri dari suatu rantai polipeptida. Albumin kaya akan asam amino lisin, arginin, asam glutamat, d m asam aspartat diatur dalam serial a - klik dengan 17 jembatan sulfida(Gambar 3). Dengan enzirn protease albumin dapat:dipecahmenjadi 3 domain sebagaimanatersaji pada Gmbar4. Gambar3. Lokasi ikatan-SN dalam molekul albumin B Domain Garnbar 4. Pembagian Domain albumin Albumin rnempunyai bent& elips, yang berxti protein ini tidak banyak rneningkatkan viskositas plasma. Albumin mempunyai struktur yang Ientur (karena adanya perubahan disulfida)dan mudah berubah benhtk sesuaidengan variasi kondisi lingkungan d m dengan pengikatan Iigan (Murray, et al, 1999 ;Sunatria, 2003). Letak
  • 31. ikatan -SH dalarn rnolekul albumin yang dikaitkan dengan sifat pengikatan albumin dengan logam atau radikal (Garnbar 4). Albumin merupakan protein sederhana, berstruktur globular yang tersusun dari ikatan polipeptida tunggal dengan susunan asam amino sebagaimanaditunjukan pada Tabel 7. Albumin mencakup semua protein yang larut dalam air bebas ion, dan ammonium sulfat 2,03 mol / L, Fraksi protein plasma ini dapat diendapkan dengan penambahan ammonium sulfat berkonsentrasi tinggi (70 - 100%) atau pengaturan pH sampai mencapai pH iso elektriknya. Albumin rnernpunyai Iima karakter penting yaitu lanit dalam 2,03 mol A, ammonium sulfat, dapat didialisa dengan air destiiat, keeepatan gerak dalam elektroforesaadalah 6,0 didalam buffer berkekuatan ion 0,l pH 8,6, berat molekulnya berkisar 66.000 KD, bebas karbohidrat, dan merupakan fraksi protein normal dalam semm manusia. Kadar aibumin antara suatu spesies dengan spesies lainnya berbcda sebagaimana ditunjukan pada Tabel 8. Salah satu faktor yang rnenentukan kadar albumin dalam jaringan adalah nutrisi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar albumin adalah nutrisi, lingkungan, harmon dan ada tidaknya suatu penyakit. A s m amino rnernpunyai peranan yang sangatpenting bagi sintesaalbumin dalamjasingan. Tabel 7. Komposisiasam amino albumin Asam Amino Glisin Alanin Valin Leusin Isoleusin Serin Treonin Sistein !4 Metionin FeniIalanin Tirosin Prolin Asam Aspartat Asam Glutamat Lisin Arginin Histidin Sumber :deM m (1 997) Albumin serum (gM I 0 0 gprotein) 633 539 12,3 2,6 4,2 538 650 038 0,6 531 438 10,9 16,5 12,9 5,9 Albumin dapat terkoagulasi oleh pmas sebagaimana sifat umum protein dengan suhu koagulan yang berbeda tergantung dari jenis albuminya sebagai mana
  • 32. ditunjufian dalam Tabel 6. Perbedaan suhu koagulasi albumin dalam beberapa sumber albumin tersebut erat kstitannya dengan kandungan asam amino sistin dan sistein dalam albumin tersebut (Montgomery, 1993;de Man, 1997). Tabel 8. Kandungan atburninpada beberapa organisme Afbwnin mempunyai fungsi yang sangat banyak, di antaranya adalah fungsi pengikatan dan transport, pengatwan tekanan osmotik, penghambatan pembentukan flatelet dan anti trombosit, permiabilitas seI dan fungsi sebagai antioksidan (Sunatrio, 2003). Albumin mencakup hampir 50 % dari protein plasma dan bertanggungjawab atas 75 - 80 % dari tehnan osmotik pada plasma rnanusia (Murray, et al, 1999). Montgomery (1993) menjeiaskan bahwa albumin mempunyai dua fungsi utama yaitu mengangkut molekul-moiekul kecil meIewati plasma dan cairn sel, serta memberi tekanan osmotik didalam kapiler. Fungsi pertama albumin sebagai pembawa molekul-molekul kecil erat kaitannya dengan bahan metaboiisme dm berbagai macam obat yang kurang larut. Bahan metaboIisrne tersebut adalah asam-asam lemak bebas dan bilirubin. Dua senyawa kimia tersebut kurang dapat larut dalam air tetapi hams diangkut melalui dstrah dari organ satu Ice organ lain agar dapat dirnetabolisme atau diekskresi. Albumin berperan membawa senyawa kimia tersebut, dan perm ini disebut protein pengangkut non spesifik. Jenis obat-obatan yang tidak mudah larut air yang memerlukan peran albumin adaiah aspirin, antikaagulan, dan obat-obat tidur. Selain itu albuminjuga berperan sebagai pengikat anion dan kation kecil, diantaranya adalah kalsium (Ca). Dan sebagiantembaga plasma terikat dengan aIbumin Fungsi albumin Iainnya adaIah menyediakan 80 % pengaruh osmotik plasma. Hal ini disebabkan albumin merupakan protein dalam plasma, yangjika dihitung atas dasar berat rnernpunyai jumlah paling besar dm stibumin memiliki berat molekul rend& dibanding fraksi protein plasma lainnya Montgomery (19931, dan Murray, et Organisme Sapi Kuda Kera Kelinci Anjing Kucing Albumin (% Protein plasma) 34,3 29,3 50,O 63,3 39,6 41,4
  • 33. al, (1999) menginformasikan bahwa preparat albumin digunakan dalam terapi syok hemorahgikdan Iuka bakar. Albumin dapat berperan sebagai antioksidan (Papas, 1998: Turninah 2000). Albumin mempunyai ikatan sulfhidrii yang dapat berfbngsi sebagai pengikat radikal, dan struktur ini rnempunyai peranan penting dalam kasus sepsis. Albumin terlibat daIam pernbersihan radikal bebas oksigen yang diimplikasikan dalam patogenesis infiamasi. Lamtan fisiologis albumin serum manusia tefah diperlihatkan menghambat produksi radikal bebas oleh leukosit polimorfonuklear. Kernampuan pengikatan ini berhubungan dengan rnelirnpahnya gugus sulfhidril (-SH) dalam albumin (Sunatrio, 2003). Kondisi hipaalbuminemiakerap dijumpai pada sirosishati. Hal ini disebabkan oleh penurunan mekanisme sintesis karena disfungsi liver atau diet protein rendah, peningkatan kataboIisme atburnin, serta adanya asites. Indikasi terapi albumin pada sirosis hati adalah adanya asites, sindrom hepatorenal, adanya SBP, dan kadar albumin di bawah 2,5 gYo. fenggunaan albumin dimaksudkan untuk mernelihara colloid oncotic pressure (COP),mengikat dan menyalurkan obat, dan sebagai penangkap radikal bebas. Albumin juga memiIiki efek antikoagulan, efek prokoagulatori, efek pemeabilitas vaskular, serta ekspansi volume plasma, Pungsi albumin sebagai antioksidan juga disebutkan oleh Chen, et a!, (2001). Chen menyebutkan bahwa albumin mempunyai efek antioksidan, dan berperan dalam penangkapanradikal,bebas pada proses pembentukanurolithiasis dan asam sialik. 2.4. Anatorni dan fisiologisHati Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam abdomen sebelah kanan dan di bawah diafragma (Pearce, 1987; Junqueira, 1988). Hati mempunyai berat sekitar 1,3 kg atau 2 % berat badan orang dewasa,dengan ukwan 12- 15 cm (Price, 2006). Hati memiliki pemukaan superior yang cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebstgian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pancreas, sebagaimanaterlihatpada Gambar 5.
  • 34. TransuerseColon Dcscend~nn Colon Asutndtng Cdon Gambar5. Letak organ hati dalam tubuh Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segementalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamenturn falsiformis yang GrIihat dari iuar. Ligamentus falsiformis berjalan dari hati ke diafiagma d m dinding depan abdomen. Pemukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis kecuali daerah kecil pada pemukaan posteriar yang melekat: langsungpada diahgma. Garnbarananatomi hati disajikan pada Gambar6. Gambar6.Anatomi Hati Secara lebih rinci hati terbagi menjadi empat lobus yang tersusun dari bagian- bagian berbentvk segi enam yang disebut lobulus. Skema lobulus hati disajikan pada Gambar 7.
  • 35. Gambar 7. Lobulus hati Jika jaringan hati dipotong melintang akan terlihat (dengan pengamatan mikroskopis) setiap Iobulus berbentuk segi enam. Di tengah lobufus terdapat pernbuluh darah. Setiap lobus hati terbagi menjadi struktut-struktur yang disebut dengan bbulus, yang merupakan unit mikroskopis dm hgsional organ. Lobulus hati membentuk massa poligonal prismatis jaringan hati dengan ukuran sekitar 0,7 x 2 mm (Junqueira, 1988). Lobuius-lobulus tersusun radial rnengetilingi vena sentralis yang mengalirkan darah dari lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler- kapiler yang disebut dengan sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel-sei fagositik atau sel kupffer (Price, 2006). Sel kupffer merupakan sistern monosit mnkrufag yang hngsi utamanya adalah menelan bakteri atau benda-benda asing. Pada binatang tertentu lobulus-lobulus dipisahkan satu sama lain dan dibatasi dengan jelas oleh lapism jaringan penyambung. Hal ini tidak terdapat pada hati manusia. Potongan rnelintztng jaringan hati disajikan pada Gambar8. Gambar 8. Potongan meIintangjaringan hati
  • 36. Hati rnempunyai dua surnber suplai darah. Dari saluran cerna dan limpa melalui venaporta hepatika, dan dari aorta melalui arteria hepatika. Sekitar sepertiga darah yang masuk ke hati adaiah darah Heria, dan dua pertiganya adalah darah vena dari vena porta. Vena porta di dalarnjslringan hati menempel melingkari lobulus hati, kemudian mempercabangkan vena-vena interloburafis yang mengalir diantm lobulus-lobulus hati. Vena-vena lobulus ini selstnjutnya membentuk sinusoid yang berada diiempengan hepatosit dan bermtlara daiam vena sentralis. Vena sentralisdari beberapa lobulus bersatu membentuk vena sublobularisyang selanjutnyamembentuk vena hepatika. 2.5. Fungsi hsti dalam tubuh Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalarn tubuh dan mempunyai suplai darah yang besar (1 - 1,s liter per menit) (Gibson, 2002). Hati rnempunyai hiingsi yang sangat banyak. Hati sangat penting untuk mernpertahankanhidup dan perperan dalam hampir setiap fungsi metabolik hbuh yang terutama bertanggungjawab atas iebih dari 500 aktivitas berbeda. (Price, 2006). Secara garis besar hati berfungsi dalam aktivitassintesis,ekskretoris, dan fungsimetabolik (Chandrasoma, 2006). Hati merupakan sumber albumin plasma, globulin, dan banyak protein. Protein-protein tersebut disintesis daIam retihlum endoplasma. Berbeda dengan sel- sel pada kelenjar lain, hepatosit tidak menyimpan protein dalam sitoplasmnya tetapi secara lambat mengeluarkan protein yang telah disintesisnya ke dalam darah. Sekitar 5 % protein yang dikeluarkan hnti dihasilkan oleh sei-sel sistem makrofag (KupEer), dan sisanya dihasilkan oleh hepatosit (Junqueira, 1988). Disamping sintesis protein hatijuga berperan dan sekresi empedu, bilirubin, dan transport beberapamt warna. Lipid dan karbohidrat disimpan dalam hati &lam bentuk lemak dan glikogen. Kernampurn menyimpan metabolit-metabolit energitik ini sangat penting karena hati terkait dengan suplai energi antara selang waktu makan. Hati juga berperan sebagai tempat penyimpanan utama vitamin-vitamin. Hati berperan penting dalam berbagsri hngsi metabolik, diantaranya metabolism lemak, karbohidrat, protein, sem dalam detoksifikasi.Asam lemak bebas darijaringan adiposa dan asam lemak rantai sedangatau pendek yang diserap di usus diangkut ke hati. Trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid disintesis di hati dari asarn lemak d m berikan secara kompleks dengan protein akseptor Iemak spesifik
  • 37. mernbentuk lipoprotein berdensitas rendah yang memasuki plasma. Hati juga terlibat dalarnproses rnetabolisme lipoprotein berdensitas sedang dan rendah. Dalam rnetabolisrne karbobidrat, hati merupakan sumber utama glukosa plasma. Setelah makan, glukosa diperoleh dari absorbsi usus. Pada keadmn puasa glukosa diperoleh dari proses glikogenolisis dan glukoneogenesis di dalam hati. Hati merupakan tempat penyimpanan glikogen utama dalarn tubuh, jika tubuh mengalami defisiensi glukosa hati memetabolisme asam lemak rnenjadi badan keton yang berperan sebagai sumberenergi alternatifbagijaringan. Daiam metabolisme protein-sebagai tambahan bagi b g s i sintesisnya- hati adalah organ katabolisme protein. Urea disekresi oleh hati ke dalam plasma untuk dikeluarkan melalui ginjal, Sebagian besar degradasi asam amino dimulai di dalam hati melalui proses demninasi. Ammonia yang dihasilkan kemudian disintesismenjadi urea dan diekskresikanoleh ginjaZ d musus (Price, 2006; Chandrasoma, 2006). Dalam rnekanisme detoksifikasi, hati berperan sangat penting. Fungsi detoksifikasi dilakukan oleh enzim-enzim hati melalui proses oksidasi, reduksi, hidralisis, dan konjugasi, serta mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologistidak berbahaya bagi tubuh. Zat-zat endogen (seperti indol, skatol, dn fenol) dan zat-zat eksogen (obat-obatan) didetoksifikasioleh hati dengan mekanisme beragam tersebut. Enzim-enzim yang berperan dalam proses detoksifikasi ini diduga terutama terdapat dalam retikulum endoplasma, diantaranyaadalah Glukoronil tranferase yang berperan dalam banyak metaboIisme obat. Secara umum metabolisme obat dalam tubuh dibagi menjadi dua fase, yaitu fase fungsionalisasi yang meliputi reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, detioasetilasi, dan isomerasi, serta fase dua yang meliputi reaksi glukoronidasi, sulfas, metilasi, asetilasi, serta konjugase dan kondensasi (Gibson, 2006; Junqueria, 1998). 2.6. Kerusakan Hati Hati rnerupakan organ yang potensial,mengalamikerusakan karma merupakan organ pertama setelah saluran pencemaan yang terpapar oleh bahan-bahan yang bersifat toksik. Sebagai organ detoksifikasi hati sangat rentan oleh serangan radikal- radikal bebas. Proses detoksifikasi memungkinkan terbentuknya senyawa-senyawa yang bersifat lebih toksik dibanding senyawa asalnya @ewi, 2007). Mekanisme kerusakan diawali dengan pemaparan taksin atau radikal bebas yang dapat menyebabkan cidera hati. Pada &hap berikutnya akan terjadi inflamasi
  • 38. hati, fibroblas dan pada akhirnya sirosis hati. Rangkaian kerusakan hati disajikanpada Gambar 9. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh beberapa ha], di antaranya oleh infeksi oleh virus hepatitis A, B, C, E dan non-A non-B, cytomegalovirus, herpes simplexvirus, Epsteins-Barr), Obat-obatan (parasetamol, isoniazid, monoamin oksida inhibitor, ekstasi, non steroidal anti inflarnatory), Kelainan rnetabolik seperti penyakit Wilson, Penyakit kardiavaskuler fiskemikhepatitis), perlemakan hati karena berbagai faktor. "fihmcytax" dmtrucllan "fihmcytax" dmtrucllan Gambar9. Rangkaian kerusakan Hati Beberapa toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan organel dalam sel hati sebagaimana disajikan dalarn Tabel 9. Kerusakan hati dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu perlemakan hati (steatusis), nekrosis hati, kolestasis, dan sirosis (Lu, 2006). Perlemakan hati adalah keadaan hati yang rnengandung lemak febih dari 5 %. Beberapa toksikan (seperti tetrasiklin) dapat menyebabkan banyak butiran lernak dalam sel hati, sedang toksikan lainnya (etanot) menyebabkan butiran lemak yang besar sehingga menggantikan sel hati. Etanol dapat menyebabkan kerusakan hati dengan membentuk blebs akibat terganggunya stnbilitas membrane yang mernpengamhi kestabilan siioskelet. Mekanisrne umum kemsakan hati tipe perlemakan ini adalah rusaknya pelepasan trigliserida dari hati ke plasma, sehinggaterjadipenimbunan lernak dalam sel hati. Kematian sel yang bersamaan dengan pecahnya membran plasma dapat menyebabkan perubahan morfologik antara lain edema sitoplasrna, dilatasi retikulum endoplasma, dan disagregasipolisom, sertaakumulasitrigliserida dalm sel. Bebempa
  • 39. toksikan yang dapat menyebabkan nekrosis adalah Carbon Tetraklorida (CCb), dimana CC4 akan berikatan secara kovalen dengan protein dan Iipida tidak jenuh sehinggamenyebabkan peroksidasi lipida. Nekrosis hati adalah kematian hepatosit. Nekrosis merupakan rnanifestasi toksik yang sangat berbahaya, tetapi tidak selalu kritis karena sel hati mempunyai kemmpuan pertumbuhan yang luar biasa (Lu, 2006). Banyak obat-obatan dapat rnenyebabkan nekrosis hati. Asetaminofen merupakan contoh obat yang dapat menyebabkan nekrosis hati. Asetaminofen secara normal dimetabolisme oleh sistem glutation redukase. Pada dosis berlebih glutation menjadijenuh dan alur metabolism altematif (sistern PdS0)menghasiIkan bahan toksik. Bahan toksik(NAPQI) inilah yang dapat menyebabkan nekrosishati (Candrasoma, 2006). Kalestasis adalah jenis kerusakan hati yang biasanya bersifat akut. Menumnnya aktifitas ekskresi empedu pa& membran halikuius merupakan mekanisme utama kolestasis. Kolestasisdisebabkan oleh steroid anabolic, kontrasepsi oral, fenotiazin, dan antidiabetikoral. Sirosis hati ditandaioleh adanya septa koiagen yang tersebar disebagian besar Tabel 9. Efek Toksikan pada organel sub sel hati hati. Kurnpulan hepatosit muncul sebagai nodul yang dipisahkan oleh lapisan berserat: (kolagen) tersebut, Senyawa toksikan yang bersifat karsinogen seperti CC4 pada - ContohToksikan Faloidin Aflatoksin, berilium, dimetilnitrosamin CC14, Dimeti1 nitrosamin, fosfor Berilium, CC14, fosfor p p CC14, dimetil nitrosarnin, fosfor Litokolat,taurokolat Triclor etiien, lemak tinggi Organel Membran sel Inti sel Mitokondria Lisosom Sumber :Lu,2006 Fungsi Pemasukan, sekresi Kontrol sel Respirasi sef Penyimpanan Efek Kebocoean enzirn Mutasi Bengkak Akumulasi Degranulasi, prolifemsi Dilatasi Proliferasi Retikulum E. Kanalikuli Empedu Peroksisom - ' Sintesa Sekresi empedu Oksidasi
  • 40. jangka panjang dapat menyebabkan sirosis pada hewan, dan pada rnanusia penyebabkan sirosisadanya konsurnsi kronis minuman beralkohol (Lu,2006). Wati yang sehat berwarna cokelat kemerahan dengan struktur jaringan (parenkim) yang rata. Kerusakan jaringan hati akan mengubah penampakan faal dan jaringm hati sebagaimanadivisualisasikan pada Gambar 10. Gambar 10. Perubahanfaal dan strukturhati 2 . 7 .Deteksi disfungsi hati Hati memerankan berbagai fungsi metabolik, maka banyak pula metode yang dipergunakan untuk mengetahuinormal dan tidaknya fungsi hati. Lebih dari 100jenis uji yang diterapkan untuk mengukur faal hati, namum sebenarnya hanya beberapa jenis uji saja yang benar-benar dapat mengukur faal hati. Diantaranya jenis uji tersebut tidak ada uji tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan (Satyawirawan, 1983). Pada pengujian kemsakan hati, gangguan biokimia ymg terlihat adalah peningkatan permiabiiitas dinding sel, berkwrangnyakapasitas sintesis,
  • 41. gangguan ekskresi, penurunan kapasitas penyimpanan, serta gangguan pada fungsi detoksifikasi. Penanda biokmiauntukgangguanhngsi hati seperti GOTdan GPT (AST dan ALT) menunjukkan adanya kerusakan hepatosit (Anonimous, 2002). GOT dan GPT merupakan enzim-enzim intrstseluler hati, sehingga akan meningkat kadarnya dalam darah jika terjadi kerusakan hati. Biasanya GPT meningkat lebih tinggi dari GOT pada kerusakan hati akut, sebaliknya GOT akan meningkat lebih tinggi pada kerusakan hati yang lanjut. Hal ini disebabkan GPT merupakan enzim yang hanya terdapat dalam sitoplasma, sedangkaGOTterdapat dalam sitoplasmadan mitokondria (Satyawirawan, 1983). Enzim-enzim ini terdapat dalam konsentrasi tinggi di otot, hati, dan otak. Kenaikan konsentrasi enzirn-enzim ini di dalam dwah menunjukkan adanya nekrosis ataukerusakan khususnya pada ketiga organ tersebut, terutama organ hati (Murray, et al, 1999). Indikasi gangguan fungsi hati yang Iebih lmjut adalah penurunan kadar albumin darah. Albumin menrpakan bagian protein plasma yang disintesis di hati. Sintesis albumin mengalami penekanan pada sejumlah penyakit khususnya penyakit hati. Plasma darah penderita penyakit hati seringkalimemperlihathn penurunan rasio albumin terhadap globulin. Penurunan albumin juga terjadi pada keadaan malnutrisi, sepertikwashiorkor(Murray, ef a/, 1999) Di dalam aplikasi klinik, SherIock menpsufkan pola tes-tes fungsi hati pada beberapa jenis kelainan hepatobiler. Untuk diagnose iherus diusulkannya uji alkali fosfatase, elektroforesa protein serum, dan enzirn amino tranferase (GOTdan GPT). Penilaian berat-ringannya kerusakan hati dilakukan dengan memeriksa secara serial bilirubin serum, albumin, aminotransferase, dan massa protrombin setelah pemberian vitamin K. kerusakan sel hati yang minimal didiagnosa dengan kenaikan kadar bilirubin serum dan aktivitas arninitranferase, tetapi jika dikaitkan dengan alkohol dilakukan dengan analisis GGT.Untuk pemeriksaanpenyaring, Schmidtrnengusulkan perneriksaan tiga macam enzim, yaitu GFT untuk kemsakan hati, GGT untuk kolestasis, dan kholin esterase untuk fail sintesishati (Satyawirawan, 1983). Analisis histologi (hati) sangat rnenunjang adanya dugaan kerusakan jaringan hati. Secara normal sel merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara tetap mengubah struktur dan kngsinya untuk memberi reaksi terhadaptantangan dan tekanan yang selalu berubah. Trauma, panas atau dingin yang luar biasa, perubahan tekanan atmosfiryang rnendadak, radiasi, listrik, dan senyawfa-senya~va radikal dapat
  • 42. menyebabhn kerusakan pada sel terlebih lagi sel-sel hati. Radikal bebas dapat rnenyebabkan peroksidasi lernak daiam selaput organel sampai merusak retikulurn endoplasma, mitokondria dan komponen lain. Hubungan silang asam amino dengan senyawa radikal juga dapat menyebabkan kerusakan sel secara Iuas, misalnya terjadinya inaktiviasi enzim. Interaksi senyawa radikal dengan asam nukleat dapat rnenyebabkan mutasi pada kode genetik yang jika tidak bisa diperbaiki berakibat gangguan pada sel Wobbins, 1995). 23. ParasetamoI Parasetamol atau asetaminofen adalah bentuk aktif dari fenasitin. Perbedam parasetamol dengan fenasitin adaiah parasetamol tidak menunjukkan sifat karsinogenik sebaimana fenasitin. Parasetain01 dipergunakan sebagai analgesik dan antipiretik sebagaimana aspirin, tetapi parasetamot tidak seefektif aspirin dalam hat penanganan inflamasi. Rumus kimia parasetmol adalah CsH9NU2 dengan berat molekul 151,17 glmol, krdensitas 1,263glcm3,bertitik didik 169O C ,dan mempunyai keiarutan daIam air 0,l -0,5 g/lOO mi pada suhu 20 O C .Parasetam01memiliki cincin benzene dengan satu pgus hidroksil dan satu atom nitrogen pada gugus amida. Strukturkimia parasetamol disajikan pada Gambar 1f Gambar I. 2. Struktur Kirnia Paracetamol Metabotisrne parasetmol di hati dengan rnekanisme sulfat dan glukoronat konjugase. Hanya beberapa bagian kecil (5 %) secara normal parasetamol dietabolisme rnelalui sistem sitokrom Pd50.Konjugase dengan glukoronat dan sulfat akan menghasilkm asam merkapturat yang dapat diekskresikan rnelalui ginjal. Metabolism melalui sitokrom P450&an menghasiIkan N-ace@-p-bemo-qztinone- imine (NAPQI). NAPQI bersifat iebih reaktif dibandingkan dengan parasetamol. Gambaranmetabolismeparasetamol disajihn pada Gambar 12.
  • 43. Parasetarnal dosis toksik dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Kerusakan hati teijadi bukan karena reaksi antam parasetamol denganjaringan hati, tetapi reaksi antara hasil metabolik parasetamol If.TAPQI) dengan sel-sel hati. Mekanisme kerusakan hati karena NAPQT diawali dengan penumnan enzim glutation hati. Penumnan glutationjuga berkaitan dengan adanya stress oksidatifyang berhubungan dengan gangguan produksi ATP. Penurunan glutation menyebabkanNAPQI bereaksi dengan membran s d yang pada akhirnya menyebabkan kemsakan membran. Dosis toksik parasetarnol untuk anak adalah 200 mg/kg bbhari, sedangkan untuk manusia dewasa 150mg/kg bbkari. Pemberian parasetamol dosis 250 mg/kb BBhari selama5 minggu per oral secara nyata dapat menyebabkan kerusakan hati yang ditandai dengan adanya degenerasi hidrofik, degenerasi melernak, dan nekrosis (Suarsana, 2005). Glucuronld% conjugatr Prsrecdamol Hz- C S O ~ O - W a C n a 4 " Marcap*ur l c aeld ccbrrJugrrttax < t 4 9 0 > excreta&I n urlna Gambar 12.MetabolismeParasetamot 2.9. Antiohidan dan Hepatopratektor Antioksidan adaIah zat yang mampu memperfatnbat atau mencegah proses oksidasi, dimana dengan penghambatan proses oksidasi tersebut kerusakan oksidatif suatu target dapat diicurangi atau dihentikan . Ditinjau dari rnekanisme kerja antioksidan ddapat dikelornpokkarr rnenjadi antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan primer bereaksi dengan senyawa radikal dan atau mengubahnya rnenjadi produk yang stabil, sedangkan antioksidan sekunder rnengwangi laju reaksi awal (tahap inisiasi) reaksi oksidasi (Schuler, 1990 ;Gordon, 1990).
  • 44. Antioksidan dapat berasal dari dalam tubuh (endogen) maupun dari makanan (eksogen). Antioksidan dengan berat moIekul kecil ditemukan di dalam makanan, seperti vitamin E, vitamin C, d m karotenoid. Antioksidan dapat disintesis di dahm sel, seperti glutation dan superoksida dismutase. Zat gizi memerankan peranan penting dalam menjaga pertahanan enzirn tubuh terhadap radikal bebas. Beberapa mineral dilibatkan dalam susunan atau aktivitas enzim-enzim antioksidan tubuh. KaiEan zat gizi dengan antioksidantubuh disajikan daiam Tabel 10. Antioksidan mempunyai keterkaitan yang erat dengan kerusakan sel-sel hati. Fungsi fisioIogis antioksidan adalah mencegah kerusakan komponen seiuier akibat radikal bebas, sedangkanproduksi radikal bebas terjadi secaraterus menerus di dalam sel (Dewi, 2007). Keberadaan antioksidan dapat melindungi sel-sel hati dari senyawa-senyawa radikal baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Tabel 10. Zat Gizi dan antioksidantubuh I Zat Gizi MI,Cu, Zn Protein Riboflavin Peranan terkait denganantioksidantubuh I Vitamin C Besi Cu, Zn- SOD, eaeuropiasmin, stabilisasistrzlkturmembran SintesisGSN, SOD,kataiase, peroksidase, transport logam Glutation reduktase, perbaikan fungsi mitokondria, sistesis FMN dan FAD Perlindungan terhadap oksidasi lipid, dm stabilisasiIFungsl Hemoglobin, katalase, dan perbaikan fungsi mitokondria membran sel Hidroksilase, pengikatan nitrosamine, daur ulang Iantioksidanvitamin E I ( Pernberih singlet 0, pengikat radikal peroksil, pengharnbat I / peroksidasi lipid I I Sintesis NAD, NADH, NADPH unNk sintesis Glutation ( I reduktase. Sumber :Tuminah, 2000 Beberapajenis tanaman secara nyata dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor. Komponen dalam tanaman tersebut dapat memberikan perlindungan jaringan hati terhadap senyawa-senyawa kimia yang bersifat hepatotoksik, misalnya karbon tetraklorida (CC14), parasetarnol, dan jamur pada hewan percobaan (Simon, et al.,
  • 45. 2000). Diantara tanaman sumber hepatoprotektor tersebut adalah kunyit (Curcuma dontestica Vahl), dan temulawak (Curcurnu xanthorrhiza Roxb) dengan komponen aktifnya bernama kurkuminoid (Kiso et al., 1983 ; Atmaja et al., 1997). Tanaman suku Zingiberaceae dapat befingsi sebagai hepatoprotektor dengan komponen aktifnya gingerol, sogaol dan diarilheptanoid (Hikino, 1985). Senyawa lain yang mempunyai aktifitas hepatoprotektor adalah ekstrak bawang putih (Hidayati, 2003). Komponen terlarut dalam bawang putih dapat digwakan sebagai hapatoprotektor dengan cam menetralisir radikal bebas (oksidan) dalam sei tubuh dan melindungi mikrosom hati tikus dari peroksidasi Iipida. Bawang putih mengandung komponen organosulhr yang dapat berfungsi sebagai kemopreventif terhadap hepatotoksisitas. Ekstrakrimpang bangle (Arafah,at al, 2004) dapat befingsi sebagaihepatoprotehor dan anti inflamasi yang secara nyata dapat mereduksi kerusakan hati tikus yang diinduksi oIeh CC4. SacogoIotis gabonensis (Maduka, 2005) berfungsi sebagai hepatoprotektor dengan komponen aktifnya berupa antioksidan j 3 - karoten, purpuragolin, tokoferoi, eugenol, dm berbagai mineral (Fe, Zn, Mn, Cu) yang dapat rnencegah terjadinya kerusakan sel dan proteksi dari keracunan hati. Lesitin dapat melindungi terjadinya hepatotoksisitas pa& hati tikus yang diinduksi dengan CC4 dengan mekanisme mencegah terjadinya peroksidasi Iipida /sebagai antioksidan @ewi, 2007). Dari penulusuran pustaka diketahui bahwa sebagaian besar komponen yang berfungsi sebagai hepatoprotektor bersifat antioksidan. Pernanfmtan kurkurnin secara lebih rinci dijelaskan oleh Penelitian Sugiharto (2003). Dalam penelitian Sugiharto tersebut dijelaskan bahwa infus rimpang temuiawak mengandung bahan aktif curczrmin, minyak atsiri, flavonoid, serta beberapa kation (Fe,Ca, Na, K). Inhs rimpang temu fawak dapat menaikkan kembali kadar hemoglobin, nilai PCV dan MCHC (walaupun peningkatan nilai PCV dan MCHC menunjukkan hasii tidak berbeda nyata) pada tikus putih yang diberi farutan timbal. Kandungan bahan aktif inks rimpang temulawak (terutama curcumin) d q a t meningkatkan aktivitas dm sintesis enzim detoksikasi dalam hati. Timbal yang diabsorbsi dari saluran pencemaan akan ditransporksikan oleh sistem vena porta hepatika menuju hati, kemudian dinetralisir atau ditingkatkan ekskresinya sehingga dapat rnencegah atau menghilangkan efek toksiknya. Curcztmin dapat beperan sebagai zat anti oksidan dan detoksikasi dengan cam meningkatkan aktivitas enzim Gluthatione S-tuamferme (GST) serta kelompok enzim Glutharione lain (GS-x)
  • 46. dalam hati. Curcunzindapat meningkatkan aktivitas dan sintesis protein haptoglobin dan hemopexin yang terdapat dalam hati. Sehingga timbal yang berikatan dengan hemoglobin dapat didestruksi dan dinetralisir di hati. Hemopexinadalah protein yang berfungsi mengikat heme dan membawa heme bersirkuiasi ke hati, sedangkan protein haptoglobin berfungsi antara lain untuk mengikat hemoglobin, peningkatan aktivitas enzim peroksidase, serta reaksi inflamasi. Kurkurni dan ion-ion (Fe, Ca, Na, K)yang terkandung daiam infus rimpangtemulawak, berperan sebagai agen preventif dengan cara rneningkatkan kompetisi terhadap timbsti sebab absorbsi timbal &lam saluran pencernaan melalui jalur y m g sama dengan penyerapan ion yang lain. Peningkatan kandungan ion (terutama Fe) akan meningkatkan cadangan protein transferin dalm hati dan sumsum tulang untuk digunakan kembali dalam biosintesis hemoglobin dm eritrosit. Mekanisrne proteksi senyawa-senyawa hepatoprotektor adalah dengan cam melindungi hati dari pengaruh radikal bebas. Toksikan bersifat radikal bebas yang cenderung mengambil partikel atau menempel pada molekul lain sehingga rnenyebabkan ketidakstabilan bahkan kenrsakan malekul tersebut. Kerusakan hati merupakan salah satu akibat dari semngan radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan diperlukan oleh tubuh untuk rnenangkal bahaya radikal bebas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh maupun dari luartubuh. Aktivitas hepatoprotecror suatu senyawa atau kompanen dapat diketahui dengan rnenpkur perubahan (penurunan) kadar SGOT dan SGPT yang rnerupakan enzim spesifik didalam jaringan hati, dan perneriksaan histopatofogis hewan percobaan yang terpapar oleh senyawa hepatotoksik. Peningkatan kadar SGOT dan SGPTdarahmenunjukkanadanyakerusakanjaringan hati. 2.10. Degenermi dan Sel Radang Jaringan tubuh tersusun oleh sei-sel parenkirn yang dikhususkanuntuk fimgsi tertentu pada jaringan, dan unsur jaringan pengikat yang bekerja sebagai kerangka penopang jaringan tersebut. Berbagai tekanan dapat menyebabkan perubahan morfologi pada sel, diantaranya karena hipoksi, bahan kirnia dan obat, pengaruh fisik, mikroorganisrne, mekanisme imun, ketidakseimbangan zat gizi, dan penuaan (Robbins, 1995). Dijelaskan oleh Chandrasoma (2006) bahwa kerusakan rnernbran sel dapat disebabkan oleh radikal bebas dalam tubuh, aktivitas sistern komplernen,
  • 47. lisis oleh enzirn, lisis oleh virus, dan lisis oleh senyawa kimia dm tekanan fisik. Radihl-radikal bebas dapat berikatan dengan membran seI (lipid) yang menyebabkan peroksidasi lipid. Peroksidasi iipid menyebabkan kerusakan membmn sel. Rasil metabolisrne obat (parasetamol) dapat berikatan dengan biomakromolerkuler(protein) pada membran yang pada akhirnya merusakan memberan sel tersebut. Kerusakan biokimia - akibat pengamh agen-agen pencedera sel - dapat menyebabkan perubahan s t m h r dan fungsi sel. Degenerasi sel merupakan tahap awal perubahan sel akibat pegstruh agen-agen pencedera seI. Degenemsi sel dapat bersifat reversibel tetapi apabila cedera sel berlanjut dm proses perbaikan tidak baik dapat menyebabkan nekrosis. Jika sel-sel mengalami cedera tetapi tidak mati, sel-sel tersebut sering rnenunjukkan manifestasi perubahan morfologik, Bentuk penrbahan degenerasi sel yang paling sering dijumpai adalah penimbunan air di daIam sel. Hal ini disebabkan sei mengalami ganggum pengatwan voIurne pada bagian-bagian sel. Akibat penimbunan air ini adalah pembengkakan seluler (cloudyswelling). Jika aliran air yang masuk sangat besar dan menyerang organel sitoplasma seperti retikulum endoplasma, maka pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak sitoplasma yang bervakuola yang disebut dengan perubahan hidrofik. Pembahan selanjutnya adalah penimbunan Iipid intra seluler di dalam sei-sel yang mengalami degenerasi. Pada pengamatan mikroskopis sel-sel yang mengalami degenerasi bervakuola dan berisi minyak. Jenis perubahan ini adalah perubahan berlernak ahu steatosis (Lorraine, 2006). Respon lain yang terjadi pada sel-sel yang mengalami kerusakan adalah pengurangan masa sel atau atrofi. Dalam perjalanan menjadi atrofi, sel hams lnengabsorbsi diri sendiri. Bila organel sitoplasma rusak, organel.tersebut diasingkan di dalam vakuola sitoplasma dan dicernakan secara enzimatis. Proses ini cenderung meninggalkan bekas-bekas yang tidak tercerna yang sedikit-demi sedikittertimbun di dalam sel. Jika pengaruh buruk pada sef tidak dapat dihentikan, maka sel akan mengalami kernatian. Semua sel memiliki enzirn di dalamnya. S e w a h sel hidup, enzirn-enzim ini tidak menimbulkan kerusakan sel, tetapi pada sel yang mengalami kerusairan (kematian) enzim-enzim ini dapat menyerang dan melarutkan berbagai unsur di dalam sel. Kerusalcan (kematian) sel ini akan menyababkan perubahan biokimia dan memancing adanya respon dari sei-sel hidup diseki&mya. Aktivitas peradangan merupakan bagian dari respan terhadapcedera (degenerasi)sei ini.
  • 48. Peradangan adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur-unsur pendukung jaringan terhadap cedera. Peradangan mempakan respon protektif sistem imun nonspesifik yang bekerja untuk melokalisasi, menetralisasi, atau menghancurkanagen pencedera dalam persiapan untuk proses penyembuhan. Sel-sel yang terlibat dalam proses peradangan adalah leukositfagositik (neutrofil, makrofag, eosinofii), trombosit dm limfosit. Keluarnya sel-sel dari pembuluh darah pada peradangan akut diawali dengan pengeluaran neutrofil, kemudian makrofag, danjika berlanjut didominasi oleh limfosit(Price, 2006). Penyembuhan sel dad cedera (regenerasi) menrpakan serangkaian langkah yang dipicu oleh beberapa fitktor, diantaranya adalah suplai darah yang baik ke sel yang mengalami cedera, usia, ketersediaan zat gizi, dan kngsi leukosit serta respon peradangan yang normal. Pergantian sel-sel parenkim yang hilang dengan pembelahan sel parenkirn disekitarnya dapat puia memuIitrkan jaringan yang mengalami cedera. Kernampuanregenerasi sel ditentukan oleh kemampuan sel untuk membelah diri, jumlah sel-sel viable yang bertahan, dan keberadaan kerangka jaringan ikat. Berkurangnya suplai darah ke sel yang mengalami peradangan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Individu yang mengalami kerusakan jaringan, dm tidak mampu memproduksi eksudat seluler akan menyebabkan terjadinya infeksi yang berat. Proses penyembuhan sangat bergantung pada proliferasi seluler dan aktivibs sintetik. Aktivitas sintetik sangat dipengamhi oleh ketersediaan zat-zat gizi. Pada individu yang mengalami kekurangan gizi penyembuhan luka tidak akan optimal (Lorraine, 2006). Kekurangan salah satu faktor diet menyebabkan gangguan metabotisme yang pada akhirnya rnenyebabkan gangguan pada proses penyembuhan luka.
  • 49. 3.1. Waktu dan TempatPenelitian Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan dimulai pada bulan April 2008 sampai dengan Desember 2008 dengan tahapan sebagaiberikut : a. Tahap satu dengan fokus analisis komponen kimia ekstrak ikan gabus di Laboratorium pangan Jurursan Gizi PoltekkesMalang untuk persiapan contoh dan Laboratorium K i i a FakuItas Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang untuk pengujian kadar mineral (Cu, Fe, Zn), fraksi protein, serta aktivitas antioksidan (DPPH). b. Tahap dua pengujian potensi ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector di Laboratorium Pangan Jurusan Gizi Poltekkes Malang untuk perlakuan tikus percobaan dan Laboratorium Klinik Pattimura Malang untuk analisiskimia dm& serta LaboratoriumHistologi FKH IPB Bogor untuk analisishistologi 3 . 2 . Bahan dan Aiat Bahan penelitian meliputi : 1. Ekstrak ikan gabus. Pengolahan ekstrak ikan gabus mengacu pada proses yang dilakukan oleh penyedia ekstrak ikan gabus Instalasi Gizi Rumah Sakit Saifid Anwar Malang. femilihan ekstrak ikan gabus dari Instalasi Gizi RSSA Malang didasarkan pada alasan bahwa mulai tahun 1999 ahli gizi di RSSA Malang telah mempelajari dan memanfmtkan ekstrak ikan gabus untuk penanganan berbagai kasus terutama kasus-kasus terindikasi hipoalbuminemia. Skerna ekstraktor yang dipergunakan untuk ekstraksi ikan gabus disajikan pada Gambar 13. Dan alir pengolahan ekstrak ikan gabusdisajikan pada Gambar 14. 2. Parasetamol sirup dengan kadar 24 mdml dipergunakan untuk memapar tikus sehingga didapatkantikus dengan gangguan fungsi hati. 3. Reagen-reagen kimia yang disesuaidengan analisis kimia, 4. Ransum tikus standar 5. Tikus percobaan dari galur Wistar Jantan dengan umur 8 -9 minggu Peralatanpenelitian disesuaikan denganjenis analisisyang diambil.
  • 50. Tutupalat - - ~engatur panas Alat sarifig Ekemen pemanas alr Gambar 13. SkemaAlat PengolahanEkstrak &an Gabus IKAN GABUS SEGAR u PEMBERSEf-IANSISIK DAN IS1 PERUT u PENCUCIAN u PNGECILAN UKURAN (potonganmelintang denganketebalan *1 cm) U PROSESEKSTRAKSI (suhu70*2,5 OC selama4jam) u (dengan kain saring berlapis(4 lapis)) u PEMANASANPADA SUHU 50 'C SELAMA 15 MENIT u PENGEMASAN (DALAM BOTOL) u EKSTRAKIKAN GAfSUS Gambar 14.Alir prosespengolahanekstrak ikan gabus
  • 51. 3.3. Ftarrcangan=set Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu analisis komponen kimia ekstrak ikan gabus dan pengujian pengaruhnya terhadap perlindungan fungsi dm faal hati. Garisbesar afir penelitian disajikan pada Gambar 15. I Esktak lkan Gabus I I Analisis Zat Gizi dan DPPH I Tikus Model + Pengelornpokansecara acak 1 Setelah 7 hariperlakuan, kelompok7tiga,empat, [!madan enam disonde dengan parasetarnoldosis 500 mglkg BBIhariselama 7 hari 1. - Hari ke-8 pengambilandarah dan hati I SGPT Albumin dan DPPH hrnbar 15.Diagram Aiir Penelitian Tahap satu (analisis komponen gizi ekstrak ikan gabus) menggunakan sampling secara acak dengan 3 ulangan, kemudian dilakukan analisa kadar protein total, albumin, mineral seng, tembaga, besi, dm aktivibs antioksidan (DPPH). Ilata
  • 52. kadat Albumin, seng, tembaga, besi, dan aktivitas antioksidan ekstrak ikan gabus dianalisisdengan statistikadeskriptif. Tahap dua (pengujian ekstrak ikan gabus sebagai hepatoprotector) menggunakan rancangan acak lengkap @AL) yang terdiridari 5 kelompok perIakuan dengan 5 ulangan, sehingga diperlukan 25 tikus putih jantan galur Wistar dengan umur 8 - 9 minggu. Pemeliharaan tikus percobaan dilakukan pada kandang pemeliharaan (bukan kandang metabolik) dengan pelaksanaan : 1. Setiaptikus ditempatkanpada kandang terpisah 2. Pakan diberikan secara adlibifunr,dilakukan 2 hari sekali @agijam 8-9, dan sorejam 16-17). 3. Pergantian sekam dilakukan setiap2 hark sekali 4. Suhuruangan berkisar berkisar 25 O C 5. Peneranganruangan menggunakanIampu danjendela yang cukup. 6. Air minurn. Pengelompokan pada tahap 2 adalah sebagaiberikut : 6 Kelompok satu (EIG30). Tikus diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus 30 mYkg bbhari secara sonde tanpa diinduksi dengan parasetamol dosis 500 mgkg BBhari Kelompok dua (ETG30PCT). Tikus diberi ransum standar dan ekstrak ikan gabus 30 mVkg BBhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol dosis 500 mgkg bb/hari + Kelompok tiga (EIG60PCT). Tilcus diberi ransum standar dan ekstrak ikm gabus 60 ml/kg bblhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol dosis 500 mgkg bb/hari 6 Kelompok empat (KRPCT). Tikus diberi ransum standar dm kurkumino 30 mgkg bbhari secara sonde serta diinduksi dengan parasetamol dosis 500 mgkg bbhari + Kelompok lima (KT). Tikus diberi ransum standar tanpa ekstrak ikan gabus maupun kurkumino dan diinduksidengan parasetamol dosis 500 m a g bb/hari Tndwksi parasetamoldosis 500 mgkg bbhari diI&ukan selama7hari berturut- turut melalui sonde. Pada hari ke 8 (24 jam setelah perlakuan terakhir) dilakuan pernbiusan dan pembedahan untuk pengambilan darah dan pengangkatan hati. Pembedahan dimulai jam 8 pagi. Pembiusan menggunakan kloroform. Darah
  • 53. disentrihgasi dengan kecepatan 3500rpm seIama 10menit untuk mendapatkan serum yang kemudian dilakukan analisis albumin, SGOT,SGPT, dan aktivitas antioksidan. Organ hati dicuci dengan larutan fisiologis kemudian difiksasi dengan larutan formalin 10 % untuk persiapan pembuatan preparat histologi. Organ terfiksasi distoping point dengan alkohol 70 % dan dilanjutkan dengan dehidmsi, penjernihan dengan silo], infiltrasi dan embedding dalam parafin. Setelah pemotongan dengan mikrotom setebal 5 pm, sediaan diwarnai dengan pewarnaan Wematoksilin-Eosin (HE) dm dianalisis seeara kualitatif tingkat degenerasi sel yang terjadi, dan dihitung jumlah sel-sel radang yangt e r h u l a s i dalamjaringan hati tikus percobaan. Data SGOT, SGPT, albumin, aktivitas antioksidan serum, dan jumlah sel-se1 radang dlam jaringan hati dianalisis dengan uji Statistik Anova satu arah menggunakan model Liner Yij = p + Ai + Eu. Apabila analisis ANOVA menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (p < 0.05) atau sangat nyata (p < 0.01) terhadap respon pengarnatan, maka perlu diIanjutkan dengan uji beda Ianjut BNT. Tingkat degenerasi sef-sel jaringan hati dianalisis seem kualitatif dengan membandinghn besar kecjlnyatingkat degenerasi padajaringan hati tikus. 3.4. Jenisdan Metode Pengambilan Data Berbagai data yang diperlukan dalam penelitian, dan metode pengambiian datanya dijabarkan sebagaiberikut : 1. AnalisisKadar Mineral Seng (Vogel, 1985) Reagensia yang diperlukan untuk analisis seng adaIah larutan seng standar , lanrtan diklorofluoreseinstandar, Larutan gom arab 2 %, dan larutan arnonium asetat 2 M .Mekanisme kerja dimulai dengan memipet Ianttan dengan menggunakan buret yang terkalibrasi sebanyak 5,0 ; 10,O; 3.5,O;20; dan 25,O m f larutan seng standar dm dialirkan ke dalam labu-labu volurnetri 100 ml. Ke dalam masing-masing Iabu ditarnbahkan 10 ml larutan amonium asetat, 4 ml larutan gom arab, dan encerkan menjadi 45 rnl dengan aquades. Kemudianmenambahkan dengan tepat 0,4 ml larutan contoh menggunakan mikro pipet, dan kocok perlahan-lahan, memindakan larutan ke fiurometer untuk diukur flueresensinya,dengan standar diklorofluoresein,dimulai dari Iarutan dengan kadnr seng tertinggi.
  • 54. Kadar mineral sengdalam contoh dihitung dengan turnus : CAbsorban Contoh X Konsentrasi Standar Absorban Standar Volume (ml) Contoh 1 2. Analisis Kadar Mineral Tembaga (Vogel, 1985) Reagensia yang diperlukan adalah larutan bisikloheksanon oksaliidhidrazon, dan larutan standar. Mekanisme keja analisis mineral tembaga dimulai dengan memipet dengan cermat 1 ml contoh, masukkan dalam erlemeyer 150 ml, kemudian menambahkan 5 ml asam klorida pelcat, dan 5 ml asam nitrat pekat, kemudian memanaskan dengan lembut. Menambahkan S O ml aquades, kemudian 10 ml larutan asam, dan secara hati-hati menambahkan 10 ml larutan ammonia pekat. Mendinginkan larutan dalarn suhu kamar, kemudian mengencerkannya sampai 100ml (dengan labu volumetri). Memipet 10 ml aliquot d m memasukkannya ke dalam Iabu volurnetri 100 m l ,kemudian menambahkan 20 ml reagensia tembaga, mengencerkan menjadi 100 ml, dan memindahkannya ke dalam gelas piala 100 ml. Larutan dibiarkan pada suhu kamar selama l-menit, kelnudian mengukur abosorbansinya pada panjang gelombang 570 run. Kadar mineral tembaga dalam contoh dihitung dengan rumus : Absorban Contoh X Konsentrasi Standar Absorban Standar 1 Volume (mi) Contoh 1 3. Analisis Kadar Mineral Besi (Vogel, 1985) Prinsip analisis mineral besi adaiah mengkonversi bentuk fero menjadi feri menggunakan oksidator, kemudian direaksikan dengan Potasium tiosianat sehingga mernbentuk feri-tiosianat yang berwarna rnerah. Warna yang terbentuk intensitasnya dapat diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 480 nm.Kadar Mineral Besi dalam contoh dohitsng dengan rumus : Absorban Contoh X Konsentrasi Standar Absorban Standar 1 C Volume (ml) Contoh J
  • 55. 4. Analisis Total Protein Serum (Harahap, 2001) Reagensia yang diperiukan untuk analisis kadar total protein adafah Sodium hidroksida 200 mmolfl, Potasium sodium tartarat 23 mmolfl, Tembaga sulfat 12 mmoV1, Potasium iodida 30 mmoV1, dan Larutan protein standar 8 g/dl dengan mekanisme kerja sebagai berikut. Memipet larutan dengan skema pada Tabel I I. Tabel 11.Analisis Kadar Protein mencampur larutan dengan baik, dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit, Larutan Lamtan contoh/standar Reagensia kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm. Kadar Protein dalam contoh dihitung denganrumus : Balanko Absorban Contoh X KonsentrasiProtein Standar Absorban Standar ContoWStandar 5. AnalisisKadar Albumin Serum (Harahap, 2002) Reagensia yang diperlukan adalah pereaksi albumin (BCG), larutan standar albumin. Metode kerja sebagai berikut, memipet larutan dengan skemapada Tabel 12. Tabel 12. Analisis KadarAlbumin ----- 1000 pl kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 632 nm. Kadar albumin 20 yl 100 p1 Larutan Larutan contoh/stmdar Reagensia aquades dalam contoh dihitung dengan rumus : AbsorbanContoh X Konsentrasi Albumin Standar Absorban Standar mencampur larutan dengan baik, dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit, Blanko ----- 2 ml 0,01 rnl Contohfstandar 0,01 ml 2 ml -----
  • 56. 6. Analisis SGOT( Serum GlutamatOksaloasetatTransarninase) (Harahap, 2001) Reagensia yang diperlukan berupa substrat GOT (L-Alanin 200 mM, a-Ketoglutarat 2 mM), Larutan 2,4-Dinitropenylhydrmin ImM, Laruan NaOH 0,4 N, dan larutan standar Pymvat 4 mM. Metode kerja analisis SGOT dimulai dengan rnenyiapkan 4 tabung reaksi, kemudian melakukan pengambilan reagen, contoh, dan standar serta aquadestdengan urutan sebagaimana disajikan Tabel 13. Tabel 13.Analisis Kadar SGOT Semua larutan dicampur dengan baik, kemudian diinkubaskan pada suhu 37 O C selama 30 menit, kernudian menambahkan pada masing-masing tabung 5 ml Iarutan Larutan Substrat (mi) Contoh (ml) Standar (ml) Aquades (ml) 2,4-DinitmpeenylhydrazinImM, kemudian larutan dicampurdengan baik dm biarkan Standar 0,5 -- 0,f -- Tes 0,5 0,1 -- pada suhu kamar selama 20 rnenit. Tahap berikutnya adalah menambahkan pada Blanko 0 s -- -- 0,1 masing-madng tabung reaksi 5 ml larutanNaOH 0,4 N, dicampur dengan baik dan diinkubasikanpada suhukamar selama 5 menit, kemudian dibaca absorbansinyapada panjang gelombang505 nm. Kadar SGOTdaIam contoh dihitung denganmmus : Absorban Contoh X Konsentrasi SGOTStandar Absorban Standar 7. Analisiskadar SGPT(Serum GlutamatPimvatTransarninase) (rr~rahap,2001) Reagensia yang diperlukan berupa substrat GPT (L-Aspartat 200 mM, a-Ketoglutarat 2 mEvl),Larutan 2,4-DinitropeenylhydrazinimM, Laruan NaOH 0,4 N, dan Standar Pyruvat 4 mM. Metode kerja analisis SGPT dimulai dengan rnenyiapkan 4 tabung reaksi kernudian melakukan pengambifan reagen, contoh, dan standar serta aquadest dengan urutan sebagaimana disajikan pada Tabel 14.
  • 57. Tabel 14.Analisis Kadar SGPT Larutan Tes Standar Blanko Substrat (ml) Contoh (ml) 0,1 -- Standar (ml) -- Semua larutan dicampur dengan baik, kemudian diinkubaskan pada suhu 37 O C selama 60 menit, kemudian menambahkan pada masing-masing tabung 5 m I larutan 2,4-DinitropenylhydrazinImM, kemudian larutan dicampur dengan baik dan biarkan pada suhu kamar selama 20 menit. Tahap berikutnya adalah menambahkan pada masing-masing tabung reaksi 5 ml larutan NaOH 0,4 N, dicmpw dengm baik dan diinkubasikan pada suhu kamar selama 5 menit, kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 505 nm. Kadar SGPT contoh dihitungdengan rumus : Absorban Contoh X Konsentrasi SGPTStandar Absorban Standar 8. Pengukuranaktivitas antioksidandengan metode DPPH Larutan DPPH (diphenyl picril hydrazil hydrate) 0.004% dalam etanol (pereaksi standar) harus selalu daIam keadaan barn. Dua mi ekstrak ikan gabus difarutkan dalam 4 ml air bebas ion, kemudian dimasukkan ke dalam larutan DPPH (ImM, 1 ml). Campuran tersebut dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit, kemudian diukur absorbansinya. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Kemampuan contoh mereduksi DPPH dapat dinyatakan dalam persentase yang dihihmng dengan rumus : (1-(AbsorbanContoh/Absorban blanko)X 100% atau dengan kuantitas (rnmolfl)yang dihitungdenganrumus : Aa -(Ab -Ac) Aa Dimana Aa adalah nilai absorban DPPH tanpa contoh, Ab adalah nilai absorban DPPH+contoh, dan Ac adalah nilai absorban contoh tanpa DPPH)
  • 58. 9. Histologi hatj dengan pewamaan Hematoksilin-Eosin Organ hati yang telah diangkat, dicuci dengan larutan garam fisiologis dan direndam dafarn larutan formalin 10 9 % . Setelah 24 jam organ disayat-sayat dengan pisau (silet) yang tajam secara melintang. Perendaman dalam formalin 10 % dilakukan sampai dapatkkan warna organ yang seragarn, selanjutnya potongan organ direndam dalam larutan alkohol 70 % (sampai waktu dehidrasi). Tahapan dehidrasi dilakukan dalam larutan alkohol bertingkat, dimufai dari alkohol 80 % (selama 24 jam), alkohol 90 % (selama 24 jam), alkohol 85 % (selama 12 - 24 jam), alkohol absolut 1 (selama I jam), alkohol absofut 2 (selama I jam), aikohol absolut 3 (sefama 1 jam). Setelah dehidrasi dilanjutkan dengan tahapan penjernihan dalam silol dengan rincian silol 1 (selama 1jam), silol 2 (selama 1 j a m ) , dan silol 3 (selama 1 jam), dan dilanjutkan dengan infiltrasi dalam parafin dengan rincian parafin a (selama I jam), parafin b (selama 1 jam), dan parafin c (selama 1 jam). Setelah infiltrasi dalam parafin dilanjutkan dengm embedding dalam parafin dan dishpan dalam lemari pendingin selama 24jam kemudian dilekatkan pada balok kayu berukuran 1 X 1 X 1 cm. Organ dalam parafin yang telah dilekatkan pada balok kayu kemudian dipotong dengan mikrotom dengan ketebalan rnaksirnal 5 pm. Setelah diinkubasi selama 24 jam, preparat diwarnai dengan metode HE. Pewarnaan WE diawali dengan deparafinisasi daiam silol satu selama tiga menit, kemudian silol dua selama tiga menit, dan silol tiga %lama 5 rnenit. Tahapan berikutnya addah perendaman dafam alkohol bertingkat dimulau dari alkohol absoiut tiga, absolut dua, absolut satu, alkohol 95 %, alkohol 90 %, alkohoi 80 % masing- masing 3 menit, dan alkohol70 % selama 5 rnenit. Setelah perendaman dalam alkohol dilanjutkan dengan perendaman dalam air kran d m aquades masing-masing selama 10 menit. Perendaman daIam hematoksilin dilakukan setama 3,5 menit dilanjutkan perendaman dalam air kran selama lebih dari 7 menit(sambi1 dipantau penyerapan warna hematoksilin dengan rnikroskop), dan aquades selama 5 menit. Perendaman dalam eosin dilakukan selama 5 menit, selanjutnya direndam dalam air kran dan aquades masing-masing selama. 5 menit. Tahap akhir adalah clearing dalam larutan afkohol bertingkat (70 % , 80 %, 85 %, 90 % , absolut 1,absolut 2, absolut 3) masing- masing beberapa detik, kemudian silol 1, silol 2, dan silol 3 masing-maing I menit. Preparat yang telah dijernihkan kemudian ditutup dengan gelas penutup yang dilekatkan dengan entelan.
  • 59. 4. HASrLDAN PEfMBANASAN 4.1. GambaranUmum Ekstrak Ikan Gabus (Chan?zastriata) Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) diproses dari daging ikan gabus segar dengan pemanasan bersuhu 70 f 2,5OC, menggunakan alat sebagaimana disajikan pada Gambar 13, dan alir proses yang disajikan pada Gambar 14. Proses ekstraksi dengan suhu 70 12,S°C dipilih karena dari penelitian sebelumnya (2001) diketahi bahwa penerapan suhu 70 t-2,5'C memberikan basil terbaik. Ekstraksi dengan suhu di bawah 7Q°C menghasilkan ekstrak ikan yang berwma merah keruh. Wama merah ini dapat disebabkanadanya sel-sel darah merah (hemoglobin) yang belurn terkoagulasi yang ikut terekstrak, karena hemoglobin rnernpunyai kelartltan yang sama dengan albumin yaitu larut drtlam air bebas garam. Ekstrak ikan yang benvarna merah ini sangat mengganggu pernanfaatan ekstrak ikan gabus sebagai makanadminuman. Ekstrak ikan yang benvarna rnerah tidak bisa membentuk gel saat dishpan dalam suhu dingin, sedangkan ekstrak ikan yang baik (benvarna kuning pucat) akan membentuk strukr gel saat disimpan di suhu dingin. Ekstrak ikan yang berwarna merah sangat mudah terkoapiasi oleh pmas saat proses pasteurisasi sebelumpengemasan. Ekstraksi dengan suhu di atas 7 0 ° C menghasilkanesktrak ikan benvarnsr putih keruh karena banyaknya endapan. Kekenrhan pada ekstrak ikan yang diprosesdengan suhu diatas 70°C dapat disebabkan oleh sebagian protein plasma yang terkoagulasi oleh panas, sebagaimana dijelaskan oleh de Man (1997) bahwa suhu tinggi dapat mengkoagulasikan protein plasma. Suhu koaguiasi protein plasma berbeda-beda bergantung pada surnber albumin tersebut (TabeI 6). Radar albumin ekstrak ikan yang diproses dengan suhu di atas 70°C lebih rendah (0,9 g/100 ml) dibandingkan dengan esktrak ikan gabusyang diprosesdengan suhu 70°C. Kemampuan ekstrak ikan gabus yang diproses dengan suhu di atas 70 OC untuk membentuk gel juga lebih lemahjika dibandingkandengan ekstrakikan gabusyang diprosesdengan suhu 70 OC. Hal ini dimungkinkan terkait dengan kadar albumin yang ada dalam ekstrak ikan gabustersebut. Hasil ekstraksi berupa cairan berwarna kuning pucat yang jika didinginkan akan mernbentuk struktur gel dan jika dikondisikan pada suhu ruang akan kembali
  • 60. benvujud air. Kemampuan rnembentuk gel karena pendinginan ini dapat dijadikan indikator fisikadanyaalbumin dalam ekstrak ikan gabus. Ekstrak ikan gabus yang baik beraroma h a s ikan segar, tidak amis, &n tidak beraroma daging ikan yang masak. Kualitas ikan gabus sebagai bahan b&u ekstrak ikan sangat mempengaruhi aroma ekstrak ikan yang dihasikan. Ran yang telah mengalami kerushn akan menghasilkan ekstrak ikan yang beraroma amis. Aroma amis ini dapat disebabkan adanya oksidasi terhadap senyawa bernitrogen yang terekstrak bersama sarkoplasma. Peptida dan asam amino bebas serta asam Iemak bebas seringkali dikaitkan dengan rasa dan aroma daging ikan. Senyawa-senyawaIain yang berperan dalam badaroma ikan adalah senyawabelerangatsiri,hidrogen sulfida, metil merkaptan, metil disulfida dan gula yaitu ribosq glukosa dan glukosa 6 fosfat (deMan ,1997) Ekstrak ikan gabus yang baik berasa hambar. Ha1 ini dapat disebabkan oieh rendahnya kadar lemak dalam ekstrak ikan gabus (0,77 g/100 ml). Rasa ikan sangat dipengaruhi oleh kadar lemaknya. Disebutkan oleh Moeljanto (1990), bahwa Iemak merupakan salah satu komponen yang menyebabkan rasa enak (gurih). Dari 1000 g ikan gabus segar akan menghasilkan 600 g daging ikan yang siap diekstrak, dan dari 600 g dagingtersebut dapat menghasilkan 150 ml ekstrak ikan gabus. Jumlah ekstrak ikan yang dihasilkan akan meningkatjika suhu ekstraksi ditingkatkan,dan sebaliknya akan menurunjika suhu ekstraksi diturunkan. Ikan yang telah mengalami rigor mortis sebelum diproses &an menghasilkan ekstrak ikan yang lebih sedikit. HaI ini dapat disebabkan rigor mortis rnenyebabkan perubahan kclarutan protein plasma. Protein plasma dari daging ikan yang telah mengalami rigor mortis mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. 4.2. Komposisi Gui EEcstrak I h n Gabus D a r i hasil analisis kimia (penelitian tahap satu) diketahui bahwa ekstrak &an gabus mengandung beberapa macam zat gizi. Protein merupakan zat gizi rnakro terbanyak dalam ekstrak ikan gabus dengan h k s i terbesarnya adalah albumin. Zat gizi makro lainnya adalah glukosa dan lipida dengan kadar yang sangatrendah (lebih kecil dari 1 g/100 ml). Mineral seng (Zn), tembaga (Cu), dan besi (Fe), merupakan sebagian mineral yang terkandung dalam ekstrak ikan gabus. Komposisi gizi ekstrak ikan gabus disajikanpada Tabel 15.
  • 61. Tabel 15. Komposisi GiziEsktrak &an Gabus . . . . Hasil analisis komposisi zat gizi esktrak ikan gabus ini memberikan dukungan informasidan memperkuat hipotesis bahwa ekstrak ikan gabus mengandungberbagai senyawa yang terkait dengan proses penyembuhan luka. Untuk sintesis jaringan diperlukan energi dan protein yang cukup, serta dukungan vitamin dan mineral khususnya mineral seng. Disebutkan (2006) bahwa ketersediaan zat gizi (protein, vitamin, mineral) merupakan salah satu faktor yang mempercepat penyembuhan luka. Ekstrak ikan gabus mengandung protein sebagai sumber asam amino dan cadangan energi, dm juga mineral seng, tembaga, dan besi yang diperlukan untuk sintesis jaringan. Zat Gizi Protein (dl00 ml) Albumin (g/100 ml) Zn (rng/100 ml) Cu (mg/lOO ml) Fe (rnd100 ml) 4.2.1. Protein dan Albumin Elkstrak Ikan Gabus Kadar 3,37 k 0,27 2,17k 0,14 3,43 1t 0,28 2,34 h 0,99 0,8f 0,09 Protein adalah salah satu zat gizi makro yang penting bagi tubuh. Protein makanan merupakan sumber asam amino esensial bagi tubuh. Asam amino-asam amino diperlukan tubuh untuk berbagai keperiuan diantaranya untuk sintesisjaringan tubuh dan cadangan energi. Ditinjau dari bahan baku pembuatan ekstrak ikan gabus (hewani), protein ekstrak ikan gabus tergolong protein lengkap karma tersusun dari asam amino - asam amino esensial. Ditinjau dari metode ekstraksi yang diterapkan, protein ekstrak ikan gabus merupakan protein sarkopIasma, dimana albumin merupakan fraksi protein terbesar dalam sarkoplasma. Kesimpulan ini diambil karena sarkopfasma mempunyai sifat larut air atau larutan garam berkekuatan rendah (0,5 %), dan dapat diekstrak dengan teknologi sederhana Wngepresan). Rahayu (1992), dan Montgomery (1993), menyebutkan bahwa protein sarlroplasma dapat diekstrak