SlideShare a Scribd company logo
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
CASE
TRAUMA KAPITIS
1
Disusun Oleh:
Putri Balqis
NIM: 030-07-205
Pembimbing:
dr. Kemala Dewi
KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI
RSUP FATMAWATI JAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kasus kepaniteraan klinik
bagian Neurologi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini:
1. dr. Kemala Dewi selaku pembimbing dalam penyusunan makalah.
2
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 30 Januari 2013
Penyusun
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
a. Nama : Tn. E
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 20 Tahun
d. Pekerjaan : Karyawan
e. Pendidikan : SLTA
3
f. Agama : Islam
g. Status perkawinan : Belum Menikah
h. Suku bangsa : Betawi
i. Alamat : Jln. Ali andong - Depok
i. Tanggal masuk RS : 21 Januari 2013
II. ANAMNESIS
Dilakukan auto dan allo-anamnesis pada tanggal 24 Januari 20123
Keluhan Utama :
Pingsan setelah kecelakaan motor 20 menit SMRS
a. Keluhan Tambahan :
Sakit kepala, muntah, mual, nyeri pada daerah luka
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa ke RSUP Fatmawati karena pingsan akibat kecelakaan
bermotor di Ciputat + 20 menit SMRS, tepatnya pada tanggal 22 Januari
2013. Pada awalnya pasien sedang mengendarai motornya dengan kecepatan
kurang lebih 70 km/jam, tiba-tiba ada motor yang datang berlawanan arah
dengan kecepatan cepat yang ingin menyalip. Pasien pun kaget, sehingga
spontan menghindari motor yang didepannya dan kehilangan keseimbangan
sehingga terjatuh dari motor. Menurut keluarga pasien, pasien pingsan selama
kurang lebih 15 menit. Pasien juga mengalami muntah sebanyak 1 kali isinya
makanan. Dan keluar darah melalui telinga kirinya. Saat sadar, pasien tidak
bisa langsung mengingat kronologis peristiwa kecelakaan yang menimpanya.
Pasien juga bingung sedang berada dimana. Saat kecelakan pasien mengaku
menggunakan helm
Pasien menyangkal keluarnya darah atau cairan dari telinga kanan dan
hidung, juga menyangkal adanya kelemahan tubuh sesisi, kejang, cadel,
4
gangguan menelan, mulut mencong, gangguan pendengaran, pingsan kembali
setelah sadar, sakit kepala yang bertambah hebat dan baal. Pasien menyangkal
sebelum kecelakaan terjadi habis minum obat-obatan atau alkohol. Saat ini
pasien masih mengeluh sakit kepala seperti “nyut-nyut” yang dirasakan terus
menerus dan penglihatan double setelah kecelakaan tsb dan telinga kiri sudah
tidak mengeluarkan darah lagi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan. Pasien
menyangkal meimiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, stroke dan kejang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Darah tinggi (-), kencing manis (-), stroke (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5
Sikap : Berbaring
Koperasi : Kurang Kooperatif
Keadaan Gizi : Cukup
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 36,5 0
C
Pernafasan : 20 x/mnt
b. Keadaan Lokal
5
Trauma Stigmata : luka lecet kecil pada wajah sebelah kiri, siku kanan
dan kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan, jari-jari tangan dan kaki
Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan = kiri, reguler
Perdarahan Perifer : capilary refil < 2 detik
Columna Vertebralis : letak ditengah, skoliosis (-), lordosis (-)
Kulit : Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-), ekskoriasi pada
dahi kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan
Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut, tidak ada alopesia, benjolan (-)
Mata : Hematoma kacamata (Brill hematom) -/-, konjungtiva anemis
-/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+.
Telinga : Normotia +/+, bekuan darah -/+ (minimal), perdarahan -/- ,
battle sign -/-
Hidung : Deviasi septum -/-, perdarahan -/-
Mulut : Bibir edema (-), lidah kotor (-), perdarahan -
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1.
Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba
pembesaran KGB dan tiroid.
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula line sinistra.
6
Perkusi : batas kanan jantung di ICS 6 midklavikula line
dekstra, batas kiri jantung di 1 ICS 5 midklavikula line
sinistra, pinggang jantung di ICS 3 linea para sternalis
sinistra.
Auskultasi : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pemeriksaan Paru
Inspeksi : pergerakkan dada simetris, statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri, tidak ada benjolan.
Perkusi : perkusi di seluruh lapang paru sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-.
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising Usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas : akral hangat + / +, edema - / -
Bawah : akral hangat + / +, edema - / -
IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a. Rangsang Selaput Otak
7
Kaku kuduk : -
Laseque : nyeri karena luka / >700
Kerniq : nyeri karena luka / > 1350
Brudzinsky I : -
Brudzinsky II : nyeri karena luka/ -
b. Peningkatan Tek Intrakranial : penurunan kesadaran (-), muntah (-),
sakit kepala kepala(+)
c. Saraf-saraf Kranialis
N.I (olfaktorius) : normosmia + / +
N.II (optikus)
Acies visus : dengan menghitung jari 3/60 kanan dan kiri (terbatas
ruangan)
Visus campus : baik / baik
Lihat warna : baik / baik
Funduskopi : tidak dilakukan
N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)
Kedudukkan bola mata : ortoposisi + / +
Pergerakkan bola mata :
kanan kiri
Atas luar ( m.rectus superior) (N.III) + +
Atas dalam (m. Oblikus inferior) (N.III) + +
Medial (m.rectus medialis) (N.III) + +
Bawah dalam (m.obliqus superior) (N.IV) + +
Bawah luar( m. Rectus inferior) (N.III) + +
Lateral (m rectus lateralis) (N. VI) + -
8
Exopthalmus : - / -
Nystagmus : - / -
Pupil
Bentuk : bulat, isokor, 3mm/3mm
Reflek cahaya langsung : +/+
Reflek cahaya tidak langsung : +/+
Reflek akomodasi : +/+
Reflek konvergensi : +/+
N.V (Trigeminus)
Cabang Motorik : baik / baik
Cabang sensorik
Ophtalmikus : baik / baik
Maksilaris : baik / baik
Mandibularis : baik / baik
N.VII (Fasialis)
Motorik orbitofrontalis : baik / baik
Motorik orbikularis : baik / baik
Pengecapan lidah : baik / baik
9
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Vestibular : Vertigo : -
Nistagmus : - / -
Koklearis : Tuli Konduktif : - / -
Tuli Perseptif : - / -
N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)
Motorik : baik / baik
Sensorik : baik / baik
N.XI (Accesorius)
Mengangkat bahu : baik / baik
Menoleh : baik / baik
N.XII (Hypoglossus)
Pergerakkan lidah : baik
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Tremor : -
d. Sistem Motorik
Ekstremitas atas proksimal – distal : 5555/5555
Ekstremitas bawah proksimal – distal : 5555/5555
e. Gerakkan Involunter
Tremor : - / -
10
Chorea : - / -
Atetose : - / -
Miokloni : - / -
Tics : - / -
f. Trofik : eutrofik + / +
g. Tonus : normotonus + / +
h. Sistem Sensorik : Propioseptif : baik / baik
Eksteroseptif : baik / baik
i. Fungsi Serebelar
Ataxia : -
Tes Romberg : -
Disdiadokokinesia : - / -
Jari-jari : baik / baik
Jari-hidung : baik / baik
Tumit-lutut : Tvd karena nyeri / baik
Rebound phenomenon : - / -
Hipotoni : - / -
j. Fungsi Luhur
Astereognosia : -
Apraxia : -
Afasia : -
k. Fungsi Otonom
11
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
l. Refleks Fisiologis
Kornea : + / +
Biceps : +2 / +2
Triceps : +2 /+2
Dinding perut : + / +
Lutut : +2/ +2
Tumit : +2 / +2
Kremaster : (tidak dilakukan)
m. Refleks Patologis
Hoffman Tromer : - / -
Babinsky : - / -
Chaddok : - / -
Gordon : - / -
Schaefer : - / -
Klonus lutut : - / -
Klonus tumit : - / -
n. Keadaan Psikis
Intelegensia : baik
12
Tanda regresi : -
Demensia : -
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 13.8 VER : 87,8 PT : 15,9
Ht : 41 HER : 29,8 SGOT : 29
Leukosit : 10.400 KHER : 34 SGPT : 25
Trombosit : 379.000 RDW : 13,3 ureum : 39
Eritrosit : 4,63 APTT : 31,3 kreatinin :0,8
VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS.
CT-Scan tanpa kontras :
- tak tampak hematom epidural/subdural
- tak tampak perdarahan intraparenkimal / subarahnoid/ edema cerebri
- tak tampak fraktur
- sefal hematoma di R pariental sinistra
13
VII. RESUME
Tn.E. 17 tahun dibawa ke RSUP Fatmawati karena pingsan akibat kecelakaan
bermotor di Ciputat + 15 menit SMRS. Pada awalnya pasien sedang mengendarai
motornya dengan kecepatan kurang lebih 70 km/jam, tiba-tiba ada motor yang datang
berlawanan arah dengan kecepatan tinggi yang ingin menyalip. Karena ingin
menghindari motor yang didepannya maka kehilangan keseimbangan sehingga
terjatuh dari motor dengan posisi kepala bagian depan (wajah bagian kiri) terbentur
aspal jalan terlebih dahulu, pasien pingsan selama kurang lebih 15 menit, muntah
sebanyak 1 kali isinya makanan dan telinga kiri mengeluarkan darah. Saat sadar,
14
pasien tidak bisa mengingat kronologis peristiwa kecelakaan yang menimpanya.
Pasien menyangkal keluarnya darah atau cairan dari telinga kanan dan hidung, juga
menyangkal adanya kelemahan tubuh sesisi, kejang, cadel, gangguan menelan, mulut
mencong dan baal. Saat ini pasien mengeluh sakit kepala yang dirasakan terus
menerus dan penglihatan double setelah kecelakaan tsb. Dan telinga kiri sudah tidak
mengeluarkan darah lagi.
Pemeriksaan fisik:
♦ Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5
♦ Tanda vital
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 36,5 0
C
Pernafasan : 20 x/mnt
♦ Trauma Stigmata: luka lecet sedikit pada wajah sebelah kiri, siku kanan dan
kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan, jari-jari tangan dan kaki,
♦ Kepala: benjolan -
♦ Perdarahan THT (-)
♦ Mata: Brill Hematom -/-
♦ Telinga: Battle’s Sign -/-
♦ Kulit: ekskoriasi pada wajah sebelah kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan
Pemeriksaan neurologis:
♦ Tanda rangsang meningeal: -
♦ N. Cranialis: parese N.VI sinistra
15
♦ Motorik:
Ekstremitas atas proksimal – distal : 5555/5555
Ekstremitas bawah proksimal – distal : 5555/5555
♦ Reflek fisiologis : + / +
♦ Reflek patologis : - / -
♦ Sensorik : baik
♦ Autonom : baik
♦ PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 13.8 VER : 87,8 PT : 15,9
Ht : 41 HER : 29,8 SGOT : 29
Leukosit : 10.400 KHER : 34 SGPT : 25
Trombosit : 379.000 RDW : 13,3 ureum : 39
Eritrosit : 4,63 APTT : 31,3 kreatinin :0,8
♦ PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
CT-Scan tanpa kontras :
- tak tampak hematom epidural/subdural
- tak tampak perdarahan intraparenkimal / subarahnoid/ edema cerebri
- tak tampak fraktur
- sefal hematoma di R pariental sinistra
16
VIII. DIAGNOSIS KERJA
- Diagnosis Klinis
Cephalgia sekunder, Muntah, Multiple eskoriasi, cedera kepala sedang, riwayat
penurunan kesadaran. Amnesia retrograde post traumatic. Parese N.VI sinistra
- Diagnosis Etiologi
Cedera kepala sedang
- Diagnosis Topis
Region parietal sinistra
IX. PENATALAKSANAAN
- IVFD Nacl 0,9 % 500 cc + ikaneuron 5000 / 12 jam
- beta histin 3 x 1
- stugeron 3 x 1
- Folid acid 2 x 1 tab
- Ranitidin 2 x 1 amp IV
- dexametason 3 x 1 amp IV
- neulin 2 x 500 gr IV
X. RENCANA PEMERIKSAAN : -
XI. PROGNOSA
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cedera kepala (cedera otak) adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik
yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Tulang tengkorak yang tebal
dan keras membantu melindungi otak. Tetapi meskipun memiliki helm alami, otak
sangat peka terhadap berbagai jenis cedera. Otak bisa terluka meskipun tidak terdapat
luka yang menembus tengkorak.
Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan dan pada sisi yang berlawanan.
Cedera percepatan-perlambatan kadang disebut coup contrecoup (bahasa Perancis
untuk hit-counterhit). Cedera kepala yang berat dapat merobek, meremukkan atau
menghancurkan saraf, pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di sekeliling otak.
Bisa terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan atau pembengkakan hebat.
Perdarahan, pembengkakan dan penimbunan cairan (edema) memiliki efek yang
sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa di dalam tengkorak. Karena
tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan bisa merusak atau
menghancurkan jaringan otak. Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan
cenderung mendorong otak ke bawah. Otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam
lubang yang menghubungkan otak dengan batang otak, keadaan ini disebut herniasi.
Sejenis herniasi serupa bisa mendorong otak kecil dan batang otak melalui lubang
di dasar tengkorak (foramen magnum) ke dalam medula spinalis. Herniasi ini bisa
berakibat fatal karena batang otak mengendalikan fungsi vital (denyut jantung dan
pernafasan). Cedera kepala yang tampaknya ringan kadang bisa menyebabkan
kerusakan otak yang hebat. Usia lanjut dan orang yang mengkonsumsi antikoagulan
(obat untuk mencegah pembekuan darah), sangat peka terhadap terjadinya perdarahan
disekeliling otak (hematoma subdural).
18
Patofisiologi
Trauma secara langsung akan menyebabkan cedera yang disebut lesi primer. Lesi
primer ini dapat dijumpai pada kulit dan jaringan subkutan, tulang tengkorak,
jaringan otak, saraf otak maupun pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar
otak. Pada tulang tengkorak dapat terjadi fraktur linier (±70% dari fraktur tengkorak),
fraktur impresi maupun perforasi. Fraktur linier pada daerah temporal dapat merobek
atau menimbulkan aneurisma pada arteria meningea media dan cabang-cabangnya;
19
pada dasar tengkorak dapat merobek atau menimbulkan aneurisma a. karotis interna
dan terjadi perdarahan lewat hidung, mulut dan telinga. Fraktur yang mengenai
lamina kribriform dan daerah telinga tengah dapat menimbulkan rinoroe dan otoroe
(keluarnya cairan serebro spinal lewat hidung atau telinga.
Fraktur impresi dapat menyebabkan peningkatan volume dalam tengkorak, hingga
menimbulkan herniasi batang otak lewat foramen magnum. Juga secara langsung
menyebabkan kerusakan pada meningen dan jaringan otak di bawahnya akibat
penekanan. Pada jaringan otak akan terdapat kerusakan-kerusakan yang hemoragik
pada daerah coup dan countre coup. Kontusio yang berat di daerah frontal dan
temporal sering kali disertai adanya perdarahan subdural dan intra serebral yang akut.
Tekanan dan trauma pada kepala akan menjalar lewat batang otak kearah kanalis
spinalis; karena adanya foramen magnum, gelombang tekanan ini akan disebarkan ke
dalam kanalis spinalis. Akibatnya terjadi gerakan ke bawah dari batang otak secara
mendadak, hingga mengakibatkan kerusakan kerusakan di batang otak. Saraf otak
dapat terganggu akibat trauma langsung pada saraf, kerusakan pada batang otak,
ataupun sekunder akibat meningitis atau kenaikan tekanan intrakranial.
Kerusakan pada saraf otak I kebanyakan disebabkan oleh fraktur lamina
kribriform di dasar fosa anterior maupun countre coup dari trauma di daerah
oksipital. Pada gangguan yang ringan dapat sembuh dalam waktu 3 bulan.
Dinyatakan bahwa ± 5% penderita tauma kapitis menderita gangguan ini. Gangguan
pada saraf otak II biasanya akibat trauma di daerah frontal. Mungkin traumanya
hanya ringan saja (terutama pada anak-anak), dan tidak banyak yang mengalami
fraktur di orbita maupun foramen optikum. Dari saraf-saraf penggerak otot mata,
yang sering terkena adalah saraf VI karena letaknya di dasar tengkorak. Ini
menyebabkan diplopia yang dapat segera timbul akibat trauma, atau sesudah
beberapa hari akibat dari edema otak.
Gangguan saraf III yang biasanya menyebabkan ptosis, midriasis dan refleks
cahaya negatif sering kali diakibatkan hernia tentorii. Gangguan pada saraf V
20
biasanya hanya pada cabang supraorbitalnya, tapi sering kali gejalanya hanya berupa
anestesi daerah dahi hingga terlewatkan pada pemeriksaan. Saraf VII dapat segera
memperlihatkan gejala, atau sesudah beberapa hari kemudian. Yang timbulnya
lambat biasanya cepat dapat pulih kembali, karena penyebabnya adalah edema.
Kerusakannya terjadi di kanalis fasialis, dan seringkali disertai perdarahan lewat
lubang telinga. Banyak didapatkan gangguan saraf VIII pada. trauma kepala,
misalnya gangguan pendengaran maupun keseimbangan. Edema juga merupakan
salah satu penyebab gangguan. Gangguan pada saraf IX, X dan XI jarang didapatkan,
mungkin karena kebanyakan penderitanya meninggal bila trauma sampai dapat
menimbulkan gangguan pada saraf-saraf tersebut. Akibat dari trauma pada pembuluh
darah, selain robekan terbuka yang dapat langsung terjadi karena benturan atau
tarikan, dapat juga timbul kelemahan dinding arteri. Bagian ini kemudian
berkembang menjadi aneurisma.
Tipe trauma kepala:
1. Trauma kepala terbuka
Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi
duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak.
Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus
interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak
battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor
keluar dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu
disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak. Fraktur basis tengkorak tidak selalu
dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik
yang dapat membantu mendiagnosa adalah :
a. Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid )
b. Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )
c. Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung )
21
d. Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )
e. Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)
Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan
perdarahan.
2. Trauma kepala tertutup
a. Komusio serebri ( Gegar otak )
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kurang dari
10 menit ). Gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda didepan mata
dan linglung. Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang ingatan)
sekejap, setelah terjadinya cedera pada otak yang tidak menyebabkan
kerusakan fisik yang nyata. Konkusio menyebabkan kelainan fungsi otak
tetapi tidak menyebabkan kerusakan struktural yang nyata. Hal ini bahkan
bisa terjadi setelah cedera kepala yang ringan, tergantung kepada goncangan
yang menimpa otak di dalam tulang tengkorak. Konkusio bisa menyebabkan
kebingungan, sakit kepala dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian besar
penderita mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari.
Beberapa penderita merasakan pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi,
menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan.
Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa
minggu, jarang lebih dari beberapa minggu. Penderita bisa mengalami
kesulitan dalam bekerja, belajar dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut
sindroma pasca konkusio. Sindroma pasca konkusio masih merupakan suatu
teka-teki; tidak diketahui mengapa sindroma ini biasanya terjadi setelah suatu
cedera kepala yang ringan. Para ahli belum sepakat, apakah penyebabkan
adalah cedera mikroskopi atau faktor psikis. Pemberian obat-obatan dan terapi
psikis bisa membantu beberapa penderita sindroma ini. Yang lebih perlu
dikhawatirkan selain sindroma pasca konkusio adalah gejala-gejala yang lebih
serius yang bisa timbul dalam beberapa jam atau kadang beberapa hari setelah
22
terjadinya cedera. Jika sakit kepala, kebingungan dan rasa mengantuk
bertambah parah, sebaiknya segera mencari pertolongan medis. Biasanya, jika
terbukti tidak terdapat kerusakan yang lebih berat, maka tidak diperlukan
pengobatan. Setiap orang yang mengalami cedera kepala diberitahu mengenai
pertanda memburuknya fungsi otak. Selama gejalanya tidak semakin parah,
biasanya untuk meredakan nyeri diberikan asetaminofen. Jika cederanya tidak
parah, aspirin bisa digunakan setelah 3-4 hari pertama.
Secara klasik kita kenal pembagian : komosio, kontusio dan laserasio serebri.
Pada komosio serebri kehilangan kesadaran bersifat sementara tanpa kelainan
PA. Pada kontusio serebri terdapat kerusakan dari jaringan otak, sedangkan
laserasio serebri berarti kerusakan otak disertai robekan duramater. Trauma
kepala dapat menyebabkan cedera pada otak karena adanya aselerasi,
deselerasi dan rotasi dari kepala dan isinya. Karena perbedaan densitas antara
tengkorak dan isinya, bila ada aselerasi, gerakan cepat yang mendadak dari
tulang tengkorak diikuti dengan lebih lambat oleh otak. Ini mengakibatkan
benturan dan goresan antara otak dengan bagian-bagian dalam tengkorak yang
menonjol atau dengan sekat-sekat duramater. Bila terjadi deselerasi
(pelambatan gerak), terjadi benturan karena otak masih bergerak cepat pada
saat tengkorak sudah bergerak lambat atau berhenti. Mekanisme yang sama
23
terjadi bila ada rotasi kepala yang mendadak. Tenaga gerakan ini
menyebabkan cedera pada otak karena kompresi (penekanan) jaringan,
peregangan maupun penggelinciran suatu bagian jaringan di atas jaringan
yang lain. Ketiga hal ini biasanya terjadi bersama-sama atau berturutan.
Kerusakan jaringan otak dapat terjadi di tempat benturan (coup), maupun di
tempat yang berlawanan (countre coup). Diduga countre coup terjadi karena
gelombang tekanan dari sisi benturan (sisi coup) dijalarkan di dalam jaringan
otak ke arah yang berlawanan; teoritis pada sisi countre coup ini terjadi
tekanan yang paling rendah, bahkan sering kali negatif hingga timbul kavitasi
dengan robekan jaringan. Selain itu, kemungkinan gerakan rotasi isi
tengkorak pada setiap trauma merupakan penyebab utama terjadinya countre
coup, akibat benturan-benturan otak dengan bagian dalam tengkorak maupun
tarikan dan pergeseran antar jaringan dalam tengkorak. Yang seringkali
menderita kerusakan-kerusakan ini adalah daerah lobus temporalis, frontalis
dan oksipitalis.
b. Kontusio serebri (Memar otak )
Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler. Pada jaringan otak akan terdapat kerusakan-
kerusakan yang hemoragik pada daerah coup dan countre coup, dengan
piamater yang masih utuh pada kontusio dan robek pada laserasio serebri.
Kontusio yang berat di daerah frontal dan temporal sering kali disertai adanya
perdarahan subdural dan intra serebral yang akut. Sebagai kelanjutan dari
kontusio akan terjadi edema otak.Penyebab utamanya adalah vasogenik, yaitu
akibat kerusakan B.B.B. (blood brain barrier). Disini dinding kapiler
mengalami kerusakan ataupun peregangan pada sel-sel endotelnya. Cairan
akan keluar dari pembuluh darah ke dalam jaringan otak karena beda tekanan
intra vaskuler dan interstisial yang disebut ekanan perfusi. Bila tekanan
arterial meningkat akan mempercepat terjadinya edema dan sebaliknya bila
24
turun akan memperlambat. Edema jaringan menyebabkan penekanan pada
pembuluh-pembuluh darah yang mengakibatkan aliran darah berkurang.
Akibatnya terjadi iskemia dan hipoksia. Asidosis yang terjadi akibat hipoksia
ini selanjutnya menimbulkan vasodilatasi dan hilangnya auto regulasi aliran
darah, sehingga edema semakin hebat. Hipoksia karena sebab-sebab lain juga
memberikan akibat yang sama. Jika otak membengkak, maka bisa terjadi
kerusakan lebih lanjut pada jaringan otak; pembengkakan yang sangat hebat
bisa menyebabkan herniasi otak. Gejala dari kontusio adalah pusing, kesulitan
dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya
berkurang dan kecemasan. Biasanya gejala berlangsung selama beberapa hari
sampai beberapa minggu. Sindroma pasca konkusio yaitu kesulitan dalam
bekerja, belajar dan bersosialisasi. Kontusio serebri dan robekan otak lebih
serius daripada konkusio. MRI menunjukkan kerusakan fisik pada otak yang
bisa ringan atau bisa menyebabkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang
diserati dengan kebingungan atau bahkan koma.
c. Perdarahan intracranial
Merupakan penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang
tengkorak. Hematoma intrakranial bisa terjadi karena cedera atau stroke.
Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam pembungkus otak
sebelah luar (hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar
dengan tulang tengkorak (hematoma epidural). Kedua jenis perdarahan diatas
biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI. Sebagian besar perdarahan
terjadi dengan cepat dan menimbulkan gejala dalam beberapa menit.
Perdarahan menahun (hematoma kronis) lebih sering terjadi pada usia lanjut
dan membesar secara perlahan serta menimbulkan gejala setelah beberapa jam
atau hari. Hematoma yang luas akan menekan otak, menyebabkan
pembengkakan dan pada akhirnya menghancurkan jaringan otak. Hematoma
yang luas juga akan menyebabkan otak bagian atas atau batang otak
25
mengalami herniasi. Pada perdarahan intrakranial bisa terjadi penurunan
kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh,
gangguan pernafasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga
terjadi kebingungan dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut.
o Hematoma epidural
Hematoma epidural berasal dari perdarahan di arteri yang terletak
diantara meningens dan tulang tengkorak. Hal ini terjadi karena patah
tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di dalam arteri memiliki
tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat memancar. Gejala berupa sakit
kepala hebat bisa segera timbul tetapi bisa juga baru muncul beberapa jam
kemudian. Sakit kepala kadang menghilang, tetapi beberapa jam
kemudian muncul lagi dan lebih parah dari sebelumnya.
Selanjutnya bisa terjadi peningkatan kebingungan, rasa ngantuk,
kelumpuhan, pingsan dan koma. Diagnosis dini sangat penting dan
biasanya tergantung kepada CT scan darurat. Hematoma epidural diatasi
sesegera mungkin dengan membuat lubang di dalam tulang tengkorak
untuk mengalirkan kelebihan darah, juga dilakukan pencarian dan
penyumbatan sumber perdarahan.
o Hematoma subdural
Hematoma subdural berasal dari perdarahan pada vena di sekeliling
otak. Perdarahan bisa terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala berat
atau beberapa saat kemudian setelah terjadinya cedera kepala yang lebih
ringan. Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling
sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik.
Pada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringan; selama beberapa
minggu gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI
bisa menunjukkan adanya genangan darah. Hematoma subdural pada bayi
bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya
26
masih lembut dan lunak. Hematoma subdural yang kecil pada dewasa
seringkali diserap secara spontan. Hematoma subdural yang besar, yang
menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui
pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah:
1). Sakit kepala yang menetap
2). Rasa mengantuk yang hilang-timbul
3). Linglung
4). Perubahan ingatan
5). Kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.
Kriteria cedera kepala yang digunakan untuk diagnosis, bergantung berat-
ringannya cedera otak yang terjadi, oleh sebab itu terbagai menjadi :
1. minimal = simple head injury
- GCS = 15 (normal)
- Kesadaran baik
- Tidak ada amnesia
2. cedera otak ringan
- GCS = 14
- GCS = 15, dengan :
 amnesia pasca cedera kepala < 24 jam
 hilang kesadaran < 10 menit
- Dapat disertai gejala : mual,muntah, sakit kepala, vertigo.
3. cedera otak sedang
- GCS = 9 – 13
- Hilang kesadaran >10 menit tetapi < 6 jam
- Dapat/tidak disertai oleh defisit neurologis
27
- Amnesia pasca cedera selama ± 7 hari
4. cedera otak berat
- GCS = 5 – 8
- Hilang kesadaran > 6 jam
- Terdapat defisit neurologi
- Amnesia pasca cedera > 7 hari
5. kondisi kritis
- GCS = 3 – 4
- Hilang kesadaran > 6 jam
- Terdapat defisit neurologis.
Tatalaksana cedera kepala, berdasarkan kriteria untuk diagnosis, sebagai berikut:
1. minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan 300
- istirahat dirumah
- kontrol ke rumah sakit bila ada tanda-tanda perdarahan
epidural
2. cedera otak ringan
- tirah baring, kepala ditinggikan 300
- observasi di rumah sakit selama 2 hari
- keluhan hilang
- beri obat simptomatis
- antibiotil (dengan indikasi)
3. cedera otak sedang dan berat
- terapi umum : ABC, terapi cairan, jaga keseimbangan gas
darah
- terapi khusus: medikamentosa, atasi peningkatan TIK,
simptomatis,antibiotik, antiepilepsi, operasi (dengan indikasi)
- rehabilitasi
28
Prognosis
Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami
penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan
beratnya kerusakan otak yang terjadi. Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh
beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan
fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur
penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya,
semakin berkurang. Kemampuan berbahasa pada anak kecil dijalankan oleh beberapa
area di otak, sedangkan pada dewasa sudah dipusatkan pada satu area. Jika hemisfer
kiri mengalami kerusakan hebat sebelum usia 8 tahun, maka hemisfer kanan bisa
mengambil alih fungsi bahasa.
Kerusakan area bahasa pada masa dewasa lebih cenderung menyebabkan kelainan
yang menetap. Beberapa fungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan lengan dan
tungkai) dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak. Kerusakan pada area
ini biasanya menyebabkan kelainan yang menetap. Dampak dari kerusakan ini bisa
diminimalkan dengan menjalani terapi rehabilitasi. Penderita cedera kepala berat
kadang mengalami amnesia dan tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan
sesudah terjadinya penurunan kesadaran. Jika kesadaran telah kembali pada minggu
pertama, maka biasanya ingatan penderita akan pulih kembali.
PENATALAKSANAAN
Penanganan darurat :
• Dekompresi dengan trepanasi sederhana
• Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 30dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau
gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan
meningkakan drainase vena.(9)
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason
29
(dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20%
(dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi
akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan
untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam
pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan
jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino-
metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat masuk ke susunan saraf pusat
dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat, dalam hal ini untuk
mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk mengatasi tekanan
inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak dari anoksia
dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam
30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1
mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.(8)
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson S. McCarty L., Cedera Susunan Saraf Pusat, Patofisiologi, edisi 4, Anugrah
P. EGC, Jakarta,1995, 1014-1016
2. Anonym,Epiduralhematoma,www.braininjury.com/epidural-subdural-hematoma.html.
3. Anonym,Epidural hematoma, www.nyp.org
4. Anonym, Intracranial Hemorrhage, www.ispub.com
5. Buergener F.A, Differential Diagnosis in Computed Tomography, Baert A.L. Thieme
Medical Publisher, New York,1996, 22
6. Dahnert W, MD, Brain Disorders, Radioogy Review Manual, second edition, Williams
& Wilkins, Arizona, 1993, 117 – 178
7. Ekayuda I., Angiografi, Radiologi Diagnostik, edisi kedua, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2006, 359-366
8. Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong W.D. EGC,
Jakarta, 2004, 818-819
9. Mc.Donald D., Epidural Hematoma, www.emedicine.com
10. Markam S, Trauma Kapitis, Kapita Selekta Neurologi, Edisi kedua, Harsono, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, 2005, 314
11. Mardjono M. Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, Neurologi Kilinis
Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2003, 254-259
12. Price D., Epidural Hematoma, www.emedicine.com
13. Paul, Juhl’s, The Brain And Spinal Cord, Essentials of Roentgen Interpretation,
fourth edition, Harper & Row, Cambridge, 1981, 402-404
31

More Related Content

Similar to 183001743 case-cks-balqiss-doc

237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
homeworkping3
 
236715932 long-case-sle
236715932 long-case-sle236715932 long-case-sle
236715932 long-case-sle
homeworkping3
 
LBP mia.docx
LBP mia.docxLBP mia.docx
LBP mia.docx
peni28
 
178408818 case-hidronefrosis
178408818 case-hidronefrosis178408818 case-hidronefrosis
178408818 case-hidronefrosis
homeworkping10
 
129032333 case-stroke-doc
129032333 case-stroke-doc129032333 case-stroke-doc
129032333 case-stroke-doc
homeworkping8
 
126628731 case-stroke
126628731 case-stroke126628731 case-stroke
126628731 case-stroke
homeworkping8
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Tenri Ashari Wanahari
 
151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal
homeworkping4
 
stroke.pdf
stroke.pdfstroke.pdf
stroke.pdf
Uvuvwevweosas2
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
najmiatulislami
 
165976434 status-case-sh
165976434 status-case-sh165976434 status-case-sh
165976434 status-case-sh
homeworkping8
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media
homeworkping10
 
114452210 case-quw-bgg
114452210 case-quw-bgg114452210 case-quw-bgg
114452210 case-quw-bgg
homeworkping10
 
lapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptxlapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptx
AuliaDwiJuanita
 
222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tb222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tb
homeworkping10
 
PPT TETANUS.pptx
PPT TETANUS.pptxPPT TETANUS.pptx
PPT TETANUS.pptx
megapuspitaSari24
 
160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix
160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix
160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix
homeworkping7
 
Presus kuu
Presus kuuPresus kuu
194875567 case-vertigo
194875567 case-vertigo194875567 case-vertigo
194875567 case-vertigo
homeworkping3
 

Similar to 183001743 case-cks-balqiss-doc (20)

237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
 
236715932 long-case-sle
236715932 long-case-sle236715932 long-case-sle
236715932 long-case-sle
 
LBP mia.docx
LBP mia.docxLBP mia.docx
LBP mia.docx
 
178408818 case-hidronefrosis
178408818 case-hidronefrosis178408818 case-hidronefrosis
178408818 case-hidronefrosis
 
129032333 case-stroke-doc
129032333 case-stroke-doc129032333 case-stroke-doc
129032333 case-stroke-doc
 
126628731 case-stroke
126628731 case-stroke126628731 case-stroke
126628731 case-stroke
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
 
151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal
 
stroke.pdf
stroke.pdfstroke.pdf
stroke.pdf
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
 
165976434 status-case-sh
165976434 status-case-sh165976434 status-case-sh
165976434 status-case-sh
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media
 
114452210 case-quw-bgg
114452210 case-quw-bgg114452210 case-quw-bgg
114452210 case-quw-bgg
 
sh
shsh
sh
 
lapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptxlapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptx
 
222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tb222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tb
 
PPT TETANUS.pptx
PPT TETANUS.pptxPPT TETANUS.pptx
PPT TETANUS.pptx
 
160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix
160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix
160438466 case-rehab-spondilosis-cervicales-fix
 
Presus kuu
Presus kuuPresus kuu
Presus kuu
 
194875567 case-vertigo
194875567 case-vertigo194875567 case-vertigo
194875567 case-vertigo
 

Recently uploaded

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 

Recently uploaded (20)

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 

183001743 case-cks-balqiss-doc

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites CASE TRAUMA KAPITIS 1
  • 2. Disusun Oleh: Putri Balqis NIM: 030-07-205 Pembimbing: dr. Kemala Dewi KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI RSUP FATMAWATI JAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kasus kepaniteraan klinik bagian Neurologi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini: 1. dr. Kemala Dewi selaku pembimbing dalam penyusunan makalah. 2
  • 3. 2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Jakarta, 30 Januari 2013 Penyusun BAB I ILUSTRASI KASUS I. IDENTITAS a. Nama : Tn. E b. Jenis kelamin : Laki-laki c. Umur : 20 Tahun d. Pekerjaan : Karyawan e. Pendidikan : SLTA 3
  • 4. f. Agama : Islam g. Status perkawinan : Belum Menikah h. Suku bangsa : Betawi i. Alamat : Jln. Ali andong - Depok i. Tanggal masuk RS : 21 Januari 2013 II. ANAMNESIS Dilakukan auto dan allo-anamnesis pada tanggal 24 Januari 20123 Keluhan Utama : Pingsan setelah kecelakaan motor 20 menit SMRS a. Keluhan Tambahan : Sakit kepala, muntah, mual, nyeri pada daerah luka b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien dibawa ke RSUP Fatmawati karena pingsan akibat kecelakaan bermotor di Ciputat + 20 menit SMRS, tepatnya pada tanggal 22 Januari 2013. Pada awalnya pasien sedang mengendarai motornya dengan kecepatan kurang lebih 70 km/jam, tiba-tiba ada motor yang datang berlawanan arah dengan kecepatan cepat yang ingin menyalip. Pasien pun kaget, sehingga spontan menghindari motor yang didepannya dan kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh dari motor. Menurut keluarga pasien, pasien pingsan selama kurang lebih 15 menit. Pasien juga mengalami muntah sebanyak 1 kali isinya makanan. Dan keluar darah melalui telinga kirinya. Saat sadar, pasien tidak bisa langsung mengingat kronologis peristiwa kecelakaan yang menimpanya. Pasien juga bingung sedang berada dimana. Saat kecelakan pasien mengaku menggunakan helm Pasien menyangkal keluarnya darah atau cairan dari telinga kanan dan hidung, juga menyangkal adanya kelemahan tubuh sesisi, kejang, cadel, 4
  • 5. gangguan menelan, mulut mencong, gangguan pendengaran, pingsan kembali setelah sadar, sakit kepala yang bertambah hebat dan baal. Pasien menyangkal sebelum kecelakaan terjadi habis minum obat-obatan atau alkohol. Saat ini pasien masih mengeluh sakit kepala seperti “nyut-nyut” yang dirasakan terus menerus dan penglihatan double setelah kecelakaan tsb dan telinga kiri sudah tidak mengeluarkan darah lagi. c. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan. Pasien menyangkal meimiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, stroke dan kejang. d. Riwayat Penyakit Keluarga : Darah tinggi (-), kencing manis (-), stroke (-) III. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5 Sikap : Berbaring Koperasi : Kurang Kooperatif Keadaan Gizi : Cukup Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg Nadi : 88x/mnt Suhu : 36,5 0 C Pernafasan : 20 x/mnt b. Keadaan Lokal 5
  • 6. Trauma Stigmata : luka lecet kecil pada wajah sebelah kiri, siku kanan dan kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan, jari-jari tangan dan kaki Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan = kiri, reguler Perdarahan Perifer : capilary refil < 2 detik Columna Vertebralis : letak ditengah, skoliosis (-), lordosis (-) Kulit : Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-), ekskoriasi pada dahi kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak ada alopesia, benjolan (-) Mata : Hematoma kacamata (Brill hematom) -/-, konjungtiva anemis -/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Telinga : Normotia +/+, bekuan darah -/+ (minimal), perdarahan -/- , battle sign -/- Hidung : Deviasi septum -/-, perdarahan -/- Mulut : Bibir edema (-), lidah kotor (-), perdarahan - Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1. Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid. Pemeriksaan Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula line sinistra. 6
  • 7. Perkusi : batas kanan jantung di ICS 6 midklavikula line dekstra, batas kiri jantung di 1 ICS 5 midklavikula line sinistra, pinggang jantung di ICS 3 linea para sternalis sinistra. Auskultasi : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-) Pemeriksaan Paru Inspeksi : pergerakkan dada simetris, statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri, tidak ada benjolan. Perkusi : perkusi di seluruh lapang paru sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : datar Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar Perkusi : timpani Auskultasi : bising Usus (+) normal Pemeriksaan Ekstremitas Atas : akral hangat + / +, edema - / - Bawah : akral hangat + / +, edema - / - IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS a. Rangsang Selaput Otak 7
  • 8. Kaku kuduk : - Laseque : nyeri karena luka / >700 Kerniq : nyeri karena luka / > 1350 Brudzinsky I : - Brudzinsky II : nyeri karena luka/ - b. Peningkatan Tek Intrakranial : penurunan kesadaran (-), muntah (-), sakit kepala kepala(+) c. Saraf-saraf Kranialis N.I (olfaktorius) : normosmia + / + N.II (optikus) Acies visus : dengan menghitung jari 3/60 kanan dan kiri (terbatas ruangan) Visus campus : baik / baik Lihat warna : baik / baik Funduskopi : tidak dilakukan N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen) Kedudukkan bola mata : ortoposisi + / + Pergerakkan bola mata : kanan kiri Atas luar ( m.rectus superior) (N.III) + + Atas dalam (m. Oblikus inferior) (N.III) + + Medial (m.rectus medialis) (N.III) + + Bawah dalam (m.obliqus superior) (N.IV) + + Bawah luar( m. Rectus inferior) (N.III) + + Lateral (m rectus lateralis) (N. VI) + - 8
  • 9. Exopthalmus : - / - Nystagmus : - / - Pupil Bentuk : bulat, isokor, 3mm/3mm Reflek cahaya langsung : +/+ Reflek cahaya tidak langsung : +/+ Reflek akomodasi : +/+ Reflek konvergensi : +/+ N.V (Trigeminus) Cabang Motorik : baik / baik Cabang sensorik Ophtalmikus : baik / baik Maksilaris : baik / baik Mandibularis : baik / baik N.VII (Fasialis) Motorik orbitofrontalis : baik / baik Motorik orbikularis : baik / baik Pengecapan lidah : baik / baik 9
  • 10. N.VIII (Vestibulocochlearis) Vestibular : Vertigo : - Nistagmus : - / - Koklearis : Tuli Konduktif : - / - Tuli Perseptif : - / - N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus) Motorik : baik / baik Sensorik : baik / baik N.XI (Accesorius) Mengangkat bahu : baik / baik Menoleh : baik / baik N.XII (Hypoglossus) Pergerakkan lidah : baik Atrofi : - Fasikulasi : - Tremor : - d. Sistem Motorik Ekstremitas atas proksimal – distal : 5555/5555 Ekstremitas bawah proksimal – distal : 5555/5555 e. Gerakkan Involunter Tremor : - / - 10
  • 11. Chorea : - / - Atetose : - / - Miokloni : - / - Tics : - / - f. Trofik : eutrofik + / + g. Tonus : normotonus + / + h. Sistem Sensorik : Propioseptif : baik / baik Eksteroseptif : baik / baik i. Fungsi Serebelar Ataxia : - Tes Romberg : - Disdiadokokinesia : - / - Jari-jari : baik / baik Jari-hidung : baik / baik Tumit-lutut : Tvd karena nyeri / baik Rebound phenomenon : - / - Hipotoni : - / - j. Fungsi Luhur Astereognosia : - Apraxia : - Afasia : - k. Fungsi Otonom 11
  • 12. Miksi : baik Defekasi : baik Sekresi keringat : baik l. Refleks Fisiologis Kornea : + / + Biceps : +2 / +2 Triceps : +2 /+2 Dinding perut : + / + Lutut : +2/ +2 Tumit : +2 / +2 Kremaster : (tidak dilakukan) m. Refleks Patologis Hoffman Tromer : - / - Babinsky : - / - Chaddok : - / - Gordon : - / - Schaefer : - / - Klonus lutut : - / - Klonus tumit : - / - n. Keadaan Psikis Intelegensia : baik 12
  • 13. Tanda regresi : - Demensia : - V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb : 13.8 VER : 87,8 PT : 15,9 Ht : 41 HER : 29,8 SGOT : 29 Leukosit : 10.400 KHER : 34 SGPT : 25 Trombosit : 379.000 RDW : 13,3 ureum : 39 Eritrosit : 4,63 APTT : 31,3 kreatinin :0,8 VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS. CT-Scan tanpa kontras : - tak tampak hematom epidural/subdural - tak tampak perdarahan intraparenkimal / subarahnoid/ edema cerebri - tak tampak fraktur - sefal hematoma di R pariental sinistra 13
  • 14. VII. RESUME Tn.E. 17 tahun dibawa ke RSUP Fatmawati karena pingsan akibat kecelakaan bermotor di Ciputat + 15 menit SMRS. Pada awalnya pasien sedang mengendarai motornya dengan kecepatan kurang lebih 70 km/jam, tiba-tiba ada motor yang datang berlawanan arah dengan kecepatan tinggi yang ingin menyalip. Karena ingin menghindari motor yang didepannya maka kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh dari motor dengan posisi kepala bagian depan (wajah bagian kiri) terbentur aspal jalan terlebih dahulu, pasien pingsan selama kurang lebih 15 menit, muntah sebanyak 1 kali isinya makanan dan telinga kiri mengeluarkan darah. Saat sadar, 14
  • 15. pasien tidak bisa mengingat kronologis peristiwa kecelakaan yang menimpanya. Pasien menyangkal keluarnya darah atau cairan dari telinga kanan dan hidung, juga menyangkal adanya kelemahan tubuh sesisi, kejang, cadel, gangguan menelan, mulut mencong dan baal. Saat ini pasien mengeluh sakit kepala yang dirasakan terus menerus dan penglihatan double setelah kecelakaan tsb. Dan telinga kiri sudah tidak mengeluarkan darah lagi. Pemeriksaan fisik: ♦ Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5 ♦ Tanda vital Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg Nadi : 88x/mnt Suhu : 36,5 0 C Pernafasan : 20 x/mnt ♦ Trauma Stigmata: luka lecet sedikit pada wajah sebelah kiri, siku kanan dan kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan, jari-jari tangan dan kaki, ♦ Kepala: benjolan - ♦ Perdarahan THT (-) ♦ Mata: Brill Hematom -/- ♦ Telinga: Battle’s Sign -/- ♦ Kulit: ekskoriasi pada wajah sebelah kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kanan Pemeriksaan neurologis: ♦ Tanda rangsang meningeal: - ♦ N. Cranialis: parese N.VI sinistra 15
  • 16. ♦ Motorik: Ekstremitas atas proksimal – distal : 5555/5555 Ekstremitas bawah proksimal – distal : 5555/5555 ♦ Reflek fisiologis : + / + ♦ Reflek patologis : - / - ♦ Sensorik : baik ♦ Autonom : baik ♦ PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb : 13.8 VER : 87,8 PT : 15,9 Ht : 41 HER : 29,8 SGOT : 29 Leukosit : 10.400 KHER : 34 SGPT : 25 Trombosit : 379.000 RDW : 13,3 ureum : 39 Eritrosit : 4,63 APTT : 31,3 kreatinin :0,8 ♦ PEMERIKSAAN RADIOLOGIS CT-Scan tanpa kontras : - tak tampak hematom epidural/subdural - tak tampak perdarahan intraparenkimal / subarahnoid/ edema cerebri - tak tampak fraktur - sefal hematoma di R pariental sinistra 16
  • 17. VIII. DIAGNOSIS KERJA - Diagnosis Klinis Cephalgia sekunder, Muntah, Multiple eskoriasi, cedera kepala sedang, riwayat penurunan kesadaran. Amnesia retrograde post traumatic. Parese N.VI sinistra - Diagnosis Etiologi Cedera kepala sedang - Diagnosis Topis Region parietal sinistra IX. PENATALAKSANAAN - IVFD Nacl 0,9 % 500 cc + ikaneuron 5000 / 12 jam - beta histin 3 x 1 - stugeron 3 x 1 - Folid acid 2 x 1 tab - Ranitidin 2 x 1 amp IV - dexametason 3 x 1 amp IV - neulin 2 x 500 gr IV X. RENCANA PEMERIKSAAN : - XI. PROGNOSA Ad vitam : dubia ad bonam Ad functionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam 17
  • 18. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Cedera kepala (cedera otak) adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu melindungi otak. Tetapi meskipun memiliki helm alami, otak sangat peka terhadap berbagai jenis cedera. Otak bisa terluka meskipun tidak terdapat luka yang menembus tengkorak. Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan dan pada sisi yang berlawanan. Cedera percepatan-perlambatan kadang disebut coup contrecoup (bahasa Perancis untuk hit-counterhit). Cedera kepala yang berat dapat merobek, meremukkan atau menghancurkan saraf, pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di sekeliling otak. Bisa terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan atau pembengkakan hebat. Perdarahan, pembengkakan dan penimbunan cairan (edema) memiliki efek yang sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa di dalam tengkorak. Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan bisa merusak atau menghancurkan jaringan otak. Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan cenderung mendorong otak ke bawah. Otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam lubang yang menghubungkan otak dengan batang otak, keadaan ini disebut herniasi. Sejenis herniasi serupa bisa mendorong otak kecil dan batang otak melalui lubang di dasar tengkorak (foramen magnum) ke dalam medula spinalis. Herniasi ini bisa berakibat fatal karena batang otak mengendalikan fungsi vital (denyut jantung dan pernafasan). Cedera kepala yang tampaknya ringan kadang bisa menyebabkan kerusakan otak yang hebat. Usia lanjut dan orang yang mengkonsumsi antikoagulan (obat untuk mencegah pembekuan darah), sangat peka terhadap terjadinya perdarahan disekeliling otak (hematoma subdural). 18
  • 19. Patofisiologi Trauma secara langsung akan menyebabkan cedera yang disebut lesi primer. Lesi primer ini dapat dijumpai pada kulit dan jaringan subkutan, tulang tengkorak, jaringan otak, saraf otak maupun pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar otak. Pada tulang tengkorak dapat terjadi fraktur linier (±70% dari fraktur tengkorak), fraktur impresi maupun perforasi. Fraktur linier pada daerah temporal dapat merobek atau menimbulkan aneurisma pada arteria meningea media dan cabang-cabangnya; 19
  • 20. pada dasar tengkorak dapat merobek atau menimbulkan aneurisma a. karotis interna dan terjadi perdarahan lewat hidung, mulut dan telinga. Fraktur yang mengenai lamina kribriform dan daerah telinga tengah dapat menimbulkan rinoroe dan otoroe (keluarnya cairan serebro spinal lewat hidung atau telinga. Fraktur impresi dapat menyebabkan peningkatan volume dalam tengkorak, hingga menimbulkan herniasi batang otak lewat foramen magnum. Juga secara langsung menyebabkan kerusakan pada meningen dan jaringan otak di bawahnya akibat penekanan. Pada jaringan otak akan terdapat kerusakan-kerusakan yang hemoragik pada daerah coup dan countre coup. Kontusio yang berat di daerah frontal dan temporal sering kali disertai adanya perdarahan subdural dan intra serebral yang akut. Tekanan dan trauma pada kepala akan menjalar lewat batang otak kearah kanalis spinalis; karena adanya foramen magnum, gelombang tekanan ini akan disebarkan ke dalam kanalis spinalis. Akibatnya terjadi gerakan ke bawah dari batang otak secara mendadak, hingga mengakibatkan kerusakan kerusakan di batang otak. Saraf otak dapat terganggu akibat trauma langsung pada saraf, kerusakan pada batang otak, ataupun sekunder akibat meningitis atau kenaikan tekanan intrakranial. Kerusakan pada saraf otak I kebanyakan disebabkan oleh fraktur lamina kribriform di dasar fosa anterior maupun countre coup dari trauma di daerah oksipital. Pada gangguan yang ringan dapat sembuh dalam waktu 3 bulan. Dinyatakan bahwa ± 5% penderita tauma kapitis menderita gangguan ini. Gangguan pada saraf otak II biasanya akibat trauma di daerah frontal. Mungkin traumanya hanya ringan saja (terutama pada anak-anak), dan tidak banyak yang mengalami fraktur di orbita maupun foramen optikum. Dari saraf-saraf penggerak otot mata, yang sering terkena adalah saraf VI karena letaknya di dasar tengkorak. Ini menyebabkan diplopia yang dapat segera timbul akibat trauma, atau sesudah beberapa hari akibat dari edema otak. Gangguan saraf III yang biasanya menyebabkan ptosis, midriasis dan refleks cahaya negatif sering kali diakibatkan hernia tentorii. Gangguan pada saraf V 20
  • 21. biasanya hanya pada cabang supraorbitalnya, tapi sering kali gejalanya hanya berupa anestesi daerah dahi hingga terlewatkan pada pemeriksaan. Saraf VII dapat segera memperlihatkan gejala, atau sesudah beberapa hari kemudian. Yang timbulnya lambat biasanya cepat dapat pulih kembali, karena penyebabnya adalah edema. Kerusakannya terjadi di kanalis fasialis, dan seringkali disertai perdarahan lewat lubang telinga. Banyak didapatkan gangguan saraf VIII pada. trauma kepala, misalnya gangguan pendengaran maupun keseimbangan. Edema juga merupakan salah satu penyebab gangguan. Gangguan pada saraf IX, X dan XI jarang didapatkan, mungkin karena kebanyakan penderitanya meninggal bila trauma sampai dapat menimbulkan gangguan pada saraf-saraf tersebut. Akibat dari trauma pada pembuluh darah, selain robekan terbuka yang dapat langsung terjadi karena benturan atau tarikan, dapat juga timbul kelemahan dinding arteri. Bagian ini kemudian berkembang menjadi aneurisma. Tipe trauma kepala: 1. Trauma kepala terbuka Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak. Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak. Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah : a. Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid ) b. Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga ) c. Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung ) 21
  • 22. d. Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung ) e. Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga) Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan perdarahan. 2. Trauma kepala tertutup a. Komusio serebri ( Gegar otak ) Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kurang dari 10 menit ). Gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda didepan mata dan linglung. Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang ingatan) sekejap, setelah terjadinya cedera pada otak yang tidak menyebabkan kerusakan fisik yang nyata. Konkusio menyebabkan kelainan fungsi otak tetapi tidak menyebabkan kerusakan struktural yang nyata. Hal ini bahkan bisa terjadi setelah cedera kepala yang ringan, tergantung kepada goncangan yang menimpa otak di dalam tulang tengkorak. Konkusio bisa menyebabkan kebingungan, sakit kepala dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian besar penderita mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari. Beberapa penderita merasakan pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan. Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu, jarang lebih dari beberapa minggu. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam bekerja, belajar dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma pasca konkusio. Sindroma pasca konkusio masih merupakan suatu teka-teki; tidak diketahui mengapa sindroma ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala yang ringan. Para ahli belum sepakat, apakah penyebabkan adalah cedera mikroskopi atau faktor psikis. Pemberian obat-obatan dan terapi psikis bisa membantu beberapa penderita sindroma ini. Yang lebih perlu dikhawatirkan selain sindroma pasca konkusio adalah gejala-gejala yang lebih serius yang bisa timbul dalam beberapa jam atau kadang beberapa hari setelah 22
  • 23. terjadinya cedera. Jika sakit kepala, kebingungan dan rasa mengantuk bertambah parah, sebaiknya segera mencari pertolongan medis. Biasanya, jika terbukti tidak terdapat kerusakan yang lebih berat, maka tidak diperlukan pengobatan. Setiap orang yang mengalami cedera kepala diberitahu mengenai pertanda memburuknya fungsi otak. Selama gejalanya tidak semakin parah, biasanya untuk meredakan nyeri diberikan asetaminofen. Jika cederanya tidak parah, aspirin bisa digunakan setelah 3-4 hari pertama. Secara klasik kita kenal pembagian : komosio, kontusio dan laserasio serebri. Pada komosio serebri kehilangan kesadaran bersifat sementara tanpa kelainan PA. Pada kontusio serebri terdapat kerusakan dari jaringan otak, sedangkan laserasio serebri berarti kerusakan otak disertai robekan duramater. Trauma kepala dapat menyebabkan cedera pada otak karena adanya aselerasi, deselerasi dan rotasi dari kepala dan isinya. Karena perbedaan densitas antara tengkorak dan isinya, bila ada aselerasi, gerakan cepat yang mendadak dari tulang tengkorak diikuti dengan lebih lambat oleh otak. Ini mengakibatkan benturan dan goresan antara otak dengan bagian-bagian dalam tengkorak yang menonjol atau dengan sekat-sekat duramater. Bila terjadi deselerasi (pelambatan gerak), terjadi benturan karena otak masih bergerak cepat pada saat tengkorak sudah bergerak lambat atau berhenti. Mekanisme yang sama 23
  • 24. terjadi bila ada rotasi kepala yang mendadak. Tenaga gerakan ini menyebabkan cedera pada otak karena kompresi (penekanan) jaringan, peregangan maupun penggelinciran suatu bagian jaringan di atas jaringan yang lain. Ketiga hal ini biasanya terjadi bersama-sama atau berturutan. Kerusakan jaringan otak dapat terjadi di tempat benturan (coup), maupun di tempat yang berlawanan (countre coup). Diduga countre coup terjadi karena gelombang tekanan dari sisi benturan (sisi coup) dijalarkan di dalam jaringan otak ke arah yang berlawanan; teoritis pada sisi countre coup ini terjadi tekanan yang paling rendah, bahkan sering kali negatif hingga timbul kavitasi dengan robekan jaringan. Selain itu, kemungkinan gerakan rotasi isi tengkorak pada setiap trauma merupakan penyebab utama terjadinya countre coup, akibat benturan-benturan otak dengan bagian dalam tengkorak maupun tarikan dan pergeseran antar jaringan dalam tengkorak. Yang seringkali menderita kerusakan-kerusakan ini adalah daerah lobus temporalis, frontalis dan oksipitalis. b. Kontusio serebri (Memar otak ) Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Pada jaringan otak akan terdapat kerusakan- kerusakan yang hemoragik pada daerah coup dan countre coup, dengan piamater yang masih utuh pada kontusio dan robek pada laserasio serebri. Kontusio yang berat di daerah frontal dan temporal sering kali disertai adanya perdarahan subdural dan intra serebral yang akut. Sebagai kelanjutan dari kontusio akan terjadi edema otak.Penyebab utamanya adalah vasogenik, yaitu akibat kerusakan B.B.B. (blood brain barrier). Disini dinding kapiler mengalami kerusakan ataupun peregangan pada sel-sel endotelnya. Cairan akan keluar dari pembuluh darah ke dalam jaringan otak karena beda tekanan intra vaskuler dan interstisial yang disebut ekanan perfusi. Bila tekanan arterial meningkat akan mempercepat terjadinya edema dan sebaliknya bila 24
  • 25. turun akan memperlambat. Edema jaringan menyebabkan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang mengakibatkan aliran darah berkurang. Akibatnya terjadi iskemia dan hipoksia. Asidosis yang terjadi akibat hipoksia ini selanjutnya menimbulkan vasodilatasi dan hilangnya auto regulasi aliran darah, sehingga edema semakin hebat. Hipoksia karena sebab-sebab lain juga memberikan akibat yang sama. Jika otak membengkak, maka bisa terjadi kerusakan lebih lanjut pada jaringan otak; pembengkakan yang sangat hebat bisa menyebabkan herniasi otak. Gejala dari kontusio adalah pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan. Biasanya gejala berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Sindroma pasca konkusio yaitu kesulitan dalam bekerja, belajar dan bersosialisasi. Kontusio serebri dan robekan otak lebih serius daripada konkusio. MRI menunjukkan kerusakan fisik pada otak yang bisa ringan atau bisa menyebabkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang diserati dengan kebingungan atau bahkan koma. c. Perdarahan intracranial Merupakan penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang tengkorak. Hematoma intrakranial bisa terjadi karena cedera atau stroke. Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam pembungkus otak sebelah luar (hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar dengan tulang tengkorak (hematoma epidural). Kedua jenis perdarahan diatas biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI. Sebagian besar perdarahan terjadi dengan cepat dan menimbulkan gejala dalam beberapa menit. Perdarahan menahun (hematoma kronis) lebih sering terjadi pada usia lanjut dan membesar secara perlahan serta menimbulkan gejala setelah beberapa jam atau hari. Hematoma yang luas akan menekan otak, menyebabkan pembengkakan dan pada akhirnya menghancurkan jaringan otak. Hematoma yang luas juga akan menyebabkan otak bagian atas atau batang otak 25
  • 26. mengalami herniasi. Pada perdarahan intrakranial bisa terjadi penurunan kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan pernafasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut. o Hematoma epidural Hematoma epidural berasal dari perdarahan di arteri yang terletak diantara meningens dan tulang tengkorak. Hal ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat memancar. Gejala berupa sakit kepala hebat bisa segera timbul tetapi bisa juga baru muncul beberapa jam kemudian. Sakit kepala kadang menghilang, tetapi beberapa jam kemudian muncul lagi dan lebih parah dari sebelumnya. Selanjutnya bisa terjadi peningkatan kebingungan, rasa ngantuk, kelumpuhan, pingsan dan koma. Diagnosis dini sangat penting dan biasanya tergantung kepada CT scan darurat. Hematoma epidural diatasi sesegera mungkin dengan membuat lubang di dalam tulang tengkorak untuk mengalirkan kelebihan darah, juga dilakukan pencarian dan penyumbatan sumber perdarahan. o Hematoma subdural Hematoma subdural berasal dari perdarahan pada vena di sekeliling otak. Perdarahan bisa terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala berat atau beberapa saat kemudian setelah terjadinya cedera kepala yang lebih ringan. Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik. Pada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringan; selama beberapa minggu gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI bisa menunjukkan adanya genangan darah. Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya 26
  • 27. masih lembut dan lunak. Hematoma subdural yang kecil pada dewasa seringkali diserap secara spontan. Hematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah: 1). Sakit kepala yang menetap 2). Rasa mengantuk yang hilang-timbul 3). Linglung 4). Perubahan ingatan 5). Kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan. Kriteria cedera kepala yang digunakan untuk diagnosis, bergantung berat- ringannya cedera otak yang terjadi, oleh sebab itu terbagai menjadi : 1. minimal = simple head injury - GCS = 15 (normal) - Kesadaran baik - Tidak ada amnesia 2. cedera otak ringan - GCS = 14 - GCS = 15, dengan :  amnesia pasca cedera kepala < 24 jam  hilang kesadaran < 10 menit - Dapat disertai gejala : mual,muntah, sakit kepala, vertigo. 3. cedera otak sedang - GCS = 9 – 13 - Hilang kesadaran >10 menit tetapi < 6 jam - Dapat/tidak disertai oleh defisit neurologis 27
  • 28. - Amnesia pasca cedera selama ± 7 hari 4. cedera otak berat - GCS = 5 – 8 - Hilang kesadaran > 6 jam - Terdapat defisit neurologi - Amnesia pasca cedera > 7 hari 5. kondisi kritis - GCS = 3 – 4 - Hilang kesadaran > 6 jam - Terdapat defisit neurologis. Tatalaksana cedera kepala, berdasarkan kriteria untuk diagnosis, sebagai berikut: 1. minimal - tirah baring, kepala ditinggikan 300 - istirahat dirumah - kontrol ke rumah sakit bila ada tanda-tanda perdarahan epidural 2. cedera otak ringan - tirah baring, kepala ditinggikan 300 - observasi di rumah sakit selama 2 hari - keluhan hilang - beri obat simptomatis - antibiotil (dengan indikasi) 3. cedera otak sedang dan berat - terapi umum : ABC, terapi cairan, jaga keseimbangan gas darah - terapi khusus: medikamentosa, atasi peningkatan TIK, simptomatis,antibiotik, antiepilepsi, operasi (dengan indikasi) - rehabilitasi 28
  • 29. Prognosis Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan beratnya kerusakan otak yang terjadi. Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya, semakin berkurang. Kemampuan berbahasa pada anak kecil dijalankan oleh beberapa area di otak, sedangkan pada dewasa sudah dipusatkan pada satu area. Jika hemisfer kiri mengalami kerusakan hebat sebelum usia 8 tahun, maka hemisfer kanan bisa mengambil alih fungsi bahasa. Kerusakan area bahasa pada masa dewasa lebih cenderung menyebabkan kelainan yang menetap. Beberapa fungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan lengan dan tungkai) dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak. Kerusakan pada area ini biasanya menyebabkan kelainan yang menetap. Dampak dari kerusakan ini bisa diminimalkan dengan menjalani terapi rehabilitasi. Penderita cedera kepala berat kadang mengalami amnesia dan tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran. Jika kesadaran telah kembali pada minggu pertama, maka biasanya ingatan penderita akan pulih kembali. PENATALAKSANAAN Penanganan darurat : • Dekompresi dengan trepanasi sederhana • Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom Terapi medikamentosa Elevasi kepala 30dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan meningkakan drainase vena.(9) Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason 29
  • 30. (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino- metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.(8) 30
  • 31. DAFTAR PUSTAKA 1. Anderson S. McCarty L., Cedera Susunan Saraf Pusat, Patofisiologi, edisi 4, Anugrah P. EGC, Jakarta,1995, 1014-1016 2. Anonym,Epiduralhematoma,www.braininjury.com/epidural-subdural-hematoma.html. 3. Anonym,Epidural hematoma, www.nyp.org 4. Anonym, Intracranial Hemorrhage, www.ispub.com 5. Buergener F.A, Differential Diagnosis in Computed Tomography, Baert A.L. Thieme Medical Publisher, New York,1996, 22 6. Dahnert W, MD, Brain Disorders, Radioogy Review Manual, second edition, Williams & Wilkins, Arizona, 1993, 117 – 178 7. Ekayuda I., Angiografi, Radiologi Diagnostik, edisi kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006, 359-366 8. Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong W.D. EGC, Jakarta, 2004, 818-819 9. Mc.Donald D., Epidural Hematoma, www.emedicine.com 10. Markam S, Trauma Kapitis, Kapita Selekta Neurologi, Edisi kedua, Harsono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, 314 11. Mardjono M. Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, Neurologi Kilinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2003, 254-259 12. Price D., Epidural Hematoma, www.emedicine.com 13. Paul, Juhl’s, The Brain And Spinal Cord, Essentials of Roentgen Interpretation, fourth edition, Harper & Row, Cambridge, 1981, 402-404 31