analisis biaya dan manfaatanalisis biaya dan manfaatanalisis biaya dan manfaat
168
1.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN
PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH
RUDI HARTONO
AMIR MAHMUD
NANIK SRI UTAMININGSIH
Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Pertumbuhan,
Size, PAD dan Kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern
pemerintah daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah
Provinsi se-Indonesia yang terdiri dari 33 Provinsi Tahun 2011. Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK, Laporan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi se-Indonesia tahun
,Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kecamatan
Pemerintah Provinsi se-Indonesia tahun 2011. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan koefisien
determinasi, uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan dan size berpengaruh negatif terhadap kelemahan
pengendalian intern, Kompleksitas berpengaruh signifikan terhadap
kelemahan pengendalian intern. Sedangkan PAD tidak berpengaruh
signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Secara simultan
variabel pertumbuhan, size, PAD dan kompleksitas berpengaruh signifikan
terhadap kelemahan pengendalian intern. Bagi Pemerintah daerah
diharapkan lebih memperhatikan kualitas pengendalian intern.
Abstract
The purpose of this study was to examine the influence of Growth, Size,
PAD and Complexity of the local government internal control weaknesses.
The population in this study is the Provincial Government in Indonesia
which consists of 33 provinces in 2011. The secondary data used in this
study is in the form of BPK Examination Report, Report of the Provincial
Government budget realization in Indonesia year 2012, Economic Growth,
Population and the Provincial Government of the District Total in
Indonesia in 2011. The hypothesis was tested by using multiple linear
regression coefficient of determination, t test and F test results showed that
the growth and size negatively affect the local government internal control
weaknesses; Complexity has a significant effect on the internal control
weaknesses. Meanwhile, the PAD did not significantly influence the internal
control weaknesses. Simultaneously, growth, size, and complexity of PAD
variables significantly affect the internal control weaknesses. Local
governments are expected to pay more attention to the quality of internal
control.
Keywords: Internal Control Weakness; Growth; Size; PAD and
Complexity
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
1 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
2.
PENDAHULUAN
Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah
daerah yang diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menuntut
adanya perubahan setiap kebijakan dalam setiap pemerintah daerah. Perubahan tersebut
diantaranya pada sistem pemerintahan. Pemerintahan yang dulunya terpusat atau
sentralisasi sekarang menjadi desentralisasi.
Adanya otonomi daerah di Indonesia menjadikan perlunya pengawasan atau
pengendalian dalam menjalankan otonomi daerah agar tidak terjadi kecurangan (fraud).
Kecurangan (fraud) yang terjadi dalam sebuah organisasi baik organisasi sektor publik
maupun sektor swasta biasanya disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern.
Berdasarkan KPMG Fraud Survey 2006 yang dilakukan di Carolina Amerika Serikat
dalam Petrovits (2010) ditemukan bahwa lemahnya pengendalian intern menjadi faktor
utama penyebab terjadinya kecurangan yaitu sebesar 33% dari total kasus kecurangan
yang terjadi. Faktor kedua adalah diabaikannya sistem pengendalian intern yang telah
ada sebesar 24%. Berdasarkan dua faktor tersebut terlihat bahwa keberadaan dan
pelaksanaan pengendalian intern sangatlah penting (Martani dan Zaelani, 2011).
Menurut hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) pada tahun 2010 terhadap 516 LKPD, terdapat 5.193 kasus
kelemahan SPI. Sedangkan pada tahun 2011 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
menemukan jumlah kelemahan SPI 5.675 kasus terhadap 520 Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD). Meningkatnya jumlah temuan kasus yang terkait
kelemahan pengendalian intern tentu tidak sejalan dengan tekat pemerintah yang ingin
mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan akuntabel.
Agency Theory menyatakan bahwa konflik antara principal dan agent disebabkan
adanya perbedaan informasi antara principal dan agent. Keadaan asimetri informasi
terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent
(Fama dan Jensen, 1983), sehingga agent atau Pemerintah Daerah melakukan
kecurangan (fraud) dalam pelaporan keuangan Pemerintah Daerah. Untuk mengurangi
terjadinya kecurangan maka perlu dilaksanakan pengendalian intern Pemerintah Daerah
yang baik.
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor determinan
pengendalian intern banyak dilakukan di sektor swasta dan organisasi nirlaba. Penelitian
tersebut yaitu Ge dan McVay (2005), Doyle, Ge, dan McVay (2007), Ashbaugh-Skife,
Collins, dan Kinney (2007), dan Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010). Selain itu, di
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
2 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
3.
Indonesia ada beberapa peneliti yang meneliti faktor penentu kelemahan pengendalian
intern pada pemerintah daerah. Penelitian tersebut adalah Kristanto (2009), Martani dan
Zaelani (2011), Putro (2013) dan Puspitasari (2013).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian intern adalah
pertumbuhan. Fakta ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Doyle et. al
(2007) yang menyebutkan bahwa adanya personil baru, proses, dan teknologi biasanya
dibutuhkan untuk menyeimbangkan pengendalian intern dengan pertumbuhan entitas
usaha tersebut. Martani dan Zaelani (2011) dan Putro (2013) menemukan bahwa
pertumbuhan dari pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan
pengendalian intern.
Size (ukuran) suatu entitas juga mempengaruhi kelemahan pengendalian intern.
Penelitian Doyle et el. (2007) menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
ukuran perusahaan dengan kelemahan pengendalian internal perusahaan. Martani dan
Zaelani (2011) menemukan bahwa ukuran berpengaruh negatif terhadap kelemahan
pengendalian intern sedangkan Nirmala (2012) dan Putro (2013) tidak menemukan
pengaruh antara ukuran terhadap kelemahan pengendalian intern.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga mempengaruhi kelemahan pengendalian
intern pemerintah daerah. Argumen ini didasarkan atas penelitan yang dilakukan
sebelumnya oleh Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010) menemukan sumber
pendapatan membuat masalah pengendalian internal meningkat. Sedangkan Puspitasari
(2013) tidak menemukan pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern.
Kompleksitas juga menjadi penentu terjadinya kelemahan pengendalian intern.
Gy dan My Vac (2005) menemukan bahwa perusahaan dengan kompleksitas transaksi
memiliki kelemahan pengendalian intern tinggi. Puspitasari (2013) menemukan
pengaruh positif kompleksitas daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan
pengendalian intern pemerintah daerah. Sedangkan Martani dan Zaelani (2011) tidak
menemukan adanya pengaruh jumlah kecamatan terhadap kelemahan pengendalian
intern.
Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kelemahan pengendalian intern. Atas dasar tidak konsistennya hasil
temuan beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian kembali mengenai Pengaruh Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas
terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
3 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
4.
RERANGKA TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kelemahan pengendalian intern merupakan kelemahan yang signifikan yang
hasilnya jauh dari kondisi salah saji material pada laporan keuangan tahunan yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi (PCAOB : 2004). Adanya indikator untuk mengetahui
tingkat kasus kelemahan pengendalian intern menjadikan Pemerintah Daerah untuk
lebih memperhatikan kualitas pengendalian internalnya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai
pemerintah daerah. Besar kecilnya pertumbuhan ekonomi dapat mengindikasikan
keberhasilan pemerintah daerah dalam mengatur dan menjalankan kegiatan ekonominya
dengan baik. Meningkatnya tingkat aktivitas ekonomi yang disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi diduga akan meningkatkan jumlah kecurangan di Pemerintah
Daerah. Seperti yang diungkap Doyle, GE dan Mc Vay (2007) dan Ashbaugh-Skife,
Collins dan Kinney (2007), Martani dan Zaelani (2011), Putro (2013) yang menemukan
bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki hubungan positif dengan kelemahan
pengendalian intern.
Size (ukuran) Pemerintah Daerah dapat menunjukkan besar kecilnya keadaan
Pemerintah Daerah. Banyaknya jumlah penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan
pengalokasian anggaran dari Pemerintah Pusat untuk setiap daerah dalam rangka
memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Pemerintah Daerah yang memiliki
jumlah penduduk banyak dituntut untuk melakukan pengendalian intern yang baik
sebagai pertanggungjawaban kepada publik. Martini dan Zaelani (2011), Ge dan Mc
Vay (2005) dan Doyle, Ge (2007) yang menemukan adanya hubungan yang negatif
antara ukuran perusahaan terhadap kelemahan pengendalian internal.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan bagi daerah dalam
rangka melaksanakan otonomi daerah. Pemungutannya berdasarkan peraturan dan
Undang-Undang yang berlaku. Besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat
menggambarkan daerah yang sudah bisa mengolah potensi dari daerahnya masing-
masing. Pemerintah daerah yang memiliki jumlah PAD yang tinggi juga akan
meningkatkan risiko kecurangan, dibutuhkan pengendalia itern yang baik untuk
mengantisipasi terjadinya kecurangan. Martini dan Zaelani (2011) menemukan
pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian internal,
sedangkan Putro (2013) menemukan adanya pengaruh negatif antara PAD dengan
kelemahan pengendalian intern. Kristanto dan Puspitasari (2013) menemukan tidak ada
pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
4 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
5.
Kompleksitas merupakan tingkatan yang ada dalam sebuah organisasi,
diantaranya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam
hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi bersebar secara
geografis untuk mencapai tujuannya. Semakin kompleks suatu daerah akan semakin
sulit mengimplementasikan tujuannya. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk
mengimplementasikan pengendalian intern.
Pengaruh masing-masing variabel terhadap kelemahan pengendalian intern juga
sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Putro (2013) dan Puspitasari (2013) menemukan
pertumbuhan, PAD dan kompleksitas berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian
intern Pemerintah Daerah. Atas dasar penjelasan di atas, hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Ha1 : Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas Berpengaruh terhadap Kelemahan
Pengendalian Intern.
Ha2 : Pertumbuhan Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern
Ha3 : Size Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.
Ha4 : PAD Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.
Ha5 : Kompleksitas Berpengaruh terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.
Secara diagram, hubungan antar variabel tersebut bisa digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
METODE RISET
Populasi dan Sampel
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian ini adalah penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan
realisasi anggaran seluruh Provinsi yang ada di Indonesia, laporan PDRB, jumlah
kecamatan, jumlah penduduk dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terhadap
Pertumbuhan
Size (Ukuran)
Pendapatan Asli Daerah
Kompleksitas Daerah
Kelemahan
Pengendalian Intern
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
5 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
6.
pemerintah daerah tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda
dengan menggunakan SPSS V.21.
Definisi dan Pembatasan Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Kelemahan Pengendalian Intern
Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dipengaruhi board of directors,
manajemen dan pegawai lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyaki nan yang
layak dapat dicapainya tujuan- tujuan organisasi (American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA), 2005). Berdasarkan standar audit yang dikeluarkan oleh BPK,
kelemahan pengendalian intern pada tiap pemerintah daerah dapat dilihat dari
temuan/kasus yang terjadi terkait pengendalian intern yang diterbitkan oleh BPK.
Variabel Independen
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang
apakah kenaikan itu besar atau lebih keci ldari tingkat penduduk atau apakah perubahan
struktur ekonomi yang terjadi atau tidak. Pengukuran pertumbuhan ekonomi dalam
penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
Pertumbuhan Ekonomi
x100%
Size
Size pemerintah suatu daerah dapat menggambarkan besar kecilnya skala
pemerintah daerah tersebut. Size pemerintah daerah bisa diukur melalui jumlah
penduduk yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut.
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah.
Kompleksitas
Kompleksitas daerah adalah tingkatan deferensiasi yang ada di pemerintah daerah
yang menyebabkan konflik atau masalah dalam rangka pencapaian tujuan.
Kompleksitas daerah bisa diukur dengan jumlah kecamatan yang ada disuatu daerah.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
6 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
7.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah analisis
statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan regresi berganda. Statistik deskriptif digunakan
untuk mengetahui nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi dari
masing-masing variabel.Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.Asumsi klasik digunakan untuk
mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian terdapat masalah asumsi
klasik seperti diatas atau tidak. Analisis regresi digunakan untuk menguji hubungan
variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini tergambar dalam tebal 1 berikut ini :
Tabel 1
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SPI 33 56 379 171,97 92,771
Pertumbuhan 33 -5,32 27,08 6,6455 4,69370
Size 33 789013 43286775 7354266,45 10383682,658
PAD 33 80678 16022581 1805976,30 3081638,467
Kompleksitas 33 44 664 211,94 164,921
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dengan jumlah sampel 33 unit, dapat
diperoleh hasil untuk nilai kelemahan SPI tertinggi sebesar 379 kasus, Pertumbuhan
tertinggi sebesar 27,08 %, Size tertinggi yang diproksikan umlah penduduk sebesar
43.286.775 juta, PAD tertinggi sebesar Rp 16 Triliun, dan kompleksitas tertinggi
sebesar 664. nilai kelemahan SPI terendah sebesar 56 kasus, Pertumbuhan terendah
sebesar -5,32 %, Size terendah sebesar 789.013 juta, PAD terendah sebesar Rp 80,678
Juta, dan kompleksitas terendah sebesar 44.
Nilai rata-rata dari variabel kelemahan SPI sebesar 172 kasus dengan nilai standar
deviasi 92,771. Nilai rata-rata dari variabel pertumbuhan sebesar 6,65 % dengan standar
deviasi 4,69 %. Nilai rata-rata dari variabel size yang diproksikan dengan jumlah
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
7 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
8.
penduduk sebesar 7.354.266 dengan standar deviasi 10.383.682. Nilai rata-rata PAD
sebesar Rp 1,8 Triliun dengan standar deviasi sebesar Rp 3,08 Triliun. Nilai rata-rata
kompleksitas sebesar 212 dengan standar deviasi sebesar 165.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat analisis.
Pada uji normalitas nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,977 dan tidak signifikan
pada 0,05 maka dapat dikatakan bahwa uji normalitas terpenuhi. Uji Multikolinieritas
menunjukan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10 (Pertumbuhan (1,449), Size (6,481), PAD (1,800), dan Kompleksitas (5,197)). Jadi
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi. Uji heterokedastisitas menunjukkan model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas, dimana tingkat signifikansi untuk semua
variabel independen di atas 0,05 atau 5% (Pertumbuhan (0,873), Size (0,232), PAD
(0,085) dan Kompleksitas (0,513)). Pada analisis regresi berganda diperoleh persamaan
SPI= 131,189-11,772(X1)-6,495 (X2)+2,262(X3)+0,768(X4) + e. Pada pengujian
hipotesis dilakukan uji F dan uji t. Hasil uji simultan bisa dilihat dalam tabel 2 berikut
ini :
Tabel 2
Uji Simultan
Model df Mean Square F Sig
1 Regression 4 46049,671 14.137 .000
Residual 28 3257,439
Total 32
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 2 menunjukkan besarnya nilai F hitung adalah 14.137 dinyatakan dengan
tanda positif maka arah hubunganya adalah positif. Nilai secara statistik menunjukkan
hasil yang signifikan pada a = 0,05, yaitu sebesar 0,000 artinya nilai signifikansi 0,000
< 0,05. Ini menunjukan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel independen
memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen artinya variabel
independen yaitu Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh positif terhadap Kelemahan Pengendalin Intern, sehingga H1
dalam penelitian ini diterima.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
8 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
9.
Hasil ini juga mengindikasikan bahwa jika terjadi kenaikan pertumbuhan
ekonomi, jumlah penduduk, PAD dan jumlah kecamatan dapat meningkatkan terjadinya
kasus kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Hasil ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Zaelani (2011), Puspitasari (2013) yang
menemukan pengaruh secara bersama-sama antara variabel Pertumbuhan, Size, PAD
dan Kompleksitas terhadap Kelemahan Pengendalian Intern. Sedangkan pada uji t
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3
Uji Parsial
Berdasarkan hasil pada tabel 3 hipotesis kedua ditolak karena koefisien variabel
pertumbuhan menunjukkan tanda negatif dan tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
positif. Kesimpulannya jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah
daerah akan mengurangi jumlah kasus terhadap kelemahan pengendalian intern. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Martani
dan Zaelani (2011) dan Putro (2013). Hasil ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah
daerah sudah bisa mengatur atau memanajemen pemerintah daerahnya agar mengurangi
terjadinya masalah pengendalian intern. Selain itu, pemerintah daerah juga memperbaiki
kualitas pengendalian internnya.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak karena koefisien variabel size
Variabel Size menunjukkan tanda negatif dan tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
positif. Hasil ini mengindikasikan bahwa daerah yang memiliki size yang diproksikan
dengan jumlah penduduk yang banyak akan mengurangi terjadinya kasus kelemahan
pengendalian intern. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah yang memiliki jumlah
penduduk banyak akan lebih dapat tekanan dalam melakukan pelaporan keuangan
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig Ket.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 131,189 20,659 6,350 ,000
Pertumbuhan -11,772 2,588 -,596 -4,549 ,000 Ditolak
Size -6,495E-006 ,000 -,727 -2,626 ,014 Ditolak
PAD 2,262E-006 ,000 ,075 ,515 ,611 Ditolak
Kompleksitas ,768 ,139 1,365 5,504 ,000 Diterima
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
9 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
10.
sehinggga akan mengurangi terjadinya kelemahan pengendalian intern. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ge dan McVay (2005), Doyle Ge dan McVay
(2007) dan Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010).
Hipotesis keempat dalam penelitian ini ditolak karena nilai t hitung lebih besar
dari nilai t tabel. Hasil ini mengindikasikan bahwa kenaikan atau penurunan PAD tidak
akan mempengaruhi terjadinya kasus kelemahan pengendalian intern. Hasi ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hasmawati dan Raharja (2012) dan
Puspitasari (2013). Kristanto (2009) menyatakan bahwa yang menyebabkan tidak
adanya pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern karena sejak makin
maraknya penangkapan pejabat daerah akibat kasus korupsi terhadap dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), membuat PAD sebagai salah satu objek
korupsi mendapat perhatian khusus (pengawasan) dalam peruntukkanya dengan tujuan
agar PEMDA efektif dalam melakukan kebijakan untuk kepentingan rakyat.
Hipotesis kelima penelitian ini diterima karena nilai t hitung < t tabel. Dari hasil
ini dapat disimpulkan terjadi pengaruh yang signifikan terhadap kelemahan
pengendalian intern pemerintah daerah. Hasil ini mengindikasikan bahwa daerah yang
memiliki jumlah kompleksitas lebih tinggi memiliki jumlah kasus kelemahan
pengendalian intern. Jumlah kecamatan yang banyak pada setiap daerah akan sulit
dalam mengimplementasikan pengendalian intern. Hasil ini penelitian ini juga sejalan
dengan Puspitasari (2013).
Koefisien Determinasi
Tabel 4 Koefisien Determinasi
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,818a
,669 ,622 57,074
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4 menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 0,622 yang berarti 62,2%
variabel Kelemahan Pengendalian Intern dapat dijelaskan oleh variabel pertumbuhan,
size, PAD dan kompleksitas.Sedangkan sisanya 37,8 % dijelaskan oleh variabel lainnya
di luar model regresi.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
10 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
11.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
SIMPULAN
Simpulan dalam penelitian ini menunjukan variabel pertumbuhan, size, PAD dan
kompleksitas secara simultan berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.
Pertumbuhan dan size memiliki pengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian
intern. PAD tidak memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.
Sedangkan kompleksitas berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern.
Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang tidak dapat
digeneralisasikan dalam pengambilan keputusan terkait pengendalian intern. Penelitian
selanjutnya disarankan agar bisa menggunakan data primer agar bisa tahu keadaan
pengendalian intern pemerintah daerah yang sebenarnya.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, maka saran dalam penelitian ini
adalah:
1. Melihat adanya tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah dan size yang
memiliki pengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian intern. Maka dapat
diimplikasikan bahwa pemerintah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi dan size yang tinggi memiliki kelemahan pengendalian yang rendah.
Pemerintah daerah diharapkan bisa mempertahankan atau meningkatkan kualitas
pengendalian intern agar bisa mengurangi terjadinya kelemahan pengendalian intern.
2. Kompleksitas memiliki pengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern.
Hal ini berarti pemerintah daerah yang memiliki jumlah kecamatan yang banyak
akan meningkatkan terjadinya kasus terkait kelemahan pengendalian intern.
Pemerintah daerah yang memiliki jumlah kecamatan yang banyak diharapkan
mampu meningkatkan kualitas pengendalian intern agar bisa mengurangi terjadinya
kasus kelemahan pengendalian intern.
3. Penelitian selanjutnya diharapakan menambahkan beberapa variabel lain sebagai
faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan pengendalian intern pemerintah daerah,
seperti jumlah aset pemerintah daerah, dan belanja daerah.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan data primer, seperti kuesioner
ataupun interview ke kantor pemerintah atau institusi pemerintah lain untuk
mengetahui informasi lebih lengkap mengenai keberadaan pengendalian intern pada
pemerintah daerah.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
11 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
12.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah dan Halim. (2004). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah :Studi Kasus
Kabupaten/ Kota di Jawa dan Bali, Proceeding Simposium NasionalAkuntansi
VI, 16-17 Oktober 2003, Surabaya.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I
dan II tahun 2012http://www.bpk.go.id diakses pada Desember 2013.
Badan Pusat Statistik. Pengertian dan Indikator Produk Domestik Regional
Bruto.http://ww.bps.go.id diakses pada November 2013
Christine, Shakespeare, Chaterine dan Shih. (2010). The Causes and Consequences of
Internal Control Problems in Nonprofit Organizations. Accounting Review,
Jan2010, Vol. 86 Issue 1, p325-357.
Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of The Treadway Commission.
http://www.coso.org Diakses pada 13 Desember 2013
Data Jumlah Penduduk Provinsi 2011.http://www.bps.go.id. 9 November 2013
Data PDRB Provinsi di Indonesia Tahun 2011.http://www.bps.go.id diakses pada
November 2013
Data Wilayah Ditjen PUM. http://www.depdagri.go.id 12 Desember 2013
Doyle, J., Ge, Weili, McVay, S. 2007. Determinant of Weaknesses in Internal Control
Over Financial Reporting. Journal of Accounting End Economics, 44, 193-223.
Fama dan Jensen. (1983). The separation of ownershhip and control. Journal of law and
economics, 26, pp.
Ge, W., McVay, S. 2005. The Disclosure of Material Weaknesses in Internal Control
After the Sarbanes-Oxley Act. Accounting Horizon, 19 (3), 137-158.
Gozali, Imam. 2011. Analisis Multivariate Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Hasmawati dan Raharja. (2012). Pengaruh Ukuran Koperasi dan Jenis Koperasi
terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus pada Koperasi
diSemarang). Diponegoro Journal Of accounting. Vol. 1, No. 1.
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm : Managerial
Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics(JFE),Vol 3, No. 4, 1 July 1976.
Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 Tentang Good Governance
KPMG. (2006). International Survey of Corporate Responsibility Reporting. Forensic:
Fraud Survey. Swiss.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
12 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
13.
Kristanto, Septian Bayu (2009). Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli
Daerah dan Belanja Modal sebagai Prediktor Kelemahan Pengendalian Intern.
Jurnal Akuntansi UKRIDA, Volume 9, No.1
Manik, Tumpal (2013). Analisis Pengaruh Kemakmuran, Ukuran Pemerintah Daerah,
Infasi, Intergovermental Revenue dan Kemiskinan terhadap Pembangunan
Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi. FE Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Martani dan Zaelani (2011). Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan Kompleksitas
terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Studi Kasus di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011.
Nirmala, Swastia. 2012. Analisi Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Laju
Pertumbuhan dan Kompleksitas Transaksi Terhadap Kelemahan Pengendalian
Internal. Skripsi Sarjana. FEB UNDIP. Semarang
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
Petrovits, Christine , Shakespeare, Chaterine, dan Shih, Aimee. (2010). The Causes and
Consequences of Internal Control Problems in Nonprofit Organizations
Puspitasari, Titus. 2013. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Kompleksitas Daerah (SKPD) terhadap Kelemahan
Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. Skripsi Sarjana. FEB Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Utama, Prima Wardoyo Putro. 2013. Pengaruh PDRB, Ukuran dan Pendapatan Asli
Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Intervening. Skripsi
Sarjana. FE UNNES. Semarang
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
13 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id