2. Al-Farabi (870-950 M)
(Al- Mu’allim Al-Tsani)
• Al-Farabi dikenal sebagai salah satu pemikir politik Islam yang
ternama.Salah satu karya monumentalnya adalah kitab berjudul
Ara'u Ahli Al-Madinah Al-Fadhilah (Pandangan-Pandangan
Penduduk NegaraUtama).
3. Urgensi Negara
• Terkait dengan proses pembentukan negara, Al-Farabi berpendapat bahwa
setiap manusia secara alami membutuhkan banyak hal yang tak semuanya
dapat ia penuhi sendiri, demi mempertahankan (keberadaan)-nya dan
mencapal kesempurnaan tertingginya. Segala sesuatu yang dibutuhkan semua
orang untuk mempertahankan diri dan mencapai kesempurnaan (dapat)
dikumpulkan dan diditribusikan dalam sebuah asosiasi.
4. Bentuk Negara
Dalam menjelaskan mengenai bentuk-bentuk negara, Al-Farabi membaginya
berdasarkan ideologi berikur ini.
1. Al-Madinah Al-Fadillah (Negara ideal utama), yaitu negara yang didirikan ole
warga negara yang mempunyai tujuan kebahagiaan hakiki sebagaimana yang
diajarkan agama.
2. Madinah al-jahilah (negara jahiliyah), yaitu negara yang tidak mempunyai
ideologi yang tinggi. Artinya, negara tidak mempunyai tujuan yang ideal sama
sekali atau menganut ideologi yang bertentangan dengan kebahagiaan hakiki.
5. Pembagian Madinah al-jahilah (negara
jahiliyah/negara orang bodoh)
• Negeri Darurat (Daruriah), vaitu Negera yang penduduknya memperoleh minuman dari
kebutuhan hidup, makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.*
• Negeri Kapitalis (Baddalah), yaitu Negara yang penduduknya mementingkan kekayaan harta
dan benda.
• Negeri Gila Hormat (Kurama), yaitu Negara yang penduduknya mementingkan kehormatan
saja
• Negeri Hawa Nafsu (HissahWa svahwah), yaitu Negara yangpenduduknya mementingkan
kekejfan dan berfoya-foya.
• Negeri Anarkis (Jami'ich), yaitu Wegare yang setiap penduduknya ingin merdeka melakukan
keinginan masing-masing.
6. • 3. Al-Madinah Al-Fasiqah (kota/negara fasik/rusak), yaitu negara yang pandangan-
pandangan para warganya adalah pandangan kota ideal. Mereka mengetahui
kebahagiaan dengan meyakini adanya Allah, kehidupan setelah kematian, akal aktif,
dan perbuatan mereka layaknya penduduk kota ideal. Akan tetapi, pandangan-
pandangan ideal tersebut tidak tercermin dalam perilaku keseharian. Kalaupun
mereka berbuat baik dan menciptakan kesejahteraan, mereka melakukannya dengan
motif dil fuäk nilai-nilai yang mereka anut dan mereka yakini, seperti untuk
memperoleh jabatan, penghormatan, dan gengsi sesama mereka. Di negara seperti
ini, perilaku hipokrit, oportunistik, dan pragmatis meraialela.
7. • 4. Al-Madinah Al-Mutabaddilah (negara yang Berubah), yaitu negara yang pada
awalnya sama dengan negara utama, namun kemudian berganti menandai perilaku
yang menyimpang dan menyeleweng, jauh dari cita-cita negara ideal. Lama-lama,
negara tersebut menganggap apa yang sebelumnya dianggap baik sebagai hal yang
buruk; dan apa yang sebelumnya dianggap buruk sebagai kebaikan.
• 5. Al-Madinah Al-Dhallah (negara sesat), yaitu negara yang warganya memiliki cita-
cita ideal. Akan tetapi, mereka meletakkan cita-cita ideal itu pada sesuatu yang
buruk: kepalsuan, penipuan, dan pengelabuan. Bagi mereka, moralitas tertinggi
justru terletak pada berbagai perilaku buruk.
8. Pemimpin Negara Ideal
• Negara ideal hanya akan bisa terwujud jika diperintah oleh penguasa tertinggi
yang benar-benar memiliki berbagai ilmu dan setiap jenis pengetahuan. la
mampu memahami dengan baik segala yang harus dilakukannya. la mampu
membimbing dengan baik, sehingga orang-orang (rakyat) mau melakukan
apa yang diperintahkan kepada mereka. la mampu memanfaatkan orang-
orang yang memiliki kemampuan. la mampu menentukan, mendefinisikan
dan mengarahkan tindakan-tindakan ini ke arah kebahagiaan. Hal ini hanya
terdapat pada orang yang memiliki kecenderungan alami yang besar lagi
unggul.
9. 12 Kriteria Pemimpin Ideal
• Ada dua belas kualitas luhur yang harus dimiliki oleh seorang kepela negara,
antara lain:
1) lengkap anggota badannya; 2) baik daya pemahamannya; 3) tinggi
intelektualitanya dan kuat daya ingatannya; 4) cerdik dan pintar; 5) panda
mengemukakan pendapat dan mudah dimengerti uraiannya; 6) cinta kepada
ilmu pengetahuan; 7) tidak rakus dan menjauhi kelezatan jasmani; 8) cinta
kejujuran dan benci kebohongan;9) berjiwa besar dan berbudi luhur; 10) cinta
keadilan dan benci kezaliman; 11) kuat pendirian; dan 12) tidak terikat pada
materi dan uang.
10. Mirip Plato dan AristotelesKriteria
• pemimpin Negara Ideal yang dirumuskan Al-Farabi ini sangat dekat dengan
apa yang disampaikan oleh Aristoteles (dan Plato, karena Plato juga menolak
demokrasi, yaitu kepemimpinan oleh rakyat kebanyakan). Hanya saja, Al-
Farabi mengemukakan teorinya tentang kriteria pemimpin ini dengan
mengemukakan terlebih dahulu jenis-jenis negara.
11. Pemimpin Religius
• Perbedaan lainnya, Al-Farabi memasukkan unsur religiusitas sebagai ciri
utama masyarakat yang berbahagia. Selain itu, dalam kitabnya itu, Al-Farabi
juga menyatakan bahwa pemimpin bagi negara ideal itu dilahirkan dalam
konteks prophetik, yaitu dia mendapatkan wahyu dari Tuhan. Jadi, pemimpin
ideal adalah para nabi dan para penerusnya.