BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANTAI ATAU LEBIH 10 m)
Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan KebakaranSenia Firlania
Teruntuk mahasiswa/i khususnya di bidang refrigerasi dan tata udara. Jangan lupa untuk follow aku yaa.
semoga bermanfaat dan jadikan untuk contoh yaaa.
salam panas.
Architectural Design VI
Middle-rise buildings as apartments and retail functions. Eco architecture is relations between human and nature.
by Rahmawati 212012189 Department of Architecture - Institute Technology National Bandung
BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANTAI ATAU LEBIH 10 m)
Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan KebakaranSenia Firlania
Teruntuk mahasiswa/i khususnya di bidang refrigerasi dan tata udara. Jangan lupa untuk follow aku yaa.
semoga bermanfaat dan jadikan untuk contoh yaaa.
salam panas.
Architectural Design VI
Middle-rise buildings as apartments and retail functions. Eco architecture is relations between human and nature.
by Rahmawati 212012189 Department of Architecture - Institute Technology National Bandung
modul pelatihan desain sarana transportasi vertikal gedung bertingkat,
disusun oleh Ir. Sarwono Kusasi (Alm)
silahkah di donlod , free, semoga menjadi amal jariah beliau
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
03.peranan lift saat kebakaran
1. SELAMAT DATANG
SALAM SEJAHTERA
Peranan Lift sebagai Sarana
Transportasi Vertikal dalam Gedung
Saat keadaan darurat kebakaran
Paparan oleh :
Ir. Sarwono Kusasi
8. 1. Ketentuan Materi P.U
no.10/KPTS/2000
Bahaya Kebakaran pada Gedung
II.3.1. Akses Petugas
1. Dinding siap dibuka. Panel kaca dipecahkan.
Bebas hambatan.
2. Dua akses berjarak 20 m, pada basis luas
lantai 620 m2.
3. Jalan akses bagi petugas diberi tanda
segitiga merah.
9. 2. II.3.2. Fasilitas Lift (LK)
bagi Pertugas
Kombinasi dengan tangga dalam satu saft yang
terlindungi (tahan api dan kedap asap)
II.3.3. Tinggi efektive bangunan = 20 m
(+ 7 lantai)
Basement kedalaman 10 m (sampai Bsmt-3)
LK harus mampu melayani semua lantai
tingkatan.
10. 3. V.4.6. Minimal satu unit LK
untuk bangunan tinggi efektif 25 m (8 lantai)
pada saft yang berbeda masing-masing saft
terdapat satu unit LK.
Contoh :
Low Zone 4 unit lift 8/8 = satu LK
Medium Zone lt.1 9 s/d 20 = satu LK
High Zone lt.1 21 s/d 30 = satu LK
Saf untuk LK harus tahan api
11. 4. Menteri PU no.10/KPTS/2000
1. Lift kebakaran harus memenuhi persayaratan
SNI.
2. Bangunan kelas 9A (perawatan kesehatan)
Dimensi kereta = lebar 1.60 m x dalam 2.28 m
Dimensi pintu = lebar 1.30 m x tinggi 2.10 m
Kapasitas (daya angkut) = 600 kg untuk
bangunan tinggi efektive 75 m (= + 23 lantai)
3. Kabel catu daya harus tahan api selama 1 jam
Kabel harus terlindungi (dalam saluran
tertutup).
12. 5. Persyaratan SNI 03-6573-2001
7.5.3. Kelompok lift (satu group operation)
Satu lift sebagai LK. Saft (dinding RL) tahan api
untuk masing-masing kelompok.
7.5.4. Pintu-pintu darurat harus tahan api
(1 jam).
7.5.5. R/L untuk LK harus tahan api sesuai
dengan ketentuan bangunannya.
13. 6. SNI 03-6573-2001
Keadaan Darurat
6.2.1. Lift tidak boleh (bukan) sebagai fasilitas
evakuasi. Atas keputusan manajer kebakaran
dapat digunakan jalan pelarian (egress) sebagai
sarana awal, sampai bunyi sirene yang kedua.
6.2.2. Semua lift yang beroperasi ataupun
yang diam atau turun ke lobi utama, dan
pintunya membuka. Operasi berikutnya dengan
kunci kontak oleh petugas kebakaran yang
terlatih.
14. 7. SNI 03-6573-2001
6.2.2 Syarat-syarat LK
1. Khusus dipakai oleh petugas kebakaran.
2. Lift siap dilantai yang ditetapkan dengan pintu
membuka.
3. Operasi LK dengan kunci kontak.
4. Luas kereta min 2.0 m2 (contoh 1.5m x 1.40m).
Pintu lebar min 1.0m x tinggi 2.10m.
5. Tempo perjalanan max.60 detik sampai lt.teratas.
6. Operasi buka pintu dengan pijit tombol (kontinyu)
7. Pintu dan KM tahan api dan kedap asap selama
satu jam.
8. Terminal bawah dengan lobi cukup luas untuk
petugas, agar tidak terhalang.
15. 8. Syarat-syarat LK SNI 03-6573-2001
1. Sumber daya dari generator listrik
cadangan (GLC).
2. Kabel daya dari KM sampai GLC harus
tahan api dan dipasang tanpa gangguan.
3. Saklar utama di KM diberi tanda-tanda
agar jangan dibuka/diputus.
4. Saklar utama khusus (terpisah) dari
saklar-saklar utama lainnya.
17. 10. Peraturan Men Nakertrans
no. 03/MEN/1999
Pasal 6 :
Kamar mesin lift dan pintu masuk harus
tahan api satu jam.
Ukuran pintu min 0.7 x 2.0 m.
Alat pemadam api ringan 5 kg jenis kering.
Pasal 9 :
R/L (saft) harus tahan api (sesuai
persyaratan bangunan).
Pintu lantai lift tahan api satu (1) jam.
18. 11. PUIL 2000
Pasal 4.11.3 Saklar Utama
Perlengkapan evakuasi dan lift harus dikendalikan
oleh suatu saklar utama yang terpisah dari saklar
yang mengendalikan instalasi lainnya.
Pasal 4.11.4.2 LK harus dikendalikan dan
diamankan secara terpisah dari lift-lift lainnya.
Saklar alih untuk supply daya cadangan (GLC)
ditempatkan pada papan hubung utama atau
papan hubung pengendali api (asap) dan
ditempatkan pada kamar mesin lift.
Saklar papan hubung utama harus terlindung
dan jenis tertutup dan kuat, dengan plat baja
1.2 mm.
19. 12. Pasal 4.11.5.
Saklar papan hubung dan Saklar alih harus
diberi tanda yang jelas.
JIKA TERJADI KEBAKARAN
SAKLAR JANGAN DIPUTUS
20. 13. 4.11.6.
Pengawatan
Kabel catu daya
Berisolasi mineral, berpelindung mineral
Berselubung tembaga atau polimerik
Terlindung dari gangguan mekanik
Dipasang pada saluran/selungkup bebas dari
gangguan.
21. 14. ASME / ANSI A17.1 dan A17.3
1) Sprinkler tidak boleh dipasang di KM lift.
Tetapi NFPA 13 menyatakan Automatic sprinkler
system harus dipasang pada semua ruangan
(termasuk KM lift).
2) ASME A17.1 Testing
Ujian operasi kebakaran dilakukan tiap-tiap
kwartal (3 kali per tahun).
Pintu-pintu tahan api dibuat dipabrik, diberi tanda
sticker “tahan api” dan diawasi oleh dinas lab
independent 3 kali per tahun dengan catatan
(record) hasil mutu testing.
22. 15. ASME A17.1
Lift sebagai sarana pelarian (evakuasi, egress)
saat sirene pertama bunyi.
1) Dengan bimbingan petugas terlatih, dan
2) Petunjuk/monitor dari manajer.
3 unit lift equivalent dengan tangga darurat
sebagai jalan keluar evakuasi.
23. 16. Keputusan Gubernur DKI
Pengunaan Eskalator pasal 109 maksimal untuk 4
lantai.
Lt.4
Lt.3
Lt.2
Lt.1
Dilengkapi pengaman/pencegahan menjalarnya api dan
asap.
24. 17. Keputusan Gubernur DKI
no.1173 th 1982
Pasal 1 : Petugas kebakaran = Pasukan
Pasal 2 : Luas lantai LK = 2.0 m
Kapasitas LK = 550 kg
Kabel catu daya tahan api (fire proof)
Saklar kebakaran dengan tombol
tekan (tanpa pegas) dalam kotak
kaca bingkai merah dekat pintu lift
setinggi puncak pintu.
25. 18. Pasal 3 dan Pasal 4
Pasal 3 : LK beroperasi independent
Pengendalian terjamin tidak ada
hubungan dengan operasi kelompok.
Pasal 4 : Operasi cara kerja LK
Tombol panggil lantai tidak berfungsi
Tombol panggil dikereta tetap
berfungsi
Saklar stop (darurat) tetap berfungsi
Main circuit breaker tersendiri,
terpisah dari saklar supply daya untuk
lain-lainnya.