Dokumen tersebut membahas tentang pembangunan daerah terpadu yang meliputi visi, misi, tujuan, dan manfaatnya serta model edukasi yang dapat diterapkan seperti seminar, pendampingan, pelatihan, focus group discussion, dan penugasan.
1. PEMBANGUNAN DAERAH TERPADU
Pembicara/Narasumber : Setiono Winardi, SH.MBA – Konsultan Internasional
Tempat : Kantor Kepala Daerah Propinsi
Waktu dan lamanya : 3 hari dan/atau disesuaikan dengan kebutuhan
Latar Belakang
Sudah banyak rencana pembangunan yang diterapkan pada Propinsi (Daerah) dalam beberapa
periode belakangan untuk menjadikan Propinsi/Daerah menjadi maju dan berkembang, namun
sampai saat ini Propinsi/Daerah belum bisa menikmati hasil dari eksekusi rencana pembangunan
yang akan memberikan dampak secara langsung dan tidak langsung, baik kepada masyarakat,
pemerintah daerah, maupun daerah lainnya yang berdekatan atau menjadi penyangga Daerah
tersebut.
Secara sederhana, indikator kegagalan dalam setiap program pembangunan yang dijalankan antara
lain adalah:
1. Tidak terserapnya anggaran pemerintah daerah yang disediakan oleh pemerintah pusat secara
maksimal.
2. Tidak adanya kontribusi dari efek pembangunan pemerintah daerah dalam bentuk penambahan
pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari efek pembangunan tersebut, atau pendapatan
yang berasal selain dari pajak, retribusi dan pengurusan perijinan.
3. Tidak terjadinya kenaikan pendapatan per-kapita bagi seluruh masyarakat pada Dearah secara
nyata yang dibuktikan daerah pertumbuhan ekonomi pelaku usaha.
4. Tidak terserapnya sumber daya manusia pada usia produktif secara maksimal pada setiap
lapangan usaha yang tersedia dan/atau diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan daerah.
Visi, Misi
Visi - Daerah mandiri yang memiliki kegiatan ekonomi untuk memberikan efek
kesejahteraan masyarakat dan merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada khususnya, dan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan
Australia pada umumnya.
Misi - Menjalankan system perekonomian mandiri sebagai system perekonomian modern
yang dapat memberikan effek nyata kepada seluruh umat manusia di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia pada khususnya, dan Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara, Australia pada umumnya.
Obyektif
1. Menghapus atau minimal mengurangi hutang luar negeri bagi Negara Republik Indonesia pada
umumnya, dan Daerah pada khususnya sebagai efek dari pinjaman hutang luar negeri yang
dibuat oleh pemerintah pusat.
2. Mengelola seluruh sumber daya alam Dearah secara maksimal untuk kemakmuran Masyarakat
Daerah, akibat pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam oleh asing dan pemerintah pusat.
2. 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia lokal di Daerah, yang dapat bersaing dengan
kualitas sumber daya manusia yang berasal dari Negara asing pada umumnya dan dari luar
wilayah Daerah pada khususnya.
4. Memanfaatkan secara maksimal dan efisien atas permodalan (capital) yang dimiliki, sehingga
dapat memberikan nilai tambah bagi pemerintah Daerah dan Masyarakatnya.
5. Memaksimalkan keberadaan teknologi pembangunan yang ada saat ini, untuk mendapatkan
teknologi pembangunan yang terbaru (up-date), untuk memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
bagi daerah modern.
6. Mempertahankan kebudayaan daerah akibat pengaruh masuknya budaya asing yang tidak sesuai
dengan bangsa Indonesia.
7. Transformasi pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pada sumber daya manusia untuk
memenuhi persyaratan dalam bersaing dengan masyarakat internasional pada umumnya dan
masyarakat yang berada diluar Daerah pada khususnya, dalam wawasan berpikir dan ketrampilan
yang memadai.
8. Optimalisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara efisien dan terukur dalam
memenuhi standard laporan akuntansi internasional dan Pemerintah Indonesia, yang memiliki
dampak terhadap Penciptaan dan Perolehan Penambahan Pendapatan Asli Daerah, diluar pajak
dan retribusi lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk proyek pembangunan lainnya secara
mandiri.
9. Strategy yang tepat dan sesuai dengan syariat Islam dalam mengelola dan mendapatkan
permodalam asing yang berasal dari Venture Capital serta bekerja sama dengan luar negeri, yang
menciptakan efek untuk tidak membebankan generasi penerus terutama masyarakat yang berada
di Daerah dan warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Daerah.
10. Menjadikan daerah yang memiliki system politik sesuai dengan budaya daerah sebagai model
kepemimpinan modern, untuk dijadikan percontohan bagi wilayah/daerah lain dalam
memberikan manfaat kepada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Keuntungan/Manfaat
1. Dapat mengakses investor secara langsung yang tertarik dengan prinsip pembiayaan Syariah
untuk membantu usaha kecil dan menengah, koperasi serta perusahaan daerah/desa;
2. Dapat memahami strategy bisnis yang menggunakan konsep Syariah sehingga sesuai dengan
budaya dan visi, misi dan tujuan dari pembangunan daerah terpadu;
3. Dapat menuliskan rencana bisnis yang akan dijalankan setelah mendapatkan pembiayaan dari
investor yang menggunakan strategy Syariah;
4. Dapat memahami setiap bisnis yang dijalankan secara mendalam, dan mengetahui setiap peluang
yang ditimbulkan sehingga bisnis dapat mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan.
5. Dapat menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat secara menyeluruh sesuai
dengan porsi yang diambil sebagai partisipasi dalam membangun daerah/desa.
Ruang Lingkup Pembahasan
Hari Pertama:
1. Pengertian yang mendalam tentang keberadaan dan eksistensi kekayaan yang dimiliki oleh
Daerah untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Propinsi Daerah.
2. Pembagian bisnis berdasarkan jenisnya (Hospitality dan Non-Hospitality).
3. Identifikasi pasar dan persaingan di pasar global.
3. 4. Strategy sales dan marketing
5. Pengembangan bisnis dan produk turunannya.
Hari Kedua
1. Pengenalan konsep Syariah secara mendalam.
2. Perbedaan antara konsep Syariah dengan konsep Riba.
3. Penerapan konsep Syariah dalam pembiayaan.
4. Percepatan Return of Investment pada bisnis yang dibiayai oleh Syariah
Hari Ketiga
1. Menyusun dan menuliskan rencana bisnis
2. Membangun kepercayaan investor pada bisnis yang akan mendapatkan pembiayaan Syariah
3. Mendapatkan pembiayaan dari investor dengan menggunakan konsep Syariah
Permasalahan
1. ____________________________________________________________________________.
2. ____________________________________________________________________________.
3. ____________________________________________________________________________.
Solusi
1. ___________________________________________________________________________.
2. ___________________________________________________________________________.
3. ___________________________________________________________________________.
Model Edukasi
1. Seminar
Seminar pada umumnya merupakan sebuah bentuk pengajaran akademis, baik di sebuah
universitas maupun diberikan oleh suatu organisasi komersial atau profesional.
Seminar memiliki fokus pada suatu topik yang khusus, di mana mereka yang hadir akan terlibat
secara aktif dan berperan dalam implementasi program yang direncanakan, diselenggarakan
melalui sebuah dialog dipandu dengan seorang moderator/fasiltator seminar, atau bisa juga
melalui sebuah presentasi hasil penelitian dalam bentuk yang lebih formal. Biasanya, para peserta
bukanlah seorang pemula (fresh graduate) dalam topik yang didiskusikan, karena seminar
memiliki gagasan untuk lebih mendekatkan peserta kepada topik yang dibicarakan.
2. Pendampingan
Pendampingan memiliki tujuan:
4. a. Mendampingi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan terhadap pembangunan
suatu wilayah dan pemberdayaan masyarakat wilayah tersebut;
b. Mendampingi dalam melaksanakan pengelolaan pelayanan sosial dasar, pengembangan
usaha ekonomi wilayah, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tepat guna,
pembangunan sarana prasarana wilayah, dan pemberdayaan masyarakat wilayah;
c. Melakukan peningkatan kapasitas bagi Pemerintahan Daerah, lembaga kemasyarakatan
wilayah dalam hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat wilayah;
d. Melakukan pengorganisasian di dalam kelompok-kelompok masyarakat wilayah;
e. Melakukan peningkatan kapasitas bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat wilayah dan
mendorong terciptanya kader-kader pembangunan wilayah yang baru;
f. Mendampingi Wilayah dalam pembangunan kawasan perwilayahan secara partisipatif; dan
g. Melakukan koordinasi pendampingan di tingkat kecamatan dan memfasilitasi laporan
pelaksanaan pendampingan oleh Camat kepada pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3. Pelatihan
Pelatihan memiliki tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan para peserta pelatihan atas budaya dari para pesaing yang ada
diluar.
b. Membantu para peserta untuk mempunyai keahlian dalam bekerja dengan teknologi baru.
c. Membantu para peserta untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk
menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas.
d. Memastikan bahwa budaya yang diberlakukan menekankan pada inovasi, kreativitas dan
pembelajaran,
e. Menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para peserta untuk
memberikan kontribusi bagi lingkungan pada saat pekerjaan dan kepentingan mereka
berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut,
f. Mempersiapkan para peserta untuk dapat menerima dan bekerja secara lebih efektif satu
sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para wanita.
Metode
1. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) atau juga diskusi kelompok terarah adalah diskusi yang
bertujuan untuk memecahkan masalah yang sangat spesifik. FGD biasa juga disebut sebagai
metode dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan mewawancara kelompok.
FGD sendiri tentunya memiliki aturan baku untuk menjalankannya. Biasanya, FGD terdiri dari 6
sampai 8 individu dalam sebuah ruangan dan duduk melingkar. Jalannya diskusi akan dipandu
oleh moderator yang telah dipilih sebelumnya.
Inilah salah satu yang membedakan dengan Leaderless Group Discussion.
Seperti yang telah disinggung di atas, FGD bisa berfungsi sebagai metode dalam penelitian dan
melamar kerja. Alasan yang dapat diterima yaitu ketika menggunakan FGD seseorang akan
mampu menggambarkan karakterisitik individu yang terlibat. Dalam waktu yang relatif singkat
biasanya akan mendapatkan informasi mengenai persepsi, pendapat, sikap, motivasi,
pengetahuan, masalah dan harapan terkait masalah yang didiskusikan.
5. Informasi yang didapat tersebut sangatlah penting dan bermanfaat bagi peneliti atau penyeleksi
kerja. Reaksi atau respon terhadap masalah yang diberikan merupakan jawaban spontan dari
individu. Respon tersebut juga merupakan apa yang ada dalam kognisi atau otak individu.
Sehingga gambaran individu akan terukur jelas sesuai yang diharapkan.
Dalam kontek seleksi kerja, FGD digunakan untuk mensimulasi masalah dalam dunia kerja.
Karena dalam dunia kerja nanti, banyak sekali masalah yang akan dihadapi oleh calon pekerja,
tidak jarang akan membuat stress. Nah, dengan simulasi tersebut diharapkan semua peserta bisa
aktif dalam diskusi untuk melihat sikap dalam menghadapi masalah.
Karakteristik Focus Group Discussion
Seperti halnya dengan LGD atau metode diskusi lainnya, FGD memiliki karakteristik tersendiri,
di antaranya yaitu:
a. FGD biasanya diikuti oleh para peserta yang terdiri dari 7 – 11 orang. Namun lebih kecil
lebih baik karena keterlibatan aktif para peserta akan lebih terlihat.
b. Dalam konteks penelitian, FGD merupakan proses pengumpulan data yang menekankan pada
proses. Karena ketika berlangsungnya FGD akan tercapainya konsensus dan tergalinya
informasi yang dalam dan unik.
c. Informasi lainnya yang bisa didapat ketika bertujuan untuk mengukur individu yaitu akan
tergambarnya struktur jiwa individu.
d. FGD dipimpin oleh fasilitator yang berfungsi sebagai moderator diskusi. Tujuannya yaitu
memandu dan memimpin jalannya diskusi supaya semua peserta terlibat aktif.
e. Sebaiknya dilaksanakan di tempat yang netral supaya individu tidak akan merasa takut dalam
mengemukakan pendapatnya.
f. Waktu berlangsungnya FGD sangatlah beragam mulai dari 20 menit, 60 menit sampai 90
menit.
Moderator dalam Focus Group Discussion
Sesuai dalam uraian karakteristik FGD di atas, moderator memiliki peranan penting dalam
memandu jalannya diskusi, mirip dengan wasit dalam permainan sepak bola yang memandu
jalannya permainan. Karena tujuan dari FGD adalah sebuah proses keterlibatan aktif setiap
peserta, kepiawaian moderator sangat diperlukan di sini. Jika hal itu tidak dimiliki moderator,
mungkin akan ada beberapa peserta yang akan terlalu aktif dan ada beberapa yang pasif.
Tugas utama moderator di antaranya yaitu:
a. Menjamin terbentuknya suasana hangat dalam diskusi supaya tidak takut dalam berargumen.
b. Bisa menjelaskan tata cara berdiskusi, yaitu tidak ada jawaban benar atau salah.
c. Bisa mengenal atau memahami topik atau masalah yang dimuat sehingga bisa mengajukan
pertanyaan yang memancing untuk berpikir kritis dan kreatif.
d. Moderator harus santai, antusias, terbuka, sabar, netral dan adil.
e. Moderator tidak boleh memihak pada salah satu anggota sehingga bersifat mendominasi
jalannya diskusi.
f. Harus memahami respon bahasa tubuh dari peserta.
g. Hendaknya moderator bisa mengendalikan waktu diskusi sehingga berjalan sesuai dengan
rencana.
2. Penugasan
6. Pengertian Metode Penugasan atau metode pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar
mengajar dengan jalan memberi tugas kepada peserta. Tugas-tugas itu dapat berupa
mengikhtisarkan pekerjaan.
Metode Penugasan Dalam Pembelajaran
Metode pemberian tugas, dianjurkan antara lain untuk mendukung metode ceramah, inquiri,
VCT. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, dalam ruang lingkup
maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok.
Dalam proses pembelajaran, peserta hendaknya didorong untuk melakukan kegiatan yang dapat
menumbuhkan proses kegiatan kreatif. Oleh karena itu metode pemberian tugas dapat
dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lain.
Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan:
a. Menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif
b. Mendorong perilaku kreatif
c. Membiasakan berpikir komprehensif
d. Memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran
Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dan terencana dapat bermanfaat untuk:
a. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan bersama (kolektif)
maupun sendiri.
b. Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar yang terdapat di
lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat.
c. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menggairahkan (rekreatif)
Manfaat Metode Penugasan:
a. Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan peserta.
b. Peserta belajar dan mengembangkan inisiatif dan sikap mandiri.
c. Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar.
d. Dapat mempraktekkan hasil-hasil teori dalam kehidupan yang nyata.
e. Dapat memperdalam pengetahuan siswa dalam spesialisasi tertentu.
Run Down (Detail) Program
Hari Pertama : Transformasi atau memberikan penjelasan tentang potensi sumber daya alam
yang akan dikembangkan, dengan berorientasi kepada:
Non Hospitality Hospitality
Pertanian/perkebunan.
Perikanan.
Pertambangan.
Pariwisata
Perhotelan
Rumah Sakit
Travel Agent
7. Hari Kedua : Transformasi atau memberikan penjelasan tentang strategy Syariah yang akan
dijalankan dalam memberikan pembiayaan kepada UKM/UMKM, Koperasi, dan
Perusahaan Daerah/Desa, tanpa bunga dan tanpa jaminan serta kemudahan
mengakses investasi.
Hari Ketiga : Transformasi ketrampilan untuk dapat memberikan penjelasan tentang menulis
dan membuat rencana bisnis yang dapat dipahami oleh investor dipandu oleh
Pembicara, sehingga investor dapat memberikan investasi kepada setiap pelaku
usaha; UKM/UMKM, Koperasi, dan Perusahaan Daerah/Desa.
Peserta Yang Hadir Maksimal 30 orang
1. Kelompok UMKM/UKM.
2. Koperasi.
3. Badan Usaha Milik Daerah/Desa.
Bahan Referensi Modul
1. Burgleman, James. Strategy is Destiny (2002): Strategy Is Destiny: How Strategy-Making
Shapes a Company's Future
2. Kvint, Vladimir. Strategy for the Global Market: Theory and Practical Applications (2016):
Excerpt from Google Books
3. Freedman, Lawrence (2013). Strategy. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-932515-3.
4. Mintzberg, Henry and, Quinn, James Brian (1996). The Strategy Process: Concepts, Contexts,
Cases. Prentice Hall. ISBN 978-0-132-340304.
5. Henrik von Scheel and Prof Mark von Rosing. Importance of a Business Model (pp. 23–54).
Applying real-world BPM in an SAP environment. ISBN 978-1-59229-877-8
6. Kvint, Vladimir (2009). The Global Emerging Market: Strategic Management and Economics.
Routeledge. ISBN 9780203882917.
7. Stacey, R. D. (1995). "The science of complexity an alter-native perspective for strategic change
processes". Strategic Management Journal. 16 (6): 477–95.
8. Terra, L. A. A.; Passador, J. L. (2016). "Symbiotic Dynamic: The Strategic Problem from the
Perspective of Complexity". Systems Research and Behavioral Science. 33 (2): 235–48.
doi:10.1002/sres.2379.
9. Rumelt, Richard P. (2011). Good Strategy/Bad Strategy. Crown Business. ISBN 978-0-307-
88623-1.
10. Henderson, Bruce (1 January 1981). "The Concept of Strategy". Boston Consulting Group.
Retrieved 18 April 2014.
11. Porter, Michael E. (1980). Competitive Strategy. Free Press. ISBN 978-0-684-84148-9.
12. Kiechel, Walter (2010). The Lords of Strategy. Harvard Business Press. ISBN 978-1-59139-782-
3.
13. Ghemawat, Pankaj (Spring 2002). "Competition and Business Strategy in Historical Perspective".
Business History Review. SSRN 264528.
14. Chandler, Alfred Strategy and Structure: Chapters in the history of industrial enterprise,
Doubleday, New York, 1962.
15. Mintzberg, H. Ahlstrand, B. and Lampel, J. Strategy Safari : A Guided Tour Through the Wilds
of Strategic Management, The Free Press, New York, 1998.
16. Bjork, Gordon J. (1999). The Way It Worked and Why It Won't: Structural Change and the
Slowdown of U.S. Economic Growth. Westport, CT; London: Praeger. pp. 2, 67. ISBN 978-0-
275-96532-7.
8. 17. Gordon, Robert J. (2016). The Rise and Fall of American Growth. Princeton, NJ USA: Princeton
University Press. p. 38. ISBN 978-0-691-14772-7.In the U.S. about 60% of consumer spending
in 2103 was for goods that did not exist in 1869.
18. Mankiw, Gregory (2011). Principles of Macroeconomics 6th ed. p. 236. ISBN 978-0538453066.
19. Barro, Robert; Sala-i-Martin, Xavier (2004). Economic Growth 2nd ed. p. 6. ASIN
B003Q7WARA.
20. Roubini, Nouriel; Backus, David (1998). "Productivity and Growth". Lectures in
Macroeconomics.
21. Krugman, Paul (1994). "The Myth of Asia's Miracle". Foreign Affairs. 73 (6): 62–78.
doi:10.2307/20046929. JSTOR 20046929.
22. Rosenberg, Nathan (1982). Inside the Black Box: Technology and Economics. Cambridge, New
York: Cambridge University Press. p. 258. ISBN 978-0-521-27367-1.
23. Lucas, R. E. (1988). "On the Mechanics of Economic Development". Journal of Monetary
Economics. 22 (1): 3–42. doi:10.1016/0304-3932(88)90168-7.
24. Reisman, George (1998). Capitalism: A complete understanding of the nature and value of
human economic life. Jameson Books. ISBN 0-915463- 73-3.
25. Galor, Oded (2005). "From Stagnation to Growth: Unified Growth Theory". Handbook of
Economic Growth. 1. Elsevier. pp. 171–293.
26. Landes, David. S. (1969). The Unbound Prometheus: Technological Change and Industrial
Development in Western Europe from 1750 to the Present. Cambridge, New York: Press
Syndicate of the University of Cambridge. ISBN 978-0-521-09418-4.
27. Hounshell, David A. (1984), From the American System to Mass Production, 1800-1932: The
Development of Manufacturing Technology in the United States, Baltimore, Maryland: Johns
Hopkins University Press, ISBN 978-0-8018-2975-8, LCCN 83016269
28. Taylor, George Rogers (1951). The Transportation Revolution, 1815–1860. ISBN 978-
0873321013.
29. Wells, David A. (1890). Recent Economic Changes and Their Effect on Production and
Distribution of Wealth and Well-Being of Society. New York: D. Appleton and Co. ISBN 978-
0543724748.
30. Atack, Jeremy; Passell, Peter (1994). A New Economic View of American History. New York:
W.W. Norton and Co. ISBN 978-0-393-96315-1.
31. Beaudreau, Bernard C. (1996). Mass Production, the Stock Market Crash and the Great
Depression. New York, Lincoln, Shanghi: Authors Choice Press.
32. Moore, Stephen; Simon, Julian (December 15, 1999). "The Greatest Century That Ever Was: 25
Miraculous Trends of the last 100 Years" (PDF). Policy Analysis, No. 364. The Cato
Institute.Diffusion curves for various innovations start at Fig. 14
33. Field, Alexander J. (2011). A Great Leap Forward: 1930s Depression and U.S. Economic
Growth. New Haven, London: Yale University Press. ISBN 978-0-300-15109-1.
34. Kendrick, John (1991). "U.S. Productivity Performance in Perspective, Business Economics,
October 1, 1991". Business Economics. 26 (4): 7–11. JSTOR 23485828.
35. Field, Alexander (2004). "Technological Change and Economic Growth the Interwar Years and
the 1990s". SSRN 1105634.
36. Gordon, Robert J. (June 2000). "Interpreting the 'One Big Wave' in U.S. Long Term Productivity
Growth". NBER Working Paper No. 7752. doi:10.3386/w7752.
37. Dale W. Jorgenson; Mun S. Ho; Kevin J. Stiroh (2008). "A Retrospective Look at the U.S.
Productivity Growth Resurgence". Journal of Economic Perspectives. 22 (1): 3–24.
doi:10.1257/jep.22.1.3.
38. Hunt, E. K.; Lautzenheiser, Mark (2014). History of Economic Thought: A Critical Perspective.
PHI Learning. ISBN 978-0765625991.
39. Krugman, Paul (1994). "The Myth of Asia's Miracle". Foreign Affairs. 73 (6): 62–78.
doi:10.2307/20046929. JSTOR 20046929.
9. 40. Whaples, Robert (June 1991). "The Shortening of the American Work Week: An Economic and
Historical Analysis of Its Context, Causes, and Consequences". The Journal of Economic
History. 51 (2): 454–7. doi:10.1017/s0022050700039073.
41. Mankiw, N. Gregory; Romer, David; Weil, David (1992). "A Contribution to the Empirics of
Economic Growth". Quarterly Journal of Economics. 107 (2): 407–37. CiteSeerX
10.1.1.335.6159. doi:10.2307/2118477. JSTOR 2118477.
42. Sala-i-Martin, Xavier; Doppelhofer, Gernot; Miller, Ronald I. (2004). "Determinants of Long-
term Growth: A Bayesian Averaging of Classical Estimates (BACE) Approach". American
Economic Review. 94 (4): 813–35. doi:10.1257/0002828042002570.
43. Romer, Paul (1990). "Human Capital and Growth: Theory and Evidence". Carnegie-Rochester
Conference Series on Public Policy. 32: 251–86. doi:10.1016/0167-2231(90)90028-J.
44. Barro, Robert J.; Lee, Jong-Wha (2001). "International Data on Educational Attainment: Updates
and Implications". Oxford Economic Papers. 53 (3): 541–63. doi:10.1093/oep/53.3.541.
45. Hanushek, Eric A.; Kimko, Dennis D. (2000). "Schooling, Labor Force Quality, and the Growth
of Nations". American Economic Review. 90 (5): 1184–208. CiteSeerX 10.1.1.232.7942.
doi:10.1257/aer.90.5.1184.
46. Hanushek, Eric A.; Woessmann, Ludger (2008). "The Role of Cognitive Skills in Economic
Development". Journal of Economic Literature. 46 (3): 607–68. CiteSeerX 10.1.1.507.5325.
doi:10.1257/jel.46.3.607.
47. Hanushek, Eric A.; Woessmann, Ludger (2011). "How Much Do Educational Outcomes Matter
in OECD Countries?". Economic Policy. 26 (67): 427–91. doi:10.1111/j.1468-
0327.2011.00265.x.
48. Hanushek, Eric; Woessmann, Ludger (2015). The Knowledge Capital of Nations: Education and
the Economics of Growth. MIT Press. ISBN 978-0-262-02917-9.
49. Acemoglu, Daron; Robinson, James A. (2012). Why Nations Fail: The Origins of Power,
Prosperity, and Poverty. United States: Crown Business division of Random House. p. 43. ISBN
978 0 307 71922 5.
50. Hunt, E. K.; Lautzenheiser, Mark (2014). History of Economic Thought: A Critical Perspective.
PHI Learning. ISBN 978-0765625991.
51. Landes, David. S. (1969). The Unbound Prometheus: Technological Change and Industrial
Development in Western Europe from 1750 to the Present. Cambridge, New York: Press
Syndicate of the University of Cambridge. pp. 8–18. ISBN 978-0-521-09418-4.
52. Li, Rita Yi Man; Li, Yi Lut (2013). "Is There a Positive Relationship between Law and
Economic Growth? A Paradox in China". Asian Social Science. 9 (9): 19–30.
doi:10.5539/ass.v9n9p19. SSRN 2290481.
53. North, Douglass C.; Weingast, Barry (1989). "Constitutions and Commitment: the Evolutions of
Institutions Governing Public Choice in Seventeenth Century England". Journal of Economic
History. 49 (4): 803–32. doi:10.1017/S0022050700009451.
54. Barker, J. H. (1995). "Personal Liberty under Common Law of England, 1200–1600". In Davis,
R. W. (ed.). The Origins of Modern Freedom in the West. Stanford: Stanford University Press.
pp. 178–202. ISBN 978-0-8047-2474-6.
55. Rajan, R.; Zingales, L. (2003). Saving Capitalism from the Capitalists. New York: Random
House. ISBN 978-0-7126-2131-1.
56. Johnson, Noel D.; Koyama, Mark (2017). "States and Economic Growth: Capacity and
Constraints". Explorations in Economic History. 64: 1–20. doi:10.1016/j.eeh.2016.11.002.
57. Johnson, Noel D. (2006). "Banking on the King: The Evolution of the Royal Revenue Farms in
Old Regime France". Journal of Economic History. 66 (4): 963–991.
doi:10.1017/S0022050706000398.
58. Johnson, Noel D.; Koyama, Mark (2014). "Tax Farming and the Origins of State Capacity in
England and France". Explorations in Economic History. 51 (1): 1–20.
doi:10.1016/j.eeh.2013.07.005.