Pidato ini membahas tentang perilaku dan bahasa yang digunakan oleh kelompok remaja "anak alay" di Indonesia saat ini. Kelompok ini cenderung menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti kata-kata "cabe-cabean" dan istilah lainnya. Meskipun mereka fasih menggunakan bahasa tersebut, prestasi bahasa Indonesia siswa Indonesia justru rendah. Oleh karena itu
1. Assalammualaikum Wr.Wb
Ibu guru bahasa indonesia yang saya hormati,
Dan teman-teman sekalian yang saya banggakan..
Pertama-tama marilah kita panjatkan uji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana
atas limpahan Rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kita masih diberikan kesehatan dan
kesempatan untuk bisa hadir di tempat ini guna melaksanakan proses belajar mengajar
sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan kepada junjungann
nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari alam yang gelap
gulita menuju ke alam yang terang benderang seperti saat ini.
Terima kasih pula saya ucapkan kepada Ibu guru dan teman-teman sekalian yang
telah memberikan saya kesempatan untuk membawakan sebuah pidato yang berjudul
“Deretan Anak Alay”
Ibu guru, dan teman-teman sekalian...
Di era globalisasi ini kita bisa melihat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang dengan sangat pesatnya. Hal ini sangat mempengaruhi tingkah laku dan pola
pikir remaja di seluruh dunia, tidak terkecuali remaja-remaja di Indonesia. Saat ini para
remaja saling berlomba untuk menunjukkan atau menampilkan dirinya kepada temanteman mereka bahkan kepada seluruh dunia bahwa mereka adalah anak remaja masa kini
yang gaul. Maka dari sinilah perilaku yang tidak benar, gaya berpakaian yang tidak sopan
termasuk penggunaan bahasa dan istilah-istilah yang tidak ada di dalam KBBI ( Kamus
Besar Bahasa Indonesia) semakin merajalela di kalangan remaja.
Ibu guru, dan teman-teman sekalian..
Hal yang cukup memprihatikan adalah timbulnya perkataan—perkataan yang
sudah mendarahdaging di kalangan para remaja, yaitu “ kalau tidak gaul, kita adalah
manusia goa”. Istilah yang aneh tetapi begitu dijunjung tinggi oleh para remaja Indonesia
saat ini. Bahkan untuk lebih terlihat gaul dan tampil berbeda dari remaja-remaja lainnya,
para remaja pun bergabung dan menamakan diri mereka sebagai “deretan anak alay”.
Para remaja alay ini adalah sekumpulan anak-anak muda yang menghabiskan waktu
mereka hanya untuk berkumpul di acara-acara tv, mall dan berbagai tempat yang disebut
mereka sebagai “tongkrongan anak alay”.
Ibu guru dan teman-teman sekalian...
Yang menjadi masalah adalah anak-anak yang menyebut dirinya sebagai anak alay
ini cenderung menggunakan bahasa-bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Kebiasaan mereka menggunakan bahasa-bahasa yang tidak
sesuai ini justru menjadi inspirasi bagi stasiun-stasiun tv yang menayangkan acara-acara
komedi setiap harinya. Dan yang memprihatinkan adalah masyarakat Indonesia sangat
menyukai acara-acara yang menampilkan bahasa-bahasa aneh yang justru dipakai untuk
2. berbahasa sehari-hari. Contohnya saja kata-kata cabe-cabean yang mempunyai arti yang
tidak baik atau jamu, janda muda seerta yang tidak kalah hebohnya adalah lo gue end. Para
remaja saling mengejek satu sama lain dengan kata-kata tersebut. Setiap hari para remaja
Indonesia hanya menyaksikan tanyangan-tayangan yang dipenuhi dengan anak alay yang
menggunakan bahasa yang tidak benar dan cenderung mudah dan sangat menguasai
bahasa tersebut. Akan tetapi hal ini sangat berbanding terbaik apabila remaja Indonesia
dihadapkan dengan ujian Bahasa Indonesia, hampir setiap tahun dalam pelaksanaan ujian
nasional banyak remaja Indonesia yang mendapatkan nilai yang tidak cukup baik dalam
bidang studi bahasa Indonesia..
Ibu guru dan teman-teman sekalian...
Bukan kah hal ini sangat memalukan bagi bangsa kita? Dengan mudahnya kita
menguasai budaya berbahasa anak alay akan tetapi kita tidak mampu menguasai bahasa
persatuan kita. Padahal kita seharusnya menunjukan dan membanggakan kepada dunia
bahwa kita memiliki bahasa yang indah, Bahasa Indonesia. Oleh karena itu marilah kita
menjadi remaja yaang gaul karena berprestasi bukan karena berbudaya dan berbahasa
anak.
Demikianlah pidato yang saya bawakan lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.
Saya akhiri dengan ucapan,
Wassalammualaikum Wr. Wb
Oleh:
Fatimah Wardhana
XII Ipa 3