Fiil muta'addi adalah kata kerja yang membutuhkan satu atau dua objek. Terdapat dua cara membentuk fiil muta'addi yaitu mengikuti pola fa'ala atau af'ala, serta dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah objek yang dibutuhkan. Tanda fiil muta'addi adalah ketika dapat disambung dengan dhamir maf'ul bih atau membentuk shighat isim maf'ul tanpa huruf jar.
1. A. Pengertian Fi’il muta’addi
Fiil muta’addi Adalah fi’il atau kata kerja yang membutuhkan satu objek atau dua objek.
Hukum Fi’il Muta’addi adalah: menashobkan terhadap maf’ul bih yang tidak menjadi naibul
faa’il.
Pengertian maf’ul bih (objek) adalah: Isim yg dinashobkan yg dikenai langsung oleh
pekerjaan FA’IL tanpa perantaraan, baik dalam kalam Mutsbat (kalimat positif) atau dalam
kalam Manfi (kalimat negatif)
Contoh fiil muta’addi:
Fi’il Muta’adi Arti
ََبَتَك - َُبُتْكَي Menulis
ََأَرَق – ََرْقَيَُأ Membaca
ََبَرَض – َُب ِرْضَي Memukul
ََلَكَأ – َُلُكْأَي Makan
ََب َِرش – َُبَرْشَي Minum
ََلَخَد - َُلُخْدَي Masuk
Contoh:
َ َسَّْردٌَالدْيََزَمِهَف(Zaid memahami pelajaran)
ََلَسَعٌَالدَّمَحُمََب َِرش(Muhammad minum madu)
َ َْزبُخْلَاٌّيِلَعََلَكَأ(Ali makan roti)
B.Cara Membuat Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) ََلَّعَف
Contoh:
ََنُسَح–> ََنَّسَح
ََلُهَس–> ََلَّهَس
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) ََلَعْفَأ
Contoh:
ََجََرخ–> ََجَرْخَأ
ََلُمَك–> ََلَمْكَأ
Fiil muta’addi itu membutuhkan fail yang melaksanakan pekerjaan, dan membutuhkan
maf’ul bih selaku obyek dari perbuatan itu.
Tanda fiil muta’addi adalah : menerima dhamir ha yang kembali kepada maf’ul bih , seperti:
ijtahada ttolibu fakromahu ustdzuhu.artinya pelajar itu bersungguh- sungguh, lalu gurunya
memuliakannya.
Adapun ha dhomir yang kembali ke dzaraf dan mashdar maka tidak termasuk tanda-tanda
yang menunjukkan kemuta’addian fiil apabila dhami ha tersebut bertemu dengan fi’il contoh:
yaumal jum’atti sirtuhu (pada hari jum’at yang aku berjalan).
Dhamir ha pada contoh yang pertama adalah berada pada kedudukan nasab,karena ha’ itu
adalah maf’ul bih.dan pada contoh kedua ia berada pada kedudukan nasab ,karena ha’ itu
adalah maf’ul muthlaq.
Muta’addi dengan sendirinya dan muta’addi dengan yang lain
2. Fiil muta’addi ada kalanya muta’addi sendiri adalah kata kerja yang sampainnya kepada
maf’ul bih secara langsung, yakni tanpa memakai penghubung huruf jar , seperti: baroytu
kollama (aku meraut pensil).
Adapun muta’addi oleh yang lain adalah muta’addi yang sampainya kepada maf’ul bih
dengan perantara huruf jar. Contoh : dahabtu bika (aku telah memberankatkan kamu)
Dengan arti : adhabtuka (aku telah memberangkatkan kamu).
Terkadang fiil muta’addi itu memerlukan dua maf’ul yang satu jelas, dan yang satunya lagi
tidak jelas.contoh:uddu lamina ti ilaa ahliha (sampaikanlah amanat-amanat itu kepada yang
ahlinya. Lafal amanatu adalah maf’ul bih jelas, sedang lafal ahliha adalah maf’ul bih tidak
jelas.
C. Fiil muta’addi terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Muta’addi kepada satu maf’ul
Contoh yang membutuhkan satu objek :
ََبَتَك (kataba)=menulis
ََبَرَض (dhoroba)=memukul
ََرَصَن (nashoro)=menolong
Contoh dalam kalimat
(kataba muhammadun arrisalata)= Muhammad menulis surat.
2. Muta’addi kepada dua maf’ul
Muta’addi kepada dua maf’ul terbagi menjadi dua:
1. Bagian yang menasabkan dua maf’ul, yang keduanya bukan mubtada’ dan khabar.
2. Muta.addi yang menasabkan kedua maf’ul yang asalnya mubtada’ dan khabar.
Contoh fi’il yang membutuhkan dua objek :
ََمَّلَع (‘allama)=mengajarkan
يَطْعَأ (a’tho)=memberi
اَسَك (kasaa)=memakaikan
Contoh dalam kalimat
(wattakhodzallaahu ibrohiima kholiila)= dan Allah menjadikan ibrohim sebagai kholil
3. Fiil muta’addi kepada tiga maf’ul
Contoh fiil yang membutuhkan tiga objek:
Haddasa (menceriterakan)
Akhbara (mengkhabarkan)
Anglama (memberitahukan)
Arra (meperlihatkan)
Adapun bentuk mudhari’nya adalah : yuriy,yunglimu, yukhbiru.
Contoh: akhbartuhu iyyahu (saya mengkhabarkan kepadanya).
Jika kita melihat kata-kata yang dipakai, baik yang tidak membutuhkan objek, atau
membutuhkan objek satu atau dua, bisa kita nalar dengan bahasa indonesia kita, sehingga
untuk menentukan dia butuh satu objek atau dua objek, bisa kita ketahui dengan logika kita.
Caranya
1. Dengan menambahkan hamzah ()أ di depan kata sehingga membentuk pola (ََلَعْفَأ=af’ala)
Contoh :
ََجََرخ (khoroja)=keluar menjadi ََجَرْخَأ (akhroja)=mengeluarkan
ََلَخَد (dakhola)=masuk menjadi ََلَخْدَأ (adkhola)=memasukkan
2. Dengan menasdidkan ‘ain fi’ilnya menjadi ََلَّعَف (fa’ ‘ala)
Contoh :
ََنُسَح (hasuna)= bagus menjadi ََنَّسَح (hassana)=membaguskan
ََجََرخ (khoroja)=keluar menjadi ََجََّرخ (khorroja)=mengeluarkan
3. Dengan menambahkan huruf jar pada objeknya.
Contoh :
3. (dzahaballaahu binuurihim)=Allah menghilangkan cahaya mereka
(ji’tu bihasanin)=aku datang dengan hasan
. D. Tanda-tanda Fi’il Muta’addi:
1. Dapat disambung dengan Ha Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar (yakni Dhamir Maf’ul
Bih).
2. Dapat dibentuk shighat Isim Maf’ul Tam (tampa kebutuhan huruf jar).
Contoh dapat bersambung dengan HA Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar.
ضربتــه
Dhorobhutuu = aku memukulnya
Bukan sebagai tanda Fi’il Mutaadi, karena Ha dhamir merujuk pada Masdar sama, bisa
disambung dengan Fi’il Muta’addi juga Fi’il Lazim, contoh:
adh-dhorbu dhorobtuhuu ( pukulan itu aku yg memukulnya)
al- qyaamu qumtuhuu ( berdiri itu aku yg berdirinya)
Demikian juga bersambung dengang Ha dhamir merujuk pada Zhorof (zaman/makan), tidak
boleh sebagai tanda Fi’il Muta’addi, sebab butuh tawassu’/taqdir huruf jar, contoh:
Allailata qumtuhaa, wan-nahaaro shumtuhaa ( aku berdiri di malam hari dan aku berpuasa di
siang hari).
Bab III Kesimpulan
Fiil muta’addi adalah fiil yang membutuhkan satu objek atau dua objek. Hukum Fi’il
Muta’addi adalah: menashobkan terhadap maf’ul bih yang tidak menjadi naibul faa’il.
Cara membuat fiil muta’addi:
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) ََلَّعَف
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) لَعْفَأ
fiil muta’addi terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Muta’addi kepada satu maf’ul
2. Muta’addi kepada dua maf’ul
3. Muta’addi kepada tiga maf’ul
. Tanda-tanda Fi’il Muta’addi:
1. Dapat disambung dengan Ha Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar (yakni Dhamir Maf’ul
Bih).
2. Dapat dibentuk shighat Isim Maf’ul Tam (tampa kebutuhan huruf jar).
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa, syaikh. 2007. Tarjamah Jami’ud Durusil Arabiyyah. Jakarta: