1. KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilllah kami hatarkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayahnya yang diberikan kepada
kami sehingga dapat merampungkan tulisan ataupun makalah yang menjadi tugas
individu
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah FARMAKOLOGI
dengan dosen Drs,H, Muh Syaharuddin,Apt. yang dipercayakan kepada kelompok
kami yang pada dasarnya mengulas tentang “Obat infektikum Obat metabolisme,
oba imunoglukosida , yang secara garis besarnya mengulas tentang pengertian
Obatmetabolisme, dan macam-macam obat metabolisme, obat aminoglukosida dan
macam-macam obat aminoglukosida serta obat anti infektum.kami menyadari
bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kamimiliki, materi
ulasan yang kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan dalam hal ini masih
sangat sederhana sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.
Oleh karena itu, kamimenghargai segala bentuk masukan dan kritik dari rekanrekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan yang
lebih bijaksana di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana yang kami harapkan.
Raha,
April 2012
Penyusun
2. DAFTAR ISI
Halaman Sampul…………….……………………………………………………………...
Kata Pengantar………...............……………………………………………………………..
Daftar Isi........................……….……………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……............….………………………………………………………
B. Tujuan………….........……….….…………………………………………………....
C. Batasan Masalah……..........………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Obat Infektikum ..........................................................................................................
B. Obat metabolisme..........................................………………………………………..
C. Obat aminoglukosida.................................................………………................……..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………...………………….............………...
B. Saran……………………………………………....…………………………...............
DAFTAR PUSTAKA
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anti infektikum adalah obat yang diberikan kepada pasien yang
mengalami infeksi pada anggota tubuh tersebut
Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh
organisme hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses
metabolisme obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan
intensitas dan dipengaruhi faktor-faktor antara lain faktor fisiologis (usia, genetika,
nutrisi, jenis kelamin), serta penghambatan dan juga induksi enzim yang terlibat
dalam proses metabolisme obat
B. Tujuan
o Untuk mengetahui obat infektum kegunaan dan efek sampingnya
o Untuk mengetahui obat metabolisme kegunaan dan efek sampingnya
o Utuk Mengetahui obat aminoglukosida kegunaan dan efek sampingnya
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan di atas maka yang menjadi permasalahan yaitu:
o Apakah yang dimaksud dengan Obat metabolisme ?
o Apakah yang di maksut dengan obat aminoglukosida
o Apakah yang di maksut dengan obat antiinfektum
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Anti Infektikum
a. Anti Biotikum
o .KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas bekerja pada bakteri gram
positif dan gram negatif. Obat ini bekerja menghambat sintesis protein bakteri.
Kloramfenikol di gunakan pada nfesi yang di sebabkan haemophilus infleonza dan
demam tiroid. Juga di gunakan pada demam yg berulang,gangrene,granuloma
inguinale,listeriolisis dan infeksi berat lainya.
Kloramfenikol tersedia dlm bentuk kapsul berisi 250mg kloramfenikol. Juga
tersedia dalam bentuk serbuk injeksi 1g/vial dan bentuk suspensi mengandung
125mg/5ml dan dalam bentuk tetes telinga mengandung kloramfenikol 3% dalam
sediaan 5ml.
Dosis:untuk oral,injeksi i.v atau invus: 50mg/kg/hr di bagi dalam 4
dosis.Dosis
untuk
anak,meningitis
purulenta,50mg/kg/hari
dalam
dosis
terbagi.dosis untuk bayi di bawah dua minggu: 2mg/kg//hari(di bagi dalam 4
dosis).Untuk infeksi telinga:teteskan sampai tiga tetes kedalam hang telinga dan di
ulang dua sampai tiga kali sehari.
Kloramfenikol menyebabkan kelainan darah yang reversibel dan ireversibel
seperti
anemia
aplastik,neurutis
periver,neuristik
optik,mual
muntah,diare,stomatitis.
b.Makrolida
o ERITROMISIN
Eritromisin merupakan antibiotika golongan makrolida memiliki spektrum
anti bakteri yang mirip dengan golongan penisilin dan di gunakan pada pasien yang
alergi dengan penisilin.Kerja obat ini adalah menghambat
sintesis protein
mikroorganisme.Beberapa bakteri yang resisten terhadap penisilin,sensitif terhadap
eritromisin.
5. Obat
ini
efektif
pada
nafas,enteritis,kampilobakter,pneumonia,sifilis,uretritis
infeksi
non
saluran
gonokokus,akne
filgaris,dan profilaksis difteri dan pertusis.
Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 500mg.
Dosis untuk dewasa dan anak di usia di atas delapan tahun 250-500mg setiap 6
jam atau 500-1000mg setiap 12jam. Anak sampai dengan 2 tahun 125mg setiap 6 jam.
Eritromisin
menyebabkan
mual,muntah,rasa
tdk
nyaman
pada
perut,diare,urtikaria,ruam dan reaksi alergi lain,gangguan pendengaran yang
reversibel setelah pemberian dosis besar.
b. Penisilin
o .AMOKSISILIN dan AMPISILIN
Amoksilin dan Ampisilin bersifat bakteristik dengan bekerja menghambat
pembentukan dinding sel bakteri.Obat ini mempunyai spektrum yang lebih luas dari
pada penisilin G.
Amoksilin dan Amoksilin di gunakan untk infeksi yang di sebabkan oleh
bakteri
gram positif dan gram negatif,dan juga infeksi karena bakteri
enterococus,lysteria monocytogen,escheria coli,proteus mirabilis dan haemophilus
influenza.Obat ini sangat efektif untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan atas
dan saluran kemih.obat ini baik untuk pengobatan pneumonia terutama pada bayi
dan anak-anak.
Untuk penggunaan oral,amoksilin
dan ampisilin tersedia dalam bentuk
kapsul atau tablet yang mengandung 250mg atau 500mg dan sirup yang
mengandung 125 atau 250mg dalam 5ml larutan.Amoksilin cenderung lebih baik di
gunakan di bandingkan dengan ampicilin untuk penggunaan oral.
Usia/berat
2bin atau 5kg
2-12 bin atau 6-10kg
2-5 thn atau 11-20
Amoksilin
sirup
125mg/5ml
2,5ml C/sendok teh,tiga
kali sehari
5ml(1 sendok teh),tiga kali
sehari
10ml(2 sendok teh),tiga
kali sehari
Ampisilin
sirup
125mg/5ml
Dosis yang sama,empat
kali sehari
Dosis yang sama ,empat
kali sehari
Dosis yang sama,empat
kali sehari
Catatan: bayi baru lahir sampai usia dua minggu harus minum obat setiap 12 j
6. o Obat Metabolisme dan Gizi
a. metabolisme
Metabolisme
adalah
proses
pengolahan
(pembentukan dan penguraian) zat -zat yang
diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat
menjalankan fungsinya.
Metabolisme obat adalah proses modifikasi
biokimia senyawa obat oleh organisme hidup,
pada umumnya dilakukan melalui proses
enzimatik. Proses metabolisme obat merupakan
salah satu hal penting dalam penentuan durasi
dan intensitas khasiat farmakologis obat.
Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma sel-sel hati. Selain
itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada saluran pencernaan, paruparu, ginjal, dan kulit.
b. fase obat metabolisme
Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini,
senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang
lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat.
Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi
oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada
penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik. Biasanya
reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan
7. oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme menggunakan metode ini antara lain
golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid.
Reaksi oksidasi akan mengubah ikatan C-H menjadi C-OH, hal ini
mengakibatkan beberapa senyawa yang tidak aktif (pro drug) secara farmakologi
menjadi senyawa yang aktif. Juga, senyawa yang lebih toksik/beracun dapat
terbentuk melalui reaksi oksidasi ini.
c. Golongan obat metabolisme dan macam-macam obat metabolisme
Obat metabolisme digolongkan sebagai berikut :
o Insulin
o Obat kencing manis
o Preparat tiroid dan antitiroid
o Obat antihiperlipidemik salah satunya obat kolesterol
o Obat metabolisme tulang salah satunya obat osteoporosis
Produk Terlaris
Obat Metabolisme Tulang
OSCAL CAPSULE 0,25 MCG
Kapsul 0,25 mcg x 30's.
PROTOS
BONVIVA TABLET
Tablet Salut Selaput 150 mg x 1 biji
MIACALCIC AMPUL 50 IU
8. Granul 2 gram x 28's
ALOVELL TABLET 10 MG
Alovell 10 mg x 3 strip x 10 tablet.
Ampul 50 iu/mL x 1 mL x 5 biji.
BONEFOS TABLET 800 MG
Tablet 800 mg x 30 biji.
Nama Obat
ACLASTA SOLUTION
ACTONEL TABLET 35 MG
ALOVELL TABLET 10 MG
ALOVELL TABLET 70 MG
BON - ONE TABLET 0,5 MCG
BONEFOS CAPSULE 400 MG
BONEFOS INFUS
BONEFOS TABLET 800 MG
BONVIVA INJECTION
BONVIVA TABLET
CALCIT CAPSULE
ECATROL CAPSULE 0,25 MG
Kemasan
Solution 5 mg/100 ml x 1's.
Tablet 35 mg x 4 biji.
Alovell 10 mg x 3 strip x 10 tablet.
Alovell 70 mg x 1 strip x 4's
Tablet 0,5 mcg x 30.
Kapsul 400 mg x 30 biji.
Konsentract Infus 60 mg/mL x 5 mL
Tablet 800 mg x 30 biji.
Bonviva 3 mg/3 mL x 1's
Tablet Salut Selaput 150 mg x 1 biji.
Kapsul lunak 0,25 mcg x 30 biji
Kapsul lunak 0,25 mg x 30's
EVISTA TABLET
FOSAMAX PLUS TABLET
HITROL CAPSULE 0,25 MCG
KOLKATRIOL CAPSULE 0,25 MCG
MIACALCIC AMPUL 100 IU
MIACALCIC AMPUL 50 IU
MIACALCIC NASAL SPRAY 200 IU
NICHOSPOR TABLET
Tablet 60 mg x 2 x 14's
Tablet 70 mg/70 mcg x 4 biji.
Kapsul lunak 0,25 µg x 30 biji.
Kapsul lunak 0,25 µg x 30 biji.
Ampul 100 iu/mL x 1 mL x 5 biji.
Ampul 50 iu/mL x 1 mL x 5 biji.
Semprotan hidung 200 iu/ dosis x 14 dosis.
Tablet salut film 10 mg x 5 x 10 biji.
9. B.Obat Aminoglukosidum
a. Aminosglokosida
Aminoglikosida
adalah
kelompok
antibiotika penting yang digunakan baik
secara topikal atau pun sistemik untuk
pengobatan
infeksi
yang
disebabkan
bakteri gram negatif. Aminoglikosida
memberi efek membunuh bakteri melalui
pengikatan subunit ribosomal 30S dan
mengganggu
sintesis
protein.
Aminoglikosida dihasilkan oleh fungi
Streptomyces
dan
micromonospora.
Mekanisme
kerjanya:
bakterisid,
berpenetrasi pada dinding bakteri dan
mengikatkan diri pada ribosom dalam sel
b. penggolongan aminoglukosida
o Streptomysin
Streptomysin saat ini digunakan untuk pengobatan infeksi yang tidak lazim,
pada umumnya dalam bentuk kombinasi dengan senyawa antimikroba yang lain.
Streptomisin diperoleh dari streptomyces griseus oleh Waksman (1943) dan
digunakan untuk pengobatan tubercolosis. Penggunaan pada terapi TBC sebagai
obat pilihan utama sudah lama terdesak oleh obat lainnya yang berhubungan
dengan toksisitasnya. Efek sampingnya terhadap ginjal dan organ pendengaran.
10. Dosis streptomysin adalah 15 mg/kg per hari untuk pasien yang memiliki
bersihan kreatinin di atas 80 ml/menit. Biasanya streptomysin diberikan dalam dosis
100 mg 1 kali sehari yang menghasilkan konsentrasi puncak dalam serum kurang
lebih 50 hingga 60 µg/mL dan konsentrasi terendah kurang dari 1µg/mL.
Penyakit yang diobati:
Tularemia
Pasien
yang
menderita
tularemia
sangat
diuntungkan
dengan
pemberian
streptomysin karena dapat memperoleh kesembuhan total, namun tidak tertutup
kemungkinan kronisitas dapat terjadi. Pada pemberian streptomysin 1 sampai 2 g
(15-25 mg/kg) per hari (dalam dosis terbagi) selama 7 sampai 10 hari.
Penyakit pes
Streptomysin merupakan salah satu senyawa yang paling efektif dalam pengobatan
penyakit pes. Dosis yang diberi 1-4 g per hari yang dibagi dalam 2 atau 4 dosis
selama 7-10 hari.
Tuberkulosis
Streptomysin harus diberikan dalam bentuk kombinasi dengan sedikitnya 1 atau 2
obat lain yang sesuai dengan galur-galur penyebab tersebut. Dosis untuk pasien
yang fungsi ginjalnya normal adalah 15 mg/kg per hari sebagai injeksi IM tunggal
selama 2 sampai 3 bulan, dilanjutkan dengan 2 atau 3 kali seminggu setelahnya.
o Kanamisin
Penggunaan kanamisin terbatas karena spektrum aktivitasnya yang terbatas
dibandingkan aminoglikosida lainnya dan obat ini termasuk diantara yang paling
toksik. Kanamisin atau (KANTREX) tersedia untuk injeksi dan penggunaan oral.
Dosis parenteral untuk dewasa adalah 15 mg/kg perhari (terbagi dalam dua hingga
empat dosis yang sama dan berjarak)
Kanamisin hampir merupakan obat kuno yang indikasi penggunaannya sedikit,
kanamisin digunakan untuk mengobati tuberculosis dalam kombinasi dengan obatobat efektif lainnya. Karena terapi penyakit ini sangat lama dan melibatkan
11. pemberian dosis obat total yang tinggi disertai resiko ototoksisitas dan
nefrotoksisitas kanamisin digunakan hanya untuk mengobati pasien yang terinfeksi
mikroorganisme yang telah resisten terhadap obat-obat yang lazim digunakan.
Kanamisin dapat diberikan secara oral sebagai terapi tambahan pada kasus koma
hepatik. Dosis yang biasa digunakan untuk tujuan ini 4 hingga 6 g per hari untuk 36
hingga 72 jam, dosis pernah diberikan hingga 12 g perhari (dalam dosis terbagi).
Efek terhadap bakteri usus mungkin tidak dapat dipertahankan bahkan saat dosis
kanamisin sebesar itu diberikan.
o Amikasin
Spektrum aktivitas antimikroba amikasin (AMIKIN) merupakan yang terluas
dikelompok ini dan karena resistensinya yang unik terhadap enzim penginaktivasi
aminoglikosida. antibiotika ini mempunyai peran khusus di rumah sakit tempat
menyebarnya resistensi mikroorganisme terhadap gentamisin dan tobramysin.
Amikasin mirip dengan kanamisin dalam hal dosis dan sifat farmakokinetiknya
o Gentamisin
Gentamisin adalah antiobiotika golongan aminoglikosida yang mempunyai potensi
tinggi dan berspektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif dengan
sifat bakterisid. Gentamisin mempunyai rentang terapi sempit, bersifat nefrotoksik
dan ototoksik serta mempunyai variabilitas farmakokinetik interindividu cukup
lebar, maka pemantauan obat dalam darah pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal adalah suatu kebutuhan agar keamanan dan efikasi terapi tercapai. Hal ini
juga penting karena profil dosis dan kadar gentamisin dalam darah sukar diprediksi
terutama kadar puncak dan waktu paruh eliminasi.
Penyakit yang diobati:
o Peritonitis
Pasien yang mengalami penyakit ini akibat adanya dialisi peritoneal dapat
memperoleh manfaat dari terapi gentamisin. Karena konsentrasi antibiotik
intraperitonial di bawah optimal dapat terjadi setelah pemberian IM atau IV pada
pasien yang menjalani dialysis, terapi pasien tersebut harus dilanjutkan dengan
menggunakan cairan yang mengandung sejumlah gentamisin dalam konsetrasi yang
sesuai.
12. Efek samping paling penting dan berat pada pemakaian gentamisin adalah
nefrotoksisitas
dan
ototoksisitas
irreversible.
Pemberian
intratekal
atau
intraventrikular jarang digunakan karena dapat menyebabkan peradangan lokal
serta dapat mengakibatkan radikulitis dan komplikasi lain
o Tobramysin
Aktivitas antimikroba dan sifat farmakokinetik tobramysin (NEBSIN) sangat mirip
dengan gentamisin. Tobramysin dapat diberikan secara intramuscular ataupun
intravena. Dosis konsentrasi serumserupa dengan gentamisin. Toksisitas paling
umum terjadi pada konsentrasi minimal yang melebihi 2 µg/ ml pada periode yang
diperpanjang. Pengamatan toksisitas ini biasanya menunjukkan kerusakan fungsi
ginjal sehingga memerlukan pengurangan dosis.
Indikasi penggunaan Tobramysin pada dasarnya identik dengan gentamisin.
Aktivitas tobramysin sangat baik terhadap P. aeroginosa dan bermanfaat untuk
pengobatan
bakterimia,
osteomelitis
dan
pneumonia
yang
disebabkan
oleh Pseudomonas. Biasanya tobramysin digunakan secara bersamaan dengan
antibiotik β- laktam antipseudomonas. Berlawanan dengan gentamisin, tobramysin
yang dikombinasi dengan penisilin menunjukkan aktivitas yang buruk terhadap
berbagai galur enterokokus.
Spektrum antimikrobanya mirip dengan gentamisin, tetapi kerja anti-pseudomonas
in vitro-nya lebih kuat. Digunakan pada infeksi pseudomonas yang resisten untuk
gentamisin
Teobromysin, seperti halnya aminoglikosida lain, menyebabkan nefrotoksisitas dan
otoksisitas. Teobromysin mungkin tidak begitu toksik terhadap sel-sel rambut pada
organ ujung koklea dan organ ujung vestibula serta menyebabkan kerusakan
tubulus ginjal yang lebih sedikit dibandingkan gentamisin.
o Neomysin
Neomysin merupakan antibiotik berspektrum luas. Mikroorganisme yang rentan
biasanya dihambat oleh konsentrasi 5 hingga 10 µg/ml atau kurang. Spesies gram
negatif yang sangat peka adalahE.coli, Enterobacter erogenes dan Proteus vulgaris.
13. Mikroorganisme gram positif yang dapat dihambat meliputi S. aureus dan M.
tuberculosis.
Obat-obat yang di golongkan dalam imunoglukosida yaiti:
Asetat : diklofenac, indometasin, dan sulindac
Propionat : ibuprofen, ketoprofen, flurbiprofen,dll
Oxicam : piroxicam, tenoxicam, meloxicam.
Antranilat : mefenaminat, nifluminat.
Pirazolon : fenilbutazon,
Lainnya : benzidamin krem 3 %
c. Efek aminoglukosida yang merugikan
Beberapa efek aminoglukosida yang merugikan antara lain :
o
Ototoksisitas
Disfungsi vestibula dan auditori dapat terjadi setelah penggunaan setiap
aminogilikosida. Penelitian terhadap hewan dan manusia mencatat terjadinya
akumulasi terhadap obat-obat ini secara progresif dalam perilimfe dan endolimfe
telinga bagian dalam. Akumulasi terjadi secara dominan bila konsentrasi dalam
plasma tinggi. Difusi balik dalam aliran darah terjadi perlahan; waktu paruh
aminoglikosida lima hingga enam kali lebih lama dalam cairan otak maupun dalam
plasma. Difusi balik tergantung pada konsentrasi dan dipermudah pada saat
konsentrasi obat terendah dalam plasma. Kemungkinan terjadinya ototoksisitas lebih
besar pada pasien yang konsentrasi obat dalam plasmanya meningkat terus
menerus. Namun tobramysin dosis tunggal dilaporkan menyebakan disfungsi
koklea temporal yang ringan selama periode konsentrasi dalam plasma mencapai
puncaknya. Kaitan hasil pengamatan ini terhadap hilangnya pendengaran secara
permanen belum diketahui.
Sebagian besar ototoksisitas yang bersifat irreversibel terjadi akibat dekstruksi
progresif sel-sel sensorik ventribular atau koklea, yang sangat mudah rusak akibat
aminoglikosida. Penelitian terhadap marmot yang diberi gentamisin dosis tinggi
14. menunjukkan terjadinya regenerasi sel-sel rambut sensorik tipe I di bagian sentral
ampularis Krista (organ vestibula) dan terjadinya penggabungan rambut-rambut
sensorik individual menjadi rambut-rambut raksasa.
Ototoksisitas aminoglikosida ditingkatkan oleh berbagai faktor antara lain:
besarnya dosis, adanya gangguan faal ginjal usia tua, riwayat penggunaan
d. Efek samping imunoglikosida
Efek samping oleh aminoglikosida dalam garis besarnya dapat dibagi dalam tiga
kelompok :
Alergi
Secara umum potensi aminoglikosida untuk menyebabkan alergi rendah. Demam,
stomatitis, dan syok anafilaksis, pernah dilaporkan
Reaksi iritasi dan toksik
Reaksi iritasi berupa rasa nyeri terjadi di tempat suntikan diikuti dengan radang dan
dapat disertai pula peningkatan suhu badan setinggi 0,5-1,5 o C. Reaksi ini sangat
terkenal
pada
suntikan
streptomisin
IM.
Reaksi
toksik
terpenting
oleh
aminoglikosida ialah pada susunan saraf, berupa gangguan pendengaran dan
keseimbangan pada ginjal. Gejala lain pada susunan saraf ialah gangguan
pernapasan akibat efek kurariform pada sistem neuromuscular, neuritis perifer, serta
gangguan visus. Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan memperpanjang
interval
pemberian
atau
mengurangi
dosis
keduanya.
Monitoring
kadar
aminoglikosida pada gagal ginjal merupakan pendekatan yang lebih tepat.
Dikemukakan bahwa pengukuran kadar lembah lebih bersifat prediktif untuk
mencegah toksisitas, sedangkan kadar puncak prediktif untuk efek terapi dan
toksisitas.
Perubahan biologik
Efek samping ini bermanifestasi dalam dua bentuk, yaitu gangguan pada pola
mikroflora tubuh dengan gangguan absorpsi di usus. Perubahan pola mikroflora
tubuh memungkinkan terjadinya superinfeksi oleh kuman gram-positif, gramnegatif, maupun jamur. Superinfeksi Pseudomonas dapat timbul akibat penggunaan
15. kanamisin, sedangkan penggunaan gentamisin oral cenderung menimbulkan
kandidiasis. Frekuensi kejadian superinfeksi tidak diketahui, untuk streptomisin
parenteral diperkirakan ± 4%. Gangguan absorpsi dapat terjadi akibat pemberian
neomisin per oral 3 g atau lebih dalam sehari. Jenis zat yang dapat dihambat
absorpsinya meliputi karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anti infektikum adalah obat yang diberikan kepada pasien yang mengalami
infeksi pada anggota tubuh tersebut
Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh
organisme hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses
metabolisme obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi
dan intensitas dan dipengaruhi faktor-faktor antara lain faktor fisiologis (usia,
genetika, nutrisi, jenis kelamin), serta penghambatan dan juga induksi enzim
yang terlibat dalam proses metabolisme obat
Aminoglikosida adalah kelompok antibiotika penting yang digunakan baik
secara topikal atau pun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan
bakteri gram negatif. Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri
melalui pengikatan subunit ribosomal 30S dan mengganggu sintesis protein.
Aminoglikosida dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora.
Mekanisme kerjanya: bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan
mengikatkan diri pada ribosom dalam sel
B. Saran
Semoga makalah in dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa
16. DAFTAR PUSTAKA
http : // PENGGOLONGAN OBAT ANTI INFEKTIKUM,METABOLISME DAN
GIZI,DAN IMUNOGLUKOSIDA.COM
DI AKSES TANGGAL 28 APRIL 2012