1. BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid (aldosa) atau polihidroksi keton (ketosa) dan
turunannya atau senyawa yang bila dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua
komponen tersebut di atas. Karbohidrat berasal dari bahasa Jerman yaitu Kohlenhydrote dan
dari bahasa Prancis Hidrate De Carbon. Penamaan ini didasarkan atas komposisi unsur
karbon yang mengikat hidrogen dan oksigen dalam perbandingan 2:1.
Daun tanaman mempunyai pigmen klorofil yang merupakan pigmen utama untuk
aktivitas fotosintesis. Dalam proses fotosintesis akan dihasilkan karbohidrat berupa pati yang
untuk sementara ditimbun pada daun. Selanjutnya pada saat gelap akan ditranslokasikan ke
organ-organ lain (baik anabolisme maupun katabolisme). Dengan demikian pada saat pagi
harnya timbunan pati pada jaringan daun telah habis.
Pigmen klorofil tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam alcohol. Dengan demikian
gejala klorosis sering terjadi pada tanaman yang system perakarannya mengalami keadaan
anaerob (misalnya tergenang air), karena terjadinya proses respirasi anaerob yang
menghasilkan alcohol yang diakumulasikan di dalam daun.
Pati (amilum) memiliki sifat yang khas, antara lain apabila ditambahkan larutan yodium
akan berwarna biru (ungu).
Pemindahan energi dari sinar matahari ke dalam tanaman dilaksanakan dengan perantara
klorofil. Senyawa tersebut terdapat dalam sebuah organel vital bagi tanaman yaitu khloroplas
(Salisbury, 1985).
Prose fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, terutama glukosa. Diantara berbagai
karbohidrat yang penting yang dapat dibentuk oleh tumbuhan dari glukosa adalah selulosa,
sukrosa dan pati/amilum. Amilum didalam tumbuhan banyak tersimpan dalam akar, umbi
ataupun biji-bijian. Butir-butir amilum itu sebenarnya semula terdapat di dalam kloroplas
daun sebagai hasil fotosintesis. Menurut Loveless (1994) pada kebanyakan tumbuhan dikotil
juga monokotil, pati mulai terkumpul pada daun segera setelah terjadi proses fotosintesis
yang berjalan cepat, sehingga pada tanaman dikotil mempunyai daun pati sedangkan daun
monokotil mempunyai daun gula.
Menurut Hopkins (1995) amilum terdiri dari campuran amilosa dan amilopektin. Amilosa
bereaksi dengan Iod (I) menghasilkan perubahan warna komplek merah ungu. Warna ini
ditimbulkan oleh ikatan lemah diantara molekul pati/amilum dan Iod.
Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis
menjadi polisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah tepung atau
amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk oleh hanya
satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang sama dengan
maltosa. Macam amilum utama adalah amilosa dan amilopektin (bila dilarutkan dengan iodin
2. memberikan warna merah ungu). Sedangkan amilosa memberikan warna biru (Fressenden R.
J dan Fessenden J. S, 1997)
Transformasi karbohidrat itu dipengaruhi oleh beberapa faktor luar. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penyusunan amilum menurut Dwijoseputro (1994) diantaranya :
1. Temperatur
Temperatur yang rendah itu mempunyai pengaruh baik bagi pengubahan amilum menjadi
gula. Pengubahan gula manjadi amilum terjadi pada temperatur sedang yaitu 200C sampai
300C.
2. Pengaruh air
Daun yang layu di dalamnya banyak terdapat amilum terubah menjadi gula sukrosa dan
beberapa monosakarida. Persediaan air yang agak berlebihan menambah kegiatan
penyusunan amilum.
3. Konsentrasi ion-ion H+
Perubahan pH membawa perubahan kegiatan enzim. Enzim akan bekerja berlawanan jika
lingkungannya mengalami perubahan pH. Pada pH di atas 7 banyak terbentuk gula sedang
gula akan terbentuk menjadi amilum lagi jika pH turun sampai di bawah 7.
4. Konsentrasi gula
Keseimbangan antara persediaan gula dan persediaan amilum terdapat di dalam sel.
Pembentukan amilum itu tampak giat karena pembentukan gula yang yang giat. Pada malam
hari sebagian dari amilum ada yang diubah menjadi gula sekedar untuk menjaga ketetapan
konsentrasi.
5. Keadaan pH
6. Intensitas sinar
Hopkins (1995), menyatakan bahwa pembentukan karbohidrat terjadi pada tempat dimana
cahaya menyinari bagian yang hijau karena bagian tersebut mangandung klorofil. Kahadiran
karbohidrat dapat diketahui dari Iodin-Amilum. Bagian daun yang tertutup ketas alumunium
foil dan dikenai sinar matahari, maka setelah dimasukkan dalam alkohol panas dan aquades
panas, kemudian ditetesi larutan iodin, maka bagian tersebut tidak akan terbentuk warna
ungu, tetapi bagian yang tidak ditutupi nampak berwarna ungu.
Dwijoseputro (1986), menggambarakan hubungan antara amilum dan I-KI dalam reaksi
berikut:
C5H8O4 + I – KI C5H8O4 + I5- + KI
Pembentukan pati terjadi melalui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit
glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa
(ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-p.
Tentunya warna pada daun yang diuji seharusnya berwarna coklat iodin, sedangkan pada
daun yang digunakan sebagai kontrol akan berwarna lebih gelap. Hal ini karena daun yang di
3. beri perlakuan tidak menghasilkan amilum sehingga tidak menimbulkan warna ungu
(Dwijosapoetro, 1994).
Amilum disusun di dalam kloroplas dan juga di dalam leukoplas sebagai tempat untuk
menyimpan. Penyusunan amilum memerlukan bahan berupa glukosa-1-pospat serta bantuan
enzim berupa posporilase amilum. Molekul glukosa-1-pospat dapat digandeng-gandengkan
dengan pertolongan posporilase ini. Pada penggandengan itu terlepaslah molekul pospat
(Dwidjoseputro, 1994).
Praktikum mengenai uji karbohidrat dalam tanaman digunakan daun bayam (Amaranthus
spinosus) yang sebagian ditutup dengan alumunium foil untuk mencegah adanya sinar
matahari yang mengenai klorofil agar tidak fotosintesis. Bagian yang tidak terkena sinar tidak
akan menghasilkan amilum, sedangkan bagian yang tidak ditutup alumunium foil/daun
kontrol akan menghasilkan amilum. Setelah daun dibiarkan selama beberapa jam di bawah
terik matahari, kemudian daun direbus alkohol. Hal ini bertujuan untuk melarutkan klorofil
yang ada pada daun, namun amilum yang ada tidak akan ikut larut karena amilum tidak dapat
larut oleh alkohol. Ternyata daun berubah warna menjadi lebih transparan atau kekuningan.
Dwijoseputro (1994) menyatakan bahwa setelah semua klorofil larut, semua bagian daun
ditetesi I-KI maka, warna daun yang semula transparan akan berubah menjadi ungu gelap.
Hal ini menandakan adanya amilum pada daun tersebut, karena reaksi iodium dalam amilum
menimbulkan warna biru kehitam-hitaman. Sedangkan pada daun yang ditutup alumunium
foil akan berwarna coklat. Namun dalam percobaan tidak dihasilkan warna ungu. Hal ini
dikarenakan larutan IKI yang dipakai sudah tidak berfungsi.
Menurut Salisbury dan Ross (1992) pembentukan pati atau amilum terjadi terutama
melalui satu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida
serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG
berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-fosfat di kloroplas dan plastid lainnya.
Reaksi berikut merangkum pembentukan pati dari ADPG :
ADP + amilosa kecil (unit n-glukosa) → amilosa (lebih besar dengan unit n+1glukosa) +
ADP.
Menurut Lakitan (2000) karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam bentuk pati
atau amilum. Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung melalui proses yang sama
secara berulang-ulang dengan menggunakan glukosa dari gula nukleosida yang mirip UDPG
yang disebut sebagai Adenosin Difosfat (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dalam
kloroplas atau plastida lainnya menggunakan Atp dan glukosa-1-p :
(n-glukosa) amilosa → (n+1 glukosa) amilosa
ADPG → ADP
Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit
glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa,
ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di
4. kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit glukosa yang
mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa yang
ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh
K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang
dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim
percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang panjang,
menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga menyebabkan penimbunan
satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan pati di amiloplas. Pembentukan pati
di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang, sebab enzim yang membentuk ADPG secara
alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA
agak meningkat saat terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun
karena ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury &
Ross,1992).
Tanaman jika pada bulan-bulan yang dingin, konsentrasi gula tinggi sedangkan kadar
amilum menyusut, bulan-bulan panas keadaan itu berkebalikan. Persediaan air yang
berlabihan menambah kegiatan penyusunan amilum. Perubahan pH membawa perubahan
kegiatan enzim. pH 7 merupakan pH optimal untuk pembentukan gula, sedang gula akan
terbentuk menjadi amilum jika pH sampai dibawan 7 (Kimball, 1989).
Bahan-bahan yang digunakan untuk mengetahui adanya amilum dalam daun diantaranya
alkohol, larutan I-KI, aquades. Alkohol berfungsi untuk melarutkan klorofil sedangkan
larutan I-KI berfungsi sebagai indikator adanya amilum dan aquades berfungsi sebagai
pencuci.
1.2 Tujuan
Ø Untuk mengamati simpanan amilum dalam daun
5. BAB II
Bahan Dan Alat
Bahan
1. Daun tanaman tebu segar yang sebagian telah ditutupi kertas aluminium foil pada
saat sore hari sebelum terkena cahaya matahari pagi.
2. Alcohol 70%
3. Larutan J-KJ
4. Air Panas
5. Air Dingin
Alat
1. Aluminium foil atau kertas timah
2. Penjepit atau klip
3. Waterbath
4. Petridisk
5. Gunting atau pisau curter
6. Serbet atau lap tangan
7. Tisu gulung
8. Gelas piala
9. Pinset atau penjepit
10. Labu erlemeyer
6. BAB III
Cara Kerja
1. Daun tanaman tebu yang belum terkena cahaya matahari pagi, sebagian saya tutupi
dengan kertas alumunium foil atau kertas timah dan saya jepit rapat dengan
menggunakan klip atau penjepit kertas. Sehingga tidak ada kemungkinan cahaya
matahari pagi yang masuk ke dalam daun yang telah saya tutupi dengan alumunium
foil tadi, lalu saya biarkan selama beberapa jam tersinari cahaya matahari pagi (saya
menutupi daun tebu pada hari selasa sore sekitar pukul 15:30 wib tanggal 10 april
2012).
2. Pada hari rabu tanggal 11 april 2012 sekitar pukul 09:30 wib daun tebu yang telah
saya tutupi dengan menggunakan kertas aluminium foil sebelumnya, saya potong
dengan menggunakan pisau curter dari batangnya. Daun tebu yang telah saya potong
tadi, saya bawa ke lab. Fisiologi tumbuhan fakultas pertanian universitas jambi
dengan keadaan masih terbungkus dengan kertas aluminium foil.
3. Daun tebu yang masih terbungkus dengan aluminium foil tadi saya potong keci
yang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian tertutupi dengan kertas aluminium foil dan
bagian yang tidak tertutupi, dengan menggunakan gunting agar rapi. Kemudian daun
tebu tersebut saya buka aluminium foilnya dan daunnya saya masukkan ke dalam labu
erlemeyer yang telah terisi alcohol panas (yang tengah ditangaskan di dalam
waterbath) selama 20 menit.
4. Daun tebu yang berada di dalam labu erlemeyer tadi saya angkat dan saya keluarkan
dari dalam waterbath dengan menggunakan lap tangan atau serbet.
5. Daun tebu saya keluarkan dari dalam labu erlemeyer dengan menggunakan pinset
atau penjepit. Setelah itu saya masukan daun tebu tersebut ke dalam air panas yang
telah di panaskan dengan menggunakan gelas piala sebelumnya, berbarengan dengan
memanaskan alcohol.
6. Daun tebu yang telah saya masukkan ke dalam air panas tadi langsung saya angkat
dengan pinset dan saya masukkan ke dalam larutan J-KJ yang telah kita tuangkan ke
dalam petridis selama beberapa menit.
7. Kemudian daun tebu yang di masukkan ke dalam larutan J-KJ tadi saya angkat
dengan pinset dan saya masukkan ke dalam air dingin yang berada dalam gelas piala,
agar larutan J-KJ yang menempel pada permukaan daun tebu tersebut larut, kemudian
daun tebu tersebut saya bentengkan pada satu atau dua lembar tisu.
8. Kemudian saya mengamati daun tebu yang sudah saya letakkan di atas tisu tadi.
Warna ungu tua menunjukkan, adanya kandungan amilum pada daun tersebut (bagian
daun yang tertutup berwarna pucat, bagian daun yang terbuka atau terkena cahaya
matahari berwarna ungu tua.
7. BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
Hasil
Amilum pada daun tebu tidak terlihat.
Pembahasan
Pada praktikum ini mengenai tentang karbohidrat dalam tanaman yaitu kita akan
melihat adanya kandungan simpanan amilum dalam daun setelah proses fotosintesis terjadi.
Daun yang digunakan sebagai sempel adalah daun tebu.Daun tersebut bagian tengahnya
ditutup dengan alumunium foil sebelum daun melakukan fotosintesis. Penutupan ini
bertujuan untuk menghalangi terjadinya fotosintesis karena klorofil pada bagian daun yang
ditutup tidak dapat menangkap cahaya matahari, selain itu alumunium foil juga menghalangi
pertukaran oksigen dan karbondioksida melalui stomata.
Berdasarkan dari hasil praktikum ini maka dapat disimpulkan :
1. Proses fotosintesis memerlukan energi cahaya matahari untuk mereaksikan
karbondioksida dan air menjadi karbohidrat.
2. Amilum yang terbentuk tersimpan dalam kloroplas dan dapat bereaksi dengan iodium
membentuk warna ungu kehitaman.
3. Bagian yang tidak terkena cahaya matahari tidak melakukan reaksi fotosintesis sehingga
amilum tidak akan terbentuk.
4. Umur daun mempengaruhi jumlah kandungan amilum yang tersimpan di daun tersebut.
5. Struktur tulang daun dan lama proses perebusan daun di dalam alcohol juga berpengaruh
untuk melihat kandungan amilum yang dilakukan pada praktikum kali ini.
6. Semakin keras daun dan semakin tua daun maka proses perebusan daun di dalam alcohol
juga akan memerlukan waktu yang lebih lama dari waktu yang tercantum di dalam
penuntun praktikum fisiologi tumbuhan fakultas universitas jambi.
7. Daun yang tua prosesnya pelarutan klorofilnya akan lebih lama di bandingkan dengan
daun yang muda.
8. DAFTAR PUSTAKA
1. Harran S., dan P.D Tjondronegoro. 1992. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. P A U. IPB
2. Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I, II, dan III. Edisi ke
empat. Terjemahan: Diah R Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung.
3. Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Fakultas
Pertanian UNIBRAW. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
4. Taiz L and E.Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third Edition.
5. Tjondronegoro, P.D., Tjitrosemito, S., Miftahudin., Hamim., Ratnadewi, D., Prawitasari,
T., Triadiati. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fakultas
Matematika dan IPA. IPB. Bogor.
6. Wattimena, G.A. 1997. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar
Universitas. Bekerjasama dengan Lembaga Informasi IPB. Bogor.
7. Wilkins, M.B. 1984. Advanced Plant Physiology. Pitman Publishing, New Zealand
Ltd. wellingtan.
9. TUGAS KIMIA ORGANIK
JURNAL ILMIAH YANG MENGENAI
AMILUN PADA DAUN DAN PUSTAKA
PEMBANDINGNYA
DISUSUN OLEH :
NAMA : PUTU SUARJANA
NIM : 91204016
PRODI : AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN WUNA
(STIP)
2013