Wali meminta persetujuan pada wanita yang akan dinikahkan
1. Wali meminta persetujuan pada wanita yang akan dinikahkan
ب ننَ َْب: ننا َقَْبُربا ب:ََِنن :صََِبَنانَ َربَنانَ بَنالنٍَبعا ننِنْبا ننَع
َنابه:َِذاَْبوَا،بهناسِفََب نافب:نَذَِأت ِس:تب:رِكاٍََِْبوَا،بها اََوب ِ امَابهاسَِفنان
َاه:تَام:ص.بَْجماعةبْالبٍَْخاِى
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Janda itu lebih berhak atas dirinya
dari pada walinya, sedang gadis diminta idzinnya dan idzinnya adalah diamnya”. [HR.
Jamaah kecuali Bukhari]
بر ب:ْو:بوبَْنسنننا بوبْنننن منننوبوبمسننند بِوْالنننةبال وبفنننبب:رنننِكاٍَِْ
.اَهَِ:نَْابَه:رامَِأت َِسال
Dan dalam riwayat lain oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai (dikatakan), “Dan gadis
dimintai idzinnya oleh ayahnya”.
بَ ناهَبوَنابهَجَوزابَهَانَْبنَْباةالاَِاصََِالِْبَمَْواخباتِنانَبءا َسِنَخب ِ ََبعو
ب ننا َثَنناهَ اَكاَب:َرننَفبُ،با َبََِنن :صَِب ِنتنَتَاَفَ.بفنناَبذ ِنتنَهارَكَف.ب
بْالبمسدماَْجماعة
Dari Khansa’ binti Khidam Al-Anshariyah, bahwa ayahnya telah mengawinkannya, sedang ia
seorang janda, tetapi ia tidak menyukai perkawinan itu, lalu ia datang kepada Rasulullah
SAW, maka Rasulullah SAW membatalkan pernikahannya itu”. [HR. Jamaah kecuali Muslim]
ب: ناالَالِْب:الَكِنن:تبَالبُربا ب:ََِن :صََِبَناَ َربَناَ بَََرنِالَر:به انَْب ِ َع
َبََِن :صََِنابالْربَِ:َناَ .بَنَذَِأت ِس:تب َت ب:رِكاٍَِْبَالَبو،بَرَمَِأت ِس:تب َت
بَو،باببَت:ك ِسَتب ِنََْربَاَ َا؟به:َِذاْب َفِ َك.بَْجماعة
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Seorang janda tidak (boleh)
dinikahkan sehingga ia diajak musyawarah, dan seorang gadis tidak (boleh dinikahkan)
sehingga dimintai idzinnya”. Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana idzinnya ?”.
Rasulullah SAW menjawab, “Ia diam”. [HR. Jamaah]
2. ب:رَمَِأتنن ِس:ت،با َبََِنن :صَِنابنَالرب :ننتِد: رب ِنتنََاَ بِابَةنن َةا اَبع ِ ننَع
بَرنِكاٍَِْبناْرب :تِد: .بِ َعَََربَاَ ؟ب اهاعاَضِنَْب افب:ءا َسانَْب:رَمَِأتن ِس:ت
َناه:َِذاَْابه:تاَك :َربصَاَقَف.ب:ت:ك َِستَفب احَت َِستَفمنوبوبٍَْخناِىبوب ْ.ب
مسد
Dari ‘Aisyah RA ia berkata : Aku pernah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah wanita-wanita itu
(harus) diminta idzinnya dalam urusan perkawinan mereka ?”. Beliau menjawab, “Ya”. Aku
bertanya (lagi), “Sesungguhnya seorang gadis (apabila) diminta idzinnya ia malu dan diam”.
Rasulullah SAW menjawab, “Diamnya itulah idzinnya”. [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim]
اَنتر بِوْالةب وبفبرب :نتِد: .ب:نَذَِأتن ِس:تب:رنِكاٍََِْبُربا ب:ََِ :صََِبَاَ
َاه:تَامن:صَنابه:َِذاَْربَناَ .ب احَت ِسَتَبوب :نَذَِأت ِس:تبَرِكاٍَِْبناْمنوبوب ْ.ب
ٍَْخاِىبوبمسد
Dan dalam riwayat lain, Aisyah berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Gadis itu diminta
idzinnya”. Aku bertanya, “Sesungguhnya gadis itu bila diminta idzinnya, ia malu”. Beliau
bersabda, “Idzinnya adalah diamnya”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
ب:َنةمِ اتَ َِْب:رَمَِأتن ِس:تبُربا ب:ََِ :صََِبَاَ َربَاَ بَََرِالَر:به انَْب ِ َع
بَفب َِتتَك َبص ِنااَفَا،بهاسِفََب افَبزَََْنجبََنَفب َِنتنَْب ِناَْبوَنا.به:َِذاَْبَن:ه
َاهِ َدَعبماجه .بَْخمسةبْالبْن
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Gadis yatim diajak musyawarah
tentang urusan dirinya, kemudian jika ia diam maka itulah idzinnya, tetapi jika ia menolak
maka tidak ada paksaan atasnya”. [HR. Khamsah kecuali Ibnu Majah]
ب َِْرَكََنَفبُ،با َبََِ :صَِب ِتَتَْْبًرِكانبًةَالاَِاجبنَْبَالٍَبعا ِنْبا َع
ُب اٍابَْنَهَر َخَف،بةَهاِاَكبَ اهَبوَابهَجَوزابَهَانَْبنَْموبوبْننَب ْ.ب
طن ِْبماجهبوبَْو :ْو:بوبْن
3. Dari Ibnu ‘Abbas, sesungguhnya ada seorang gadis datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia
menerangkan bahwa ayahnya telah menikahkannya, sedang ia tidak suka. Lalu Nabi SAW
menyuruhnya untuk memilih. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Daruquthni]