Hadits ini menolak segala bentuk bid'ah yang bertentangan dengan syariat, baik dalam aqidah, ibadah, maupun muamalah. Bid'ah didefinisikan sebagai amalan baru yang dilakukan secara terus menerus dan menyerupai syariat dalam sifat atau tujuannya, namun tidak ada perintah dari agama. Bid'ah dianggap sebagai dosa besar karena mengharapkan pahala meskipun bertentangan dengan ajaran agama. Mashalih
1. Perbuatan Bid'ah tertolak
Hadits Ke-5
Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata:
”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Barang siapa yang
mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari
kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat
Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari
kami, maka itu tertolak.”
Kedudukan hadits
Hadits ini sangat agung kedudukannya karena merupakan dasar penolakan terhadap
seluruh bentuk bidáh yang menyelisihi syariát, baik bidáh dalam aqidah, ibadah,
maupun muámalah.
Bidáh
Bidáh memiliki 2 tinjauan secara lughah dan secara syarí. Bidáh secara lughah
berarti segala sesuatu yang tidak ada contoh atau tidak ada yang mendahuluinya
pada masanya. Adapun bidáh secara syarí adalah seperti yang didefinisikan oleh
para ulama, yaitu yang memenuhi 3 kriteria sebagai berikut:
1. Dilakukan secara terus menerus.
2. Baru, dalam arti tidak ada contohnya.
3. Menyerupai syariát baik dari sisi sifatnya atau atsarnya. Dari sisi sifat maksudnya
seperti sifat-sifat syariát yaitu sudah tertentu waktu, tempat, jenis, jumlah, dan tata
caranya. Dari sisi atsarnya maksudnya diniati untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan mencari pahala. Bidáh termasuk jenis Dosa Besar, karena merupakan amal
kemaksiatan namun mengharapkan pahala.
Mashalihul Mursalah
Kalau seseorang tidak benar-benar memahami hakikat bidáh maka dia bisa rancu
dengan sesuatu yang disebut Mashalihul Mursalah. Sepintas, antara bidáh dan
Mashalihul Mursalah ada kemiripan, namun hakikatnya berbeda. Adapun
2. perbedaannya adalah sebagai berikut :
1. Mashalihul Mursalah terjadi pada perkara duniawi atau pada sarana (wasilah)
demi penjagaan lima maqosid syariát yaitu agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal.
Sementara bidáh terjadi pada ibadah atau ghayah.
2. Mashalihul Mursalah tidak ada tuntutan untuk dikerjakan pada masa Nabi
shallallaahu álaihi wa sallam, adapun bidáh tuntutan untuk dikerjakannya sudah ada
pada masa Nabi shallallaahu álaihi wa sallam.