1. MODEL MODEL PEMBELAJARAN IPA
Konstruktivisne dalam pembelajaran IPA
A. PANDANGAN TENTANG BELAJAR DAN MENGAJAR
Tujuan transwer belajar adalah menunjukan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi
baru, artinya apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui penugasan dan diskusi
kelompok misalnya seorang guru dapat membantu transwer belajar. Oleh karena itu fakta,
keterampilan, konsep, dan prinsip yang diperlukan untuk terjadinya transwer belajar sudah
dikuasai oleh para siswa yang sedang belajar.
Bigde ( dalam dahar, 1989) merangkum perbedaan penting antara teori belajar perilaku
dan teori belajar kognitif.
Sesungguhnya ada 2 kutub belajar dalam pendidikan, yaitu tabula rasa dan
konstruktivisme. Menurut rujukan tabulawa rasa siswa diibaratkan sebagia kertas putih yang
dapat ditulis apa saja oleh gurunya atau ibarat wadah kosong yang dapat diisi apa saja oleh
gurunya.
1. Struktur Kognitif
Struktur kognitif seseorang pada suatu saat meliputi segala sesuatu yang telah dipelajari oleh
seseorang (ausubel dalam klausmeier, 1994 :22 ). Hasil belajar dapat dikategorikan menjadi
informasi verbal, keterampilan, konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan.
2. Konsep dan Konsepsi
Konsep dan konsepsi merupakan dua istilah yang sering dipertukarkan penggunaannya, padahal
keduanya berbeda baik dalam pengertian maupun penggunaannya. Konsep bersifat lebih umum
dan dikenal dan diumumkan berdasarkan kesepakatan, sedangkan konsepsi bersifat khusus atau
spesifik dan individual.
Prinsip terbentuk dari konsep
1. sebab akibat ( cause – and )
2. korelasion (corelational)
3. peluang (probability)
4. aksioma (axiomatic)
Contoh :
1. penyakit TBC disebabkan oleh organism yang disebut mycobacterium tuberculosis.
(hubungan sebab akibat)
2. perkembangan teori sel berlansung sejalan dengan perkembangan temuan alat dan
prosedur dalam mempelajari sel. (korelasional)
3. logam ( pada umumnya) mengembang jika dipanaskan. (peluang)
4. Bujangan atau perjaka adalah laki-laki dan belum / tidak kawin (aksiomatik)
2. B. PANDANGAN KONSTRUKTIVIS TENTANG BELAJAR IPA
1. Belajar sebagai Perubahan Konsepsi
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan
pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar (west &
pines, 1985). Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut. Jadi siswa
memiliki tanggung jawab akhir atas belajar mereka sendiri, seperti dikemukakan oleh fensham
(1994 : 5).
2. Perubahan konsepsi dalam pembelajaran IPA
Implikasi dari pandangan konstruktivisme disekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat
dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa
sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan ini peneliti pendidikan sains
mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki
partisipasi aktif dari siswa (piaget dalam dahar, 1996), sehingga disini peran guru berubah, dari
sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa.
3. Pentingnya konteks
Gagasan siswa yang diperoleh dari persepsinya terhadap alam sekitar, yang dibawah dari rumah
sering kali berbeda dengan gagasan ilmiah. Hal ini dibiarkan berlanjut dan menghambat siswa
dalam belajar sains selanjutnya ( Dahar, 1996). Untuk itu perlu diupayakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa dengan sadar mengubah apa yang diyakininya yang ternyata tidak
konsisten dengan konsep ilmiah. Dengan kata lain informasi, Informasi dan pengalaman
dirancang guru untuk siswa seharusnya koheren dengan konsep yang dibawah atau disesuaikan
dengan pengetahuan awal siswa merupakan hal yang urgen untuk dilakukan oleh seorang guru.
Ekologi konsepsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. anak merasa tidak puas dengan gagasan yang dimilikinya
b. Gagasan baru harus dapat dimengerti (inteligible).
c. Konsepsi yang baru harus masuk akal (plausible)
d. Konsepsi yang baru harus dapat memberi suatu kegunaan (fruitful)
C. MODEL – MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PERUBAHAN
Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran IPA Maka pada akhir – akhir ini para ahli
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari
piaget. Terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme ( Tasker, 1992 :
30), yaitu sebagia berikut :
1. Peran aktif siswa dalam mengontruksi pengetahuan secara bermakna
2. pentingnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa dalam mengonstruksi pengetahuan
3. Mengaitkan gagasan siswa dengan informasi baru di kelas
3. D. CONTOH MODEL PEMBELAJARAN KONSTUKTIVISME
1. Fase Eksplorasi
1. diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan “ Apa yang kamu ketahui
tentang cacing tanah ?”
2. semua jawaban siswa ditampung (ditulis di papan tulis jika perlu)
3. siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi
kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka
semula.
2. Fase Klarifikasi
a. guru memperkenalkan macam-macam cacing dan spesifikasinya
b. Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
c. Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk dikembangbiakan
d. Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikannya.
e. secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya.
f. siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.
3. Fase Aplikasi
1. secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil
kelompok dalam diskusi kelas
2. secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin ber-
“ternak” cacing tanah.
3. secara perorangan siswa membuat tulisan tentang peri kehidupan jenis cacing tanah
tertentu sesuai hasil pengamatannya.
4. KEGIATAN BELAJAR 2
MODEL PEMBELAJARAN
A. MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
1. Pengertian
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan peryanyaan
anak. Model ini dirancang agar siswa bertanya dan kemudian menemukan jawaban dari
pertanyaan mereka sendiri ( Faire & cosgrove dalam harlen, 1992). Meskipun anak-anak
mengajukan pertanyaan dalam berbagai kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
terlalu melebar dan sering kali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil
langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah dan mengubah pertanyaan-pertanyaan
tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan
menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan
pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992 : 48-
50).
2. Langkah-langkah model Pembelajaran Interaktif
a. Persiapan : guru dan kelas memilih topik dan menemukan informasi yang
melatarbelakanginya.
b. Kegiatan pembelajaran : lebih melibatkan siswa pada topik yang sedang dibahas
c. Pertanyaan anak : saat kelas mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan
tentang topik yang dibahas
d. Penyelidikan : Guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieskplorasi, selama 2-3
hari, dalam selang 3-4 hari.
e. Refleksi melakukan evaluasi untuk memantapkan hal-hal yang terbukti dan
memisahkan hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
3. Contoh model Pembelajaran Interaktif
a. Persiapan
Sebelum pembelajaran dimulai, guru menugasi siswa kelas 3 SD utuk membawa
hewan peliharaannya dan mempersiapkan diri untuk menceritakan tentang tentang
hewan peliharaannya masing-masing.
b. Kegiatan pembelajaran
Pada saat pembelajaran di kelas siswa lain boleh mengamati hewan-hewan peliharaan
teman-temanya dari dekat (meraba, mengelus, menggendong) dan mereka boleh
mengajukan pertanyaan.
c. Pertanyaan Anak
Selanjutnya pertanyaan siswa diarahkan guru sekitar proses pemeliharaannya.
d. Penyelidikan
5. Guru dan siswa memilih pertanyaan untuk diesplorasi lebih baik. Umpamanya siswa
diminta mengamati keadaan hewan-hewan yang tidak dipelihara, seperti dari mana
mereka memperoleh makanannya, dimana mereka tidur, punya nama atau tidak,
bagaimana kebersihannya.
4. Kebaikan dan Keterbatasannya
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar
mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan
jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan (observasi,
penyelidikan).
B. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU (INTEGRATED)
1. Pengertian
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model yang sedang trend
dilakukan dewasa ini. Berdasarkan sifat keterpaduannya pembelajaran terpadu dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu model dalam satu disiplin ilmu, model antar bidang, dan
model dalam lintas siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran terpadu melibatkan
kosep-konsep dalam satu bidang studi atau lintas bidang studi. Suatu pola belajar
mengajar dalam model pembelajaran terpadu menggunakan payung untuk
memadukan beberapa konsep IPA yang terkait menjadi 1 paket pembelajaran
sehingga pemisahan antara konsep tidak begitu jelas. Sifat model pembelajaran
terpadu semacam ini termaksud model connected (Fogarty, 1991 : 55). Pelaksanaan
pendekatan ini bertolak dari satu topik atau tema sebagai payung untuk mengaitkan
konsep-konsepnya. Tema sentral hendaknya diambil dari kehidupan sehari-hari yang
menarik dan menantang kehidupan anak untuk memicu minat anak belajar.
2. Langkah-langkah penyusunan model Pembelajaran Terpadu
Terdapat sejumlah langkah untuk menyusun model pembelajaran terpadu. Langkah-langkah
tersebut secara berurutan adalah sebagai berikut :
a. mengkaji GBPP IPA untuk menganalisis konsep-konsep penting yang akan
diajarkan
b. Membuat bagan konsep yang menghubungkan konsep satu dengan konsep lain
c. Memilih tema sentral yang dapat menjadi payung untuk memadukan konsep-konsep
tersebut.
d. Membuat TPK dan deskripsi kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan untuk setiap konsep
e. Membuat bahan bacaan berupa cerita yang mengacu pada tema, disertai gambar
dan permainan.
f. Menyusun jadwal kegiatan dan alokasi waktu yang diperlukan secara profesional
g. Menyusun kisi-kisi perangkat tes dan soal tes
6. 3. Contoh model pembelajaran Terpadu
Untuk konsep-konsep IPA caturwulan pertama kelas 3 tentang makhluk hidup dan
benda disiapkan tema sentral “ Ke Kebun Binatang”, dan disiapkan lembar kerja
sebagai berikut :
a. Tujuan : siswa dapat mengklasifikasi tumbuhan, hewan, dan benda berdasarkan
kriteria tertentu
b. Alat dan bahan yang diperlukan : setiap siswa bebas membawa tumbuhan, hewan,
dan benda untuk dikumpulkan menjadi arena kebun binatang ( guru membagi
tugas membawa bahan percobaan agar terorganisir)
c. Langkah kerja sebagai berikut :
1. Kumpulkan tumbuhan, hewan dan benda yang dibawa pada dua buah meja,
dapat dilakukan di halaman sekolah jika memungkinkan.
2. susun yang rapi tumbuhan, hewan dan benda pada meja dengan komposisi
yang sama antara satu meja dengan meja yang lain.
3. Tugasi siswa untuk mengisi Lembar Pengamatan secara berkelompok untuk
tiap meja. Suruh siswa mengamati seakan-akan sedang berjalan-jalan di kebun
binatang
4. Diskusikan jawaban siswa. Mantapkan jika benar, perbaiki jika kurang tepat.
4. Kebaikan dan keterbatasan
Dalam pembelajaran terpadu siswa diajak untuk mengamati gejala alam sebagaimana
adanya, tidak dipilih-pilih menurut biologi atau fisiknya. keterbatasan jika konsepnya
sudah kompleks, sulit dipadukan atau guru mengalami kesulitan untuk
memadukannya.
C. MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR ( LEARNING CYCLE)
1. Pengertian
Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS suatu
program pengembangan sains di Amerika serikat. Dalam, pelaksanaannya model
siklus belajar terdiri atas tiga fase, yaitu eksplorasi, pengenalan konsep, dan
penerapan konsep.
2. Urutan Pembelajaran
a. Eksplorasi
Pada vase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk melakukan penjelajahan atau
eksplorasi secara bebas.
b. Pengenalan konsep
7. Pada fase pengenalan konsep guru dengan metode yang sesuai menjelaskan
konsep dan teori-teori yang dapat membantu siswa untuk menjawab permasalahan
yang muncul dan menyusun gagasan mereka.
c. Penerapan konsep
pada fase ini siswa mencoba menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk
memecahkan masalah dalam situasi yang berbeda.
3. Contoh Model Pembelajaran Siklus Belajar (Kelas 5 Cawu Ke-1)
a. Tujuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Siswa memahami saling ketergantungan antar mahluk
hidup dengan melakukan pengamatan dan menafsirkan hasil pengamatan.
TPU Antar
Setelah meneliti jenis makanan sejumlah hewan, siswa dapat mengelompokan hewan
berdasarkan jenis makanannya.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1. Setelah meneliti jenis makanan sejumlah hewan, siswa dapat mengelompokan hewan
2. setelah meneliti jenis makanan hewan siswa mengelompokan hewan pemakan hewan
3. mengelompokan hewan pemakan daging dan tumbuhan
4. setelah berdiskusi mengenal sumber makanan hewan, siswa dapat menyimpulkan bahwa
semua hewan memperoleh makanan dengna cara memakan makhluk hidup lain.
b. Konsep : hubungan antar mahluk hidup
Devinisi konsep
1. pemakan tumbuhan (herbivora) menggunakan tumbuhan sebagai makanan
2. pemakan daging (karnivora) memakan hewan lain
3. pemakan segala (omnivora) memakan daging dan tumbuhan
4. Pemakan (konsumen) memakan makhluk hidup lain sebagia sumber makanan
4. Kelebihan dan Keterbatasannya
Jumlah tahap yang hanya tiga termaksud sederhana dan mudah diingat namun memunculkan
situasi konflik tidak selalu berhasil.
8. D. MODEL PEMBELAJARAN BELAJAR IPA ATAU CLIS (CHILDREN LEARNING
IN SCIENCE)
1. Pengertian
Model CLIS dikembangkan oleh kelompok children’s learning in science di inggris.
2. Urutan Pembelajaran
a. Orientasi
merupakan upaya guru untuk memusatkan perhatian siswa, misanya dengan
menyebutkan atau mempertontonkan suatu venomena yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pemunculan gagasan
Upaya untuk memunculkan konsepsi awal siswa
c. Penyusunan ulang gagasan
Pengungkapan dari pertukaran gagasan mendahului pembukaan ke situasi konflik.
d. Penerapan gagasan
pada tahap ini siswa diminta menjawab pertanyaan yang disusun untuk
menyerapkan konsep ilmiah yang telah dikembangkan siswa melalui percobaan
atau observasi ke dalam situasi baru.
e. Pemantapan gagasan
Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk
memperkuat konsep ilmiah tersebut.
3. Contoh model pembelajaran CLIS
Contoh model CLIS untuk konsep Pernapasan di kelas IV Catur wulan
4. Kelebihan dan keterbatasan
Kejelasan setiap tahap dalam CLIS tidak selalu mudah dilaksanakan, walaupun
semula direncanakan dengan baik. Kesulitan ini terutama untuk pindah dari satu fase
ke fase lainnya, terutama dari pertukaran gagasan ke situasi konflik. Hal lain yang
sulit yaitu berpindahnya dari penerapan gagasan kepada pemantapan gagasan. Guru
lupa untuk memantapkan gagasan baru siswa, sehingga jika hal ini terjadi tentunya
siswa akan kembali kepada konsepsi awal (yang memang sulit diubah).