Koloid adalah campuran heterogen dua atau lebih zat dimana partikel satu zat terdispersi secara merata dalam zat lain. Terdapat beberapa jenis koloid seperti sol, emulsi, dan buih yang berbeda berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya. Sifat koloid antara lain efek Tyndall, gerak brown, adsorpsi, dan muatan partikel.
1. PAPER
“KOLOID”
OLEH:
Astriani Ch. Moong
Daniel B. De A. Dapa
Dwi Rahmawati
Elisabet I. L. Pintu
Frederikus Manehat
Helmiyanti Ahmad
Oktaviana K. Ullu
Petronela Y. Koten
Roy Felix Diru
Titorino Lakapu
Yetri seran
Yohanes lanor
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Kehidupan Sehari-hari, vsering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut tidak dapat tercampur secara merata/
homogen. Misalnya saja membuat susu untuk diminum, serbuk/tepung bercampur
secara merata dalam air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara
yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral –mineral yang terdispersi
dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan koloid.
Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membuat koloid antara
air dan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca
lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem
koloid.
Koloid mudah dijumpai dimana-mana: susu, agar-agar, shampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel
juga merupakan contoh sistem koloid.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid?
2. Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid?
3. Apa saja sifat-sifat koloid?
4. Bagaimana cara membuat koloid?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya
sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.
Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan
masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.
3. BAB II
ISI
A. Pengertian
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua atau lebih dimana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/ yang dipecah) tersebar
secara merata dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana diantara
campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampur yaitu koloid, atau bisa
juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.
Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian
campuran tersebut, misalnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen
adalah campuran yang memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran,
contohnya air dan minyak, juga pasir dan semen. Contoh lain dari sistem koloid
adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air).
Selain tinta, masih banyak sistem koloid lainnya, seperti mayones, es krim, jelly, dll.
Ciri-ciri Koloid:
Dua fase
Keruh
Antara homogen dan heterogen
Tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, tetapi dengan penyaring ultra
Tidak terpisah jika didiamkan.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid adalah
suatu campuran berfase dua yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi dengan ukuran
partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Partikel dapat terdiri
atas atom, molekul besar, atau molekul kecil.
B. Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair,
atau gas. Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid
dapat digolongkan seperti dalam tabel berikut.
4. Fase terdispersi
Fase Pendispersi
Jenis Koloid
Contoh
Padat
Gas
Aerosol Padat
Asap, debu di
udara
Padat
Cair
Sol
Sol emas, tinta, cat
Padat
Padat
Sol padat
Kaca berwarna,
gabumgan logam,
Gas
Cair
Aerosol cair
Kabut (fog), spray
serangga, awan
Cair
Cair
Emulsi
Susu, santan, es
krim, minyak ikan,
kecap
Padat
Cair
Emulsi padat
Jelly, mayones,
mutiara, mentega
Cair
Gas
Buih
Buih sabun, krim
kocok
Padat
Gas
Buih padat
Karet busa, batu
apaung
1) Koloid Sol
Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat. Koloid sol
ada tiga jenis, yaitu:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat
pendispersi padat. Contoh sol padat adalah logam paduan, kaca berwarna, intan
hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair )
Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat
terdispersi dan fase zat pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat
terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu.Berdasarkan sifat adsorbsi
yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan menjadi 2, yaitu sol liofil dan
5. sol liofob.
a. Sol Liofil
ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi
molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya,
maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agaragar, detergen, dan gelatin.
a. b. Sol Liofob
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak
mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air
sebagai mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh sol hidrofob adalah
sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3.
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika
ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika
dibandingkan koloid liofob. Untuk mtnggumpalkan koloid liofil
diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekulmolekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan
terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya dari koloid liofil dapat
kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguapan. Akan tetapi, jika
zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi.
Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel. Koloid liofob
mempunyai sifat yang brelawanan dengan koloid liofil
sifat liofob:
1. Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan
tidak mengadsorpsi molekul mediumnya.
2. Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas
fase terdispersi terhadap medium pendispersi kecil
3. Jika mediumnya air disebut hidrofil Jika mediumnya air disebut
hidrofob
4. Lebih kental daripada mediumnya Medium lebih kental
5. Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika
ditambah sedikit elektrolit.
6. Lebih stabil Kurang stabil
7. Reversibel Irreversibel
6. 2) Koloid Emulsi
Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair.
Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair
terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu membeku, dingin, es atau gelatus - membeku) adalah campuran koloidal antara dua
zat berbeda fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan
kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti
fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat
cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah
gelatin, agar-agar, mentega, mutiara, dan, gel rambut
Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi adalah beras
dan air. Seblum dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase cair. Setelah
dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan koloid dan
fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut, maka fase
padat merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi cairan
ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel
juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas
dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan
sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat
besar, dan isolator panas yang sangat baik.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair
ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu, minyak
ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi Gas (cair-gas)
Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase
cair terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida
(semprot), kabut, awan, dan hair spray.
7. 3) Koloid Buih
Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid
emulsi ada dua jenis, yaitu:
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat
pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga
(surfaktan).
Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam
proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan
membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida (CO2)
untuk membentuk buih padat.
2) Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik.
3) Busa jok
C. Sifat-sifat Koloid
a. Efek Tyndal
Adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndal
ini ditemukan oleh John Tyndal (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Efek
Tyndal adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati disinari dengan cahaya, maka cahaaya akan diteruskan. Sedangkan jika
sistem koloid disinari dengan cahaya, cahaya tersebut akan dihamburkan.
b. Gerak brown
Adalah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tetapi tidak
menentu (gerak acak/ tidak beraturan). Jika kita amati sistem koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak, seperti pada zat cair dan gas atau hanya
bervibrasi ditempat seperti pada zat padat. Untuk sistem koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel akan menimbulkan tumbukan
antar partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung
8. tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan
perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran suatu partikel koloid, semakin cepat gerak brown terjadi.
Demikian pula sebaliknya, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak brown yang terjadi.
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid,
maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya sehingga gerak brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,
maka gerak brown semakin lambat.
c. Adsorpsi Koloid
Adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan karena luasnya permukaan partikel
koloid.Adsorpsi harus dibedakan dari absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi didalam suatu partikel). Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan
dalam suatu zat cait atau gas, maka partikel zat cair atau gas tersebut akan
terakumulasi pada permukaan zat tersebut.
d. Muatan Koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti
mempunyai muatan patikel sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya
sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini
mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga
memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, sistem koloid secara
keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan
menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya.
Berikut adalah penjelasanya:
1. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara yaitu,
dengan proses adsorpsi dan dengan ionisasi gugus permukaan partikel.
Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi ini meruoakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap
partikel bermuatan dari fase pendispersinya, sehingga partikel koloid
9. menjadi bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel
bermuatan yang diserap apakah anion atau kation.
Proses Ionisasi Gugus permukaan Partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus
yang ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid
protein dan koloid sabun/ deterjen.
e. Kestabilan Koloid
Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak menolak
yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya
gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar
dalam menjaga kestabilan koloid.
Terdapat beberapa gaya dalam sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid,
yaitu sebagai berikut:
Gaya pertama adalah gaya tarik menarik yang dikenal dengan gaya London-van
der Walls. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan akhirnya mengendap.
Gaya kedua adalah gaya tolak-menolak. Gaya ini terjadi karena
pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak
menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.
Gaya ketiga adalah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan medium
pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi
partikel koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid
secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan koloid ialah muatan partikel
koloid. Besarnya muatan pada partikel koloid dipengaruhi oleh konsentrasi
elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel
koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan partikel tersebut dan
menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
10. f. Lapisan bermuatan Ganda
Pada awalnya partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang
didapat dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila kedalam
larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan sistem koloid, maka
sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk
lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat dimana muatan partikel koloid
menarik muatan berlawanan dari medium pendispersi. Lapisan kedua berupa
lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid.
g. Elektroforesis
Adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid
bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu,
pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing
elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil
industri dengan alat cottrell.
Oleh karena sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan
listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis.
h. Koagulasi
Adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan
mengalami koagulasi dengan cara:
Mekanik. Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau
pengadukan cepat.
Kimia. Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, garam).
Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi
penggumpalan dan pengendapan karena adanya gaya gravitasi. Proses
penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi.
Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
Menggunakan prinsip elektroforesis.
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang
bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini
11. mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan
bersifat netral.
Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif,
maka muatan tersebut akan saling menghilangkan dan bersifat netral.
Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid
yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi muatan positif (kation) dari
elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi ion
negativ (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas maka akan terjadi proses
koagulasi.
Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikelpartikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini
menyebabkan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya,
partikel tidak bermuatan.
i. Koloid pelindung
Sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif
besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil, maka disebut koloid
liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung adalah
koloid liofil.
Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik menarik
yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi.
Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik
menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antara fase terdispersi
dan medium pendispersinya.
12. D. Pembuatan Koloid
Ada 2 dasar metode pembentukan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode
dispersi.
a. Metode Kondensasi
Metode dimana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk
partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikelpartikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia,
yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian larutan.
v Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida
(H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S
kedalam larutan SO2.
2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya
dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air
dengan mengalirnya gas H2S:
2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
vHidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh : pembuatan sol
Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air
mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
13. - Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air
mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
v Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan
melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna
kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan
HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
v Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan
terbentuk suatu koloid berupa gel.
Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran
koloid. Misalnya;
untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus
terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian
larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi
pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula
dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut
ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid
kalsium asetat.
14. b. Metode Dispersi
Metode dimana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel
berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya.
Caranya dapat berupa cara mekanik, cara peptisasi, atau dengan loncatan bunga
listrik (cara busur Bredig).
Cara Dispersi
Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid
ü Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling
koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk
dengan
medium
dispersi.
Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang
bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian
mencampur
serbuk
halus
itu
dengan
air.
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan
proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran
koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan
koloid,
yang
biasa
digunakan
dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
deterjen,
dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan
kertas.
Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi
berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat
tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang
terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk
membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah
koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
ü Cara Busur Bredik
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam
15. medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua
ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu
atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel
koloid. Jadi cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara
kondensasi.
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,
sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi
partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua
logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)
sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode
akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam
menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium
pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikelpertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap
logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
ü Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan
protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim peptin.
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet
oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan
Al(OH)3 oleh AlCl3.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir
kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat
berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut
tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang
baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi
16. Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk
sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid
dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah
elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu.
Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3
(mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan
mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi
bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel
koloid.
Beberapa contoh lain :
- Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
-
Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
-
Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan
Al(OH)3
.
17. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem
dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen.
Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:
Koloid Sol (fase terdispersi padat):
1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna,
dan baja.
2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.
3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.
Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):
1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar,
mentega, mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan,
dan santan
kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair
spray.
Koloid buih (fase terdispersi gas):
1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk,
roti, Styrofoam, dan busa jok.
2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan
putih telur, Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam
kebakaran, buih sabun, soda, pasta, dank rim kocok.
Koloid dibuat dengan dua metode yaitu metide Kondensasi ( reaksi
redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan penambahan pelarut
yang sukar larut). Dan metode Dispersi (cara mekanik, cara Busur
Bredik, dan cara peptisasi).