1. Perusahaan Biogas BIRU melakukan usaha pengolahan bio-slurry yang merupakan limbah dari biogas menjadi media pakan cacing. Bio-slurry dikeringkan dan diayak sebelum dijual sebagai pupuk organik.
2. Prosesnya meliputi pengumpulan, pengeringan, pengeyakan, dan penjualan bio-slurry kering dengan harga Rp500/kg. Namun, perhitungan kadar air dan keuntungan masih perlu ditindaklanj
1. USAHA PENGOLAHAN BIO-SLURRY UNTUK MEDIA PAKAN
CACING YANG DILAKSANAKAN OLEH PIHAK CPO KUD
SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG
Dosen Pembimbing Magang :
Yuli Hananto, S.TP., M.Si
Oleh :
Ahmad Soleh
B42110979
PROGRAM STUDI ENERGI TERBARUKAN, JURUSAN
TEKNIK, POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2015
LAPORAN MAGANG KERJA INDUSTRI
3. • Tujuan MKI ini adalah mendapatkan kemampuan dan
keterampilan dari apa yang telah diproleh di bangku kuliah,
sehingga mahasiswa dapat menguasai kopetensi inti dari bidang
studi yang dipelajari oleh penulis dan serta dapat memahami
sistem kerja di dunia industri khususnya di tempat yang di
magangkan yang bersanguktan dengan bidang peminatan.
• Salah satu tempat MKI yang diikuti yaitu di prusahaan Biogas
BIRU, yang berkaitan dengan Program pembangkit biogas Sekala
Rumah tangga, dan langsung pemanfaatan limbah dari biogas.
4. • Mngetahui lebih dalam tentang pembelajaran bidang peminatan
energi terbarukan, terutama proses pembelajaran biogas
• Mengetahui langsung di lapangan tentang proses konstruksi
biogas sekala rumah tangga
• Mengetahui proses bagaimana cara memanfaatkan limbah biogas,
sehingga biogas dinyatakan energi terbarukan dan ramah
lingkungan.
5. • Dapat sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang
akan diterapkan di daerah masing-masing tentang
pentingnya biogas sebagai bentuk kebutuhan rumah
tangga untuk ke depannya bagi masyarakat.
• Menambah wawasan yang lebih, dan sebagai acuan
pembelajaran lebih lanjut untuk generasi
selanjutnya.
7. • Pada tahun 2008, Direktorat Jendral Litrik Dan
Pemanfaatan Enegi Dipartemen Energi Dan Sumber Daya
Mineral, pemerintah indonesia meminta kedutaan Belanda
untuk mempelajari potensi biogas di Indonesia. Hasil dari
penilitian yang menguntungkan, HIVOS didukung oleh
SNV memulai program biogas BIRU di delapan provinsi
di Indonesia.
• Program BIRU ini mempromosikan penggunaan reaktor
biogas sebagai sumber energi lokal yang berkelanjutan
dengan perkembangan pasar. Dimulai pada mei 2009
dengan dukungan dana dari kedutaan Belanda dan hingga
desembar 2013 sudah membangun 11.249 reaktor biogas
di sembilan provinsi di Indonesia.
8. Yayasan Rumah energi didirikan pada tahun 2012
untuk memberikan respon terhadap kebutuhan akan
akses yang lebih baik terhadap makanan dan energi
yang terjangkau serta untuk mengatasi pengguna bahan
bakar fosil yang tidak berkelanjutan. Ambisi utama
YRE adalah menjadi aktor kunci dalam pengembangan
sektor energi terbarukan di Indonesia.
9. Dalam pelaksanaan program BIRU, HIVOS dan YRE
membangun kemitraan dengan sejumlah organisasi lokal
disembilan provinsi : Jawa barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Bali, NTB (Lombok dan Sumbawa), Sulawesi
Selatan, NTT (Sumba), dan Lampung. Tipe kemitraan dalam BIRU
untuk membangun sinergi dan mempercepat pencapain program
yaitu :
1.Organisasi Mitra Pembangun (CPO)
2.Organisasi Mitra Penyedia Kredit (LPO)
3.Organisasi mitra pembangun BIRU dan Penyedia Kredit (CPO dan LPO)
4.Organisasi mitra pelatihan (TPO)
5.Organisasi Mitra Penyuluhan (EPO)
6.Tim Program BIRU
10. Program BIRU menggunakan pendekatan sektor privat,
menciptakan sektor konstruksi biogas, melibatkan kontraktor
dan pekerja lokal yang terlatih, yang didukung oleh lembaga
pelatihan kejuruan regional atau nasional.
•Ada empat tahap strategi program yaitu :
1. Membangun sektor biogas mandiri dan berkelanjutan
2. Standar kualitas 100 % beroprasi dengan baik dan
berdasarkan SNI 7826.
3. Pengurus utama gender
4. Pendanaan sekala mikro
Strategi Program
11. Secara umum BIRU dipimpin oleh seorang program
direktur, dimana program direktur dari BIRU dirangkap
dengan program direktur HIVOS untuk Asia tenggara
bertempat di Jakarta.
Untuk Struktur organisasi di kantor wilaya jawa timur
dapat di lihat dari gambar diagram berikut :
16. Selama magang di Perusahaan Biogas BIRU, sebelum
melakukan kegiatan kerja turun lapangan, dalam seminggu
kami mendapatkan materi dari pekeja kantor (kariyawan) BIRU
yang bersangkutan materi perkenalan pekerja di bidang
masing-masing, materi tentang program BIRU, program kerja
sama BIRU, dan materi kegiatan kerja turun lapangan. Setelah
seminggu kemudian, kami diberikan suatu pekerjaan turun
lapangan yang dipercayai yaitu melakukan :
17. . Lanjutan
1.Proses kegiatan Instalasi Biogas BIRU di daerah kec.
Ngantang dan Kan-Jabung.
2.Proses Quality Control Form di Daerah Ngantang
3.Proses Anual Inspection (Pengecekan CPO)
4.Kegiatan CPO meeting BIRU Jawa timur
5.Proses Pemanfaatan Limbah Biogas (Bio-Slurry)
19. Gambar Ilustrasi produksi Gas dan Bio-Slurry
Bio-Slurry di
tempat bak (Slurry
pit)
Limbah biogas
yang terfermentasi
Gas yang
dihasilkan
Gas yang disalurkan
ke pemakai
Tempat pencampur
kotoran dengan air
20. Proses pembelian dan penyedotan Bio-slurry
• Proses pembelian bio-slurry dari user dibeli dengan harga
Rp 10.000 dalam 1 ton.
• Pembayaran dilakukan 1 kali dalam sebulan kepada user
(pemilik biogas).
• Penyedotan dilakukan dengan langsung pemasangan
selang penyedot dari bak slurry-pit ke pompa dan selang
dari pompa yang tersambung disalurkan ke tangki
berukuran 1 ton.
• Pengiriman bio-slurry menggunakan mobil box ke tempat
usaha penampungan pengeringan bio-slurry. Pengiriman
bio-slurry sekali jalan menghabiskan bahan bakar 1 liter
21. Proses Usaha Pengeringan Bio-slurry
Proses pengeringan dalam dua minggu dilakukan dua
tahap yaitu :
1. Tempat pengeringan pertama di atas permukaan tanah
berbentuk 6 kotakan dengan panjang x lebar (5 x 4 m),
untuk mempercepat pengeringan.
2. Pengeringan kedua dilakukan ditempat bak penampungan
selama seminggu hingga hasil yang dikeringkan 30 %
keringnya produk.
3. Kadar air yang ditentukan oleh perusahaan, Bio-slurry
1000 kg yang belum dikeringkan kadar air 90 %, dan
setelah dikeringkan kadar air tinggal 30 %.
4. Setelah melakukan pengringan, lalu melakukan
pengeyakan dengan ukuran mesh 1 cm.
23. Proses Ekonomi Penjualan
Penjualan bio-slurry kering yang telah siap di ayak
dan dikemas dalam karung dapat dijual ke pengguna.
Bio-slurry kering dinilai dengan harga Rp 500/kg, dan
dalam 1 karung berat 25 kg menghasilkan seharga Rp
12.500/karung.
25. Kesimpulan
1. Hasil perhitungan nilai kadar air dengan hasil pendapatan usaha
pengeringan bio-slurry tidak sesuai dengan perkiraan dari nilai
perhitungan. Terdapat perbedaan diantaranya : perusahaan
menghasilkan bahan kering sebanyak 300 kg bahan kering dari
1000 kg, sedangkan hasil nilai penjumlahan terdapat sebanyak
857,2 kg bahan.
2. Hasil pertama yang didapat dari perusahan selama sebulan bio-
slurry kering 2.400 kg dengan nilai ekonomi diterima bersih Rp
2.792.000. hasil pertama tersebut belum dapat melunasi biaya
pembangunan usaha dengan harga Rp 5.500.000
26. Saran
1. Proses pengeringan bio-slurry perlu dipertimbangkan suhu
tempat, dan lokasi yang ideal agar usaha tersebut tetap
berjalan dengan baik.
2. Dalam proses pengeringan pertama perlu ditindak lanjut
kembali bagaimana cara mengatasi agar bahan tersebut
tidak terbuang atau tertinggal di dasar tanah.
3. Proses pengeringan kedua juga perlu ditindak lanjut lagi
agar bahan yang sudah siap dipanen tidak tertinggal
walaupun 1 ons atau tidak terbuang sia-sia.
4. Dalam penulisan laporan MKI perlu ditindak lanjuti
kembali tentang limbah biogas, karena limbah biogas
sangat bermanfaat baik itu untuk peternakan, pertanian
dan perikanan air tawar.