1. Hari yang “agak” aneh
Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, hawa dingin dan udara sejuk yang
menenmaniku pagi ini. Bangun dari tempat tidurku langsung ku menuju kamar
mandi untuk mengambil air wudhu dan mandi kemudian sholat. Bergegas ganti
baju sekolah, untuk sekedar menuntut ilmu. Tak kusadari ternyata pagi itu
mendung, sialnya lagi dijalan aku terkena tilang polisi. Penjaga jalan yang tak
pernah lelah untuk menilangi anak sma maupun smp, dia meminta uang kepadaku
agar aku tidak mengikuti sidang katanya. Namun kutanyakan alasan sesunguhnya,
ternyata tuk sekedar cari nafkah keluarga. Haru tapi haram. Dan tiba-tiba di
perjalanan aku melihat selembar kertas di jalan dan aku lihat, ternyata sebuah
lembaran puisi yang isinya seperti ini,
HUJAN
Cinta ini tak bisa berhenti
Layaknya hujan yang terus datang tanpa ragu-ragu
Semua datang tanpa permisi
Seperti cinta ini yang datang menghampirimu tanpa permisi
Hujan yang datang bersamaan.
Sama dengan cinta ini yang datang dengan rasa sayang terhadapmu
Hujan datang dengan warna tidak jelas
Namun cinta ini kan ada untuk mewarnai hati dan harimu.
Hujan yang datang dengan tidak ada maksud
Namun aku, datang membawa cinta yang tulus untukmu.
2. Setelah berurusan dengan polisi dan melihat puisi itu, cepat-cepat
langsung aku menuju ke sekolah. Untung pagi ini tidak terlambat, tapi setelah ku
parkir sepeda motor aku melihat Pak Hari. Guru yang suka keliling sekolahku, dia
mengajar dengan gayanya sendiri dengan gaya memegang buku yang kau
letakkan di perut, entah buku apa itu tapi itu membuatmu ingat semua. Herannya
dia tidak memberi kasih sayang kepada muridnya tapi dia memberi rumus dan
hafalan dengan rumit. Tidak kau pedulikan muridmu mengerti atau tidak tapi
penting bagimu menulis semua rumus dan hafalan itu di papan putih. Namun guru
seperti Pak Hari itu tidak hanya ada satu di sekolahku, banyak memang tapi
untungnya tidak mengajar di kelasku.
Siang hari setelah pelajaran usai aku langsung pulang dengan temantemanku. Tiba-tiba diperjalanan aku terkena sinar matahari yang menyengat dan
membuatku serta teman-teman ingin berteduh pada dedaunan yang lebar, disitu
aku sambil bercanda asik-asikan. Tanpa kusadari ternyata ada rumah dibelakang
dedaunan itu, rumah mbak alessia. Kakak kelas yang manis nya tiada tara hehe,
tapi di samping itu tiba-tiba temanku Adrian membacakan puisi untuk mbak aless.
Dia berharap agar puisinya di dengar oleh si mbak Aless, isi puisinya seperti ini
Alessia
Layaknya pembantu hati yang ada di bumi
Kau tampil endel di depan temanmu
Buatmu terlihat manis
Manis rupamu tak bisa disembunyikan
Apapun tampilan yang kau gunakan, tetap terlihat manis didepan semua
Senyum yang layaknya perusak batin
Yang kan langsung mengobati sakit hati ini
Elok indah rambutmu
Buat semua terikat padamu.
3. Aku dan teman-teman lainnya hanya bisa tertawa terbahak-bahak, tapi
ketika itu juga aku dan teman-teman melihat mbak Aless pulang bersama
pacarnya naik mobil. Temanku yang membaca puisi tadi seketika diam
menggalau karena melihat kejadian itu, “kratak hatiku” katanya.