SlideShare a Scribd company logo
1 of 64
Download to read offline
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT (COMMUNITY BASED
TOURISM) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Studi kasus di Desa Bedulu, Blah Batuh, Gianyar)
Oleh : I Wayan Pantiyasa ,Dosen STPBI Denpasar
ABSTRAK
Development of tourism pattern known as the "Community Base Tourism" is the
tourism development around the tourist activity takes place and mingle with the rural
communities. The added value gained from the development of community-based
tourism / rural are (1) the rural population can serve as actors, they can provide shelter for
tourists, provision of food and beverages, laundry services, business services
transportation, and other services. (2) Increasing consumption of local products
(vegetables, fruits, crafts, traditional foods, and others, working sethingga will drive
business continuity and locality-based tradition. (3) Encourage the empowerment of local
labor, such as the provider of the art attraction culture, crafts, etc.). (4) increasing public
awareness of the values and traditions of local culture and unique natural environment
dimiliki.Strategi community-based Tourism Development in the Village Bedulu viewed
from several aspects of the management organization, Profile of Tourists visiting,
Perception of tourists who stay on the Service, Perception travel agents to tourist Bedulu
village management, Participation / community-based Tourism. developing support can
empower rural communities so as to improve the welfare of villagers.
Keyword : community bases development, management of tourist area, tourist perception, tour
and travel, development strategie.
Pengembangan pola pariwisata yang dikenal dengan nama “community Base
Tourism” (Pariwisata berbasis Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata
dikembangkan dimana seluruh aktivitas wisatawan berlangsung dan berbaur dengan
masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang
berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1) penduduk pedesaan dapat berperan sebagai
pelaku , mereka dapat menyediakan tempat tinggal bagi wisatawan, penyediaan makanan
dan minuman, jasa laundry,jasa usaha angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2) meningkatnya
konsumsi produk lokal (sayuran, buah-buahan, seni kerajinan, makanan khas,dan lain-
lain, kerja sethingga akan mendorong kelangsungan usaha yang berbasis tradisi dan
kelokalan. (3) mendorong pemberdayaan tenaga kerja setempat, misalnya sebagai
penyedia atraksi seni budaya, kerajinan dan lain-lain). (4) meningkatkan kesadaran
masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal serta keunikan lingkungan alam yang
dimiliki.Strategi Pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat di Desa Bedulu dilihat
dari beberapa aspek yaitu Organisasi pengelolaan, Profil Wisatawan yang berkunjung,
Persepsi wisatawan yang menginap terhadap Pelayanan,Persepsi Travel agent terhadap
pengelolaan Desa wisata Bedulu, Partisipasi /dukungan Masyarakat.Pengembangan
Pariwisata Berbasis masyarakat dapat memberdayakan Masyarakat pedesaan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan warga desa.
Keyword : pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, manajemen pengelolaan kawasan
wisata, persepsi wisatawan, tour and travel, strategi pengembangan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor Pariwisata merupakan salah satu instrument yang sangat effectif dalam
upaya mendorong Pembangunan Daerah, pemberdayaan masyarakat, serta dalam upaya
penanggulangan /pengentasan kemiskinan. Dapat disebutkan demikian karena sektor
Pariwisata adalah sektor yang dapat dikembangkan oleh daerah-daerah dengan potensi
daerahnya masing-masing seperti potensi alam yang dimiliki, keragaman budaya serta
tatanan kehidupan masyarakatnya. Disamping itu apabila Pariwisata dapat berkembang
maka selain dapat menghasilkan devisa untuk Negara,membuka kesempatan kerja ,
Deversifikasi ekonomi, Pariwisata dapat memaikan peran Multi player effect yaitu
Pariwisata dapat menggerakkan sektor lainnya seperti ; sektor perkebunan, peternakan,
industri pakaian, industri kerajinan, serta berbagai sektor jasa. Dampak positif lainnya
dari pengembangan sektor Pariwisata dalam kehidupan sosial masyarakat adalah adanya
kesadaran masyarakat akan potensi alam dan warisan budaya yang dimililiki, kesadaran
akan hidup bersih, meningkatnya dan wawasan serta informasi masyarakat tentang dunia
internasional,serta dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap daerahnya.
Menurut Undang-Undang nomer 25 Tahun 2000 tentang Pembangunan Nasional,
bahwa tujuan Pembangunan Pariwisata adalah : (1) mengembangkan deversifikasi
produk dan kualitas Pariwisata Nasional, (2)berbasis pada pemberdayaan masyarakat,
kesenian dan sumberdaya (pesona) alam local, (3) mengembangkan serta memperluas
pasar wisata.(Dep.Budpar,2000). Tujuan Pembangunan Pariwisata didasari atas Visi
Kepariwisataan Indonesia adalah “Pariwisata menumbuhkembangkan kesejahteran dan
perdamaian”(Depbudpar ,2000). Hal yang terkandung dalam visi ini adalah (1) Pariwisata
menjadi andalan Pembangunan Nasional secara seimbang mempertimbangkan bidang
ekonomi dan bidang-bidang lainnya untuk kelangsungan hidup bangsa dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. (2 )Terciptanya suasana nyaman, aman dan damai
dimasyarakat Indonesia dan terjalinnya perdamaian dengan bangsa di dunia.
Pola pengembangan Pariwisata dalam 5 dasa warsa ini masih pada pola
pengembangan pariwisata isolation(Tourist Enclaves) yaitu pengembangan pariwisata
wilayah tertentu.Pola pengembangan ini secara nyata telah dapat memberikan konstribusi
yang sangat besar terhadap kemajuan Pembangunan Nasional umumnya dan khususnya
terhadap Pembangunan dan peningkatan kesejahteraan Masyarakat Bali jika dicermati
lebih mendalam lagi pola pengembangan Pariwisata ini memiliki kecendrung memberi
manfaat yang lebih besar kepada pemodal besar sedangkan masyarakat dipedesaan lebih
banyak menjadi obyek, padahal masyarakat pedesaanlah sebenarnya sebagai steak holder
yang berperan besar dalam pengembangan dan keberlanjutan pariwisata,dimana
masyarakat pedesaan yang berperan besar dalam pelestarian budaya, pelestarian alam,
pelestarian warisan leluhur, penciptaan keamanan.
Sejalan dengan visi Pariwisata Indonesia dan Tujuan pembangunan Pariwisata
sesuai Undng-undang Nomer 25 tahun 2000 timbul paradigma baru yaitu pengembangan
pariwisata dengan pola “Integration” yaitu pengembangan pariwisata dimana wisatawan
hidup tigal secara bersama-sama dengan masyarakat/penduduk local. Pengembangan pola
pariwisata ini dikenal dengan nama “community Base Tourism” (Pariwisata berbasis
Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata dikembangkan dimana seluruh aktivitas
wisatawan berlangsung dan berbaur dengan masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang
diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1)
penduduk pedesaan dapat berperan sebagai pelaku , mereka dapat menyediakan tempat
tinggal bagi wisatawan, penyediaan makanan dan minuman, jasa laundry,jasa usaha
angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2) meningkatnya konsumsi produk lokal (sayuran, buah-
buahan, seni kerajinan, makanan khas,dan lain-lain, kerja sethingga akan mendorong
kelangsungan usaha yang berbasis tradisi dan kelokalan. (3) mendorong pemberdayaan
tenaga kerja setempat, misalnya sebagai penyedia atraksi seni budaya, kerajinan dan lain-
lain). (4) meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal
serta keunikan lingkungan alam yang dimiliki.
Pemerintah sebagai steak holder dalam pembangunan pariwisata melalui
kementrian Kebudayaan dan Pariwisata terkoordinasi dengan Kemetrian koordinasi
Kesejahteraan rakyat sangat mendukung pola pengembangan pariwisata yang berbasis
kerakyatan /pedesaan dengan meluncurkan PNPM (Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat)Mandiri Pariwisata.” Pelaksanaan PNPM mandiri
dimaksudkan untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dengan basis pariwisata
sehingga diharapkan dapat memberikan efek ganda terutama kepada penduduk lokal di
desa wisata. Program ini merupakan upayalebih konkrit menyentuh kepariwisataan agar
rakyat dapat langsung berkiprah untuk memberdayakan dirinya”( Dirjen Dinas Budpar
2010).”Program ini telah berlangsung dari Tahun 2009 yang diberikan kepada 104 desa
di seluruh Indonesia dengan anggaran rata-rataRp. 50.000.000 dan ditahun 2010 naik
menjadi 200 desa dengan anggaran dinaikan 96 % sehingga menjadi Rp.80 juta –
Rp.90.juta per desa.Dana ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki fasilitas seperti
membangun fasilitas home stay, mengolah bahan baku lokal untuk souvenir dan kuliner,
serta kegiatan berbasis dari sumberdaya desa setempat”(Depbudpar 2010)
Dari hasil pertemuan –pertemuan antara desa penerima PNPM Mandiri Pariwisata
dengan Pejabat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Bali dan beberapa steak
holder ternyata masih banyak desa-desa penerima PNPM mandiri pariwisata yang belum
siap mengelola desa wisata seperti yang diharapkan bahkan masih ada beberapa yang
menaruhd ana tersebut di Bank. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam factor
diantaranya : kurangnya pengetahuan dan skill dalam pengelolaan desa wisata sehingga
mereka kebingungan dari mana memulai, kurangnya kemampuan berbahasa asing , Daya
dukung yang sangat terbatas seperti penyediaan sarana akomudasi, penyediaan makanan
dan minuman, system pemasaran ,tidak ada konsultan yang membimbing dan lain-lain.
Desa Bedulu yangterletak di kabupaten Gianyar sebagai salah satu desa yang
dikembangkan menjadi desa wisata sejak tahun 2009 yang lalu oleh sekelompok warga
desa (kelompok sadar wisata /POK DARWIS) .Kelompok Sadar Wisata ini walaupun
belum mendapat bantuan dari pemerintah dalam bentuk PNPM Pariwisata maupun dana
pendamping pengembangan objek wisata, dengan semangat gotong royong sesama
anggota kelompok menghimpun diri untuk memulai mengembangkan desanya menjadi
sebuah desa wisata dengan memanfaatkan rumah anggota kelompok menjadi sarana
akomudasi, menyuguhkan atraksi budaya setempat seperti tari-tarian (barong, dan tarian
Bali oleh para remaja Desa)disamping itu juga memberi pengalaman baru kepada
wisatawan tentang cara memasak khas makanan Bali seperti jajanan Bali, membuat sate.
Pengalaman lain juga diberikan seperti membuat gerabah, Atraksi alam dikemas dengan
mengajak wisatawan tracking kesekeliling desa yang masih asri seperti sawah, kebun,
sungai.
Desa Bedulu memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi desa wisata yang ramai
dikunjungi wisatawan. Potensi wisata yang dimiliki antara lain : peninggalan arkeologi
yang tersebar dipelosok desa, berdekatan dengan objek wisata Goa gajah, Pura Samuan
Tiga , adanya beberapa Puri bekas Kerajaan, atraksi alam yang indah, akses yang dekat
dengan kawasan ubud yang sudah terkenal dan masih banyak potensi wisata lainnya.
Yang perlu mendapat perhatian adalah perkembangan pariwisata ini masih lambat
dimana dimana tamu (wisatawan) yang datang berkunjung masih sedikit yaitu rata-rata
occupancy1,83% perbulannya dengan rata-rata lama menginap 2 malam, sehingga
sampai saat ini masih belum mendatangkan keuntungan secara ekonomi yang layak bagi
pengelolanya (anggota kelompok), walaupun demikian dengan bermodalkan semangat
pantang menyerah dan pinjaman dari Lembaga Perkreditan Desa Bedulu Pengelola tetap
menjalankan usaha pengembangan pariwisata ini dengan tetap memberikan pelayanan
maksimal kepada para wisawan (tamu)nya. Berkaitan dengan hal tersebut hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam merencanakan strategi
yang dapat diaplikasikan dalam pengembangan desa wisata Bedulu yang didasarkan pada
tata kelola, persepsi wisatawan yang telah mengunjungi desa Bedulu, respon dari biro
perjalanan (travel agent) yang diajak bekerja sama, tanggapan/dukungan masyarakat
setempat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah :
1. Bagaimana tata cara pengelolaan Community Based Tourism di desa Bedulu ?
2. Bagaimana profil wisatawan Yang berkunjung ?
3. Bagaimana persepsi wisatawan tehadap pelayanan yang diberikan?
4. Bagimana persepsi pengelola Tours and Travel dalam melakukan kerja sama
(mensuplay wisatawan) tentang pengelolaan Community Based Tourism
5. Bagaimana bentuk partisipasi/ dukungan masyarakat setempat
6. Manfaat yang dirasakan dengan adanya pengembangan Community Based Tourism
di Desanya
7. Strategi alternatif apa yang dapat dilakukan dalam pengembangan Community Based
Tourism sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan Masyarakat Bedulu.
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui tata cara pengelolaan Community Based Tourism di desa
Bedulu
b) Untuk mengetahui profil dan jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata
Bedulu
c) Untuk mengetahui Persepsi wisatawan tentang pelayanan yang diberikan selama
kunjungan di Desa Wisata Bedulu
d) Untuk mengetahui persepsi para pengelola Tours and Travel yang telah
melakukan kerjasama mengajak tamunya ke Desa wisata Bedulu tentang
pengelolaan Community Based Tourism
e) Untuk mengetahui bentuk Partisipasi /dukungan masyarakat setempat dalam
pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di
desa Bedulu
f) Untuk mengetahui manfaat yang didapat dengan adanya pengembangan
Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu
g) Memberikan alternatif -alternatif dalam strategi pengembangan Community Based
Tourism sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat di Desa
Bedulu
2. Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk menggali dan menambah pengetahuan dan
pengalaman pada bidang pengembangan pariwista yang berbasis masyarakat
(Community Based Tourism )
b) Bagi Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan dasar penyusunan program pengabdian
masyarakat untuk membantu pengembangan pariwisata di desa Bedulu sebagai
bentuk kewajiban melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi
c) Bagi Pengelola (POK DARWIS) Desa Bedulu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pihak
desa/pengelola berupa 9actor9ve9r- 9actor9ve9r strategi dalam pengembangan
desa wisata Bedulu sehingga perkembangannya dapat berkelanjutan dan
memberdayakan masyarakat Bedulu secara umum dan anggota Kelompok sadar
Wisata khususnya
KAJIAN PUSTAKA
A. .Landasan Teori
1. Pengertian Desa Wisata
Desa wisata merupakan sebuah istilah dalam dunia pariwisata yang
menggambarkan sebuah desa yang memiliki sebagian besar komponen-komponen
pendukung pariwisata seperti penyediaan akomudasi, atraksi budaya maupun
alam,penyediaan makanan dan minuman. Secara teoritis desa wisata dapat
didefinisikan sebagai berikut :
Desa wisata adalah” suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomudasi dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata cara dangan tradisi yang berlaku”.(Nuryanty wiendu 1993).pendapat lain
menyebutkan “Desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan
keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan
social ekonomi, social budaya, adat yang khas , memiliki arsitektur dan struktur tata
ruang desa kegiatan perekonomian yang unikdan menarik serta mempunyai potensi
untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan misalnya atraksi,
akomudasi, makan dan minum dan kebutuhan wisata lainnya”(Pariwisata Inti
Rakyat, 1999)
Edward Inskeep dalam Tourism Planning An Integrated and sustainable
Development approach memberikan definisi “Village Tourism ,where smallgroups of
tourist stay in or near tradition, often remote villages and learn about village lifeand
local environment “.(Wikipedia Indonesia,2011)
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Desa wisata adalah suatu
wilayah pedesaan yang memiliki keunikan dan daya tarik yang khas baikdaya tarik
alam pedesaan/lingkungan fisiknya maupun daya tarik social budaya
kemasyarakatannya yang mampu menggerakkan wisatawan berkunjung dan atau
tinggal sementara didesa tersebut.
2. Tipe desa wisata
“Menurut pola , proses dan tipe pengelolaannya desa wisata terbagi dalam dua
bentuk yaitu, tipe terstruktur dan tipe terbuka”(Wikipedia,2011)
a. Tipe terstruktur( enclave)
Tipe terstruktur ditandai dengan karakter- karakter sebagai berikut:
1) Lahan terbatas yang di lengkapi dengan infra struktur yang spesifik untuk
kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang
ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar internasional.
2) Lokasi pada umumnya terpisah dari penduduk lokal sehingga dampak
yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial
budaya yang ditibulkan akan terditeksi sejak dini.
3) Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat perencanaan yang
sederhana dan terkoordinir sehingga diharapkan akan tampil menjadi
semacam agen untuk mendapatkan dana- dana internasional sebagai
unsure utama untuk menangkap service - service dari hotel- hotel
berbintang lima.
b. Tipe terbuka
Tipe ini ditandai dengan karakter – karakter yaitu tumbuh menyatunya
kawasan dengan struktur kehidupan baik ruang maupun pola dengan
masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat
dinikmati langsung penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat
menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal sehingga sulit dikendalikan.
3. Isyu strategis dalam pengembangan Desa wisata
Dalam pengembangan desa wisata ada 6 isyu strategis dalam pengembangan Desa
wisata (Depbudpar, 2009):
a. Kewirausahaan masyarakat desa
Pentingnya menyiapkan orang-orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan pada
tataran desa untuk mengelola subsidi pemerintah, pelatihan , kerjasama dengan
pihak luar dan lain – lain untuk mengangkat potensi desa setempat sehingga
pengembangan desa wisata dapat berkelanjutan
b. Skala ekonomi (economic scale)
Pengembangan desa wisata tidak mengaburkan ekonomi pedesaan yang sudah
berlangsung akan tetapi dapat memmberikan nilai tambah manfaat ekonomi bagi
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat
c. Sumber daya
1) Sumber Daya Manusia yang memiliki skill dalam mengelola, dan pelayanan
bagi wisatawan yang berkunjung.
2) Pentingnya sarana pendukung berupa media informasi yang dapat memberi
gambaran keunikan desa
d. Kelestarian
Pentingnya menjaga skala pengembangan yang tidak berdampak pada penurunan
kualitas lingkungan, keunikan dan kekhasan desa
e. Integrasi dalam Kepariwisataan global
Pengembangan Desa Wisata baik atas inisiatis warga masyarakat dan atau
dorong Pemerintah perlu diintegrasikan dengan system kepariwisataan global
terkait dengan pemasaran olen Tours and travel /tour oprator agar memiliki
akses dengan pasar wisatawan.
f. Kerangka Kelembagaan
Pentingnya kelembagaan yang memadai dalam pengelolaan desa wisatata yang
menekankan pada pemberdayaan masyarkat ,transparansi dan akuntabilitas
dalam rangka menjamin keberlanjutan desa wisata.
4. Komponen- Komponen dalam strategi Pengembangan desa wisata
Menyusun suatu strategi pengembangan desa wisata memerlukan gambaran
tentang komponen – komponen yang perlu diperhatikan. Komponen-komponen
dalam pengembangan desa wisata sebagai berikut :
a. Atraksi dan kegiatan wisata
“Atraksi wisata dapat berupa seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam,
hiburan, jasa dan lain- lain yang merupakan daya tarik wisata. Atraksi ini
memberikan ciri khas daerah tersebut yang mendasari minat wisatawan untuk
berkunjung ke tempat tersebut”(karyono, 1997)
“Kegiatan wisata adalah apa yang dikerjakan wisatawan atau apa motivasi
wisatawan datang ke destinasi yaitu keberadaan mereka disana dalam waktu
setengah hari sampai berminggu- minggu”(hadinoto, 1996)
b. Akomodasi
“Akomodasi pada desa wisata yaitu sebagian dari tempat tinggal penduduk
setempat dan atau unit- unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal
penduduk”(Wikipedia,2011)
c. Unsur institusi atau kelembagaan dan SDM
Dalam pengembangan desa wisata lembaga yang mengelola harus memiliki
kemampuan yang handal.
d. Fasilitas pendukung wisata lainnya
Pengembangan desa wisata harus memiliki fasilitas- fasilitas pendukung seperti
sarana komunikasi.
e. Infrastruktur lainnya
Insfrastruktur lainnya juga sangat penting disiapkan dalam pengembangan desa
wisata seperti sitem drainase,
f. Transportasi
Transportasi sangat penting untuk memperlancar akses tamu
g. Sumber daya lingkungan alam dan 14actor budaya
h. Masyarakat
Dukungan masyarakat sangat besar peranannya seperti menjaga kebersihan
lingkungan, keamanan, keramah tamahan
i. Pasar domestik dan Mancanegara
Pasar desa wisata dapat pasar wisata domestik maupun mancanegara
5. Konsep Pariwisata berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)
Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan
prinsip –prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata.
Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan 15actor perencanaan formal
sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata.
Pendekatan ke dua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang
partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih
seimbang antara pembangunanan dan perencanaan terken-dali. Pendekatan ini lebih
menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan
ekowisata. Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan
pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai
pendekatan pembangunan.
Definisi CBTyaitu:
a. bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal
untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan
pariwisata
b. masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha –usaha pariwisata juga
mendapat keuntungan,
c. menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi
keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan
Dengan demikian dalam pandangan Hausler CBT merupakan suatu pendekatan
pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal(baik yang terlibat
langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan
kesempatan (akses) dalam manajemen dan pembangunan pariwista yang berujung pa
da pemberdayaan politis melalaui kehidupan yang lebih demikratis, termasuk dalam
pembagian keuntungan dari kegitan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat.
Hauler menyampaikan gagasan tersebut sebagai wujud perhatian yang kritis pada
pembangunan pariwisata yang seringkali mengabaikan hak masyarakat lokal di
daerah tujuan wisata. Suansri (2003:14) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata
yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, dan budaya. CBT
merupakan alat pembangun-an komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan
kata lain CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan.
Dalam definisi yang disampaikan Suansri, gagasan untuk memunculkan tools
berpadigma baru dalam pembangunan pariwisata adalah semata-mata untuk menjaga
keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Untuk itu ada beberapa prinsip dasar CBT
yang disampaikan Suansri (2003:12) dalam gagasannya yaitu:
a. mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam
pariwisata,
b. mengikutsertakan anggot a komunitas dalam memulai setiap aspek,
c. mengembangkan kebanggaan komunitas,
d. mengembangkan kualitas hidupkomunitas,
e. menjamin keberlanjutan lingkungan,
f. mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area,
g. membantu berkembangnya pembel ajaran tentang pertukaran budayapada
komunitas,
h. menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia,
i. mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas,
j. berperan dalam menentukan prosentasependapatan (pendistribusian pendapatan )
dalam proyek yang ada di komunitas.
Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari
pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin. Meski dalam prinsip dasar
yang disampaikan secara eksplisit Suansri lebih memfokus kan pada kepen-tingan
masyarakat lokal tetapi ide utama yang disampaikan Suansri dalam prinsip dasar
tersebut adalah hubungan yang lebih seimbang atara wisatawan dan masyarakat lokal
dalam industri pariwisata. Keseimbangan yang dimaksud antara lain dalam hal status
kepemilikan komunitas, pembagian keuntungan yang adil, hubungan 17actor budaya
yang didasari sikap saling menghargai, dan upya bersama untuk menjaga lingkungan.
Sebagai tindak lanjut Suansri (2003:21 -22) menyampaikan point-point yang
merupakan aspek utama pengembangan CBT berupa 5 dimensi, yaitu:
a. Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk pengembangan
komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di 17actor pariwisata, timbulnya
pendapatan masyarakat lokal dari sektorpariwisata;
b. Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan
kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki –laki perempuan,
generasi mudadan tua, mem-bangun penguatan organisasi komunitas;
c. Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk meng
hormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran budaya,
budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal.
d. Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carryng capacity area,
mengatur pembuangan sampah, me-ningkatkan keperdulian akan perlunya
konservasi;
e. Dimesi politik, dengan indikator : meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal,
peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak dalam
pengelolaan sumber daya alam
CBT berkaitan erat dengan adanya partisipasi dari masyarakat lokal. Menurut
Timothy (1999:372) partisipasi masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua
perspektif yaitu dalam partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan
keputusan dan partisipasi masyarakat lokal berkaitan dengan keuntungan yang
diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan CBT,Timmoty
menggagas Model normatif partisipasi dalam pembangunan pariwisata yaitu :
ada 3 hal pokok dalam perencanaan pariwisata yang partisipatif yaitu
a. Berkaitan dengan upaya mengikutsertakan anggota masyarakat dalam
pengambilan keputusan,
b. Adanya partisipasi masyarakat lokal untuk menerima manfaat dari kegiatan
pariwisata
c. Pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat lokal, yang dikenal dengan nama
Albeit Western Perspektif.
Ciri-ciri khusus dari Community Based Tourism menurut Hudson (Timothy,
1999:373) adalah berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya
perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal serta lain kelompok
memiliki ketertarikan/minat, yang memiliki kontrol besar dalam proses sosial untuk
mewujudkan kesejahteraan. Sedangkan Murphy (1985:153) menekankan strategi yang
terfokus pada identifikasi tujuan masyarakat tuan rumah dan keinginan serta
kemampuan mereka menyerap manfaat pariwisata.
Menurut Murphy setiap masyarakat harus didorong untuk mengidentifikasi
tujuannya sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk meningkatkan kebutuhan
masyarakat lokal. Untuk itu dibutuhkan perencanaan sedemikian rupa sehingga aspek
soosial dan lingkungan masuk dalam perencanaan dan industri pariwisata
memperhatikan wisatawan dan jutga masyarakat setempat
Keuntungan dari pendekatan perencanaan yang partisipatif menurut Drake dan
Paula(dalam Garrod, 2001:6) adalah:
a. Mengkonsultasikan proyek dengan masya rakat atau melibatkan masyarakat
dalam manajemen penerapan proyek dan/atau pengopeasian proyek dapat
meningkatkan effisiensi proyek,
b. Efektifitas proyek jauh lebih meningkat dengan mengikutsertakan masyarakat
yang dapat membantu memastikan jika tujuan proyek bisa ditemu-kan dan
keuntungan akan diterima ke –lompok/masyarakat lokal,
c. Sebagai capacity building bagi kelompok masyarakat agar mereka memahami apa
itu ekowisata dan peranannya dalam pembangunan berkelanjutan. (terjamin
bahwa yang terlibat sangat nampak keikutsertaannya secara aktif dalam proyek
dengan pelatihan formal/informal serta kegiatan untuk meningkatkan
keperdulian),
d. Pemberdayaan lokal meningkat dengan memberi masyarakat lokal yang lebih
besar terhadap sumber daya dan memutuskan penggunakan sumber daya yang
berpeng-aruh/penting sesuai dengan tempat tinggal mereka. (artinya menjamin
jika masyarakat lokal menerima keuntungan yang sesuai dengan penggunaan
sumberdaya),
e. Pembagian keuntungan dengan warisan lokal (local beneficiaries), misal biaya
tenaga kerja, biaya keuangan, operasional dan perawatan proyek dan/atau
monitoring dan evaluasi proyek.
Lebih lanjut Garrod (2001) menyam-paikan elemen-elemen dari perencanaan
pariwisata partisipatif yang sukses yaitu:
a. Membutuhkan kepemimpinan yang efektif (memiliki kredibilitas sebagai orang
yang memahami, empati dan perduli den gan pendapat stakeholder, memiliki
kredibilitas sebagai seseorang yang memiliki keahlian yang dibutuhkan di daerah
tersebut, mandiri, memiliki kemam-puan mengidentifikasi masalah yang nyata
dan tidak nyata, mememiliki kemampuan mengatur partisipan, ber sedia mengem-
bangkan kelompok), mampu mengarah-kan keterlibatan yang sifatnya top down
ke bottom up),
b. Pemberdayaan masyarakat lokal,
c. Mengkaitkan keuntungan ekonomi dengan konservasi,
d. Melibatkan stakeholder lokalmdalam setiap tahapan proyek,
e. Adanya partisipasi lokal mengadakan monitoring dan evaluasi proyek.
Sementara itu Yaman & Mohd (2004: 584 -587) menggaris bawahi beberapa
kunci pengaturan pembangunan pariwisata dengan pendekatan CBT yaitu:
a. Adanya dukungan pemerintah: CBT membutuhkan dukungan struktur yang multi
institusional agar sukses dan berkelanjutan. Pendekatan CBT berorientasi pada
manusia yang mendukung pem-bagian keuntungan dan manfaat yang adil serta
mendukung pengentasan kemiskinan dengan mendorong pemerintah dan
masyarakat untuk tetap menjaga SDA dan budaya. Pemerintah akan berfungsi
sebagai fasilitator, kordinator atau badan penasehat SDM dan penguatan
kelembagaan.
b. Partisipasi dari stakeholder,CBT didiskripsikan sebagai variasi aktivitas yang
meningkatkan dukungan yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi dan
sosial masyarakat. Konservasi sumber daya juga dimaksudkan sebagai upaya me
lindungi dalam hal memperbaiki mata pen-caharian /penghidupan masyarakat.
CBT secara umum bertujuan untuk penganekaragaman industri, Peningkatan
skope partisipasi yang lebih luas ini termasuk parti –sipasi dalamsektor informal,
hak dan hubungan langsung/tidak langsung dari lainnya. Pariwisata berperan
dalam pem-bangunan internal dan mendorong pembangunanan aktivitas ekonomi
yang lain seperti industri, jasa dan sebagainya. Anggota masyarakat dengan
kemampuan kewirausahaan dapat menentukan/mem-buat kontak bisnis dengan
tour operator, travel agent untuk memulai bisnis baru.
c. Pembagian keuntungan yang adil. Ti dak hanya berkaitan dengan keuntungan
langsung yang diterima masyarakat yang memiliki usaha di sector pariwisata
tetapi juga keuntungan tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang
tidak memilki usaha. Keuntungan tidak langsung yang diterima masyarakat dari
kegiatan ekowisata jauh lebih luas antara lain berupa proyek pembangunan yang
bisa dibiayai dari hasil penerimaan pariwisata.
d. Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan. Salah satu kekuatan
ekowisata adalah ketergantungan yang besar pada sumber daya alam dan budaya
setempat, Dimana aset tersebut dimiliki dan dikelola oleh seluruh anggota
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, termasuk yang tidak
memiliki sumber daya keuangan. Hal itu bisa menumbuhkan kepedulian,
penghargaan diri sendiri dan kebanggaan pada seluruh anggota masyarakat.
Dengan demikian sumber daya yang ada menjadi lebih meningkat nilai, harga dan
menjadi alasan mengapa pengunjung ingin datang ke desa.
e. Penguatan institusi lokal. Pada awalnya peluang usaha pariwisata di daerah
pedesaan sulit diatur oleh lembaga yang ada. Penting untuk melibatkan komite
dengan anggota berasal dari masyarakat. Tujuan utamanya adalah mengatur
hubungan antara penduduk, sumber daya dan pengunjung. Hal ini jelas mem-
butuhkan perkembangan kelembagaan yang ada di sana. Yang paling baik adalah
terbentuk lembaga dengan pimpinan yang dapat diterima semua anggota
masyarakat. Penguatan kelembagaan lokal dilakukan melalui pelatihan dan
pengembangan individu dengan ketra mpilan kerja yang diperlukan (teknik,
managerial, komuni kasi, pengalaman kewirausahaan, dan pengalaman organisasi.
Penguatan kelembagaan dapat berbentuk forum, perwakilan, dan manajemen
komite.
f. keterkaitan antara level regional dan nasional. Komunitas lokal seringkali kurang
mendapat link langsung dengan pasar nasional atau internasional, hal ini menjadi
penyebab utama mengapa menfaat ekowisata tidak sampai dinikmati di level
masyarakat. Perantara yaitu yang menghubungkan antara aktifitas ekowisata
dengan masyarakat dan turis justru memetik keutungan lebih banyak.
6. Konsep Pembangunan Pariwisata berkelanjutan
Meski memperoleh perhatian khusus dari akademisi pariwisata dan praktisi
pembangunan pariwisata beberapa tahun terakhir, namun literature tentang konsep
dan teori pariwisata seringkali gagal menghubungkan pariwisata dengan konsep
pembangunan berkelanjutan sebagai kesatuan paradigma Sehingga penerapan
pembang -unan berkelanjutan dalam konteks pariwisata masih banyak diragukan. Hal
ini menimbulkan ketertarikan dunia akademis untuk mendiskusikan konsep
pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sharpley, 2000:1). Definisi pembangunan
pariwisata berkelanjutan bisa memiliki makna beragam. Orang dari banyak bidang
yang berbeda menggunakan istilah berbeda di dalam konteks yang berbeda dan
mereka mempunyai konsep, bias, dan pendekatan berbeda (Heinen dalam Sharpley,
2000:1).WTO mendefinisikan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai
pembangunan yang me menuhi kebutuhan wisatawan saat ini, sambil melindungi dan
mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan
seluruh sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan
estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi
esensial, keanakeragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk
pariwisata berkelanjutan dioperasikan secara harmonis dengan lingkungan lokal,
masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan yang
permanen dan bukan korban pembangunan pariwisata (Ano-nim, 2000:xvi). Dalam
hal ini kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan terarah pada penggunaan
sumber daya alam dan penggunaan sumber daya manusia untuk jangka waktu
panjang (Sharpley, 20 00:10).
Berkaitan dengan upaya menemukan keterkaitan anatara aktifitas pariwisata
dan konsep pembangunan berkelanjutan Cronin (Sharpley, 2000:1), menkonsepkan
pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembanguan yang terfokus pada dua
hal, keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di satu sisi dan lainnya
mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen kebijakan pembangunan
berkelanjutan yang lebih luas. Stabler & Goodall (Sharpley, 2000:1), menyatakan
pembangunan pariwisata berkelanjutan harus konsisten/sejalan dengan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Lane (dalam Sharpley, 2000:8) menyatakan
bahwa pariwisata berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara
daerah tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket
liburan (wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakehorder dapat
merusak keseimbangan. Pendapat yang hampir sama disampaikan Muller yang
mengusulkan istilah magic pentagon yang merupakan keseimbangan antara elemen
pariwisata, dimana tidak ada satu faktor atau stakeholder yang mendominasi. Prinsip
dasar pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Sharpley (2000:9 -11) yang
mengacu pada prinsip dasar pem-bangunan berkelanjutan. Pendekatan yang holistik
sangat penting. Untuk diterapkan secara umum, pada sistem pariwisata itu sendiri
dan khusus pada individu di daerah tujuan wisata atau sektor industri. Selama ini
meskipun pariwisata diterima dan terintegrasi dalam strategi pembangunan nasional
dan lokal, namun fokus ut ama pembangunan pariwisata berkelanjutan masih ke arah
produk center. Tidak heran jika pada tingkat operasional sulit mengatur penerimaan
yg komplek, fragmentasi, pembagian multisektor dari keuntungan pariwisata secara
alamiah. Oleh karenanya menurut Fors yth (dalam Sharpley, 2000:9) pariwisata
berkelanjutan dalam prakteknya cenderung terfokus eksklusif setempat, proyek
pembangunan relatif berskala kecil, jangkauanya jarang melebihi wilayah/lingkungan
lokal atau regional, atau sebagai sektor industri yang spesifik/khusus. Pada saat yang
bersamaan, sektor yang berbeda dari industri pariwisata mengalami perkembangan
dalam berbagai tingkat, mengadopsi kebijakan lingkungan dan meski kecil telah
menunjukkan filosofi bisnis dan pembang unan yang mengarah pada prinsip-prinsip
keberlanjutan antarindustri. Menurut Sharpley peningkatan kebijakan pembang-unan
pariwisata berkelanjutan sangat ter -gantung pada variasi faktor politik ekonomi yang
dapat menghalangi diterapkannya pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Aronsson (2000:40) mencoba menyampaikan beberapa pokok pikiran tantang
intepretasi pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu 1) pembangunan pariwisata
berkelanjutan harus mampu mengatasi permasalahn sampah lingkungan serta
memiliki perspektif ekologis, 2) pembangunan pariwisata berkelanjutan
menunjukkan keberpihakannya pada pembangunan berskala kecil dan yang berbasis
masyarakat lokal/setempat, 3) pembangunan pariwisata berkelanjutan menempatkan
daerah tujuan wisata sebagai penerima manfaat dari pariwisata,untuk mencapainya
tidak harus dengan mengeksploitasi daerah setempat, 4) pembangunan pariwisata
berkelanjutan menekankan pada keberlanjutan budaya, dalam hal ini berkaitan
dengan upaya-upaya membangun dan mempertahankan bangunan tradisional dan
peninggalan budaya didaerah tujuan wisata.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development
menurut Yaman & Mohd (2004:584) ditandai dengan empat kondisi yaitu: 1)
anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perenca naan dan pembang-
unan pariwisata, 2) pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan
pengunjung/wisatawan, 3) kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan
iklim mikro harus dimengerti dan didukung, 4) investasi pada bentuk –bentuk
transportasi alternatif. Sedangkan indikator yang dikembangkan pemerintah RI
tentang pembangunan pariwisata berkelanjutan (Anonim, 2000) adalah: 1) kesadaran
tentang tanggung jawab terhadap lingkungan, bahwa strategi pembangunan
pariwisata berkelanjutan harus menempatkan pariwisata sebagai green industry
(industri yang ramah lingkungan), yang menjadi tang -gungjawab pemerintah,
industri pariwisata, masyarakat dan wisatawan, 2) peningkatan peran pemerintah
daerah dalam pembangunan pariwisata, 3) kemantaban/keberdayaan in dustri
pariwisata yaitu mampu menciptakan produk pariwisata yang bisa bersaing secara
internasional, dan mensejahterakan masyarakat di tempat tujuan wisata, 4) kemitraan
dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang bertujuan
menghapus/meminimalisir perbedaan tingkat kesejahteraan wisatawan dan
masyarakat di daerah tujuan wisata untuk menghindari konflik dan dominasi satu
sama lain. Hal ini juga didukung dengan memberi perhatian/pengembangan usaha
skala kecil oleh masyarakat lokal
7. Konsep Pemberdayaan Masyrakat
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kadang-kadang sangat sulit
dibedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat (community
development). Karena prakteknya saling tumpang tindih, saling menggantikan dan
mengacu pada suatu pengertian yang serupa.
Pendapat dari Cook (1994) menyatakan pembangunan masyarakat merupakan
konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan masyarakat
menuju kearah yang positif. Sedangkan Giarci (2001) memandang community
development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu
masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui
berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan
dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya
serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective
action dan networking yang dikembangkan masyarakat.
Sedangkan Bartle (2003) mendefinisikan community development sebagai alat untuk
menjadikan masyarakat semakin komplek dan kuat. Ini merupakan suatu perubahan
dimana masyarakat menjadi lebih komplek, institusi lokal tumbuh, collective power-
nya meningkat serta terjadi perubahan secara kualitatif pada organisasinya.
Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya pengertian community
development dan community empowerment, secara sederhana, Subejo dan Supriyanto
(2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk
memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola
sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga
pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi,
ekologi, dan sosial”.
Pengembangan masyarakat dalam proses pembangunan yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting diperhatikan dalam
pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam hubungan dengan
pengembangan masyarakat, Compton dan Mc.clusky (dalam muslim 2009 : 2)
menyatakan :”a process whereby community members come together to identify their
problem and need, seek solution among them selves, mobilelize thenecessary
resources ang excute aplane of action or learning or both” (suatu proses dimana
secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah dan kebutuhannya mencari
pemecahan diantara mereka sendiri). H.M Yakub (1985) menyatakan bahwa “
pengembangan masyarakat adalah proses pemberdayaan (empowering sociaty) yang
meliputi tiga hal yaitu (1) membebaskan dan menyadarkan,(b)mengidentifikasi
masalah dan memcahkannya, (2) partisipasi dan etos swadaya masyarakat ”. Dari
pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat yang
berbasis masyarakat adalah upaya membantu masyarakat agar masyarakat dengan
prakarsa sendiri dapat mengidentifikasi kebutuhannya, menggali dan memanfaat
segala sumber daya yang dimilikinya (sumber daya alam, budaya, sumberdaya
manusia dan lain-lain) dalam mencapai kesejahteraan sendiri.
Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses
untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri
secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan
strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development
dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat
diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu
keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan strategis
yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi,
ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat
didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang
dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi,
ekonomi, sosial dan ekologi-nya. Secara ringkas keterkaitan antara pemberdayaan
masyarakat dengan sustainable development. Pemberdayaan masyarakat terkait erat
dengan faktor internal dan eksternal. Tanpa mengecilkan arti dan peranan salah satu
factor, sebenarnya kedua factor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi
secara sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan
sebelumnya factor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self-organizing
dari masyarakat namun kita juga perlu memberikan perhatian pada factor
eksternalnya.
Seperti yang dilaporkan Deliveri (2004), proses pemberdayaan masyarakat
mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisplin. Tim
pendamping ini merupakan salah satu external factor dalam pemberdayaan
masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara
bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan
kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan
masyarakat (PM) akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim PM
sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang
dianggap mampu oleh masyarakat.Waktu pemunduran tim PM tergantung
kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak awal program antara tim PM dan
warga masyarakat. Berdasar beberapa pengalaman dilaporkan bahwa pemunduran
Tim PM dapat dilakukan minimal 3 tahun setelah proses dimulai dengan tahap
sosialisasi. Walaupun tim sudah mundur, anggotanya tetap berperan, yaitu sebagai
pensehat atau konsultan bila diperlukan oleh masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam pembangunan
masyarakat seharusnya diletakkan dan diorientasikan searah dan selangkah dengan
paradigma baru pendekatan pembangunan. Paradigma pembangunan lama yang
bersifat top-down perlu direorientasikan menuju pendekatan bottom-up yang
menempatkan masyarakat atau petani di pedesaan sebagai pusat pembangunan atau
oleh Chambers dalam Anholt (2001) sering dikenal dengan semboyan “put the
farmers first”.
Menurut Nasikun (2000:27) menyatakan : “pembangunan yang baru tersebut juga
harus berprinsip bahwa pembangunan harus pertama-tama dan terutama dilakukan
atas inisitaif dan dorongan kepentingan-kepentingan masyarakat, masyarakat harus
diberi kesempatan untuk terlibat di dalam keseluruhan proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunannya; termasuk pemilikan serta penguasaan
infrastrukturnya sehingga distribusi keuntungan dan manfaat akanlebih adil bagi
masyarakat.
Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang
disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat,
mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya,
dibangun dari sumberdaya Masyarakat terhadap nilai-nilai budaya masyarakat,
memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai
pihak terkait terlibat (instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM,
swasta dan pihak lainnya), serta dilaksanakan secara berkelajutan.
Jika digambarkan dalam bagan maka pemberdayaan Masyarakat dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 01
POLA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan
Masyarakat
Mengembangkan
Potensi &
Kapasitas
empowerment
Menciptakan
kondisi yang
kondusif/
enablement
Mengembang
kan manusia
dalam
kelembagaan
organisasi
Mengembang
kan potensi
lingkungan
Membuka
akses,
Perlindungan,
peningkantan
peran
Prilaku lain
PENDEKATAN:
1. Targeted
2. Participatory
3. Community
based
4. Value based
B. Hasil Penelitian berkaitan dengan desa wisata
1. Suzanne Wilson (1997) dalam jurnal internasional, Factors for success in Rural
Tourism Development. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menguji factor – factor yang telah membantu masyarakat pedesaan berhasil
mengembangkan pariwisata dan peluang kewirausahaan hasilnya menunjukkan
pentingnya pendekatan masyarakat untuk pengembangan pariwisata dan
pengembangan pariwisata dan kewirausahaan tidak dapat berjalan tanpa
partisipasi dari pelaku bisnis secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam
pariwisata.
2. William P. Stewart (1996) dalam jurnal ilmiah internasional Rural Tourism
Development: Shifting Basis of Community Solidarity. Penelitian ini menyatakan
bahwa solidaritas masyarakat dianggap salah satu pendukung utama dalam
pengembangan pariwisata pedesaan. Penelitian ini membahas tentang dampak
pengembangan pariwisata pedesaan terhadap masyarakat setempat.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian pustaka dapat digambarkan kerangka berfikir sebagai berikut :
Gambar 02
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN
A. Difinisi operational Variabel
1. Sitem Pengelolaan Desa Wisata adalah kelembagaan yang telah terbentuk yaitu
kelompok desa wisata, menata oprationalnya : produk wisata yang ditawarkan,
penyediaan fasilitas, sistem pemasaran
Persepsi wisatawan
Persepsi Travel
agent
Partisipasi
/Dukungan
Masyarakat lokal
Tata kelola
/Manajemen
PEMBER
DAYAAN
MASYAR
AKAT
STRATEGI
PENGEM
BANGAN
DESA
WISATA
/CBT
Profil wisatawan
ANALISIS
SWOT
2. Persepsi wisatawan adalah respon yang diberikan oleh para tamu yang menginap di
desa wisata Bedulu terhadap pelayanan yang diberikan dari saat kedatangan,
pelayanan kamar, makanan dan minuman, pelayanan tour, respek dari pegawai,
keramahtamahan masyarakat, kebersihan lingkungan
3. Persepsi Perusahaan Tours and Travel (Travel Agent) tentang kemampuan SDM
kelompok DEWI, atraksi wisata, lingkungan, peluang pemasaran, hambatan
pemasaran desa wisata Bedulu.
4. Profil wisatawan adalah wisatawan yang berkunjung kedesa wisata Bedulu ditinjau
dari asal Negarannya, rata-rata umur, jenis pekerjaannya.
5. Dukungan/partisipasi Masyarakat masyarakat adalah sikap dan prilakuyang
ditunjukkan oleh warga Masyarakat dalam pengembangan CBT
6. Manfaat Pengembangan CBT yang dirasakan masyarakat adalah hasil yang didapat/
dirasakan oleh warga masyarakat dari segi ekonomi dan sosial
7. Strategi pengembangan Pariwisata berbasis Masyarakat (CBT) adalah cara atau
metode yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan desa wisata
sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan Masyarakat.
B. Jenis dan sumber data
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini:
a. Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka melainkan berupa keterangan atau
informasi seperti tata kelola desa wisata,informasi dukungan dan manfaat
pengenembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Bedul.
b. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau data kualitatif yang
dikuantitatifkan seperti : persepsi tamu terhadap pelayanan,persepsi pengelola Tour
and Travel,
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan adalah :
a. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh pertama langsung dari objek
penelitian seperti :keterangan atau informasi seperti tata kelola desa wisata, persepsi
tamu terhadap pelayanan,persepsi pengelola Tour and Travel, pendapat masyarakat
masyarakat setempat.
b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa data yang telah jadi.seperti
data penerima dana PNPM Mandiri Pariwisata, tata kelola desa wisata
C. Tehnik Pengumpulan data
Tehnik Pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara yaitu melakukan wawancara dengan pihak terkait seperti :pengelola DEWI
(desa wisata)
2. Observasi non partispatif mengamati langsung dan meninjau objek dan penanganan
wisatawan yang berkunjung ke desa wisata bedulu.
3. Kuisioner yaitu membuat pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden
(wisatawan dan Pengelola Tours and travel)
4. Dokumentasi yaitu memperoleh data melalui dokumen –dokumen yang berhubungan
dengan penelitian
D. Populasi dan Sampling
Populasi adalah keseluruhan responden yang akan dijadikan subyek penelitian.
Sampling adalah sebagin populasi yang dijadikan responden dalam penelitian ini .mengingat
banyaknya populasi dan sifatnya akan terus bertambah (mobile) maka dalam penelitian ini
tehnik sapling yang digunakan adalah Porposive sampling ,yaitu sapling bertujuan. Dalam
penelitian ini responden yang digunakan adalah para pengelola desa wisata, masyarakat yang
terlibat adalam aktivitas, manajer Tour and travel
E. Tehnik Analisis data
Tehnik analisis digunakan adalah:
1. Analisis statistik diskriptif adalah untuk memberi gambaran persepsi tamu terhadap
pelayanan kepada tamu (wisatawan) yang menginap di desa wisata Bedulu dan untuk
menganalis beberapa komponen behubungan dengan persepsi/pendapat Pengelola
Perusahaan Tours and Travel terhadapa Pengelolaan Desa Wisata Bedulu.
2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats)
Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis data untuk memperoleh alternatif strategi
dalam pengembangan desa wisata Bedulu dimasa yang akan datang sehingga Pariwisata
yang dikembangkan bisa berkelanjutan.
SWOT merupakan suatu analisis yang dapat dipergunakan untuk merumuskan
strategi, yang terdiri atas analisis keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dihadapi oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Dalam mengembangkan alternatif
strategi, dapat dilakukan dengan alat bantu analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats) yang didasarkan pada situasi lingkungan internal dan
eksternal. Rangkuti (2006 : 18), menyatakan bahwa untuk merumuskan strategi
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses)
dan ancaman (Threats).
Setelah semua informasi terkumpul, baik analisis lingkungan internal maupun analisis
eksternal, tahap berikutnya adalah mengembangkan alternatif strategi. Untuk
merumuskan strategi dapat dipergunakan alat bantu berupa matrik SWOT yang dapat
menggambarkan bagaimana peluang (opportunities) dan ancaman (threats) eksternal
yang dihadapi perusahaan atau organisasi, yang selanjutnya disesuaikan dengan kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal yang dimilikinya. Matrik ini mampu
menghasilkan empat set kemungkinan strategi seperti yang dipaparkan berikut ini.
1. Strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST (Strengts – Threats) yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities), strategi ini diterapkan berdasarkan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weaknesses – Threats), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang
bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sistem pengelolaan Desa Wisata Bedulu
1. Kelembagaan /struktur Organisasinya
Kelembagaan yang telah dibentuk bernama Kelompok DEWI Bedulu
dalam bentuk Yayasan dengan nama Yayasan Darma Dayana.Adapun struktur
organisasi sebagai berikut :
Gambar 03
STRUKTUR ORGANISASI KELOMPOK DESA WISATA BEDULU
(YAYASAN DARMA DAYANA)
URAIAN TUGAS
KETUA :
a. Bertanggung jawab atas operasional secara menyeluruh
b. Membuat perencanaan
c. Melakukan hubungan dengan seluruh Steak holder (Pemerintah,
Travel Agen, Lembaga non Pemerintah, dan lain-lain)
KETUA
A.A.GD.OKA ASTAWA
WAKIL
KETUA
Gusti Made landra
SEKRETARIS
Gst.Ngurah Putra
BENDAHARA
I Ketut Jon
d. Memasarkan desa wiata
WAKIL KETUA :
a. Mengkoordinir seluruh komponen kegiatan apabila ada tamu datang
(menginap) seperti penerimaan tamu, penyiapan kamar, Penyiapan
makanan dan minuman, penyiapan atraksi budaya
b. Menyiapkan sarana dan prasarana
c. Membantu Ketua dalam tugas-tugas pemasaran
SEKRETARIS :
a. Melaksanakan urusan administrasi umum (surat menyurat)
b. Membantu operasional
BENDAHARA :
a. Melaksanakan administrasi keuangan (penerimaan dan pengeluaran
uang )
b. Melakukan hubungan dengan lembaga keuangan seperti LPD Bedulu
c. Membantu oprational
Secara administrasi struktur kepengurusan memang ada tugas – tugas dan
wewenang masing-masing , dalam pelaksanaan segala sesuatu dikerjakan
secara bersama-sama.
2. Tata Operasional kerja
a. Penyediaan fasilitas /sarana dan Prasarana
1) Kelompok Dewi dalam bentuk Yayasan (Darma Dayana) adalah
pemrakarsa dan bertindak selaku penanam modal (investor) yaitu
melakukan perbaikan ringan dan melengkapi seluruh keperluan
untuk kamar sehingga sesuai standar dan dianggap layak untuk
tamu menginap nantinya, seperti: peralatan kamar : bed dan
komponennya (bed and its component), room amanities, bed room
amenities furniture
2) Masyarakat (penduduk) yang rumahnya dianggap cocok dan
dianggap layak, menyediakan rumahnya dengan perjanjian saling
menguntungkan yaitu :
a) Rumah/kamar diperbaiki dan dilengkapi /distandarkan oleh
Kelompok DEWI
b) Saat ada tamu kamar /rumah dibayar sesuai kesepakatan
c) Saat ada tamu petugas yang membersihkan (bisa tuan rumah)
dibayar oleh Kelompok Dewi sesuai yang telah ditentukan.
d) Saat tidak ada tamu, kamar/rumah dapat dipakai pemiliknya
seperti biasa.
b. Produk pariwisata yang ditawarkan :
Produk pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan berupa :
1) Program Pokok (main Programs)
(a) Paket Menginap minimal 2 hari dengan variabel :
(b) Kamar termasuk makan pagi (Continental breakfirst)
/Continental Plan
(c) Tracking (Melihat pura, peninggalan arkeologi, panorama
sawah , ladang, sungai),
(d) Melihat demonstrasi kegiatan membuat gerabah,melukis
telor, membuat ukiran, membuat sarana upacara Agama
Hindu (mejejahitan,ngulat tipat dan lain-lain). Dalam
kegiatan ini wisatawan bisa ikut melakukan
(e) Memasak masakan Bali (membuat jajan Bali, sate, lawar)
merupakan program pilihan (sesuai Permintaan /Program
Travel Agent)
(f) Makan siang di Puri (alternatif/fleksible) sesuai Program
dari Travel agent
(g) Dinner Party (makan malam dengan pagelaran budaya
berupa tari-tarian ) program ini juga dilaksanakan atas
permintaan /program dari Travel Agent.
Aktivitas Program Paket disusun dengan komponen sangat
flrksible tergantung dari jumlah tamu dan penyusunan secara
bersama /kesepakatan antara travel agent dengan Kelompok
Desa Wisata
2) Program pilihan (Partial Programs)
Program pilihan(Partial Programs) dibuat untuk wisatawan
yang datang hanya berkunjung tanpa menginap atau wisatawan
yang datang sendiri (walk In )dan atau datang dengan perantara
perorangan maka akan ditawarkan dan disusun program
berdasarkan program partial. Adapun alternative/Partial
Programs ini disebut culture workshops
(1) Balinese Music (gong Rindik)
(2) Wood Carving
(3) Balinese Dance
(4) Offering Making
(5) Painting Class
(6) Yoga Meditation Class
(7) Traditional Pottry Making
Secara lengkap Program pokok (maint programs) dan program
pilihan (alternatif/partial programs) dapat dilihat pada lampiran
c. Sistem pemasaran.
Sistem pemasaran produk wisata yang ditawarkan adalah
a) masih tergantung dari kerjasama dengan perusahaan Tours
and Travels (Travel Agent) dan hanya baru dua
Perusahaan yaitu : Golden Kriss Tours and Travel dan
Talisman Tour and Travel
b) dari mulut kemulut (mouch to the mouch) yaitu dari tamu
yang telah berkunjung/menginap dan para kenalan , guide
B. Profil dan jumlah Wisatawan Yang Berkunjung ke Desa Wisata Bedulu
1. Profil Wisatawan :
a. Asal Negara
Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu hampir 95%
berasal dari Negara Prancis sisanya berasal dari Belanda, Belgia,
Jepang
b. Umur
Umur wisatawan yang berkunjung diatas 50 tahun
c. Pekerjaan
Pekerjaan Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu rata –
rata pensiunan guru, jurnalis, petani, tukang kayu, pengusaha
/pedagang
2. Jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Desa Bedulu dan tingkat
Occupancy
Dari saat mulai dikelola juli 2009 sampai juni 2011 jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu dan tingkat occupancy seperti
dalam tabel berikut ini
TABEL 01
OCCUPANCY PADA DESA AKOMUDASI DESA WISATA BEDULU
JULI TAHUN 2009 – JUNI TAHUN 2011
C. Persepsi Wisatawan (tamu) Yang menginap terhadap pelayanan yang diberikan
selama di Desa Wisata Bedulu.
Berdasarkan Kuisioner yang disebarkan selama 3 bulan yaitu Mei, Juni, Juli tahun
2011, wisatawan yang mengembalikan kuisioner berjumlah 48 orang. Jawaban
Kuisioner selanjutnya ditabulasi dan diperoleh hasil seperti tabel 08 sebagai berikut :
NO TAHUN
KAMAR
TERJUAL
KAMAR
TERSEDIA
%
OCCUPANCY JML.TAMU
LAMA
MENGINAP
1 2009 72 2880 2,50 129 2 MALAM
2 2010 85 5760 1,50 162 2 MALAM
3 2011 51 2880 1,54 91 2 MALAM
JML 208 11520 382 2 MALAM
RATA-
RATA 1,84
TABEL 02
PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PELAYANAN DI DESA WISATA
BEDULU TAHUN 2011
NO INDI
KRETE
RIUM
∑ F x
S MEAN KTR
PERSEN
TASE JML
KATOR B C K N B C K
1 1 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
2 2 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
3 3 36 12 48 132 2,75 Baik 75 25 0 100
4 4 30 18 48 126 2,625 Baik 62,5 37,5 0 100
5 5 36 12 48 132 2,75 Baik 75 25 0 100
6 6 24 24 48 120 2,5 Baik 50 50 0 100
7 7 30 12 6 48 120 2,5 Baik 62,5 25 13 100
8 8 42 6 48 132 2,75 Baik 87,5 0 13 100
9 9 36 6 6 48 126 2,625 Baik 75 12,5 13 100
10 10 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
11 11 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
12 12 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
13 13 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
14 14 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
15 15 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
16 16 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
17 17 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
18 18 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
19 19 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
20 20 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
21 21 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
22 22 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
23 23 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
24 24 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
25 25 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
26 26 12 24 12 48 96 2 sedang 25 50 25 100
JUMLAH 73,63 2225 313 63 2600
RATA-
RATA 2,832 BAIK 85,6 12 2,4 100
Keterangan :
a. Indikator
1 = penyambutan saat kedatangan/tiba di desa wisata
2 = penanganan barang – barang bawaan
3 = kelengkapan kamar
4 = kebersihan kamar mandi
5 = kebersihan kamar tidur
6 = Peralatan kamar mandi (Toalet Bowl, water tap) berfungsi dengan baik
7 = ketersediaan amenities di kamar mandi
8 = kenyamanan kamar
9 = keamanan kamar
10 = keramah tamahan pramugraha
11= Sikap selalu mau membantu dari pramugraha
12= Kelengkapan peralatan makan dan minum
13= Hyigiene makanan dan minuman yang disajikan
14= Tata cara penghidangan makanan dan minuman
15= Kebersihan tempat makan dan minuman
16= Rasa makanan dan minuman
17= Performent dari pramusaji
18= Ketrampilan pramusaji dalam menghidangkan makanan
19= Atraksi alam yang dilihat
20= Atraksi budaya yang dipentaskan
21= Rangkaian acara yang disajikan
22= Ketrampilan pemandu wisata dalam pemandu tour
23= Kesiapan pegawai dalam membantu
24= Kesiapan pegawai dalam menangani permasalahan yang timbul
25= Keramah tamahan penduduk desa bedulu
26= Kebersihan lingkungan
b. ∑ F X S = Total keseluruhan pemilih dikalikan skor (bobot) dimana Baik = 3, Cukup = 2
dan Kurang = 1
c. Mean adalah nilai rata-rata
d. Keputusan :
1) Mean 1,0 sampai 1,4 = Kurang
2) Mean 1,5 sampai 2,4 = Cukup
3) Mean 2,5 sampai 3,0 = Baik
Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa Persepsi wisatawan yang berkunjung ke
Desa Wisata Bedulu terhadap pelayanan yang dirasakan adalah secara umum baik
dengan rata- rata baik dengan nilai Mean = 2,832 .
Jika dilihat persepsi perindikator bahwa hanya satu indikator yaitu kebersihan
Lingkungan dinyatakan sedang (mean : 1,5- 2,4 dan indikator lain sudah dinyatakan
baik (Mean 2,4 – 3,0), terdapat empat Indikator yang perlu diperhatikan dan
diperbaiki, karena terdapat persepsi tamu yang menyatakan kurang. Indikator
tersebut adalah : ketersediaan amenities di kamar mandi (13%) , kenyamanan
kamar (13 %), keamanan kamar (13%), Kebersihan lingkungan (25%)
D. Persepsi Manajemen Tours and Travels tentang Pengelolaan Desa Wisata Bedulu.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara dan kuisioner
bahwaPersepsi Manajemen Tour and Travel (Golden Kris dan Talisman)
tentang Pengelolaan Desa Wisata Bedulu didapatkan data sebagai berikut :
TABEL 03
PERSEPSI MANAJEMEN TOURS AND TRAVEL TENTANG PENGELOLAAN
DESA WISATA BEDULU
NO INDIKATOR
PERSEPSI
TRAVEL
MANAJEMEN
AGENT
TALISMAN GOLDEN
KRIS
KETERANG
AN
1 Ketrampilan Pegawai dalam
menangani /melayani tamu
Baik sedang
2 Cara pegawai berkomunikasi
dengan tamu
Baik sedang
3 Sikap Pegawai dalam
melayani tamu
Baik Baik
4 Kesigapan pegawai dalam
menangani keluhan
tamu/masalah
Baik sedang
5 Kesiapan pegawai dalam
membantu kesulitan yang
dirasakan tamu
Baik sedang
6 Kemampuan manajemen
dalam menumbuhkan iklim
kerjasama yang saling
menguntungkan
Baik sedang
7 Kemampuan manajemen
melakukan penataan
administrasi
Baik Baik
8 Kemampuan manajemen
dalam menyusun program
untuk tamu
Baik sedang
9 Atraksi budaya yang dikemas
dalam program
Baik Baik
10 Atraksi alam yang dikemas
dalam program
Baik sedang
11 Kebersihan lingkungan sedang sedang
12 Prospek pemasaran Baik Baik
Selain persepsi , diperoleh data tentang :
1) Potensi Pasar jenis wisata ini (Pariwisata Berbasis Masyarakat/ Community Based
Tourism) sangat baik karena wisatawan Eropa mulai menggemarinya dan ada
kecendrungan wisatawan Eropa menyenangi hal-hal yang alami (Back to Natural )
2) Negara pasar potensial jenis wisata ini (Pariwisata Berbasis Masyarakat/ Community
Based Tourism) adalah Negara Eropa terutama Perancis, Belanda, Belgia, Inggris )
3) Kesan para wisatawan secara umum setelah melakukan kunjungan adalah rata – rata
senang dan tertarik.
4) Hambatan /tantangan dalam memasarkan jenis wisata adalah adanya keterbatasan
pasar yaitu wisatawan golongan tertentu dan hanya beberapa negara Eropa
5) Saran- saran untuk perbaikan dimasa yang akan datang :
a) Agar melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Tours and Travel lain,
Guide, dan pelaku Pariwisata lainnya
b) Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusianya
c) Menjaga dan meningkatkan kebersihan lingkungan
d) Harus ada yang menyambut tamu pada saat tamu check in
e) Koresponden melalui email harus lebih intensif
f) Agar mulai membuat Website yang mudah diakses
g) Agar dibuat sistem dan penanganan reservation yang baik
E. Bentuk Partisipasi /Dukungan dan manfaat yang didapat/dirasakan masyarakat
(selain yang aktif /menjadi anggota Kelompok DEWI) dalam pengembangan
Pariwisata yang berbasis Masyarakat (CBT) di Desa Bedulu:
1. Bentuk partisipasi/dukungan masyarakat (selain yang aktif /menjadi anggota
Kelompok DEWI) dalam pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat
(Community Based Tourism) di desa Bedulu
Dari hasil penelitian dapat diketahui dukungan masyarakat secara umum
sangat baik, Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa :
a. Masyarakat secara bersama-sama menjaga keamanan, kebersihan
lingkungan desa
b. Selalu bersikap sopan dan ramah kepada wisatawan yang berkunjung
c. Menjaga kelestarian budaya yang dimiliki
d. Memberikan kesempatan wisatawan (tamu) melihat apabila ada upacara
di Pura atau upacara keluarga
e. Memberikan kesempatan wisatawan berkunjung kerumahnya
2. Manfaat Yang dirasakan Masyarakat
a. Masyararakat aktif terlibat dalam aktivitas Pariwisata (anggota Kelompok
DEWI) menyatakan :
1) Dapat menambah pendapatan keluarga (keuntungan ekonomi) dari
honorarium Pengelolaan, sewa rumah, penyediaan makanan dan
minuman, honorarium aktivitas pertunjukan budaya/atraksi budaya
seperti menari, menabuh, memasak, melukis,
2) Dapat memanfaatkan kamar untuk dipakai sendiri jika tidak ada tamu.
3) Dapat memanfaatkan waktu luang secara baik sehingga mengurangi
kegiatan yang tidak bermanfaat seperti melakukan perjudian,
4) Dapat belajar budaya asing dari wisatawan seperti apa pola hidup
orang asing yang bisa ditiru seperti tepat waktu, kebersihan rumah,
lingkungan, belajar mengerti bahasanya dan lain-lain
5) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul
usaha baru menjual barang kerajinan
6) Dapat teman baru karena wisatawan dianggap seperti keluarga
7) Dapat melestarikan seni budaya yang dimiliki
b. Masyarakat aktif terlibat dalam aktivitas Pariwisata (bukan anggota
Kelompok DEWI) menyatakan :
1) dapat menambah pendapatan keluarga (keuntungan ekonomi) dari,
honorarium aktivitas pertunjukan budaya/atraksi budaya seperti
menari, menabuh, memasak, melukis,
2) Dapat memanfaatkan waktu luang secara baik sehingga mengurangi
kegiatan yang tidak bermanfaat seperti melakukan perjudian,
3) Dapat belajar budaya asing dari wisatawan seperti apa pola hidup
orang asing yang bisa ditiru seperti tepat waktu, kebersihan rumah,
lingkungan , belajar mengerti bahasanya dan lain-lain
4) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul
usaha baru menjual barang kerajinan, menambah komuditi
warungnya dengan barang-barang yang berhubungan aktivitas
pariwisata
c. Masyarakat tidak aktif (umum/pasif)
1) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul
usaha baru menjual barang kerajinan, menambah komuditi
warungnya dengan barang-barang yang berhubungan aktivitas
pariwisata
2) Dapat hiburan jika ada pertunjukan
3) Merasakan kebersihan lingkungan
d. Lembaga Desa
1) Adanya sumber pendapatan baru desa(sumbangan dari hasil
pengelolaan pariwisata)
2) Lebih mudah menggerakkan masyarakat dalam melakukan kegiatan
kebersihan lingkungan
3) Lebih mudah menggerakkan masyarakat dalam menjaga keamanan
lingkungan
F. Strategi Pengembangan Desa Wisata Bedulu dalam rangka Pemberdayaan
Masyarakat menuju Pengembangan Pariwisata yang berkelanjutan.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dapat dilakukan
identifikasi faktor-faktor internal yaitu faktor Kekuatan (strangs) dan
Kelemahan (weakness) dan faktor eksternal yaitu peluang (opportunity) dan
ancaman (thearts) selanjutnya dapat disusun strategi dalam matrik SWOT
sebagai berikut.
TABEL 04
STRATEGI SWOT PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS
MASYARAKT (COMMUNITY BASED TOURISM) DI DESA BEDUL
IFAS
STRANGS (S)
1. Sistem Pengelolaan
/kelembagaan sudah
teratur,transparan,
acountable
2. Tersedianya prasarana dan
sarana pendukung
pariwisata seperti :
a. sarana akomudasi (rumah
penduduk yang direnovasi
sesuai standar (14 kamar)
b. atraksi pariwisata:
1) Atraksi alam berupa
persawahan, sungai,
ladang yang masih alami
2) Atraksi budaya berupa
WEAKNESS(W)
1. Pengembangan desa
wisata ini belum cukup
dikenal
2. Kerjasama dengan
Perusahaan Tour and
Travel masih sedikit
(hanya 2 perusahaan)
3. Kemampuan surat
menyurat (koresponden)
masih kurang
4. Sarana promosi masih
sangat kurang seperti :
belum adanya brosur,
website, petunjuk
informasi tentang desa
kesenian barong, seni
tari, pola kehidupan
masyarakat seperti
membuat masakan bali,
membuat gerabah,
menggambar telur,
peninggalan arkeologi
(sarkopogus),kegiatan
upacara keagamaan
(hindu) dan obyek wisata
goa gajah ,Pura samuan
Tiga
c. Akses jalan sangat baik
dan berada pada jalur
menuju objek wisata ubud,
tampak siring, Kintamani
d. Tersedia transportasi yang
baik
e. Pelayanan yang diberikan
sudah baik secara umum
dapat memuaskan tamu
f. Keramah tamahan
penduduk
wisata.
5. Belum menguasai sistem
pemasaran berbasis
teknologi
6. Belum memiliki tenaga
yang profesional pada
bidang reservation dan
reception
7. Kemampuan bahasa asing
tenaga pengelola dan tuan
rumah khususnya bahasa
Perancis sangat kurang
8. Keterbatasan modal usaha
(keuangan)
9. Lingkungan masih kotor
10. Masih terdapat sebagian
kecil masyarakat yang
belum memiliki pengertian
dan pemahaman yang
sama tentang
pengembangan CBT
EFAS
g. Dukungan masyarakat
sangat baik
h. Adanya dukungan dari
instansi non Pemerintah
seperti BHA (Bali Hotel
Assosiasi), Lembaga
Pendidikan Pariwisata,
CBT center
i. Mengemas atraksi alam
maupun budaya/pola hidup
yang unik yang dimiliki
dalam produk-produk
pilihan
OPPORTUNITIES (0)
1. Semakin banyak
wisatawan yang berminat
pada jenis Pariwisata
berbasis pedesaan /eko
tourism berarti prospek
Pasar semakin baik
STRATEGI S0
1. Melakukan pendekatan
yang lebih intensif kepada
Pemerintah untuk
mendapatkan bantuan
PNPM Pariwisata Mandiri
2. Secara pro aktif
STRATEGI WO
1. Melakukan strategi
promosi yang lebih
intensif seperti :
a. Membuat web site di
internet
b. Membuat brosur
2. Trend saat ini
berkembangnya pariwisata
alam (back to natural)/ eko
tourism
3. Adanya dukungan dari
Pemerintah Pusat melalui
bantuan PNPM Pariwisata
Mandiri, DisBudpar Bali
dan kabupaten Gianyar
melakukan pendekatan
kepada instansi non
Pemerintah maupun
lembaga Pendidikan
Pariwisata untuk selalu
memdapat bimbingan
maupun konsultasi tentang
Peningkatan profesional
pengelolaan Pariwisata
3. Melakukan pertemuan
dengan melibatkan seluruh
steaks holder untuk
meyakinkan pemerintah,
Para perusahaan Travels
Agent tentang potensi desa
Bedulu yang layak untuk
dipromosikan menjadi
tempat wisata
c. Membuat papan
pengenal desa wisata
Bedulu
2. Mengankat pegawai
profesional atau melatih
anggota ke;ompok untuk
dapat menangani bagian
reservation dan reseption
3. Membuat kursus bahasa
Perancis untuk seluruh
tuan rumah yang
rumahnya dipakai sarana
akomudasi
4. Menambah jalinan
kerjasama dengan
Perusahaan Travels agent
maupun Hotel-hotel
5. Mohon bantuan PNPM
mandiri Pariwisata kepada
Pemerintah , lembaga
keuangan untuk dapat
pinjaman lunak
THEARTS (T)
1. Adanya isyu dan berita
negatif tentang kondisi
Pariwisata Bali (sampah
dan kemacetan)
2. Situasi keamanan Negara
yang belum sangat aman
dimana masih adanya
teroris
3. Persaingan dunia
Pariwisata yang semakin
ketat
4. Adanya komersialisasi
seni budaya
5. Keterbatasan Pasar Wisata
dari segi Negara asal
wisatawan maupun umur
STRATEGI ST
1. Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
pelayanan kepada
wisatawan dan selalu
melakukan evaluasi diri
2. Mengintensifkan
siskamling desa
3. Mengintensifkan
pendataan penduduk
pendatang (aparat Desa
Bedulu)
4. Menyuguhkan
keanekaragaman atraksi
budaya yang dimiliki
5. Mengintensifkan strategi
pemasaran
6. Menjalin komunikasi yang
baik dan berkelanjutan
dengan wisatawan yang
telah berkunjung
STRATEGI WT
1. Melakukan Pengelolaan
sampah yang baik dan
benar (pemisahan sampah
organik dan an organik )
2. Memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang
sapta pesona dan CBT
terutama pentingnya
kebersihan lingkungan
3. Selalu meyakinkan kepada
tamu yang berkunjung
bahwa Bali tempat yang
aman untuk dikunjungi
Dari matrik SWOT dapat dikemukakan bahwa strategi pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat (community Based Tourism) di Desa Bedulu sebagai berikut :
1. STRATEGI SO (stranght – oportunity)
a. Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk mendapatkan
bantuan PNPM Pariwisata Mandiri
b. Secara pro aktif melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah maupun lembaga
Pendidikan Pariwisata untuk selalu memdapat bimbingan maupun konsultasi tentang
Peningkatan profesional pengelolaan Pariwisata
c. Melakukan pertemuan dengan melibatkan seluruh steaks holder untuk meyakinkan
pemerintah, Para perusahaan Travels Agent tentang potensi desa Bedulu yang layak
untuk dipromosikan menjadi tempat wisata
2. STRATEGI WO (Weakness – Oportunity)
a. Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti :
1) Membuat web site di internet
2) Membuat brosur
3) Membuat papan pengenal desa wisata Bedulu
b. Mengankat pegawai profesional atau melatih anggota ke;ompok untuk dapat
menangani bagian reservation dan reseption
c. Membuat kursus bahasa Perancis untuk seluruh tuan rumah yang rumahnya dipakai
sarana akomudasi
d. Menambah jalinan kerjasama dengan Perusahaan Travels agent maupun Hotel-hotel
e. Mohon bantuan PNPM mandiri Pariwisata kepada Pemerintah , lembaga keuangan
untuk dapat pinjaman lunak
f. Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan yang telah
berkunjung
c. Selalu meyakinkan kepada tamu yang berkunjung bahwa Bali tempat yang aman untuk
dikunjungi
3. STRATEGI ST (Stanght – Theart )
a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan dan selalu
melakukan evaluasi diri
b. Mengintensifkan siskamling desa
c. Mengintensifkan pendataan penduduk pendatang (aparat Desa Bedulu)
d. Menyuguhkan keanekaragaman atraksi budaya yang dimiliki
e. Mengintensifkan strategi pemasaran
4. STRATEGI WT (Weakness – Thearth)
a. Melakukan Pengelolaan sampah yang baik dan benar (pemisahan sampah organik dan
an organik )
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan CBT terutama
pentingnya kebersihan lingkungan
SIMPILAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Tata kelola Pengembangan Pariwisata berbasis Masyarakat (Community Based
Tourism masih sederhana yaitu dengan sistem manual, dengan keterbatasan
sumber daya manusia yang profesional bidang pemasaran, reseptionis,
reservation, tour guide, akan tetapi accontable, transparan. Jumlah tamu
menginap dalam dua tahun sejak dimulai (juli 2009-juli 2011) = 382 orang, rata-
rata tingkat Occupancy = 1,833 % (sangat rendah) , rata-rata menginap = 2
malam, jumlah kamar tejual = 208 kamar (masih sedikit) dari total kamar tersedia
yaitu 12.000
2. Profil wisatawan yang berkunjung masih terbatas dari Eropa, dengan umur
wisatawan 50 tahun ke atas, dengan profesi petani, tukang, guru, jurnalis
3. Persepsi wisatawan terhadap pelayanan adalah dalam kategori baik (mean 2,832)
dengan besarnya Persentase :Baik (85,6%), Sedang (12 %), Kurang 2,4 %)
4. Persepsi Perusahaan Tours and Travel terhadap pengelolaan CBT di Desa Bedulu
5. Bentuk dukungan /partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pariwisata
berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu adalah
Masyarakat secara bersama-sama menjaga keamanan, kebersihan lingkungan
desa,Selalu bersikap sopan dan ramah kepada wisatawan yang
berkunjung,menjaga kelestarian budaya yang dimiliki, memberikan kesempatan
wisatawan (tamu) melihat apabila ada upacara di Pura atau upacara keluarga
6. Manfat yang didapat Masyarakat dalam pengembangan Pariwisata berbasis
masyarakat (Community Based Tourism )adalah adanya pendapatan /keuntungan
ekonomi, pengisi waktu luang, kebersihan dan keamanan lingkungan, timbulnya
kreatifitas berbisnis, pelestarian alam dan budaya
7. Strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan Pariwisata berbasis
masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu adalah :
a. STRATEGI SO (stranght –Oportunity)
1) Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk
mendapatkan bantuan PNPM Pariwisata Mandiri
2) Secara pro aktif melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah
maupun lembaga Pendidikan Pariwisata untuk selalu memdapat
bimbingan maupun konsultasi tentang Peningkatan profesional
pengelolaan Pariwisata
3) Melakukan pertemuan dengan melibatkan seluruh steaks holder untuk
meyakinkan pemerintah, Para perusahaan Travels Agent tentang potensi
desa Bedulu yang layak untuk dipromosikan menjadi tempat wisata
b. STRATEGI WO (Weakness – Oportunity)
1) Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti :
a) Membuat web site di internet
b) Membuat brosur
c) Membuat papan pengenal desa wisata Bedulu
2) Mengankat pegawai profesional atau melatih anggota ke;ompok untuk
dapat menangani bagian reservation dan reseption
3) Membuat kursus bahasa Perancis untuk seluruh tuan rumah yang
rumahnya dipakai sarana akomudasi
4) Menambah jalinan kerjasama dengan Perusahaan Travels agent maupun
Hotel-hotel
5) Mohon bantuan PNPM mandiri Pariwisata kepada Pemerintah , lembaga
keuang
6) Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan
yang telah berkunjung
3) Selalu meyakinkan kepada tamu yang berkunjung bahwa Bali tempat
yang aman untuk dikunjungi
c. STRATEGI ST (Stanght – Theart )
1) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada
wisatawan dan selalu melakukan evaluasi diri
2) Mengintensifkan siskamling desa
3) Mengintensifkan pendataan penduduk pendatang (aparat Desa Bedulu)
4) Menyuguhkan keanekaragaman atraksi budaya yang dimiliki
5) Mengintensifkan strategi pemasaran
d. STRATEGI WT (Weakness – Thearth)
1) Melakukan Pengelolaan sampah yang baik dan benar (pemisahan
sampah organik dan an organik )
2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan
CBT terutama pentingnya kebersihan lingkungan
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas dapat disarankan :
1. Agar partisipasi dan dukungan masyarakat desa dipelihara dengan baik
2. Pemeliharaan kebersihan dan ke asrian lingkungan lebih ditingkatkan
3. Pengelolaan sampah agar lebih baik
4. Menggali potensi – potensi yang dapat dijadikan program pariwisata pilihan atau
tambahan dalam program paket wisata.
5. Mempertahankan pelayanan kepada wisatan yang dilakukan
6. Membuat Guest comment dan dilakukan analisis paling tidak enam bulan sekali
sehingga kualitas pelayanan kepada wisatawan selalu dapat dipertahankan dan
ditingkatkan
7. Koresponden dengan steak holder terutama travel agent tetap dijaga dan pro aktif
8. Agar alternatif strategi Pengembangan yang telah dirumuskan dalam penelitian
ini dapat dilaksanakan dengan skala prioritas disesuaikan situasi dan kondisi serta
kemampuan dana,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2000, Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata untuk Pe ngembangan Kualitas Hidup
SecaraBerkelanjutan (Jakarta: Proyek Agenda 21 Sektoral Kerjasama Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan UNDP,
Adams, W.M.,1990, Green Development and Sustainability in the Word,London : Routledge
Arikunto,Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, Rineka Cipta.Jakarta
Aronsson, Lars, 2000, The Development of Sustainable Tourism: London ,Continum
Baiquni, M, 2002 “Integrasi Ekonomi dan Ekologi dari Mimpi Menjadi Aksi,” dalam Wacana,
III, 12,
Becker, Egon, & T. Jahn (eds.),1999. Sustain-ability and The Social Sciences (New York:
UNESCO and SOI
Depbudpar, 2009, pengembangan pariwisata, jakarta
Derektorat Pemberdayaan Masyarakat depbudpar,2009 pengembangan inti rakyat, Jakarta
Fakih, Mansour, 2001, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi ,Yogyakarta: Pustaka
Pelajar dan Insist Press
Indriati, Etty,2001, Menulis Karya Ilmiah (artikel,Skripsi,Tesis dan desertasi, Gramedia Pustaka
Utama, jakarta
Wikepedia, 2011 pengembangan desa wisata
Geogle, 2011, PNPM mandiri
Garrod, Brian,2001 Local Partisipation in the Planning and Management of Eco Tourism : A
Rivised Model Approach ,Bristol : University of The West Of England
Hajar Ibnu S, 1999, Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan, Raja
Grafindo Prasada Jakarta
Mowfort,Martin & I, Munt,1998, Tourism and Sustainability New Tourism in the Word, London
: Routedge
Richard Sharpley, 2000, “Tourism and Sustainable Development : Exploring the Theorical
Divice” Journal of Sustainable Tourism, VIII (1-19)
Simamora.Bilson,2004, Panduan Riset Prilaku Konsumen, Gratmedia Pustaka Utama, Jakarta
Suansri, Potjana, 2003, Community Based Tourism Hand Book , Thailand : Rest Project
Sugiyono, 200Metode Penelitian Bisnis, CV.alfa beta, Bandung
Suryabrata, Sumadi, 1983, Metode Penelitian, Raja Grafindo Prasada Jakarta
Timothy, DJ, 1999, “ Participatory Planning a View of Tourism in Indonesia” dalam Annuals
Review of Tourism Research,XXVI (2), Jakarta
Yaman, Amat Ramsa & A. Mohd, 2004, “Community Based Ecotourism: New Proportion for
Sustainable Development and environment Conservation in Malaysia” Journal of Applied
Sciences IV (4)

More Related Content

Similar to Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptxEKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptxBagasMaulana28
 
Sukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis PariwisataSukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis PariwisataNoersal Samad
 
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesiaSelling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesiaJambuMaduHijauMakass
 
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber dayaPengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber dayaRai Utama I Gusti Bagus
 
RENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docxRENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docxKangMargino
 
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdfa5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdfAndreWibisono4
 
MAJENE_POKDARWIS.pptx
MAJENE_POKDARWIS.pptxMAJENE_POKDARWIS.pptx
MAJENE_POKDARWIS.pptxjenalabidin17
 
Tugas 4 parwis khonsa 15211019
Tugas 4 parwis   khonsa 15211019Tugas 4 parwis   khonsa 15211019
Tugas 4 parwis khonsa 15211019Khonsa Irfani
 
Buku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDF
Buku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDFBuku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDF
Buku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDFVyaGlow
 
Potensi kearifan lokal.pptx
Potensi kearifan lokal.pptxPotensi kearifan lokal.pptx
Potensi kearifan lokal.pptxMetaWadi1
 
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdfekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdfRohanaJuitaRamahLumb
 
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang KepariwisataanUndang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang KepariwisataanPenataan Ruang
 
Uu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG Kepariwisataan
Uu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG KepariwisataanUu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG Kepariwisataan
Uu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG KepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Uu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataan
Uu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataanUu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataan
Uu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataanArief Komarudin
 
Paparan Sosialisasi Desa Wisata.pptx
Paparan Sosialisasi Desa Wisata.pptxPaparan Sosialisasi Desa Wisata.pptx
Paparan Sosialisasi Desa Wisata.pptxMediaInformasi
 
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptx
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptxPENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptx
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptxEdwinKusuma9
 
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptxBudaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptxSatrioSitumorang
 

Similar to Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (20)

EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptxEKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
 
Sukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis PariwisataSukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis Pariwisata
 
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesiaSelling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
 
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber dayaPengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
 
RENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docxRENCANA ACUAN KERJA.docx
RENCANA ACUAN KERJA.docx
 
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdfa5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
a5ee9c6a7d13eb399f1a885e2ddf0e32.pdf
 
1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
MAJENE_POKDARWIS.pptx
MAJENE_POKDARWIS.pptxMAJENE_POKDARWIS.pptx
MAJENE_POKDARWIS.pptx
 
Tugas 4 parwis khonsa 15211019
Tugas 4 parwis   khonsa 15211019Tugas 4 parwis   khonsa 15211019
Tugas 4 parwis khonsa 15211019
 
Buku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDF
Buku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDFBuku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDF
Buku_Panduan_Pengembangan_DWH1.PDF
 
Potensi kearifan lokal.pptx
Potensi kearifan lokal.pptxPotensi kearifan lokal.pptx
Potensi kearifan lokal.pptx
 
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdfekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
 
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang KepariwisataanUndang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
 
Uu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG Kepariwisataan
Uu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG KepariwisataanUu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG Kepariwisataan
Uu NOMOR 10.TAHUN 2009 TENTANG Kepariwisataan
 
Uu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataan
Uu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataanUu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataan
Uu no. 10 thn 2009 ttg kepariwisataan
 
775-1649-1-PB.pdf
775-1649-1-PB.pdf775-1649-1-PB.pdf
775-1649-1-PB.pdf
 
Paparan Sosialisasi Desa Wisata.pptx
Paparan Sosialisasi Desa Wisata.pptxPaparan Sosialisasi Desa Wisata.pptx
Paparan Sosialisasi Desa Wisata.pptx
 
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptx
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptxPENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptx
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT.pptx
 
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptxBudaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

  • 1. PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT (COMMUNITY BASED TOURISM) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi kasus di Desa Bedulu, Blah Batuh, Gianyar) Oleh : I Wayan Pantiyasa ,Dosen STPBI Denpasar ABSTRAK Development of tourism pattern known as the "Community Base Tourism" is the tourism development around the tourist activity takes place and mingle with the rural communities. The added value gained from the development of community-based tourism / rural are (1) the rural population can serve as actors, they can provide shelter for tourists, provision of food and beverages, laundry services, business services transportation, and other services. (2) Increasing consumption of local products (vegetables, fruits, crafts, traditional foods, and others, working sethingga will drive business continuity and locality-based tradition. (3) Encourage the empowerment of local labor, such as the provider of the art attraction culture, crafts, etc.). (4) increasing public awareness of the values and traditions of local culture and unique natural environment dimiliki.Strategi community-based Tourism Development in the Village Bedulu viewed from several aspects of the management organization, Profile of Tourists visiting, Perception of tourists who stay on the Service, Perception travel agents to tourist Bedulu village management, Participation / community-based Tourism. developing support can empower rural communities so as to improve the welfare of villagers. Keyword : community bases development, management of tourist area, tourist perception, tour and travel, development strategie.
  • 2. Pengembangan pola pariwisata yang dikenal dengan nama “community Base Tourism” (Pariwisata berbasis Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata dikembangkan dimana seluruh aktivitas wisatawan berlangsung dan berbaur dengan masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1) penduduk pedesaan dapat berperan sebagai pelaku , mereka dapat menyediakan tempat tinggal bagi wisatawan, penyediaan makanan dan minuman, jasa laundry,jasa usaha angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2) meningkatnya konsumsi produk lokal (sayuran, buah-buahan, seni kerajinan, makanan khas,dan lain- lain, kerja sethingga akan mendorong kelangsungan usaha yang berbasis tradisi dan kelokalan. (3) mendorong pemberdayaan tenaga kerja setempat, misalnya sebagai penyedia atraksi seni budaya, kerajinan dan lain-lain). (4) meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal serta keunikan lingkungan alam yang dimiliki.Strategi Pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat di Desa Bedulu dilihat dari beberapa aspek yaitu Organisasi pengelolaan, Profil Wisatawan yang berkunjung, Persepsi wisatawan yang menginap terhadap Pelayanan,Persepsi Travel agent terhadap pengelolaan Desa wisata Bedulu, Partisipasi /dukungan Masyarakat.Pengembangan Pariwisata Berbasis masyarakat dapat memberdayakan Masyarakat pedesaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga desa. Keyword : pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, manajemen pengelolaan kawasan wisata, persepsi wisatawan, tour and travel, strategi pengembangan
  • 3. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor Pariwisata merupakan salah satu instrument yang sangat effectif dalam upaya mendorong Pembangunan Daerah, pemberdayaan masyarakat, serta dalam upaya penanggulangan /pengentasan kemiskinan. Dapat disebutkan demikian karena sektor Pariwisata adalah sektor yang dapat dikembangkan oleh daerah-daerah dengan potensi daerahnya masing-masing seperti potensi alam yang dimiliki, keragaman budaya serta tatanan kehidupan masyarakatnya. Disamping itu apabila Pariwisata dapat berkembang maka selain dapat menghasilkan devisa untuk Negara,membuka kesempatan kerja , Deversifikasi ekonomi, Pariwisata dapat memaikan peran Multi player effect yaitu Pariwisata dapat menggerakkan sektor lainnya seperti ; sektor perkebunan, peternakan, industri pakaian, industri kerajinan, serta berbagai sektor jasa. Dampak positif lainnya dari pengembangan sektor Pariwisata dalam kehidupan sosial masyarakat adalah adanya kesadaran masyarakat akan potensi alam dan warisan budaya yang dimililiki, kesadaran akan hidup bersih, meningkatnya dan wawasan serta informasi masyarakat tentang dunia internasional,serta dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap daerahnya. Menurut Undang-Undang nomer 25 Tahun 2000 tentang Pembangunan Nasional, bahwa tujuan Pembangunan Pariwisata adalah : (1) mengembangkan deversifikasi produk dan kualitas Pariwisata Nasional, (2)berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian dan sumberdaya (pesona) alam local, (3) mengembangkan serta memperluas pasar wisata.(Dep.Budpar,2000). Tujuan Pembangunan Pariwisata didasari atas Visi Kepariwisataan Indonesia adalah “Pariwisata menumbuhkembangkan kesejahteran dan
  • 4. perdamaian”(Depbudpar ,2000). Hal yang terkandung dalam visi ini adalah (1) Pariwisata menjadi andalan Pembangunan Nasional secara seimbang mempertimbangkan bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya untuk kelangsungan hidup bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. (2 )Terciptanya suasana nyaman, aman dan damai dimasyarakat Indonesia dan terjalinnya perdamaian dengan bangsa di dunia. Pola pengembangan Pariwisata dalam 5 dasa warsa ini masih pada pola pengembangan pariwisata isolation(Tourist Enclaves) yaitu pengembangan pariwisata wilayah tertentu.Pola pengembangan ini secara nyata telah dapat memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan Pembangunan Nasional umumnya dan khususnya terhadap Pembangunan dan peningkatan kesejahteraan Masyarakat Bali jika dicermati lebih mendalam lagi pola pengembangan Pariwisata ini memiliki kecendrung memberi manfaat yang lebih besar kepada pemodal besar sedangkan masyarakat dipedesaan lebih banyak menjadi obyek, padahal masyarakat pedesaanlah sebenarnya sebagai steak holder yang berperan besar dalam pengembangan dan keberlanjutan pariwisata,dimana masyarakat pedesaan yang berperan besar dalam pelestarian budaya, pelestarian alam, pelestarian warisan leluhur, penciptaan keamanan. Sejalan dengan visi Pariwisata Indonesia dan Tujuan pembangunan Pariwisata sesuai Undng-undang Nomer 25 tahun 2000 timbul paradigma baru yaitu pengembangan pariwisata dengan pola “Integration” yaitu pengembangan pariwisata dimana wisatawan hidup tigal secara bersama-sama dengan masyarakat/penduduk local. Pengembangan pola pariwisata ini dikenal dengan nama “community Base Tourism” (Pariwisata berbasis Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata dikembangkan dimana seluruh aktivitas wisatawan berlangsung dan berbaur dengan masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang
  • 5. diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1) penduduk pedesaan dapat berperan sebagai pelaku , mereka dapat menyediakan tempat tinggal bagi wisatawan, penyediaan makanan dan minuman, jasa laundry,jasa usaha angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2) meningkatnya konsumsi produk lokal (sayuran, buah- buahan, seni kerajinan, makanan khas,dan lain-lain, kerja sethingga akan mendorong kelangsungan usaha yang berbasis tradisi dan kelokalan. (3) mendorong pemberdayaan tenaga kerja setempat, misalnya sebagai penyedia atraksi seni budaya, kerajinan dan lain- lain). (4) meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal serta keunikan lingkungan alam yang dimiliki. Pemerintah sebagai steak holder dalam pembangunan pariwisata melalui kementrian Kebudayaan dan Pariwisata terkoordinasi dengan Kemetrian koordinasi Kesejahteraan rakyat sangat mendukung pola pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan /pedesaan dengan meluncurkan PNPM (Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)Mandiri Pariwisata.” Pelaksanaan PNPM mandiri dimaksudkan untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dengan basis pariwisata sehingga diharapkan dapat memberikan efek ganda terutama kepada penduduk lokal di desa wisata. Program ini merupakan upayalebih konkrit menyentuh kepariwisataan agar rakyat dapat langsung berkiprah untuk memberdayakan dirinya”( Dirjen Dinas Budpar 2010).”Program ini telah berlangsung dari Tahun 2009 yang diberikan kepada 104 desa di seluruh Indonesia dengan anggaran rata-rataRp. 50.000.000 dan ditahun 2010 naik menjadi 200 desa dengan anggaran dinaikan 96 % sehingga menjadi Rp.80 juta – Rp.90.juta per desa.Dana ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki fasilitas seperti
  • 6. membangun fasilitas home stay, mengolah bahan baku lokal untuk souvenir dan kuliner, serta kegiatan berbasis dari sumberdaya desa setempat”(Depbudpar 2010) Dari hasil pertemuan –pertemuan antara desa penerima PNPM Mandiri Pariwisata dengan Pejabat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Bali dan beberapa steak holder ternyata masih banyak desa-desa penerima PNPM mandiri pariwisata yang belum siap mengelola desa wisata seperti yang diharapkan bahkan masih ada beberapa yang menaruhd ana tersebut di Bank. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam factor diantaranya : kurangnya pengetahuan dan skill dalam pengelolaan desa wisata sehingga mereka kebingungan dari mana memulai, kurangnya kemampuan berbahasa asing , Daya dukung yang sangat terbatas seperti penyediaan sarana akomudasi, penyediaan makanan dan minuman, system pemasaran ,tidak ada konsultan yang membimbing dan lain-lain. Desa Bedulu yangterletak di kabupaten Gianyar sebagai salah satu desa yang dikembangkan menjadi desa wisata sejak tahun 2009 yang lalu oleh sekelompok warga desa (kelompok sadar wisata /POK DARWIS) .Kelompok Sadar Wisata ini walaupun belum mendapat bantuan dari pemerintah dalam bentuk PNPM Pariwisata maupun dana pendamping pengembangan objek wisata, dengan semangat gotong royong sesama anggota kelompok menghimpun diri untuk memulai mengembangkan desanya menjadi sebuah desa wisata dengan memanfaatkan rumah anggota kelompok menjadi sarana akomudasi, menyuguhkan atraksi budaya setempat seperti tari-tarian (barong, dan tarian Bali oleh para remaja Desa)disamping itu juga memberi pengalaman baru kepada wisatawan tentang cara memasak khas makanan Bali seperti jajanan Bali, membuat sate. Pengalaman lain juga diberikan seperti membuat gerabah, Atraksi alam dikemas dengan
  • 7. mengajak wisatawan tracking kesekeliling desa yang masih asri seperti sawah, kebun, sungai. Desa Bedulu memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi desa wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Potensi wisata yang dimiliki antara lain : peninggalan arkeologi yang tersebar dipelosok desa, berdekatan dengan objek wisata Goa gajah, Pura Samuan Tiga , adanya beberapa Puri bekas Kerajaan, atraksi alam yang indah, akses yang dekat dengan kawasan ubud yang sudah terkenal dan masih banyak potensi wisata lainnya. Yang perlu mendapat perhatian adalah perkembangan pariwisata ini masih lambat dimana dimana tamu (wisatawan) yang datang berkunjung masih sedikit yaitu rata-rata occupancy1,83% perbulannya dengan rata-rata lama menginap 2 malam, sehingga sampai saat ini masih belum mendatangkan keuntungan secara ekonomi yang layak bagi pengelolanya (anggota kelompok), walaupun demikian dengan bermodalkan semangat pantang menyerah dan pinjaman dari Lembaga Perkreditan Desa Bedulu Pengelola tetap menjalankan usaha pengembangan pariwisata ini dengan tetap memberikan pelayanan maksimal kepada para wisawan (tamu)nya. Berkaitan dengan hal tersebut hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam merencanakan strategi yang dapat diaplikasikan dalam pengembangan desa wisata Bedulu yang didasarkan pada tata kelola, persepsi wisatawan yang telah mengunjungi desa Bedulu, respon dari biro perjalanan (travel agent) yang diajak bekerja sama, tanggapan/dukungan masyarakat setempat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah : 1. Bagaimana tata cara pengelolaan Community Based Tourism di desa Bedulu ?
  • 8. 2. Bagaimana profil wisatawan Yang berkunjung ? 3. Bagaimana persepsi wisatawan tehadap pelayanan yang diberikan? 4. Bagimana persepsi pengelola Tours and Travel dalam melakukan kerja sama (mensuplay wisatawan) tentang pengelolaan Community Based Tourism 5. Bagaimana bentuk partisipasi/ dukungan masyarakat setempat 6. Manfaat yang dirasakan dengan adanya pengembangan Community Based Tourism di Desanya 7. Strategi alternatif apa yang dapat dilakukan dalam pengembangan Community Based Tourism sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan Masyarakat Bedulu. C. Tujuan dan kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui tata cara pengelolaan Community Based Tourism di desa Bedulu b) Untuk mengetahui profil dan jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata Bedulu c) Untuk mengetahui Persepsi wisatawan tentang pelayanan yang diberikan selama kunjungan di Desa Wisata Bedulu d) Untuk mengetahui persepsi para pengelola Tours and Travel yang telah melakukan kerjasama mengajak tamunya ke Desa wisata Bedulu tentang pengelolaan Community Based Tourism
  • 9. e) Untuk mengetahui bentuk Partisipasi /dukungan masyarakat setempat dalam pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu f) Untuk mengetahui manfaat yang didapat dengan adanya pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu g) Memberikan alternatif -alternatif dalam strategi pengembangan Community Based Tourism sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat di Desa Bedulu 2. Kegunaan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a) Bagi Peneliti Penelitian ini berguna untuk menggali dan menambah pengetahuan dan pengalaman pada bidang pengembangan pariwista yang berbasis masyarakat (Community Based Tourism ) b) Bagi Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional Hasil Penelitian ini dapat dijadikan dasar penyusunan program pengabdian masyarakat untuk membantu pengembangan pariwisata di desa Bedulu sebagai bentuk kewajiban melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi c) Bagi Pengelola (POK DARWIS) Desa Bedulu Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pihak desa/pengelola berupa 9actor9ve9r- 9actor9ve9r strategi dalam pengembangan desa wisata Bedulu sehingga perkembangannya dapat berkelanjutan dan
  • 10. memberdayakan masyarakat Bedulu secara umum dan anggota Kelompok sadar Wisata khususnya KAJIAN PUSTAKA A. .Landasan Teori 1. Pengertian Desa Wisata Desa wisata merupakan sebuah istilah dalam dunia pariwisata yang menggambarkan sebuah desa yang memiliki sebagian besar komponen-komponen pendukung pariwisata seperti penyediaan akomudasi, atraksi budaya maupun alam,penyediaan makanan dan minuman. Secara teoritis desa wisata dapat didefinisikan sebagai berikut : Desa wisata adalah” suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomudasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dangan tradisi yang berlaku”.(Nuryanty wiendu 1993).pendapat lain menyebutkan “Desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan social ekonomi, social budaya, adat yang khas , memiliki arsitektur dan struktur tata ruang desa kegiatan perekonomian yang unikdan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan misalnya atraksi, akomudasi, makan dan minum dan kebutuhan wisata lainnya”(Pariwisata Inti Rakyat, 1999) Edward Inskeep dalam Tourism Planning An Integrated and sustainable Development approach memberikan definisi “Village Tourism ,where smallgroups of
  • 11. tourist stay in or near tradition, often remote villages and learn about village lifeand local environment “.(Wikipedia Indonesia,2011) Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang memiliki keunikan dan daya tarik yang khas baikdaya tarik alam pedesaan/lingkungan fisiknya maupun daya tarik social budaya kemasyarakatannya yang mampu menggerakkan wisatawan berkunjung dan atau tinggal sementara didesa tersebut. 2. Tipe desa wisata “Menurut pola , proses dan tipe pengelolaannya desa wisata terbagi dalam dua bentuk yaitu, tipe terstruktur dan tipe terbuka”(Wikipedia,2011) a. Tipe terstruktur( enclave) Tipe terstruktur ditandai dengan karakter- karakter sebagai berikut: 1) Lahan terbatas yang di lengkapi dengan infra struktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar internasional. 2) Lokasi pada umumnya terpisah dari penduduk lokal sehingga dampak yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditibulkan akan terditeksi sejak dini. 3) Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat perencanaan yang sederhana dan terkoordinir sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana- dana internasional sebagai unsure utama untuk menangkap service - service dari hotel- hotel berbintang lima.
  • 12. b. Tipe terbuka Tipe ini ditandai dengan karakter – karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat dinikmati langsung penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal sehingga sulit dikendalikan. 3. Isyu strategis dalam pengembangan Desa wisata Dalam pengembangan desa wisata ada 6 isyu strategis dalam pengembangan Desa wisata (Depbudpar, 2009): a. Kewirausahaan masyarakat desa Pentingnya menyiapkan orang-orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan pada tataran desa untuk mengelola subsidi pemerintah, pelatihan , kerjasama dengan pihak luar dan lain – lain untuk mengangkat potensi desa setempat sehingga pengembangan desa wisata dapat berkelanjutan b. Skala ekonomi (economic scale) Pengembangan desa wisata tidak mengaburkan ekonomi pedesaan yang sudah berlangsung akan tetapi dapat memmberikan nilai tambah manfaat ekonomi bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat c. Sumber daya 1) Sumber Daya Manusia yang memiliki skill dalam mengelola, dan pelayanan bagi wisatawan yang berkunjung. 2) Pentingnya sarana pendukung berupa media informasi yang dapat memberi gambaran keunikan desa
  • 13. d. Kelestarian Pentingnya menjaga skala pengembangan yang tidak berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, keunikan dan kekhasan desa e. Integrasi dalam Kepariwisataan global Pengembangan Desa Wisata baik atas inisiatis warga masyarakat dan atau dorong Pemerintah perlu diintegrasikan dengan system kepariwisataan global terkait dengan pemasaran olen Tours and travel /tour oprator agar memiliki akses dengan pasar wisatawan. f. Kerangka Kelembagaan Pentingnya kelembagaan yang memadai dalam pengelolaan desa wisatata yang menekankan pada pemberdayaan masyarkat ,transparansi dan akuntabilitas dalam rangka menjamin keberlanjutan desa wisata. 4. Komponen- Komponen dalam strategi Pengembangan desa wisata Menyusun suatu strategi pengembangan desa wisata memerlukan gambaran tentang komponen – komponen yang perlu diperhatikan. Komponen-komponen dalam pengembangan desa wisata sebagai berikut : a. Atraksi dan kegiatan wisata “Atraksi wisata dapat berupa seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam, hiburan, jasa dan lain- lain yang merupakan daya tarik wisata. Atraksi ini memberikan ciri khas daerah tersebut yang mendasari minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut”(karyono, 1997)
  • 14. “Kegiatan wisata adalah apa yang dikerjakan wisatawan atau apa motivasi wisatawan datang ke destinasi yaitu keberadaan mereka disana dalam waktu setengah hari sampai berminggu- minggu”(hadinoto, 1996) b. Akomodasi “Akomodasi pada desa wisata yaitu sebagian dari tempat tinggal penduduk setempat dan atau unit- unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk”(Wikipedia,2011) c. Unsur institusi atau kelembagaan dan SDM Dalam pengembangan desa wisata lembaga yang mengelola harus memiliki kemampuan yang handal. d. Fasilitas pendukung wisata lainnya Pengembangan desa wisata harus memiliki fasilitas- fasilitas pendukung seperti sarana komunikasi. e. Infrastruktur lainnya Insfrastruktur lainnya juga sangat penting disiapkan dalam pengembangan desa wisata seperti sitem drainase, f. Transportasi Transportasi sangat penting untuk memperlancar akses tamu g. Sumber daya lingkungan alam dan 14actor budaya h. Masyarakat Dukungan masyarakat sangat besar peranannya seperti menjaga kebersihan lingkungan, keamanan, keramah tamahan
  • 15. i. Pasar domestik dan Mancanegara Pasar desa wisata dapat pasar wisata domestik maupun mancanegara 5. Konsep Pariwisata berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip –prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan 15actor perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan ke dua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunanan dan perencanaan terken-dali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan ekowisata. Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan. Definisi CBTyaitu: a. bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata b. masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha –usaha pariwisata juga mendapat keuntungan, c. menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan
  • 16. Dengan demikian dalam pandangan Hausler CBT merupakan suatu pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal(baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam manajemen dan pembangunan pariwista yang berujung pa da pemberdayaan politis melalaui kehidupan yang lebih demikratis, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegitan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat. Hauler menyampaikan gagasan tersebut sebagai wujud perhatian yang kritis pada pembangunan pariwisata yang seringkali mengabaikan hak masyarakat lokal di daerah tujuan wisata. Suansri (2003:14) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, dan budaya. CBT merupakan alat pembangun-an komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan kata lain CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Dalam definisi yang disampaikan Suansri, gagasan untuk memunculkan tools berpadigma baru dalam pembangunan pariwisata adalah semata-mata untuk menjaga keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Untuk itu ada beberapa prinsip dasar CBT yang disampaikan Suansri (2003:12) dalam gagasannya yaitu: a. mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam pariwisata, b. mengikutsertakan anggot a komunitas dalam memulai setiap aspek, c. mengembangkan kebanggaan komunitas, d. mengembangkan kualitas hidupkomunitas, e. menjamin keberlanjutan lingkungan,
  • 17. f. mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area, g. membantu berkembangnya pembel ajaran tentang pertukaran budayapada komunitas, h. menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia, i. mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas, j. berperan dalam menentukan prosentasependapatan (pendistribusian pendapatan ) dalam proyek yang ada di komunitas. Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin. Meski dalam prinsip dasar yang disampaikan secara eksplisit Suansri lebih memfokus kan pada kepen-tingan masyarakat lokal tetapi ide utama yang disampaikan Suansri dalam prinsip dasar tersebut adalah hubungan yang lebih seimbang atara wisatawan dan masyarakat lokal dalam industri pariwisata. Keseimbangan yang dimaksud antara lain dalam hal status kepemilikan komunitas, pembagian keuntungan yang adil, hubungan 17actor budaya yang didasari sikap saling menghargai, dan upya bersama untuk menjaga lingkungan. Sebagai tindak lanjut Suansri (2003:21 -22) menyampaikan point-point yang merupakan aspek utama pengembangan CBT berupa 5 dimensi, yaitu: a. Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di 17actor pariwisata, timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektorpariwisata; b. Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki –laki perempuan, generasi mudadan tua, mem-bangun penguatan organisasi komunitas;
  • 18. c. Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk meng hormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran budaya, budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal. d. Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carryng capacity area, mengatur pembuangan sampah, me-ningkatkan keperdulian akan perlunya konservasi; e. Dimesi politik, dengan indikator : meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak dalam pengelolaan sumber daya alam CBT berkaitan erat dengan adanya partisipasi dari masyarakat lokal. Menurut Timothy (1999:372) partisipasi masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif yaitu dalam partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan dan partisipasi masyarakat lokal berkaitan dengan keuntungan yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan CBT,Timmoty menggagas Model normatif partisipasi dalam pembangunan pariwisata yaitu : ada 3 hal pokok dalam perencanaan pariwisata yang partisipatif yaitu a. Berkaitan dengan upaya mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan, b. Adanya partisipasi masyarakat lokal untuk menerima manfaat dari kegiatan pariwisata c. Pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat lokal, yang dikenal dengan nama Albeit Western Perspektif.
  • 19. Ciri-ciri khusus dari Community Based Tourism menurut Hudson (Timothy, 1999:373) adalah berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal serta lain kelompok memiliki ketertarikan/minat, yang memiliki kontrol besar dalam proses sosial untuk mewujudkan kesejahteraan. Sedangkan Murphy (1985:153) menekankan strategi yang terfokus pada identifikasi tujuan masyarakat tuan rumah dan keinginan serta kemampuan mereka menyerap manfaat pariwisata. Menurut Murphy setiap masyarakat harus didorong untuk mengidentifikasi tujuannya sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat lokal. Untuk itu dibutuhkan perencanaan sedemikian rupa sehingga aspek soosial dan lingkungan masuk dalam perencanaan dan industri pariwisata memperhatikan wisatawan dan jutga masyarakat setempat Keuntungan dari pendekatan perencanaan yang partisipatif menurut Drake dan Paula(dalam Garrod, 2001:6) adalah: a. Mengkonsultasikan proyek dengan masya rakat atau melibatkan masyarakat dalam manajemen penerapan proyek dan/atau pengopeasian proyek dapat meningkatkan effisiensi proyek, b. Efektifitas proyek jauh lebih meningkat dengan mengikutsertakan masyarakat yang dapat membantu memastikan jika tujuan proyek bisa ditemu-kan dan keuntungan akan diterima ke –lompok/masyarakat lokal, c. Sebagai capacity building bagi kelompok masyarakat agar mereka memahami apa itu ekowisata dan peranannya dalam pembangunan berkelanjutan. (terjamin bahwa yang terlibat sangat nampak keikutsertaannya secara aktif dalam proyek
  • 20. dengan pelatihan formal/informal serta kegiatan untuk meningkatkan keperdulian), d. Pemberdayaan lokal meningkat dengan memberi masyarakat lokal yang lebih besar terhadap sumber daya dan memutuskan penggunakan sumber daya yang berpeng-aruh/penting sesuai dengan tempat tinggal mereka. (artinya menjamin jika masyarakat lokal menerima keuntungan yang sesuai dengan penggunaan sumberdaya), e. Pembagian keuntungan dengan warisan lokal (local beneficiaries), misal biaya tenaga kerja, biaya keuangan, operasional dan perawatan proyek dan/atau monitoring dan evaluasi proyek. Lebih lanjut Garrod (2001) menyam-paikan elemen-elemen dari perencanaan pariwisata partisipatif yang sukses yaitu: a. Membutuhkan kepemimpinan yang efektif (memiliki kredibilitas sebagai orang yang memahami, empati dan perduli den gan pendapat stakeholder, memiliki kredibilitas sebagai seseorang yang memiliki keahlian yang dibutuhkan di daerah tersebut, mandiri, memiliki kemam-puan mengidentifikasi masalah yang nyata dan tidak nyata, mememiliki kemampuan mengatur partisipan, ber sedia mengem- bangkan kelompok), mampu mengarah-kan keterlibatan yang sifatnya top down ke bottom up), b. Pemberdayaan masyarakat lokal, c. Mengkaitkan keuntungan ekonomi dengan konservasi, d. Melibatkan stakeholder lokalmdalam setiap tahapan proyek, e. Adanya partisipasi lokal mengadakan monitoring dan evaluasi proyek.
  • 21. Sementara itu Yaman & Mohd (2004: 584 -587) menggaris bawahi beberapa kunci pengaturan pembangunan pariwisata dengan pendekatan CBT yaitu: a. Adanya dukungan pemerintah: CBT membutuhkan dukungan struktur yang multi institusional agar sukses dan berkelanjutan. Pendekatan CBT berorientasi pada manusia yang mendukung pem-bagian keuntungan dan manfaat yang adil serta mendukung pengentasan kemiskinan dengan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk tetap menjaga SDA dan budaya. Pemerintah akan berfungsi sebagai fasilitator, kordinator atau badan penasehat SDM dan penguatan kelembagaan. b. Partisipasi dari stakeholder,CBT didiskripsikan sebagai variasi aktivitas yang meningkatkan dukungan yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat. Konservasi sumber daya juga dimaksudkan sebagai upaya me lindungi dalam hal memperbaiki mata pen-caharian /penghidupan masyarakat. CBT secara umum bertujuan untuk penganekaragaman industri, Peningkatan skope partisipasi yang lebih luas ini termasuk parti –sipasi dalamsektor informal, hak dan hubungan langsung/tidak langsung dari lainnya. Pariwisata berperan dalam pem-bangunan internal dan mendorong pembangunanan aktivitas ekonomi yang lain seperti industri, jasa dan sebagainya. Anggota masyarakat dengan kemampuan kewirausahaan dapat menentukan/mem-buat kontak bisnis dengan tour operator, travel agent untuk memulai bisnis baru. c. Pembagian keuntungan yang adil. Ti dak hanya berkaitan dengan keuntungan langsung yang diterima masyarakat yang memiliki usaha di sector pariwisata
  • 22. tetapi juga keuntungan tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang tidak memilki usaha. Keuntungan tidak langsung yang diterima masyarakat dari kegiatan ekowisata jauh lebih luas antara lain berupa proyek pembangunan yang bisa dibiayai dari hasil penerimaan pariwisata. d. Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan. Salah satu kekuatan ekowisata adalah ketergantungan yang besar pada sumber daya alam dan budaya setempat, Dimana aset tersebut dimiliki dan dikelola oleh seluruh anggota masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, termasuk yang tidak memiliki sumber daya keuangan. Hal itu bisa menumbuhkan kepedulian, penghargaan diri sendiri dan kebanggaan pada seluruh anggota masyarakat. Dengan demikian sumber daya yang ada menjadi lebih meningkat nilai, harga dan menjadi alasan mengapa pengunjung ingin datang ke desa. e. Penguatan institusi lokal. Pada awalnya peluang usaha pariwisata di daerah pedesaan sulit diatur oleh lembaga yang ada. Penting untuk melibatkan komite dengan anggota berasal dari masyarakat. Tujuan utamanya adalah mengatur hubungan antara penduduk, sumber daya dan pengunjung. Hal ini jelas mem- butuhkan perkembangan kelembagaan yang ada di sana. Yang paling baik adalah terbentuk lembaga dengan pimpinan yang dapat diterima semua anggota masyarakat. Penguatan kelembagaan lokal dilakukan melalui pelatihan dan pengembangan individu dengan ketra mpilan kerja yang diperlukan (teknik, managerial, komuni kasi, pengalaman kewirausahaan, dan pengalaman organisasi. Penguatan kelembagaan dapat berbentuk forum, perwakilan, dan manajemen komite.
  • 23. f. keterkaitan antara level regional dan nasional. Komunitas lokal seringkali kurang mendapat link langsung dengan pasar nasional atau internasional, hal ini menjadi penyebab utama mengapa menfaat ekowisata tidak sampai dinikmati di level masyarakat. Perantara yaitu yang menghubungkan antara aktifitas ekowisata dengan masyarakat dan turis justru memetik keutungan lebih banyak. 6. Konsep Pembangunan Pariwisata berkelanjutan Meski memperoleh perhatian khusus dari akademisi pariwisata dan praktisi pembangunan pariwisata beberapa tahun terakhir, namun literature tentang konsep dan teori pariwisata seringkali gagal menghubungkan pariwisata dengan konsep pembangunan berkelanjutan sebagai kesatuan paradigma Sehingga penerapan pembang -unan berkelanjutan dalam konteks pariwisata masih banyak diragukan. Hal ini menimbulkan ketertarikan dunia akademis untuk mendiskusikan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sharpley, 2000:1). Definisi pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa memiliki makna beragam. Orang dari banyak bidang yang berbeda menggunakan istilah berbeda di dalam konteks yang berbeda dan mereka mempunyai konsep, bias, dan pendekatan berbeda (Heinen dalam Sharpley, 2000:1).WTO mendefinisikan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan yang me menuhi kebutuhan wisatawan saat ini, sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan seluruh sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi esensial, keanakeragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk pariwisata berkelanjutan dioperasikan secara harmonis dengan lingkungan lokal,
  • 24. masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan yang permanen dan bukan korban pembangunan pariwisata (Ano-nim, 2000:xvi). Dalam hal ini kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan terarah pada penggunaan sumber daya alam dan penggunaan sumber daya manusia untuk jangka waktu panjang (Sharpley, 20 00:10). Berkaitan dengan upaya menemukan keterkaitan anatara aktifitas pariwisata dan konsep pembangunan berkelanjutan Cronin (Sharpley, 2000:1), menkonsepkan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembanguan yang terfokus pada dua hal, keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di satu sisi dan lainnya mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen kebijakan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas. Stabler & Goodall (Sharpley, 2000:1), menyatakan pembangunan pariwisata berkelanjutan harus konsisten/sejalan dengan prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan. Lane (dalam Sharpley, 2000:8) menyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket liburan (wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakehorder dapat merusak keseimbangan. Pendapat yang hampir sama disampaikan Muller yang mengusulkan istilah magic pentagon yang merupakan keseimbangan antara elemen pariwisata, dimana tidak ada satu faktor atau stakeholder yang mendominasi. Prinsip dasar pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Sharpley (2000:9 -11) yang mengacu pada prinsip dasar pem-bangunan berkelanjutan. Pendekatan yang holistik sangat penting. Untuk diterapkan secara umum, pada sistem pariwisata itu sendiri dan khusus pada individu di daerah tujuan wisata atau sektor industri. Selama ini
  • 25. meskipun pariwisata diterima dan terintegrasi dalam strategi pembangunan nasional dan lokal, namun fokus ut ama pembangunan pariwisata berkelanjutan masih ke arah produk center. Tidak heran jika pada tingkat operasional sulit mengatur penerimaan yg komplek, fragmentasi, pembagian multisektor dari keuntungan pariwisata secara alamiah. Oleh karenanya menurut Fors yth (dalam Sharpley, 2000:9) pariwisata berkelanjutan dalam prakteknya cenderung terfokus eksklusif setempat, proyek pembangunan relatif berskala kecil, jangkauanya jarang melebihi wilayah/lingkungan lokal atau regional, atau sebagai sektor industri yang spesifik/khusus. Pada saat yang bersamaan, sektor yang berbeda dari industri pariwisata mengalami perkembangan dalam berbagai tingkat, mengadopsi kebijakan lingkungan dan meski kecil telah menunjukkan filosofi bisnis dan pembang unan yang mengarah pada prinsip-prinsip keberlanjutan antarindustri. Menurut Sharpley peningkatan kebijakan pembang-unan pariwisata berkelanjutan sangat ter -gantung pada variasi faktor politik ekonomi yang dapat menghalangi diterapkannya pembangunan pariwisata berkelanjutan. Aronsson (2000:40) mencoba menyampaikan beberapa pokok pikiran tantang intepretasi pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu 1) pembangunan pariwisata berkelanjutan harus mampu mengatasi permasalahn sampah lingkungan serta memiliki perspektif ekologis, 2) pembangunan pariwisata berkelanjutan menunjukkan keberpihakannya pada pembangunan berskala kecil dan yang berbasis masyarakat lokal/setempat, 3) pembangunan pariwisata berkelanjutan menempatkan daerah tujuan wisata sebagai penerima manfaat dari pariwisata,untuk mencapainya tidak harus dengan mengeksploitasi daerah setempat, 4) pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan pada keberlanjutan budaya, dalam hal ini berkaitan
  • 26. dengan upaya-upaya membangun dan mempertahankan bangunan tradisional dan peninggalan budaya didaerah tujuan wisata. Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development menurut Yaman & Mohd (2004:584) ditandai dengan empat kondisi yaitu: 1) anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perenca naan dan pembang- unan pariwisata, 2) pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan pengunjung/wisatawan, 3) kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan iklim mikro harus dimengerti dan didukung, 4) investasi pada bentuk –bentuk transportasi alternatif. Sedangkan indikator yang dikembangkan pemerintah RI tentang pembangunan pariwisata berkelanjutan (Anonim, 2000) adalah: 1) kesadaran tentang tanggung jawab terhadap lingkungan, bahwa strategi pembangunan pariwisata berkelanjutan harus menempatkan pariwisata sebagai green industry (industri yang ramah lingkungan), yang menjadi tang -gungjawab pemerintah, industri pariwisata, masyarakat dan wisatawan, 2) peningkatan peran pemerintah daerah dalam pembangunan pariwisata, 3) kemantaban/keberdayaan in dustri pariwisata yaitu mampu menciptakan produk pariwisata yang bisa bersaing secara internasional, dan mensejahterakan masyarakat di tempat tujuan wisata, 4) kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang bertujuan menghapus/meminimalisir perbedaan tingkat kesejahteraan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan wisata untuk menghindari konflik dan dominasi satu sama lain. Hal ini juga didukung dengan memberi perhatian/pengembangan usaha skala kecil oleh masyarakat lokal
  • 27. 7. Konsep Pemberdayaan Masyrakat Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kadang-kadang sangat sulit dibedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat (community development). Karena prakteknya saling tumpang tindih, saling menggantikan dan mengacu pada suatu pengertian yang serupa. Pendapat dari Cook (1994) menyatakan pembangunan masyarakat merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan masyarakat menuju kearah yang positif. Sedangkan Giarci (2001) memandang community development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat. Sedangkan Bartle (2003) mendefinisikan community development sebagai alat untuk menjadikan masyarakat semakin komplek dan kuat. Ini merupakan suatu perubahan dimana masyarakat menjadi lebih komplek, institusi lokal tumbuh, collective power- nya meningkat serta terjadi perubahan secara kualitatif pada organisasinya. Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya pengertian community development dan community empowerment, secara sederhana, Subejo dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga
  • 28. pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial”. Pengembangan masyarakat dalam proses pembangunan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting diperhatikan dalam pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam hubungan dengan pengembangan masyarakat, Compton dan Mc.clusky (dalam muslim 2009 : 2) menyatakan :”a process whereby community members come together to identify their problem and need, seek solution among them selves, mobilelize thenecessary resources ang excute aplane of action or learning or both” (suatu proses dimana secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah dan kebutuhannya mencari pemecahan diantara mereka sendiri). H.M Yakub (1985) menyatakan bahwa “ pengembangan masyarakat adalah proses pemberdayaan (empowering sociaty) yang meliputi tiga hal yaitu (1) membebaskan dan menyadarkan,(b)mengidentifikasi masalah dan memcahkannya, (2) partisipasi dan etos swadaya masyarakat ”. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat yang berbasis masyarakat adalah upaya membantu masyarakat agar masyarakat dengan prakarsa sendiri dapat mengidentifikasi kebutuhannya, menggali dan memanfaat segala sumber daya yang dimilikinya (sumber daya alam, budaya, sumberdaya manusia dan lain-lain) dalam mencapai kesejahteraan sendiri. Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.
  • 29. Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya. Secara ringkas keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan sustainable development. Pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Tanpa mengecilkan arti dan peranan salah satu factor, sebenarnya kedua factor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan sebelumnya factor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self-organizing dari masyarakat namun kita juga perlu memberikan perhatian pada factor eksternalnya. Seperti yang dilaporkan Deliveri (2004), proses pemberdayaan masyarakat mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisplin. Tim pendamping ini merupakan salah satu external factor dalam pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan masyarakat (PM) akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim PM
  • 30. sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat.Waktu pemunduran tim PM tergantung kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak awal program antara tim PM dan warga masyarakat. Berdasar beberapa pengalaman dilaporkan bahwa pemunduran Tim PM dapat dilakukan minimal 3 tahun setelah proses dimulai dengan tahap sosialisasi. Walaupun tim sudah mundur, anggotanya tetap berperan, yaitu sebagai pensehat atau konsultan bila diperlukan oleh masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam pembangunan masyarakat seharusnya diletakkan dan diorientasikan searah dan selangkah dengan paradigma baru pendekatan pembangunan. Paradigma pembangunan lama yang bersifat top-down perlu direorientasikan menuju pendekatan bottom-up yang menempatkan masyarakat atau petani di pedesaan sebagai pusat pembangunan atau oleh Chambers dalam Anholt (2001) sering dikenal dengan semboyan “put the farmers first”. Menurut Nasikun (2000:27) menyatakan : “pembangunan yang baru tersebut juga harus berprinsip bahwa pembangunan harus pertama-tama dan terutama dilakukan atas inisitaif dan dorongan kepentingan-kepentingan masyarakat, masyarakat harus diberi kesempatan untuk terlibat di dalam keseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunannya; termasuk pemilikan serta penguasaan infrastrukturnya sehingga distribusi keuntungan dan manfaat akanlebih adil bagi masyarakat. Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat,
  • 31. mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumberdaya Masyarakat terhadap nilai-nilai budaya masyarakat, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat (instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM, swasta dan pihak lainnya), serta dilaksanakan secara berkelajutan. Jika digambarkan dalam bagan maka pemberdayaan Masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 01 POLA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pemberdayaan Masyarakat Mengembangkan Potensi & Kapasitas empowerment Menciptakan kondisi yang kondusif/ enablement Mengembang kan manusia dalam kelembagaan organisasi Mengembang kan potensi lingkungan Membuka akses, Perlindungan, peningkantan peran Prilaku lain PENDEKATAN: 1. Targeted 2. Participatory 3. Community based 4. Value based
  • 32. B. Hasil Penelitian berkaitan dengan desa wisata 1. Suzanne Wilson (1997) dalam jurnal internasional, Factors for success in Rural Tourism Development. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguji factor – factor yang telah membantu masyarakat pedesaan berhasil mengembangkan pariwisata dan peluang kewirausahaan hasilnya menunjukkan pentingnya pendekatan masyarakat untuk pengembangan pariwisata dan pengembangan pariwisata dan kewirausahaan tidak dapat berjalan tanpa partisipasi dari pelaku bisnis secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam pariwisata. 2. William P. Stewart (1996) dalam jurnal ilmiah internasional Rural Tourism Development: Shifting Basis of Community Solidarity. Penelitian ini menyatakan bahwa solidaritas masyarakat dianggap salah satu pendukung utama dalam pengembangan pariwisata pedesaan. Penelitian ini membahas tentang dampak pengembangan pariwisata pedesaan terhadap masyarakat setempat. C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian pustaka dapat digambarkan kerangka berfikir sebagai berikut :
  • 33. Gambar 02 KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN A. Difinisi operational Variabel 1. Sitem Pengelolaan Desa Wisata adalah kelembagaan yang telah terbentuk yaitu kelompok desa wisata, menata oprationalnya : produk wisata yang ditawarkan, penyediaan fasilitas, sistem pemasaran Persepsi wisatawan Persepsi Travel agent Partisipasi /Dukungan Masyarakat lokal Tata kelola /Manajemen PEMBER DAYAAN MASYAR AKAT STRATEGI PENGEM BANGAN DESA WISATA /CBT Profil wisatawan ANALISIS SWOT
  • 34. 2. Persepsi wisatawan adalah respon yang diberikan oleh para tamu yang menginap di desa wisata Bedulu terhadap pelayanan yang diberikan dari saat kedatangan, pelayanan kamar, makanan dan minuman, pelayanan tour, respek dari pegawai, keramahtamahan masyarakat, kebersihan lingkungan 3. Persepsi Perusahaan Tours and Travel (Travel Agent) tentang kemampuan SDM kelompok DEWI, atraksi wisata, lingkungan, peluang pemasaran, hambatan pemasaran desa wisata Bedulu. 4. Profil wisatawan adalah wisatawan yang berkunjung kedesa wisata Bedulu ditinjau dari asal Negarannya, rata-rata umur, jenis pekerjaannya. 5. Dukungan/partisipasi Masyarakat masyarakat adalah sikap dan prilakuyang ditunjukkan oleh warga Masyarakat dalam pengembangan CBT 6. Manfaat Pengembangan CBT yang dirasakan masyarakat adalah hasil yang didapat/ dirasakan oleh warga masyarakat dari segi ekonomi dan sosial 7. Strategi pengembangan Pariwisata berbasis Masyarakat (CBT) adalah cara atau metode yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan desa wisata sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan Masyarakat. B. Jenis dan sumber data 1. Jenis data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: a. Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka melainkan berupa keterangan atau informasi seperti tata kelola desa wisata,informasi dukungan dan manfaat pengenembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Bedul.
  • 35. b. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau data kualitatif yang dikuantitatifkan seperti : persepsi tamu terhadap pelayanan,persepsi pengelola Tour and Travel, 2. Sumber data Sumber data yang digunakan adalah : a. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh pertama langsung dari objek penelitian seperti :keterangan atau informasi seperti tata kelola desa wisata, persepsi tamu terhadap pelayanan,persepsi pengelola Tour and Travel, pendapat masyarakat masyarakat setempat. b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa data yang telah jadi.seperti data penerima dana PNPM Mandiri Pariwisata, tata kelola desa wisata C. Tehnik Pengumpulan data Tehnik Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Wawancara yaitu melakukan wawancara dengan pihak terkait seperti :pengelola DEWI (desa wisata) 2. Observasi non partispatif mengamati langsung dan meninjau objek dan penanganan wisatawan yang berkunjung ke desa wisata bedulu. 3. Kuisioner yaitu membuat pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden (wisatawan dan Pengelola Tours and travel) 4. Dokumentasi yaitu memperoleh data melalui dokumen –dokumen yang berhubungan dengan penelitian D. Populasi dan Sampling Populasi adalah keseluruhan responden yang akan dijadikan subyek penelitian.
  • 36. Sampling adalah sebagin populasi yang dijadikan responden dalam penelitian ini .mengingat banyaknya populasi dan sifatnya akan terus bertambah (mobile) maka dalam penelitian ini tehnik sapling yang digunakan adalah Porposive sampling ,yaitu sapling bertujuan. Dalam penelitian ini responden yang digunakan adalah para pengelola desa wisata, masyarakat yang terlibat adalam aktivitas, manajer Tour and travel E. Tehnik Analisis data Tehnik analisis digunakan adalah: 1. Analisis statistik diskriptif adalah untuk memberi gambaran persepsi tamu terhadap pelayanan kepada tamu (wisatawan) yang menginap di desa wisata Bedulu dan untuk menganalis beberapa komponen behubungan dengan persepsi/pendapat Pengelola Perusahaan Tours and Travel terhadapa Pengelolaan Desa Wisata Bedulu. 2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis data untuk memperoleh alternatif strategi dalam pengembangan desa wisata Bedulu dimasa yang akan datang sehingga Pariwisata yang dikembangkan bisa berkelanjutan. SWOT merupakan suatu analisis yang dapat dipergunakan untuk merumuskan strategi, yang terdiri atas analisis keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Dalam mengembangkan alternatif strategi, dapat dilakukan dengan alat bantu analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) yang didasarkan pada situasi lingkungan internal dan eksternal. Rangkuti (2006 : 18), menyatakan bahwa untuk merumuskan strategi didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
  • 37. (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Setelah semua informasi terkumpul, baik analisis lingkungan internal maupun analisis eksternal, tahap berikutnya adalah mengembangkan alternatif strategi. Untuk merumuskan strategi dapat dipergunakan alat bantu berupa matrik SWOT yang dapat menggambarkan bagaimana peluang (opportunities) dan ancaman (threats) eksternal yang dihadapi perusahaan atau organisasi, yang selanjutnya disesuaikan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal yang dimilikinya. Matrik ini mampu menghasilkan empat set kemungkinan strategi seperti yang dipaparkan berikut ini. 1. Strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST (Strengts – Threats) yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities), strategi ini diterapkan berdasarkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weaknesses – Threats), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem pengelolaan Desa Wisata Bedulu 1. Kelembagaan /struktur Organisasinya
  • 38. Kelembagaan yang telah dibentuk bernama Kelompok DEWI Bedulu dalam bentuk Yayasan dengan nama Yayasan Darma Dayana.Adapun struktur organisasi sebagai berikut : Gambar 03 STRUKTUR ORGANISASI KELOMPOK DESA WISATA BEDULU (YAYASAN DARMA DAYANA) URAIAN TUGAS KETUA : a. Bertanggung jawab atas operasional secara menyeluruh b. Membuat perencanaan c. Melakukan hubungan dengan seluruh Steak holder (Pemerintah, Travel Agen, Lembaga non Pemerintah, dan lain-lain) KETUA A.A.GD.OKA ASTAWA WAKIL KETUA Gusti Made landra SEKRETARIS Gst.Ngurah Putra BENDAHARA I Ketut Jon
  • 39. d. Memasarkan desa wiata WAKIL KETUA : a. Mengkoordinir seluruh komponen kegiatan apabila ada tamu datang (menginap) seperti penerimaan tamu, penyiapan kamar, Penyiapan makanan dan minuman, penyiapan atraksi budaya b. Menyiapkan sarana dan prasarana c. Membantu Ketua dalam tugas-tugas pemasaran SEKRETARIS : a. Melaksanakan urusan administrasi umum (surat menyurat) b. Membantu operasional BENDAHARA : a. Melaksanakan administrasi keuangan (penerimaan dan pengeluaran uang ) b. Melakukan hubungan dengan lembaga keuangan seperti LPD Bedulu c. Membantu oprational Secara administrasi struktur kepengurusan memang ada tugas – tugas dan wewenang masing-masing , dalam pelaksanaan segala sesuatu dikerjakan secara bersama-sama. 2. Tata Operasional kerja a. Penyediaan fasilitas /sarana dan Prasarana 1) Kelompok Dewi dalam bentuk Yayasan (Darma Dayana) adalah pemrakarsa dan bertindak selaku penanam modal (investor) yaitu
  • 40. melakukan perbaikan ringan dan melengkapi seluruh keperluan untuk kamar sehingga sesuai standar dan dianggap layak untuk tamu menginap nantinya, seperti: peralatan kamar : bed dan komponennya (bed and its component), room amanities, bed room amenities furniture 2) Masyarakat (penduduk) yang rumahnya dianggap cocok dan dianggap layak, menyediakan rumahnya dengan perjanjian saling menguntungkan yaitu : a) Rumah/kamar diperbaiki dan dilengkapi /distandarkan oleh Kelompok DEWI b) Saat ada tamu kamar /rumah dibayar sesuai kesepakatan c) Saat ada tamu petugas yang membersihkan (bisa tuan rumah) dibayar oleh Kelompok Dewi sesuai yang telah ditentukan. d) Saat tidak ada tamu, kamar/rumah dapat dipakai pemiliknya seperti biasa. b. Produk pariwisata yang ditawarkan : Produk pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan berupa : 1) Program Pokok (main Programs) (a) Paket Menginap minimal 2 hari dengan variabel : (b) Kamar termasuk makan pagi (Continental breakfirst) /Continental Plan (c) Tracking (Melihat pura, peninggalan arkeologi, panorama sawah , ladang, sungai),
  • 41. (d) Melihat demonstrasi kegiatan membuat gerabah,melukis telor, membuat ukiran, membuat sarana upacara Agama Hindu (mejejahitan,ngulat tipat dan lain-lain). Dalam kegiatan ini wisatawan bisa ikut melakukan (e) Memasak masakan Bali (membuat jajan Bali, sate, lawar) merupakan program pilihan (sesuai Permintaan /Program Travel Agent) (f) Makan siang di Puri (alternatif/fleksible) sesuai Program dari Travel agent (g) Dinner Party (makan malam dengan pagelaran budaya berupa tari-tarian ) program ini juga dilaksanakan atas permintaan /program dari Travel Agent. Aktivitas Program Paket disusun dengan komponen sangat flrksible tergantung dari jumlah tamu dan penyusunan secara bersama /kesepakatan antara travel agent dengan Kelompok Desa Wisata 2) Program pilihan (Partial Programs) Program pilihan(Partial Programs) dibuat untuk wisatawan yang datang hanya berkunjung tanpa menginap atau wisatawan yang datang sendiri (walk In )dan atau datang dengan perantara perorangan maka akan ditawarkan dan disusun program berdasarkan program partial. Adapun alternative/Partial Programs ini disebut culture workshops
  • 42. (1) Balinese Music (gong Rindik) (2) Wood Carving (3) Balinese Dance (4) Offering Making (5) Painting Class (6) Yoga Meditation Class (7) Traditional Pottry Making Secara lengkap Program pokok (maint programs) dan program pilihan (alternatif/partial programs) dapat dilihat pada lampiran c. Sistem pemasaran. Sistem pemasaran produk wisata yang ditawarkan adalah a) masih tergantung dari kerjasama dengan perusahaan Tours and Travels (Travel Agent) dan hanya baru dua Perusahaan yaitu : Golden Kriss Tours and Travel dan Talisman Tour and Travel b) dari mulut kemulut (mouch to the mouch) yaitu dari tamu yang telah berkunjung/menginap dan para kenalan , guide B. Profil dan jumlah Wisatawan Yang Berkunjung ke Desa Wisata Bedulu 1. Profil Wisatawan : a. Asal Negara Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu hampir 95% berasal dari Negara Prancis sisanya berasal dari Belanda, Belgia, Jepang
  • 43. b. Umur Umur wisatawan yang berkunjung diatas 50 tahun c. Pekerjaan Pekerjaan Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu rata – rata pensiunan guru, jurnalis, petani, tukang kayu, pengusaha /pedagang 2. Jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Desa Bedulu dan tingkat Occupancy Dari saat mulai dikelola juli 2009 sampai juni 2011 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu dan tingkat occupancy seperti dalam tabel berikut ini TABEL 01 OCCUPANCY PADA DESA AKOMUDASI DESA WISATA BEDULU JULI TAHUN 2009 – JUNI TAHUN 2011 C. Persepsi Wisatawan (tamu) Yang menginap terhadap pelayanan yang diberikan selama di Desa Wisata Bedulu. Berdasarkan Kuisioner yang disebarkan selama 3 bulan yaitu Mei, Juni, Juli tahun 2011, wisatawan yang mengembalikan kuisioner berjumlah 48 orang. Jawaban Kuisioner selanjutnya ditabulasi dan diperoleh hasil seperti tabel 08 sebagai berikut : NO TAHUN KAMAR TERJUAL KAMAR TERSEDIA % OCCUPANCY JML.TAMU LAMA MENGINAP 1 2009 72 2880 2,50 129 2 MALAM 2 2010 85 5760 1,50 162 2 MALAM 3 2011 51 2880 1,54 91 2 MALAM JML 208 11520 382 2 MALAM RATA- RATA 1,84
  • 44. TABEL 02 PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PELAYANAN DI DESA WISATA BEDULU TAHUN 2011 NO INDI KRETE RIUM ∑ F x S MEAN KTR PERSEN TASE JML KATOR B C K N B C K 1 1 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 2 2 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 3 3 36 12 48 132 2,75 Baik 75 25 0 100 4 4 30 18 48 126 2,625 Baik 62,5 37,5 0 100 5 5 36 12 48 132 2,75 Baik 75 25 0 100 6 6 24 24 48 120 2,5 Baik 50 50 0 100 7 7 30 12 6 48 120 2,5 Baik 62,5 25 13 100 8 8 42 6 48 132 2,75 Baik 87,5 0 13 100 9 9 36 6 6 48 126 2,625 Baik 75 12,5 13 100 10 10 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100 11 11 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 12 12 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 13 13 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100 14 14 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100 15 15 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100 16 16 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100 17 17 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 18 18 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 19 19 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100 20 20 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 21 21 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 22 22 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 23 23 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 24 24 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100 25 25 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100 26 26 12 24 12 48 96 2 sedang 25 50 25 100 JUMLAH 73,63 2225 313 63 2600 RATA- RATA 2,832 BAIK 85,6 12 2,4 100
  • 45. Keterangan : a. Indikator 1 = penyambutan saat kedatangan/tiba di desa wisata 2 = penanganan barang – barang bawaan 3 = kelengkapan kamar 4 = kebersihan kamar mandi 5 = kebersihan kamar tidur 6 = Peralatan kamar mandi (Toalet Bowl, water tap) berfungsi dengan baik 7 = ketersediaan amenities di kamar mandi 8 = kenyamanan kamar 9 = keamanan kamar 10 = keramah tamahan pramugraha 11= Sikap selalu mau membantu dari pramugraha 12= Kelengkapan peralatan makan dan minum 13= Hyigiene makanan dan minuman yang disajikan 14= Tata cara penghidangan makanan dan minuman 15= Kebersihan tempat makan dan minuman 16= Rasa makanan dan minuman 17= Performent dari pramusaji 18= Ketrampilan pramusaji dalam menghidangkan makanan 19= Atraksi alam yang dilihat 20= Atraksi budaya yang dipentaskan 21= Rangkaian acara yang disajikan 22= Ketrampilan pemandu wisata dalam pemandu tour
  • 46. 23= Kesiapan pegawai dalam membantu 24= Kesiapan pegawai dalam menangani permasalahan yang timbul 25= Keramah tamahan penduduk desa bedulu 26= Kebersihan lingkungan b. ∑ F X S = Total keseluruhan pemilih dikalikan skor (bobot) dimana Baik = 3, Cukup = 2 dan Kurang = 1 c. Mean adalah nilai rata-rata d. Keputusan : 1) Mean 1,0 sampai 1,4 = Kurang 2) Mean 1,5 sampai 2,4 = Cukup 3) Mean 2,5 sampai 3,0 = Baik Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa Persepsi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu terhadap pelayanan yang dirasakan adalah secara umum baik dengan rata- rata baik dengan nilai Mean = 2,832 . Jika dilihat persepsi perindikator bahwa hanya satu indikator yaitu kebersihan Lingkungan dinyatakan sedang (mean : 1,5- 2,4 dan indikator lain sudah dinyatakan baik (Mean 2,4 – 3,0), terdapat empat Indikator yang perlu diperhatikan dan diperbaiki, karena terdapat persepsi tamu yang menyatakan kurang. Indikator tersebut adalah : ketersediaan amenities di kamar mandi (13%) , kenyamanan kamar (13 %), keamanan kamar (13%), Kebersihan lingkungan (25%) D. Persepsi Manajemen Tours and Travels tentang Pengelolaan Desa Wisata Bedulu.
  • 47. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara dan kuisioner bahwaPersepsi Manajemen Tour and Travel (Golden Kris dan Talisman) tentang Pengelolaan Desa Wisata Bedulu didapatkan data sebagai berikut : TABEL 03 PERSEPSI MANAJEMEN TOURS AND TRAVEL TENTANG PENGELOLAAN DESA WISATA BEDULU NO INDIKATOR PERSEPSI TRAVEL MANAJEMEN AGENT TALISMAN GOLDEN KRIS KETERANG AN 1 Ketrampilan Pegawai dalam menangani /melayani tamu Baik sedang 2 Cara pegawai berkomunikasi dengan tamu Baik sedang 3 Sikap Pegawai dalam melayani tamu Baik Baik 4 Kesigapan pegawai dalam menangani keluhan tamu/masalah Baik sedang 5 Kesiapan pegawai dalam membantu kesulitan yang dirasakan tamu Baik sedang 6 Kemampuan manajemen dalam menumbuhkan iklim kerjasama yang saling menguntungkan Baik sedang 7 Kemampuan manajemen melakukan penataan administrasi Baik Baik 8 Kemampuan manajemen dalam menyusun program untuk tamu Baik sedang 9 Atraksi budaya yang dikemas dalam program Baik Baik 10 Atraksi alam yang dikemas dalam program Baik sedang 11 Kebersihan lingkungan sedang sedang 12 Prospek pemasaran Baik Baik
  • 48. Selain persepsi , diperoleh data tentang : 1) Potensi Pasar jenis wisata ini (Pariwisata Berbasis Masyarakat/ Community Based Tourism) sangat baik karena wisatawan Eropa mulai menggemarinya dan ada kecendrungan wisatawan Eropa menyenangi hal-hal yang alami (Back to Natural ) 2) Negara pasar potensial jenis wisata ini (Pariwisata Berbasis Masyarakat/ Community Based Tourism) adalah Negara Eropa terutama Perancis, Belanda, Belgia, Inggris ) 3) Kesan para wisatawan secara umum setelah melakukan kunjungan adalah rata – rata senang dan tertarik. 4) Hambatan /tantangan dalam memasarkan jenis wisata adalah adanya keterbatasan pasar yaitu wisatawan golongan tertentu dan hanya beberapa negara Eropa 5) Saran- saran untuk perbaikan dimasa yang akan datang : a) Agar melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Tours and Travel lain, Guide, dan pelaku Pariwisata lainnya b) Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusianya c) Menjaga dan meningkatkan kebersihan lingkungan d) Harus ada yang menyambut tamu pada saat tamu check in e) Koresponden melalui email harus lebih intensif f) Agar mulai membuat Website yang mudah diakses g) Agar dibuat sistem dan penanganan reservation yang baik E. Bentuk Partisipasi /Dukungan dan manfaat yang didapat/dirasakan masyarakat (selain yang aktif /menjadi anggota Kelompok DEWI) dalam pengembangan Pariwisata yang berbasis Masyarakat (CBT) di Desa Bedulu:
  • 49. 1. Bentuk partisipasi/dukungan masyarakat (selain yang aktif /menjadi anggota Kelompok DEWI) dalam pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) di desa Bedulu Dari hasil penelitian dapat diketahui dukungan masyarakat secara umum sangat baik, Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa : a. Masyarakat secara bersama-sama menjaga keamanan, kebersihan lingkungan desa b. Selalu bersikap sopan dan ramah kepada wisatawan yang berkunjung c. Menjaga kelestarian budaya yang dimiliki d. Memberikan kesempatan wisatawan (tamu) melihat apabila ada upacara di Pura atau upacara keluarga e. Memberikan kesempatan wisatawan berkunjung kerumahnya 2. Manfaat Yang dirasakan Masyarakat a. Masyararakat aktif terlibat dalam aktivitas Pariwisata (anggota Kelompok DEWI) menyatakan : 1) Dapat menambah pendapatan keluarga (keuntungan ekonomi) dari honorarium Pengelolaan, sewa rumah, penyediaan makanan dan minuman, honorarium aktivitas pertunjukan budaya/atraksi budaya seperti menari, menabuh, memasak, melukis, 2) Dapat memanfaatkan kamar untuk dipakai sendiri jika tidak ada tamu. 3) Dapat memanfaatkan waktu luang secara baik sehingga mengurangi kegiatan yang tidak bermanfaat seperti melakukan perjudian,
  • 50. 4) Dapat belajar budaya asing dari wisatawan seperti apa pola hidup orang asing yang bisa ditiru seperti tepat waktu, kebersihan rumah, lingkungan, belajar mengerti bahasanya dan lain-lain 5) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul usaha baru menjual barang kerajinan 6) Dapat teman baru karena wisatawan dianggap seperti keluarga 7) Dapat melestarikan seni budaya yang dimiliki b. Masyarakat aktif terlibat dalam aktivitas Pariwisata (bukan anggota Kelompok DEWI) menyatakan : 1) dapat menambah pendapatan keluarga (keuntungan ekonomi) dari, honorarium aktivitas pertunjukan budaya/atraksi budaya seperti menari, menabuh, memasak, melukis, 2) Dapat memanfaatkan waktu luang secara baik sehingga mengurangi kegiatan yang tidak bermanfaat seperti melakukan perjudian, 3) Dapat belajar budaya asing dari wisatawan seperti apa pola hidup orang asing yang bisa ditiru seperti tepat waktu, kebersihan rumah, lingkungan , belajar mengerti bahasanya dan lain-lain 4) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul usaha baru menjual barang kerajinan, menambah komuditi warungnya dengan barang-barang yang berhubungan aktivitas pariwisata c. Masyarakat tidak aktif (umum/pasif)
  • 51. 1) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul usaha baru menjual barang kerajinan, menambah komuditi warungnya dengan barang-barang yang berhubungan aktivitas pariwisata 2) Dapat hiburan jika ada pertunjukan 3) Merasakan kebersihan lingkungan d. Lembaga Desa 1) Adanya sumber pendapatan baru desa(sumbangan dari hasil pengelolaan pariwisata) 2) Lebih mudah menggerakkan masyarakat dalam melakukan kegiatan kebersihan lingkungan 3) Lebih mudah menggerakkan masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan F. Strategi Pengembangan Desa Wisata Bedulu dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat menuju Pengembangan Pariwisata yang berkelanjutan. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dapat dilakukan identifikasi faktor-faktor internal yaitu faktor Kekuatan (strangs) dan Kelemahan (weakness) dan faktor eksternal yaitu peluang (opportunity) dan ancaman (thearts) selanjutnya dapat disusun strategi dalam matrik SWOT sebagai berikut.
  • 52. TABEL 04 STRATEGI SWOT PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKT (COMMUNITY BASED TOURISM) DI DESA BEDUL IFAS STRANGS (S) 1. Sistem Pengelolaan /kelembagaan sudah teratur,transparan, acountable 2. Tersedianya prasarana dan sarana pendukung pariwisata seperti : a. sarana akomudasi (rumah penduduk yang direnovasi sesuai standar (14 kamar) b. atraksi pariwisata: 1) Atraksi alam berupa persawahan, sungai, ladang yang masih alami 2) Atraksi budaya berupa WEAKNESS(W) 1. Pengembangan desa wisata ini belum cukup dikenal 2. Kerjasama dengan Perusahaan Tour and Travel masih sedikit (hanya 2 perusahaan) 3. Kemampuan surat menyurat (koresponden) masih kurang 4. Sarana promosi masih sangat kurang seperti : belum adanya brosur, website, petunjuk informasi tentang desa
  • 53. kesenian barong, seni tari, pola kehidupan masyarakat seperti membuat masakan bali, membuat gerabah, menggambar telur, peninggalan arkeologi (sarkopogus),kegiatan upacara keagamaan (hindu) dan obyek wisata goa gajah ,Pura samuan Tiga c. Akses jalan sangat baik dan berada pada jalur menuju objek wisata ubud, tampak siring, Kintamani d. Tersedia transportasi yang baik e. Pelayanan yang diberikan sudah baik secara umum dapat memuaskan tamu f. Keramah tamahan penduduk wisata. 5. Belum menguasai sistem pemasaran berbasis teknologi 6. Belum memiliki tenaga yang profesional pada bidang reservation dan reception 7. Kemampuan bahasa asing tenaga pengelola dan tuan rumah khususnya bahasa Perancis sangat kurang 8. Keterbatasan modal usaha (keuangan) 9. Lingkungan masih kotor 10. Masih terdapat sebagian kecil masyarakat yang belum memiliki pengertian dan pemahaman yang sama tentang pengembangan CBT
  • 54. EFAS g. Dukungan masyarakat sangat baik h. Adanya dukungan dari instansi non Pemerintah seperti BHA (Bali Hotel Assosiasi), Lembaga Pendidikan Pariwisata, CBT center i. Mengemas atraksi alam maupun budaya/pola hidup yang unik yang dimiliki dalam produk-produk pilihan OPPORTUNITIES (0) 1. Semakin banyak wisatawan yang berminat pada jenis Pariwisata berbasis pedesaan /eko tourism berarti prospek Pasar semakin baik STRATEGI S0 1. Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk mendapatkan bantuan PNPM Pariwisata Mandiri 2. Secara pro aktif STRATEGI WO 1. Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti : a. Membuat web site di internet b. Membuat brosur
  • 55. 2. Trend saat ini berkembangnya pariwisata alam (back to natural)/ eko tourism 3. Adanya dukungan dari Pemerintah Pusat melalui bantuan PNPM Pariwisata Mandiri, DisBudpar Bali dan kabupaten Gianyar melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah maupun lembaga Pendidikan Pariwisata untuk selalu memdapat bimbingan maupun konsultasi tentang Peningkatan profesional pengelolaan Pariwisata 3. Melakukan pertemuan dengan melibatkan seluruh steaks holder untuk meyakinkan pemerintah, Para perusahaan Travels Agent tentang potensi desa Bedulu yang layak untuk dipromosikan menjadi tempat wisata c. Membuat papan pengenal desa wisata Bedulu 2. Mengankat pegawai profesional atau melatih anggota ke;ompok untuk dapat menangani bagian reservation dan reseption 3. Membuat kursus bahasa Perancis untuk seluruh tuan rumah yang rumahnya dipakai sarana akomudasi 4. Menambah jalinan kerjasama dengan Perusahaan Travels agent maupun Hotel-hotel 5. Mohon bantuan PNPM mandiri Pariwisata kepada Pemerintah , lembaga keuangan untuk dapat pinjaman lunak
  • 56. THEARTS (T) 1. Adanya isyu dan berita negatif tentang kondisi Pariwisata Bali (sampah dan kemacetan) 2. Situasi keamanan Negara yang belum sangat aman dimana masih adanya teroris 3. Persaingan dunia Pariwisata yang semakin ketat 4. Adanya komersialisasi seni budaya 5. Keterbatasan Pasar Wisata dari segi Negara asal wisatawan maupun umur STRATEGI ST 1. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan dan selalu melakukan evaluasi diri 2. Mengintensifkan siskamling desa 3. Mengintensifkan pendataan penduduk pendatang (aparat Desa Bedulu) 4. Menyuguhkan keanekaragaman atraksi budaya yang dimiliki 5. Mengintensifkan strategi pemasaran 6. Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan yang telah berkunjung STRATEGI WT 1. Melakukan Pengelolaan sampah yang baik dan benar (pemisahan sampah organik dan an organik ) 2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan CBT terutama pentingnya kebersihan lingkungan 3. Selalu meyakinkan kepada tamu yang berkunjung bahwa Bali tempat yang aman untuk dikunjungi
  • 57. Dari matrik SWOT dapat dikemukakan bahwa strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community Based Tourism) di Desa Bedulu sebagai berikut : 1. STRATEGI SO (stranght – oportunity) a. Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk mendapatkan bantuan PNPM Pariwisata Mandiri b. Secara pro aktif melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah maupun lembaga Pendidikan Pariwisata untuk selalu memdapat bimbingan maupun konsultasi tentang Peningkatan profesional pengelolaan Pariwisata c. Melakukan pertemuan dengan melibatkan seluruh steaks holder untuk meyakinkan pemerintah, Para perusahaan Travels Agent tentang potensi desa Bedulu yang layak untuk dipromosikan menjadi tempat wisata 2. STRATEGI WO (Weakness – Oportunity) a. Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti : 1) Membuat web site di internet 2) Membuat brosur 3) Membuat papan pengenal desa wisata Bedulu b. Mengankat pegawai profesional atau melatih anggota ke;ompok untuk dapat menangani bagian reservation dan reseption c. Membuat kursus bahasa Perancis untuk seluruh tuan rumah yang rumahnya dipakai sarana akomudasi d. Menambah jalinan kerjasama dengan Perusahaan Travels agent maupun Hotel-hotel
  • 58. e. Mohon bantuan PNPM mandiri Pariwisata kepada Pemerintah , lembaga keuangan untuk dapat pinjaman lunak f. Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan yang telah berkunjung c. Selalu meyakinkan kepada tamu yang berkunjung bahwa Bali tempat yang aman untuk dikunjungi 3. STRATEGI ST (Stanght – Theart ) a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan dan selalu melakukan evaluasi diri b. Mengintensifkan siskamling desa c. Mengintensifkan pendataan penduduk pendatang (aparat Desa Bedulu) d. Menyuguhkan keanekaragaman atraksi budaya yang dimiliki e. Mengintensifkan strategi pemasaran 4. STRATEGI WT (Weakness – Thearth) a. Melakukan Pengelolaan sampah yang baik dan benar (pemisahan sampah organik dan an organik ) b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan CBT terutama pentingnya kebersihan lingkungan
  • 59. SIMPILAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Tata kelola Pengembangan Pariwisata berbasis Masyarakat (Community Based Tourism masih sederhana yaitu dengan sistem manual, dengan keterbatasan sumber daya manusia yang profesional bidang pemasaran, reseptionis, reservation, tour guide, akan tetapi accontable, transparan. Jumlah tamu menginap dalam dua tahun sejak dimulai (juli 2009-juli 2011) = 382 orang, rata- rata tingkat Occupancy = 1,833 % (sangat rendah) , rata-rata menginap = 2 malam, jumlah kamar tejual = 208 kamar (masih sedikit) dari total kamar tersedia yaitu 12.000 2. Profil wisatawan yang berkunjung masih terbatas dari Eropa, dengan umur wisatawan 50 tahun ke atas, dengan profesi petani, tukang, guru, jurnalis 3. Persepsi wisatawan terhadap pelayanan adalah dalam kategori baik (mean 2,832) dengan besarnya Persentase :Baik (85,6%), Sedang (12 %), Kurang 2,4 %) 4. Persepsi Perusahaan Tours and Travel terhadap pengelolaan CBT di Desa Bedulu 5. Bentuk dukungan /partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu adalah Masyarakat secara bersama-sama menjaga keamanan, kebersihan lingkungan desa,Selalu bersikap sopan dan ramah kepada wisatawan yang berkunjung,menjaga kelestarian budaya yang dimiliki, memberikan kesempatan wisatawan (tamu) melihat apabila ada upacara di Pura atau upacara keluarga
  • 60. 6. Manfat yang didapat Masyarakat dalam pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )adalah adanya pendapatan /keuntungan ekonomi, pengisi waktu luang, kebersihan dan keamanan lingkungan, timbulnya kreatifitas berbisnis, pelestarian alam dan budaya 7. Strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu adalah : a. STRATEGI SO (stranght –Oportunity) 1) Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk mendapatkan bantuan PNPM Pariwisata Mandiri 2) Secara pro aktif melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah maupun lembaga Pendidikan Pariwisata untuk selalu memdapat bimbingan maupun konsultasi tentang Peningkatan profesional pengelolaan Pariwisata 3) Melakukan pertemuan dengan melibatkan seluruh steaks holder untuk meyakinkan pemerintah, Para perusahaan Travels Agent tentang potensi desa Bedulu yang layak untuk dipromosikan menjadi tempat wisata b. STRATEGI WO (Weakness – Oportunity) 1) Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti : a) Membuat web site di internet b) Membuat brosur c) Membuat papan pengenal desa wisata Bedulu 2) Mengankat pegawai profesional atau melatih anggota ke;ompok untuk dapat menangani bagian reservation dan reseption
  • 61. 3) Membuat kursus bahasa Perancis untuk seluruh tuan rumah yang rumahnya dipakai sarana akomudasi 4) Menambah jalinan kerjasama dengan Perusahaan Travels agent maupun Hotel-hotel 5) Mohon bantuan PNPM mandiri Pariwisata kepada Pemerintah , lembaga keuang 6) Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan yang telah berkunjung 3) Selalu meyakinkan kepada tamu yang berkunjung bahwa Bali tempat yang aman untuk dikunjungi c. STRATEGI ST (Stanght – Theart ) 1) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan dan selalu melakukan evaluasi diri 2) Mengintensifkan siskamling desa 3) Mengintensifkan pendataan penduduk pendatang (aparat Desa Bedulu) 4) Menyuguhkan keanekaragaman atraksi budaya yang dimiliki 5) Mengintensifkan strategi pemasaran d. STRATEGI WT (Weakness – Thearth) 1) Melakukan Pengelolaan sampah yang baik dan benar (pemisahan sampah organik dan an organik ) 2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan CBT terutama pentingnya kebersihan lingkungan
  • 62. B. Saran Berdasarkan simpulan diatas dapat disarankan : 1. Agar partisipasi dan dukungan masyarakat desa dipelihara dengan baik 2. Pemeliharaan kebersihan dan ke asrian lingkungan lebih ditingkatkan 3. Pengelolaan sampah agar lebih baik 4. Menggali potensi – potensi yang dapat dijadikan program pariwisata pilihan atau tambahan dalam program paket wisata. 5. Mempertahankan pelayanan kepada wisatan yang dilakukan 6. Membuat Guest comment dan dilakukan analisis paling tidak enam bulan sekali sehingga kualitas pelayanan kepada wisatawan selalu dapat dipertahankan dan ditingkatkan 7. Koresponden dengan steak holder terutama travel agent tetap dijaga dan pro aktif 8. Agar alternatif strategi Pengembangan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini dapat dilaksanakan dengan skala prioritas disesuaikan situasi dan kondisi serta kemampuan dana,
  • 63. DAFTAR PUSTAKA Anonim,2000, Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata untuk Pe ngembangan Kualitas Hidup SecaraBerkelanjutan (Jakarta: Proyek Agenda 21 Sektoral Kerjasama Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP, Adams, W.M.,1990, Green Development and Sustainability in the Word,London : Routledge Arikunto,Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, Rineka Cipta.Jakarta Aronsson, Lars, 2000, The Development of Sustainable Tourism: London ,Continum Baiquni, M, 2002 “Integrasi Ekonomi dan Ekologi dari Mimpi Menjadi Aksi,” dalam Wacana, III, 12, Becker, Egon, & T. Jahn (eds.),1999. Sustain-ability and The Social Sciences (New York: UNESCO and SOI Depbudpar, 2009, pengembangan pariwisata, jakarta Derektorat Pemberdayaan Masyarakat depbudpar,2009 pengembangan inti rakyat, Jakarta Fakih, Mansour, 2001, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist Press Indriati, Etty,2001, Menulis Karya Ilmiah (artikel,Skripsi,Tesis dan desertasi, Gramedia Pustaka Utama, jakarta Wikepedia, 2011 pengembangan desa wisata Geogle, 2011, PNPM mandiri Garrod, Brian,2001 Local Partisipation in the Planning and Management of Eco Tourism : A Rivised Model Approach ,Bristol : University of The West Of England
  • 64. Hajar Ibnu S, 1999, Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan, Raja Grafindo Prasada Jakarta Mowfort,Martin & I, Munt,1998, Tourism and Sustainability New Tourism in the Word, London : Routedge Richard Sharpley, 2000, “Tourism and Sustainable Development : Exploring the Theorical Divice” Journal of Sustainable Tourism, VIII (1-19) Simamora.Bilson,2004, Panduan Riset Prilaku Konsumen, Gratmedia Pustaka Utama, Jakarta Suansri, Potjana, 2003, Community Based Tourism Hand Book , Thailand : Rest Project Sugiyono, 200Metode Penelitian Bisnis, CV.alfa beta, Bandung Suryabrata, Sumadi, 1983, Metode Penelitian, Raja Grafindo Prasada Jakarta Timothy, DJ, 1999, “ Participatory Planning a View of Tourism in Indonesia” dalam Annuals Review of Tourism Research,XXVI (2), Jakarta Yaman, Amat Ramsa & A. Mohd, 2004, “Community Based Ecotourism: New Proportion for Sustainable Development and environment Conservation in Malaysia” Journal of Applied Sciences IV (4)