SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
SISTEM KEUANGAN DAERAH 
Guna memenuhi tugas Sistem Pemerintahan Indonesia 
yang Di Bimbing Oleh Dosen Pengampu 
Shinta Happy Astari SAP.MAP 
Oleh kelompok Materi 4: 
1. NOVITA SARY WINDHY 115030107111096 
2. UUN MEISA BEKTI 115030101111076 
3. NUR QOMARIYAH 115030107111095 
4. DWI RAHAYU WULANDARI 115030107111084 
5. TRI MUKTI EKA SUSANTI 115030107111059 
6. DEVI PRAHARA PUTRI 115030101111035 
7. RIFKI NUR AULIA S. 115030101111042 
PROGAM S-1 
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 
MALANG, Oktober 2012
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, bangsa Indonesia telah maju 
selangkah lagi menuju era keterbukaan. Dalam era keterbukaan ini, masyarakat semakin 
menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan lebih dapat menyampaikan 
aspirasi yang berkembang yang salah satunya perbaikan terhadap sistem pengelolaan 
keuangan pada badan-badan pemerintah. 
Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami 
perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah 
Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat 
dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut telah memberikan kewenangan 
lebih luas kepada pemerintah daerah. Kewenangan yang dimaksud diantaranya adalah 
keleluasaan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan 
anggaran. 
Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, 
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan 
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Di sisi lain tuntutan 
transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era 
reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah 
Daerah. Transparansi dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana masyarakat dapat 
mengetahui dengan jelas semua kebijaksanaan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah 
dalam menjalankan fungsinya beserta sumber daya yang digunakan. Sedangkan akuntabilitas 
dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan 
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah 
ditetapkan sebelumnya. 
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan 
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman 
pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah 
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang 
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi 
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan 
keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah 
kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan 
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. 
Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan 
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem 
pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan 
pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik 
dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang sesuai 
dengan kebutuhan daerah. 
RUMUSAN MASALAH 
1. Apa yang dimaksud dengan sistem keuangan daerah? 
2. Apa yang dimaksud dengan pendapatan daerah dan apa saja sumber pendapatan 
daerah? 
3. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) dan apa saja sumber 
pengeluaran daerah? 
4. Bagimanakah sisklus pengelolaan keuangan daerah? 
TUJUAN 
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem keuangan daerah. 
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui tentang pendapatan daerah dan sumber 
pendapatan daerah. 
3. Untuk mengetahui tentang pengeluaran (belanja daerah) dan sumber pengeluaran 
daerah. 
4. Untuk mengetahui siklus pengelolaan keuangan daerah.
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
A. Pengertian Sistem 
Pengertian sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling 
berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk 
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu organisasi, sedangkan 
prosedur-prosedur yang saling berhubungan disusun sesuai dengan skema yang 
menyeluruh adalah suatu urut-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang 
dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang 
seragam terhadap transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu organisasi 
(Baridzwan,1998 : 3). 
L. James Havery : 
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu 
rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud 
untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah 
ditentukan. 
John Mc Manama : 
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi 
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk 
mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien. 
C.W. Churchman. 
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk 
melaksanakan seperangkat tujuan. 
J.C. Hinggins : 
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan. 
Edgar F Huse dan James L. Bowdict : 
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling
berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh 
dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan. 
B. Pengertian Keuangan Daerah 
Menurut Jaya (1999 :11) keuangan daerah adalah seluruh tatanan, perangkat 
kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan 
belanja daerah. 
Menurut Mamesah ( 1995 :16 ) keuangan daerah adalah semua hak dan 
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik 
berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum 
dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai 
dengan ketentuan daerah yang berlaku. 
Mardiasmo ( 2000 : 3 ) mengatakan bahwa dalam pemberdayaan pemerintah 
daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan 
daerah dan anggaran daerah adalah : 
1. pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public 
oriented); 
2. kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumya dan anggaran 
daerah pada khususnya; 
3. desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait 
dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah 
lainnya; 
4. kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan 
keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi 
dan akuntabilitas; 
5. kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH dan PNS Daerah, baik ratio 
maupun dasar pertimbangannya; 
6. ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan anggaran 
multi-tahunan; 
7. prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih professional;
8. prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan 
publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran, dan 
transparansi informasi anggaran kepada publik; 
9. aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran asosiasi, 
dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat 
pemerintah daerah; 
10. pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi 
anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap 
penyebarluasan informasi. 
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu 
sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989 : 279-280) adalah 
sebagai berikut. 
1. Tanggung jawab (accountability). Pemerintah daerah harus mempertanggung 
jawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan sah, lembaga 
atau orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat 
umum. 
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata dan dikelola 
sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan 
baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu 
yang telah ditentukan. 
3. Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya 
harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya. 
4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency). Merupakan tata cara mengurus 
keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat 
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan 
biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya. 
5. Pengendalian. Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan 
harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai
BAB III 
PEMBAHASAN 
A. Apa yang dimaksud dengan sistem keuangan daerah 
 KEUANGAN DAERAH 
Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 
mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam 
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang 
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan 
kewajiban daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah 
yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah 
otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah 
kota. karena pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah (pusat) maka 
keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara. 
Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut 
menimbulkan aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu 
sistem pengelolaan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan 
daerah sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan 
keungan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan 
daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka 
hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan 
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban 
dan pengawasan keuangan daerah. 
1. Dasar Hukum keuangan daerah 
Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan 
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi 
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Lebih lanjut pada pasal 18 A 
dijelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya 
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah 
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. 
Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas setidaknya 
terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih lanjut. 
adapun Peraturan tersebut antara lain : 
· UU No 17 tahun 2003 tentang Keaungan Negara 
· UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 
· UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab pengelolaan 
Keuangan Negara 
· UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional 
· UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 
· UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan 
Daerah 
Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah. 
Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan 
untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar 
tersebut kemudian mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik 
yang memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif. 
Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran 
mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau 
peraturan dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan pelaksanaan 
yang berwujud Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan terpadu 
(omnibus regulation) dari berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan 
agar memudahkan dalam pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam 
penerapanya. Peraturan tersebut memuat barbagai kebijakan terkait dengan 
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. 
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam 
Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang 
mengatur masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain : 
· Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja 
pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
· Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan 
Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan 
Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah 
· Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang Milik 
Daerah 
· Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan 
Badan Layanan Umum Daerah 
2. Ruang Lingkup Keuangan Daerah 
Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah, 
penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain 
yang dikuasai daerah. secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup 
keuangan daerah meliputi hal-hal dibawah ini: 
· hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan 
pinjaman ; 
· kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan 
membayar tagihan pihak ketiga; 
· penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. pengertian 
ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua 
penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan 
daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayan 
bersih; 
· pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah 
pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja 
daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai 
kekayaan bersih; 
· kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat 
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga, 
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; 
· kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka 
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU 
keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain
adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan 
kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, 
atau perusahaan negara/daerah 
B. Apa yang dimaksud dengan pendapatan daerah dan apa saja sumber pendapatan 
daerah 
 Pendapatan Daerah 
Pendapatan daerah pada dasarnya merupakan penerimaan daerah dalam 
bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode 
tahun anggaran yang bersangkutan. 
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2002:82-82) mengungkap 
bahwa pendapatan daerah adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul 
dari aktivitas pemerintah satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan 
bukan berasal dari pinjaman yang harus dikembalikan. 
Sedangkan menurit Abdul Halim (2002:66) pendapatan adalah penambahan 
dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau 
peningkatan aset/aktiva, atau pengurangan utang/kewajiban yang mengakibatkan 
penambahan dana yang berasal dari kontribusi dana. 
Menurut UU RI No. 32 Tahun 2001 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 
15 pengertian pendapatan daerah yaitu: “ pendapatan daerah adalah semua hak 
daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun 
anggaran yang bersangkutan.” 
 Sumber Pendapatan Daerah 
Maka sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU RI 
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157, sumber-sumber 
pendapatan daerah dapat dikelompokan sebagai berikut: 
1. Pendpatan Asli Daerah. 
a. Hasil pajak daerah 
b. Hasil retribusi daerah 
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 
d. Lai-lain PAD yang sah 
2. Dana Perimbangan, yaitu: 
a. Bagi hasil pajak atau bagi hasil bukan pajak
b. Dana alokasi umum 
c. Dana alokasi khusus 
d. Bagi hasil pajak dan Bantuan keuangan dari propinsi 
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah 
1. Pendapatan Asli Daerah 
Menurut UU RI No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara 
pemerintah pusat dan Daerah penjelasan pasal 1 ayat 28, menyatakan tentang 
pengertian Pendapatan Asli Daerah yaitu: “pendapatan yang diperoleh daerah 
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. 
Sedangkan menurut Indra Bastian (2002:83) mengemukakan bahwa : 
“ pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang berasal dari sumber 
ekonomi asli daerah”. 
Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis: 
 Pajak Daerah ( contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama 
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air. 
 Retribusi Daerah ( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi 
Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, 
Retribusi kelebihan Muatan, Retribusi Perizinan Pelayanan dan 
pengendalian.) 
 Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan 
Daerah Lainnya yang dipisahkan ( seperti : Bagian laba Bank 
Pembangunan Daerah (BPD), Bagian Laba Perusahaan Daerah, dan Bagi 
hasil investasi pada pihak ketiga. 
 Lain-lain PAD ( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan 
laba usaha daerah, antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, 
penerimaan jasa giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, denda 
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, penerimaan bunga deposit. 
2. Dana Perimbangan 
“ dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN 
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.” ( UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang 
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19). 
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2002:84) mengemukakan 
bahwa kelompok dana perimbangan adalah: 
 Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) , Bea 
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB). 
 Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian 
atas Hak Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi. 
 Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk 
membiayai kebutuhan tertentu. 
 Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam 
pemerintah kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi. 
3. Lain-lain Pendapatan yang sah 
Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara 
Pemerintah Pusat dan Daerah pada bagian penjelasan pasal 3 ayat 4 menyatakan 
bahwa : Lain-lain pendapatan yang sah antara lain: hibah, dana darurat, dan 
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”, 
3. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) dan apa saja 
sumber pengeluaran daerah 
Menurut Sri Lesminingsih ( Abdul Halim, 2001:199) bahwa “ pengeluaran daerah 
adalah semua pengeluaran kas daerah selama periode tahun anggaran bersngkutan yang 
mengurangi kekayaan pemerintah daerah”. 
Menurut Halim (2002:73) mengemukakan bahwa: 
Belanja daerah merupakan bentuk penurunan dalam manfaat ekonomi selama 
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau deplesi aset, atau terjadinya utang 
yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi 
kepada para peserta ekuitas dana. 
Dan menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Pemendagri 
No.13 Thun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah diungkap pengertian
pelanja daerah yiaitu “ belnja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui 
sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih”. 
Dari pengertian diatas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah 
adalah semua pengeluaran pemerintah pada periode anggaran daerah yang berupa aktive 
keluar, timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemilik ekuitas 
dana (rakyat). 
Belanja Daerah ada 2 yaitu Belanja Langsung dan Belanja TidakLangsung: 
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secaralangsung 
dengan pelaksanaan program dan kegiatan,sementara Belanja TidakLangsung adalah 
belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan 
kegiatan. 
 Belanja Langsung terdiri dari: ( belanja pegawai, belanja barang dan 
jasa,belanja modal) 
 Belanja Tidak Langsung diklasifikasikan menjadi: ( belanja pegawai, 
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, 
dan belanja tak terduga). 
Struktur belanja berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 relatif 
berbedadengan struktur belanja menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 
2002 
4. Bagimanakah sisklus pengelolaan keuangan daerah 
Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut : 
1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental 
2. Perencanaan operasional 
3. Penganggaran 
4. Pengendalian dan pengukuran 
5. Pelaporan dan umpan balik 
· Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang 
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). 
· Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut Rencana 
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
· Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran 
Pendapatan dan Belanja Daerah. 
· Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran. 
· Dan tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang 
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan 
catatan laporan keuangan. 
Dalam PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 
dikatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang 
diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat, 
menggolongkan, menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi 
keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka 
pelaksanaan APBD. 
Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk 
menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan 
daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 
mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa: 
(1) Laporan Realisasi Anggaran, 
(2) Neraca, 
(3) Laporan Arus Kas, dan 
(4) Catatan atas Laporan Keuangan. 
Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi 
Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan 
perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK. 
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat 
dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah 
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan 
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis pemeriksaan yang 
dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu pemeriksaan intern dan 
pemeriksaan ekstern. 
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan 
amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan keuangan
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Dengan 
demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah 
daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang 
independen akan rnelaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan 
mernberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan 
pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain 
pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini 
pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah / Inspektorat 
Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.
KESIMPULAN 
·Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, 
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan 
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. 
· Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan Undand-undang 
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA 
http://www.scribd.com/doc/50585005/8/A-Ruang-Lingkup-Keuangan- 
Daerah ( diakses 17 Oktober 2012) 
http://www.keuangandaerah.net/ (diakses 17 Oktober 2012) 
http://dedi-akun.blogspot.com/2010/06/pengelolaan-keuangan-daerah.html

More Related Content

What's hot

Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaYadhi Muqsith
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Fitran Zain
 
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianIsnu Rahadi Wiratama
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahEka Arif
 
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...Tri Widodo W. UTOMO
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoYudi Pratama
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...ghiyats dewantara
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Researcher Syndicate68
 
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Researcher Syndicate68
 
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...ginasyarifah2
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIASanawiyah29
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiTiaApriani3
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Jerry Makawimbang
 
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...YuditiaVirgiansyah
 

What's hot (19)

Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearah
 
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
 
Makalah pemerintahan
Makalah pemerintahanMakalah pemerintahan
Makalah pemerintahan
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
 
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
 
Penjelasan RUU PA
Penjelasan RUU PAPenjelasan RUU PA
Penjelasan RUU PA
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
 
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
 
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
 

Similar to SISTEM KEUANGAN DAERAH

Keuangan3
Keuangan3Keuangan3
Keuangan3Fly E
 
PAL - KD 3.11.pptx
PAL - KD 3.11.pptxPAL - KD 3.11.pptx
PAL - KD 3.11.pptxAgung759333
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii4545wr
 
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORgitamelania1
 
Makalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdf
Makalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdfMakalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdf
Makalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdfaisyahalfarabi
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makroghiyats dewantara
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraTerminal Purba
 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negarakppnpelaihari
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Hanifmaruf19
 
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAHCONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAHYakup, Jecko Tamaka
 
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen  Keuangan DaerahProposal Tesis Manajemen  Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen Keuangan DaerahYakup, Jecko Tamaka
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfFajar318789
 
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...Researcher Syndicate68
 
Administrasi Keuangan Negara.ppt
Administrasi Keuangan Negara.pptAdministrasi Keuangan Negara.ppt
Administrasi Keuangan Negara.pptRozaryNurIman
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerahEfry Ghani
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerahbarita
 
Ak308 121075-873-10
Ak308 121075-873-10Ak308 121075-873-10
Ak308 121075-873-10lutfi fitri
 

Similar to SISTEM KEUANGAN DAERAH (20)

Keuangan3
Keuangan3Keuangan3
Keuangan3
 
PAL - KD 3.11.pptx
PAL - KD 3.11.pptxPAL - KD 3.11.pptx
PAL - KD 3.11.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
 
Makalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdf
Makalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdfMakalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdf
Makalah Ilmiah Manajemen Operasional.pdf
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
 
[[RTM4.docx
[[RTM4.docx[[RTM4.docx
[[RTM4.docx
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negara
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
 
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAHCONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
 
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen  Keuangan DaerahProposal Tesis Manajemen  Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
 
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
 
Administrasi Keuangan Negara.ppt
Administrasi Keuangan Negara.pptAdministrasi Keuangan Negara.ppt
Administrasi Keuangan Negara.ppt
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerah
 
2784873.ppt
2784873.ppt2784873.ppt
2784873.ppt
 
Ak308 121075-873-10
Ak308 121075-873-10Ak308 121075-873-10
Ak308 121075-873-10
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 

SISTEM KEUANGAN DAERAH

  • 1. SISTEM KEUANGAN DAERAH Guna memenuhi tugas Sistem Pemerintahan Indonesia yang Di Bimbing Oleh Dosen Pengampu Shinta Happy Astari SAP.MAP Oleh kelompok Materi 4: 1. NOVITA SARY WINDHY 115030107111096 2. UUN MEISA BEKTI 115030101111076 3. NUR QOMARIYAH 115030107111095 4. DWI RAHAYU WULANDARI 115030107111084 5. TRI MUKTI EKA SUSANTI 115030107111059 6. DEVI PRAHARA PUTRI 115030101111035 7. RIFKI NUR AULIA S. 115030101111042 PROGAM S-1 FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG, Oktober 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, bangsa Indonesia telah maju selangkah lagi menuju era keterbukaan. Dalam era keterbukaan ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah satunya perbaikan terhadap sistem pengelolaan keuangan pada badan-badan pemerintah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut telah memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. Kewenangan yang dimaksud diantaranya adalah keleluasaan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran. Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Di sisi lain tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Transparansi dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana masyarakat dapat mengetahui dengan jelas semua kebijaksanaan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam menjalankan fungsinya beserta sumber daya yang digunakan. Sedangkan akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
  • 3. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang sesuai dengan kebutuhan daerah. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan sistem keuangan daerah? 2. Apa yang dimaksud dengan pendapatan daerah dan apa saja sumber pendapatan daerah? 3. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) dan apa saja sumber pengeluaran daerah? 4. Bagimanakah sisklus pengelolaan keuangan daerah? TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem keuangan daerah. 2. Untuk menjelaskan dan mengetahui tentang pendapatan daerah dan sumber pendapatan daerah. 3. Untuk mengetahui tentang pengeluaran (belanja daerah) dan sumber pengeluaran daerah. 4. Untuk mengetahui siklus pengelolaan keuangan daerah.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Pengertian sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu organisasi, sedangkan prosedur-prosedur yang saling berhubungan disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh adalah suatu urut-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu organisasi (Baridzwan,1998 : 3). L. James Havery : Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. John Mc Manama : Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien. C.W. Churchman. Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. J.C. Hinggins : Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan. Edgar F Huse dan James L. Bowdict : Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling
  • 5. berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan. B. Pengertian Keuangan Daerah Menurut Jaya (1999 :11) keuangan daerah adalah seluruh tatanan, perangkat kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja daerah. Menurut Mamesah ( 1995 :16 ) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan daerah yang berlaku. Mardiasmo ( 2000 : 3 ) mengatakan bahwa dalam pemberdayaan pemerintah daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah : 1. pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public oriented); 2. kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumya dan anggaran daerah pada khususnya; 3. desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnya; 4. kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi dan akuntabilitas; 5. kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH dan PNS Daerah, baik ratio maupun dasar pertimbangannya; 6. ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan anggaran multi-tahunan; 7. prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih professional;
  • 6. 8. prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran, dan transparansi informasi anggaran kepada publik; 9. aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat pemerintah daerah; 10. pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi. Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989 : 279-280) adalah sebagai berikut. 1. Tanggung jawab (accountability). Pemerintah daerah harus mempertanggung jawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan sah, lembaga atau orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum. 2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan. 3. Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya. 4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency). Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya. 5. Pengendalian. Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai
  • 7. BAB III PEMBAHASAN A. Apa yang dimaksud dengan sistem keuangan daerah  KEUANGAN DAERAH Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara. Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keungan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. 1. Dasar Hukum keuangan daerah Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
  • 8. pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Lebih lanjut pada pasal 18 A dijelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas setidaknya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih lanjut. adapun Peraturan tersebut antara lain : · UU No 17 tahun 2003 tentang Keaungan Negara · UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara · UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab pengelolaan Keuangan Negara · UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional · UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah · UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah. Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar tersebut kemudian mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif. Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau peraturan dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan pelaksanaan yang berwujud Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam penerapanya. Peraturan tersebut memuat barbagai kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain : · Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
  • 9. · Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah · Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang Milik Daerah · Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah 2. Ruang Lingkup Keuangan Daerah Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah, penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain yang dikuasai daerah. secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan daerah meliputi hal-hal dibawah ini: · hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman ; · kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga; · penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayan bersih; · pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih; · kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; · kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain
  • 10. adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah B. Apa yang dimaksud dengan pendapatan daerah dan apa saja sumber pendapatan daerah  Pendapatan Daerah Pendapatan daerah pada dasarnya merupakan penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2002:82-82) mengungkap bahwa pendapatan daerah adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas pemerintah satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan bukan berasal dari pinjaman yang harus dikembalikan. Sedangkan menurit Abdul Halim (2002:66) pendapatan adalah penambahan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset/aktiva, atau pengurangan utang/kewajiban yang mengakibatkan penambahan dana yang berasal dari kontribusi dana. Menurut UU RI No. 32 Tahun 2001 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 15 pengertian pendapatan daerah yaitu: “ pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.”  Sumber Pendapatan Daerah Maka sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157, sumber-sumber pendapatan daerah dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Pendpatan Asli Daerah. a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lai-lain PAD yang sah 2. Dana Perimbangan, yaitu: a. Bagi hasil pajak atau bagi hasil bukan pajak
  • 11. b. Dana alokasi umum c. Dana alokasi khusus d. Bagi hasil pajak dan Bantuan keuangan dari propinsi 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah 1. Pendapatan Asli Daerah Menurut UU RI No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan Daerah penjelasan pasal 1 ayat 28, menyatakan tentang pengertian Pendapatan Asli Daerah yaitu: “pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Sedangkan menurut Indra Bastian (2002:83) mengemukakan bahwa : “ pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis:  Pajak Daerah ( contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air.  Retribusi Daerah ( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, Retribusi kelebihan Muatan, Retribusi Perizinan Pelayanan dan pengendalian.)  Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang dipisahkan ( seperti : Bagian laba Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bagian Laba Perusahaan Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak ketiga.  Lain-lain PAD ( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan laba usaha daerah, antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, penerimaan jasa giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, penerimaan bunga deposit. 2. Dana Perimbangan “ dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
  • 12. rangka pelaksanaan desentralisasi.” ( UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19). Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2002:84) mengemukakan bahwa kelompok dana perimbangan adalah:  Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) , Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB).  Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian atas Hak Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.  Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk membiayai kebutuhan tertentu.  Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam pemerintah kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi. 3. Lain-lain Pendapatan yang sah Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada bagian penjelasan pasal 3 ayat 4 menyatakan bahwa : Lain-lain pendapatan yang sah antara lain: hibah, dana darurat, dan penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”, 3. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) dan apa saja sumber pengeluaran daerah Menurut Sri Lesminingsih ( Abdul Halim, 2001:199) bahwa “ pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah selama periode tahun anggaran bersngkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah”. Menurut Halim (2002:73) mengemukakan bahwa: Belanja daerah merupakan bentuk penurunan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau deplesi aset, atau terjadinya utang yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada para peserta ekuitas dana. Dan menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Pemendagri No.13 Thun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah diungkap pengertian
  • 13. pelanja daerah yiaitu “ belnja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih”. Dari pengertian diatas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah pada periode anggaran daerah yang berupa aktive keluar, timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemilik ekuitas dana (rakyat). Belanja Daerah ada 2 yaitu Belanja Langsung dan Belanja TidakLangsung: Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secaralangsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan,sementara Belanja TidakLangsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.  Belanja Langsung terdiri dari: ( belanja pegawai, belanja barang dan jasa,belanja modal)  Belanja Tidak Langsung diklasifikasikan menjadi: ( belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga). Struktur belanja berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 relatif berbedadengan struktur belanja menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 4. Bagimanakah sisklus pengelolaan keuangan daerah Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut : 1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental 2. Perencanaan operasional 3. Penganggaran 4. Pengendalian dan pengukuran 5. Pelaporan dan umpan balik · Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). · Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
  • 14. · Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. · Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran. · Dan tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan laporan keuangan. Dalam PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat, menggolongkan, menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD. Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa: (1) Laporan Realisasi Anggaran, (2) Neraca, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK. Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern. Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan keuangan
  • 15. dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang independen akan rnelaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan mernberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah / Inspektorat Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.
  • 16. KESIMPULAN ·Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. · Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan Undand-undang yang berlaku.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/50585005/8/A-Ruang-Lingkup-Keuangan- Daerah ( diakses 17 Oktober 2012) http://www.keuangandaerah.net/ (diakses 17 Oktober 2012) http://dedi-akun.blogspot.com/2010/06/pengelolaan-keuangan-daerah.html