SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 59 TAHUN 2010
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000
TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pengaturan mengenai tata cara pemilihan
penyedia jasa konstruksi yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sudah tidak sesuai
lagi dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan
jasa konstruksi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3833);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3956);
MEMUTUSKAN : . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000
TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI.
PASAL I
Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3956), diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 1 dan angka 2 diubah sehingga
Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan
secara terbuka dan diumumkan secara luas melalui
media elektronik dan/atau media cetak.
2. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan
tertentu yang diyakini jumlah penyedia jasanya terbatas
dan dinyatakan telah lulus prakualifikasi, yang
diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/
atau media cetak.
3. Pemilihan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi
tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan
terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar dari penyedia jasa
dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknis
maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar
dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
4. Penunjukan langsung adalah pengadaan jasa
konstruksi yang dilakukan tanpa melalui pelelangan
umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung
yang dilakukan hanya terhadap 1 (satu) penyedia jasa
dengan cara melakukan negosiasi, baik dari segi teknis
maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar
dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
5. Lembaga . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
5. Lembaga adalah organisasi sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi, yang bertujuan untuk
mengembangkan kegiatan jasa konstruksi nasional.
6. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam
bidang konstruksi.
2. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah
sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 4
(1) Pemilihan perencana konstruksi dan atau pengawas
konstruksi oleh pengguna jasa dengan cara pelelangan
umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1),
berlaku untuk semua pekerjaan perencanaan dan
pengawasan konstruksi.
(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan syarat:
a. diumumkan secara luas melalui media elektronik
dan/atau media cetak;
b. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha
orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada
Lembaga; dan
c. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan
oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan
harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.
(3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan
pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan:
a. pengumuman;
b. pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;
c. penjelasan;
d. pemasukan penawaran;
e. evaluasi penawaran;
f. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan
penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga,
harga tetap, atau harga terendah;
g. pengumuman . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
g. pengumuman calon pemenang;
h. masa sanggah; dan
i. penetapan pemenang.
(4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf e ditetapkan oleh
pengguna jasa.
3. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah,
ayat (2) huruf f dihapus, dan diantara ayat (2) dan ayat (3)
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2a) sehingga Pasal 6
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6
(1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi dengan cara pelelangan terbatas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3),
dilakukan untuk pekerjaan yang:
a. mempunyai risiko tinggi; dan atau
b. mempunyai teknologi tinggi.
(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan syarat:
a. diumumkan secara luas melalui media elektronik
dan/atau media cetak;
b. jumlah penyedia jasa yang tersedia terbatas;
c. melalui proses prakualifikasi untuk menetapkan
daftar pendek peserta pelelangan;
d. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha
orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada
Lembaga;
e. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan
oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan
harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.
(2a) Kriteria . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
(2a) Kriteria penetapan daftar pendek sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
1) pengalaman perusahaan untuk pekerjaan sejenis;
dan
2) kualifikasi tenaga ahli yang dimiliki.
(3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan
pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan:
a. pengumuman prakualifikasi;
b. pemasukan dokumen prakualifikasi;
c. evaluasi prakualifikasi dan menetapkan daftar
pendek;
d. undangan kepada peserta yang masuk dalam daftar
pendek;
e. penjelasan;
f. pemasukan penawaran;
g. evaluasi penawaran;
h. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan
penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga,
harga tetap, atau harga terendah;
i. pengumuman calon pemenang;
j. masa sanggah; dan
k. penetapan pemenang.
(4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf g ditetapkan oleh
pengguna jasa.
4. Ketentuan Pasal 7 ayat (3) diubah sehingga Pasal 7
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
(1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi dengan cara pemilihan langsung
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, hanya berlaku
untuk keadaan tertentu, yaitu:
a. penanganan darurat untuk keamanan dan
keselamatan masyarakat yang masih
memungkinkan untuk mengadakan pemilihan
langsung;
b. pekerjaan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat
terbatas jumlahnya, dengan ketentuan pekerjaan
hanya dapat dilakukan dengan teknologi baru dan
penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya
sangat terbatas;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang
menyangkut keamanan dan keselamatan Negara
yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau
d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan:
1) untuk kepentingan pelayanan umum;
2) mempunyai risiko kecil;
3) menggunakan teknologi sederhana; dan atau
4) dilaksanakan penyedia jasa usaha orang
perseorangan dan badan usaha kecil.
(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan syarat:
a. mengundang sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar;
b. memilih dari beberapa penawar;
c. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha
orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada
Lembaga; dan
d. tenaga terampil dan ahli yang dipekerjakan oleh
badan usaha atau usaha orang perseorangan harus
bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.
(3) Tata cara pemilihan langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan:
a. undangan;
b. penjelasan;
c. pemasukan penawaran;
d. evaluasi penawaran dilakukan berdasarkan
penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga,
harga tetap, atau harga terendah;
e. klarifikasi dan negosiasi setelah ditentukan
peringkatnya; dan
f. penetapan pemenang.
(4) Pemilihan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
(4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf d ditetapkan oleh
pengguna jasa.
5. Ketentuan Pasal 8 ayat (3) diubah sehingga Pasal 8
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi dengan cara penunjukan langsung
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, berlaku untuk:
a. Keadaan tertentu, yaitu:
1) penanganan darurat untuk keamanan dan
keselamatan masyarakat yang pelaksanaan
pekerjaannya tidak dapat ditunda atau harus
dilakukan dengan segera;
2) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat
terbatas jumlahnya, dengan ketentuan
pekerjaan hanya dapat dikerjakan dengan
teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu
mengaplikasikannya hanya satu-satunya;
3) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang
menyangkut keamanan dan keselamatan
Negara yang ditetapkan oleh Presiden;
4) pekerjaan yang berskala kecil dengan
ketentuan:
a. untuk keperluan sendiri/pribadi;
b. mempunyai risiko kecil;
c. menggunakan teknologi sederhana; dan atau
d. dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha
orang perseorangan dan badan usaha kecil.
dan atau
5) pekerjaan lanjutan yang secara teknis
merupakan kesatuan konstruksi yang sifat
pertanggungannya terhadap kegagalan
bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari
pekerjaan yang sudah dilaksanakan
sebelumnya; atau
b. Pekerjaan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
b. Pekerjaan yang hanya dilakukan oleh pemegang
hak cipta atau pihak lain yang telah mendapat
lisensi.
(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan syarat:
a. penyedia jasa yang berbentuk badan usaha harus
sudah diregistrasi pada Lembaga;
b. tenaga terampil dan ahli yang dipekerjakan oleh
badan usaha atau usaha orang perseorangan harus
bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga; atau
c. penyedia jasa yang bersangkutan merupakan
pemegang hak cipta atau pihak lain yang telah
mendapat lisensi.
(3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan
pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memenuhi tahapan:
a. undangan;
b. penjelasan;
c. pemasukan penawaran;
d. negosiasi; dan
e. penetapan pemenang.
6. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga
Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9
(1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara
pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal
(3) berlaku untuk semua pekerjaan pelaksanaan
konstruksi.
(2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan syarat:
a. diumumkan secara luas melalui media elektronik
dan/atau media cetak;
b. dilakukan penilaian kualifikasi baik prakualifikasi
maupun pasca kualifikasi;
c. peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah
diregistrasi pada Lembaga; dan
d. tenaga . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -
d. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan
oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan
harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.
(3) Tata cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan:
a. pengumuman;
b. pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;
c. penjelasan;
d. pemasukan penawaran;
e. evaluasi penawaran;
f. penetapan calon pemenang berdasarkan harga
terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis
serta tanggap terhadap dokumen pelelangan;
g. pengumuman calon pemenang;
h. masa sanggah; dan
i. penetapan pemenang.
7. Ketentuan Pasal 10 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah
sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10
(1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara
pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud dalam
pasal (3) berlaku untuk pekerjaan dengan ketentuan:
a. mempunyai risiko tinggi; dan
b. menggunakan teknologi tinggi.
(2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan syarat:
a. diumumkan secara luas melalui media elektronik
dan/atau media cetak;
b. jumlah penyedia jasa terbatas;
c. melalui proses prakualifikasi;
d. peserta pelelangan yang berbentuk badan usaha
harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan
e. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan
oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan
harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.
(3) Tata cara . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
(3) Tata cara pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan:
a. pengumuman untuk prakualifikasi;
b. pemasukan dokumen prakualifikasi;
c. evaluasi prakualifikasi;
d. undangan berdasarkan hasil prakualifikasi;
e. penjelasan;
f. pemasukan penawaran;
g. evaluasi penawaran;
h. penetapan calon pemenang berdasarkan harga
terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis
serta tanggap terhadap dokumen pelelangan;
i. pengumuman calon pemenang;
j. masa sanggah; dan
k. penetapan pemenang.
8. Ketentuan Pasal 11 ayat (3) diubah sehingga Pasal 11
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 11
(1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara
pemilihan langsung sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 berlaku untuk keadaan tertentu, yaitu:
a. penanganan darurat untuk keamanan dan
keselamatan masyarakat yang masih
memungkinkan untuk mengadakan proses
pemilihan langsung;
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan dengan teknologi baru dan penyedia
jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat
terbatas;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang
menyangkut keamanan dan keselamatan Negara
yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau
d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan:
1) untuk kepentingan pelayanan umum;
2) mempunyai risiko kecil;
3) menggunakan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
3) menggunakan teknologi sederhana; dan atau
4) dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang
perseorangan atau badan usaha kecil.
(2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan syarat:
a. diundang sekurang-kuranganya 3 (tiga) penawar;
b. pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran
tidak perlu pada waktu yang bersamaan;
c. peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah
diregistrasi pada Lembaga; dan
d. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan
oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan
harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga;
(3) Tata cara pemilihan pelaksana konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memenuhi tahapan:
a. undangan;
b. penjelasan;
c. pemasukan penawaran;
d. evaluasi penawaran;
e. dapat dilakukan negosiasi setelah ditentukan
peringkatnya; dan
f. penetapan pemenang.
9. Ketentuan Pasal 12 ayat (3) diubah sehingga Pasal 12
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 12
(1) Penunjukan langsung pelaksana konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, berlaku untuk:
a. Keadaan tertentu, yaitu:
1) penanganan darurat untuk keamanan dan
keselamatan masyarakat yang pelaksanaan
pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus
dilakukan segera;
2) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan dengan penggunaan teknologi
baru dan penyedia jasa yang mampu
mengaplikasikannya hanya satu-satunya;
3) pekerjaan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
3) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang
menyangkut keamanan dan keselamatan
Negara yang ditetapkan oleh Presiden;
4) pekerjaan yang berskala kecil dengan
ketentuan:
a) untuk keperluan sendiri;
b) mempunyai risiko kecil;
c) menggunakan teknologi sederhana; dan atau
d) dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha
orang perseorangan dan badan usaha kecil,
dan atau
5) pekerjaan lanjutan yang secara teknis
merupakan kesatuan konstruksi yang sifat
pertanggungannya terhadap kegagalan
bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari
pekerjaan yang sudah dilaksanakan
sebelumnya; atau
b. Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
pemegang hak paten atau pihak lain yang telah
mendapat izin.
(2) Penunjukan langsung pelaksana konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan syarat:
a. peserta yang berbentuk badan usaha dan usaha
orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada
Lembaga;
b. tenaga ahli dan atau tenaga terampil yang
dipekerjakan oleh badan usaha dan usaha orang
perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan
oleh Lembaga; dan
c. penyedia jasa yang bersangkutan merupakan
pemegang hak paten atau pihak lain yang telah
mendapat lisensi.
(3) Tata cara penunjukan langsung pelaksana konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memenuhi tahapan:
a. undangan;
b. penjelasan;
c. pemasukan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
c. pemasukan penawaran;
d. negosiasi; dan
e. penetapan penyedia jasa.
10. Ketentuan Pasal 13 ayat (3) huruf a dan ayat (4) diubah
sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
(1) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan
mengikuti tata cara pemilihan pelaksana konstruksi
dengan cara pelelangan terbatas.
(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan jasa
konstruksi secara terintegrasi adalah pekerjaan yang:
a. bersifat kompleks;
b. memerlukan teknologi tinggi;
c. mempunyai risiko tinggi; dan
d. memiliki biaya besar.
(3) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan dengan
syarat:
a. diumumkan secara luas melalui media elektronik
dan/atau media cetak;
b. jumlah penyedia jasa terbatas; dan
c. melalui proses prakualifikasi.
(4) Tata cara pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memenuhi tahapan:
a. pengumuman prakualifikasi;
b. pemasukan dokumen prakualifikasi;
c. evaluasi prakualifikasi;
d. undangan berdasarkan hasil prakualifikasi;
e. penjelasan;
f. pemasukan penawaran;
g. evaluasi penawaran;
h. penetapan calon pemenang berdasarkan harga
terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis
serta tanggap terhadap dokumen pelelangan;
i. pengumuman . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
i. pengumuman calon pemenang;
j. masa sanggah; dan
k. penetapan pemenang.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan syarat-syarat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dan pekerjaan
yang dilakukan secara terintegrasi ditentukan oleh
Menteri.
11. Ketentuan Pasal 15 huruf a, huruf b, dan huruf k diubah
sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 15
Pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa
berkewajiban untuk:
a. mengumumkan secara luas melalui media elektronik
dan/atau media cetak untuk setiap pekerjaan yang
ditawarkan dengan cara pelelangan umum atau
pelelangan terbatas;
b. menerbitkan dokumen pelelangan umum, pelelangan
terbatas, atau pemilihan langsung secara lengkap, jelas,
dan benar serta dapat dipahami, yang memuat:
1) petunjuk bagi penawaran;
2) tata cara pelelangan umum, pelelangan terbatas,
atau pemilihan langsung mencakup prosedur,
persyaratan, dan kewenangan;
3) persyaratan kontrak mencakup syarat umum dan
syarat khusus; dan
4) ketentuan evaluasi;
c. mengundang semua penyedia jasa yang lulus
prakualifikasi untuk memasukkan penawaran;
d. menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara
lengkap, jelas, dan benar serta dapat dipahami yang
memuat:
1) tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur,
persyaratan, dan kewenangan; dan
2) syarat-syarat kontrak mencakup syarat umum dan
syarat khusus;
e. memberikan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
e. memberikan penjelasan tentang pekerjaan termasuk
mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan;
f. memberikan tanggapan terhadap sanggahan dari
penyedia jasa;
g. menetapkan penyedia jasa dalam batas waktu yang
ditentukan dalam dokumen lelang;
h. mengembalikan jaminan penawaran bagi penyedia jasa
yang kalah, sedangkan bagi penyedia jasa yang menang
mengikuti ketentuan yang diatur dalam dokumen
pelelangan;
i. menunjukkan bukti kemampuan membayar;
j. menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas
waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang;
k. mengganti biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa
untuk penyiapan pelelangan apabila pengguna jasa
membatalkan pemilihan penyedia jasa tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan; dan
l. memberikan penjelasan tentang risiko pekerjaan
termasuk kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam
pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan
lapangan apabila diperlukan.
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 95
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perekonomian dan Industri,
Setio Sapto Nugroho

More Related Content

What's hot

Uu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksiUu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksi
franst
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
infosanitasi
 
IAI standard fee
IAI standard feeIAI standard fee
IAI standard fee
jose_t
 
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Mohammad Singgih
 

What's hot (19)

Subkualifikasi sbu
Subkualifikasi sbuSubkualifikasi sbu
Subkualifikasi sbu
 
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
 
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksiUndang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
 
Uu jasa konstruksi 18 1999
Uu jasa konstruksi 18 1999Uu jasa konstruksi 18 1999
Uu jasa konstruksi 18 1999
 
Uu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksiUu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksi
 
Permenpu 8 prt_m_2011
Permenpu 8 prt_m_2011Permenpu 8 prt_m_2011
Permenpu 8 prt_m_2011
 
Se menteri pupr22-2020
Se menteri pupr22-2020Se menteri pupr22-2020
Se menteri pupr22-2020
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
 
Kasus proyek abadi pembangunan
Kasus proyek abadi pembangunanKasus proyek abadi pembangunan
Kasus proyek abadi pembangunan
 
IAI standard fee
IAI standard feeIAI standard fee
IAI standard fee
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
 
Uu jakon no_2_2017
Uu jakon no_2_2017Uu jakon no_2_2017
Uu jakon no_2_2017
 
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONIPerbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
 
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja KonstruksiContoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
 
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
 
Pp no 29_th_2000
Pp no 29_th_2000Pp no 29_th_2000
Pp no 29_th_2000
 
Konsolidasi Permen PU No 07 Tahun 2011 dan Perubahannya tentang Standar dan P...
Konsolidasi Permen PU No 07 Tahun 2011 dan Perubahannya tentang Standar dan P...Konsolidasi Permen PU No 07 Tahun 2011 dan Perubahannya tentang Standar dan P...
Konsolidasi Permen PU No 07 Tahun 2011 dan Perubahannya tentang Standar dan P...
 
Konsilidasi Permen PU 07 Tahun 2011 dan Perubahannya [Perubahan Ketiga]
Konsilidasi Permen PU 07 Tahun 2011 dan Perubahannya [Perubahan Ketiga]Konsilidasi Permen PU 07 Tahun 2011 dan Perubahannya [Perubahan Ketiga]
Konsilidasi Permen PU 07 Tahun 2011 dan Perubahannya [Perubahan Ketiga]
 
Permen PU Nomor 14 Tahun 2013
Permen PU Nomor 14 Tahun 2013Permen PU Nomor 14 Tahun 2013
Permen PU Nomor 14 Tahun 2013
 

Similar to Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
Bintek
 
Permen pu05 2014
Permen pu05 2014Permen pu05 2014
Permen pu05 2014
udin2234
 
Paket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrak
Paket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrakPaket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrak
Paket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrak
Muhammad Yahya
 

Similar to Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (20)

Pp29 2000
Pp29 2000Pp29 2000
Pp29 2000
 
pp 29 2000 jo 59-2010 new-gis
pp 29 2000 jo 59-2010 new-gispp 29 2000 jo 59-2010 new-gis
pp 29 2000 jo 59-2010 new-gis
 
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
 
201605 07-smk3 dalam pbj
201605 07-smk3 dalam pbj201605 07-smk3 dalam pbj
201605 07-smk3 dalam pbj
 
5. perpres 54 jo 70 b
5. perpres 54 jo 70   b5. perpres 54 jo 70   b
5. perpres 54 jo 70 b
 
Permen pu05 2014
Permen pu05 2014Permen pu05 2014
Permen pu05 2014
 
Permen pu05 2014 rk#k
Permen pu05 2014 rk#kPermen pu05 2014 rk#k
Permen pu05 2014 rk#k
 
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdfPP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
 
PCM KONTRAK GEDUNG
PCM KONTRAK GEDUNGPCM KONTRAK GEDUNG
PCM KONTRAK GEDUNG
 
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdfModul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
 
pp k3.pptx
pp k3.pptxpp k3.pptx
pp k3.pptx
 
Pelelangan
PelelanganPelelangan
Pelelangan
 
20211026 Refreshing PBJ Kota Malang.pptx
20211026 Refreshing PBJ Kota Malang.pptx20211026 Refreshing PBJ Kota Malang.pptx
20211026 Refreshing PBJ Kota Malang.pptx
 
PP Nomor 4 Tahun 2010
PP Nomor 4 Tahun 2010PP Nomor 4 Tahun 2010
PP Nomor 4 Tahun 2010
 
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
Peraturan KEMENKUMHAM tentang Pengangkatan Notaris [2017]
 
Paket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrak
Paket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrakPaket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrak
Paket 1 perencanaan teknis jalan dan jembatan prov. sulbar draft kontrak
 
2. UU jakon.pptx
2. UU jakon.pptx2. UU jakon.pptx
2. UU jakon.pptx
 
Kelompok 2 Barang dan Jasa Publik.pptx
Kelompok 2 Barang dan Jasa Publik.pptxKelompok 2 Barang dan Jasa Publik.pptx
Kelompok 2 Barang dan Jasa Publik.pptx
 
201605 04-permen pu 05
201605 04-permen pu 05201605 04-permen pu 05
201605 04-permen pu 05
 
Permen pupr21 2019-smkk PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...
Permen pupr21 2019-smkk PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...Permen pupr21 2019-smkk PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...
Permen pupr21 2019-smkk PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...
 

More from Penataan Ruang

More from Penataan Ruang (20)

Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
 
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
 

Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

  • 1. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengaturan mengenai tata cara pemilihan penyedia jasa konstruksi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3833); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3956); MEMUTUSKAN : . . .
  • 2. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI. PASAL I Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956), diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 angka 1 dan angka 2 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dan diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak. 2. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diyakini jumlah penyedia jasanya terbatas dan dinyatakan telah lulus prakualifikasi, yang diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/ atau media cetak. 3. Pemilihan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 4. Penunjukan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung yang dilakukan hanya terhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara melakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 5. Lembaga . . .
  • 3. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3 - 5. Lembaga adalah organisasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang bertujuan untuk mengembangkan kegiatan jasa konstruksi nasional. 6. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang konstruksi. 2. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: Pasal 4 (1) Pemilihan perencana konstruksi dan atau pengawas konstruksi oleh pengguna jasa dengan cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1), berlaku untuk semua pekerjaan perencanaan dan pengawasan konstruksi. (2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak; b. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan c. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga. (3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. pengumuman; b. pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; c. penjelasan; d. pemasukan penawaran; e. evaluasi penawaran; f. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga, harga tetap, atau harga terendah; g. pengumuman . . .
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4 - g. pengumuman calon pemenang; h. masa sanggah; dan i. penetapan pemenang. (4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf e ditetapkan oleh pengguna jasa. 3. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah, ayat (2) huruf f dihapus, dan diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2a) sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut: Pasal 6 (1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3), dilakukan untuk pekerjaan yang: a. mempunyai risiko tinggi; dan atau b. mempunyai teknologi tinggi. (2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak; b. jumlah penyedia jasa yang tersedia terbatas; c. melalui proses prakualifikasi untuk menetapkan daftar pendek peserta pelelangan; d. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada Lembaga; e. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga. (2a) Kriteria . . .
  • 5. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5 - (2a) Kriteria penetapan daftar pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi: 1) pengalaman perusahaan untuk pekerjaan sejenis; dan 2) kualifikasi tenaga ahli yang dimiliki. (3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. pengumuman prakualifikasi; b. pemasukan dokumen prakualifikasi; c. evaluasi prakualifikasi dan menetapkan daftar pendek; d. undangan kepada peserta yang masuk dalam daftar pendek; e. penjelasan; f. pemasukan penawaran; g. evaluasi penawaran; h. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga, harga tetap, atau harga terendah; i. pengumuman calon pemenang; j. masa sanggah; dan k. penetapan pemenang. (4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf g ditetapkan oleh pengguna jasa. 4. Ketentuan Pasal 7 ayat (3) diubah sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut: Pasal 7 (1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara pemilihan langsung sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, hanya berlaku untuk keadaan tertentu, yaitu: a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih memungkinkan untuk mengadakan pemilihan langsung; b. pekerjaan . . .
  • 6. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 6 - b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat terbatas jumlahnya, dengan ketentuan pekerjaan hanya dapat dilakukan dengan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas; c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: 1) untuk kepentingan pelayanan umum; 2) mempunyai risiko kecil; 3) menggunakan teknologi sederhana; dan atau 4) dilaksanakan penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil. (2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. mengundang sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar; b. memilih dari beberapa penawar; c. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan d. tenaga terampil dan ahli yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga. (3) Tata cara pemilihan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. undangan; b. penjelasan; c. pemasukan penawaran; d. evaluasi penawaran dilakukan berdasarkan penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga, harga tetap, atau harga terendah; e. klarifikasi dan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya; dan f. penetapan pemenang. (4) Pemilihan . . .
  • 7. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 7 - (4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf d ditetapkan oleh pengguna jasa. 5. Ketentuan Pasal 8 ayat (3) diubah sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut: Pasal 8 (1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara penunjukan langsung sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, berlaku untuk: a. Keadaan tertentu, yaitu: 1) penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda atau harus dilakukan dengan segera; 2) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat terbatas jumlahnya, dengan ketentuan pekerjaan hanya dapat dikerjakan dengan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya hanya satu-satunya; 3) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden; 4) pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: a. untuk keperluan sendiri/pribadi; b. mempunyai risiko kecil; c. menggunakan teknologi sederhana; dan atau d. dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil. dan atau 5) pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan konstruksi yang sifat pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya; atau b. Pekerjaan . . .
  • 8. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 8 - b. Pekerjaan yang hanya dilakukan oleh pemegang hak cipta atau pihak lain yang telah mendapat lisensi. (2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. penyedia jasa yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada Lembaga; b. tenaga terampil dan ahli yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga; atau c. penyedia jasa yang bersangkutan merupakan pemegang hak cipta atau pihak lain yang telah mendapat lisensi. (3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. undangan; b. penjelasan; c. pemasukan penawaran; d. negosiasi; dan e. penetapan pemenang. 6. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 (1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal (3) berlaku untuk semua pekerjaan pelaksanaan konstruksi. (2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak; b. dilakukan penilaian kualifikasi baik prakualifikasi maupun pasca kualifikasi; c. peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan d. tenaga . . .
  • 9. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 9 - d. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga. (3) Tata cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. pengumuman; b. pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; c. penjelasan; d. pemasukan penawaran; e. evaluasi penawaran; f. penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan; g. pengumuman calon pemenang; h. masa sanggah; dan i. penetapan pemenang. 7. Ketentuan Pasal 10 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut: Pasal 10 (1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud dalam pasal (3) berlaku untuk pekerjaan dengan ketentuan: a. mempunyai risiko tinggi; dan b. menggunakan teknologi tinggi. (2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak; b. jumlah penyedia jasa terbatas; c. melalui proses prakualifikasi; d. peserta pelelangan yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan e. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga. (3) Tata cara . . .
  • 10. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 10 - (3) Tata cara pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. pengumuman untuk prakualifikasi; b. pemasukan dokumen prakualifikasi; c. evaluasi prakualifikasi; d. undangan berdasarkan hasil prakualifikasi; e. penjelasan; f. pemasukan penawaran; g. evaluasi penawaran; h. penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan; i. pengumuman calon pemenang; j. masa sanggah; dan k. penetapan pemenang. 8. Ketentuan Pasal 11 ayat (3) diubah sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut: Pasal 11 (1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pemilihan langsung sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 berlaku untuk keadaan tertentu, yaitu: a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih memungkinkan untuk mengadakan proses pemilihan langsung; b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas; c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: 1) untuk kepentingan pelayanan umum; 2) mempunyai risiko kecil; 3) menggunakan . . .
  • 11. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 11 - 3) menggunakan teknologi sederhana; dan atau 4) dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan atau badan usaha kecil. (2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. diundang sekurang-kuranganya 3 (tiga) penawar; b. pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran tidak perlu pada waktu yang bersamaan; c. peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan d. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga; (3) Tata cara pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. undangan; b. penjelasan; c. pemasukan penawaran; d. evaluasi penawaran; e. dapat dilakukan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya; dan f. penetapan pemenang. 9. Ketentuan Pasal 12 ayat (3) diubah sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut: Pasal 12 (1) Penunjukan langsung pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, berlaku untuk: a. Keadaan tertentu, yaitu: 1) penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera; 2) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya hanya satu-satunya; 3) pekerjaan . . .
  • 12. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 12 - 3) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden; 4) pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: a) untuk keperluan sendiri; b) mempunyai risiko kecil; c) menggunakan teknologi sederhana; dan atau d) dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan atau 5) pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan konstruksi yang sifat pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya; atau b. Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak lain yang telah mendapat izin. (2) Penunjukan langsung pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan syarat: a. peserta yang berbentuk badan usaha dan usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi pada Lembaga; b. tenaga ahli dan atau tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha dan usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga; dan c. penyedia jasa yang bersangkutan merupakan pemegang hak paten atau pihak lain yang telah mendapat lisensi. (3) Tata cara penunjukan langsung pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. undangan; b. penjelasan; c. pemasukan . . .
  • 13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 13 - c. pemasukan penawaran; d. negosiasi; dan e. penetapan penyedia jasa. 10. Ketentuan Pasal 13 ayat (3) huruf a dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut: Pasal 13 (1) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan mengikuti tata cara pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan terbatas. (2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan jasa konstruksi secara terintegrasi adalah pekerjaan yang: a. bersifat kompleks; b. memerlukan teknologi tinggi; c. mempunyai risiko tinggi; dan d. memiliki biaya besar. (3) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan dengan syarat: a. diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak; b. jumlah penyedia jasa terbatas; dan c. melalui proses prakualifikasi. (4) Tata cara pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi tahapan: a. pengumuman prakualifikasi; b. pemasukan dokumen prakualifikasi; c. evaluasi prakualifikasi; d. undangan berdasarkan hasil prakualifikasi; e. penjelasan; f. pemasukan penawaran; g. evaluasi penawaran; h. penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan; i. pengumuman . . .
  • 14. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 14 - i. pengumuman calon pemenang; j. masa sanggah; dan k. penetapan pemenang. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dan pekerjaan yang dilakukan secara terintegrasi ditentukan oleh Menteri. 11. Ketentuan Pasal 15 huruf a, huruf b, dan huruf k diubah sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut: Pasal 15 Pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk: a. mengumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak untuk setiap pekerjaan yang ditawarkan dengan cara pelelangan umum atau pelelangan terbatas; b. menerbitkan dokumen pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung secara lengkap, jelas, dan benar serta dapat dipahami, yang memuat: 1) petunjuk bagi penawaran; 2) tata cara pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan; 3) persyaratan kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus; dan 4) ketentuan evaluasi; c. mengundang semua penyedia jasa yang lulus prakualifikasi untuk memasukkan penawaran; d. menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara lengkap, jelas, dan benar serta dapat dipahami yang memuat: 1) tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan; dan 2) syarat-syarat kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus; e. memberikan . . .
  • 15. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 15 - e. memberikan penjelasan tentang pekerjaan termasuk mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan; f. memberikan tanggapan terhadap sanggahan dari penyedia jasa; g. menetapkan penyedia jasa dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang; h. mengembalikan jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah, sedangkan bagi penyedia jasa yang menang mengikuti ketentuan yang diatur dalam dokumen pelelangan; i. menunjukkan bukti kemampuan membayar; j. menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang; k. mengganti biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa untuk penyiapan pelelangan apabila pengguna jasa membatalkan pemilihan penyedia jasa tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; dan l. memberikan penjelasan tentang risiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan. Pasal II Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . .
  • 16. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 16 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 95 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Perekonomian dan Industri, Setio Sapto Nugroho