ABSTRAK
Saat ini pertumbuhan industry pulp dan kertas semakin meningkat seiring perkembangan zaman. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan penggunakan kertas yang bahan bakunya bersal dari kayu. Akibat adanya pembangunan ini menyebabkan eksploitasi terhadap hasil hutan. Disisi lain dari pembangunan industry pulp dan kertas ini adalah limbah yang dihasilkan yang cukup besar. Dikhawatiran limbah yang berupa serat limbah (sludge) dari proses pengolahan tersebut dibuang ke badan air yang dapat saja menyebabkan pencemaran lingkungan. Untuk itu perlu adanya solusi mencegah pencemaran lingkungan seperti yang disebutkan sebelumnya dengan cara mengolah limbah sludge menjadi kompos.
Kata kunci:.industri pulp dan kertas, sludge, kompos, kestabilan lingkungan.
1. (REVIEW JURNAL)
PEMANFAATAN SLUDGE LIMBAH KERTAS UNTUK PEMBUATAN KOMPOS
DENGAN METODE WINDROW DAN CINA
Oleh:
Nurul Huda. S
(H1E112005)
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
Saat ini pertumbuhan industry pulp dan kertas semakin meningkat seiring
perkembangan zaman. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan penggunakan
kertas yang bahan bakunya bersal dari kayu. Akibat adanya pembangunan ini
menyebabkan eksploitasi terhadap hasil hutan. Disisi lain dari pembangunan
industry pulp dan kertas ini adalah limbah yang dihasilkan yang cukup besar.
Dikhawatiran limbah yang berupa serat limbah (sludge) dari proses pengolahan
tersebut dibuang ke badan air yang dapat saja menyebabkan pencemaran
lingkungan. Untuk itu perlu adanya solusi mencegah pencemaran lingkungan
seperti yang disebutkan sebelumnya dengan cara mengolah limbah sludge
menjadi kompos.
Kata kunci:.industri pulp dan kertas, sludge, kompos, kestabilan lingkungan.
PENDAHULUAN
Perkembangan industry di
Indonesia setiap tahunnya semakin
meningkat, khususnya industry pulp
dan kertas. Dapat dibayangkan setiap
orang setiap harinya menggunakan
kertas dalam kehidupan mereka
sehari-harinya. Sehingga dapat
diperkirakan banyaknya perusahaan
pulp dan kertas di Indonesia. Untuk
kapasitas produksi industry kertas
pada tahun 1987 sebesar 980.000
ton, kemudian pada tahun 1997
meningkat tajam menjadi 7.232.800
ton. Apabila kita memperhitungkan
rencana perluasan dan investasi baru
dari tahun 1988 hingga akhir tahun
2. 2005 dapat diperkirakan produksi
kertas oleh industry-industri kertas
tersebut mencapai 13.696.170 ton.
Penggunaan kertas di berbagai
dunia saat ini mencapai angka yang
sangat tinggi. Kertas yang biasanya
kita gunakan terbuat dari kayu yang
diolah dengan teknologi yang cukup
canggih. Terbukti 90% pulp dan
kertas yang diproduksi menggunakan
bahan baku kayu sebagai bahan
berserat selulosa. Dari hal ini dapat
kita bayangkan berapa banyak kayu
yang dieksploitasi untuk keperluan
industry tersebut. Eksploitasi tersebut
dapat berdampak langsung terhadap
kestabilan lingkungan hidup sehingga
perlu mendapat perhatian khusus
oleh pemerintah setempat.
Begitu juga dalam industry pulp
yang mengalami pertumbuhan yang
semakin meningkat. Pada tahun 1987
kapasitas produksi industri pulp
mencapai 515.000 ton, kemudian
tahun 1997 meningkat menjadi
3.905.600 ton. Sementara itu, pada
tahun 1998-1999 direncanakan
produksi sebesar 1.390.000 ton.
Tidak heran saat ini Indonesia
menjadi salah satu Negara
pengekspor pulp dan kertas terbesar
di dunia. Nilai ekspor industry ini
pada tahun 1998 mencapai nilai US
$2,1 milyar. Sebagai negara
pengekspor pulp dan kertas terbesar,
terjadi pengembangan industry pulp
dan kertas APP (Asian Pulp and
Paper) oleh kelompok usaha Sinar
Mas. Dampak yang dirasakan dari
pembangunan industry ini adalah
bertambahnya limbah yang dihasilkan
dari aktivitas industry tersebut.
Industry pulp dan kertas
merupakan salah satu industry
penghasil limbah padat dengan
jumlah yang cukup besar. Limbah
padat yang dihasilkan dari industry
pulp dan kertas ini berupa serat
limbah (sludge) yang berasal dari
system pengolahan limbah cair
(kolam primary dan secondary
treatment), dimana sludge umumnya
merupakan 10-50% dari beban COD
limbah yang diolah. Industry pulp dan
kertas menjadi salah satu
penyumbang limbah cair yang cukup
berbahaya bagi lingkungan.
Peningkatan produksi pada industri
tersebut diikuti dengan adanya air
buangan dengan kadar polutan yang
cukup tinggi.
3. Air buangan yang dihasilkan oleh
industry pulp dan kertas berasal dari
proses pulping, bleaching dan paper
making. Polutan dalam air buangan
tersebut adalah senyawa organik
koloid, serat hemiselulosa, zat
pengurai serat, perekat, kandungan
selulosa, serat sintetik, dan bahan
seluler lainnya. Polutan tersebut
dapat menyebabkan tingginya tingkat
kekekruhan air limbah dan tingginya
kadar Chemical Oxyen Demand
(COD).
Perlu dilakukan pengawasan
terhadap air buangan yang dihasilkan
dari industry kertas dan pulp. Hal
yang dikhawatirkan adalah apabila air
buangan tersebut dibuang ke badan
air, maka akan menyebabkan
terjadinya pencemaran air sehingga
menurunkan daya dukung
lingkungan. Untuk menjaga kualitas
air sungai agar tetap pada kondisi
alamiahnya perlu dilakukan
pengolahan dan pengendalian
pencemaran air secara bijaksana.
Dengan adanya pengolahan air
buangan tersebut akan membantu
menjaga kestabilan lingkungan.
Pemanfaatan limbah sludge
sebagai kompos merupakan salah
satu alternative untuk menjaga
kastabilan lingkungan. Kompos yang
dihasilkan dari sludge berpotensi
meningkatkan produktivitas tanaman
dan juga membantu meningkatkan
kualitas tanah. Disisi lain kompos
juga tidak mempengaruhi/mencemari
lingkungan selama kondisi dan
penggunaannya sesuai ketentuan.
Sludge mengandung beberapa
unsur, diantaranya unsur N, P, C
organic, Ca, Mg, K, Cu, Mn, Zn, dan
Fe yang termasuk unsur hara
tanaman. Perlu adanya pencampuran
bahan organic yang memiliki
kandungan C yang tinggi karena
pada sludge memiliki rasio C/N
rendah. Pencampuran bahan organic
tersebut diharapkan untuk
memperoleh hasil pengomposan
yang terbaik.
Dalam pembuatan kompos
diperlukan mikroorganisme yang
berfungsi sebagai pendegradasi
selulosa. Mikroorganisme tersebut
termasuk ke dalam mikroorganisme
cosmopolitan yang tersebar luas di
tanah dan air sebagai decomposer
sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati,
seperti Trichoderma viride yang
menghasilkan enzim selulase dalam
4. jumlah banyak dan sifatnya stabil,
Trichoderma sp., Azotobacter sp.,
Lactobacillus sp, bakteri penghasil
asam laktat, bakteri fotosintetik,
Streptomyces sp dan yeast/khamir
dan juga kotoran ternak.
PEMBAHASAN
Pengolahan limbah air buangan
dimaksudkan untuk menurunkan
polutan yang melebihi ambang batas
yang diijinkan dalam air buangan. Air
buangan industri adalah air buangan
dari kegiatan industri yang dapat
diolah dan digunakan kembali dalam
proses dibuang di badan air setelah
diolah terlebih dahulu atau
membuang langsung air buangan
tersebut apabila polutan tidak
melebihi ambang batas yang
diijinkan. Pada suatu perairan, suhu
memegang peranan penting dalam
siklus materi, yang akan
mempengaruhi sifat fisik kimia dan
biologi perairan. Dengan konsentrasi
dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap
limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan
karakteristiknya.
Pada proses pengomposan dari
air buangan berupa sludge yang
berasal dari bahan baku kertas bekas
yang lolos dari proses dan keluar
bersama-sama air air limbah,
dilakukan pengujian yang terdiri dari
dua tahap. Tahapan tersebut terdiri
dari uji FP-ase (Filter Paperase) yang
dilakukan untuk melihat kemampuan
enzim yang dihasilkan oleh
Trichoderma viride dalam
mendegradasi selulosa yang
terkandung di dalam sludge dan
tahap pembuatan kompos. Dalam
pembuatan kompos, dilakukan
dengan dua metode yaitu metode
windrow dan cina. Secara fisik,
selulosa berupa serat halus yang
tidak dapat di daur ulang kembali
sehingga dalam proses
pengomposan terjadi reduksi kadar
selulosa.
Uji FP-ase dilakukan untuk
mengetahui kemampuan
mikroorganisme yang digunakan
mampu menghasilkan enzim selulase
yang dapat menghidrolisa selulosa
5. menjadi glukosa atau gula-gula
lainnya. FP-ase dapat mengalami
penurunan yang diakibatkan
perbandingan kandungan selulosa
yang digunakan sebagai sumber
karbon oleh mikroorganisme
menghambat proses pembentukan
enzim selulase. Selulase merupakan
penginduksi bagi semua enzim
selulase. Efek penginduksi selulosa
ini disebabkan adanya produk akhir
yang merupakan penginduksi enzim
selulase yang baik. Selulosa
mempunyai peranan yang sangat
kompleks pada aktivitas induksi
selulase, pada konsentrasi rendah,
sedangkan pada konsentrasi tinggi
dapat menghambat pembentukan
enzim selulase.
Suhu pengomposan merupakan
salah satu penentu keberhasilan
proses pengomposan. Suhu
pengomposan dapat menunjukkan
tingkat kegiatan mikroorganisme
pembusuk yang menguraikan bahan
organic. Suhu dalam gundukan
kompos mempengaruhi laju
dekomposisi bahan organik dan
destruksi patogen, parasit, dan benih-
benih rumput. Suhu gundukan
kompos yang berubah selama proses
pengomposan.
Terjadinya perubahan pH dapat
disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme selama proses
pengomposan berlangsung. Melalui
proses pengomposan, derajat
keasaman (pH) yang dituju adalah
antara 6–8.5, yang umumnya ideal
bagi tanaman. Apabila nilai pH
kompos menurun, maka disebabkan
oleh terbentuknya asam-asam
organic yang merupakan asam-asam
lemah. Pengikatan pH dapat terjadi
karena perubahan asam–asam
organik menjadi CO2 dan
sumbangan kation-kation basa hasil
mineralisasi bahan kompos.
Sedangkan jika nilai pH cenderung
stabil, disebabkan oleh
mikroorganisme yang ada dalam
proses pengomposan berada dalam
fase stationer.
Selain terjadinya perubahan pH,
terdapat factor lain dalam
menentukan kualitas dari kompos
yang dihasilkan. Rasio C/N kompos
merupakan penentu kematangan
kompos dan kualitasnya. Akan tetapi,
nilai rasio ini tidak mutlak sebagai
indikator tingkat kematangan
kompos, karena hal tersebut
dipengaruhi oleh jenis dan tipe bahan
asal yang digunakan untuk
6. pengomposan. Ketika nilai C/N tinggi,
dapat dikatakan kandungan karbon
dalam media terlalu banyak.
Proses pengomposan akan
berjalan lebih lama apabila jumlah
mikroba perombak pada mulanya
sedikit. Jika semakin banyak jumlah
mikroorganisme pada awal suatu
proses, maka fase adaptasinya akan
semakin singkat. Penurunan C/N
rasio yang bervariasi disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme berupa T.
viride mendegradasi selulosa.
Kecepatan degradasi selulosa yang
meningkat akan menaikkan kadar
nitrogen pada kompos.
Untuk memperoleh C/N rasio
yang optimal maka waktu
pengomposan yang dibutuhan untuk
metode pengomposan windrow dan
cina hampir sama selama 5-6 minggu
yaitu 39 hari untuk metode windrow
dan 34 hari untuk metode cina.
Waktu pengomposan ini masih pada
kisaran produksi kompos umumnya
yaitu antara 6-7 minggu.
Penambahan bahan organik ke
tanah diharapkan dapat memperbaiki
kualitas fisika tanah, meningkatkan
ketersediaan hara dalam tanah,
meningkatkan kemampuan tanah
menahan air tersedia dan mampu
memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan analisa mutu
kompos yang memerlukan adanya
ketersediaan unsur hara. Beberapa
unsur hara makro yang harus
tersedia bagi tanaman dapat berupa
fosfor (P2O5), kalium (K2O), dan
kapasitas tukar kation (KTK). Selain
itu dilihat pula kadar air akhir dari
kompos, sebagai salah satu
parameter fisik persyaratan kompos.
KESIMPULAN
Dengan jumlah yang cukup
besar. Limbah padat yang dihasilkan
dari industry pulp dan kertas ini
berupa serat limbah (sludge) yang
berasal dari system pengolahan
limbah cair (kolam primary dan
secondary treatment). Pemanfaatan
limbah sludge sebagai kompos
merupakan salah satu alternative
untuk menjaga kastabilan lingkungan.
Kompos yang dihasilkan dari sludge
berpotensi meningkatkan
produktivitas tanaman dan juga
membantu meningkatkan kualitas
tanah.
7. Pada proses pengomposan dari
air buangan berupa sludge yang
berasal dari bahan baku kertas bekas
dilakukan pengujian yang terdiri dari
dua tahap yaitu tahap fp-ase (filter
paperase) dan tahap pembuatan
kompos. Sedangkan dalam
pembuatan kompos dilakukan
dengan dua metode yaitu metode
windrow dan cina. Untuk penentu
keberhasilan proses pengomposan
diataranya suhu pengomposan,
perubahan ph dan rasio c/n kompos
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, Miranti., dkk. 2014.
Efektivitas Biokoagulan Vicia
Faba Dalam Memperbaiki
Limbah Cair Pulp Dan Kertas.
Jurnal Ilmiah Sains Vol. 14 No.
1, April 2014. Bandung.
Gazali, Imam., Widiatmono,
Bambang Rahadi., dan
Wirosoedarmo, Ruslan. 2013.
Evaluasi Dampak Pembuangan
Limbah Cair Pabrik Kertas
Terhadap Kualitas Air Sungai
Klinter Kabupaten Nganjuk.
Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis Dan Biosistem Vol. 1 No.
2, Juni 2013, 1-8. Malang.
Indrayatie, Eko Rini. 2010.
Pemanfaatan Limbah Lampit
Sebagai Campuran Bahan Baku
Kertas Terhadap Panjang Putus
Dan Faktor Sobek Kertas.
Jurnal Hutan Tropis Volume 11
No. 29, Edisi Maret 2010.
Banjarbaru.
Kirana, Intan. 2013. Peranan
Corporate Social Responsibility
(CSR) Bidang Lingkungan
Dalam Menunjang Perolehan
Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan (Proprer)
PT. Surya Kertas. Calyptra:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vo. 2 No.
2, 2013. Surabaya.
Kristanto., dkk. 2013. Implemantasi
Pendidikan Kewirausahaan
Sebagai Media Pembelajaran
Melalui Pemanfaatan Limbah
Kdp (Kertas, Daun Dan Plastik)
Paud Di Kota Semarang. Jurnal
Penelitian Paudia, Volume 2 No.
1.
Purnawan., dkk. 2012. Pemanfaatan
Limbah Ampas Tebu Untuk
8. Pembuatan Kertas Dekorasi
Dengan Metode Organosolv.
Jurnal Ekosains Vol. Iv No. 2
Juli 2012.
Purwati, Sri., Dkk. 2011. Aplikasi
Protease Dan Pengaruh Suhu
Pada Asidifikasi Digestasi
Anaerobik Dua-Tahap Lumpur
Ipal Biologi Industri Kertas.
Jurnal Selulosa, Vol. 1, No. 1,
Juni 2011 : 20 – 30.
Tanggerang.
Soetopo, Rina dan Endang. 2008.
Efektivitas Proses
Pengomposan Limbah Sludge
IPAL Industry Kertas Dengan
Jamur. Berita Selulosa, Vol. 43,
No. 2, Desember 2008 : 93-100,
Issn 0005 9145. Bandung.
Welasih, Tjatoer. 2008. Penurunan
BOD dan COD Limbah Industri
Kertas Dengan Air Laut Sebagai
Koagulan. Jurnal Rekayasa
Perencanaan, Vol. 4, No.2,
Februari 2008. Jawa Timur.
Zulkarnain, Maulana. 2013. Pengaruh
Kompos, Pupuk Kandang, dan
Custom-Bio terhadap Sifat
Tanah, Pertumbuhan dan Hasil
Tebu (Saccharum officinarum
L.) pada Entisol di Kebun
Ngrangkah-Pawon, Kediri).
Indonesian Green Technology
Journal.Vol. 2 No. 1, 2013.
Malang.