SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
BAB I

                                   PENDAHULUAN


1.1     LATAR BELAKANG
        Salah satu gejala yang sangat penting dalam fisika nuklir adalah terkait
dengan radioaktivitas. Meskipun nuklida-nuklida diikat oleh gaya nuklir yang
cukup kuat, banyak nuklida yang tidak mantap secara spontan meluruh menjadi
nuklida lain melalui pemancaran zarah alfa, beta dan gamma. Sebuah nuklida
radioaktif dapat mengalami sederetan rangkaian peluruhan menuju konfigurasi
inti yang stabil. Terdapat 3 aspek radioaktivitas yang luar biasa jika dipandang
dari segi fisika klasik, yaitu :

1. Bila inti atom mengalami peluruhan alfa dan beta, bilangan atom Z berubah
   dan inti menjadi unsur yang berbeda. Hal ini berarti bahwa unsur tidak tetap,
   meskipun mekanisme transformasinya tidak dikenal oleh ahli kimia.

2. Energi yang dikeluarkan selama peluruhan radioaktif timbul dari inti individual
   tanpa eksitasi eksternal, tidak seperti radiasi atomik. Hal ini dapat dipahami
   satelah Einstein mengemukakan kesetaraan massa-energi.

3. Peluruhan     radioaktif    adalah   proses   statistik   yang   memenuhi   teori
   kemungkinan. Tidak ada hubungan sebab akibat yang terkait dalam peluruhan
   inti, yang terdapat hanyalah kemungkinan per satuan waktu.

        Fisika klasik tidak dapat menjelaskan perilaku seperti itu, namun demikan
fisika kuantum dapat menjelaskannya dengan baik.

1.2     RUMUSAN MASALAH
        Makalah ini difokuskan pada pembahasan mengenai radioaktivitas dimana
bagian yang akan dibahas penulis yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan peluruhan radioaktif, umur paro, peluruhan alfa,
   peluruhan beta, dan peluruhan gamma?




                                                                                  1
2. Bagaimana tinjauan proses peluruhan radioaktif, umur paro, peluruhan alfa,
      peluruhan beta, dan peluruhan gamma beserta bentuk formulasinya?
3. Apa saja bentuk deret radioaktif yang sekarang dikenal?

4. Apa saja dan jelaskan bagaimana aplikasi reaksi inti!

1.3       TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan peluruhan radioaktif, umur paro,
      peluruhan alfa, peluruhan beta, dan peluruhan gamma?
2. Memahami bagaimana tinjauan proses peluruhan radioaktif, umur paro,
      peluruhan alfa, peluruhan beta, dan peluruhan gamma beserta bentuk
      formulasinya?
3. Mengenal apa saja bentuk deret radioaktif yang sekarang dikenal?

4. Mengenal dan dapat menjelaskan bagaimana aplikasi reaksi inti


I.4       METODE PENULISAN
          Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode collaborative
learning, yaitu metode kerjasama dalam bentuk grup yang tersentralkan. Selain
itu, penulis juga menggunakan metode literatur/ kepustakaan. Penulis
menggunakan study kepustakaan dari berbagai sumber berupa buku, media cetak,
maupun media elektronik yang memuat informasi berkaitan dengan pebahasan
mengenai potensial termodinamika.




                                                                            2
BAB II

                                 PEMBAHASAN


2.1    PENEMUAN RADIOAKTIVITAS
       Peristiwa radioaktivitas ditemukan dengan tidak sengaja oleh Henri
Becquerel    saat   mengamati     gejala   fluoresensi   dan   fosforesensi,   yang
menghantarkannya pada pemahaman yang lebih mendalam tentang sifat-sifat inti
sebuah atom.

       Setelah menyinari beberapa potong sulfat uranium-kalium dengan cahaya
tampak, Becquerel membungkus potongan-potongan itu dengan kertas hitam dan
memisahkan bungkusan itu dari sebuah pelat fotografi dengan sepotong perak.
Setelah beberapa jam penyinaran, pelat fotografi tersebut dicuci dan
memperlihatkan penghitaman yang disebabkan oleh sesuatu yang telah pasti
dipancarkan dari persenyawaan dan telah sanggup menembus kertas hitam dan
perak itu. Peristiwa tadi menunjukan aktivitas radiasi dari persenyawaan tersebut.
Peristiwanya disebut radioaktivitas, yang berarti unsur ini dapat mengeluarkan
radiasi secara spontan, Radiasi dari peristiwa ini dikenal dengan sinar radioaktif.

       Setelah itu dua orang ilmuwan Perancis yang juga suami istri yaitu Marie
Curie dan Pierre Curie melakukan pengkajian sistematik dan menemukan bukti
bahwa ada unsur lain juga mengeluarkan sinar radioaktif, yaitu radium. Selain itu
juga menemukan sifat bahwa sinar radioaktif mengionkan partikel udara yang
dilewatinya. Hasil temuannya ini menjadi dasar untuk mendeteksi ada tidaknya
unsur radioaktif di sekitar kita. Selain menemukan unsur radium, ditemukan juga
oleh suami istri ini unsur polonium. Saat ini sudah banyak unsur-unsur radioaktif
yang ditemukan.




                                                                                      3
2.2    PELURUHAN RADIOAKTIF
       Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses di mana sebuah inti
atom yang tidak stabil untuk menjadi atom stabil maka ia memancarkan partikel
subatomik (partikel radiasi). Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan
menghasilkan sebuah nukleus anak. Ini adalah sebuah proses acak sehingga sulit
untuk memprediksi peluruhan sebuah atom. Laju peluruhan inti radioaktif ini
disebut aktivitas (activity) inti, yang hanya ditentukan oleh jumlah peluruhan per
detik, tidak tergantung pada sinar yang dipancarkan.


                                     R = − dN
                                                dt ,

tanda negatif menunjukkan bahwa semakin lama N semakin kecil.

       Satuan internasional (SI) untuk pengukuran peluruhan radioaktif adalah
becquerel (Bq). Jika sebuah material radioaktif menghasilkan 1 buah kejadian
peluruhan tiap 1 detik, maka dikatakan material tersebut mempunyai aktivitas 1
Bq. Karena biasanya sebuah sampel material radioaktif mengandung banyak
atom,1 becquerel akan tampak sebagai tingkat aktivitas yang rendah; satuan yang
biasa digunakan adalah dalam orde gigabecquerels.

       Pada tahun 1899, Ernest Rutherford melakukan percobaan mengenai sifat
sinar-sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif dengan membungkus unsur
dalam suatu timbal. Bagaiamana sifat sinar-sinar yang dipancarkan oleh unsur
radioaktif tersebut? Untuk itulah di sini akan ditinjau sifat sinar-sinar yang
dipancarkan oleh unsur radioaktif.




                                                                                4
Gambar 1. Daya Serap sinar-sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif.

       Partikel alfa dari bahan radioaktif dihentikan oleh selembar kertas .
Partikel beta menembus kertas tetapi dihentikan oleh sebuah aluminium. Keping
timbal yang tebal ternyata tidak dapat menghentikan sinar gamma.

       Untuk dapat mengerti mengapa inti atom tak                                                                                                            stabil meluruh dengan
sendirinya, perhatikan gambar kurva kestabilan berikut dimana inti-inti stabil
terletak pada kurva kestabilan ini.

                                                                                                           Peluruhan alfa


                                                                                                                                             N berkurang 2



                                                                                                                             Z bertambah 2
                                                             Kurva kestabilan




                                                                                                                Peluruhan beta positif
                                                                                                                atau penangkapan elektron
          neutron




                                    Peluruhan beta negatif
            N)
        umlah
            (




                                                                                                             Z berkurang 1
                    N berkurang 1
        J




                                                                                           N bertambah 1
                    Z bertambah 1




                                                                       Jumlah proton (Z)

       Gambar 2. Peluruhan alfa dan beta
       Hingga kini telah dikenal kira-kira 1500 nuklida, namun hanya kira-kira
400 nuklida yang stabil. Inti ringan (sampai dengan jumlah proton Z = 20) sangat
stabil jika jumlah proton (Z) dan jumlah neutron (N) dalam intinya adalah sama
                                                                                                                                             4
(N = Z atau N/Z = 1). Misalnya nuklida helium                                                                                                2      He yang mengandung 2
neutron dan 2proton adalah sangat stabil. Inti ringan tak stabil yang terletak diatas
kurva kestabilan memiliki kelebihan neutron (N > Z atau N/Z = 1). Jika satu dari
kelebihan neutronnya berubah menjadi proton, ini akan mengurangi jumlah
neutron dan meningkatkan jumlah proton. Untuk mempertahankan kekalan
muatan (muatan total sebelum dan sesudah peluruhan adalah sama), perubahan




                                                                                                                                                                                 5
muatan seperti ini berarti bahwa sebuah elektron negatif harus dipancarkan.
Dengan demikian,

                                  0 n → 1p + − e
                                       1       1       0
Pemancaran elektron                            1

     Elektron meninggalkan inti dan dikenal sebagai “partikel beta”. Inti akhir
mungkin ditinggalkan dengan tambahan energi berkaitan dengan pergeseran
energi ikatan, dan energi tambahan ini dilepaskan dalam bentuk sinar gamma.
Kadang-kadang diperlukan lebih dari satu peluruhan beta untuk sebuah inti tak
stabil tertentu menjadi inti stabil.

        Bagaimana dengan inti ringan dibawah kurva kestabilan ? Inti tak stabil
memiliki kelebihan proton dari jumlah neutron stabilnya (N < Z atau N/Z < 1).
Proses dari persamaan diatas terjadi
Pemancaran positron                    1
                                       0   n → 0n +
                                               1      0
                                                      +1   e

Disini sebuah proton diubah menjadi sebuah neutron dengan memancarkan
sebuah positron (elektron bermuatan positif). Perisiwa disini juga disebut sebagai
peluruhan beta, karena ia mirip dengan pemancaran elektron negatif.

        Suatu proses yang berlawanan dengan pemancaran positron adalah
penangkapan satu dari elektron dalam kulit atom terdalam oleh sebuah inti dengan
rasio neutron/proton (N/Z) yang terlalu kecil. Elektron diserap sebuah oleh sebuah
proton inti, yang kemudian menjadi sebuah neutron. Proses penangkapan elektron
oleh proton untuk menjadi neutron ini dapat dinyatakan sebagai

                                 1 p + −1 e → 0 n
                                       1       0           1
Penangkapan elektron
      Penangkapan elektron tidak mengarah ke pemancaran sebuah partikel.
Tetapi ini dapat dideteksi dengan produksi foton sinar-X ketika satu dari elektron-
elektron atom pada kulit lebih luar melompat ke posisi lowong pada ulit terdalam
yang ditinggalkan oleh elektron yang ditangkap oleh proton inti.

        Bagaimana dengan inti berat (Z > 83) titik R Pada gambar ? Seperti telah
dikatakan sebelumnya bahwa semua inti berat dengan Z > 83 tidak stabil karena
intinya kelebihan proton maupun neutron. Untuk mencapai inti stabil, inti ini




                                                                                  6
4
memancarkan partikel alfa        2   He , sehingga jumlah proton dan jumlah neutron
dalam intinya masing-masing berkurang 2.

       Dengan demikian, peluruhan beta negatif meningkatkan jumlah proton
dengan satu dan mengurangi jumlah neutron dengan satu; peluruhan beta positif
dan penangkapan elektron mengurangi jumlah proton                 dengan satu dan
meningkatkan jumlah neutron dengan dua. Proses-proses ini dapat disarikan pada
tabel berikut
                              Tabel 1. Jenis Peluruhan Radioaktif
            Peluruhan                       Transformasi             Contoh

           Peluruhan alfa

          Peluruhan beta

       Pemancaran positron

       Penangkapan elektron

         Peluruhan gamma

       Inti tak stabil (misal inti uranium) secara spontan akan memancarkan sinar
radioaktif untuk menjadi inti stabil. Inti yang memancarkan sinar radioaktif
disebut inti induk, sedangkan inti baru yang terjadi disebut inti anak. Ada tiga
jenis sinar radioaktif yang dapat dipancarkan oleh inti tak stabil yaitu : sinar alfa
(α), sinar beta (β), dan sinar gamma ( γ ).

       Ketika inti tak stabil memancarkan sinar α, inti anak yang terbentuk
memiliki nomor massa lebih kecil 4 dan nomor atom lebih kecil 2 daripada inti
induknya. Sebagai contoh,

                        238
                         92 U →         Th + 2 α
                                      234
                                       90
                                             4


Perhatikan bahwa banyak nukleon adalah kekal (238  234 + 4). Demikian juga,
banyak proton adalah kekal (92  90 +2).




                                                                                   7
Ketika suatu inti meluruh dengan memancarkan sinar β, inti nanak
memiliki nomor massa sama dengan inti induknya, tetapi nomor atomnya
bertambah satu. Sebagai contoh,

                     14
                      6    C → 14N +
                                7
                                            14
                                            −1   e + v neutrino
Ketika suatu inti meluruh dengan memancarkan sinar ϒ, baik nomor massa
maupun nomor atom adalah tetap. Sebagai contoh,
                      87
                      38   Sr * →   87
                                    38   Sr * → γ
(tanda * pada Sr* menyatakan keadaan eksistensi).
                    Gambar 3. Lima macam peluruhan radioaktif.




                                                                      8
2.3     UMUR-PARO
       Waktu paruh adalah interval waktu yang dibutuhkan oleh suatu zat
radioaktif agar aktivitasnya berkurang setengahnya.

       Untuk sebuah sampel radioisotop tertentu, jumlah kejadian peluruhan (–
dN) yang akan terjadi pada selang (interval) waktu dt adalah sebanding dengan
jumlah atom yang ada sekarang. Jika N adalah jumlah atom, maka peluang
(probabilitas) peluruhan (– dN/N) sebanding dengan dt:

                                                         ................................ ( 1)

      Masing-masing inti radioaktif meluruh dengan laju yang berbeda, masing-
masing mempunyai konstanta peluruhan sendiri (λ). Tanda negatif pada
persamaan menunjukkan bahwa jumlah N berkurang seiring dengan peluruhan.
Penyelesaian dari persamaan diferensial orde 1 ini adalah fungsi berikut:




          Masing-masing ruas dapat diintegrasi :




                                                      ................................... (2)




                                                                                                 9
Fungsi        di   atas    menggambarkan    hukum       peluruhan           radioaktif
eksponensial, yang merupakan penyelesaian pendekatan atas dasar dua alasan.
Pertama, fungsi eksponensial merupakan fungsi berlanjut, tetapi kuantitas fisik N
hanya dapat bernilai bilangan bulat positif. Alasan kedua, karena persamaan ini
penggambaran dari sebuah proses acak, hanya benar secara statistik. Akan tetapi
juga, dalam banyak kasus, nilai N sangat besar sehingga fungsi ini merupakan
pendekatan yang baik.

          Selain konstanta peluruhan, peluruhan radioaktif sebuah material
biasanya juga dicirikan oleh rerata waktu hidup. Masing-masing atom "hidup"
untuk batas waktu tertentu sebelum ia meluruh, dan rerata waktu hidup adalah
rerata aritmatika dari keseluruhan waktu hidup atom-atom material tersebut.
Rerata waktu hidup disimbolkan dengan τ, dan mempunyai hubungan dengan
konstanta peluruhan sebagai berikut:



                                                      .................................... ( 3)
          AKTIVITAS R




                    0   5    10      15 20 25    26    30       35                                10
                                    WAKTU t, h
Gambar 4. Aktivitas radio-isotop menurun secara eksponensial terhadap waktu


          Kelakuan yang tergambar pada Gambar 3 menunjukkan bahwa kita
dapat menyatakan informasi empiris mengenai perubahan aktivitas terhadap
waktu dalam bentuk


          R = Roe- λ t                                .................................... ( 4)

          Parameter yang lebih biasa digunakan adalah waktu paruh. Waktu
paruh adalah waktu yang diperlukan sebuah inti radioatif untuk meluruh menjadi
separuh bagian dari sebelumnya. Hubungan waktu paruh dengan konstanta
peluruhan adalah sebagai berikut, yaitu apabila t = t1/2, aktivitas R telah menurun
menjadi ½Ro. Jadi


          R = Roe- λ t


          1/2Ro = Roe- λ t


          e- λ t          =2

          dengan mengambil logaritma alamiah kedua belah persamaan itu,

          λ T1/2 = ln 2



                                                    ..................................... (5)

          Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan menunjukkan
bahwa material dengan tingkat radioaktif yang tinggi akan cepat habis, sedang
materi dengan dengan tingkat radiasi rendah akan lama habisnya. Waktu paruh
inti radioaktif sangat bervariasi, dari mulai 1024 tahun untuk inti hampir stabil,
sampai 10-6 detik untuk yang sangat tidak stabil.




                                                                                                  11
2.4       HUKUM-HUKUM                   KEKEKALAN                  DALAM      PELURUHAN
          RADIOAKTIF
          Kajian     tentang      berbagai      peluruhan      radioaktif   dan   reaksi   inti
memperlihatkan bahwa alam tidak memilih secara sembarang hasil peluruhan atau
reaksi yang terjadi, melainkan terdapat beberapa hukum tertentu yang membatasi
hasil yang mungkin terjadi. Hukum-hukum ini disebut hukum kekekalan yang
memberikan wawasan penting terhadap perilaku dasar alam. Berikut beberapa
hukum kekekalan yang diterapkan pada proses peluruhan.

1.        Kekekalan energi

              Hukum kekekalan energi mungkin yang paling penting dari semua
     hukum kekekalan. Hukum ini memberitahukan mengenai peluruhan mana yang
     mana paling mungkin terjadi dan pula memungkinkan untuk menghitung
     energi diam atau kinetik dari hasil peluruhan.

              Sebagai contoh: Sebuah inti X hanya dapat meluruh menjadi sebuah
     inti X ' yang lebih ringan. Selain itu, ia memancarkan pula satu atau lebih
     partikel yang secara bersama disebut              x , jika massa diam X lebih besar
     daripada massa diam total X' +x . Kelebihan energi massa ini disebut nilai
      Q peluruhan:


              m N ( X ) c 2 = m N ( X ') c 2 + m N ( X ) c 2 + Q


              Q =[ m N ( X ) − m N ( X ' ) − m N ( X ) ] c 2

              m N adalah massa diam inti (nucleus). Jelas, peluruhan ini hanya dapat

     terjadi jika Q bernilai positif. Kelebihan energi Q ini muncul sebagai energi
     kinetik partikel-partikel hasil peluruhan (dengan anggapan X mula-mula
     diam):

              Q =K X ' +K x                   …*

     2.   Kekekalan momentum linear



                                                                                            12
Jika inti yang meluruh pada awalnya diam, maka momentum total
semua partikel hasil peluruhannya haruslah nol,

       PX ' +Px =0                       …**

       Biasanya, massa partikel atau partikel-partikel   x yang dipancarkan
lebih kecil daripada massa inti sisa X ' , sehingga momentum pental PX '
menghasilkan energi kinetik K X ' yang kecil.


       Jika hanya satu partikel x yang dipancarkan, persamaan * dan ** dapat
dipecahkan secara serempak bagi K X ' dan K x . Jika x menyatakan dua atau
lebih partikel, maka memiliki jumlah besaran tak diketahui yang lebih banyak
daripada jumlah persamaannya, sehingga tidak mempunyai pemecahan
tunggal. Dalam kasus ini, energi kinetik hasil peluruhan dapat mengambil nilai
sebarang dari suatu nilai minimum hingga suatu nilai maksimum.




3.   Kekekalan momentum sudut

       Ada dua jenis momentum sudut yaitu momentum sudut spin s dan
momentum sudut gerak atau orbital I . dalam kerangka diam dari inti X ,

momentum sudut total sebelum peluruhan adalah s X . Setelah peluruhan,

mempunyai sejumlah spin dari inti X ' dan partikel-partikel       x ,dan juga

sejumlah momentum sudut I = ×p dari
                           r                      x dan X ' , yang bergerak

relative terhadap titik dalam ruang yang semula ditempati oleh inti X .

Dengan demikian, hukum ini mensyaratkan bahwa:

       s X =s X ' +s x +I X ' +I x




                                                                           13
Spin intrinsik s adalah sifat partikel atau inti. Electron memiliki

      s = 1 , dan inti-inti atom juga memiliki spin, yang berasal dari proton dan
           2
  netron penyusunya. Spin intrinsic sebuah inti memiliki nilai yang dapat berupa
  kelipatan bulat atau setengah pecahan dari  , bergantung pada apakah A
  genap atau ganjil. Momentum sudut I selalu terkuantisasikan dalam kelipatan
  bulat dari  .




  4.     Kekekalan muatan elektrik

            Hukum ini merupakan bagian mendasar dalam seluruh proses
  peluruhan dan reaksi. Hukum ini mensyaratkan bahwa muatan elektrik total
  sebelum dan setelah peluruhan haruslah tidak berubah atau sama besar.




  5.     Kekekalan nomor massa

            Dalam beberapa proses peluruhan, dapat diciptakan beberapa partikel
  (foton atau electron) yang tidak hadir sebelum peluruhan. (ini tentu saja dapat
  terjadi bila energy inti awal lebih besar daripada energy partikel yang
  diciptakan untuk menciptakan electron, misalnya nilainya adalah 0,511 MeV).
  Tetapi, alam tidak memperkenankan untuk menciptakan atau memusnahkan
  proton dan neutron, meskipun dalam beberapa proses peluruhan dapat
  mengubah neutron menjadi proton atau proton menjadi neutron. Dengan
  demikian berlakulah jumlah nonmor massa A tidak berubah dalam proses
  peluruhan atau reaksi. Dalam beberapa proses peluruhan, A tetap tidak berubah
  karena baik Z maupun N kedua-duanya berubah sedemikian rupa sehingga
  mempertahankan jumlah keduanya tetap.



2.5      PELURUHAN ALFA



                                                                              14
Pada peluruhan alfa adalah suatu inti radioaktif berubah menjadi inti
baru dengan melepaskan partikel alfa atau inti helium. Dengan demikian nomor
massa inti asli berkurang dengan 4 dan nomor atomnya berkurang dengan 2.
Misalnya X adalah inti asli dan Y adalah inti baru, maka proses ini dapat
digambarkan dalam bentuk bagan peluruhan




   Contoh,




Dari bagan peluruhan maupun dari contoh, nampak bahwa inti terurai menjadi inti
lain dan partikel alfa . Maka jelaslah pada peluruhan ini ada energi yang
dilepaskan, yaitu sama dengan energi ikat antara inti baru dengan partikel alfa

       Di dalam suatu sistem yang induknya berada dalam keadaan diam, kita
dapat dari kekekalan energi bahwa


                                         +           ................................( 7 )



Di mana      dan     masing – masing adalah energi kinetik anak dan partikel                  ,


sedangkan     ,     , dan     masing – masing adalah massa diam induk , anak,

dan partikel alfa. Oleh karena energi kinetik tidak         pernah bernilai negatif
peluruhan alfa tidak dapat berlangsung, kecuali


                                     +               ................................(6)


       Selain energi, momentum pun mengalami kekekalan. Ketika hanya dua
partikel yang dihasilkan dari peluruhan alfa, kedua kondisi kekekalan energi dan
momentum tersebut menetapkan secara unik energi – energi kinetik ( dan




                                                                                             15
momentum – momentum ) partikel          dan nukleus anak. Jika nukleus induk


dengan nomor massa A meluruh pada keadaan diam, energi kinetik partikel                          -

nya dinyatakan sebagai


                                                    ....................................( 8 )


Dengan energi disintegrasi Q adalah total energi yang dilepaskan di dalam reaksi:


                       Q=                           ...................................( 9 )


Besaran Q adalah suatu konstanta untuk setiap peluruhan alfa dan memiliki nilai
yang sama untuk seluruh pengamat. Dalam kerangka nukleus induk yang diam,


                                 Q=                 ...................................( 10 )




2.6    TEORI PELURUHAN ALFA
           Dalam pembahasan efek terobosan,seberkas partikel yang berenergi
kinetik K jatuh pada rintangan potensial persegi yang tingginya V lebih besar dari
K. Harga aproksimal peluang transmisi yaitu rasio antara banyaknya partikel yang
melewati rintangan dan banyaknya partikel yang datang.

Peluang Transmisi,dirumuskan :




Dengan




L = Tebal rintangan


                                                                                                16
Untuk kasus partikel alfa Nuklir,langkah pertama ialah




Dan diintegralkan,




Keterangan :      = Jari-jari inti


               R = Jarak dari pusat ( V = K )

Energi kinetik K lebih besar dari energi potensial V untuk         R, sehingga jika

partikel itu dapat melampaui R partikel alfa secara permanen melepaskan diri dari
inti.

        Bentuk potensial perintang sebenarnya. Energi potensial listrik sebuah
partikel alfa pada jarak x dari pusat inti yang bermuatan Ze adalah




keterangan :   Ze = Muatan nuklir minus buatan alfa partikel alfa 2e

               Z = Nomor atomik inti anak

        Peluang transmisi untuk perintang sebenarnya, didapatkan




Karena V = K ketika x = R




                                                                                17
Sehingga    menjadi :




jadi




Sehingga




Dari persamaan




Sehingga




                        18
Dengan memasukkan berbagai konstanta dalam persamaan didapatkan




Keterangan : K = menyatakan energi kinetik partikel-alfa (MeV)


                   = jari-jari nuklir (1fm =   m)


               Z = nomor atomik intinya dikurangi partikel alfa

Konstanta peluruhan λ adalah




Dengan mengambil logaritma alamiah dari kedua ruas dan mensubtitusikan
peluang transmisi T, didapatkan




Logaritma biasa




      Dalam mekanika kuantum dari pemancaran alfa,ada dua hal yang sangat
penting, yaitu :

Pertama, memungkinkan dimengertinya variasi yang sangat besar dari umur paro

terhadap energi disintegrasi. Peluruhan terlambat       yang umur paronya 1,3 x




                                                                             19
tahun, peluruhan tercepat dari         yang umur paronya 3,0 x            s.


Walaupun umur paronya             kali disintegrasi lebih besar,energi       (4,05


MeV) hanya sekitar setangah kali dari         (8, 95 MeV) .


Kedua, penjelasan gejala melalui penerobosan,melalui rintangan potensial oleh
partikel yang energinya cukup untuk melompati rintangan.


2.7     PELURUHAN BETA
          Peluruhan beta adalah peluruhan radioaktif yang memancarkan partikel
beta (elektron atau positron). Pada kasus pemancaran sebuah elektron, peluruhan
ini disebut sebagai peluruhan beta minus (β−), sementara pada pemancaran
positron disebut sebagai peluruhan beta plus (β+).

          Pada tingkatan partikel dasar, peluruhan beta terjadi karena konversi
sebuah quark bawah menjadi sebuah quark atas oleh pemancaran sebuah boson
W.

          Pada peluruhan β−, interaksi lemah mengubah sebuah netron menjadi
sebuah proton ketika sebuah elektron dan sebuah anti-neutrino dipancarkan:


                                  .

          Elektron yang dipancarkan bukanlah elektron orbital. Juga bukan
elektron yang semula berada di dalam inti atom, karena asas ketidakpastian
melarang elektron hadir di dalam inti atom. Elektron tersebut “diciptakan” oleh
inti atom dari energi yang ada. Jika beda energi diam antara kedua inti atom
sekurang-kurangnya E = mc², maka hal tersebut memang mungkin terjadi.

          Dalam peluruhan β+, sebuah proton dikonversi menjadi sebuah netron,
sebuah positron dan sebuah neutrino:



                                                                               20
.

           Jadi, tidak seperti peluruhan beta minus, peluruhan beta plus tidak dapat
terjadi dalam isolasi, sebab harus ada suplai energi dalam proses “penciptaan”
massa, karena massa netron (sebagai inti anak) ditambah massa positron dan
neutrino lebih besar daripada massa proton (sebagai inti induk).

           Jika proton dan netron merupakan bagian dari inti atom, proses
peluruhan men-transmutasikan satu elemen kimia ke dalam bentuk lainnya.
Sebagai contoh:


                                           (beta minus),


                                          (beta plus)

           Energi elektron yang teramati selama peluruhan beta dari nuklide
tertentu didapatkan bervariasi secara malar (continue) dari 0 hingga harga
maksimum Kmax yang merupakan karakteristik nuklidenya. Gambar di bawah
menunjukkan spektrum energi elektron yang dipancarkan dalam peluruhan beta



dari        ; di sini Kmax =1.17 MeV. Dalam setiap kasus energi maksimumnya

adalah




Jumlah
Relatif
Elrktron




                                                                                 21


         Gambar 5. Spektrum energi elektron dari peluruhan beta
            0               Energi Elektron, MeV                   1.2
yang dibawa oleh elektron peluruhan sama dengan energi setara dari beda massa
antara inti-induk dan inti-anak. Hanya saja, sangat jarang ele ktron didapatkan



terpancar dengan energi        .




2.8     PELURUHAN GAMMA
           Seperti atom yang tereksitasi begitu pula dengan inti yang tereksitasi
akan memancarkan foton. Sebuah inti dalam keadaan ikat yang energinya lebih
tinggi daripada keadaan dasar, begitu pula dengan atom bisa dalam keadaan
seperti itu. Inti tereksitasi diberi tanda bintang setelah lambang yang biasa dipakai.
Inti yang tereksitasi kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan foton yang
energinya bersesuaian dengan perbedaan energi antara berbagai keadaan awal dan
keadaan akhir dalam transisi yang bersangkutan. Foton yang dipancarkan oleh inti
daerah energinya berbeda-beda hingga mencapai beberapa MeV dan secara
tradisional, maka itu disebut sinar gamma.

        Sinar γ adalah radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi yang
sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun muatan sehingga sering

disimbolkan dengan 0 γ . Sebuah inti induk yang meluruh dengan memancarkan
                   0



sinar γ akan menghasilkan inti anak tanpa mengalami perubahan nomor atom
maupun nomor massa. Pemancaran sinar γ biasanya dapat terjadi bersama-sama
dengan pemancaran partikel α dan atau partikel β. Untuk lebih jelasnya perhatikan
reaksi berikut :


                                                                                   22
A
                              Z    X → ZY + 0 γ
                                       A    0



       Ketika sebuah inti memancarkan sinar- α atau β, inti juga memancarkan
sinar- γ. Sinar γ adalah gelombang elektromagnetik yang terpencar dari inti atom
dengan membawa sejumlah energi. Sinar- γ tidak menyebabkan perubahan massa
dan muatan inti atom. Contoh peluruhan γ adalah

                              61
                              28   Ni * → 28 Ni +α
                                          61



Ni* adalah inti atom Ni yang berada pada tingkat eksitasi.

         Sebagai alternatif lain dari peluruhan gamma, dalam beberapa kasus inti
tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar dengan memberikan energi eksitasinya
ke salah satu elektron orbital di sekelilingnya. Dapat dibayangkan proses yang
dikenal sebagai konversi internal, sebagai jenis efek fotolistrik di mana sebuah
foton nuklir diserap oleh elektron atomik: lebih cocok dengan eksperimen jika
kita menganggap konversi internal menyatakan transfer langsung energi eksitasi
dari sebuah inti ke sebuah elektron. Elektro yang terpancar memiliki energi
kinetik sama dengan energi eksitasi nuklir yang hilang dikurangi energi ikat
elektron dalam sebuah atom.

          Kebanyakan inti tereksitasi memiliki umur paro yang pendek terhadap
peluruhan gamma, tetati beberapa tetap tereksitasi selama beberapa jam. Inti
tereksitasi yang berumur panjang disebut isomer dan inti yang sama dalam
keadaan dasar.

           Menyusul peluruhan alfa atau beta, inti akhir dapat berada pada suatu
keadaan eksitasi. Seperti halnya atom, inti akhir itu akan mencapai keadaan dasar
setelah memancarkan satu atau lebih foton, yang dikenal sebagai sinar gamma
inti. Energi tiap foton adalah beda energi anta keadaan awal dan akhir inti,
dikurangi pula dengan sejumlah koreksi k kecil dibagi energi pental inti. Energi–
energi ini khasnya berada dalam rentang 100 keV hingga berada meV. Inti dapat
pula dieksitasikan dari keadaan dasar ke suatu keadaan eksitasi dengan menyerap




                                                                              23
foton dengan energi yang tepat, dalam proses serupa dengan menyerap resonans
oleh keadaan atom.

           Usia-paruh khas bagi tingkat eksitas inti adalah 10-9 hingga 10-12 s;
nilai pasti usia-paruh ini (dan aturan seleksi yang memperkenankan dan melarang
terjadinya suatu transisi) bergantung pada tinjauan terinci lanjut yang berada di
luar tingkatan buku ini. Adakalanya perhitungan terinci ini menghasilkan nilai
usia-paruh yang sangat lama-beberapa jam atau bahkan hari. Keadaan inti yang
bersifat separti ini di kenal sebagai keadaan isomerik atau isomer.

          Kajian pemancaran sinar gamma inti merupakan alat penting bagi para
fisikawan inti. Energi sinar gamma dapat diukur dengan ketelitian tinggi, yang
memberikan suatu cara ampuh bagi kita untuk menyimpulkan energi berbaagai
keadaan eksitas inti.

          Dalam menghitung energi partikel alfa dan beta yang dipancarkan
dalam peluruhan radioaktif, kita telah menganggap bahwa tidak ada sinar gamma
yang dipancarkan. Jika ada sinar gamma yang dipancarkan, maka energi yang
tersedia (nilai Q) harus dibagi bersama antara partikel dan sinar gamma.



2.9    DERET RADIOAKTIF

       Ada empat deret radioaktif yang masing-masing berakhir pada nuklide-
anak mantap.

       Penyebab terdapatnya hanya empat deret semacam itu dapat diturunkan
dari fakta bahwa peluruhan alfa mereduksi nomor massa sebuah inti dengan 4.
Jadi nuklide yang nomor massanya memenuhi :




                                                                              24
Dengan n bilangan bulat, dapat meluruh menjadi yang lainnya dalam urutan yang
menurun dari nomor massa. Anggota deret 4n+1 memiliki nomor massa yang
memenuhi :




Dan anggota deret 4n+2 dan 4n+3 memiliki nomor massa yang memenuhi

berturut-turut :




                                Tabel 2. Deret Radioaktif
                       Inti induk     Waktu paro        Rumus
         Deret                                                      Inti stabil
                        (tahun)         deret           Akhir
                                      4,47
       Uranium
                                                         4n + 2
      Aktinium                        7,04
                                                         4n + 3
       Thorium
                                                           4n
      Neptunium                       1,41
                                                         4n + 1
                                      2,14



        Anggota masing-masing deret ini juga dapat meluruh menjadi yang lain
dalam orde yang menurun dari nomor massa. Umur paro neptunium begitu
pendek dibandingkan dengan perkiraan umur dari semesta ini sehingga anggota-
anggota deret ini tidak didapatkan dalam alam pada saat ini.

        Deretan peluruhan alfa dan beta yang berlangsung dari inti-induk menjadi

inti yang mantap sebagai hasil akhir untuk setiap deret. Jadi     suatu anggota

dari deret thorium mempunyai peluang 66,3% untuk meluruh beta menjadi




                                                                                  25
dan 33,7% untuk meluruh alfa menjadi           . Sehingga kedua cabang itu


menuju ke        .


       Anggota antara dari masing-masing deret peluruhan mempunyai umur-
paro yang jauh lebih pendek daripada nuklide-induk. Marilah kita tinjau
radionuklide A yang meluruh menjadi radionuklide B. Dalam keadaan awal
terdapat No atom A, nol atom B. Setelah waktu t terdapat N A atom A dan NB atom

L. Konstan peluruhan masing-masing     dan    .


Laju pembentukan B pada setiap saat sama dengan laju peluruhan A. Sehingga

                                              ................................. (11)




Laju peluruhan B adalah

                                                   .................................. (12)

Perubahan netto populasi B ialah penjumlahan Persamaan (11) dan (12) :




Dari persamaan (12.5)




Sehingga Laju Peluruhan B :




                                                                                             26
Jika nuklide induk A panjang umur dibandingkan dengan nuklide anak B, maka


  <<    dan




Setelah waktu t besar relatif terhadap umur paro B tetapi kecil relatif terhadap

umur paro A,       << 1 dan NA≈N0, sehingga




Analisis seperti di atas diperluas untuk semua anggota dalam deretan radioaktif
yang nuklide-induknya panjang umur dibandingkan dengan nuklide anak,
sehingga kesetimbangan radioaktif:




Masing-masing bilangan atom NA, NB, NC... berkurang secara eksponensial

dengan konstan peluruhan     dari nuklide induk tetap berlaku setiap saat.




2.10 REAKSI INTI
Pembentukan Radioisotop dalam Reaksi Inti
       Seringkali kita menggunakan reaksi inti untuk menghasilkan berbagai
isotop radioaktif. Dalam prosedur ini, sebuah isotop X stabil (tidak radioaktif)
diradiasi dengan partikel x untuk isotop membentuk radio aktif Y ; partikel
keluar y tidak menarik perhatian di sini, karena karena itu tidak diamati.


                                                                             27
Kita ingin menghitung aktivitas isotop Y yang dihasilkan dari penyinaran
hingga suatu jumlah partikel            x tertentu untuk suatu selang waktu tertentu t.
misalkan R           menyatakan laju tetap yang menghasilkan Y . besaran ini
mengaitkan penampang dengan intensitas berkas                 x , sebagaiman diberikan oleh
persamaan I/Io =              σ N/A (anda harus meyakinkan diri bahwa laju r yang
membentuk Y identik dengan laju I yang memancarkan y ). dalam selang waktu
dt , jumlah inti Y yang akan di hasilkan adalah Rdt . Karena isotop Y besifat
radioaktif, jumlah inti Y yang meluruh dalam selang waktu dt adalah λNdt ,


dimana λ adalah tetapan luruh           (λ = 0,693 / t 1 ) dan   N jumlah inti Y yang ada.
                                                          2

Perubahan neto dan dalam jumlah
inti Y adalah

dN = Rdt − λNdt


dN
   = R − λN
dt


Pemecahan bagi persamaan ini
                             Gambar 6. Reaksi-reaksidengan partikel datang
adalah
                                             berbeda (yang membentuk inti gabung yang sama)
           R                                 memiliki penampang yang serupa. Ini menunjukkan
N (t ) =       (1 − e −λt )                  bahwa peluruhan sebuah inti gabung tidak bergantung
           λ
                                             pada cara pembetukannya. Reaksi-reaksi yang
                                             dituliskan sebagai X(x,y)Y dimaksudkan x+X→y+Y
a (t ) = λN = R (1 − e −λt )
         (10.5)

Perhatikan               bahwa,       pada
t = 0, a = 0 (tidak ada inti jenis Y pada saat awal). Untuk waktu penyinaran yang


lama       t << t 1 ,     pernyataan ini menghampiri nilai tetap R . jika t kecil
                     2


dibandingkan tehadap usia paruh           t   1
                                              2
                                                  , maka aktivitas naik secara linier terhadap

waktu.



                                                                                           28
a (t ) = R[1 − (1 − λt + ....) ]
                            (10.6)

                    a (t ) = Rλt     (t<<   t   1
                                                2
                                                    )

                            Gambar 7. memperlihatkan hubungan antara a (t ) dan t . sebagaimana
                    dapat anda lihat, tidak banyak aktivitas yang diperoleh untuk lama penyinaran
                    melebehi sekitar dua usia-paruh.

                            Dalam reaktor, intensiatas neutron dinyatakan dengan laju neutron
                    persatuan luas, atau fluks neutron φ(neutron/ cm 2 /s). penampang neutron adalah
                    σ (sentimeter persegi per inti per neutron datang). Laju R juga bergantung pada
                    jumlah inti sasaran. Andaikan massa sasaran adalah m, maka jumlah inti sasaran
                    adalah (m / M ) N A , Dimana M adalah berat molekul, yamg dapat sama dengan

                    nomor massa A jika sasaran adalah atom murni, dan N A adalalah bilangan
                                                           Avogadro (6,02 x10 23 atom per mol). Jadi,
                                                           untuk    reaksi   imbas-neutron,     dengan
                                                           menggunakan Persamaan (10.1), diperoleh

                                                                    m
                                                           R = φσ     NA
Gambar 7. Pembentukan aktivitas                                     M
dalam suatu reaksi inti



                    Kinematika Reaksi Energi-Rendah

                              Untuk bahasan ini, kita anggap bahwa kecepatan partikel-partikel inti
                    cukup rendah sehingga kita dapat menggunakan kinematika tidak relativistic. Kita
                    tinjau sebuah partikel      x bergerak dengan momentum   p x ,dan energy kineti K x

                    . Inti sasaran dalam keadaan diam, dan hasil reaksi masing-masing memiliki
                    momentum py dan pγ , dan energi kinetic ky dan k γ . Partikel y danY berturut-
                    turut dipancarkan pada sudut θy dan θ terhadap arah berkas datang. Ganbar
                                                         γ


                    10.7 melukiskan reaksi ini. Kita menganggap bahwa inti hasil reaksi Y tidak



                                                                                                     29
diamati dalam laboratorium (jika ia berupa inti berat, geraknya relatif lambat,
sehingga umumnya berhenti dalam bahan sasaran).

       Seperti yang kita lakukan pada kasus peluruhan radioaktif, kita gunakan
kekekalan energy untuk menghitung nilai Q dari reaksi ini (dengan anggapan X
mula-mula diam);

       Energy awal=energy akhir

       Mxc2+Kx+mxc2=myc2+Ky+ mγ c2+ K γ

       Massa m dalam persamaan di atas menyatakan massa inti sebenarnya dari
semua partikel yang bereaksi. Tetapi, sebagaimana telah kita bahas, jumlah proton
dan neutron sebelum dan sesudah reaksi harus sama, yakni:

       Zx+ZX=Zy+ZY

       Karena itu, kita dapat menambahkan jumlah massa elektro yang sama pada
kedua ruas Persamaan (10.8) dan seperti biasanya , mengabaikan energy ikat
electron. Denga demikian, massa inti menjadi massa atom tanpa memerlukan lagi
koreksi tambahan. Dengan menuliskan kembali Persamaan (10.8) kita peroleh:

        m x c 2 + m x c 2 − m y c 2 − mγ c 2 = K y + K γ − K x
                                                                 …*

                                                       Beda massa antara partikel awal dan
                                              akhir didefinisikan sebagai nilai Qreaksi,

                                                       Q = (m x + m X − m y − mγ )c 2 …**


                                                       Jadi,      dengan    menggabungkan
                                              Persamaan (10.10)dan (10.11), kita lihat
                                              bahwa nilai Q sama pula dengan beda
                                              energy kinetic antara partikel akhir dan
                                              awal:
Gambar 8. Momentum partikel-partikel                   Q = K y + Kγ − K x
sebelum reaksi (x,X) dan sesudah reaksi
(y,Y)
                                                                                            30
Reaksi yang menghasilkan Q > 0, mengubah energy inti menjadi energy
kinetic dari y dan Y, dan disebut reaksi eksotermik (exotermic) atau eksoergik
(exoergic). Reaksi yang menghasilkan Q > 0, memerlukan masukan energy,
dalam bentuk energy kinetic       x , untuk diubah menjadi energy ikat inti. Ini
dikenal sebagai reaksi endotermik (endothermic) atau endoergic (endoergic).

       Pada reaksi endoergic, kita sekurang-kurangnya harus memasok sejumlah
energy kinetic tertentu untuk memberikan tambahan massa diam partekel-partikel
hasil reaksi. Dengan demikian, terdapat nilai minimum atau ambang bagi energy
kinetic x. bila energy kinetic ini lebih kecil dari pada energy ambang, maka reaksi
tidak dapat berlangsung. Energy kinetic ambang ini tidak hanya harus memasok
energy kinetic hasil reaksi. Pada energy minimum pun, partikel hasil reaksi tidak
boleh dalam keadan diam, karena keadaan tersebut melanggar kekekalan
momentum linier – momentum p x sebelum tumbukan tidak akan sama dengan
momentum partikel-partikel akhir setelah tumbukan.

       Persoalan ini lebih mudah dianalisis dalam kerangka acuan pusat massa.
Dalam kerangka lab, sebelum reaksi, pusat massa bergerak dengan laju
v = m x v x /( m x + m X ) . Jika kita bergerak dengan laju tersebut, kita akan melihat x

bergerak dengan laju v x − v dan X dengan laju         − v , seperti yang diperhatikan
pada Gambar 9. jika x bergerak dengan energy kinetic ambang, maka dalam
kerangka acuan ini, hasi reaksi y dan Y akan tampak diam.




Gambar 9. Reaksi pada energi ambang dalam
kerangka acuan pusat massa




                                                                                      31
Hukum kekalan enegi relativistic total K + m0 c harus dipenuhi dalam
                                                      2



reaksi, dan bahasan kita dibatasi hanya pada kecepatan –kecepatan rendah v>> c.
jadi, kita dapat menggunakan pernyataan klasik energy kinetic. Kekekalan energy
dalam kerangka pusat massa memberikan:

        1                  1
          m x (v x −v ) 2 + m x ( −v) 2 + m x c 2 + m X c 2 = m y c 2 + mγ c 2   vx
        2                  2
menyatakan laju ambang dalam kerangka laboratorium. Dengan menyisipkan nilai
v dan melakukan sedikit aljabar, kita peroleh energy kinetic ambang (dalam
kerangka acuan laboratorium):

                         mx
        K th = −Q(1 +       )
                         mX



2.11   REAKTOR FISI (PEMBELAHAN)

       Inti-inti berat cenderung untuk pecah menjdi dua inti yang hampir sama.
Ini disebabkan karena energi ikat pernukleon untuk inti berat lebih kecil dari
energi ikat pernukleon untuk inti ringan hasil belahannya. Sebagai contoh inti
dengan A= 230 mempunyai energi ikat pernukleon sekitar 7,6 MeV sedang inti
dengan A= 115 energi ikat pernukleonnya adalah 8,5 MeV.

       Pembelahan ini melalui proses bahwa sebelum memisahkan diri, int i-inti
hasil belahan ini harus menembus tanggul potensial Coulomb, hal ini terjadi
dalam waktu yang cukup lama sebelum pembelahan tersebut betul-betul terjadi
rata-rata (sekitar 1016 tahun untuk 238U).

       Pembelahan inti dapat diimbas dengan menembakkan neutron pada inti
                                                                                      235
tersebut. Sebagai contoh adalah reaksi tangkapan neutron lambt oleh inti                 U
                                       236
untuk membentuk inti gabungan             U yang tereksitasi dan segera meluruh melalui
pembelahan, biasanya menghasilkan inti-inti dengan nomor massa sekitar 95 dan
140. Karena inti-inti berat memiliki kelebihan neutron maka proses pembelahan
ini disertai juga pelepasan beberapa neutron yang disebut neutron spontan (promt
neutron). Kadang-kadang iinti hasil belah juga bisa menghasilkan neutron dalam


                                                                                        32
proses peluruhannya. Neutron dalam hal ini dinamakan neutron kasep (delayed
neutron).

       Contoh reaksi pembelahan tersebut adalah sebagai berikut

       235                              236                  137
            U + n(lambat)                    U*                I + 97Y + 2n (spontan)

       237                 137                136
            I                 Xe                  Xe + n (kasep)

                     97                 97
       I               Nb                 Mo

                Suatu hal yang sangat penting dalam reaksi pembelahan terimbas
neutron adalah bahwa pembelalahan itu sendiri dan terjadilah reaksi berantai yang
dapat tumbuh semakin banyak. Inilah dasar kerja reaktor nuklir fisi.

       Proses terpenting dalam reaktor adalah pembelahan inti yang diikuti
dengan pelepasan beberapa neutron dan sejumlah tenaga. Inti yang dapat mau
belah tersebut merupakan bahan bakar yang tersedia di alam ataupun di produksi
                     235
khusus untuk itu.         U merupakan bahan bakar alam yang hanya 0,7 % dari
                     235
uranium yang ada.          U merupakan inti yang dapat membelah melalui tangkapan
neutron lambat dengan menghasilkan inti hasil belah dan rata-rata 2,5 neutron tiap
belahan. Neutron yang dihasilkan dalam pembelahan ini merupakan neutron cepat
sehingga perlu diperlambat, untuk keperluan itu dipasang bahan pemerlambat
neutron dalam reaktor yang disebut moderator. Agar proses perlambatan efektif
dipilih bahan moderator yang mengandung inti bermassa seimbang dengan massa
neutron. Bahan-bahan moderator yang sering digunakan adalah air (H 2O), air
berat (D2O), grafit (C), dan berilium (Be). Cacah neutron hasil pembelahan yang
tersedia untuk menjaga kelangsungan reaksi berantai, harus lebih besar atau sama
dengan cacah neutron yang meneyebabkan pembelahan sebelumnya. Cacah
neutron ini dapat dikendalikan dengan menyisipkan penyerap neutron seperti
Cadmium yang memiliki tampang serapan neutron lambat sangat besar. Bahan
penyerap neutron ini biasanya berbentuk batang , oleh sebab itu dinamakan batang
pengendali. Penyisipan batang pengendali ini menurunkan reaktivitas reaktor.
Tiga keadaan reaktor dapat dicapai dengan pengaturan batang pengendali ini yaitu


                                                                                        33
pertama, keadaan sub-kritis jika rata-rata suatu reaksi pembelahan menghasilkan
cacah reaksi berantai akhirnya akan berhenti; kedua, keadaan super-kritis jika
reaksi pembelahan berikutnya lebih banyak dari sebelumnya dan ketiga adalah
keadaan kritis jika cacah reaksi pembelahan berikutnya tepat sama dengan cacah
reaksi pembelahan sebelumnya.

       Pada setiap reaksi pembelahan di muka juga dilepaskan sejumlah energi
berupa energi kinetik inti dan neutron hasil reaksi yang karena interaksinya
dengan bahan moderator dan lainnya diubah menjadi energi termal sehingga
reaktor menjadi panas. Oleh karena itu reaktor harus dilengkapi dengan sistem
pendingin untuk kaor daya, energi panas ini dimanfatkan untuk menguapkan air
yang selanjutnya akan menggerakkan turbin yang digandeng dengan dinamo
pembangkit listrik.

2.12   REAKTOR FUSI (PELEBURAN)

       Penggabungan atau peleburan antara inti-inti ringan disertai dengan
pelepasan energi. Misalnya peleburan inti deuterium menghasilkan energi 4,0
MeV. Aagar reaksi peleburan ini dapat terjadi inti-inti ringan tersebut harus
menembus suatu tanggul potensial Coulomb. Inti-inti tersebut harus memiliki
energi kira-kira sebesar



                              E≈(Z1Z2e2)/(4πeo cn+r1+r2)




       Untuk z1 = z2 = 1 dan r1 + r2 = berorde fm, besar energi tersebut adalah 0,7
MeV, sehingga masing-masing inti berenergi 0,35 MeV. Inti dapat memiliki
energi sebesar ini jika memiliki suhu diatas 2x10 9 K. Namun demikian reaksi
peleburan dapat juga terjadi pada suhu yang lebih rendah yaitu sekitar 10 7K
karena energi terminal inti terdistribusi menurut agihan Maxweel-Boltzmann



                                                                                34
sehingga ada sebagian inti        memiliki energi yang cukup untuk melakukan
peleburan, disamping itu inti juga dapat menembus dinding tanggul potensial.

           Agar reaksi peleburan dapat dikendalikan, diperlukan suatu ruangan yang
bersuhu antara 107 – 108K. pada suhu ini atom-atom terionisasi dan membentuk
keadaan yang disebut plasma. Untuk mengungkung plasma pada suhu yang
sedemikian tinggi tidak dapat dilakukan dengan membuat wadah dari bahan
apapun. Yang biasa dilakukan adalah mengungkung plasma dengan medan
magnet.

           Kesulitan yang masih belum terpecahkan adalah energi yang diperlukan
agar reaksi pembelahan dapat terjadi masih lebih besar dari energi yang dihasilkan
dalam reaksi tersebut, padahal bahan bakar, sangat mudah didapat dan tidak ada
masalh limbah radioaktif.

           Reaksi pembelahan merupakan sumber energi di matahari dan bintang-
bintang. Energi dihasilkan melalui dua macam reaksi : Daur proton-proton
menghasilkan energi sekitar 25 MeV melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1
1   H + 11H  1 H + e
            → 2

2
1   H + 11H  23 H + γ
            →

3
2    H + 23H  24 H + 211H
             →

Yang kedua melalui daur Carbon yang dominan pada suhu tinggi :

1
1   H + 12C  13 N + γ
         6  → 7

13
 7   N  13 N + e
       → 6

1
1   H + 13C  14 N + γ
         6  → 7

1
1   H + 14N  15 O + γ
         7  → 8

15
 6   O  15 N + 1 e
       → 7     0




                                                                               35
1
1   H +15N  12 C + 2 He
        7  → 6     4




         Di dalam daur ini empat buah inti hidrogen melebur menjadi sebuah inti
                  12
helium dan inti    6   C hanya bekerja sebagai katalisator.




                                DAFTAR PUSTAKA


Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: Rineka Cipta

Beiser, Arthur. 1995. Konsep Fisika Modern (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Krane, Kenneth. 2011. Fisika Modern (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Universitas
        Indonesia



                                                                             36
Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM

Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta:
        Erlangga

Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga

Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta

Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber
        Daya MIPA

Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum.
       Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3
       (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta




                                                                           37
Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM

Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta:
        Erlangga

Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga

Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta

Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber
        Daya MIPA

Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum.
       Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3
       (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta




                                                                           37
Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM

Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta:
        Erlangga

Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga

Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta

Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber
        Daya MIPA

Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum.
       Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3
       (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta




                                                                           37
Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM

Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta:
        Erlangga

Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga

Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta

Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber
        Daya MIPA

Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum.
       Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3
       (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta




                                                                           37

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Kimia inti dan radioaktif-radioaktif
Kimia inti dan radioaktif-radioaktifKimia inti dan radioaktif-radioaktif
Kimia inti dan radioaktif-radioaktif
 
Kimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimiaKimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimia
 
Unsur radioaktif xii ipa 2012
Unsur radioaktif xii ipa 2012Unsur radioaktif xii ipa 2012
Unsur radioaktif xii ipa 2012
 
Radioaktif kimia
Radioaktif kimiaRadioaktif kimia
Radioaktif kimia
 
Radio aktif . xii ipa 1
Radio aktif . xii ipa 1Radio aktif . xii ipa 1
Radio aktif . xii ipa 1
 
Kimia radioaktif yang buat diprint
Kimia radioaktif yang buat diprintKimia radioaktif yang buat diprint
Kimia radioaktif yang buat diprint
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Kimia inti dan radiokimia
Kimia inti dan radiokimiaKimia inti dan radiokimia
Kimia inti dan radiokimia
 
Unsur Radioaktif
Unsur RadioaktifUnsur Radioaktif
Unsur Radioaktif
 
Reaksi inti
Reaksi intiReaksi inti
Reaksi inti
 
Fisika inti kelompok 8
Fisika inti kelompok 8Fisika inti kelompok 8
Fisika inti kelompok 8
 
Peluruhan Radioaktif
Peluruhan RadioaktifPeluruhan Radioaktif
Peluruhan Radioaktif
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Fisika Inti dan Radioaktivitas
Fisika Inti dan RadioaktivitasFisika Inti dan Radioaktivitas
Fisika Inti dan Radioaktivitas
 
ラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktif
ラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktifラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktif
ラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktif
 
Radioaktif
RadioaktifRadioaktif
Radioaktif
 
Radioaktif ppt anes, cindy, muthmai, dendy
Radioaktif ppt anes, cindy, muthmai, dendyRadioaktif ppt anes, cindy, muthmai, dendy
Radioaktif ppt anes, cindy, muthmai, dendy
 
Attachments 2012 01_5
Attachments 2012 01_5Attachments 2012 01_5
Attachments 2012 01_5
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 

Viewers also liked

Proyecto animación
Proyecto animaciónProyecto animación
Proyecto animaciónBgs Company
 
Estilo indirecto tema 6
Estilo indirecto tema 6Estilo indirecto tema 6
Estilo indirecto tema 6emekoo
 
Dossier tragaleguas 2012 isabel
Dossier tragaleguas 2012   isabelDossier tragaleguas 2012   isabel
Dossier tragaleguas 2012 isabelBgs Company
 
Instituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicas
Instituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicasInstituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicas
Instituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicasDaniela Cornejo
 
Sintesis informativa 28 nov 2015
Sintesis informativa 28 nov 2015Sintesis informativa 28 nov 2015
Sintesis informativa 28 nov 2015megaradioexpress
 
CONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUA
CONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUACONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUA
CONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUAAlessio Marchesani
 
Gbi ALEX
Gbi ALEXGbi ALEX
Gbi ALEXtebison
 
Gbi 11 damian
Gbi 11 damianGbi 11 damian
Gbi 11 damian000303327
 

Viewers also liked (18)

Proyecto animación
Proyecto animaciónProyecto animación
Proyecto animación
 
Trabajo gbi
Trabajo gbiTrabajo gbi
Trabajo gbi
 
The goal dr shriniwas kashalikar
The goal dr shriniwas kashalikarThe goal dr shriniwas kashalikar
The goal dr shriniwas kashalikar
 
Evaluation 1
Evaluation 1Evaluation 1
Evaluation 1
 
S
SS
S
 
Waqar
WaqarWaqar
Waqar
 
Estilo indirecto tema 6
Estilo indirecto tema 6Estilo indirecto tema 6
Estilo indirecto tema 6
 
Blesa serrano
Blesa serranoBlesa serrano
Blesa serrano
 
Aurora
AuroraAurora
Aurora
 
Evaluation 1
Evaluation 1Evaluation 1
Evaluation 1
 
Dossier tragaleguas 2012 isabel
Dossier tragaleguas 2012   isabelDossier tragaleguas 2012   isabel
Dossier tragaleguas 2012 isabel
 
Instituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicas
Instituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicasInstituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicas
Instituto escuela de enfermería y especialidades medicas paramédicas
 
Flora
FloraFlora
Flora
 
Amidón
AmidónAmidón
Amidón
 
Sintesis informativa 28 nov 2015
Sintesis informativa 28 nov 2015Sintesis informativa 28 nov 2015
Sintesis informativa 28 nov 2015
 
CONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUA
CONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUACONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUA
CONSIDERAZIONI SULLE PRINCIPALI CARATTERISTICHE QUALITATIVE DELL’ACQUA
 
Gbi ALEX
Gbi ALEXGbi ALEX
Gbi ALEX
 
Gbi 11 damian
Gbi 11 damianGbi 11 damian
Gbi 11 damian
 

Similar to Isi

MATERI KIMIA-INTI.pptx
MATERI KIMIA-INTI.pptxMATERI KIMIA-INTI.pptx
MATERI KIMIA-INTI.pptxNAyuN4
 
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptxFISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptxZaidan13
 
Bahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdf
Bahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdfBahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdf
Bahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdfLorryEnjlina
 
Pp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitasPp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitasSri Wulan Hidayati
 
kimia radiaoktif
kimia radiaoktifkimia radiaoktif
kimia radiaoktifTeguh Pras
 
Radioaktivitas
RadioaktivitasRadioaktivitas
Radioaktivitaskemenag
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Annis Kenny
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Ernhy Hijoe
 
Radioaktif dan-radioisotop
Radioaktif dan-radioisotopRadioaktif dan-radioisotop
Radioaktif dan-radioisotopTri Wijayanto
 

Similar to Isi (20)

Fisika inti
Fisika intiFisika inti
Fisika inti
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Fisika inti
Fisika intiFisika inti
Fisika inti
 
Fisika inti
Fisika intiFisika inti
Fisika inti
 
MATERI KIMIA-INTI.pptx
MATERI KIMIA-INTI.pptxMATERI KIMIA-INTI.pptx
MATERI KIMIA-INTI.pptx
 
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptxFISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
 
Bahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdf
Bahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdfBahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdf
Bahan Ajar Kimdas 2 Kimia Inti 2023 (Bgn 1).pdf
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Pp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitasPp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitas
 
kimia radiaoktif
kimia radiaoktifkimia radiaoktif
kimia radiaoktif
 
13764113.ppt
13764113.ppt13764113.ppt
13764113.ppt
 
RADIOKTIF.ppt
RADIOKTIF.pptRADIOKTIF.ppt
RADIOKTIF.ppt
 
APN
APN APN
APN
 
Radioaktif
RadioaktifRadioaktif
Radioaktif
 
Kimia inti
Kimia intiKimia inti
Kimia inti
 
Unsur radioaktif1
Unsur radioaktif1Unsur radioaktif1
Unsur radioaktif1
 
Radioaktivitas
RadioaktivitasRadioaktivitas
Radioaktivitas
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
 
Radioaktif dan-radioisotop
Radioaktif dan-radioisotopRadioaktif dan-radioisotop
Radioaktif dan-radioisotop
 

Isi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu gejala yang sangat penting dalam fisika nuklir adalah terkait dengan radioaktivitas. Meskipun nuklida-nuklida diikat oleh gaya nuklir yang cukup kuat, banyak nuklida yang tidak mantap secara spontan meluruh menjadi nuklida lain melalui pemancaran zarah alfa, beta dan gamma. Sebuah nuklida radioaktif dapat mengalami sederetan rangkaian peluruhan menuju konfigurasi inti yang stabil. Terdapat 3 aspek radioaktivitas yang luar biasa jika dipandang dari segi fisika klasik, yaitu : 1. Bila inti atom mengalami peluruhan alfa dan beta, bilangan atom Z berubah dan inti menjadi unsur yang berbeda. Hal ini berarti bahwa unsur tidak tetap, meskipun mekanisme transformasinya tidak dikenal oleh ahli kimia. 2. Energi yang dikeluarkan selama peluruhan radioaktif timbul dari inti individual tanpa eksitasi eksternal, tidak seperti radiasi atomik. Hal ini dapat dipahami satelah Einstein mengemukakan kesetaraan massa-energi. 3. Peluruhan radioaktif adalah proses statistik yang memenuhi teori kemungkinan. Tidak ada hubungan sebab akibat yang terkait dalam peluruhan inti, yang terdapat hanyalah kemungkinan per satuan waktu. Fisika klasik tidak dapat menjelaskan perilaku seperti itu, namun demikan fisika kuantum dapat menjelaskannya dengan baik. 1.2 RUMUSAN MASALAH Makalah ini difokuskan pada pembahasan mengenai radioaktivitas dimana bagian yang akan dibahas penulis yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan peluruhan radioaktif, umur paro, peluruhan alfa, peluruhan beta, dan peluruhan gamma? 1
  • 2. 2. Bagaimana tinjauan proses peluruhan radioaktif, umur paro, peluruhan alfa, peluruhan beta, dan peluruhan gamma beserta bentuk formulasinya? 3. Apa saja bentuk deret radioaktif yang sekarang dikenal? 4. Apa saja dan jelaskan bagaimana aplikasi reaksi inti! 1.3 TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan peluruhan radioaktif, umur paro, peluruhan alfa, peluruhan beta, dan peluruhan gamma? 2. Memahami bagaimana tinjauan proses peluruhan radioaktif, umur paro, peluruhan alfa, peluruhan beta, dan peluruhan gamma beserta bentuk formulasinya? 3. Mengenal apa saja bentuk deret radioaktif yang sekarang dikenal? 4. Mengenal dan dapat menjelaskan bagaimana aplikasi reaksi inti I.4 METODE PENULISAN Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode collaborative learning, yaitu metode kerjasama dalam bentuk grup yang tersentralkan. Selain itu, penulis juga menggunakan metode literatur/ kepustakaan. Penulis menggunakan study kepustakaan dari berbagai sumber berupa buku, media cetak, maupun media elektronik yang memuat informasi berkaitan dengan pebahasan mengenai potensial termodinamika. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Peristiwa radioaktivitas ditemukan dengan tidak sengaja oleh Henri Becquerel saat mengamati gejala fluoresensi dan fosforesensi, yang menghantarkannya pada pemahaman yang lebih mendalam tentang sifat-sifat inti sebuah atom. Setelah menyinari beberapa potong sulfat uranium-kalium dengan cahaya tampak, Becquerel membungkus potongan-potongan itu dengan kertas hitam dan memisahkan bungkusan itu dari sebuah pelat fotografi dengan sepotong perak. Setelah beberapa jam penyinaran, pelat fotografi tersebut dicuci dan memperlihatkan penghitaman yang disebabkan oleh sesuatu yang telah pasti dipancarkan dari persenyawaan dan telah sanggup menembus kertas hitam dan perak itu. Peristiwa tadi menunjukan aktivitas radiasi dari persenyawaan tersebut. Peristiwanya disebut radioaktivitas, yang berarti unsur ini dapat mengeluarkan radiasi secara spontan, Radiasi dari peristiwa ini dikenal dengan sinar radioaktif. Setelah itu dua orang ilmuwan Perancis yang juga suami istri yaitu Marie Curie dan Pierre Curie melakukan pengkajian sistematik dan menemukan bukti bahwa ada unsur lain juga mengeluarkan sinar radioaktif, yaitu radium. Selain itu juga menemukan sifat bahwa sinar radioaktif mengionkan partikel udara yang dilewatinya. Hasil temuannya ini menjadi dasar untuk mendeteksi ada tidaknya unsur radioaktif di sekitar kita. Selain menemukan unsur radium, ditemukan juga oleh suami istri ini unsur polonium. Saat ini sudah banyak unsur-unsur radioaktif yang ditemukan. 3
  • 4. 2.2 PELURUHAN RADIOAKTIF Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses di mana sebuah inti atom yang tidak stabil untuk menjadi atom stabil maka ia memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi). Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah nukleus anak. Ini adalah sebuah proses acak sehingga sulit untuk memprediksi peluruhan sebuah atom. Laju peluruhan inti radioaktif ini disebut aktivitas (activity) inti, yang hanya ditentukan oleh jumlah peluruhan per detik, tidak tergantung pada sinar yang dipancarkan. R = − dN dt , tanda negatif menunjukkan bahwa semakin lama N semakin kecil. Satuan internasional (SI) untuk pengukuran peluruhan radioaktif adalah becquerel (Bq). Jika sebuah material radioaktif menghasilkan 1 buah kejadian peluruhan tiap 1 detik, maka dikatakan material tersebut mempunyai aktivitas 1 Bq. Karena biasanya sebuah sampel material radioaktif mengandung banyak atom,1 becquerel akan tampak sebagai tingkat aktivitas yang rendah; satuan yang biasa digunakan adalah dalam orde gigabecquerels. Pada tahun 1899, Ernest Rutherford melakukan percobaan mengenai sifat sinar-sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif dengan membungkus unsur dalam suatu timbal. Bagaiamana sifat sinar-sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif tersebut? Untuk itulah di sini akan ditinjau sifat sinar-sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif. 4
  • 5. Gambar 1. Daya Serap sinar-sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif. Partikel alfa dari bahan radioaktif dihentikan oleh selembar kertas . Partikel beta menembus kertas tetapi dihentikan oleh sebuah aluminium. Keping timbal yang tebal ternyata tidak dapat menghentikan sinar gamma. Untuk dapat mengerti mengapa inti atom tak stabil meluruh dengan sendirinya, perhatikan gambar kurva kestabilan berikut dimana inti-inti stabil terletak pada kurva kestabilan ini. Peluruhan alfa N berkurang 2 Z bertambah 2 Kurva kestabilan Peluruhan beta positif atau penangkapan elektron neutron Peluruhan beta negatif N) umlah ( Z berkurang 1 N berkurang 1 J N bertambah 1 Z bertambah 1 Jumlah proton (Z) Gambar 2. Peluruhan alfa dan beta Hingga kini telah dikenal kira-kira 1500 nuklida, namun hanya kira-kira 400 nuklida yang stabil. Inti ringan (sampai dengan jumlah proton Z = 20) sangat stabil jika jumlah proton (Z) dan jumlah neutron (N) dalam intinya adalah sama 4 (N = Z atau N/Z = 1). Misalnya nuklida helium 2 He yang mengandung 2 neutron dan 2proton adalah sangat stabil. Inti ringan tak stabil yang terletak diatas kurva kestabilan memiliki kelebihan neutron (N > Z atau N/Z = 1). Jika satu dari kelebihan neutronnya berubah menjadi proton, ini akan mengurangi jumlah neutron dan meningkatkan jumlah proton. Untuk mempertahankan kekalan muatan (muatan total sebelum dan sesudah peluruhan adalah sama), perubahan 5
  • 6. muatan seperti ini berarti bahwa sebuah elektron negatif harus dipancarkan. Dengan demikian, 0 n → 1p + − e 1 1 0 Pemancaran elektron 1 Elektron meninggalkan inti dan dikenal sebagai “partikel beta”. Inti akhir mungkin ditinggalkan dengan tambahan energi berkaitan dengan pergeseran energi ikatan, dan energi tambahan ini dilepaskan dalam bentuk sinar gamma. Kadang-kadang diperlukan lebih dari satu peluruhan beta untuk sebuah inti tak stabil tertentu menjadi inti stabil. Bagaimana dengan inti ringan dibawah kurva kestabilan ? Inti tak stabil memiliki kelebihan proton dari jumlah neutron stabilnya (N < Z atau N/Z < 1). Proses dari persamaan diatas terjadi Pemancaran positron 1 0 n → 0n + 1 0 +1 e Disini sebuah proton diubah menjadi sebuah neutron dengan memancarkan sebuah positron (elektron bermuatan positif). Perisiwa disini juga disebut sebagai peluruhan beta, karena ia mirip dengan pemancaran elektron negatif. Suatu proses yang berlawanan dengan pemancaran positron adalah penangkapan satu dari elektron dalam kulit atom terdalam oleh sebuah inti dengan rasio neutron/proton (N/Z) yang terlalu kecil. Elektron diserap sebuah oleh sebuah proton inti, yang kemudian menjadi sebuah neutron. Proses penangkapan elektron oleh proton untuk menjadi neutron ini dapat dinyatakan sebagai 1 p + −1 e → 0 n 1 0 1 Penangkapan elektron Penangkapan elektron tidak mengarah ke pemancaran sebuah partikel. Tetapi ini dapat dideteksi dengan produksi foton sinar-X ketika satu dari elektron- elektron atom pada kulit lebih luar melompat ke posisi lowong pada ulit terdalam yang ditinggalkan oleh elektron yang ditangkap oleh proton inti. Bagaimana dengan inti berat (Z > 83) titik R Pada gambar ? Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa semua inti berat dengan Z > 83 tidak stabil karena intinya kelebihan proton maupun neutron. Untuk mencapai inti stabil, inti ini 6
  • 7. 4 memancarkan partikel alfa 2 He , sehingga jumlah proton dan jumlah neutron dalam intinya masing-masing berkurang 2. Dengan demikian, peluruhan beta negatif meningkatkan jumlah proton dengan satu dan mengurangi jumlah neutron dengan satu; peluruhan beta positif dan penangkapan elektron mengurangi jumlah proton dengan satu dan meningkatkan jumlah neutron dengan dua. Proses-proses ini dapat disarikan pada tabel berikut Tabel 1. Jenis Peluruhan Radioaktif Peluruhan Transformasi Contoh Peluruhan alfa Peluruhan beta Pemancaran positron Penangkapan elektron Peluruhan gamma Inti tak stabil (misal inti uranium) secara spontan akan memancarkan sinar radioaktif untuk menjadi inti stabil. Inti yang memancarkan sinar radioaktif disebut inti induk, sedangkan inti baru yang terjadi disebut inti anak. Ada tiga jenis sinar radioaktif yang dapat dipancarkan oleh inti tak stabil yaitu : sinar alfa (α), sinar beta (β), dan sinar gamma ( γ ). Ketika inti tak stabil memancarkan sinar α, inti anak yang terbentuk memiliki nomor massa lebih kecil 4 dan nomor atom lebih kecil 2 daripada inti induknya. Sebagai contoh, 238 92 U → Th + 2 α 234 90 4 Perhatikan bahwa banyak nukleon adalah kekal (238  234 + 4). Demikian juga, banyak proton adalah kekal (92  90 +2). 7
  • 8. Ketika suatu inti meluruh dengan memancarkan sinar β, inti nanak memiliki nomor massa sama dengan inti induknya, tetapi nomor atomnya bertambah satu. Sebagai contoh, 14 6 C → 14N + 7 14 −1 e + v neutrino Ketika suatu inti meluruh dengan memancarkan sinar ϒ, baik nomor massa maupun nomor atom adalah tetap. Sebagai contoh, 87 38 Sr * → 87 38 Sr * → γ (tanda * pada Sr* menyatakan keadaan eksistensi). Gambar 3. Lima macam peluruhan radioaktif. 8
  • 9. 2.3 UMUR-PARO Waktu paruh adalah interval waktu yang dibutuhkan oleh suatu zat radioaktif agar aktivitasnya berkurang setengahnya. Untuk sebuah sampel radioisotop tertentu, jumlah kejadian peluruhan (– dN) yang akan terjadi pada selang (interval) waktu dt adalah sebanding dengan jumlah atom yang ada sekarang. Jika N adalah jumlah atom, maka peluang (probabilitas) peluruhan (– dN/N) sebanding dengan dt: ................................ ( 1) Masing-masing inti radioaktif meluruh dengan laju yang berbeda, masing- masing mempunyai konstanta peluruhan sendiri (λ). Tanda negatif pada persamaan menunjukkan bahwa jumlah N berkurang seiring dengan peluruhan. Penyelesaian dari persamaan diferensial orde 1 ini adalah fungsi berikut: Masing-masing ruas dapat diintegrasi : ................................... (2) 9
  • 10. Fungsi di atas menggambarkan hukum peluruhan radioaktif eksponensial, yang merupakan penyelesaian pendekatan atas dasar dua alasan. Pertama, fungsi eksponensial merupakan fungsi berlanjut, tetapi kuantitas fisik N hanya dapat bernilai bilangan bulat positif. Alasan kedua, karena persamaan ini penggambaran dari sebuah proses acak, hanya benar secara statistik. Akan tetapi juga, dalam banyak kasus, nilai N sangat besar sehingga fungsi ini merupakan pendekatan yang baik. Selain konstanta peluruhan, peluruhan radioaktif sebuah material biasanya juga dicirikan oleh rerata waktu hidup. Masing-masing atom "hidup" untuk batas waktu tertentu sebelum ia meluruh, dan rerata waktu hidup adalah rerata aritmatika dari keseluruhan waktu hidup atom-atom material tersebut. Rerata waktu hidup disimbolkan dengan τ, dan mempunyai hubungan dengan konstanta peluruhan sebagai berikut: .................................... ( 3) AKTIVITAS R 0 5 10 15 20 25 26 30 35 10 WAKTU t, h
  • 11. Gambar 4. Aktivitas radio-isotop menurun secara eksponensial terhadap waktu Kelakuan yang tergambar pada Gambar 3 menunjukkan bahwa kita dapat menyatakan informasi empiris mengenai perubahan aktivitas terhadap waktu dalam bentuk R = Roe- λ t .................................... ( 4) Parameter yang lebih biasa digunakan adalah waktu paruh. Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan sebuah inti radioatif untuk meluruh menjadi separuh bagian dari sebelumnya. Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan adalah sebagai berikut, yaitu apabila t = t1/2, aktivitas R telah menurun menjadi ½Ro. Jadi R = Roe- λ t 1/2Ro = Roe- λ t e- λ t =2 dengan mengambil logaritma alamiah kedua belah persamaan itu, λ T1/2 = ln 2 ..................................... (5) Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan menunjukkan bahwa material dengan tingkat radioaktif yang tinggi akan cepat habis, sedang materi dengan dengan tingkat radiasi rendah akan lama habisnya. Waktu paruh inti radioaktif sangat bervariasi, dari mulai 1024 tahun untuk inti hampir stabil, sampai 10-6 detik untuk yang sangat tidak stabil. 11
  • 12. 2.4 HUKUM-HUKUM KEKEKALAN DALAM PELURUHAN RADIOAKTIF Kajian tentang berbagai peluruhan radioaktif dan reaksi inti memperlihatkan bahwa alam tidak memilih secara sembarang hasil peluruhan atau reaksi yang terjadi, melainkan terdapat beberapa hukum tertentu yang membatasi hasil yang mungkin terjadi. Hukum-hukum ini disebut hukum kekekalan yang memberikan wawasan penting terhadap perilaku dasar alam. Berikut beberapa hukum kekekalan yang diterapkan pada proses peluruhan. 1. Kekekalan energi Hukum kekekalan energi mungkin yang paling penting dari semua hukum kekekalan. Hukum ini memberitahukan mengenai peluruhan mana yang mana paling mungkin terjadi dan pula memungkinkan untuk menghitung energi diam atau kinetik dari hasil peluruhan. Sebagai contoh: Sebuah inti X hanya dapat meluruh menjadi sebuah inti X ' yang lebih ringan. Selain itu, ia memancarkan pula satu atau lebih partikel yang secara bersama disebut x , jika massa diam X lebih besar daripada massa diam total X' +x . Kelebihan energi massa ini disebut nilai Q peluruhan: m N ( X ) c 2 = m N ( X ') c 2 + m N ( X ) c 2 + Q Q =[ m N ( X ) − m N ( X ' ) − m N ( X ) ] c 2 m N adalah massa diam inti (nucleus). Jelas, peluruhan ini hanya dapat terjadi jika Q bernilai positif. Kelebihan energi Q ini muncul sebagai energi kinetik partikel-partikel hasil peluruhan (dengan anggapan X mula-mula diam): Q =K X ' +K x …* 2. Kekekalan momentum linear 12
  • 13. Jika inti yang meluruh pada awalnya diam, maka momentum total semua partikel hasil peluruhannya haruslah nol, PX ' +Px =0 …** Biasanya, massa partikel atau partikel-partikel x yang dipancarkan lebih kecil daripada massa inti sisa X ' , sehingga momentum pental PX ' menghasilkan energi kinetik K X ' yang kecil. Jika hanya satu partikel x yang dipancarkan, persamaan * dan ** dapat dipecahkan secara serempak bagi K X ' dan K x . Jika x menyatakan dua atau lebih partikel, maka memiliki jumlah besaran tak diketahui yang lebih banyak daripada jumlah persamaannya, sehingga tidak mempunyai pemecahan tunggal. Dalam kasus ini, energi kinetik hasil peluruhan dapat mengambil nilai sebarang dari suatu nilai minimum hingga suatu nilai maksimum. 3. Kekekalan momentum sudut Ada dua jenis momentum sudut yaitu momentum sudut spin s dan momentum sudut gerak atau orbital I . dalam kerangka diam dari inti X , momentum sudut total sebelum peluruhan adalah s X . Setelah peluruhan, mempunyai sejumlah spin dari inti X ' dan partikel-partikel x ,dan juga sejumlah momentum sudut I = ×p dari r x dan X ' , yang bergerak relative terhadap titik dalam ruang yang semula ditempati oleh inti X . Dengan demikian, hukum ini mensyaratkan bahwa: s X =s X ' +s x +I X ' +I x 13
  • 14. Spin intrinsik s adalah sifat partikel atau inti. Electron memiliki s = 1 , dan inti-inti atom juga memiliki spin, yang berasal dari proton dan 2 netron penyusunya. Spin intrinsic sebuah inti memiliki nilai yang dapat berupa kelipatan bulat atau setengah pecahan dari  , bergantung pada apakah A genap atau ganjil. Momentum sudut I selalu terkuantisasikan dalam kelipatan bulat dari  . 4. Kekekalan muatan elektrik Hukum ini merupakan bagian mendasar dalam seluruh proses peluruhan dan reaksi. Hukum ini mensyaratkan bahwa muatan elektrik total sebelum dan setelah peluruhan haruslah tidak berubah atau sama besar. 5. Kekekalan nomor massa Dalam beberapa proses peluruhan, dapat diciptakan beberapa partikel (foton atau electron) yang tidak hadir sebelum peluruhan. (ini tentu saja dapat terjadi bila energy inti awal lebih besar daripada energy partikel yang diciptakan untuk menciptakan electron, misalnya nilainya adalah 0,511 MeV). Tetapi, alam tidak memperkenankan untuk menciptakan atau memusnahkan proton dan neutron, meskipun dalam beberapa proses peluruhan dapat mengubah neutron menjadi proton atau proton menjadi neutron. Dengan demikian berlakulah jumlah nonmor massa A tidak berubah dalam proses peluruhan atau reaksi. Dalam beberapa proses peluruhan, A tetap tidak berubah karena baik Z maupun N kedua-duanya berubah sedemikian rupa sehingga mempertahankan jumlah keduanya tetap. 2.5 PELURUHAN ALFA 14
  • 15. Pada peluruhan alfa adalah suatu inti radioaktif berubah menjadi inti baru dengan melepaskan partikel alfa atau inti helium. Dengan demikian nomor massa inti asli berkurang dengan 4 dan nomor atomnya berkurang dengan 2. Misalnya X adalah inti asli dan Y adalah inti baru, maka proses ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan peluruhan Contoh, Dari bagan peluruhan maupun dari contoh, nampak bahwa inti terurai menjadi inti lain dan partikel alfa . Maka jelaslah pada peluruhan ini ada energi yang dilepaskan, yaitu sama dengan energi ikat antara inti baru dengan partikel alfa Di dalam suatu sistem yang induknya berada dalam keadaan diam, kita dapat dari kekekalan energi bahwa + ................................( 7 ) Di mana dan masing – masing adalah energi kinetik anak dan partikel , sedangkan , , dan masing – masing adalah massa diam induk , anak, dan partikel alfa. Oleh karena energi kinetik tidak pernah bernilai negatif peluruhan alfa tidak dapat berlangsung, kecuali + ................................(6) Selain energi, momentum pun mengalami kekekalan. Ketika hanya dua partikel yang dihasilkan dari peluruhan alfa, kedua kondisi kekekalan energi dan momentum tersebut menetapkan secara unik energi – energi kinetik ( dan 15
  • 16. momentum – momentum ) partikel dan nukleus anak. Jika nukleus induk dengan nomor massa A meluruh pada keadaan diam, energi kinetik partikel - nya dinyatakan sebagai ....................................( 8 ) Dengan energi disintegrasi Q adalah total energi yang dilepaskan di dalam reaksi: Q= ...................................( 9 ) Besaran Q adalah suatu konstanta untuk setiap peluruhan alfa dan memiliki nilai yang sama untuk seluruh pengamat. Dalam kerangka nukleus induk yang diam, Q= ...................................( 10 ) 2.6 TEORI PELURUHAN ALFA Dalam pembahasan efek terobosan,seberkas partikel yang berenergi kinetik K jatuh pada rintangan potensial persegi yang tingginya V lebih besar dari K. Harga aproksimal peluang transmisi yaitu rasio antara banyaknya partikel yang melewati rintangan dan banyaknya partikel yang datang. Peluang Transmisi,dirumuskan : Dengan L = Tebal rintangan 16
  • 17. Untuk kasus partikel alfa Nuklir,langkah pertama ialah Dan diintegralkan, Keterangan : = Jari-jari inti R = Jarak dari pusat ( V = K ) Energi kinetik K lebih besar dari energi potensial V untuk R, sehingga jika partikel itu dapat melampaui R partikel alfa secara permanen melepaskan diri dari inti. Bentuk potensial perintang sebenarnya. Energi potensial listrik sebuah partikel alfa pada jarak x dari pusat inti yang bermuatan Ze adalah keterangan : Ze = Muatan nuklir minus buatan alfa partikel alfa 2e Z = Nomor atomik inti anak Peluang transmisi untuk perintang sebenarnya, didapatkan Karena V = K ketika x = R 17
  • 18. Sehingga menjadi : jadi Sehingga Dari persamaan Sehingga 18
  • 19. Dengan memasukkan berbagai konstanta dalam persamaan didapatkan Keterangan : K = menyatakan energi kinetik partikel-alfa (MeV) = jari-jari nuklir (1fm = m) Z = nomor atomik intinya dikurangi partikel alfa Konstanta peluruhan λ adalah Dengan mengambil logaritma alamiah dari kedua ruas dan mensubtitusikan peluang transmisi T, didapatkan Logaritma biasa Dalam mekanika kuantum dari pemancaran alfa,ada dua hal yang sangat penting, yaitu : Pertama, memungkinkan dimengertinya variasi yang sangat besar dari umur paro terhadap energi disintegrasi. Peluruhan terlambat yang umur paronya 1,3 x 19
  • 20. tahun, peluruhan tercepat dari yang umur paronya 3,0 x s. Walaupun umur paronya kali disintegrasi lebih besar,energi (4,05 MeV) hanya sekitar setangah kali dari (8, 95 MeV) . Kedua, penjelasan gejala melalui penerobosan,melalui rintangan potensial oleh partikel yang energinya cukup untuk melompati rintangan. 2.7 PELURUHAN BETA Peluruhan beta adalah peluruhan radioaktif yang memancarkan partikel beta (elektron atau positron). Pada kasus pemancaran sebuah elektron, peluruhan ini disebut sebagai peluruhan beta minus (β−), sementara pada pemancaran positron disebut sebagai peluruhan beta plus (β+). Pada tingkatan partikel dasar, peluruhan beta terjadi karena konversi sebuah quark bawah menjadi sebuah quark atas oleh pemancaran sebuah boson W. Pada peluruhan β−, interaksi lemah mengubah sebuah netron menjadi sebuah proton ketika sebuah elektron dan sebuah anti-neutrino dipancarkan: . Elektron yang dipancarkan bukanlah elektron orbital. Juga bukan elektron yang semula berada di dalam inti atom, karena asas ketidakpastian melarang elektron hadir di dalam inti atom. Elektron tersebut “diciptakan” oleh inti atom dari energi yang ada. Jika beda energi diam antara kedua inti atom sekurang-kurangnya E = mc², maka hal tersebut memang mungkin terjadi. Dalam peluruhan β+, sebuah proton dikonversi menjadi sebuah netron, sebuah positron dan sebuah neutrino: 20
  • 21. . Jadi, tidak seperti peluruhan beta minus, peluruhan beta plus tidak dapat terjadi dalam isolasi, sebab harus ada suplai energi dalam proses “penciptaan” massa, karena massa netron (sebagai inti anak) ditambah massa positron dan neutrino lebih besar daripada massa proton (sebagai inti induk). Jika proton dan netron merupakan bagian dari inti atom, proses peluruhan men-transmutasikan satu elemen kimia ke dalam bentuk lainnya. Sebagai contoh: (beta minus), (beta plus) Energi elektron yang teramati selama peluruhan beta dari nuklide tertentu didapatkan bervariasi secara malar (continue) dari 0 hingga harga maksimum Kmax yang merupakan karakteristik nuklidenya. Gambar di bawah menunjukkan spektrum energi elektron yang dipancarkan dalam peluruhan beta dari ; di sini Kmax =1.17 MeV. Dalam setiap kasus energi maksimumnya adalah Jumlah Relatif Elrktron 21 Gambar 5. Spektrum energi elektron dari peluruhan beta 0 Energi Elektron, MeV 1.2
  • 22. yang dibawa oleh elektron peluruhan sama dengan energi setara dari beda massa antara inti-induk dan inti-anak. Hanya saja, sangat jarang ele ktron didapatkan terpancar dengan energi . 2.8 PELURUHAN GAMMA Seperti atom yang tereksitasi begitu pula dengan inti yang tereksitasi akan memancarkan foton. Sebuah inti dalam keadaan ikat yang energinya lebih tinggi daripada keadaan dasar, begitu pula dengan atom bisa dalam keadaan seperti itu. Inti tereksitasi diberi tanda bintang setelah lambang yang biasa dipakai. Inti yang tereksitasi kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan foton yang energinya bersesuaian dengan perbedaan energi antara berbagai keadaan awal dan keadaan akhir dalam transisi yang bersangkutan. Foton yang dipancarkan oleh inti daerah energinya berbeda-beda hingga mencapai beberapa MeV dan secara tradisional, maka itu disebut sinar gamma. Sinar γ adalah radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi yang sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun muatan sehingga sering disimbolkan dengan 0 γ . Sebuah inti induk yang meluruh dengan memancarkan 0 sinar γ akan menghasilkan inti anak tanpa mengalami perubahan nomor atom maupun nomor massa. Pemancaran sinar γ biasanya dapat terjadi bersama-sama dengan pemancaran partikel α dan atau partikel β. Untuk lebih jelasnya perhatikan reaksi berikut : 22
  • 23. A Z X → ZY + 0 γ A 0 Ketika sebuah inti memancarkan sinar- α atau β, inti juga memancarkan sinar- γ. Sinar γ adalah gelombang elektromagnetik yang terpencar dari inti atom dengan membawa sejumlah energi. Sinar- γ tidak menyebabkan perubahan massa dan muatan inti atom. Contoh peluruhan γ adalah 61 28 Ni * → 28 Ni +α 61 Ni* adalah inti atom Ni yang berada pada tingkat eksitasi. Sebagai alternatif lain dari peluruhan gamma, dalam beberapa kasus inti tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar dengan memberikan energi eksitasinya ke salah satu elektron orbital di sekelilingnya. Dapat dibayangkan proses yang dikenal sebagai konversi internal, sebagai jenis efek fotolistrik di mana sebuah foton nuklir diserap oleh elektron atomik: lebih cocok dengan eksperimen jika kita menganggap konversi internal menyatakan transfer langsung energi eksitasi dari sebuah inti ke sebuah elektron. Elektro yang terpancar memiliki energi kinetik sama dengan energi eksitasi nuklir yang hilang dikurangi energi ikat elektron dalam sebuah atom. Kebanyakan inti tereksitasi memiliki umur paro yang pendek terhadap peluruhan gamma, tetati beberapa tetap tereksitasi selama beberapa jam. Inti tereksitasi yang berumur panjang disebut isomer dan inti yang sama dalam keadaan dasar. Menyusul peluruhan alfa atau beta, inti akhir dapat berada pada suatu keadaan eksitasi. Seperti halnya atom, inti akhir itu akan mencapai keadaan dasar setelah memancarkan satu atau lebih foton, yang dikenal sebagai sinar gamma inti. Energi tiap foton adalah beda energi anta keadaan awal dan akhir inti, dikurangi pula dengan sejumlah koreksi k kecil dibagi energi pental inti. Energi– energi ini khasnya berada dalam rentang 100 keV hingga berada meV. Inti dapat pula dieksitasikan dari keadaan dasar ke suatu keadaan eksitasi dengan menyerap 23
  • 24. foton dengan energi yang tepat, dalam proses serupa dengan menyerap resonans oleh keadaan atom. Usia-paruh khas bagi tingkat eksitas inti adalah 10-9 hingga 10-12 s; nilai pasti usia-paruh ini (dan aturan seleksi yang memperkenankan dan melarang terjadinya suatu transisi) bergantung pada tinjauan terinci lanjut yang berada di luar tingkatan buku ini. Adakalanya perhitungan terinci ini menghasilkan nilai usia-paruh yang sangat lama-beberapa jam atau bahkan hari. Keadaan inti yang bersifat separti ini di kenal sebagai keadaan isomerik atau isomer. Kajian pemancaran sinar gamma inti merupakan alat penting bagi para fisikawan inti. Energi sinar gamma dapat diukur dengan ketelitian tinggi, yang memberikan suatu cara ampuh bagi kita untuk menyimpulkan energi berbaagai keadaan eksitas inti. Dalam menghitung energi partikel alfa dan beta yang dipancarkan dalam peluruhan radioaktif, kita telah menganggap bahwa tidak ada sinar gamma yang dipancarkan. Jika ada sinar gamma yang dipancarkan, maka energi yang tersedia (nilai Q) harus dibagi bersama antara partikel dan sinar gamma. 2.9 DERET RADIOAKTIF Ada empat deret radioaktif yang masing-masing berakhir pada nuklide- anak mantap. Penyebab terdapatnya hanya empat deret semacam itu dapat diturunkan dari fakta bahwa peluruhan alfa mereduksi nomor massa sebuah inti dengan 4. Jadi nuklide yang nomor massanya memenuhi : 24
  • 25. Dengan n bilangan bulat, dapat meluruh menjadi yang lainnya dalam urutan yang menurun dari nomor massa. Anggota deret 4n+1 memiliki nomor massa yang memenuhi : Dan anggota deret 4n+2 dan 4n+3 memiliki nomor massa yang memenuhi berturut-turut : Tabel 2. Deret Radioaktif Inti induk Waktu paro Rumus Deret Inti stabil (tahun) deret Akhir 4,47 Uranium 4n + 2 Aktinium 7,04 4n + 3 Thorium 4n Neptunium 1,41 4n + 1 2,14 Anggota masing-masing deret ini juga dapat meluruh menjadi yang lain dalam orde yang menurun dari nomor massa. Umur paro neptunium begitu pendek dibandingkan dengan perkiraan umur dari semesta ini sehingga anggota- anggota deret ini tidak didapatkan dalam alam pada saat ini. Deretan peluruhan alfa dan beta yang berlangsung dari inti-induk menjadi inti yang mantap sebagai hasil akhir untuk setiap deret. Jadi suatu anggota dari deret thorium mempunyai peluang 66,3% untuk meluruh beta menjadi 25
  • 26. dan 33,7% untuk meluruh alfa menjadi . Sehingga kedua cabang itu menuju ke . Anggota antara dari masing-masing deret peluruhan mempunyai umur- paro yang jauh lebih pendek daripada nuklide-induk. Marilah kita tinjau radionuklide A yang meluruh menjadi radionuklide B. Dalam keadaan awal terdapat No atom A, nol atom B. Setelah waktu t terdapat N A atom A dan NB atom L. Konstan peluruhan masing-masing dan . Laju pembentukan B pada setiap saat sama dengan laju peluruhan A. Sehingga ................................. (11) Laju peluruhan B adalah .................................. (12) Perubahan netto populasi B ialah penjumlahan Persamaan (11) dan (12) : Dari persamaan (12.5) Sehingga Laju Peluruhan B : 26
  • 27. Jika nuklide induk A panjang umur dibandingkan dengan nuklide anak B, maka << dan Setelah waktu t besar relatif terhadap umur paro B tetapi kecil relatif terhadap umur paro A, << 1 dan NA≈N0, sehingga Analisis seperti di atas diperluas untuk semua anggota dalam deretan radioaktif yang nuklide-induknya panjang umur dibandingkan dengan nuklide anak, sehingga kesetimbangan radioaktif: Masing-masing bilangan atom NA, NB, NC... berkurang secara eksponensial dengan konstan peluruhan dari nuklide induk tetap berlaku setiap saat. 2.10 REAKSI INTI Pembentukan Radioisotop dalam Reaksi Inti Seringkali kita menggunakan reaksi inti untuk menghasilkan berbagai isotop radioaktif. Dalam prosedur ini, sebuah isotop X stabil (tidak radioaktif) diradiasi dengan partikel x untuk isotop membentuk radio aktif Y ; partikel keluar y tidak menarik perhatian di sini, karena karena itu tidak diamati. 27
  • 28. Kita ingin menghitung aktivitas isotop Y yang dihasilkan dari penyinaran hingga suatu jumlah partikel x tertentu untuk suatu selang waktu tertentu t. misalkan R menyatakan laju tetap yang menghasilkan Y . besaran ini mengaitkan penampang dengan intensitas berkas x , sebagaiman diberikan oleh persamaan I/Io = σ N/A (anda harus meyakinkan diri bahwa laju r yang membentuk Y identik dengan laju I yang memancarkan y ). dalam selang waktu dt , jumlah inti Y yang akan di hasilkan adalah Rdt . Karena isotop Y besifat radioaktif, jumlah inti Y yang meluruh dalam selang waktu dt adalah λNdt , dimana λ adalah tetapan luruh (λ = 0,693 / t 1 ) dan N jumlah inti Y yang ada. 2 Perubahan neto dan dalam jumlah inti Y adalah dN = Rdt − λNdt dN = R − λN dt Pemecahan bagi persamaan ini Gambar 6. Reaksi-reaksidengan partikel datang adalah berbeda (yang membentuk inti gabung yang sama) R memiliki penampang yang serupa. Ini menunjukkan N (t ) = (1 − e −λt ) bahwa peluruhan sebuah inti gabung tidak bergantung λ pada cara pembetukannya. Reaksi-reaksi yang dituliskan sebagai X(x,y)Y dimaksudkan x+X→y+Y a (t ) = λN = R (1 − e −λt ) (10.5) Perhatikan bahwa, pada t = 0, a = 0 (tidak ada inti jenis Y pada saat awal). Untuk waktu penyinaran yang lama t << t 1 , pernyataan ini menghampiri nilai tetap R . jika t kecil 2 dibandingkan tehadap usia paruh t 1 2 , maka aktivitas naik secara linier terhadap waktu. 28
  • 29. a (t ) = R[1 − (1 − λt + ....) ] (10.6) a (t ) = Rλt (t<< t 1 2 ) Gambar 7. memperlihatkan hubungan antara a (t ) dan t . sebagaimana dapat anda lihat, tidak banyak aktivitas yang diperoleh untuk lama penyinaran melebehi sekitar dua usia-paruh. Dalam reaktor, intensiatas neutron dinyatakan dengan laju neutron persatuan luas, atau fluks neutron φ(neutron/ cm 2 /s). penampang neutron adalah σ (sentimeter persegi per inti per neutron datang). Laju R juga bergantung pada jumlah inti sasaran. Andaikan massa sasaran adalah m, maka jumlah inti sasaran adalah (m / M ) N A , Dimana M adalah berat molekul, yamg dapat sama dengan nomor massa A jika sasaran adalah atom murni, dan N A adalalah bilangan Avogadro (6,02 x10 23 atom per mol). Jadi, untuk reaksi imbas-neutron, dengan menggunakan Persamaan (10.1), diperoleh m R = φσ NA Gambar 7. Pembentukan aktivitas M dalam suatu reaksi inti Kinematika Reaksi Energi-Rendah Untuk bahasan ini, kita anggap bahwa kecepatan partikel-partikel inti cukup rendah sehingga kita dapat menggunakan kinematika tidak relativistic. Kita tinjau sebuah partikel x bergerak dengan momentum p x ,dan energy kineti K x . Inti sasaran dalam keadaan diam, dan hasil reaksi masing-masing memiliki momentum py dan pγ , dan energi kinetic ky dan k γ . Partikel y danY berturut- turut dipancarkan pada sudut θy dan θ terhadap arah berkas datang. Ganbar γ 10.7 melukiskan reaksi ini. Kita menganggap bahwa inti hasil reaksi Y tidak 29
  • 30. diamati dalam laboratorium (jika ia berupa inti berat, geraknya relatif lambat, sehingga umumnya berhenti dalam bahan sasaran). Seperti yang kita lakukan pada kasus peluruhan radioaktif, kita gunakan kekekalan energy untuk menghitung nilai Q dari reaksi ini (dengan anggapan X mula-mula diam); Energy awal=energy akhir Mxc2+Kx+mxc2=myc2+Ky+ mγ c2+ K γ Massa m dalam persamaan di atas menyatakan massa inti sebenarnya dari semua partikel yang bereaksi. Tetapi, sebagaimana telah kita bahas, jumlah proton dan neutron sebelum dan sesudah reaksi harus sama, yakni: Zx+ZX=Zy+ZY Karena itu, kita dapat menambahkan jumlah massa elektro yang sama pada kedua ruas Persamaan (10.8) dan seperti biasanya , mengabaikan energy ikat electron. Denga demikian, massa inti menjadi massa atom tanpa memerlukan lagi koreksi tambahan. Dengan menuliskan kembali Persamaan (10.8) kita peroleh: m x c 2 + m x c 2 − m y c 2 − mγ c 2 = K y + K γ − K x …* Beda massa antara partikel awal dan akhir didefinisikan sebagai nilai Qreaksi, Q = (m x + m X − m y − mγ )c 2 …** Jadi, dengan menggabungkan Persamaan (10.10)dan (10.11), kita lihat bahwa nilai Q sama pula dengan beda energy kinetic antara partikel akhir dan awal: Gambar 8. Momentum partikel-partikel Q = K y + Kγ − K x sebelum reaksi (x,X) dan sesudah reaksi (y,Y) 30
  • 31. Reaksi yang menghasilkan Q > 0, mengubah energy inti menjadi energy kinetic dari y dan Y, dan disebut reaksi eksotermik (exotermic) atau eksoergik (exoergic). Reaksi yang menghasilkan Q > 0, memerlukan masukan energy, dalam bentuk energy kinetic x , untuk diubah menjadi energy ikat inti. Ini dikenal sebagai reaksi endotermik (endothermic) atau endoergic (endoergic). Pada reaksi endoergic, kita sekurang-kurangnya harus memasok sejumlah energy kinetic tertentu untuk memberikan tambahan massa diam partekel-partikel hasil reaksi. Dengan demikian, terdapat nilai minimum atau ambang bagi energy kinetic x. bila energy kinetic ini lebih kecil dari pada energy ambang, maka reaksi tidak dapat berlangsung. Energy kinetic ambang ini tidak hanya harus memasok energy kinetic hasil reaksi. Pada energy minimum pun, partikel hasil reaksi tidak boleh dalam keadan diam, karena keadaan tersebut melanggar kekekalan momentum linier – momentum p x sebelum tumbukan tidak akan sama dengan momentum partikel-partikel akhir setelah tumbukan. Persoalan ini lebih mudah dianalisis dalam kerangka acuan pusat massa. Dalam kerangka lab, sebelum reaksi, pusat massa bergerak dengan laju v = m x v x /( m x + m X ) . Jika kita bergerak dengan laju tersebut, kita akan melihat x bergerak dengan laju v x − v dan X dengan laju − v , seperti yang diperhatikan pada Gambar 9. jika x bergerak dengan energy kinetic ambang, maka dalam kerangka acuan ini, hasi reaksi y dan Y akan tampak diam. Gambar 9. Reaksi pada energi ambang dalam kerangka acuan pusat massa 31
  • 32. Hukum kekalan enegi relativistic total K + m0 c harus dipenuhi dalam 2 reaksi, dan bahasan kita dibatasi hanya pada kecepatan –kecepatan rendah v>> c. jadi, kita dapat menggunakan pernyataan klasik energy kinetic. Kekekalan energy dalam kerangka pusat massa memberikan: 1 1 m x (v x −v ) 2 + m x ( −v) 2 + m x c 2 + m X c 2 = m y c 2 + mγ c 2 vx 2 2 menyatakan laju ambang dalam kerangka laboratorium. Dengan menyisipkan nilai v dan melakukan sedikit aljabar, kita peroleh energy kinetic ambang (dalam kerangka acuan laboratorium): mx K th = −Q(1 + ) mX 2.11 REAKTOR FISI (PEMBELAHAN) Inti-inti berat cenderung untuk pecah menjdi dua inti yang hampir sama. Ini disebabkan karena energi ikat pernukleon untuk inti berat lebih kecil dari energi ikat pernukleon untuk inti ringan hasil belahannya. Sebagai contoh inti dengan A= 230 mempunyai energi ikat pernukleon sekitar 7,6 MeV sedang inti dengan A= 115 energi ikat pernukleonnya adalah 8,5 MeV. Pembelahan ini melalui proses bahwa sebelum memisahkan diri, int i-inti hasil belahan ini harus menembus tanggul potensial Coulomb, hal ini terjadi dalam waktu yang cukup lama sebelum pembelahan tersebut betul-betul terjadi rata-rata (sekitar 1016 tahun untuk 238U). Pembelahan inti dapat diimbas dengan menembakkan neutron pada inti 235 tersebut. Sebagai contoh adalah reaksi tangkapan neutron lambt oleh inti U 236 untuk membentuk inti gabungan U yang tereksitasi dan segera meluruh melalui pembelahan, biasanya menghasilkan inti-inti dengan nomor massa sekitar 95 dan 140. Karena inti-inti berat memiliki kelebihan neutron maka proses pembelahan ini disertai juga pelepasan beberapa neutron yang disebut neutron spontan (promt neutron). Kadang-kadang iinti hasil belah juga bisa menghasilkan neutron dalam 32
  • 33. proses peluruhannya. Neutron dalam hal ini dinamakan neutron kasep (delayed neutron). Contoh reaksi pembelahan tersebut adalah sebagai berikut 235 236 137 U + n(lambat) U* I + 97Y + 2n (spontan) 237 137 136 I Xe Xe + n (kasep) 97 97 I Nb Mo Suatu hal yang sangat penting dalam reaksi pembelahan terimbas neutron adalah bahwa pembelalahan itu sendiri dan terjadilah reaksi berantai yang dapat tumbuh semakin banyak. Inilah dasar kerja reaktor nuklir fisi. Proses terpenting dalam reaktor adalah pembelahan inti yang diikuti dengan pelepasan beberapa neutron dan sejumlah tenaga. Inti yang dapat mau belah tersebut merupakan bahan bakar yang tersedia di alam ataupun di produksi 235 khusus untuk itu. U merupakan bahan bakar alam yang hanya 0,7 % dari 235 uranium yang ada. U merupakan inti yang dapat membelah melalui tangkapan neutron lambat dengan menghasilkan inti hasil belah dan rata-rata 2,5 neutron tiap belahan. Neutron yang dihasilkan dalam pembelahan ini merupakan neutron cepat sehingga perlu diperlambat, untuk keperluan itu dipasang bahan pemerlambat neutron dalam reaktor yang disebut moderator. Agar proses perlambatan efektif dipilih bahan moderator yang mengandung inti bermassa seimbang dengan massa neutron. Bahan-bahan moderator yang sering digunakan adalah air (H 2O), air berat (D2O), grafit (C), dan berilium (Be). Cacah neutron hasil pembelahan yang tersedia untuk menjaga kelangsungan reaksi berantai, harus lebih besar atau sama dengan cacah neutron yang meneyebabkan pembelahan sebelumnya. Cacah neutron ini dapat dikendalikan dengan menyisipkan penyerap neutron seperti Cadmium yang memiliki tampang serapan neutron lambat sangat besar. Bahan penyerap neutron ini biasanya berbentuk batang , oleh sebab itu dinamakan batang pengendali. Penyisipan batang pengendali ini menurunkan reaktivitas reaktor. Tiga keadaan reaktor dapat dicapai dengan pengaturan batang pengendali ini yaitu 33
  • 34. pertama, keadaan sub-kritis jika rata-rata suatu reaksi pembelahan menghasilkan cacah reaksi berantai akhirnya akan berhenti; kedua, keadaan super-kritis jika reaksi pembelahan berikutnya lebih banyak dari sebelumnya dan ketiga adalah keadaan kritis jika cacah reaksi pembelahan berikutnya tepat sama dengan cacah reaksi pembelahan sebelumnya. Pada setiap reaksi pembelahan di muka juga dilepaskan sejumlah energi berupa energi kinetik inti dan neutron hasil reaksi yang karena interaksinya dengan bahan moderator dan lainnya diubah menjadi energi termal sehingga reaktor menjadi panas. Oleh karena itu reaktor harus dilengkapi dengan sistem pendingin untuk kaor daya, energi panas ini dimanfatkan untuk menguapkan air yang selanjutnya akan menggerakkan turbin yang digandeng dengan dinamo pembangkit listrik. 2.12 REAKTOR FUSI (PELEBURAN) Penggabungan atau peleburan antara inti-inti ringan disertai dengan pelepasan energi. Misalnya peleburan inti deuterium menghasilkan energi 4,0 MeV. Aagar reaksi peleburan ini dapat terjadi inti-inti ringan tersebut harus menembus suatu tanggul potensial Coulomb. Inti-inti tersebut harus memiliki energi kira-kira sebesar E≈(Z1Z2e2)/(4πeo cn+r1+r2) Untuk z1 = z2 = 1 dan r1 + r2 = berorde fm, besar energi tersebut adalah 0,7 MeV, sehingga masing-masing inti berenergi 0,35 MeV. Inti dapat memiliki energi sebesar ini jika memiliki suhu diatas 2x10 9 K. Namun demikian reaksi peleburan dapat juga terjadi pada suhu yang lebih rendah yaitu sekitar 10 7K karena energi terminal inti terdistribusi menurut agihan Maxweel-Boltzmann 34
  • 35. sehingga ada sebagian inti memiliki energi yang cukup untuk melakukan peleburan, disamping itu inti juga dapat menembus dinding tanggul potensial. Agar reaksi peleburan dapat dikendalikan, diperlukan suatu ruangan yang bersuhu antara 107 – 108K. pada suhu ini atom-atom terionisasi dan membentuk keadaan yang disebut plasma. Untuk mengungkung plasma pada suhu yang sedemikian tinggi tidak dapat dilakukan dengan membuat wadah dari bahan apapun. Yang biasa dilakukan adalah mengungkung plasma dengan medan magnet. Kesulitan yang masih belum terpecahkan adalah energi yang diperlukan agar reaksi pembelahan dapat terjadi masih lebih besar dari energi yang dihasilkan dalam reaksi tersebut, padahal bahan bakar, sangat mudah didapat dan tidak ada masalh limbah radioaktif. Reaksi pembelahan merupakan sumber energi di matahari dan bintang- bintang. Energi dihasilkan melalui dua macam reaksi : Daur proton-proton menghasilkan energi sekitar 25 MeV melalui langkah-langkah sebagai berikut. 1 1 H + 11H  1 H + e → 2 2 1 H + 11H  23 H + γ → 3 2 H + 23H  24 H + 211H → Yang kedua melalui daur Carbon yang dominan pada suhu tinggi : 1 1 H + 12C  13 N + γ 6 → 7 13 7 N  13 N + e → 6 1 1 H + 13C  14 N + γ 6 → 7 1 1 H + 14N  15 O + γ 7 → 8 15 6 O  15 N + 1 e → 7 0 35
  • 36. 1 1 H +15N  12 C + 2 He 7 → 6 4 Di dalam daur ini empat buah inti hidrogen melebur menjadi sebuah inti 12 helium dan inti 6 C hanya bekerja sebagai katalisator. DAFTAR PUSTAKA Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: Rineka Cipta Beiser, Arthur. 1995. Konsep Fisika Modern (Terjemahan). Jakarta: Erlangga Krane, Kenneth. 2011. Fisika Modern (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia 36
  • 37. Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta: Erlangga Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber Daya MIPA Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta 37
  • 38. Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta: Erlangga Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber Daya MIPA Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta 37
  • 39. Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta: Erlangga Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber Daya MIPA Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta 37
  • 40. Kusminarto. 1994. Pokok-pokok Fisika Modern. Yogyakarta: FMIPA UGM Marthen, Kanginan. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2. Jakarta: Erlangga Savin, William. 2008. Fisika Modern Schaum’s Outline. Jakarta: Erlangga Supiyanto. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta Surya, Yohanes. 2001. Fisika Itu Mudah SMU 3C. Tangerang. PT Bina Sumber Daya MIPA Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zemansky, Mark W., dan Francis Weston Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 (Terjemahan). Jakarta. Bina Cipta 37