1. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1
Abstrak— Peningkatan jumlah penduduk di Kota Probolinggo
berpotensi mengakibatkan kenaikan timbulan sampah.
Peningkatan jumlah timbulan sampah akan mengakibatkan
peningkatan jumlah sampah yang ditimbun di TPA yang
menyebabkan bertambahnya beban TPA Kota Probolinggo.
Selain itu, sampah yang ditimbun TPA akan mengalami
dekomposisi dan menghasilkan emisi gas metana (CH4) dan
karbondioksida (CO2) yang dapat menyebabkan pemanasan
global.
Studi ini melakukan kajian mengenai pengolahan
sampah eksisting yang dilakukan di Kota Probolinggo dengan
menghitung jumlah emisi karbon (CH4 dan CO2). Perhitungan
emisi karbon dilakukan pada kegiatan pembuangan sampah dan
kegiatan daur ulang. Studi ini melakukan perhitungan jumlah
timbulan dan komposisi sampah yang digunakan dalam
perhitungan emisi karbon dengan menggunakan Pedoman IPCC.
Kesimpulan pada studi ini menunjukkan bahwa
timbulan sampah TPA Kota Probolinggo sebesar 33.812,78
kg/hari. Komposisi sampah TPA secara umum sampah TPA
mempunyai komposisi sampah terbesar yakni sampah sisa
makanan. Sedangkan kegiatan komposting jumlah sampah kebun
yang dikomposkan sebesar 563,3979 kg/hari dan sampah sisa
makanan sebesar 1255,18 kg/hari. Emisi metana yang dihasilkan
oleh pengolahan sampah Kota Probolinggo yakni sebesar 0,31 Gg
CH4/tahun sedangkan untuk emisi karbondioksida sebesar 1,70
Gg CO2 /tahun.
Kata Kunci—emisi karbon, pengolahan sampah, Kota
Probolinggo
I. PENDAHULUAN
AMPAH merupakan masalah yang kerap dialami di daerah
perkotaan termasuk Kota Probolinggo. Dikota besar
sampah menjadi masalah baik dari segi jumlah maupun
dari jenisnya. Besar kecilnya masalah sampah tumbuh seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang ada dikota
tersebut [1]. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan
peningkatan aktivitas penduduk yang berarti juga peningkatan
jumlah timbulan sampah [2]. Penimbunan merupakan salah
satu cara yang paling umum untuk pembuangan sampah kota
[3]. Total penduduk Kota Probolinggo tahun 2011 sebanyak
218.061 jiwa dengan jumlah timbulan sampah 13.121 ton/hari
[4]. Jumlah sampah yang besar dapat memberikan dampak
penting terhadap lingkungan serta bertambahnya beban TPA
Kota Probolinggo.
Sampah perkotaan yang ditimbun ke TPA menjadi
kontributor yang signifikan terhadap gas rumah kaca [5].
Potensi produksi gas rumah kaca berkaitan dengan komposisi
sampah dan khususnya fraksi organik biodegradable yang
pada akhirnya akan menimbulkan gas rumah kaca. Sebagian
besar komposisi sampah kota di negara berkembang termasuk
Indonesia didominasi oleh sampah organik biodegradable.
Sampah organik biodegradable yang ditimbun TPA akan
mengalami dekomposisi dan menghasilkan emisi gas metana
(CH4) dan karbondioksida (CO2) yang dapat menyebabkan
pemanasan global [6]. Metana, walaupun jumlahnya sedikit
yang terdapat di atmosfer, namun pengaruhnya terhadap
pemanasan global cukup signifikan [3]. Gas CO2 merupakan
gas rumah kaca yang bersifat memantulkan kembali
gelombang pendek dari bumi sehingga mengakibatkan suhu
dipermukaan menjadi naik [7]. Peningkatan molekul-molekul
CO2 dapat menyerap radiasi infra merah dari permukaan bumi.
Jika konsentrasi CO2 terus meningkat, dikhawatirkan atmosfer
menjadi panas sehingga menimbulkan perubahan suhu yang
serius [8]. Oleh karena itu, perlu diketahui secara pasti jumlah
emisi karbon yang terlepas ke lingkungan sehingga dapat
ditentukan strategi sistem pengelolaan sampah yang paling
efisien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung emisi
karbon dari pengolahan sampah perkotaan menggunakan
pendekatan IPCC. Lingkup perhitungan pada penelitian ini
meliputi gas CH4 dan CO2. Studi ini melakukan perhitungan
jumlah timbulan dan komposisi sampah yang digunakan dalam
perhitungan emisi karbon dengan menggunakan Pedoman
IPCC.
II. METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan untuk menghitung emisi
karbon pengolahan sampah menggunakan pendekatan
Pedoman Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC)
Tahun 2006 [9]. Pedoman IPCC Tahun 2006 merupakan
metode yang dapat diterapkan untuk semua negara atau
wilayah sebab pada pedoman tersebut memberikan nilai
default, perkiraan dan metode perhitungan untuk mengatasi
kurangnya data dengan menggunakan faktor emisi yang sudah
ditentukan oleh IPCC [5]. Sesuai dengan Undang-Undang
No.18 Tahun 2008, sampah perkotaan terdiri dari sampah
rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga dan sampah
spesifik. Jenis sampah yang digunakan dalam penelitian ini
yakni sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga
Perhitungan Emisi Karbon Pengolahan Sampah
Kota Probolinggo
Bunga Ayu Abadi dan Welly Herumurti
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: herumurti@enviro.its.ac.id
S
2. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2
[10]. Data-data yang diperlukan antara lain timbulan dan
komposisi sampah TPA serta jumlah reduksi sampah dari
pengolahan alternatif yakni kegiatan daur ulang. Rumus
perhitungan dapat dilihat pada persamaan (1) sampai (5).
1.Emisi Metana
• Pembuangan Sampah ke TPA
………….(1)
Dimana:
DDOCm = Massa DOC yang terdekomposisi, Gg
W = Massa sampah yang dibuang, Gg
DOC =Karbon organik yang terdegradasi, Gg C/Gg
sampah
DOCf =Fraksi DOC yang dapat terdekomposisi(fraksi)
MCF =Faktor koreksi CH4 pada proses dekomposisi
aerobik pada tahun dimana sampah dibuang (fraksi)
………………….(2)
Dimana:
Lo = Emisi CH4 (Gg CH4/tahun)
DDOCm = Massa DOC yang terdekomposisi (Gg/tahun)
F = Fraksi CH4 pada gas yang dihasilkan di TPA
(fraksi volume)
16/12 = Rasio berat molekul CH4/C
…………(3)
Dimana:
Emisi CH4 = Emisi CH4 pada tahun T, Gg
T = Tahun pembuangan sampah
X = Kategori sampah atau jenis/bahan
RT = Gas CH4 yang diambil kembali pada tahun T, Gg
OXT = Faktor oksidasi pada Tahun T (fraksi)
• Pengomposan Sampah
………………………(4)
Dimana:
ECH4 = Emisi CH4 (Gg CH4/tahun)
EFcomposting, CH4= Faktor emisi CH4 (g CH4/kg berat sampah
yang dikomposkan)
Mi = Berat sampah organik dengan pengolahan biologi
jenis i (Gg)
R = Jumlah CH4 yang direcovery (Gg CH4)
2. Emisi Karbondioksida
x DOCF x (1-MCF)...… ………(5)
Dimana:
W= Massa sampah, Gg
DOC =Karbon organik yang terdegradasi,Gg C/Gg sampah
44 = Molekul Relatif (MR) dari CO2 (kg/kg-mol)
12 = Atom Relatif (AR) dari C (kg/kg-mol)
DOCf =FraksiDOC yang dapat terdekomposisi(fraksi)
MCF =Faktor koreksi CH4 pada proses dekomposisi aerobik
pada tahun dimana sampah dibuang (fraksi)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Timbulan dan Komposisi Sampah TPA
Timbulan sampah adalah jumlah atau banyaknya sampah
yang dihasilkan oleh manusia pada suatu daerah. Data
mengenai timbulan sampah ini sangat diperlukan untuk desain
sistem pengelolaan persampahan [1]. Timbulan sampah TPA
menggunakan data sampah masuk TPA selama 12 bulan
terakhir yang tercatat pada unit jembatan timbang. Armada
pengangkutan melakukan 2 kali penimbangan yakni
penimbangan pertama adalan armada pengangkutan berisi
sampah dan penimbangan kedua adalah armada pengangkutan
dalan keadaan kosong.
Dari hasil 2 penimbangan tersebut dapat diperoleh
berat netto yakni berat sampah yang diangkut. Berdasarkan
hasil perhitungan terhadap data pengukuran sampah masuk
TPA menunjukkan bahwa timbulan sampah per bulan antara
805.063 - 1,183.050 kg. Jumlah timbulan sampah tahun 2012
diperoleh sebesar 12.341.663 kg.
Dapat diketahui bahwa sumber sampah yang masuk
TPA terdiri dari beberapa sektor, meliputi (1) perumahan, (2)
pasar, (3) hotel, restoran, toko dan jalan, (4) taman, (5)
pengairan, (6) terminal, (7) rumah sakit, dan (8) industri.
Sampah yang dibuang oleh sektor rumah sakit dan industri
merupakan sampah sejenis rumah tangga non B3. Berdasarkan
hasil penimbangan sampah masuk dapat dilihat pada lampiran
A, sektor perumahan merupakan penyumbang sampah terbesar
terhadap TPA Kota Probolinggo yakni sebesar 9.557.622 kg
atau 9.558 ton selama 12 tahun 2012. Besarnya timbulan
sampah TPA diperoleh sebesar 33.812,78 kg/hari.
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-
masisng komponen yang terdapat dalam buangan padat dan
distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (%) [2].
Penelitian komposisi sampah dilakukan untuk mengetahui
jenis–jenis sampah yang terdapat pada sampel sampah yakni
sampah TPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
umum sampah mempunyai komposisi sampah terbesar yakni
sampah sisa makanan. Masing-masing komposisi sampah sisa
makanan TPA diperoleh sebesar 71,64%. Komposisi sampah
TPA setelah sampah basah berturut-turut meliputi, sampah
plastik 10,49%; sampah kebun 6,34%; sampah diapers 4,96%;
sampah kain 2,61%; sampah kertas 2,18%; sampah kaca
0,45%; sampah lain-lain 0,08%; sampah kayu 0,24%; dan
sampah logam 0,21%. Dari literatur diperoleh tipikal
komposisi sampah domestik untuk negara dengan pendapatan
rendah antara lain jenis sampah sisa makanan (40-85%),
sampah kertas (1-10%), sampah plastik, tekstil, karet, kayu dan
halaman sebesar (1-5%), logam (1-5%), dan kaca (1-10%)
[11].
B. Timbulan dan Komposisi Sampah Kegiatan Daur Ulang
Proses pengolahan merupakan upaya mengurangi jumlah
sampah sebelum diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA).
Proses pengolahan dapat dilakukan dengan proses daur ulang
yaitu pemanfaatan kembali beberapa komponen sampah yang
bisa digunakan dan proses pengomposan [12]. Sampah yang
masuk ke TPA merupakan sampah yang telah mengalami
reduksi dari pengolahan alternatif yakni Bank Sampah
3. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3
maupun komposting. Pengomposan merupakan salah satu
sistem pengolahan sampah dengan mendekomposisikan
sampah organik menjadi material kompos, seperti humus
dengan memanfaatkan aktivitas bakteri [13]. Sampah yang
mengalami reduksi di Bank Sampah akan mengurangi volume
sampah dan tidak menghasilkan emisi. Sedangkan untuk
reduksi dari komposting selain mengurangi volume sampah
yang masuk ke TPA, sampah dari kegiatan tersebut juga
menghasilkan emisi karbon. Sehingga dalam prediksi emisi
karbon akan dijumlahkan dengan emisi karbon yang dikasilkan
oleh kegiatan komposting.
Kegiatan komposting skala wilayah/perkotaan di Kota
Probolinggo dilakukan oleh beberapa pihak, antara lain UPT
PS-L, Rumah Kompos, dan Komposting komunal
(Komposter). UPT PS-L dan Rumah Kompos menerima
sampah basah berupa sampah kebun. UPT PS-L dan Rumah
Kompos menggunakan metode komposting aerobik yakni
windrow composting. Windrow composting merupakan cara
pengomposan dengan pemberian oksigen secara alami melalui
pengadukan atau pembalikan dengan penambahan air untuk
menjaga kelembabannya. Cara ini digunakan karena biaya
operasional yang murah [14].
Kegiatan komposting menggunakan komposter secara
komunal dilakukan sebagian masyarakat dan fasilitas umum
(fasum) di Kota Probolinggo. Komposter komunal yang
digunakan di pemukiman adalah komposter aerob. Jenis
komposter yang digunakan adalah komposter berbentuk drum.
Komposter komunal dipemukiman mempunyai karakteristik
campuran sampah sisa makanan dan sampah kebun.
Sedangkan Karakeristik sampah yang dikomposkan pada
komposter fasum adalah sampah kebun. Dari hasil penelitian
diperoleh massa sampah berturut-turut di UPT PS-L, Rumah
Kompos, Komposter (pemukiman) dan Komposter (fasum)
antara lain sebesar 360,901 kg/hari; 0,0879 kg/hari; (sisa
makanan) 1255,18 kg/hari dan (sampah kebun) 119,58
kg/hari; 82,82 kg/hari. Total jumlah sampah kebun yang
dikomposkan sebesar 563,3979 kg/hari dan sampah sisa
makanan sebesar 1255,18 kg/hari.
C. Emisi Karbon
Perhitungan emisi karbon dilakukan berdasarkan
sampah eksisting di Kota Probolinggo yakni pembuangan
sampah ke TPA dan kegiatan daur ulang (komposting) di Kota
Probolinggo. Perhitungan emisi karbon dilakukan untuk
mengetahui emisi karbon dari kegiatan pengolahan eksisting
yang ada di Kota Probolinggo. Perhitungan emisi karbon
sampah pada menghasilkan emisi karbon sebagai berikut.
Tabel 1 Total Emisi Karbon Pengolahan Sampah
Emisi
Karbon
(Gg/tahun)
Pembuangan
Sampah ke
TPA
Kegiatan
Komposting
Total
Emisi
Karbon
(Gg/tahun)
CH4 0,3081 0,0001 0,31
CO2 1,6947 0,0024 1,70
Sumber : Hasil Perhitungan, 2013
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pengelolaan
sampah di Kota Probolinggo menghasilkan emisi metana
sebesar 0,3082 Gg CH4/tahun dan emisi karbondioksida
sebesar 1,8017 Gg CO2/tahun.
IV. KESIMPULAN
Timbulan sampah TPA Kota Probolinggo sebesar
33.812,78 kg/hari. Hasil penelitian komposisi sampah TPA
menunjukkan bahwa secara umum sampah TPA mempunyai
komposisi sampah terbesar yakni sampah sisa makanan.
Sedangkan kegiatan komposting jumlah sampah kebun yang
dikomposkan sebesar 563,3979 kg/hari dan sampah sisa
makanan sebesar 1255,18 kg/hari. Emisi metana yang
dihasilkan oleh pengolahan sampah Kota Probolinggo yakni
sebesar 0,31 Gg CH4/tahun sedangkan untuk emisi
karbondioksida sebesar 1,70 Gg CO2 /tahun.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Welly
Herumurti, ST., MSc atas segala ilmu dan kesediaan dalam
membimbing penulis, Kepala BLH Kota Probolinggo yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian. Ibu I.D.A.A Warmadewanthi., ST.,
MT., Ph.D, Ibu Susi Agustina Wilujeng., ST., MT dan Bapak
Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE, M.Sc, Ph.D selaku dosen
penguji atas kesediaan dan kesabaran dalam mengarahkan
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Azkha N.2006. Analisis Timbulan, Komposisi Dan
Karakteristik Sampah Di Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, September, I (1).
[2] Damanhuri., Enri dan Padmi, T. 2010. “Diktat Kuliah Tl-
3104 Pengelolaan Sampah”. Bandung: Institut Teknologi
Bandung (ITB).
[3] Mor, S., Ravindra,K., Visscher, A.D., Dahiya, R.P.,
Chandra, A.2006. Municipal solid waste characterization
and its assessment for potential methane generation: A
case study. Science of the Total Environment371 : 1–
10.
[4] BLH Kota Probolinggo.2012. Profil Persampahan Kota
Probolinggo 2012
[5] Mackie, K.R dan Cooper, C.D.2009.Landfill gas emission
prediction using Voronoi diagrams and importance
sampling.Environmental Modelling & Software24
:1223–1232.
[6] Friedrich , E dan Trois,C. Quantification of greenhouse
gas emissions from waste management processes for
municipalities – A comparative review focusing on
Africa.Waste Management 31 : 1585–1596
[7] Samiaji T. 2007. Emisi CO2 dari Penggunaan
Energi.Lingkungan Tropis, Edisi Khusus Agustus: 215–
224.
[8] Keenan dan Kleinfelter. 1984.Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga
4. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4
[9] Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC),
2006.Energy Volume 2, AFOLU Volume 4 and Waste
Volume 5. Japan: IPCC Good Practice Guidance and
Uncertainty Management in National Greenhouse Gas
Inventories.
[10] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2008.PengelolaanSampah
[11] Tchobanoglous, G., Theisen, H. dan Vigil, S.A. 1993.
Integrated Solid Waste Management, Engineering
Principles and Management Issues. McGraw-Hill
International Editions: New York.
[12] Agung, W. W. 2010. Perancangan Dan Uji-Kinerja
Reaktor Gasifikasi Sekam Padi Skala Kecil. Ekuilibrium.
Vol.9. No.1. 29-33.
[13] Wibowo, H. E.2010.Perilaku Masyarakat dalam
Mengelola Sampah Permukiman di Kampung Kamboja
Kota Pontianak.Thesis.Magister Teknik Pembangunan
Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro.
[14] Pandebesie, E., S. 2005. Teknik Pengelolaan Sampah.
Surabaya : Teknik Lingkungan ITS