Dokumen tersebut membahas tentang krisis spektrum yang diakibatkan oleh pertumbuhan trafik data yang eksponensial, serta kebutuhan akan lebih banyak pita frekuensi untuk mobile broadband di berbagai negara termasuk Indonesia. Dokumen juga membahas penggunaan pita frekuensi S-Band untuk satelit di Indonesia yang dinilai kurang efisien dan perlu ditata ulang agar dapat dimanfaatkan untuk LTE.
2. 1. Krisis Spektrum
• Pertumbuhan trafik data eksponensial
– Smartphone, Tablet, M2M, dsb
• Kebutuhan spektrum mobile broadband:
– ITU-R Report M.2078, perlu tambahan 1280 – 1700 MHz bandwidth pada tahun 2020
– FCC-US and OFCOM-UK : perlu tambahan 500 MHz pada tahun 2020
– Australia: perlu tambahan 150 MHz pada tahun 2015, 150 MHz tambahan lagi di tahun 2020. Saat ini punya
800 MHz
– Indonesia: saat ini hanya punya 425 MHz bandwidth efektif.
• Diperkirakan pada tahun 2020, Indonesia membutuhkan 500 MHz bandwidth tambahan untuk Mobile Broadband.
– Band < 1 GHz (termasuk Digital Dividend 700 MHz opsi paling optimum untuk kapasitas dan jangkauan)
– Band > 1 GHz (di wilayah perekonomian utama), termasuk WiFi untuk off-loading
2
2. Penggunaan Band Frekuensi S-Band
Di ITU, band frekuensi S-Band (dari 2.5 s.d. 2.7 Ghz) sudah diidentifikasi sebagai band IMT yang
mana hampir semua negara menyetujui untuk digunakan sebagai terrestrial data (termasuk
Wimax, LTE, 4G, dll). Hanya ada beberapa negara (Korea dan Jepang) yang tetap akan
menggunakan band ini untuk satelit (MSS atau Mobile Satellite System) namun dalam band
frekuensi yang sempit sekitar 20 MHz. Sedangkan Indonesia satu satunya yg menggunakan S-
Band ini untuk kegunaan DTH (Direct to Home, penyiaran TV berbayar via satelit) dengan band
frekuensi yang lebar yakni 150 MHz.
LATAR BELAKANG
3. Dampak Krisis Spektrum Terhadap Biaya Pembangunan Jaringan
Untuk mengatasi “krisis spektrum“ yang
diakibatkan trafik mobile broadband, ada tiga
solusi:
• meningkatkan spektrum efisiensi dengan
meng-upgrade teknologi
• menambah jumlah tower
Terkait masalah trafik yang terus meningkat.
Semakin besar spektrum frekuensi yang
dapat dialokasikan untuk mobile broadband
akan menghemat lebih banyak biaya Capex
dan Opex.
Source : Pemodelan Akselerasi Implementasi Digital Dividend di Indonesia (Denny Setiawan, 2013)
PERMASALAHAN
4. Pita Frekuensi IMT di Indonesia
Band Bandwidth Penggunaan Saat ini
450 – 470 MHz 2 x 7.5 MHz Mobile Cellular (CDMA)
825 – 845 and
870 – 890 MHz
2 x 20 MHz FWA and Mobile Cellular (CDMA)
890 – 915 and
935 – 960 MHz
2 x 25 MHz Mobile Cellular (GSM)
1710 – 1785 and
1805 – 1880 MHz
2 x 75 MHz Mobile Cellular (GSM)
1903.125 – 1910 and
1983.125 – 1990 MHz
2 x 6.875 MHz Mobile Cellular (PCS-1900/CDMA)
1920 – 1980 and
2110 – 2170 MHz
2 x 60 MHz Mobile Cellular (UMTS)
2300 – 2390 MHz 90 MHz
Broadband Wireless Access. 2360 – 2390 MHz
licensed issued for 15 Regional Zones (Wimax
/ LTE TDD)
694 – 820 MHz 2 x 45 MHz
Analog TV (Potential of Digital Dividend LTE
700 MHz)
2500 – 2690 MHz
30 MHz BWA (TDD)
150 MHz
2520 – 2670 MHz is currently used by
Broadcasting Satellite Services
Potensi Spektrum Tambahan
5. TUJUAN
Menghitung efisiensi penggunaan spektrum
frekuensi satelit S-Band di Indonesia.
HIPOTESA
Penggunaan spektrum frekuensi satelit S-Band di Indonesia tidak
efisien dan dapat menjadi landasan untuk penataan kembali
frek. di S-Band sehingga mungkin dapat dimanfaatkan untuk
LTE.
* Saluran2 tv (e.g HBO, FOX, CNN, ESPN, etc) pada tv satelit berbayar yang
memanfaatkan frekuensi S-Band sebagian besar saluran tv yang sama: EFISIEN
kah???
6. METODOLOGI
• RECOMMENDATION ITU-R M.1391-1: Methodology
for the calculation of IMT-2000* satellite spectrum
requirements
> Multimedia Traffic
> Application for Broadcast/Multicast Traffic
> Non-Multimedia Traffic
• Data:
– Pengguna frek. S-Band
– Regulasi spektrum frekuensi S-Band di Indonesia
– Forecasted multicasting traffic (Mbytes)