SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bidang pertambangan merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang sangat
kompleks. Karena, dalam bidang pertambangan kita akan mempelajari berbagai
macam jenis pelajaran, mulai dari matematika, biologi, paleontology,
geologi/geografi, dan termasuk mikroskop itu sendiri. Dalam penelitian batuan mula
dari sayatan tipis hingga batuan yang tidak tembus cahaya dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop polarisasi yang sering digunakan dalam bidang industri
pertambangan guna untuk mengetahui sifat optic dari suatu mineral tanpa
menggunakan analisator ( bagian pada mikroskop yang berfungsih untuk menyerap
cahaya tegak lurus kemudian ke lensa okuler ) praktikum mengenai mikroskop itu
sangat penting agar kita dapat mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai sifat dari
suatu mineral.
1.2. Maksud dan tujuan
1.2.1. Maksud
Adapun maksud sehingga dilakukannya praktikum mikroskop mengenai
Ortoskop Nikol Sejajar yaitu untuk lebih meningkatkan pengetahuan praktikan
mengenai mikroskop yang menyangkut mengenai Ortoskop Nikol Sejajar.
1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai sehingga praktikum mengenai Ortoskop
Nikol Sejajar dilakukan yaitu untuk :
1. Praktikan diharapkan dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Ortoskop
Nikol Sejajar serta dapat mempraktekkannya pada mikroskop
2. Praktikan diharapkan dapat mengetahui mengenai hal-hal apa saja yang akan
diteliti dalam praktikum mengenai Ortoskop Nikol Sejajar.
1.3. Alat dan bahan
1.3.1. Alat
Adapun peralatan yang diwajibakan untuk dibawah oleh paktikan yang
diantaranya :
1. ATM
2. Pensil Warna
3. Penggaris
4. Jangka
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
1.3.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum mengenai
Ortoskop Nikol Sejajar yang diantaranya :
1. Problem set 7 lembar
2. Sayatan tipis mineral
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini akan diuraikan berbagai sifat-sifat optic mineral yang dapat
teramati tanpa menggunakan analisator atau nikol sejajar
2. 1 Warna
Warna merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi
panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropic. Pengamatan
warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat berbeda dengan
pengamatan warna secara miroskopis. Hanya saja suatu pendekatan teoritis bahwa
pada umumnya mineral yang berwarna pucat sampai putih dalam contoh setangan
cenderung akan nampak tidak berwarna atau transparan di dalam sayatan tipis,
sebaliknya mineral-mineral yang berwarna gelap atau hitam secara megaskopis akan
nampak berbagai variasi warna dalam sayatan tipis. Sedangkan mineral yang kedap
cahaya atau mineral yang tidak tembus cahaya, akan berwarna gelap atau hitam.
Idiochromatic adalah warna asli mineral
Allochromatic adalah warna akibat adanya pigmen lain seperti inklusi kristal-kristal
halus atau adanya elektron-elektron dari logam-logam transisi (Cr, Fe, Mn, dll).
2. 2 Pleokroisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar
bila meja objek diputar hingga 90Âș, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis
mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :
a. Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh pada
mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.
b. Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi pada
mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
Pleokroisme lemah : jika perbedaan warna absorpsi tidak begitu menyolok
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
Pleokroisme kuat : jika perbedaan warna yang terjadi sangat kontras.
2.3 Bentuk Mineral
Pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan melihat bentuk
mineral dalam kondisi dua dimensi. Bentuk mineral diamati dengan melihat atau
mengamati bidang-bidang batas ataupun garis batas dari mineral tersebut.
Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu :
a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.
b. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri.
c. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri.
Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral ataupun
anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral,
misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral , misalnya alunit dan jadeit.
1. Mineral yang dicirikan oleh belahan dua arah termasuk semua jenis piroksin dan
kelompok mineral amphibol. Apabila kelompok mineral piroksin dan kelompok
mineral amphibol memperlihatkan adanya belahan dalam satu arah secara
mikroskopis berarti kristal mineral tersebut disayat tegak lurus terhadap sumbu-c.
2. Belahan tiga arah sangat jarang dijumpai, dari hasil penelitian diketahui bahwa
beberapa mineral mempunyai tiga arah bidang belahan seperi jenis mineral kalsit
dan kianit.
3. Belahan mineral pada empat arah yang berbeda dijumpai pada mineral fluorit,
dimana bidang belahannya sejajar dengan permukaan segi delapan (oktahedral).
2. 4 Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
Dalam praktikum ini, pengukuran indeks bias dilakukan secara relatif. Indeks
bias yang diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang standar seperti
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
canada balsam. Indeks bias mineral yang dihasilkan relatif lebih kecil atau lebih
besar dari indeks bias canada balsam.
Metode Garis Becke
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
medium yang saling bersentuhan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
indeks bias dari kedua media tersebut.
Cara penentuan indeks bias Memperkecil bukaan diafragma sehingga cahaya yang
masuk akan berkurang. Hal ini dilakukan agar garis Becke akan tampak lebih jelas.
1. Turunkan meja obyek (tubus dinaikkan), maka garis Becke akan bergerak ke
media yang mempunyai indeks bias yang besar.
2. Sebaliknya, jika meja obyek dinaikkan, maka garis Becke akan bergerak ke arah
media yang mempunyai indeks bias yang lebih kecil.
Metode illuminasi miring
Metode illuminasi miring dilakukan dengan memakai bahan yang tidak tembus
cahaya, misalnya karton. Prosedur kerjanya sebagai berikut :
1. Dilakukan penutupan sebagian jalannya sinar yang masuk ke dalam mineral
dengan menggunakan benda yang tidak tembus sinar.
2. Pada bagian ini akan terlihat dua jenis yang berbeda, yaitu apabila bayangan
gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi penutupnya, maka
n min < n cb.
3. Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan
arah penutupan jalannya sinar, maka n min > n cb.
Dari berbagai penelitian dihasilkan bahwa jenis mineral-mineral mafik seperti
biotit, piroksin, olivine, dan sebagainya, umumnya mempunyai harga indeks bias
yang lebih besar, dan sebagian kecil mempunyai indeks bias mineral yang lebih
rendah.
2. 5 Relief Mineral
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang
timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada di
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
sekitarnya. Pada sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara
kristal-kristal. Dalam hal ini dipengaruhi pula oleh harga indeks bias diantara dua
media atau kristal tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias media atau kristal
tersebut, maka akan semakin tinggi relief dari mineral tersebut. Semakin kecil
perbedaan indeks bias mineral akan semakin rendah pula relief mineral tersebut.
Makin besar perbedaan indeks bias, maka akan semakin jelas bidang batas antara dua
media atau mineral. Sebaliknya makin kecil harga perbedaan indeks bias dari kedua
media atau mineral tersebut, maka akan nampak semakin kabur bidang batas dari
kedua mineral tersebut. Apabila dua jenis mineral mempunyai harga indeks bias
yang sama, maka bidang batas tidak akan nampak sama sekali.
Kenampakan relief suatu mineral sangat tergantung pada sinar mana yang
sedang bergetar sejajar dengan arah getar polarisasi. Jadi jika sinar-sinar pada
mineral anisotrop mempunyai perbedaan antara indeks bias minimum dan indeks
bias maksimum yang besar, maka akan menampakkan relief bervariasi, seperti kalsit
dan muskovit.
2. 6 Penentuan Ukuran Mineral
Ukuran mineral dalam suatu sayatan tipis dapat diukur dengan diketahuinya
bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral ini
dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum ini
yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala dapat
diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masing-masing
pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang bervariasi.
2. 7 Belahan (Cleavage) dan Pecahan (Fracture)
Setiap mineral mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk terpisah
menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila bidang-bidang tersebut berbentuk lurus
dengan arah tertentu sesuai dengan bentuk kristalnya, bidang tersebut adalah belahan
(cleavage). Salah satu dari sifat mineral adalah adanya bidang belahan yang tetap,
hal tersebut berhubungan pula dengan sifat-sifat khusus struktur atom mineral
tersebut. Jika bidang-bidang kecil dari mineral tidak lurus dengan arah yang tidak
teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya, maka bidang tersebut adalah
pecahan (fracture).
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
Dalam suatu analisa mikroskopis mineral, belahan merupakan sifat yang penting
dimana tidak semua jenis mineral permukaan bumi ini mempunyai belahan. Belahan
suatu mineral sangat berhubungan dengan sistem kristal mineral itu sendiri. Mineral
yang mempunyai sistems kristal isometric umumnya mempunyai tiga arah belahan,
yaitu yang sejajar sumbu-a (100), sumbu-b atau (010) dan sumbu-c atau (001), hal ini
disebabkan karena sumbu-c mempunyai dimensi panjang yang berbeda. Untuk
sistem kristal lainnya seperti ortorombik, triklinik maupun monoklinik juga
memperlihatkan sistem kristal yang berbeda dalam hubungannya dengan belahan-
belahan mineral.
Belahan mineral dalam sayatan tipis terdiri atas beberapa macam, diantaranya,
sebagai berikut :
1. Belahan satu arah, umumnya dijumpai pada mineral mica dicirikan oleh belahan
berupa garis-garis lurus yang sejajar satu terhadap lainnya. Hal ini dapat terjadi
bila kristal mineral tersebut disayat miring atau tegak lurus terhadap arah belahan.
2. Belahan dua arah, umumnya paling sering dijumpai pafa mineral kuarsa dalam
proses penelitian pada mikroskop.
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
III. PROSEDUR KERJA
Dalam proses pendeskripsian mineral sayatan tipis pada Ortoskop Nikol Sejajar
adapun prosedur atau langkah kerja yang diterapkan, namun dalam proses
pendeskripsian pada mikroskop hanya menggunakan analisator. yaitu :
1. Menyiapkan perlatan pendeskripsian seperti mikroskop, mineral sayatan tipis,
serta sumber arus yang akan digunakan
2. Menghidupkan mikroskop, kemudian memasang mineral sayatan tipis pada meja
objek kemudian dijepit dengan penjepit objek.
3. Mengatur fokus pada mikroskop untuk lebih memperjelas proses pengamatan
4. Mencatat setiap bagian dari minereral sayatan tipis yang akan dideskripsikan
5. Menggambarkan rupa dari mineral yang tampak didalam mikroskop
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.4. HASIL
FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco
Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076
No Urut : 01
Pembesaran objektif : 10 x
Pembesaran okuler : 10 x
Besaran skala : 0.01
Bukaan diafragma : 0.25
Warna : Kuning Emas
Pleokrisme : Dwikroik
Bentuk : Anhedral
Kedudukan : Sejajar Polarisator
Indeks bias : Nmin > Ncb
Belahan : 2 arah
Relief : Rendah
Pecahan : Tidak Sempurna
Inklusi
1. Warna : Merah Muda, Hitam
2. Bentuk : Subhedral
3. Ukuran : 0.03 mm
Ukuran mineral : 3 mm
Nama mineral : Mikrolin ( KAlSiO8 )
Keterangan :
Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang pertama praktikan
menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna
dari mineral yang nampak pada mikroskop “kuning emas”, besaran skala sebesar
0.01 mm, dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan
warna yang terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
“dwikroik ( dua kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak
“Anhedral ( jelek/tidak baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab
praktikan tidak menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara
sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar dating
sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 2 arah, dengan relief (
tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak sempurna.
Warna pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “merah muda, hitam”, bentuk
mineral inklusi “subhedral ( sebagian jelek dan sebagian lagi baik )”, serta ukuran
dari mineral inklusinya “0.03 mm”. Nama dari mineral ini adalah Mikrolin (
KAlSiO8 ), memiliki ukuran mineral utama 3 mm dalam proses pembentukan
mikrolin sering berasosiasi dengan kuarsa, plagioklas, dan muscovit, mineral
mikrolin banyak ditemukan didalam berbagai batuan beku, sedimen maupun dalam
batuan metamorf.
Asisten Praktikan
( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco
Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076
No Urut : 02
Pembesaran objektif : 10 x
Pembesaran okuler : 10 x
Besaran skala : 0.01
Bukaan diafragma : 0.25
Warna : Hijau
Pleokrisme : Dwikroik
Bentuk : Subhedral
Kedudukan : Sejajar Polarisator
Indeks bias : Nmin > Ncb
Belahan : 3 arah
Relief : Rendah
Pecahan : Tidak Sempurna
Inklusi
1. Warna : Hitam
2. Bentuk : Euhedral
3. Ukuran : 0.02 mm
Ukuran mineral : 0.25 mm
Nama mineral : Apatite ( Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)
Keterangan :
Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang kedua praktikan menggunakan
pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna dari mineral
yang nampak pada mikroskop “hijau”, besaran skala sebesar 0.01 mm, dengan
bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang terjadi
pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah “dwikroik ( dua kali
terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “subhedral ( sebagian
tampak jelek dan sebagian tampak baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
( sebab praktikan tidak menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan
antara sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar
dating sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 3 arah, dengan
relief ( tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak
sempurna. Warna pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “hitam”, bentuk mineral
inklusi “Euhedral ( mineral tampak baik )”, serta ukuran dari mineral inklusinya
“0.02 mm”. Nama dari mineral ini adalah Apatite ( Ca5(PO4)3(OH,F,CL), memiliki
ukuran mineral utama 0.25 mm dalam proses pembentukan mikrolin sering
berasosiasi dengan mineral sillimanit, mineral Apatite banyak ditemukan didalam
berbagai batuan sedimen dan batuan karbonat.
Asisten Praktikan
( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco
Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076
No Urut : 03
Pembesaran objektif : 10 x
Pembesaran okuler : 10 x
Besaran skala : 0.01
Bukaan diafragma : 0.25
Warna : Bening
Pleokrisme : Dwikroik
Bentuk : Anhedral
Kedudukan : Sejajar Polarisator
Indeks bias : Nmin > Ncb
Belahan : 2 arah
Relief : Rendah
Pecahan : Tidak Sempurna
Inklusi
1. Warna : Hitam
2. Bentuk : Anhedral
3. Ukuran : 0.02 mm
Ukuran mineral : 2 mm
Nama mineral : Kuarsa ( SiO2 )
Keterangan :
Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang ketiga praktikan menggunakan
pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna dari mineral
yang nampak pada mikroskop “bening”, besaran skala sebesar 0.01 mm, dengan
bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang terjadi
pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah “dwikroik ( dua kali
terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “Anhedral ( jelek/tidak
baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab praktikan tidak
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara sinus sinar datang
dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar datang sejajar dengan sinus
sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 2 arah, dengan relief ( tingkat kenampakan
warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak sempurna. Warna pada mineral
inklusi ( mineral pengotor ) “hitam”, bentuk mineral inklusi “anhedral ( kenampakan
dari mineralnya jelek )”, serta ukuran dari mineral inklusinya “0.02 mm”. Nama dari
mineral ini adalah Kuarsa ( SiO2 ), memiliki ukuran dari mineral utama 2 mm dalam
proses pembentukan kuarsa sering berasosiasi dengan plagioklas, biotit, dan
muskovit, mineral kuarsa banyak ditemukan didalam berbagai batuan beku, sedimen
maupun dalam batuan metamorf.
Asisten Praktikan
( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco
Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076
No Urut : 04
Pembesaran objektif : 10 x
Pembesaran okuler : 10 x
Besaran skala : 0.01
Bukaan diafragma : 0.25
Warna : Putih
Pleokrisme : Dwikroik
Bentuk : Euhedral
Kedudukan : Sejajar Polarisator
Indeks bias : Nmin > Ncb
Belahan : 2 arah
Relief : Rendah
Pecahan : Sempurna
Inklusi
1. Warna : Hitam
2. Bentuk : Anhedral
3. Ukuran : 0.15 mm
Ukuran mineral : 1.5 mm
Nama mineral : Kalsit ( CaCO3 )
Keterangan :
Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang keempat praktikan
menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna
dari mineral yang nampak pada mikroskop “putih”, besaran skala sebesar 0.01 mm,
dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang
terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah “dwikroik (
dua kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “Euhedral (
mineral yang tampak baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
praktikan tidak menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara
sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar dating
sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 2 arah, dengan relief (
tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang sempurna. Warna
pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “hitam”, bentuk mineral inklusi “anhedral (
kenampakan dari mineralnya jelek/buruk )”, serta ukuran dari mineral inklusinya
“0.15 mm”. Nama dari mineral ini adalah Kalsir (CaCO3 ), memilki ukuran mineral
utama 1.5 mm dalam proses pembentukan kalsit sering berasosiasi dengan
plagioklas, dan muscovit, mineral kalsit banyak ditemukan didalam batu gamping (
merupakan unsure primer dalam batu gamping ).
Asisten Praktikan
( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG
PRAKTIKUM MINERAGRAFI
Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco
Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076
No Urut : 05
Pembesaran objektif : 10 x
Pembesaran okuler : 10 x
Besaran skala : 0.01
Bukaan diafragma : 0.25
Warna : Hitam
Pleokrisme : Trikroik
Bentuk : Subhedral
Kedudukan : Sejajar Polarisator
Indeks bias : Nmin > Ncb
Belahan : 3 arah
Relief : Rendah
Pecahan : Tidak Sempurna
Inklusi
1. Warna : Kuning
2. Bentuk : Subhedral
3. Ukuran : 0.01 mm
Ukuran mineral : 2.5 mm
Nama mineral : Hornblende ( (Ca,Na,K)2-3(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH,F)2)
Keterangan :
Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang kelima praktikan
menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna
dari mineral yang nampak pada mikroskop “kuning emas”, besaran skala sebesar
0.01 mm, dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan
warna yang terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah
“trikroik ( tiga kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak
“subhedral ( sebagian mineralnya tampak jelek/ada pula yang tampak baik )”,
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab praktikan tidak menggunakan
analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara sinus sinar datang dengan sinus
sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar dating sejajar dengan sinus sinar
pantul/bias )”, memiliki belahan 3 arah, dengan relief ( tingkat kenampakan warna
pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak sempurna. Warna pada mineral inklusi (
mineral pengotor ) “kuning”, bentuk mineral inklusi “subhedral ( sebagian jelek dan
sebagian lagi baik )”, serta ukuran dari mineral inklusinya “0.01 mm”. Nama dari
mineral ini adalah Hornblende, memiliki ukuran mineral utama 2.5 mm, dalam
proses pembentukan hornblende sering berasosiasi dengan plagioklas, piroksin,
mineral hornblende banyak ditemukan didalam berbagai batuan beku, maupun dalam
batuan metamorf.
Asisten Praktikan
( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami simpulkan mengenai praktikum ortoskop
nikol sejajar yaitu :
1. Ortoskop Nikol Sejajar merupakan proses pendeskripsian suatu mineral sayatan
tipis tanpa menggunakan analisator, dan dalam proses praktikumnya, praktikan
diharapkan melepaskan atau tidak memasang analisator pada mikroskop melainkan
menggunakan polarisator.
2. Adapun beberapa hal penting yang akan diteliti dalam ortoskop nikol sejajar
yaitu : warna, pleokrisme, bentuk mineral, belahan dan pecahan, relief mineral, serta
ukuran dari mineral.
5.2. Saran
Adapun saran saya terhadap asisten pembimbing ( Heriyanto Cahyo Saputra )
agar senantiasa membimbing kami dalam proses praktikum serta penulisan laporan
dengan baik untuk meminimalisir kesalahan dalam proses penulisan laporan ini, serta
untuk laboratorium sendiri, kami berharap kedepannya mikroskopnya ditambah agar
proses praktikum dapat dimaksimalkan.
LABORATORIUM MIKROSKOP
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO
09320130076
DAFTAR PUSTAKA
Asisten Korps.2013.Penuntun Mikroskop Mineral Transparan Bijih.UMI;Makassar
www.scribd.com/mineralogi/2013
Lonut Apopei Andrei.mVPM ( v 1.1.6)

More Related Content

Similar to Mineragrafi 3

Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan gandaPolarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan ganda23398
 
MIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRONMIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRONMAFIA '11
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometriLinda Rosita
 
PPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptx
PPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptxPPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptx
PPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptxAyuNingArsy170511383
 
Biooptik fisika
Biooptik fisikaBiooptik fisika
Biooptik fisikaMawardi Rohby
 
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoRetno AppleLienna
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaAlbert Tiar
 
Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaik
 Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaik Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaik
Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaiklessytania
 
SPEKTROSKOPI INFRA RED.pptx
SPEKTROSKOPI INFRA RED.pptxSPEKTROSKOPI INFRA RED.pptx
SPEKTROSKOPI INFRA RED.pptxKikiAdriani1
 
Bahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaBahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaEka Rahmawaty
 
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan SthapylococcusLaporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcustehanget12
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikSeptian Muna Barakati
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikWarnet Raha
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikWarnet Raha
 

Similar to Mineragrafi 3 (20)

Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan gandaPolarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan ganda
 
MIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRONMIKROSKOP ELEKTRON
MIKROSKOP ELEKTRON
 
Makalah mikroskop
Makalah mikroskopMakalah mikroskop
Makalah mikroskop
 
Makalah mikroskop
Makalah mikroskopMakalah mikroskop
Makalah mikroskop
 
Makalah mikroskop
Makalah mikroskopMakalah mikroskop
Makalah mikroskop
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
 
PPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptx
PPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptxPPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptx
PPT CAHAYA DAN ALAT OPTIK.pptx
 
Biooptik fisika
Biooptik fisikaBiooptik fisika
Biooptik fisika
 
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
 
Polarisasi (Fisika)
Polarisasi (Fisika)Polarisasi (Fisika)
Polarisasi (Fisika)
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
 
Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaik
 Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaik Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaik
Mikroskop Cahaya - Jenis dan Contoh Light Microscope Terbaik
 
ACARA IV.docx
ACARA IV.docxACARA IV.docx
ACARA IV.docx
 
SPEKTROSKOPI INFRA RED.pptx
SPEKTROSKOPI INFRA RED.pptxSPEKTROSKOPI INFRA RED.pptx
SPEKTROSKOPI INFRA RED.pptx
 
Bahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaBahasan biooptik eka
Bahasan biooptik eka
 
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan SthapylococcusLaporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 
Makalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optikMakalah fisika kesehatan optik
Makalah fisika kesehatan optik
 

Recently uploaded

ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASMuhammadFiqi8
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptxVinaAmelia23
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxFahrizalTriPrasetyo
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfIftitahKartika
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf114210034
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...rororasiputra
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompeteIwanBasinu1
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierbudi194705
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 

Recently uploaded (20)

ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 

Mineragrafi 3

  • 1. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang pertambangan merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang sangat kompleks. Karena, dalam bidang pertambangan kita akan mempelajari berbagai macam jenis pelajaran, mulai dari matematika, biologi, paleontology, geologi/geografi, dan termasuk mikroskop itu sendiri. Dalam penelitian batuan mula dari sayatan tipis hingga batuan yang tidak tembus cahaya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi yang sering digunakan dalam bidang industri pertambangan guna untuk mengetahui sifat optic dari suatu mineral tanpa menggunakan analisator ( bagian pada mikroskop yang berfungsih untuk menyerap cahaya tegak lurus kemudian ke lensa okuler ) praktikum mengenai mikroskop itu sangat penting agar kita dapat mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai sifat dari suatu mineral. 1.2. Maksud dan tujuan 1.2.1. Maksud Adapun maksud sehingga dilakukannya praktikum mikroskop mengenai Ortoskop Nikol Sejajar yaitu untuk lebih meningkatkan pengetahuan praktikan mengenai mikroskop yang menyangkut mengenai Ortoskop Nikol Sejajar. 1.2.2. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai sehingga praktikum mengenai Ortoskop Nikol Sejajar dilakukan yaitu untuk : 1. Praktikan diharapkan dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Ortoskop Nikol Sejajar serta dapat mempraktekkannya pada mikroskop 2. Praktikan diharapkan dapat mengetahui mengenai hal-hal apa saja yang akan diteliti dalam praktikum mengenai Ortoskop Nikol Sejajar. 1.3. Alat dan bahan 1.3.1. Alat Adapun peralatan yang diwajibakan untuk dibawah oleh paktikan yang diantaranya : 1. ATM 2. Pensil Warna 3. Penggaris 4. Jangka
  • 2. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 1.3.2. Bahan Adapun bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum mengenai Ortoskop Nikol Sejajar yang diantaranya : 1. Problem set 7 lembar 2. Sayatan tipis mineral
  • 3. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 II. TINJAUAN PUSTAKA Berikut ini akan diuraikan berbagai sifat-sifat optic mineral yang dapat teramati tanpa menggunakan analisator atau nikol sejajar 2. 1 Warna Warna merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropic. Pengamatan warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat berbeda dengan pengamatan warna secara miroskopis. Hanya saja suatu pendekatan teoritis bahwa pada umumnya mineral yang berwarna pucat sampai putih dalam contoh setangan cenderung akan nampak tidak berwarna atau transparan di dalam sayatan tipis, sebaliknya mineral-mineral yang berwarna gelap atau hitam secara megaskopis akan nampak berbagai variasi warna dalam sayatan tipis. Sedangkan mineral yang kedap cahaya atau mineral yang tidak tembus cahaya, akan berwarna gelap atau hitam. Idiochromatic adalah warna asli mineral Allochromatic adalah warna akibat adanya pigmen lain seperti inklusi kristal-kristal halus atau adanya elektron-elektron dari logam-logam transisi (Cr, Fe, Mn, dll). 2. 2 Pleokroisme Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar bila meja objek diputar hingga 90Âș, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda. Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu : a. Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal. b. Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin. Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang berbeda. Pleokroisme lemah : jika perbedaan warna absorpsi tidak begitu menyolok
  • 4. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 Pleokroisme kuat : jika perbedaan warna yang terjadi sangat kontras. 2.3 Bentuk Mineral Pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan melihat bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi. Bentuk mineral diamati dengan melihat atau mengamati bidang-bidang batas ataupun garis batas dari mineral tersebut. Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu : a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri. b. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri. c. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri. Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral ataupun anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral, misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk euhedral , misalnya alunit dan jadeit. 1. Mineral yang dicirikan oleh belahan dua arah termasuk semua jenis piroksin dan kelompok mineral amphibol. Apabila kelompok mineral piroksin dan kelompok mineral amphibol memperlihatkan adanya belahan dalam satu arah secara mikroskopis berarti kristal mineral tersebut disayat tegak lurus terhadap sumbu-c. 2. Belahan tiga arah sangat jarang dijumpai, dari hasil penelitian diketahui bahwa beberapa mineral mempunyai tiga arah bidang belahan seperi jenis mineral kalsit dan kianit. 3. Belahan mineral pada empat arah yang berbeda dijumpai pada mineral fluorit, dimana bidang belahannya sejajar dengan permukaan segi delapan (oktahedral). 2. 4 Indeks Bias Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda. Dalam praktikum ini, pengukuran indeks bias dilakukan secara relatif. Indeks bias yang diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang standar seperti
  • 5. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 canada balsam. Indeks bias mineral yang dihasilkan relatif lebih kecil atau lebih besar dari indeks bias canada balsam. Metode Garis Becke Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua medium yang saling bersentuhan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan indeks bias dari kedua media tersebut. Cara penentuan indeks bias Memperkecil bukaan diafragma sehingga cahaya yang masuk akan berkurang. Hal ini dilakukan agar garis Becke akan tampak lebih jelas. 1. Turunkan meja obyek (tubus dinaikkan), maka garis Becke akan bergerak ke media yang mempunyai indeks bias yang besar. 2. Sebaliknya, jika meja obyek dinaikkan, maka garis Becke akan bergerak ke arah media yang mempunyai indeks bias yang lebih kecil. Metode illuminasi miring Metode illuminasi miring dilakukan dengan memakai bahan yang tidak tembus cahaya, misalnya karton. Prosedur kerjanya sebagai berikut : 1. Dilakukan penutupan sebagian jalannya sinar yang masuk ke dalam mineral dengan menggunakan benda yang tidak tembus sinar. 2. Pada bagian ini akan terlihat dua jenis yang berbeda, yaitu apabila bayangan gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi penutupnya, maka n min < n cb. 3. Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan arah penutupan jalannya sinar, maka n min > n cb. Dari berbagai penelitian dihasilkan bahwa jenis mineral-mineral mafik seperti biotit, piroksin, olivine, dan sebagainya, umumnya mempunyai harga indeks bias yang lebih besar, dan sebagian kecil mempunyai indeks bias mineral yang lebih rendah. 2. 5 Relief Mineral Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada di
  • 6. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 sekitarnya. Pada sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara kristal-kristal. Dalam hal ini dipengaruhi pula oleh harga indeks bias diantara dua media atau kristal tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias media atau kristal tersebut, maka akan semakin tinggi relief dari mineral tersebut. Semakin kecil perbedaan indeks bias mineral akan semakin rendah pula relief mineral tersebut. Makin besar perbedaan indeks bias, maka akan semakin jelas bidang batas antara dua media atau mineral. Sebaliknya makin kecil harga perbedaan indeks bias dari kedua media atau mineral tersebut, maka akan nampak semakin kabur bidang batas dari kedua mineral tersebut. Apabila dua jenis mineral mempunyai harga indeks bias yang sama, maka bidang batas tidak akan nampak sama sekali. Kenampakan relief suatu mineral sangat tergantung pada sinar mana yang sedang bergetar sejajar dengan arah getar polarisasi. Jadi jika sinar-sinar pada mineral anisotrop mempunyai perbedaan antara indeks bias minimum dan indeks bias maksimum yang besar, maka akan menampakkan relief bervariasi, seperti kalsit dan muskovit. 2. 6 Penentuan Ukuran Mineral Ukuran mineral dalam suatu sayatan tipis dapat diukur dengan diketahuinya bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral ini dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum ini yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala dapat diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masing-masing pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang bervariasi. 2. 7 Belahan (Cleavage) dan Pecahan (Fracture) Setiap mineral mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk terpisah menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila bidang-bidang tersebut berbentuk lurus dengan arah tertentu sesuai dengan bentuk kristalnya, bidang tersebut adalah belahan (cleavage). Salah satu dari sifat mineral adalah adanya bidang belahan yang tetap, hal tersebut berhubungan pula dengan sifat-sifat khusus struktur atom mineral tersebut. Jika bidang-bidang kecil dari mineral tidak lurus dengan arah yang tidak teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya, maka bidang tersebut adalah pecahan (fracture).
  • 7. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 Dalam suatu analisa mikroskopis mineral, belahan merupakan sifat yang penting dimana tidak semua jenis mineral permukaan bumi ini mempunyai belahan. Belahan suatu mineral sangat berhubungan dengan sistem kristal mineral itu sendiri. Mineral yang mempunyai sistems kristal isometric umumnya mempunyai tiga arah belahan, yaitu yang sejajar sumbu-a (100), sumbu-b atau (010) dan sumbu-c atau (001), hal ini disebabkan karena sumbu-c mempunyai dimensi panjang yang berbeda. Untuk sistem kristal lainnya seperti ortorombik, triklinik maupun monoklinik juga memperlihatkan sistem kristal yang berbeda dalam hubungannya dengan belahan- belahan mineral. Belahan mineral dalam sayatan tipis terdiri atas beberapa macam, diantaranya, sebagai berikut : 1. Belahan satu arah, umumnya dijumpai pada mineral mica dicirikan oleh belahan berupa garis-garis lurus yang sejajar satu terhadap lainnya. Hal ini dapat terjadi bila kristal mineral tersebut disayat miring atau tegak lurus terhadap arah belahan. 2. Belahan dua arah, umumnya paling sering dijumpai pafa mineral kuarsa dalam proses penelitian pada mikroskop.
  • 8. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 III. PROSEDUR KERJA Dalam proses pendeskripsian mineral sayatan tipis pada Ortoskop Nikol Sejajar adapun prosedur atau langkah kerja yang diterapkan, namun dalam proses pendeskripsian pada mikroskop hanya menggunakan analisator. yaitu : 1. Menyiapkan perlatan pendeskripsian seperti mikroskop, mineral sayatan tipis, serta sumber arus yang akan digunakan 2. Menghidupkan mikroskop, kemudian memasang mineral sayatan tipis pada meja objek kemudian dijepit dengan penjepit objek. 3. Mengatur fokus pada mikroskop untuk lebih memperjelas proses pengamatan 4. Mencatat setiap bagian dari minereral sayatan tipis yang akan dideskripsikan 5. Menggambarkan rupa dari mineral yang tampak didalam mikroskop
  • 9. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.4. HASIL FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG PRAKTIKUM MINERAGRAFI Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076 No Urut : 01 Pembesaran objektif : 10 x Pembesaran okuler : 10 x Besaran skala : 0.01 Bukaan diafragma : 0.25 Warna : Kuning Emas Pleokrisme : Dwikroik Bentuk : Anhedral Kedudukan : Sejajar Polarisator Indeks bias : Nmin > Ncb Belahan : 2 arah Relief : Rendah Pecahan : Tidak Sempurna Inklusi 1. Warna : Merah Muda, Hitam 2. Bentuk : Subhedral 3. Ukuran : 0.03 mm Ukuran mineral : 3 mm Nama mineral : Mikrolin ( KAlSiO8 ) Keterangan : Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang pertama praktikan menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna dari mineral yang nampak pada mikroskop “kuning emas”, besaran skala sebesar 0.01 mm, dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah
  • 10. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 “dwikroik ( dua kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “Anhedral ( jelek/tidak baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab praktikan tidak menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar dating sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 2 arah, dengan relief ( tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak sempurna. Warna pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “merah muda, hitam”, bentuk mineral inklusi “subhedral ( sebagian jelek dan sebagian lagi baik )”, serta ukuran dari mineral inklusinya “0.03 mm”. Nama dari mineral ini adalah Mikrolin ( KAlSiO8 ), memiliki ukuran mineral utama 3 mm dalam proses pembentukan mikrolin sering berasosiasi dengan kuarsa, plagioklas, dan muscovit, mineral mikrolin banyak ditemukan didalam berbagai batuan beku, sedimen maupun dalam batuan metamorf. Asisten Praktikan ( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
  • 11. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG PRAKTIKUM MINERAGRAFI Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076 No Urut : 02 Pembesaran objektif : 10 x Pembesaran okuler : 10 x Besaran skala : 0.01 Bukaan diafragma : 0.25 Warna : Hijau Pleokrisme : Dwikroik Bentuk : Subhedral Kedudukan : Sejajar Polarisator Indeks bias : Nmin > Ncb Belahan : 3 arah Relief : Rendah Pecahan : Tidak Sempurna Inklusi 1. Warna : Hitam 2. Bentuk : Euhedral 3. Ukuran : 0.02 mm Ukuran mineral : 0.25 mm Nama mineral : Apatite ( Ca5(PO4)3(OH,F,Cl) Keterangan : Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang kedua praktikan menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna dari mineral yang nampak pada mikroskop “hijau”, besaran skala sebesar 0.01 mm, dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah “dwikroik ( dua kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “subhedral ( sebagian tampak jelek dan sebagian tampak baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator
  • 12. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 ( sebab praktikan tidak menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar dating sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 3 arah, dengan relief ( tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak sempurna. Warna pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “hitam”, bentuk mineral inklusi “Euhedral ( mineral tampak baik )”, serta ukuran dari mineral inklusinya “0.02 mm”. Nama dari mineral ini adalah Apatite ( Ca5(PO4)3(OH,F,CL), memiliki ukuran mineral utama 0.25 mm dalam proses pembentukan mikrolin sering berasosiasi dengan mineral sillimanit, mineral Apatite banyak ditemukan didalam berbagai batuan sedimen dan batuan karbonat. Asisten Praktikan ( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
  • 13. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG PRAKTIKUM MINERAGRAFI Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076 No Urut : 03 Pembesaran objektif : 10 x Pembesaran okuler : 10 x Besaran skala : 0.01 Bukaan diafragma : 0.25 Warna : Bening Pleokrisme : Dwikroik Bentuk : Anhedral Kedudukan : Sejajar Polarisator Indeks bias : Nmin > Ncb Belahan : 2 arah Relief : Rendah Pecahan : Tidak Sempurna Inklusi 1. Warna : Hitam 2. Bentuk : Anhedral 3. Ukuran : 0.02 mm Ukuran mineral : 2 mm Nama mineral : Kuarsa ( SiO2 ) Keterangan : Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang ketiga praktikan menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna dari mineral yang nampak pada mikroskop “bening”, besaran skala sebesar 0.01 mm, dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah “dwikroik ( dua kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “Anhedral ( jelek/tidak baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab praktikan tidak
  • 14. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar datang sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 2 arah, dengan relief ( tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak sempurna. Warna pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “hitam”, bentuk mineral inklusi “anhedral ( kenampakan dari mineralnya jelek )”, serta ukuran dari mineral inklusinya “0.02 mm”. Nama dari mineral ini adalah Kuarsa ( SiO2 ), memiliki ukuran dari mineral utama 2 mm dalam proses pembentukan kuarsa sering berasosiasi dengan plagioklas, biotit, dan muskovit, mineral kuarsa banyak ditemukan didalam berbagai batuan beku, sedimen maupun dalam batuan metamorf. Asisten Praktikan ( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
  • 15. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG PRAKTIKUM MINERAGRAFI Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076 No Urut : 04 Pembesaran objektif : 10 x Pembesaran okuler : 10 x Besaran skala : 0.01 Bukaan diafragma : 0.25 Warna : Putih Pleokrisme : Dwikroik Bentuk : Euhedral Kedudukan : Sejajar Polarisator Indeks bias : Nmin > Ncb Belahan : 2 arah Relief : Rendah Pecahan : Sempurna Inklusi 1. Warna : Hitam 2. Bentuk : Anhedral 3. Ukuran : 0.15 mm Ukuran mineral : 1.5 mm Nama mineral : Kalsit ( CaCO3 ) Keterangan : Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang keempat praktikan menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna dari mineral yang nampak pada mikroskop “putih”, besaran skala sebesar 0.01 mm, dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah “dwikroik ( dua kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “Euhedral ( mineral yang tampak baik )”, kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab
  • 16. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 praktikan tidak menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar dating sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 2 arah, dengan relief ( tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang sempurna. Warna pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “hitam”, bentuk mineral inklusi “anhedral ( kenampakan dari mineralnya jelek/buruk )”, serta ukuran dari mineral inklusinya “0.15 mm”. Nama dari mineral ini adalah Kalsir (CaCO3 ), memilki ukuran mineral utama 1.5 mm dalam proses pembentukan kalsit sering berasosiasi dengan plagioklas, dan muscovit, mineral kalsit banyak ditemukan didalam batu gamping ( merupakan unsure primer dalam batu gamping ). Asisten Praktikan ( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
  • 17. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 FORMAT PENGAMATAN DIAMETER MEDAN PANDANG PRAKTIKUM MINERAGRAFI Acara : Ortoskop Nikol Sejajar Nama : Jumadil.baco Hari/Tgl : Rabu/16-12-2015 Stb : 09320130076 No Urut : 05 Pembesaran objektif : 10 x Pembesaran okuler : 10 x Besaran skala : 0.01 Bukaan diafragma : 0.25 Warna : Hitam Pleokrisme : Trikroik Bentuk : Subhedral Kedudukan : Sejajar Polarisator Indeks bias : Nmin > Ncb Belahan : 3 arah Relief : Rendah Pecahan : Tidak Sempurna Inklusi 1. Warna : Kuning 2. Bentuk : Subhedral 3. Ukuran : 0.01 mm Ukuran mineral : 2.5 mm Nama mineral : Hornblende ( (Ca,Na,K)2-3(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH,F)2) Keterangan : Pada pendeskripsian mineral sayatan tipis yang kelima praktikan menggunakan pembesaran okuler 10 x serta pembesaran objektif 10 x dimana warna dari mineral yang nampak pada mikroskop “kuning emas”, besaran skala sebesar 0.01 mm, dengan bukaan diafragma sebesar 0.25 NA serta pleokrisme ( perubahan warna yang terjadi pada mineral pada saat meja objek diputar sebedar 900, adalah “trikroik ( tiga kali terjadi perubahan warna )”, bentuk mineral yang tanmpak “subhedral ( sebagian mineralnya tampak jelek/ada pula yang tampak baik )”,
  • 18. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 kedudukan mineralnya “sejajar polarisator ( sebab praktikan tidak menggunakan analisator )”, indeks biasnya ( perbandingan antara sinus sinar datang dengan sinus sinar pantul/bias ) “Nmin > Ncb ( sinus sinar dating sejajar dengan sinus sinar pantul/bias )”, memiliki belahan 3 arah, dengan relief ( tingkat kenampakan warna pada mineral ) “rendah”, pecahan yang tidak sempurna. Warna pada mineral inklusi ( mineral pengotor ) “kuning”, bentuk mineral inklusi “subhedral ( sebagian jelek dan sebagian lagi baik )”, serta ukuran dari mineral inklusinya “0.01 mm”. Nama dari mineral ini adalah Hornblende, memiliki ukuran mineral utama 2.5 mm, dalam proses pembentukan hornblende sering berasosiasi dengan plagioklas, piroksin, mineral hornblende banyak ditemukan didalam berbagai batuan beku, maupun dalam batuan metamorf. Asisten Praktikan ( Heriyanto Cahyo Saputra ) ( Jumadil.Baco )
  • 19. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat kami simpulkan mengenai praktikum ortoskop nikol sejajar yaitu : 1. Ortoskop Nikol Sejajar merupakan proses pendeskripsian suatu mineral sayatan tipis tanpa menggunakan analisator, dan dalam proses praktikumnya, praktikan diharapkan melepaskan atau tidak memasang analisator pada mikroskop melainkan menggunakan polarisator. 2. Adapun beberapa hal penting yang akan diteliti dalam ortoskop nikol sejajar yaitu : warna, pleokrisme, bentuk mineral, belahan dan pecahan, relief mineral, serta ukuran dari mineral. 5.2. Saran Adapun saran saya terhadap asisten pembimbing ( Heriyanto Cahyo Saputra ) agar senantiasa membimbing kami dalam proses praktikum serta penulisan laporan dengan baik untuk meminimalisir kesalahan dalam proses penulisan laporan ini, serta untuk laboratorium sendiri, kami berharap kedepannya mikroskopnya ditambah agar proses praktikum dapat dimaksimalkan.
  • 20. LABORATORIUM MIKROSKOP JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR HERIYANTO CAHYO SAPUTRA JUMADIL.BACO 09320130076 DAFTAR PUSTAKA Asisten Korps.2013.Penuntun Mikroskop Mineral Transparan Bijih.UMI;Makassar www.scribd.com/mineralogi/2013 Lonut Apopei Andrei.mVPM ( v 1.1.6)