4. Yang pertama berkata: “ Aku adalah Damai “ Namun manusia tak mampu menjagaku, mereka lebih suka berbuat keonaran, berlagak demokratis, namun ujung-ujungnya tetap kekacauan, maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
5. Yang kedua berkata: “ Aku adalah Iman” Sayang aku tak berguna lagi. Mereka selalu berteriak-teriak keimanan, namun sebenarnya jauh dari perbuatan pencerminan TUHAN Untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
6. Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “ Aku adalah Cinta” Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Mereka lebih suka dicintai, diperhatikan dan mau dimengerti Cinta lebih indah dalam untaian angan dan wicara, jauh dalam tindakan Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
7. Tanpa terduga... Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “ Ekh apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!” Lalu ia menangis tersedu-sedu.
8. Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata: “ Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya: Akulah “ HARAPAN ”
9. Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan , lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
10. Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita....
11. ...dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman , Damai , Cinta dengan HARAPAN -nya!!!
12. Bersukacitalah dalam PENGHARAPAN SABARLAH dalam kesesakan, dan BERTEKUNLAH dalam DO’A Ibrani 12:12 http://luke7th.wordpress.com