1. Etika Kristen didasarkan pada kehendak Allah dan bersifat mutlak karena karakter moral Allah tidak berubah.
2. Etika Kristen berdasarkan wahyu Allah baik melalui alam maupun kitab suci.
3. Etika Kristen bersifat menentukan karena kebenaran moral ditetapkan oleh Allah.
1. SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PANTEKOSTA
ANJUNGAN
MATA KULIAH
E
T
I
K
A
KRISTEN
Pdt. LUKAS PUTRA, S.Th., M.Pd.
2. I. PENGERTIAN UMUM ETIKA
DAN MORAL
A. Apakah Etika Itu ?
Kata Etika berasal dari bahasa Yunani “etos”
yang berarti “tempat tinggal”, kebiasaan (Luk
22:39-40 Kis 25:16), Adat istiadat (Kis 16:20-
21, I Kor 15:33), sifat, karakter,
cara berpikir, cara bertindak. etos juga
mempunyai hubungan dimana kita tinggal
dan kita berada. Dalam bahasa Indonesia
istilah etika adalah untuk menjelaskan apakah
kelakuan atau tindakan seseorang itu baik
atau buruk dan norma-norma apa yang
3.
4. Etika dapat didefenisikan sebagai studi
kritis dari moralitas manusia. Moralitas
bergantung pada standar yang dimiliki
seorang manusia yang mempengaruhi hal
baik dan buruk yang dibuatnya, dan gol
nilai yang ideal dari prinsip-prinsip yang
dimiliki seseorang sebagai landasan
dimana ia mengklaim dan mengevaluasi
sebagai kebenaran. Studi etika juga
berasumsi bahwa dalam melibatkan diri
ditengah masyarakat, manusia sebagai
makhluk sosial yang memiliki kebebasan
moral dan bertanggung jawab atas
5. Kebebasan moral, pilihan untuk keputusan,
tanggung jawab, standar nilai, dan menilai
sesuatu dalam hubungan sosial tidak dapat
dipisahkan dari latar belakang budaya
seseorang dan pengaruh dari lingkungan
masyarakat dimana ia hidup. Kebebasan
moral ini memang normal dan ada karena
manusia ini bukanlah robot ataupun benda
mati yang bisa di kendalikan. Manusia
sebagai makhluk sosial mempunyai
keinginan bebas namun terbatas, ia bukan
mahkluk absolutisme. oleh sebab itu dalam
ilmu etika kita mempelajari atau menganalisa
berbagai aspek tingkah laku manusia sosial.
6. B. Arti Etika Dan Moral
Kata Moral berasal dari kata Latin yaitu MOS
(jamak Mores) artinya sama dengan etos.
Menurut W.J.S. Poerwodarminta dalam kamus
umum Bahasa Indonesia, memberikan
devinisi-devinisi sebagai berikut: Etika adalah
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral), sedangkan moral merupakan ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuakn.
DOUMA juga mengatakan bahwa menurut
asalnya, kedua kata moral dan etika tidak
berbeda tetapi menurut penggunaannya
berbeda. Sebab moral adalah segala
7. C. Etika Sebagai Ilmu
Etika bergerak pada lapangan
kesusilaan artinya ia bertalian
dengan norma-norma yang
seharusnya berlaku disitu
dengan ketaatan batiniah
kepada norma-norma itu. Jadi
etika itu termasuk golongan
ilmu pengetahuan normatif.
8. 1.Etika Deskriptif :
memberikan keterangan
tentang kesusilaan-
kesusilaan dan norma-
norma dalam bermacam-
macam kebudayaan dan
segala abad.
2.Etika normatif :
menggunakan norma-
norma atau ukuran-ukuran
yang menunjuk dogma dan
mempunyai sisi etis
bagaimana sepatutnya kita
3.Etika khusus :
etika normatif
dalam bidang
khusus, disebut
juga etika terapan,
etika medis, etika
tehnis, etika
ekonomi dsb.
4.Etika kritis: nama
modern untuk
yang dulu disebut
etika kristis, etika
ETIKA MASA KINI DIBEDAKAN ATAS
4 JENIS YAITU:
9. D. Dogmatika Dan Etika
Dapat dijelaskan kata dogma
mengandung baik ajaran IMAN maupun
ajaran KELAKUAN, dan tiap-tiap
dogma mempunyai sisi etis. Dengan
demikian melalui beberapa penjelasan
mengenai etika. maka perlu
dikemukakan suatu defenisi etika yang
sederhana dimana etika adalah:
pertimbangan kelakuan atau
tingkahlaku yang bertanggung jawab
terhadap Allah dan terhadap sesama
10. II. SISTEM ETIKA
FILSOFIS
Ada enam sistem etis yang
penting diketahui sebagai
landasan untuk
mempelajari etika dari
pada pengambilan
keputusan etis:
11. 1.Tidak ada hukum
moral yang
ditentukan Allah
2.Tidak ada hukum
moral yang
subyektif
3.Tidak ada hukum
moral yang abadi
4.Tidak ada hukum
yang menentang
5.Menekankan
tanggungjawab
individu
6.Unsur emotif
dalam
pengambilan
keputusan
7. Menekankan
hubungan
pribadi
1. ANTINOMIANAISME
12. 2. Situasionisme
Etika situasi yaitu etika tanpa peraturan atau
hukum-hukum yang benar pada perilaku,
mencari jawaban yang kongkrit dan praktis.
Seperti bunuh diri untuk berkorban, aborsi
diterima
3. Generalisme
Generalisme yaitu perlunya norma-norma atau
aturan-aturan. Tetapi norma-norma dapat
dilanggar demi kempentingan dan kesempatan
(berbohong untuk menyelamatkan orang lain
dibenarkan). Tujuan utamanya adalah kebaikan
besar.
13. 4. Absolutisme
• Menekankan kebenaran Moral
dan natur Allah secara
mutlak tidak berubah.
• Menekankan peraturan
• Keyakinan dan provedensia
Allah
• Selalu ada jalan keluar untuk
menghindarkan dosa.
14. 5. Absolutisme Bertentangan
• Hukum Allah mutlak
• Pengampunan tersedia
• Konflik-konflik dasar tidak dapat
dihindarkan karena manusia
berdosa
• Mengusahakan kebaikan
15. 6. Absolutisme Bertingkat
• Ada hukum moral yang lebih tinggi
• Ada konflik-konflik yang tidak
dapat di elakkan
• Tidak ada kesalahan yang
disalahkan untuk dapat dielakan
• Mengasihi Allah dari pada manusia,
mentaati Allah dari pada
pemerintah, belas kasihan
melebihi kejujuran.
16. III. SISTEM ETIKA AGAMA-AGAMA SUKU
Dalam bagian ini diuraikan tentang pandangan
manusia dari Agama-agama dan pandangan hidup
yang terasa pengaruhnya di AsiaTenggara.
1. Pandangan tentang manusia menurut
agama suku.
Didalam pandangan primitif tentang manusia dan
suku ini tidak ada tempat bagi kesusilaan dalam
arti yang khusus. Karena itu tidak ada lagi bagi
etika secara radikal menyeluruh orang untuk
memilih terang dan bukan gelap,kebaikan dan
bukan kejahatan, Allah dan bukan setan.
17. 2. Pandangan tentang manusia
menurut Agama Hindu.
Dalam Agama Hindu BRAHMAN dipandang
sebagai satu-satunya kenyataan.
Agama Hindu tidak mengenal kepercayaan akan
Allah, sang pencipta. Karena itulah tidak
dikenalnya pula kepercayaan akan penciptaan
manusia menurut gambar Allah. Agama Hindu
tidak melihat garis batas antara Allah dan
ciptaan, dengan demikian tidak ada tempat bagi
etika di dalam arti yang sesungguhnya.
18. 3. Pandangan tentang manusia
menurut Agama Budha.
Agama Budha berkata tentang ‘Bhava’. Segala
perkataan dan perbuatan manusia akan binasa.
Proses kebinasaan ini intinya yang terdalam
ialah SUKHA (sengsara). Orang arif (arhat)
tahu, proses bhava yang hina ini sebabnya
yang terdalam ialah keinginan atau nafsu
(tanha). Keinginan atau nafsu akan hidup harus
dilenyapkan sampai keakar-akarnya. Barulah
proses kebinasaan yang tidak ada artinya itu
berhenti.
19. Manusia adalah suatu “nama Rupa” artinya terdiri dari
“nama” (roh) dan Rupa (tubuh). ‘Nama rupa’ ini
bekerja dengan menggunakan ‘skandha-skandha
(perasaan, pengertian, kesadaran dll). Tetapi nama
rupa yang disebut manusia itu tidak mempunyai
kepribadian ia adalah a-natta (tanpa jiwa) jadi
manusia itu bukanlah suatu ‘kenyataan’ yang tetap. Di
dalam Agama Budha, Allah tidak diakui sebagi
pencipta. Agama Budha tidak mengakui bahwa
manusia di jadikan menurut gambar Allah. Etika
(dhamma) Agama Budha hanya merupakan suatu
cara untuk meluputkan diri dari segala macam etika.
Menurut Agama Budha, kehidupan manusia itu
berdasarkan sangkaan. Tidak berarti dan tidak
bertujuan. Dan sejarahpun tidak ada arti dan tujuan.
20. 4. Pandangan tentang manusia
menurut Agama Islam.
Di dalam Islam, manusia disebut ‘abd’
(hamba). Manusia itu bagaikan alat yang
dipergunakan oleh Allah. Perbuatan-
perbuatan manusia di ciptakan dan
ditakdirkan oleh Allah. Siapa yang
dipimpin oleh Allah dijalan yang benar,
dialah yang terpimpin baik, sebaliknya
siapa yang disesatkan oleh Allah, dialah
yang binasa.
21. Di dalam dogmatika ortodoks Islam,
tanggungjawab etis manusia tidak
tampil kedepan dengan sewajarnya
sebab :
1.Karena kedaulatan Allah hanya dipandang
sebagai kedaulatan kekuasaanNya.
2.Tanggungjawab etis manusia tidak nampak
dengan sewajarnya, karena tidak ada tempat
bagi pengertian karena didalam Islam hanya
menganggap ada satu hubungan saja anta
Allah dan hasil pekerjaanNya, yakni hubungan
antara kalik dan makhluk.
22. IV. DASAR-DASAR ETIKA
KRISTEN
Kita telah membahas bermacam-
macam teori etika, kita berada dalam
posisi baik untuk memahami
pandangan kristen mengenai etika.
Ada beberapa karakteristik yang
membedakan mengenai etika-etika
Kristen, setiap karakteristik tersebut
akan dibahas disini secara singkat
23. 1. Etika Kristen berdasarkan
kehendak Allah
Etika Kristen merupakan satu bentuk sikap
yang diperintah oleh dari Allah, maka
kewajiban etis merupakan sesuatu yang
harus kita lakukan.
Kewajiban merupakan ketentuan atau
perintah etis yang diberikan Allah sesuai
dengan karakter MORAL-NYA yang
tidak dapat berubah.
24. Maksudnya adalah Allah menghendaki apa
yang benar sesuai sifat-sifat moral-Nya
sendiri. Jadilah kudus sebab Aku ini kudus
(Ima 11:45). Harus kamu sempurna, sama
seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna (Mat 5:48). “Allah tidak mungkin
berdusta” (Ibr 6:18) “Allah adalah kasih” (I
Yoh 4:16).“kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39). Jadi
singkatnya etika Kristen didasarkan pada
kehendak Allah, tetapi Allah tidak pernah
menghendaki apapun yang bertentangan
dengan karakter moral-Nya yang tidak
berubah.
25. 2. Etika Kristen bersifat mutlak
Karena karakter moral Allah tidak berubah (Mat
3:6 ; Yak 1:17), maka kewajiban-kewajiban
moral yang berasal dari natur-Nya itu bersifat
mutlak.
Maksudnya adalah kewajiban-kewajiban tersebut
selalu mengikat semua orang dimana-mana.
Apapun juga yang ditemukan dalam moral Allah
yang tidak berubah merupakan satu
kemutlakan moral. Termasuk di dalmnaya
adalah kewajiban-kewajiban moral seperti :
kekudusan, keadilan, kasih, sifat yang
sebenarnya dan belas kasihan.
26. 3. ETIKA KRISTEN BERDASARKAN WAHYU ALLAH
Etika Kristen berdasarkan perintah-perintah Allah,
wahyu yang bersifat umum (Rm 1:19-20; 2:12-
25) dan khusus (Rm 2:18;3:2).
Allah telah menyatakan diri-Nya baik melalui alam
(Maz 19:1-6) dan di dalam kitab suci (Maz 19:7-
14). Wahyu umum berisi perintah Allah bagi
semua orang. Wahyu khusus untuk
mendeklarasikan kehendak-Nya untuk orang-
orang percaya. Tetapi di dalam kedua hal
tersebut, dasar dari tanggung jawab etis
manusia adalah wahyu ilahi.
27. Gagal untuk mengenali Allah sebagai sumber
kewajiban moral tidak membebaskan siapapun
juga, bahkan seorang ateis, dari kewajiban
moralnya. Karena apabila bangsa-bangsa lain
yang tidak memiliki hukum taurat, oleh
dorongan diri sendiri melakukan apa yang
dikehendaki oleh hukum taurat, maka walaupun
mereka tidak memiliki hukum taurat, mereka
menjadi hukum taurat bagi diri mereka sendiri.
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa
isi hukum Tuarat ada tertulis dalam hati
mereka, ( Roma 2: 14-15).
28. 4. Etika Kristen Bersifat Menentukan
Karena kebenaran moral di tetapkan oleh Allah
yang bermoral maka harus dilaksanakan. Tidak
ada hukum moral tanpa pembuat uandang-
undang moral. Dengan demikian etika Kristen
berdasarkan naturnya adalah preskriptif, bukan
deskriptif. Etika berkaitan dengan apa yang
seharusnya dilakukan, bukan apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Orang-orang Kristen
tidak menemukan kewajiban-kewajiban etis
mereka di dalam standar orang-orang Kristen
tetapi di dalam standar bagi orang-orang
Kristen di Alkitab.
29. 5. Etika Kristen itu Deontologis
Sistem-sistem etis pada umumnya dapat dibagi
menjadi dua kategori. Deontologis ( berpusat pada
kewajiban) dan Teologis (berpusat pada tujuan).
Ada dua etika Kristen yaitu :
a.Etika Deontologis (berpusat pada kewajiban)
Peraturan menentukan hasil, peraturan adalah dasar
tindakan, peraturan itu baik tanpa menghiraukan
hasil, hasil harus diperhitungkan berdasar
peraturan.
b. Etika Teologis
Hasil menentukan peraturan, hasil adalah dasar
tindakan, peraturan itu baik karena hasil, hasil
kadang bisa melanggar peraturan.
30. V. ETIKA PERJANJIAN LAMA
Perjanjian lama adalah buku Etika
yang memperlihatkan kehidupan etis
dari umat Israel sepanjang sejarah
kehidupannya. Para tokoh etika
melihat PL dari berbagai pandangan
bahwa sejarah kehidupan umat israel
dan kehadiran Allah tidak dapat
dipisahkan.
31. TINGKAH LAKU ISRAEL BERADA DALAM PENGAWASAN
DARI PADA YHWH, BAIK DALAM HUBUNGANNYA DENGAN
ALLAH MAUPUN DENGAN SESAMA :