1. 1
A. Latar belakang
Stai Matahali’ul Falah sebagai perguruan tinggi yang memiliki visi
“Menjadi Perguruan Tinggi Riset Berbasis Nilai-nilai Pesantren” memiliki
beberapa isi yang menjadi langkah kongkrit. Salah satu misi tersebut
adalah Melaksanakan pengabdian masyarakat. Sebagai langkah kongkrit
sekaligus mengejawantahkan prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ke-3
yaitu pengabdian kepada masyarakat, STAI Mathali’ul Falah melalui Program
Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) mengadakan kegiatan-kegiatan
kuliah lapangan yang diikuti oleh mahasiswa semester IV, untuk memverifikasi
kompetensi teoritis di bangku perkuliahan dengan melihat tataran realitas di
masyarakat, sehingga diperoleh pemahaman dan kompetensi komprehensif
mengenai teori-teori yang bersinggungan dengan arah tujuan Prodi PMI. Salah
satunya adalah pengaplikasian teori mata kuliah Peta Sosial Ekonomi Sosial Umat
ampuan Ahmad Dimyati, M. Ag, yang diaplikasikan di Dukuh Pungker-
Karangwage Trangkil Pati ini.
Diskripsi wilayah dukuh Pungker terletak di Jalan Raya Tayu-Juwana,
sebelah timur berbatasan dengan Dukuh Kemiri Kertomulyo Margoyoso Pati.
Sebelah barat Dukuh Jasem, sebelah selatan Dukuh Jrakah Karangwage, dan
sebelah utara Dukuh Banyubiru. Meskipun di Dukuh Pungker terdapat areal
persawahan cukup luas, akan tetapi historisitas mata pencaharian penduduk
setempat adalah buruh tani dengan penghasilan minim. Hal ini dikarenakan areal
persawahan setempat dikuasai kepemilikannya oleh orang-orang kaya di Desa
Karangwage dan aparatur Desa setempat (tanah bengkok 1
perangkat Dukuh
Pungker).
Dianalisis menggunakan pendekatan ilmu sosial, rata-rata penduduk
Dukuh Pungker masih tergolong dalam kategori miskin, sebagaimana definisi
berikut ini:
“Miskin adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya dan juga tidak mampu
1
Tanah produktif desa, umumnya berupa areal persawahan atau perkebunan, yang
digunakan sebagai gaji bagi para perangkat/aparatur desa.
2. 2
memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok.” Definisi ini
relevan dengan kondisi sosio-ekonomis rata-rata penduduk Dukuh Pungker yang
hanya berpenghasilan minim dan tidak mampu memenuhi kebutuhan sekunder
sebagaimana penduduk Dukuh sekitarnya. Pengertian ini juga korelatif dengan
ciri-ciri kemiskinan yang teridentifikasi sesuai ciri-ciri kemiskinan menurut
Gunawan Sumodiningrat (1997):
1. Sebagian besar dari kelompok miskin ini terdapat di pedesaan, berprofesi
sebagai buruh tani yang tidak memiliki lahan sendiri. Jika pun memiliki
tanah, luasnya tidak seberapa dan tidak cukup untuk membiayai ongkos
hidup yang layak
2. Berstatus pengangguran atau setengah menganggur, jika memiliki
pekerjaan maka sifatnya tidak tetap, atau tidak memberi pendapatan yang
memadai bagi tingkat hidup wajar
3. Rata-rata tidak memiliki peralatan kerja atau modal sendiri
4. Kualifikasi pendidikan rendah
5. Kurang berkesempatan memperoleh bahan kebutuhan pokok, pakaian,
perumahan, fasilitas kesehatan, komunikasi dan fasilitas kesejahteraan
sosial pada umumnya dalam jumlah yang cukup.
Penentuan fokus dampingan ini tim pendamping tentukan berdasarkan
hasil assessement (analisis kondisi) yang telah beberapa kali dilakukan
sebelumnya melalui wawancara dengan aparatur desa, masyarakat setempat,
tokoh masyarakat bidang keagamaan, Ketua RT, dan observasi secara langsung ke
lapangan. Tim pendamping telah berhasil menginventarisir data-data yang
dibutuhkan untuk menyusun program pendampingan ini, bahwa mayoritas dari
penduduk Dukuh Pungker adalah buruh tani dengan skala perekonomian menegah
ke bawah.
Fokus dampingan pada aspek pengembangan dan pemberdayaan ekonomi
petani atau peternak ikan lele. Program pendampingan ini sendiri akan lebih
perfokus pada pengembangan kelompok peternak lele yang sudah ada sebagai
kelompok percontohan. Sehingga pencapaian hasil yang targetkan akan lebih
terukur dan dapat pantau secara optimal.
3. 3
Usaha pemenuhan kebutuhan hidup selain dari income (pemasukan)
buruh tani, beberapa penduduk membuka usaha beternak ikan lele dengan
kekuatan modal sendiri. Hal ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang belum
dapat memeroleh pinjaman dari bank (bankable) dan tidak dapat memanfaatkan
permodalan berupa pinjaman dana modal bergulir (revolving fund) PNPM karena
tidak siap dengan tempo/tenggang (schedule) waktu angsuran pembayarannya.
Kondisi ini mengakibatkan usaha pembudidayaan ikan lele penduduk tidak
mengalami perkembangan yang signifikan, bahkan tidak jarang yang gagal karena
minim modal.
B. Identifikasi Problem dan Analisis Kebutuhan
Pembudidayaan ikan lele yang diprakarsai oleh Rohmadi ini telah
berkembang. Karena peternak ikan lele yang ada telah bergabung mejadi satu
kelompok dan tergabung dalam Gapoktan2
Desa Karangwage yang diketuai oleh
Poyo. Selain bidang pertanian, Gapoktan Desa Karangwage juga mengkoordinir
bidang pembudidayaan, meliputi ikan lele, itik, ayam, dan kambing. Namun
sementara ini fokus pengelolaan dan alokasi dana permodalan simpan-pinjam
bergulirnya, diprioritaskan untuk bidang pertanian dan peternakan kambing.
Sedangkan dana yang dialokasikan untuk pengembangan pembudidayaan ikan
lele belum dianggarkan. Dengan demikian, pengembangan perekonomian melalui
pembudidayaan ikan lele ini masih dihadapkan pada dua masalah paling mendasar
(substancial), yaitu permodalan dan minimnya tenaga ahli dalam bidang
pembudidayaan ikan lele.
Kedua hal ini menjadi hambatan paling mendasar mengingat realisasi
program pembudidayaan ikan lele tentu membutuhkan banyak modal untuk biaya
persiapan dan operasional. Mulai dari penyiapan tempat (kolam), pengadaan bibit
ikan lele, dan pemeliharaan. Permodalan yang memungkinkan dapat dimanfaatkan
oleh para peternak ikan lele adalah sistem permodalan yang ringan, tidak
memberatkan, dan memungkinkan peternak untuk membayar angsurannya. Para
pihak penyandang dana (donatur) dapat berupa instansi pemerintah maupun
2
Gabungan Kelompok Tani.
4. 4
perseorangan yang sanggup menjamin bantuan pendanaan, sekaligus
mengkoordinir pengelolaan dan pemanfaatan donasinya.
Sedangkan tenaga ahli dalam realisasi program ini sangat dibutuhkan
untuk menunjang peningkatan mutu hasil panen ikan lele. Tenaga ahli yang
berasal dari para pakar perikanan dan atau orang-orang yang telah berhasil dalam
usaha di bidang yang sama, akan dapat memberikan pembekalan, pelatihan,
pengarahan, dan pendampingan kepada para peternak ikan lele di Dukuh
Pungker. Hasil dari pembudidayaan ini memiliki nilai jual ekonomis yang relatif
lebih tinggi, dengan menggunakan cara-cara pemeliharaan yang tepat.
Dengan demikian dibutuhkan kerjasama yang kooperatif antara
pembudidaya ikan lele, aparatur desa, dan para pihak donatur untuk mengatasi
problem operasional ini. Yaitu dalam hal pengadaan permodalan untuk menangani
masalah keuangan (financial) dan pengadaan tenaga ahli untuk membekali bidang
keterampilan beternak ikan lele yang baik, tepat, dan benar kepada para peternak
ikan lele di Dukuh Pungker. Sehingga usaha yang pada awalnya dijadikan sebagai
usaha sampingan para buruh tani Dukuh Pungker ini dapat menjadi mata
pencaharian utama yang memiliki nilai keuntungan ekonomis dan potensi income
relatif lebih tinggi.
C. Analisis Potensi
Program pendampingan dan pengembangan pembudidayaan ikan lele di
Dukuh Pungker ini dapat ditunjang perealisasiannya dengan beberapa potensi
yang dimiliki oleh Dukuh Pungker, Desa Karangwage, maupun pihak-pihak lain
yang terkait dengan orientasi dan tujuan program ini. Karena analisis kebutuhan
berada dalam bidang pengadaan permodalan dan tenaga ahli pembudidayaan ikan
lele, maka potensi yang diidentifikasi tentunya juga dalam bidang yang sama,
untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan dari pelaksanaan program ini.
Dari segi permodalan, dapat diidentifikasi beberapa potensi yang dapat
dimanfaatkan sebagaimana berikut;
5. 5
1. Pinjaman dana bergulir tanpa agunan (secara nominal) PNPM Mandiri. Dana
pinjaman yang didistribusikan dengan sistem tanggung renteng 3
secara
berkelompok ini sudah berjalan dengan baik di Dukuh Karangwage secara
menyeluruh selama dua tahun dan khusus diperuntukkan bagi para Ibu rumah
tangga (SPP-Simpan Pinjam Perempuan)
2. Kucuran dana bantuan (hibah) bersifat MOU (kesepakatan kerjasama) dari
Menteri Keuangan melalui Pemerintahan Kabupaten yang akan dikelola
pemanfaatannya melalui mekanisme revolving fund.
Adapun dari segi tenaga ahli, potensi yang telah teridentifikasi adalah
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pati yang telah siap mengirimkan tim
pendamping bidang pembudidayaan ikan lele, dan kerjasama yang telah dijalin
dengan Rohmadi dalam hal penyediaan (suplay) bibit ikan lele dan jaringan
pemasarannya. Dua unsur potensi ini dapat didayagunakan pemanfaatannya secara
optimal baik dalam hal hubungan kerjasama yang kooperatif maupun transformasi
atau pembekalan keterampilan dalam bidang pembudidayaan ikan lele. Ketika dua
unsur potensi ini dapat termanfaatkan dengan baik, maka para pembudidaya akan
mampu melanjutkan bahkan mengembangkan usaha pembudidayaan ikan lele ini
secara mandiri tanpa mengalami ketergantungan terhadap insentif pinjaman
modal.
D. Identifikasi Stake Holder
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mewujudkan pencapaian
target program yang terukur, tim pendamping akan menjalin kerjasama yang
kooperatif dengan beberapa pihak sebagaimana berikut:
a. Kelompok pembudidaya ikan lele Dukuh Pungker. Diharapkan komunitas ini
dapat terlibat aktif dan partisipatif dalam perencanaan hingga pelaksanaan
program pendampingan sebagai subjek program
b. Tokoh-tokoh Desa meliputi: Kadus, Ketua RT, BPD, dan Ketua LKMD
Pungker, yang diharapkan mampu menjadi pelopor pelaksanaan program
3
Sistem penjaminan pinjaman modal secara berkelompok, umumnya beranggotakan lima
orang , yang mana masing-masing anggota saling bertanggung jawab atas kesanggupan anggota
yang lain untuk membayar dalam satu kelompok tersebut. Jika ada yang tidak mampu membayar,
maka kewajiban membayar ditanggung oleh anggota yang lain dalam satu kelompok tersebut.
6. 6
pendampingan peternak ikan lele melalui hubungan sosio-kultural yang telah
dimiliki
c. Poyo selaku Ketua Gapoktan Desa Karangwage. Ketua komunitas petani dan
peternak yang terorganisir ini akan berperan sebagai community organizer
(penggerak masyarakat) dalam setiap tahapan pelaksanaan program, serta
dalam hal koordinasi pembuatan proposal pengajuan pendanaan kepada para
calon donatur
d. Sulastrini selaku Koordinator PNPM Mandiri Desa Karangwage. Koordinator
PNPM Mandiri akan terlibat dalam negosiasi pengalokasian dana pinjaman
PNPM Mandiri untuk permodalan sekaligus pengkoordinirannya
e. Dyah selaku Koordinator pencairan dana bantuan Men. Keu, yang akan
menjadi calon donatur program dalam kesepakatan MOU
f. Johan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati yang akan menjadi
mitra pelaksana dalam perealisasian program
g. Rohmadi sebagai penyedia (suplayer) dan penghubung distribusi hasil
budidaya ikan lele
h. Gapoktan Desa Karangwage yang akan mengkoordinir kegiatan
pembudidayaan ikan lele
i. Pembudidaya lele yang telah berhasil dan suxes untuk memberikan
pengalaman kerja pada pembudidaya dukuh Pungker
E. Rancangan Program
Tim pendamping bekerjasama dengan stake holder akan merealisasikan
program pendampingan budidaya ikan lele dalam proses pengembangan dan
peningkatan hasil budidaya, melalui perwujudan potensi-potensi penunjang, yaitu
permodalan dan tenaga ahli.
Permodalan akan diperoleh melalui kerjasama dan koordinasi antara tim
pendamping dengan Gapoktan untuk menyusun dan mengajukan proposal
pendanaan kepada para calon donatur yang telah teridentifikasi sebelumnya.
Ketika dana telah diperoleh, pengelolaannya akan diserahkan kepada Ketua
kelompok peternak ikan lele, di bawah koordinasi Gapoktan. Ketika program awal
pendampingan pembudidayaan ikan lele telah berjalan, pengembalian dana
7. 7
bergulir ini nanti akan dialokasikan pada anggaran pengembangan
pembudidayaan, seperti halnya untuk pembesaran lele.
Subjek dalam program ini adalah kelompok pembudidaya ikan lele
setempat. Kelompok pembudidaya ini nantinya akan menjadi kelompok
percontohan yang diberikan pembekalan keterampilan budidaya ikan lele oleh tim
ahli dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati dan atau perseorangan
yang telah memiliki pengalaman dalam bidang usaha yang sama.
Dalam tahap perencanaan program, tim pendamping akan berdiskusi dan
berkonsultasi tahap awal bersama para stake holder yang telah disebut di atas
untuk memperoleh kesepakatan kerjasama. Diskusi tahap kedua dengan
melibatkan para subjek program, yaitu para pembudidaya ikan lele yang telah
terbentuk dalam kelompok-kelompok, sehingga dapat diperoleh berbagai sisi
pemahaman, pendapat, masukan dan pengarahan yang menyeluruh untuk
menyusun program pendampingan dan pengembangan efektif dan terukur. Dari
kedua diskusi diatas dapat disatukan pemahaman dan tujuan antara stage holder
dan masyarakat pembudidaya ikan lele setempat. Merumuskan permasalahan,
kebutuhan, potensi dan pihak-pihak yang akan terlibat langsung dalam
pelaksanaan program.
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program. Tahap ini akan
dilaksanakan oleh kelompok budidaya ikan lele dengan didampingi oleh tim
pendamping dari Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pati.
Setelah program berjalan dan terealisir, program akan dievaluasi dan
ditentukan rencana tindak lanjutnya secara partisipatif dengan stake holder dan
semua pihak yang terlibat dalam program ini. Tahapan evaluasi ini memiliki dua
maksut, mengetahui adanya kesenjangan atau perbedaan antara tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya dengan capaian yang telah dicapai dalam pelaksanaan,
serta melihat adanya manfaat yang telah dicapai. Tahap ini dapat dimanfaatkan
oleh tim pendamping, stake holder, dan kelompok peternak untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan, sehingga program yang akan dijalankan selanjutnya
sebagai tindak lanjut (follow up) dari program ini dapat lebih terukur, efektif, dan
efisien.
8. 8
F. Matriks Program
No Kegiatan Waktu
Pelaks
anaan
Tujuan Sasaran
program
Indikator Pen
.
Jab
1 Identifikasi
problem dan
kebutuhan:
Wawanca
ra dengan
tokoh
agama
masyarak
at
Konsultas
i dengan
pihak
terkait
Musyawa
rah warga
Awal
april
2011
Mengidentifi
kasi problem,
Dan
kebutuhan
pembudidaya
ikan lele
dukuh
pungker
Tokoh
masyaraka
t, pihak
terkait,
dan
masyaraka
t setempat
(target
pelaksanaa
n
program)
Problem
teridentifikasi,
dan kebutuhan
terlihat
Nur
Kh
oiri
yah
2 Perencanaan
program:
- Petemua
n stage
holder
awal
- Pertemu
an
peserta
gapoktan
Awal
mei
2011
membentuk
kesepakatan
kerjasama
membentuk
program
kegiatan
pengembang
an
pembudidaya
an lele secara
partisipatif
Pihak
PNPM,
Koordinat
or
pencairan
dana
bantuan
Men. Keu,
Tokoh-
tokoh
Desa,
Kesepakatan
kerjasama
terbentuk
Perencanaan
program
terbentuk
secara
partisipatif
Nur
kho
iriy
ah
9. 9
dari peserta Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
Kabupaten
Pati
Peserta
pembudid
aya yang
tergabung
dalam
gapoktan
3 Pelaksanaan
program
Penyuluha
n
pembudida
yaan ikan
lele yang
efektif dan
efisien
Pengemba
ngan
pembudida
yaan
berdasarka
n materi
penyuluha
n
Perte
ngaha
n mei
2011
Memberi-kan
bekal
keterampil-an
beternak lele
kepada
kelompok tani
Meningkat-
kan
pendapatan
kelompok tani
melalui
implemen-tasi
program
Dinas
perikanan,
pembudid
aya, para
pembudid
aya yang
suxes,
pembudid
aya lele
Pembudid
aya lele
Penyuluhan
terlaksana,
pemahaman,
dan
keterampilan
pembudidaya
terbentuk
Adanya
peningkatan
pendapatan
pembudidaya
ikan lele
Nur
kho
iriy
ah
4 Evaluasi Awal Mengorek-si Kelompok Kelebihan dan Nur
10. 10
program
yang telah
dilaksanak
an
agust
us
20114
program
yang telah
dilaksanakan,
dan
menentukan
RTL
peterak,
pendam-
ping, dan
stake
holder
kekurangan
program
teridentifikasi
dan terevaluasi
secara
menyeluruh
serta RTL
terbentuk
kho
iriy
ah
G. Anggaran
Proposal Penelitian Rp. 150.000,-
Pelaksanaan
a. Copy data Rp. 6.000,-
b. Konsumsi workshop Rp. 100.000,-
c. Copy angket wawancara Rp. 25.000,-
Rp. 281.000,-
Anggaran Belanja Program Pembudidayaan Ikan Lele
1. Pembuatan kolam : Rp 250.000
2. 10.000 benih lele ukuran 3,5-4,6 @ Rp 55,- : Rp 550.000
3. Pakan lele (pelet)
a. 2 Zak pelet PF 1000 netto 10 kg @ Rp 115.000 : Rp 230.000
b. 30 Zak pelet FF 999 netto 10 kg @ Rp 120.000 : Rp 3.600.000
4. Obat lele, 2 RED bluedox @ Rp 10.000 : Rp 20.000
i. 2 PK kecil @ Rp 5.000 : Rp 10.000
Rp. 4.410.000,-
Evaluasi Program
a. Copy data Rp. 6.000,-
b. Konsumsi evaluasi Rp. 100.000,-
e. Laporan evaluasi program Rp. 100.000,-
4
Penentuan waktu berdasarkan proses kebutuhan yang diperlukan, dan sesuai dengan
pembudidayaan lele pada pembesaran yang secara umum selama ± 4 bulan.
11. 11
Rp. 206.000,-
Total Rp. 4.897.000,-
H. Penutup
Hal-hal yang belum tercantum dalam proposal ini akan diatur kemudian
sesuai dengan kebijakan bersama. Sekiranya proposal ini dapat menjadi jembatan
untuk melakukan suatu peningkatan pembangunan dan terjalinnya ikatan
kerjasama antara mahasiswa Prodi PMI STAI Mathali’ul Falah dengan penduduk
Desa Karangwage, khususnya Dukuh Pungker dan para stake holder yang terlibat.
Oleh karena itu tim pendamping mengharapkan dukungan dari berbagai pihak
demi kelancaran perealisasian program pendampingan pembudidayaan ikan lele
ini.
Demikian proposal ini tim pendamping susun untuk ditindak lanjuti
sebagaimana mestinya. Semoga program-program yang diajukan mendapatkan
dukungan penuh dari berbagai pihak yang sedianya akan terlibat, dan dalam
perealisasiannya mendapatkan dukungan kerjasama yang kontributif dari seluruh
elemen masyarakat Dukuh Pungker Desa Karangwage Trangkil Pati. Sebagai
hasilnya, perealisasian program yang telah disetujui dapat mewujudkan target
pelaksanaan dan memberikan manfaat nyata bagi tim pendamping dan penduduk
Dukuh Pungker secara keseluruhan.