SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Laporan Praktikum
Mekanika Teknik Lanjut
LENDUTAN I
Disusun oleh:
Udi Sukawan (NIM. 10503241029)
Muhammad Miftah Romadhon (NIM. 13503241007)
Eko Budi Cahyono (NIM. 13503241005)
Akbar Eko Maryanto (NIM. 13503241012)
Kelas P1
Dosen Pengampu :
Ir. Muh. Khotibul Umam Hasan, M.T.
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
PRAKTIKUM 7
LENDUTAN 1
1. KOMPETENSI
• Memiliki pengetahuan tentang lendutan batang yang terjepit
2. SUB KOMPETENSI
• Menentukan besarnya lendutan batang yang terjepit ujungnya
• Melakukan analisis hasil uji coba pada bahan yang berbeda
3. DASAR TEORI
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akiat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan kepada balok atau batang. Defleksi diukur dari
permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Jarak perpindahan
y didefinisikan sebagai defleksi balok. Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah
cukup kuat untuk menahan gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria
kekakuan, desain haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar
batang tidak melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Adapun hal-hal yang
dapat mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah:
a. Besar dan jenis pembebanan.
b. Jenis tumpuan.
c. Jenis material.
d. Kekuatan material.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah
jenis tumpuan, dan berikut adalah beberapa jenis tumpuan yang sering digunakan:
a. Tumpuan Jepit.
Tumpuan jepitan merupakan tumpuan yang dapat menahan momen dan
gaya dalam arah vertikal maupun horizontal.
b. Tumpuan Engsel.
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya
horizontal maupun gaya vertical yang bekerja padanya.
c. Tumpuan Rol.
Tumpuan rol merupakan tumpuan yang bias menahan komponen gaya
vertikal yang bekerja padanya.
Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah
jenis beban yang diberikan kepadanya, dan berikut jenis pembebanan :
a. Beban Terpusat
b. Beban Terbagi Merata
c. Beban Bervariasi Uniform
Adapun metode-metode yang dapat digunakan dalam perhitungan
lendutan/defleksi pada balok yaitu :
a. Metode integrasi
b. Metode luas diagram momen
c. Metode superposisi
d. Metode energi
e. Metoda konyugat
Metoda integrasi dan metoda diagram momen digunakan untuk menganalisis
hasil dalam penelitian ini. Untuk menyelesaikan masalahmasalah perhitungan
defleksi, maka diperlukan syarat-syarat batas, antara lain :
a. Pada tumpuan jepit defleksi dan slope adalah sama dengan nol.
b. Pada tumpuan rol dan engsel, defleksi dan momen sama dengan nol.
c. Pada ujung bebas, momen lentur dan gaya geser sama dengan nol.
Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikan beban
yang cukup besar. Lendutan batang disetiap titik dapat dihitung dengan
menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya
yang digunakan. Lendutan sangat penting dalam konstruksi terutama dalam
konstruksi mesin. Dimana pada bagian-bagian terntentu seperti poros lendutan
sangat tidak diinginkan, karena adanya lendutan maka operasi mesin menjadi tidak
normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin.
Beban di C
Rumus untuk mencari yC adalah :
b
L
yB
B
A
P
DC
yC
yD
a
c
dimana : W : Gaya vertikal (N)
a : Jarak dari tumpuan ke gaya
vertikal
E : Modulus Young
I : Inersia Luasan
yB dapat dicari dengan rumus:
Sedangkan yD dapat dicari dengan rumus:
Beban di B
yC =
YB = - )
YD = - )
b
YB = YD =
L
yB
B
A
P
DC
yC
yD
a
c
Yc =
Pembebanan Lentur Murni
Pembebanan lentur murni yaitu pembebanan lentur, baik akibat gaya
lintang maupun momen bengkok yang tidak terkombinasi dengan gaya normal
maupun momen puntir, ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1(a) disebut
balok kantilever sedangkan jenis yang lain adalah balok-balok dengan tumpuan
elastis sederhana, Gambar 2.1(b). Gaya dalam yang bekerja pada balok-balok
tersebut mungkin akan berupa tegangan normal dan atau tegangan geser.
Bebannya tidak hanya terbatas pada beban merata saja seperti pada gambar,
mungkin juga beban titik.
q
q
L L
(a) Balok Cantilever (b) Balok Di atas Dua tumpuan
Gambar 2.1. Pembebanan Lentur
Pendekatan yang dilakukan untuk pemecahan masalah ini digunakan teori
balok menurut makanika klasik. Cara ini dikenal dengan pemecahan pendekatan
karena persoalannya dideskripsikan secara pasti namun kemudian digunakan
asumsi-asumsi. Pendekatan lain adalah penyelesaian menurut teori elastisitas yang
dikenal dengan penyelesaian eksak, karena pada pendekatan ini persoalannya
disederhanakan namun tidak dilakukan asumsi-asumsi. Untuk kepentingan praktis
penyelesaian pendekatan cukup akurat apabila balok tersebut cukup panjang, L ≥
10h, dengan h adalah tinggi balok. Untuk balok-balok yang pendek dan di sekitar
titik tumpuan dan titik beban terpusat, penyelesaian eksak akan memberikan hasil
yang lebih akurat. Hal ini sesuai dengan prinsip Saint Venant, yang pertama kali
dikemukakan oleh seorang insinyur Perancis, Barre de Saint Venant, pada tahun
1855.
Momen Lentur dan Distribusi Tegangan Normal
Gambar 2.2(a) di bawah menunjukkan sebuah balok sebelum mendapatkan
pembebanan. Gambar 2.2(b) setelah mengalami perubahan bentuk. Dari dua
gambar tesebut terlihat bahwa panjang titik AB berubah menjadi panjang tititk
A’B’, hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang AB mengalami perpendekan,
sedangkan kalau kita lihat panjang titik CD berubah menjadi panjang titik C’D’
adalah mengalami perpanjangan. Kemudian panjang titik GN tidak mengalamai
perubahan, yang berarti bahwa panjang titik GN tidak mengalami perpendekan
maupun perpanjangan.
Mxz
Mxz
Y
A B
Mxz
G N gn. Z
C D
δx
(a) Batang Sebelum Terbebani (c) Potongan (d) Distribusi
Melintang Tegangan
r
δθ
Mxz
A’ B’
y
L
C’ D’
(b) Batang Setelah Terbebani
Gambar 2.2. Pembebanan Lentur
Dengan demikian dapat diketahui bahwa serat sepanjang bagian AB
mengalami pembebanan tekan, sedangkan serat sepanjang bagian CD mengalami
pembebanan tarik. Kemudian karena serat sepanjang titik berat penampang lintang
yaitu GN tidak mengalami perubahan panjang, maka sering disebut dengan garis
netral, yaitu suatu bagian yang tidak mengalami tegangan sama sekali, atau
tegangannya sama dengan nol.
Untuk elemen CD yang sangat pendek, maka dapat dipandang sebagai
busur lingkaran sebesar θ radial dengan jari-jari r, sehingga:
θ =
atau
GN = C' D' ⇒ C' D' =1 − y ⇒ C' D' −1 = y
rr − y GN r GN r
C' D'−GN
=
panjang setelah pembebanan − panjang semula
=
GN panjang semula
y
r
Sehingga
ε xx =
y
(2.1)
r
Dengan perkataan lain, besar regangan pada suatu serat berbanding lurus dengan
jarak serat tersebut dari sumbu netral.
Selanjutnya, menurut hukum Hooke, besarnya regangan satu dimensi
adalah
εxx =
σxx
= y
E r
Sehingga
σxx =E
y
(2.2)
r
dengan: σxx = tegangan yang terjadi (N/mm
2
, MPa)
E = modulus Young, modulus elastisit (N/mm
2
, MPa)
y = jarak serat dari sumbu netral (mm)
r = jari-jari lengkungan (mm)
Karena untuk suatu bengkokan tertentu pada bahan tertentu, E dan r adalah
konstan, maka jelaslah bahwa tegangan pada suatu serat tertentu merupakan
fungsi linier jarak serat tersebut terhadap sumbu netral. Distribusi tegangan
normal sepanjang sumbu y ditunjukkan pada Gambar 2.2(d).
Sebagian penampang lintang balok diambil elemen sembarang dA yang
berjarak y dari sumbu netral, Gambar 2.2(e). Besar elemen gaya yang bekerja
pada luasan tersebut adalah
dF = σxx .dA (2.3)
Karena jaraknya terhadap sumbu netral, maka elemen gaya tersebut menimbulkan
elemen momen terhadap sumbu netral sebesar
d
M b = y.dF = y.σx
 y 
.dA = y E dA
 r 
Sehingga
M b =
E
∫ y2
.dA r
Karena
∫ y
2
.dA = I
maka
(2.4)
(2.5)
Mb =
EI
(2.6)
r
dengan: Mb = momen bengkok (N.mm)
I = momen lembam linier atau inersia linier (mm
4
)
r = jari-jari bengkokan (mm)
Dari persamaan (2.6) didapatr = EI
, yang kemudian dimasukkan ke
Mb
persamaan (2.2) sehingga didapat
σxx = M b.y (2.7)
I
2.2. Momen Lentur dan Distribusi Tegangan Geser
Suatu balok cantilever AB yang digambarkan sebagaimana gambar 2.3,
maka jika diambil potongan kecil CD pada balok tersebut sepanjang dx, maka
gaya normal yang bekerja pada elemen yang diarsir pada sisi kiri adalah
Fn1 = ∫ σxx.dA = ∫ −
Mb .y
dA (2.8a)
I
Gambar 2.3. Elemen Balok yang Mengalami Lendutan
Sedangkan gaya normal pada sisi kanan elemen untuk luasan dan posisi yang
sama akan diperoleh
Fn2 = ∫(σxx + d σxx).dA = ∫ σxx.dA = ∫
(Mb + d Mb).y
dA (2.8b)
I
Sedangkan gaya geser pada bidang horisontal yang menyebabkan keseimbangan
pada elemen-elemennya adalah
Ft = −τ b dx (2.8c)
Jumlah gaya yang bekerja pada arah mendatar sama dengan nol, sehingga
∑ Fh =0 → ∫ −
Mb.y
dA + ∫
(Mb + d Mb).y
dA − τ.b.dx = 0
I I
τ.b.dx = ∫
d Mb .y
dA
I
τ =
1
∫
d Mb
.y.dA (2.9)
I.b dx
dMb (2.10)
= Fv
dx
∫ y.dA = Q (2.11)
Dengan substitusi persamaan-persamaan (2.8) dan (2.9) pada persamaan (2.8) akan didapat
besarnya tegangan geser pada serat C’D’ dalam paskal (Pa)
τxy =
Fv.Q
(2.12)
I.b
dengan:
Fv = Gaya geser (lintang) yang bekerja pada elemen yang ditinjau Q = Statis
momen luas bidang yang tergeser, terhadap garis netral I = Momen Inersia
penampang lintang
b = Lebar bidang geser.
Untuk penampang lintang berbentuk segi empat dengan tebal b (mm) dan tinggi h
(mm) besar Q adalah
b/2 h/2 b/2  h/2  b/2
1
h/2
2Q = ∫ y.dA = ∫ ∫ y(dy.dz) = ∫   ∫ y dz

∫ y.dy dz =

2−b/2 y −b/2  y  −b/2
y11 1
h
2
− 4 y1
2
b/2 h
2
− 4 y1
2
b/2 h
2
− 4 y1
2
 b b
Q = ∫ dz = z =  + 
8 −b/2 8 −b/2 8  2 2 
Q = (h
2
− 4 y1
2
)b (2.13)
8
Dengan substitusi persamaan (2.12) pada persamaan (2.11) akan didapat besar
tegangan geser dalam paskal (Pa) yang bekerja bidang C’D’D”C” yang berjarak y1 dari
sumbu netral, adalah
τxy =
Fv.(h2
− 4y1
2
)
(2.14)
8.I
dengan
Fv = Gaya geser (lintang) yang bekerja pada elemen yang ditinjau h = tinggi
penampang lintang balok
y1 = jarak serat dari sumbu netral
I = Momen Inersia penampang lintang
Perhatikan persamaan tersebut di atas. Untuk suatu penampang lintang tertentu pada
panjang balok, besarnya gaya-gaya vertikal yang bekerja padanya adalah konstan. Dengan
demikian, distribusi tegangan geser pada serat tertentu pada penampang lintang sepanjang
sumbu vertikalnya, sumbu y, merupakan fungsi parabolik jarak serat tersebut terhadap sumbu
netral yang dinyatakan oleh y1
2
. Sedangkan besarnya tegangan geser maksimum terjadi pada
harga y1 = 0 , yaitu
τxy
−max =
Fv .h2
⇒ τxy −max =
3 Fv
(2.15a) 1 3 2 bh
8 .b.h 
 12 
Sedangkan tegangan geser minimum terjadi bila y1 = h/2 , yaitu
τxy−min =0 (2.15b)
4. ALAT PERCOBAAN
• 1 set alat uji lendutan
• Dialindicator
5. KESELAMATAN KERJA
• Bekerjalah dengan hati – hati.
• Jangan memegang poros ketika berputar.
• Letakan peralatan di meja dengan baik.
• Jangan menumpuk alat ukur.
6. LANGKAH KERJA
• Chek kelurusan batang uji (AB)
• Ukur penampang batang uji coba
• Pasangkan batang uji coba pada ujungnya di penjepit
• Letakkan benda di titik C
• Ukurlah penurunan di titik C dan D
• Pindah beban di titik D
• Ukur seperti langkah (e)
• Ganti benda uji dengan bahan yang berbeda
7. BAHAN DISKUSI
• Adakah perbedaan hasil observasi dengan hasil grafis dan analitis
• Apa penyebab perbedaan yang terjadi
8. ANALISIS DATA
Hasil Data Observasi
Bahan
W
(gram)
L
(mm)
Yc
(mm)
YB
(mm)
YD
(mm)
Bahan
1
Beban di
C
1000 300 0 -1 -0.5
2000 300 -1 -2.5 -1.5
3000 300 -1.5 -4 -2.5
Beban di
B
1000 300 -0.5 -3.5 -2
2000 300 -2 -9 -5
3000 300 -3 -19.5 -9
Bahan
2
Beban di
C
1000 300 -0.5 -4 -1.5
2000 300 -1.5 -6 -3
3000 300 -2 -8 -4.5
Beban di
B
1000 300 -1.5 -7.5 -4.5
2000 300 -2.5 -13 -9
3000 300 -5.5 -19.5 -18.5
Hasil Data Perhitungan Analitis
E = 205 GPa
Bahan 1 :
b = 18 mm
h = 4,2 mm
I = 1/12.b.
= 1/12. 18. 4,23
= 111,132 mm4
= 0,111132 x 10-9
m4
EI = (0,111132 x 10-9
) (205 x
109
)
= 22,78206
Bahan 2 :
b = 14,9 mm
h = 4 mm
I = 1/12.b.
= 1/12. 14,9. 43
=79,4667 mm4
= 0,0794667 x 10-9
EI = (0,0794667 x 10-9
) (205
x 109
)
= 16,2906
9. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktik tentang Lendutan I.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya lendutan yang terjadi pada
batang yang dijepit ujungnya. Batang yang diuji berjumlah 2 buah yaitu Bahan 1
dan bahan 2 dimana keduanya memiliki perbedaan pada luas penampangnya
sehingga kita dapat membandingkan dan menganalisa hasil uji coba (nilai
lendutan) dari bahan yang berbeda tersebut.
Setelah melakukan uji coba, mengamati dan mencatat hasil besarnya
lendutan, maka kita melakukan perhitungan secara teoritis. Adapun untuk
menghitung lendutan kami menggunakan metode superposisi dengan rumus
sebagai berikut:
Beban di C
Bahan
W
(gram)
L
(mm)
Yc
(mm)
YB
(mm)
YD
(mm)
Bahan
1
Beban di
C
1000 300 -0.37 -0.38 -0.92
2000 300 -0.74 -0.76 -1.84
3000 300 -1.10 -1.14 -2.76
Beban di
B
1000 300 -0.12 -0.20 -0.46
2000 300 -0.23 -0.41 -0.91
3000 300 -0.35 -0.61 -1.37
Bahan
2
Beban di
C
1000 300 -0.51 -0.53 -1.28
2000 300 -1.02 -1.06 -2.56
3000 300 -1.54 -1.60 -3.84
Beban di
B
1000 300 -0.16 -0.29 -0.64
2000 300 -0.33 -0.57 -1.27
3000 300 -0.49 -0.86 -1.91
Beban di B
Dari data hasil observasi terlihat bahwa untuk bahan 1 mengalami lendutan
lebih kecil dibanding bahan 2 pada Yc dan YD baik beban di titik C maupun di
titik B. Namun bahan 1 mengalami lendutan lebih besar dibanding bahan 2 pada
YB baik beban di titik C maupun di titik B. Dari data hasil perhitungan/analitis
terlihat bahwa bahan 1 mengalami defleksi lebih besar dibanding bahan 2 pada YC
, YB , dan YD baik beban di C maupun di titik B.
Selanjutnya kita bandingkan antara hasil observasi dan hasil perhitungan.
Antara hasil perhitungan dan hasil observasi terdapat selisih sebagai berikut:
(Hasil Hitung-Hasil Obsevasi)
Bahan
P
(gram)
L
(mm)
Yc
(mm)
YB
(mm)
YD
(mm)
Bahan 1
Beban di C
1000 300 -0.37 -0.62 -0.42
2000 300 -0.26 -1.74 -0.34
3000 300 -0.40 -2.86 -0.26
Beban di B
1000 300 -0.38 -1.14 -1.54
2000 300 -1.77 -1.71 -4.09
3000 300 -2.65 -7.28 -7.63
Bahan 2
Beban di C
1000 300 0.01 -3.47 -0.22
2000 300 -0.48 -4.94 -0.44
3000 300 -0.46 -6.40 -0.66
Beban di B 1000 300 -1.34 -2.47 -1.27
2000 300 -2.17 -3.66 -1.43
YB = - )
YD = - )
YB
= YD =- Yc =-
3000 300 -5.01 -5.85 -6.59
Dari tabel diatas didapat selisih yang cukup signifikan. Selisih ini dan
ketidaksesuaian antara hasil perhitungan yang telah dibahas diatas tadi disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu
1. Ketidak telitian dalam pengukuran menggunakan dial indikator.
2. Batang tidak benar-benar lurus karena sering digunakan.
3. Batang tidak benar-benar rata. Terdapat benjolan ataupun kotoran yang
melekat yang kasat mata.
4. Kemungkinan Modulus elastisitas batang yang dipakai saat praktikum
tidak sama dengan modulus elastisitas yang digunakan dalam perhitungan.
Ada selisih antar keduanya walaupun sedikit itu cukup mempengaruhi
hasil.
5. Lendutan pada bagian ujung batang (YB) selisih antara hasil perhitungan
dengan hasil observasi sangat besar. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang
diberikan oleh dial indikator kepada ujung batang. Ujung batang sangat
sensitif, terkena beban tekan dan getaran sedikit saja akan langsung
berubah lendutannya.
10. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktik lendutan 1 ini, maka dapat disimpulkan beberapa
hal yaitu:
1. Lendutan dipengaruhi oleh besarnya beban, luas penampang-momen inersia,
modulus elastisitas bahan, panjang batang dan jenis tumpuannya.
2. Semakin panjang suatu batang, maka semakin besar lendutan yang terjadi.
3. Semakin besar momen inersia penampang suatu batang, maka semakin kaku
batang tersebut.
4. Semakin kaku suatu batang, maka semakin kecil lendutan yang terjadi.
5. Pada Struktur yang digunakan pada praktikum ini, lendutan maksimum
berada pada ujung batang dimanapun pembebanannya.
11. SARAN
Agar hasil praktikum lebih akurat maka kami memberikan saran sebagai
berikut:
1. Gunakan alat ukur dan alat praktikum yang memenuhi standar.
2. Jangan bergurau pada saat melakukan praktikum.
3. Pastikan membaca nilai alat ukur dengan benar.
4. Jangan lupa cek kelurusan batang sebelum melakukan praktikum
5. Menggunakan batang yang halus permukaannya.
DAFTAR PUSTAKA
• Shigley, Mechanical Engineering Design, 1980, McGrawHill
• Titherington, D. dan J G Rimmer. 1984. Mekanika Terapan. Jakarta: Erlangga
• http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/KekuatanBahan
• E.P.Popov. 1996. Mekanika Teknik (Mechanics Of Materials). Jakarta: Erlangga
• asat.staff.umy.ac.id/files/2010/02/bab-2-Lendutan.pdf
• blog.uny.ac.id/pramudiyanto/files/2013/10/Defleksi-balok.pdf

More Related Content

What's hot

Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMarfizal Marfizal
 
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGANMEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGANHettyk Sari
 
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miringLaporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miringNurul Hanifah
 
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanContoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanInstansi
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasDedew Wijayanti
 
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)Abrianto Akuan
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusCharis Muhammad
 
Statika struktur introduction
Statika struktur introductionStatika struktur introduction
Statika struktur introductiongamayeladhes
 
FISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumFISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumEko Efendi
 
Laporan pelengkungan batang
Laporan pelengkungan batangLaporan pelengkungan batang
Laporan pelengkungan batangdedeknurhuda
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linierndirocket
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 

What's hot (20)

Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 okMekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
Mekanika fluida 1 pertemuan 03 ok
 
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGANMEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miringLaporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
 
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redamanContoh soal getaran bebas tanpa redaman
Contoh soal getaran bebas tanpa redaman
 
Mekanika Fluida
Mekanika FluidaMekanika Fluida
Mekanika Fluida
 
Kuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkapKuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkap
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Osilasi
OsilasiOsilasi
Osilasi
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegas
 
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
 
Ilmu Bahan
Ilmu BahanIlmu Bahan
Ilmu Bahan
 
Pusat massa dan momentum
Pusat massa dan momentum Pusat massa dan momentum
Pusat massa dan momentum
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
 
Statika struktur introduction
Statika struktur introductionStatika struktur introduction
Statika struktur introduction
 
FISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumFISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentum
 
Laporan pelengkungan batang
Laporan pelengkungan batangLaporan pelengkungan batang
Laporan pelengkungan batang
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 

Similar to Laporan Praktikum Mekanika Teknik Lanjut Lendutan I

MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxZAIDSULAIMAN5
 
Mekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptxMekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptxardaangga1
 
Bab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momenBab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momendika andika
 
Dasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanDasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanIshak Enginer
 
Kunci dan soal fisika 10 3
Kunci dan soal fisika 10   3Kunci dan soal fisika 10   3
Kunci dan soal fisika 10 3Dedi Wahyudin
 
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-iSupian Ian
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120SMA Negeri 9 KERINCI
 
Bahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisikaBahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisikamatalih
 
tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdfYusufNugroho11
 
Materi torsi
Materi torsiMateri torsi
Materi torsitriya3
 

Similar to Laporan Praktikum Mekanika Teknik Lanjut Lendutan I (20)

Bab ii1
Bab ii1Bab ii1
Bab ii1
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
 
Mekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptxMekban presentasi 2013.pptx
Mekban presentasi 2013.pptx
 
Bab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momenBab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momen
 
Empati fis 2
Empati fis 2Empati fis 2
Empati fis 2
 
Dasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanDasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahan
 
Kunci dan soal fisika 10 3
Kunci dan soal fisika 10   3Kunci dan soal fisika 10   3
Kunci dan soal fisika 10 3
 
Un fisika 1999
Un fisika 1999Un fisika 1999
Un fisika 1999
 
dinamika gerak
dinamika gerakdinamika gerak
dinamika gerak
 
kinematika gerak
kinematika gerakkinematika gerak
kinematika gerak
 
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
 
Modul Bab 01.pdf
Modul Bab 01.pdfModul Bab 01.pdf
Modul Bab 01.pdf
 
Fisika paket 1
Fisika paket 1Fisika paket 1
Fisika paket 1
 
Soal
SoalSoal
Soal
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
 
Bahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisikaBahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisika
 
tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdf
 
Materi torsi
Materi torsiMateri torsi
Materi torsi
 

More from Ahmad Ramdani

Pengertian motor bakar
Pengertian motor bakarPengertian motor bakar
Pengertian motor bakarAhmad Ramdani
 
Data hasil praktikum
Data hasil praktikumData hasil praktikum
Data hasil praktikumAhmad Ramdani
 
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkorKompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkorAhmad Ramdani
 
Mata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinMata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinAhmad Ramdani
 
Pengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luarPengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luarAhmad Ramdani
 
Diktat termodinamika
Diktat termodinamikaDiktat termodinamika
Diktat termodinamikaAhmad Ramdani
 
Bab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiBab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiAhmad Ramdani
 

More from Ahmad Ramdani (9)

Pengertian motor bakar
Pengertian motor bakarPengertian motor bakar
Pengertian motor bakar
 
Peranan bimbel
Peranan bimbelPeranan bimbel
Peranan bimbel
 
Tugas superposisi
Tugas superposisiTugas superposisi
Tugas superposisi
 
Data hasil praktikum
Data hasil praktikumData hasil praktikum
Data hasil praktikum
 
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkorKompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor
 
Mata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinMata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesin
 
Pengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luarPengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luar
 
Diktat termodinamika
Diktat termodinamikaDiktat termodinamika
Diktat termodinamika
 
Bab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiBab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasi
 

Recently uploaded

Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 

Recently uploaded (9)

Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 

Laporan Praktikum Mekanika Teknik Lanjut Lendutan I

  • 1. Laporan Praktikum Mekanika Teknik Lanjut LENDUTAN I Disusun oleh: Udi Sukawan (NIM. 10503241029) Muhammad Miftah Romadhon (NIM. 13503241007) Eko Budi Cahyono (NIM. 13503241005) Akbar Eko Maryanto (NIM. 13503241012) Kelas P1 Dosen Pengampu : Ir. Muh. Khotibul Umam Hasan, M.T. PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
  • 2. PRAKTIKUM 7 LENDUTAN 1 1. KOMPETENSI • Memiliki pengetahuan tentang lendutan batang yang terjepit 2. SUB KOMPETENSI • Menentukan besarnya lendutan batang yang terjepit ujungnya • Melakukan analisis hasil uji coba pada bahan yang berbeda 3. DASAR TEORI Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akiat adanya pembebanan vertikal yang diberikan kepada balok atau batang. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah: a. Besar dan jenis pembebanan. b. Jenis tumpuan. c. Jenis material. d. Kekuatan material. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah jenis tumpuan, dan berikut adalah beberapa jenis tumpuan yang sering digunakan: a. Tumpuan Jepit. Tumpuan jepitan merupakan tumpuan yang dapat menahan momen dan gaya dalam arah vertikal maupun horizontal. b. Tumpuan Engsel. Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal maupun gaya vertical yang bekerja padanya.
  • 3. c. Tumpuan Rol. Tumpuan rol merupakan tumpuan yang bias menahan komponen gaya vertikal yang bekerja padanya. Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah jenis beban yang diberikan kepadanya, dan berikut jenis pembebanan : a. Beban Terpusat b. Beban Terbagi Merata c. Beban Bervariasi Uniform
  • 4. Adapun metode-metode yang dapat digunakan dalam perhitungan lendutan/defleksi pada balok yaitu : a. Metode integrasi b. Metode luas diagram momen c. Metode superposisi d. Metode energi e. Metoda konyugat Metoda integrasi dan metoda diagram momen digunakan untuk menganalisis hasil dalam penelitian ini. Untuk menyelesaikan masalahmasalah perhitungan defleksi, maka diperlukan syarat-syarat batas, antara lain : a. Pada tumpuan jepit defleksi dan slope adalah sama dengan nol. b. Pada tumpuan rol dan engsel, defleksi dan momen sama dengan nol. c. Pada ujung bebas, momen lentur dan gaya geser sama dengan nol. Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikan beban yang cukup besar. Lendutan batang disetiap titik dapat dihitung dengan menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya yang digunakan. Lendutan sangat penting dalam konstruksi terutama dalam konstruksi mesin. Dimana pada bagian-bagian terntentu seperti poros lendutan sangat tidak diinginkan, karena adanya lendutan maka operasi mesin menjadi tidak normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin. Beban di C Rumus untuk mencari yC adalah : b L yB B A P DC yC yD a c
  • 5. dimana : W : Gaya vertikal (N) a : Jarak dari tumpuan ke gaya vertikal E : Modulus Young I : Inersia Luasan yB dapat dicari dengan rumus: Sedangkan yD dapat dicari dengan rumus: Beban di B yC = YB = - ) YD = - ) b YB = YD = L yB B A P DC yC yD a c Yc =
  • 6. Pembebanan Lentur Murni Pembebanan lentur murni yaitu pembebanan lentur, baik akibat gaya lintang maupun momen bengkok yang tidak terkombinasi dengan gaya normal maupun momen puntir, ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1(a) disebut balok kantilever sedangkan jenis yang lain adalah balok-balok dengan tumpuan
  • 7. elastis sederhana, Gambar 2.1(b). Gaya dalam yang bekerja pada balok-balok tersebut mungkin akan berupa tegangan normal dan atau tegangan geser. Bebannya tidak hanya terbatas pada beban merata saja seperti pada gambar, mungkin juga beban titik. q q L L (a) Balok Cantilever (b) Balok Di atas Dua tumpuan Gambar 2.1. Pembebanan Lentur Pendekatan yang dilakukan untuk pemecahan masalah ini digunakan teori balok menurut makanika klasik. Cara ini dikenal dengan pemecahan pendekatan karena persoalannya dideskripsikan secara pasti namun kemudian digunakan asumsi-asumsi. Pendekatan lain adalah penyelesaian menurut teori elastisitas yang dikenal dengan penyelesaian eksak, karena pada pendekatan ini persoalannya disederhanakan namun tidak dilakukan asumsi-asumsi. Untuk kepentingan praktis penyelesaian pendekatan cukup akurat apabila balok tersebut cukup panjang, L ≥ 10h, dengan h adalah tinggi balok. Untuk balok-balok yang pendek dan di sekitar titik tumpuan dan titik beban terpusat, penyelesaian eksak akan memberikan hasil yang lebih akurat. Hal ini sesuai dengan prinsip Saint Venant, yang pertama kali dikemukakan oleh seorang insinyur Perancis, Barre de Saint Venant, pada tahun 1855.
  • 8. Momen Lentur dan Distribusi Tegangan Normal Gambar 2.2(a) di bawah menunjukkan sebuah balok sebelum mendapatkan pembebanan. Gambar 2.2(b) setelah mengalami perubahan bentuk. Dari dua gambar tesebut terlihat bahwa panjang titik AB berubah menjadi panjang tititk A’B’, hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang AB mengalami perpendekan, sedangkan kalau kita lihat panjang titik CD berubah menjadi panjang titik C’D’ adalah mengalami perpanjangan. Kemudian panjang titik GN tidak mengalamai perubahan, yang berarti bahwa panjang titik GN tidak mengalami perpendekan maupun perpanjangan. Mxz Mxz Y A B Mxz G N gn. Z C D δx (a) Batang Sebelum Terbebani (c) Potongan (d) Distribusi Melintang Tegangan r δθ Mxz A’ B’ y L C’ D’ (b) Batang Setelah Terbebani Gambar 2.2. Pembebanan Lentur Dengan demikian dapat diketahui bahwa serat sepanjang bagian AB mengalami pembebanan tekan, sedangkan serat sepanjang bagian CD mengalami
  • 9. pembebanan tarik. Kemudian karena serat sepanjang titik berat penampang lintang yaitu GN tidak mengalami perubahan panjang, maka sering disebut dengan garis netral, yaitu suatu bagian yang tidak mengalami tegangan sama sekali, atau tegangannya sama dengan nol. Untuk elemen CD yang sangat pendek, maka dapat dipandang sebagai busur lingkaran sebesar θ radial dengan jari-jari r, sehingga: θ = atau GN = C' D' ⇒ C' D' =1 − y ⇒ C' D' −1 = y rr − y GN r GN r C' D'−GN = panjang setelah pembebanan − panjang semula = GN panjang semula y r Sehingga ε xx = y (2.1) r Dengan perkataan lain, besar regangan pada suatu serat berbanding lurus dengan jarak serat tersebut dari sumbu netral. Selanjutnya, menurut hukum Hooke, besarnya regangan satu dimensi adalah εxx = σxx = y E r Sehingga σxx =E y (2.2) r dengan: σxx = tegangan yang terjadi (N/mm 2 , MPa) E = modulus Young, modulus elastisit (N/mm 2 , MPa) y = jarak serat dari sumbu netral (mm) r = jari-jari lengkungan (mm) Karena untuk suatu bengkokan tertentu pada bahan tertentu, E dan r adalah konstan, maka jelaslah bahwa tegangan pada suatu serat tertentu merupakan fungsi linier jarak serat tersebut terhadap sumbu netral. Distribusi tegangan normal sepanjang sumbu y ditunjukkan pada Gambar 2.2(d).
  • 10. Sebagian penampang lintang balok diambil elemen sembarang dA yang berjarak y dari sumbu netral, Gambar 2.2(e). Besar elemen gaya yang bekerja pada luasan tersebut adalah dF = σxx .dA (2.3) Karena jaraknya terhadap sumbu netral, maka elemen gaya tersebut menimbulkan elemen momen terhadap sumbu netral sebesar d M b = y.dF = y.σx  y  .dA = y E dA  r  Sehingga M b = E ∫ y2 .dA r Karena ∫ y 2 .dA = I maka (2.4) (2.5) Mb = EI (2.6) r dengan: Mb = momen bengkok (N.mm) I = momen lembam linier atau inersia linier (mm 4 ) r = jari-jari bengkokan (mm) Dari persamaan (2.6) didapatr = EI , yang kemudian dimasukkan ke Mb persamaan (2.2) sehingga didapat σxx = M b.y (2.7) I 2.2. Momen Lentur dan Distribusi Tegangan Geser Suatu balok cantilever AB yang digambarkan sebagaimana gambar 2.3, maka jika diambil potongan kecil CD pada balok tersebut sepanjang dx, maka gaya normal yang bekerja pada elemen yang diarsir pada sisi kiri adalah
  • 11. Fn1 = ∫ σxx.dA = ∫ − Mb .y dA (2.8a) I Gambar 2.3. Elemen Balok yang Mengalami Lendutan Sedangkan gaya normal pada sisi kanan elemen untuk luasan dan posisi yang sama akan diperoleh Fn2 = ∫(σxx + d σxx).dA = ∫ σxx.dA = ∫ (Mb + d Mb).y dA (2.8b) I Sedangkan gaya geser pada bidang horisontal yang menyebabkan keseimbangan pada elemen-elemennya adalah Ft = −τ b dx (2.8c) Jumlah gaya yang bekerja pada arah mendatar sama dengan nol, sehingga ∑ Fh =0 → ∫ − Mb.y dA + ∫ (Mb + d Mb).y dA − τ.b.dx = 0 I I τ.b.dx = ∫ d Mb .y dA I τ = 1 ∫ d Mb .y.dA (2.9) I.b dx
  • 12. dMb (2.10) = Fv dx ∫ y.dA = Q (2.11) Dengan substitusi persamaan-persamaan (2.8) dan (2.9) pada persamaan (2.8) akan didapat besarnya tegangan geser pada serat C’D’ dalam paskal (Pa) τxy = Fv.Q (2.12) I.b dengan: Fv = Gaya geser (lintang) yang bekerja pada elemen yang ditinjau Q = Statis momen luas bidang yang tergeser, terhadap garis netral I = Momen Inersia penampang lintang b = Lebar bidang geser. Untuk penampang lintang berbentuk segi empat dengan tebal b (mm) dan tinggi h (mm) besar Q adalah b/2 h/2 b/2  h/2  b/2 1 h/2 2Q = ∫ y.dA = ∫ ∫ y(dy.dz) = ∫   ∫ y dz  ∫ y.dy dz =  2−b/2 y −b/2  y  −b/2 y11 1 h 2 − 4 y1 2 b/2 h 2 − 4 y1 2 b/2 h 2 − 4 y1 2  b b Q = ∫ dz = z =  +  8 −b/2 8 −b/2 8  2 2  Q = (h 2 − 4 y1 2 )b (2.13) 8 Dengan substitusi persamaan (2.12) pada persamaan (2.11) akan didapat besar tegangan geser dalam paskal (Pa) yang bekerja bidang C’D’D”C” yang berjarak y1 dari sumbu netral, adalah τxy = Fv.(h2 − 4y1 2 ) (2.14) 8.I dengan Fv = Gaya geser (lintang) yang bekerja pada elemen yang ditinjau h = tinggi
  • 13. penampang lintang balok y1 = jarak serat dari sumbu netral I = Momen Inersia penampang lintang Perhatikan persamaan tersebut di atas. Untuk suatu penampang lintang tertentu pada panjang balok, besarnya gaya-gaya vertikal yang bekerja padanya adalah konstan. Dengan demikian, distribusi tegangan geser pada serat tertentu pada penampang lintang sepanjang sumbu vertikalnya, sumbu y, merupakan fungsi parabolik jarak serat tersebut terhadap sumbu netral yang dinyatakan oleh y1 2 . Sedangkan besarnya tegangan geser maksimum terjadi pada harga y1 = 0 , yaitu τxy −max = Fv .h2 ⇒ τxy −max = 3 Fv (2.15a) 1 3 2 bh 8 .b.h   12  Sedangkan tegangan geser minimum terjadi bila y1 = h/2 , yaitu τxy−min =0 (2.15b) 4. ALAT PERCOBAAN • 1 set alat uji lendutan • Dialindicator 5. KESELAMATAN KERJA • Bekerjalah dengan hati – hati. • Jangan memegang poros ketika berputar. • Letakan peralatan di meja dengan baik. • Jangan menumpuk alat ukur. 6. LANGKAH KERJA • Chek kelurusan batang uji (AB) • Ukur penampang batang uji coba • Pasangkan batang uji coba pada ujungnya di penjepit
  • 14. • Letakkan benda di titik C • Ukurlah penurunan di titik C dan D • Pindah beban di titik D • Ukur seperti langkah (e) • Ganti benda uji dengan bahan yang berbeda 7. BAHAN DISKUSI • Adakah perbedaan hasil observasi dengan hasil grafis dan analitis • Apa penyebab perbedaan yang terjadi 8. ANALISIS DATA Hasil Data Observasi Bahan W (gram) L (mm) Yc (mm) YB (mm) YD (mm) Bahan 1 Beban di C 1000 300 0 -1 -0.5 2000 300 -1 -2.5 -1.5 3000 300 -1.5 -4 -2.5 Beban di B 1000 300 -0.5 -3.5 -2 2000 300 -2 -9 -5 3000 300 -3 -19.5 -9 Bahan 2 Beban di C 1000 300 -0.5 -4 -1.5 2000 300 -1.5 -6 -3 3000 300 -2 -8 -4.5 Beban di B 1000 300 -1.5 -7.5 -4.5 2000 300 -2.5 -13 -9 3000 300 -5.5 -19.5 -18.5 Hasil Data Perhitungan Analitis E = 205 GPa Bahan 1 : b = 18 mm h = 4,2 mm I = 1/12.b. = 1/12. 18. 4,23 = 111,132 mm4 = 0,111132 x 10-9 m4 EI = (0,111132 x 10-9 ) (205 x 109 ) = 22,78206 Bahan 2 : b = 14,9 mm
  • 15. h = 4 mm I = 1/12.b. = 1/12. 14,9. 43 =79,4667 mm4 = 0,0794667 x 10-9 EI = (0,0794667 x 10-9 ) (205 x 109 ) = 16,2906
  • 16. 9. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami melakukan praktik tentang Lendutan I. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya lendutan yang terjadi pada batang yang dijepit ujungnya. Batang yang diuji berjumlah 2 buah yaitu Bahan 1 dan bahan 2 dimana keduanya memiliki perbedaan pada luas penampangnya sehingga kita dapat membandingkan dan menganalisa hasil uji coba (nilai lendutan) dari bahan yang berbeda tersebut. Setelah melakukan uji coba, mengamati dan mencatat hasil besarnya lendutan, maka kita melakukan perhitungan secara teoritis. Adapun untuk menghitung lendutan kami menggunakan metode superposisi dengan rumus sebagai berikut: Beban di C Bahan W (gram) L (mm) Yc (mm) YB (mm) YD (mm) Bahan 1 Beban di C 1000 300 -0.37 -0.38 -0.92 2000 300 -0.74 -0.76 -1.84 3000 300 -1.10 -1.14 -2.76 Beban di B 1000 300 -0.12 -0.20 -0.46 2000 300 -0.23 -0.41 -0.91 3000 300 -0.35 -0.61 -1.37 Bahan 2 Beban di C 1000 300 -0.51 -0.53 -1.28 2000 300 -1.02 -1.06 -2.56 3000 300 -1.54 -1.60 -3.84 Beban di B 1000 300 -0.16 -0.29 -0.64 2000 300 -0.33 -0.57 -1.27 3000 300 -0.49 -0.86 -1.91
  • 17. Beban di B Dari data hasil observasi terlihat bahwa untuk bahan 1 mengalami lendutan lebih kecil dibanding bahan 2 pada Yc dan YD baik beban di titik C maupun di titik B. Namun bahan 1 mengalami lendutan lebih besar dibanding bahan 2 pada YB baik beban di titik C maupun di titik B. Dari data hasil perhitungan/analitis terlihat bahwa bahan 1 mengalami defleksi lebih besar dibanding bahan 2 pada YC , YB , dan YD baik beban di C maupun di titik B. Selanjutnya kita bandingkan antara hasil observasi dan hasil perhitungan. Antara hasil perhitungan dan hasil observasi terdapat selisih sebagai berikut: (Hasil Hitung-Hasil Obsevasi) Bahan P (gram) L (mm) Yc (mm) YB (mm) YD (mm) Bahan 1 Beban di C 1000 300 -0.37 -0.62 -0.42 2000 300 -0.26 -1.74 -0.34 3000 300 -0.40 -2.86 -0.26 Beban di B 1000 300 -0.38 -1.14 -1.54 2000 300 -1.77 -1.71 -4.09 3000 300 -2.65 -7.28 -7.63 Bahan 2 Beban di C 1000 300 0.01 -3.47 -0.22 2000 300 -0.48 -4.94 -0.44 3000 300 -0.46 -6.40 -0.66 Beban di B 1000 300 -1.34 -2.47 -1.27 2000 300 -2.17 -3.66 -1.43 YB = - ) YD = - ) YB = YD =- Yc =-
  • 18. 3000 300 -5.01 -5.85 -6.59 Dari tabel diatas didapat selisih yang cukup signifikan. Selisih ini dan ketidaksesuaian antara hasil perhitungan yang telah dibahas diatas tadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu 1. Ketidak telitian dalam pengukuran menggunakan dial indikator. 2. Batang tidak benar-benar lurus karena sering digunakan. 3. Batang tidak benar-benar rata. Terdapat benjolan ataupun kotoran yang melekat yang kasat mata. 4. Kemungkinan Modulus elastisitas batang yang dipakai saat praktikum tidak sama dengan modulus elastisitas yang digunakan dalam perhitungan. Ada selisih antar keduanya walaupun sedikit itu cukup mempengaruhi hasil. 5. Lendutan pada bagian ujung batang (YB) selisih antara hasil perhitungan dengan hasil observasi sangat besar. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang diberikan oleh dial indikator kepada ujung batang. Ujung batang sangat sensitif, terkena beban tekan dan getaran sedikit saja akan langsung berubah lendutannya. 10. KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktik lendutan 1 ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Lendutan dipengaruhi oleh besarnya beban, luas penampang-momen inersia, modulus elastisitas bahan, panjang batang dan jenis tumpuannya. 2. Semakin panjang suatu batang, maka semakin besar lendutan yang terjadi. 3. Semakin besar momen inersia penampang suatu batang, maka semakin kaku batang tersebut. 4. Semakin kaku suatu batang, maka semakin kecil lendutan yang terjadi. 5. Pada Struktur yang digunakan pada praktikum ini, lendutan maksimum berada pada ujung batang dimanapun pembebanannya. 11. SARAN Agar hasil praktikum lebih akurat maka kami memberikan saran sebagai berikut: 1. Gunakan alat ukur dan alat praktikum yang memenuhi standar. 2. Jangan bergurau pada saat melakukan praktikum. 3. Pastikan membaca nilai alat ukur dengan benar. 4. Jangan lupa cek kelurusan batang sebelum melakukan praktikum
  • 19. 5. Menggunakan batang yang halus permukaannya.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA • Shigley, Mechanical Engineering Design, 1980, McGrawHill • Titherington, D. dan J G Rimmer. 1984. Mekanika Terapan. Jakarta: Erlangga • http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/KekuatanBahan • E.P.Popov. 1996. Mekanika Teknik (Mechanics Of Materials). Jakarta: Erlangga • asat.staff.umy.ac.id/files/2010/02/bab-2-Lendutan.pdf • blog.uny.ac.id/pramudiyanto/files/2013/10/Defleksi-balok.pdf