MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
Kurikulum 2013 Sebuah Tinjauan Kritis-Forum Cendekia Pendidikan Indonesia-Michigan State University
1. Kurikulum 2013:
Sebuah Tinjauan Kritis
Iwan Syahril
Dipresentasikan di Forum Cendekia Pendidikan Indonesia
East Lansing, Sabtu, 6 April 2013.
Michigan State University
Saturday, April 6, 13 1
3. Kurikulum 2013:
Apa, Mengapa, Bagaimana?
• Zaman berubah, kurikulum
berubah pula.Yang dibutuhkan
kreatifitas, penguatan penalaran,
bukan hafalan. (bagaimana
kurikulum yang lalu - KTSP, KBK,
CBSA?).
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
•
wawancara-mendikbud-kurikulum-2013-3
Prestasi siswa Indonesia
terkebelakang - TIMSS (Third
International Math and Science
Study) dan PISA (Program for
International Student Assessment).
Saturday, April 6, 13 3
4. Source: Jalal, F., Samani, M., Chang, M. C., Stevenson, R., Ragatz, A. B., & Negara, S. D. (2009). Teacher certification in
Indonesia: A strategy for teacher quality improvement. Jakarta, Indonesia: Ministry of National Education of Indonesia and
The World Bank.
Saturday, April 6, 13 4
5. Kurikulum 2013:
Apa, Mengapa, Bagaimana?
• Kurikulum = Standar
kompetensi kelulusan,
standar isi, standar proses,
standar kelulusan (SNP, PP
19/2005).
• Kurikulum = pengetahuan, Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
wawancara-mendikbud-kurikulum-2013-3
keterampilan, & karakter.
• Harus ada unsur produktif,
inovatif, kreatif, afektif.
Saturday, April 6, 13 5
6. Kurikulum 2013: Apa,
Pendekatan Pengajaran: Mengapa, Bagaimana?
Authentic & Experiential
Learning
• “Bagaimana caranya membangun
kreativitas? Tentu ada berbagai
pendekatan yang bisa membangun
kreativitas itu. Caranya, mulai kecil siswa
kita biasakan untuk memanfaatkan
inderawinya. Ajak mereka mengamati. Jadi,
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
bukan main di wilayah kosong. tapi perlu wawancara-mendikbud-kurikulum-2013-3
masuk ke wilayah riil sehingga setiap
kejadian terekam. Misalnya, apa yang ada
di bulan sana? Kita ajak anak-anak
melihat melalui teropong. Contoh lainnya
sel. Kita bisa pakai mikroskop. Baru
mereka bisa mengerti apa itu sel.”
Saturday, April 6, 13 6
7. Kurikulum 2013: Apa,
Mengapa, Bagaimana?
Pendekatan Pengajaran:
Inquiry-based Learning
• “Mengamati saja belum cukup. Anak
harus dikembangkan kemampuan
untuk bertanya. Karena dari bertanya
itulah muncul rasa penasaran
intelektual. Itu saja belum cukup. Siswa
perlu kita ajari untuk berkemampuan
mempresentasikan, Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
wawancara-mendikbud-kurikulum-2013-3
mengkomunikasikan sesuatu, baik
tertulis ataupun lisan. Oleh karena itu
kita ajari bagaimana memformulasikan
persoalan. Oleh karena itu, struktur
mata pelajarannya pun juga berubah.”
Saturday, April 6, 13 7
8. Integrated Learning Kurikulum 2013: Apa,
• “Struktur mata pelajarannya kita tata Mengapa, Bagaimana?
lagi. Pendekatannya pun kita ubah. Objek
pembelajarannya kita tentukan. Pasti
tentang fenomena alam, fenomena
sosial, fenomena budaya. Pendekatannya
perlu diubah terutama untuk anak-anak
SD. Anak SD belum bisa berpikir
spesialis.Tidak usah anak SD, S1 saja
masih belum spesialis. Doktor baru bisa
tajam. Maka, anak-anak SD itu kita
bangun kekuatan fondasi generiknya. Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
Maka, pendekatan yang kita lakukan di wawancara-mendikbud-kurikulum-2013-3
pelajaran SD adalah tematik integratif.
Kita menggunakan tema yang
berintegrasi dengan berbagai macam.
Misalkan tema hari ini tentang sungai,
besok ganti jadi energi atau laut, gunung,
apa saja. Di situ ada pelajaran tentang
PPKN, matematika, kita integrasikan.”
Saturday, April 6, 13 8
9. Kurikulum 2013: Apa,
Buku Pelajaran Mengapa, Bagaimana?
• “...anak sekolah SD nanti tidak membawa
buku matematika atau buku bahasa
Indonesia. Mereka akan membawa buku
dengan tema-tema tertentu. Hari ini
misalnya tentang lingkungan. Jadi
pelajarannya tentang lingkungan. Jadi,
berhari-hari bawa buku tentang itu saja.
Di buku itu ada matematikanya, ada
bahasa Indonesianya, ada pelajaran IPA-
nya. Itu menarik buat siswa. Belajar jadi Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
hidup. Jadi, mata pelajaran di SD nanti wawancara-mendikbud-kurikulum-2013-3
apa saja? Agama, PPKN, bahasa
Indonesia, matematika, seni dan budaya,
olahraga dan pendidikan kesehatan. Itu
mata pelajarannya.Tetapi meskipun ada
nama-nama mata pelajaran itu,
pendekatannya tidak belajar sendiri-
sendiri. Diintegrasikan.”
Saturday, April 6, 13 9
10. Kurikulum 2013: Apa,
Mengapa, Bagaimana?
Proses Belajar di Kelas
• Biasa saja. Secara teknis biasa.
Guru menjelaskan.Tapi, selalu
pendekatannya adalah observasi
sehingga tidak harus di dalam
kelas. Anak-anak bisa diajak keluar Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/
kelas. wawancara-mendikbud-kurikulum-2013-3
Saturday, April 6, 13 10
11. Penting & Genting!
The demographic dividend is a window of
Argumen Bonus opportunity in the development of a society or
demografi nation that opens up as fertility rates decline when
faster rates of economic growth and human
development are possible when combined with
effective policies and markets....With fewer
younger dependents, due to declining fertility and
child mortality rates, and fewer older dependents,
due to the older generations having shorter life
expectancies, and the largest segment of the
population of productive working age, the
dependency ratio declines dramatically leading to
the demographic dividend. Combined with effective
public policies this time period of the demographic
dividend can help facilitate more rapid economic
growth and puts less strain on families.
Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Demographic_dividend
Saturday, April 6, 13 11
12. Penting & Genting!
Argumen Bonus demografi
“Indonesia faces a demographic dividend that started in 2010 and will last
until 2050.The demographic dividend is expected to peak in 2025.This will
create a window of opportunity for Indonesia to reach a higher potential
economic growth and welfare status, since the proportion of the population
at a productive age exceeds that of a non-productive age.” ( Razali Ritonga
is the director of population and labour force statistics at Indonesia’s
Central Statistics Agency)
Source: How to reap Indonesia's demographic dividend - Columnist - New Straits Times http://www.nst.com.my/opinion/columnist/how-to-reap-indonesia-s-
demographic-dividend-1.151685#ixzz2Ph3uZS9X
Saturday, April 6, 13 12
13. Penting & Genting!
Argumen Bonus demografi
“Based on data from the Coordinating Ministry for the Economy, the nation will have its
lowest ‘dependency ratio’ by 2025. By that year, it is predicted that for every 100
working people, there will be 32 unemployed people depending on them.That would be
a massive improvement over Indonesia’s dependency ratio in the 1970s, when there
were 100 working people feeding 72 unemployed people. According to those
projections, the demographic dividend will pay off partly by virtue of the fact that in 14
years’ time, 70 percent of Indonesia’s population will be between 15 and 64 years old,
their most productive years.”
Source: http://www.thejakartaglobe.com/editorials/editorial-seize-the-demographic-dividend-invest-in-hr/465479
Saturday, April 6, 13 13
14. Kritik 1: Rekam Jejak Kurikulum
terhadap Peningkatan Kualitas?
Bagaimana dampak kurikulum-kurikulum sebelumnya?
Apa yang sudah baik, apa yang belum?
Saturday, April 6, 13 14
15. Hasil Studi Terkini
tentang Performa Sistem
Pendidikan Global
It is NOT about the curriculum!
“When you look at both [Korea and Finland], you find nothing in common at first,” says
Professor Schleicher, “but then find they are very similar in outlook.” One element of this is
the importance assigned to teaching and the efforts put into teacher recruitment and
training. As discussed above, the practices of the two countries differ markedly, but the
status which teaching achieves and the resultant high quality of instruction are similar.
Professor Schleicher adds that both systems also have a high level of ambition for students
and a strong sense of accountability, but again these are “articulated differently. In South
Korea, accountability is exam driven; in Finland, it is peer accountability, but the impact is
very similar.”
Finally, there are cultural parallels.The two societies are highly supportive of both the school
system itself and of education in general. Of course, other countries are also highly
supportive of education, but what may set Finland and South Korea apart is that in both,
ideas about education have also been shaped by a significant underlying moral purpose.
Source: http://thelearningcurve.pearson.com/the-report/towards-an-index-of-education-outputs
Saturday, April 6, 13 15
16. Kritik 2: Isi kurikulum (1).
Kerancuan Disiplin Ilmu?
• Pencampuradukkan kompetensi disiplin ilmu dan kompetensi
karakter.
• Dalam setiap mata pelajaran nilai-nilai moral dan karakter dapat
diterapkan, namun seharusnya tidak menjadi bagian dari kompetensi
disiplin ilmu yang bersangkutan. Kompetensi disiplin ilmu dijelaskan
sesuai dengan landasan filosofis dan tradisi keilmuan disiplin yang
bersangkutan, tidak asal–asalan menambahkan kompetensi saja.
• Seharusnya kementerian pendidikan dan kebudayaan mempelajari
dengan benar bagaimana pendidikan moral dan karakter dilakukan
di negara-negara yang sudah berhasil melakukannya. Apa
mereka melakukannya seperti yang dirancang di
kurikulum 2013?
Saturday, April 6, 13 16
17. What Works in Tips for practitioners to make
Character Education: character education more
Research-based effective!
Evidence
• Ongoing teacher professional
development.
• Peer interaction learning strategies.
• Direct teaching (Explicit).
• Social-emotional skill training.
• Make the agenda explicit.
• Parent and community involvement.
• Peer and adult role models.
• Integration into the academic
curriculum.
• Multi-strategy approach.
Saturday, April 6, 13 17
18. How to integrate character
education with existing
curriculum?
Slideshare Slides
Link: http://www.slideshare.net/
esteinkamp/character-education-
in-the-core-curriculum
Saturday, April 6, 13 18
19. Asumsi Pendidikan Karakter -
Penambahan Kuantitas akan Membawa
Peningkatan Kualitas?
• Berkaca dari pengalaman sebelumnya ini sebuah asumsi yang
problematik.
• Di kurikulum 1975, 1984, 1994, ada banyak mapel moral dan
karakter seperti: Pendidikan Agama (baru muncul di tahun
1973 karena alasan politik - persepsi bahaya komunis!),
Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa, Ilmu Pengetahuan Sosial, Penataran Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) setiap tahun
(ditambah program2 BP7 - Badan Pembinaan Pendidikan
Pelaksanaan P4).
• Jika Agama dan PMP merah, tidak naik kelas.
Saturday, April 6, 13 19
20. Asumsi Pendidikan Karakter -
Penambahan Kuantitas akan Membawa
Peningkatan Kualitas?
• Jika asumsi tsb benar, maka rentetan dan tuntutan semua
mata pelajaran ini: 1) Pendidikan Agama, 2) Pendidikan Moral
Pancasila (PMP), 3) Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB), 4) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), 5) Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), telah
menghasilkan generasi yang jujur, anti korupsi, dan penuh
integritas saat ini. Kenyataannya tidak demikian. Kenapa?
• “Kebodohan adalah mengulangi kegagalan yang sama dan
mengharapkan hasil yang berbeda!”
Saturday, April 6, 13 20
21. Kritik 2: Isi kurikulum (2).
Peleburan IPA & IPS?
• Kenapa IPA dan IPS?
• Jika 10 mapel, masing-masing 5 kompetensi,
sekarang 5 mapel dengan 10 kompetensi,
apa yang berubah? “Jadi, mata pelajaran di SD
• Pembelajaran integratif jauh lebih kompleks. nanti apa saja? Agama, PPKN,
bahasa Indonesia, matematika,
Interdisipliner. Koneksi bukan hanya di dalam seni dan budaya, olahraga dan
ilmu ybs tetapi juga antar ilmu. pendidikan kesehatan. Itu mata
pelajarannya.Tetapi meskipun
• Dibutuhkan kemampuan berpikir tingkat ada nama-nama mata
tinggi dalam: memahami kompleksitas pelajaran itu, pendekatannya
konsep, menyusunnya ke dalam tidak belajar sendiri-sendiri.
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan Diintegrasikan.”
menyenangkan.Yang sederhana saja (mapel Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-
mendikbud-kurikulum-2013-3
terpisah) masih sulit, apalagi yang kompleks!
Saturday, April 6, 13 21
22. Kritik 2: Isi kurikulum (3).
Kompetensi, Isi, Proses, Evaluasi?
Kurikulum = Standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses,
standar kelulusan (SNP, PP 19/2005).
Kurikulum = pengetahuan,
keterampilan, & karakter.
Harus ada unsur produktif, inovatif,
kreatif, afektif.
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-
mendikbud-kurikulum-2013-3
Saturday, April 6, 13 22
23. Kritik 2: Isi kurikulum (3).
Kompetensi, Isi, Proses, Evaluasi?
Kurikulum = Standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses,
standar kelulusan (SNP, PP 19/2005).
Kurikulum = pengetahuan,
keterampilan, & karakter.
Harus ada unsur produktif, inovatif,
kreatif, afektif.
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-
mendikbud-kurikulum-2013-3
Saturday, April 6, 13 23
24. Kritik 2: Isi kurikulum (3).
Kompetensi, Isi, Proses, Evaluasi?
Kurikulum = Standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses,
standar kelulusan (SNP, PP 19/2005).
Kurikulum = pengetahuan,
keterampilan, & karakter.
Harus ada unsur produktif, inovatif,
kreatif, afektif.
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-
mendikbud-kurikulum-2013-3
Saturday, April 6, 13 24
25. Kritik 2: Isi kurikulum (3).
Kompetensi, Isi, Proses, Evaluasi?
Kurikulum = Standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses,
standar kelulusan (SNP, PP 19/2005).
Kurikulum = pengetahuan,
keterampilan, & karakter.
Harus ada unsur produktif, inovatif,
kreatif, afektif.
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-
mendikbud-kurikulum-2013-3
Saturday, April 6, 13 25
26. Kritik 2: Isi kurikulum (3).
Kompetensi, Isi, Proses, Evaluasi?
Kurikulum = Standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses,
standar kelulusan (SNP, PP 19/2005).
Kurikulum = pengetahuan,
keterampilan, & karakter.
Harus ada unsur produktif, inovatif,
kreatif, afektif.
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-
mendikbud-kurikulum-2013-3
Saturday, April 6, 13 26
27. Kritik 2: Isi kurikulum (3).
Kompetensi, Isi, Proses, Evaluasi?
Kurikulum = Standar kompetensi
kelulusan, standar isi, standar proses,
standar kelulusan (SNP, PP 19/2005).
Kurikulum = pengetahuan,
keterampilan, & karakter.
Harus ada unsur produktif, inovatif,
kreatif, afektif.
Source: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-
mendikbud-kurikulum-2013-3
Saturday, April 6, 13 27
28. Kritik 3: Reformasi Guru.
Sebuah langkah mundur?
• “Kurikulum 2013 meringankan beban guru karena
guru tidak perlu membuat silabus.” ~Prof. Musliar
Kasim, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
• Sebuah langkah mundur dalam reformasi pendidikan yang
bertentangan dengan reformasi peningkatan kualitas guru yang
sedang dilakukan.
• Guru harusnya terus diberdayakan dan dilatih untuk mampu
berpikir, berinovasi dan berkreatifitas dalam mengajar.
• Argumen guru menjadi lebih baik dengan menggunakan silabus
yang siap pakai menunjukkan asumsi bahwa guru tidak mampu
dan tidak dipercaya sebagai seorang profesional.
• Jika memang masih banyak terjadi guru tidak dapat menyusun
silabus, yang perlu dilakukan justru meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelatihan dan pendidikan guru.
Saturday, April 6, 13 28
29. Kritik 4: Keadilan Sosial.
Sekolah Marginal Semakin Tertinggal?
• Sekolah yang berakreditasi bagus akan didahulukan karena mereka
lebih siap. Sebuah langkah yang sebenarnya logis. Sayangnya,
langkah ini akan semakin memurukkan sekolah-sekolah yang sudah
tertinggal.
• Jika benar kurikulum 2013 ini bagus, maka sekolah yang sudah maju
akan semakin maju karena mereka didahulukan dalam
menerapkan kurikulum ini, dan sekolah yang tertinggal akan
semakin tertinggal karena mereka tidak menjadi prioritas.
• Ini mirip dengan logika pemilihan sekolah-sekolah RSBI dimana
sekolah-sekolah yang sebenarnya sudah unggul terpilih menjadi
sekolah RSBI. Sekolah-sekolah ini kemudian mendapat dana RSBI
dan boleh menggalang dana tambahan dari orang tua disamping
dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), sementara sekolah-
sekolah non RSBI hanya boleh mengandalkan dana BOS, tak boleh
ada pungutan.
• Praktik seperti ini tidak sesuai dengan prinsip
keadilan sosial.
Saturday, April 6, 13 29
30. Kritik 5: Kurikulum, Perekonomian
dan Bonus Demografi?
• Amerika sebagai negara dengan kekuatan
perekonomian terbesar selama beberapa dekade
terakhir.
• Kurikulum di Amerika untuk satu tingkatan
pendidikan ada puluhan ribu; beragam, terkesan
berserakan (sistem desentralisasi, otonomi lokal/
distrik).
• Jika asumsi bonus demografi dan perekonomian
benar, apakah keberantakan kurikulum di AS sebuah
paradoks?
Saturday, April 6, 13 30
31. Profesor Yong Zhao: Ada kesamaan nilai di sistem pendidikan
AS yang sangat beragam bentuknya itu...secara historis sistem
pendidikan di AS secara umum menekankan pada:
pentingnya penghargaan terhadap minat dan
bakat individu, passion, rasa ingin tahu dan
percaya diri, serta keberanian mengambil resiko.
Inilah yang mendorong kemudian menciptakan lahirnya
kreatifitas, inovasi dan kemampuan kewirausahaan
(enterpreneurship) – modal utama dalam memenangkan
persaingan global.
Saturday, April 6, 13 31
32. Kritik 6: Tergesa-gesa dan
Penuh Tanda Tanya!
Beberapa indikator...
• Tidak adanya dokumen final resmi kurikulum pada
saat sosialisasi mulai dilakukan.
• Anggaran kurikulum yang berubah-ubah.
• Asumsi satuan buku dari 42 ribu per buku
kemudian menjadi 8 ribu per buku sesudah
mendapat kritik.
• Pelatihan guru masal dalam waktu singkat hanya
beberapa bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai.
Saturday, April 6, 13 32
33. Agenda reformasi pendidikan lainnya
yang lebih penting dan genting
daripada perubahan kurikulum
• Peningkatan kualitas rekrutmen, pendidikan, dan
pelatihan guru.
• Perbaikan sarana dan prasarana sekolah
terutama sekolah non unggulan yang termaginalkan
oleh proyek RSBI.
• Pembentukan budaya profesional yang penuh
integritas di seluruh jajaran birokrasi dan praktisi
pendidikan nasional.
Saturday, April 6, 13 33
34. Siapa yang sebenarnya diuntungkan dengan
kurikulum 2013 ini? Guru, siswa, orang tua,
penguasa, pendidikan Indonesia, masa
depan bangsa, atau hanya pihak-pihak yang
mendapat kucuran dana dari “proyek” (?)
kurikulum ini?
Saturday, April 6, 13 34
35. Kurikulum 2013:
Sebuah Tinjauan Kritis
Forum Cendekia Pendidikan Indonesia
Sabtu, 6 April 2013
Michigan State University
Saturday, April 6, 13 35