Tabel penghitung keseimbangan energi panas permukaan tanah, berdasarkan panas...
DANAU EUTROFIKASI
1. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
1
Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua
Environment, Research and Development Agency
Samosir Regency Government of North Sumatera Province
Eutrofikasi
Danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi
dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik. Eutrofikasi merupakan
proses pengayaan unsur hara atau produktivitas perairan karena pasokan
bahan organik yang berasal dari aktivitas manusia maupun secara alami, yang
ditandai dengan tingginya konsentrasi total-P, total-N dan klorofil-a, sehingga
memacu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari tumbuhan air [5]. Eutrofikasi
pada perairan menggenang seperti danau akan menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas air, ”blooming” alga atau fitoplankton dan enceng gondok.
Kondisi eutrofikasi dapat dilihat secara visual yaitu permukaan perairan danau
yang sebagian besar tertutup oleh tanaman air enceng gondok (Eichornia
crassipes (Mart.) Solms).
Penurunan Kualitas Air
Penurunan kualitas air karena eutrofikasi akan menurunkan fungsi perairan
dan mengganggu ekosistem yang ada didalamnya. Aktivitas manusia
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan bahan
organik. Bahan organik akan terdekomposisi dan meningkatkan unsur fosfor
dan nitrogen di perairan [6]. Unsur fosfor dan nitrogen yang masuk ke perairan
danau akibat dari aktivitas manusia diantaranya berasal dari kegiatan industri
yang berasal dari limbah sisa hasil produksi, rumah tangga yang berasal dari
detergen, pertanian yang berasal dari pupuk, dan budidaya perikanan karamba
yang berasal dari sisa ekskresi dan sisa pakan.
Kegiatan budidaya perikanan menggunakan karamba adalah aktivitas manusia
yang paling banyak dilakukan di Danau. Budidaya ikan menggunakan karamba
diduga menyebabkan masuknya bahan organik terutama unsur fosfor yang
cukup besar ke badan perairan, sehingga semakin banyak jumlah karamba
yang aktif beroperasi, maka jumlah bahan organik yang masuk juga akan
semakin banyak.
2. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
2
Tingginya konsentrasi total fosfor (total-P) mengindikasikan bahwa bahan
organik yang masuk ke perairan juga tinggi. Fosfor yang ada di perairan danau
menjadi elemen utama dalam penetapan status kualitas air danau karena
keberadaannya pada air danau sangat sedikit, sehingga sedikit penambahan
fosfor ke perairan danau akan langsung menyebabkan terjadinya penyuburan
tanaman perairan dan penurunan kualitas air [7]. Fosfor merupakan unsur
penentu pertumbuhan bagi fitoplankton dan organisme lain di dalam perairan.
Hal itu terjadi karena pada kondisi kandungan fosfor yang rendah, maka
fitoplankton tidak dapat memanfaatkan nitrogen dengan baik sehingga
pertumbuhan dan kemelimpahannya akan menurun [8]. Menurut [9],
permasalahan fosfor di danau dianggap lebih penting dibandingkan dengan
nitrogen karena nitrogen utamanya terikat dalam bentuk bahan organik
sedimental, sehingga nitrogen merupakan zat yang pertama harus terurai,
sedangkan fosfor terikat dan terakumulasi dalam bentuk anorganik.
Kandungan fosfor di perairan akan mempengaruhi kelimpahan fitoplankton.
Alga atau fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu parameter ekologi
yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan dan juga merupakan
komponen biotik penting dalam metabolisme badan air, karena merupakan
mata rantai primer di dalam rantai makanan ekosistem perairan. Perubahan
ukuran, jenis dan jumlah populasi plankton di perairan dapat menggambarkan
keadaan struktur komunitas perairan. [10]. Populasi fitoplankton yang terlalu
besar menunjukkan perairan yang mengalami eutrofikasi. Eutrofikasi yang
terjadi di danau akan mempengaruhi tingkat produktivitas perikanan
budidayanya.
Pembatasan fosfor dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah karamba
yang telah melewati ambang batas serta manajemen pemberian pakan ikan
yang baik dan tepat [11]. Pengelolaan budidaya perikanan menggunakan
karamba yang baik dan tepat akan meningkatkan produktivitas perikanan itu
sendiri. Oleh karena itu, kegiatan atau produksi budidaya perikanan di perairan
danau harus ditentukan berdasarkan daya tampung beban pencemaran
fosfornya. Daya tampung beban pencemaran fosfor danau adalah kemampuan
air danau untuk menerima masukan beban pencemaran fosfor tanpa
mengakibatkan air danau menjadi cemar berdasarkan karakteristik dan kondisi
lingkungan disekitarnya yaitu morfologi dan hidrologi danau meliputi luas,
3. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
3
volume, kedalaman dan debit air; kualitas dan status trofik; syarat baku mutu
air dan alokasi beban pencemaran dari berbagai sumber dan jenis air [12].
Daya tampung beban pencemaran fosfor Danau perlu ditetapkan sebagai
pengendalian pencemaran fosfor di perairan terhadap kegiatan perikanan
menggunakan karamba.
Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis kapasitas daya tampung beban
pencemaran fosfor untuk budidaya perikanan serta menentukan jumlah
karamba ideal berdasarkan daya tampung beban pencemaran fosfor untuk
budidaya perikanan Danau.
Ketentuan Penetapan Luasan Maksimum Keramba
Bahwa ketentuan penetapan luasan maksimum karamba di danau atau waduk
akan terus menurun setiap tahunnya seiring dengan proses pertambahan
unsur hara perairan terutama unsur fosfor yang mengakibatkan eutrofikasi.
Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi masuknya beban pencemar
fosfor ke perairan adalah dengan pembatasan jumlah produksi perikanan per
unit karamba, serta pemberian pakan yang seefisien mungkin karena tanpa
pemberian pakan buatan (pellet) yang berlebihan, ikan masih mendapatkan
pakan alami yaitu plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, karena
ketersediaannya sangat melimpah di perairan Rawapening. Hal tersebut juga
didasarkan pada jenis ikan yang dibudidayakan pada karamba-karamba di
Danau yang umumnya memelihara ikan nila. Ikan nila merupakan jenis ikan
herbivora yang juga dapat memakan fitoplankton serta daun tanaman air yang
tipis.
Masuknya jumlah beban pencemar fosfor yang berlebih ke badan perairan
akan mengakibatkan perairan mengalami kesuburan atau eutrofikasi, hal ini
sudah terbukti dari penilaian kriteria perairan berdasarkan nilai total-P Danau
yaitu perairan tersebut sudah memasuki kriteria eutrofik menuju hipereutrofik.
Derajad Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen
dalam perairan Derajad keasaman menunjukkan suasana air tersebut apakah
masih asam ataukah basa. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa
besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai
pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam,
4. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
4
sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003).
Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air,
sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan
keasaman suatu perairan. Sejalan dengan pernyataan tersebut Mahida (1993)
menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat
mempengaruhi nilai pH perairan.
Derajad keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh-
tumbuhan dan hewan air, sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk
untuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup
biota air.
Perairan yang baik untuk budidaya ikan adalah perairan dengan derajat
keasaman 6 - 8,7 (Suhaili Asmawi, 1984). PP. No. 82 tahun 2001
mensyaratkan kualitas air kelas II dan III berkisar antara 6-9.
Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan alami dengan kadar
bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan
atmosir. Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme di perairan,
oksigen juga diperlukan dalam proses dekomposisi senyawa-senyawa organik
menjadi senyawa anorganik. Sumber oksigen terlarut terutama berasal dari
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer. Difusi oksigen ke dalam air terjadi
secara langsung pada kondisi stagnant (diam) atau karena agitasi (pergolakan
massa air) akibat adanya gelombang atau angin (Marganof, 2007). Kandungan
oksigen terlarut menunjukkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air.
Adanya oksigen yang terlarut dalam air secara mutlak terutama dalam air
permukaan. Dalam hubungannya dengan pencemaran limbah pakan ikan
dalam KJA dan limbah domestic, pengukuran oksigen terlarut merupakan
dasar pengukuran BOD.
Berdasarkan PP 82 tahun 2001, golongan kelas II sebagai air baku air minum
minimum 4 mg/L dan kelas III minimum 3 mg/L.
Biological Oxygen Demand
BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan salah satu indikator pencemaran
organik pada suatu perairan. Bahan organik akan distabilkan secara biologis
5. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
5
dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik atau anaerobik,
maka jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam perairan tersebut
dinamakan dengan BOD (Wardhana, 2001).
Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di
perairan sampai pada tingkat terendah bahkan anaerob, sehingga dalam hal ini
baketri yang bersifat anaerob akan menggantikan peran dari bakteri yang
bersifat aerobik dalam mengoksidasi bahan organik dengan cara oksidasi
anaerobik. Perairan dengan nilai BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa bahan
pencemar yang ada dalam perairan tersebut juga tinggi, yang menunjukkan
semakin besarnya bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah
oksigen di perairan.
PP 82 tahun 2001 mensyaratkan BOD maksimal 3 mg/L air kelas II dan 6 mg/L
pada air kelas III.
Chemycal Oxygen Demand (COD)
Nilai COD menunjukkan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh oksidator
kalium dikromat untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terkandung dalam air
limbah menjadi karbondioksida dan uap air. Nilai COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat tidak dapat
dioksidasi melalui proses mikrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut dalam air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi
CO2 dan H2O. Kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi,
sehingga manghasilkan nilai COD yang lebih tinggi dari BOD air yang sama
(Sastrawijaya, 2000).
Berdasarkan baku mutu air kelas II < 25 mg/ dan kelas III untuk <50 mg/L. Jadi
air perairan yang telah mengalami pencemaran oleh bahan organik sulit terurai
oleh mikroorganisme.
N-NO3, N-NO2, N-NH3
Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen yang larut dalam air. Pencemaran
dari pemupukan, kotoran hewan dan manusia merupakan penyebab tingginya
kadar nitrat. Kandungan Nitrogen sebagai nitrat menurut PP 82 tahun 2001
Baku mutu air kelas dua dan tiga maksimum 10mg/L.
6. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
6
Terjadi tren peningkatan kandungan nitrat, yang disebabkan terjadinya
penumpukan limbah pakan ikan pada budiaya ikan dengan system karamba
jaring apung dan masuknya limbah domestic melalui DAS dan kegiatan
penduduk sekitar.
Amoniak
Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang berubah menjadi ion NH4 pada
pH rendah. Amoniak berasal dari limbah domestic dan limbah pakan ikan.
Ammonia di perairan waduk dapat berasal dari nitrogen organik dan nitrogen
anorganik yang terdapat dalam tanah dan air berasal dari dekomposisi bahan
organik oleh mikroba dan jamur. Selain itu, ammoniak juga berasal dari
denitriikasi pada dekomposisi limbah oleh mikroba pada kondisi anaerob
(Sastrawijaya, 2000). Ammonia juga dapat berasal dari limbah domestik dan
limbah industri (Marganof, 2007).
Baku mutu air kelas satu mensyaratkan kandungan nitrogen sebagai amoniak
maksimum 0,5 mg/L, sedangkan kelas dua sampai empat tidak dipersyaratkan.
Terjadi tren meningkat pada kandungan nitrogen sebagai amoniak pada
perairan, terutama pada zona KJA dan air waduk disekitar lokasi peternakan.
Nitrit
Nitrit merupakan senyawa nitrogen beracun yang biasanya ditemukan dalam
jumlah yang sangat sedikit (Marganof, 2007). Baku mutu air kelas dua dan tiga
mensyaratkan maksimal kandungan nitrit adalah 0,06 mg/L.
Tingginya kandungan nitrit di perairan diduga berasal dari masukan limbah
rumah tangga, pertanian dan limbah KJA.
P-PO4
Di perairan, fosfor tidak ditemukan dalam keadaan bebas melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan
senyawa organik berupa partikulat. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur yang esensial bagi
tumbuhan, sehingga menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi
produktivitas perairan. Fosfat yang terdapat di perairan bersumber dari air
buangan penduduk (limbah rumah tangga) berupa deterjen, residu hasil
7. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
7
pertanian (pupuk), limbah industri, hancuran bahan organik dan mineral fosfat.
Umumnya kandungan fosfat dalam perairan alami sangat kecil dan tidak
pernah melampaui 0,1 mg/l, kecuali bila ada penambahan dari luar oleh faktor
antropogenik seperti dari sisa pakan ikan dan limbah pertanian (Marganof,
2007).
Terjadi akumulasi pospat pada perairan yang berasal dari aliran air limbah
kegiatan eksogenous di luar perairan seperti pertanian, peternakan, restoran,
perhotelan, juga bersal dari kegiatan indogenous yaitu budidaya ikan dalam
jaring apung yang berasal dari pengguakan pakan ikan.
Parameter Biologi
Parameter mikrobiologi yang diukur untuk mengetahui kualitas perairan adalah
Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai
indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam
perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan
hewan.
Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari
segi kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi
yang berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform
melalui air, terutama penyakit perut seperti tipus, kolera dan disentri
(Suriawiria, 1993).
Baku mutu air kelas satu mensyaratkan keberadaan Fecal coliform tidak boleh
melebihi 100 sel/100ml, sedang untuk air kelas dua tidak boleh lebih dari 1000
sel/100ml, dan untuk air kelas tiga tidak boleh melebihi 2000 sel/100ml. Total
Coliform dalam baku mutu air kelas satu tidak boleh melebihi 1000 sel/100ml,
air kelas dua tidak boleh melebihi 5000 sel/100ml dan air kelas tiga tidak boleh
melebihi 10.000 sel/100ml.
Pola Pemberitan Pakan Ikan
Pola pemberian pakan yang dilakukan selama puluhan tahun ini sedikit banyak
dapat merubah kualitas air. Menurut Marganof (2007), rata-rata jumlah pakan
yang diberikan untuk ikan nila merah dan karper untuk satu unit KJA adalah 50
kg/hari. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk 1 unit KJA selama satu periode
pemeliharaan adalah 4,500 ton. Adapun lama waktu untuk satu periode
8. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
8
pemeliharaan (saat mulai menebar sampai panen) dibutuhkan waktu tiga
bulan.
Petani KJA menggunakan pakan (pellet) dengan kandungan protein 18%.
Untuk menentukan kandungan nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam pakan,
dilakukan dengan perkalian antara jumlah pakan (JP) yang diberikan dengan
konstanta pakan (N = 4,86% dan P = 0,26%) (Nastiti et al., 2001 dalam
Marganof, 2007). Dari pakan yang diberikan tersebut hanya 70% yang dimakan
oleh ikan, dan sisanya sebanyak 30% akan lepas ke badan perairan waduk
sebagai bahan pencemar atau limbah (Rachmansyah, 2004; Syandri, 2006
dalam Marganof, 2007). Sementara itu,15–30% dari nitrogen (N) dan fosfor (P)
dalam pakan akan diretensikan dalam daging ikan dan selebihnya terbuang ke
badan perairan danau (Beveridge, 1987; Avnimelech, 2000 dalam Marganof,
2007)).
Beban Limbah
Beban limbah yang masuk ke badan perairan tersebut, menurut Midlen dan
Redding (2000) dalam Marganof (2007) yang berada dalam keadaan terlarut
adalah 10% fosfor (P) atau sebesar 4.384,879 ton dan 65% nitrogen (N) atau
sebesar 532.762,8 ton, yang berada dalam bentuk partikel adalah 65% fosfor
(P) 28.501,71 ton dan 10 % nitrogen (N) atau sebesar 81.963,51 ton. Sisa
pakan dalam bentuk partikel ini akan mengendap menjadi sedimen di dasar
perairan.
Estimasi Potensi Produksi Ikan
Estimasi potensi produksi ikan sangat penting untuk optimasi pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya ikan di suatu badan air agar tetap lestari (Bramick,
2002). Potensi produksi ikan dapat diduga dari nilai produktivitas primer
perairan dan telah digunakan untuk pendugaan potensi perikanan tangkap di
beberapa perairan danau Afrika (Melack, 1976). MRAG (1995) menduga
potensi produksi ikan untuk keperluan pemancingan (sport fish) dengan cara
menghubungkan antara biomassa jenis–jenis ikan dengan konsentrasi klorofil-
a di perairan waduk dan danau di Amerika Serikat.
Daya Dukung Perairan
9. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
9
Daya dukung perairan yaitu banyaknya biomasa ikan yang dapat dihasilkan
oleh kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) dengan tanpa
meningkatkan kesuburan perairan digunakan sebagai salah satu pertimbangan
dalam pengembangan budidaya ikan KJA berkelanjutan di suatu badan air. Hal
ini dikarenakan aktivitas budidaya ikan dalam KJA di suatu ekosistem perairan
akan berdampak pada peningkatan unsur hara N dan P sehingga dapat
meningkatkan kesuburan perairan tersebut (Clerk, 2004; Ahmed et al., 2010;
Nugent, 2009).
Input dari Budidaya Ikan Secara Intensif
Input dari budidaya ikan secara intensif adalah pakan, dimana sebagian dari
pakan tersebut akan diubah menjadi biomassa ikan dan sebagian dibuang
kekolom air sebagai padatan organik tersuspensi dan terlarut seperti karbon,
nitrogen dan fosfor (Tovar et al., 2000).
Dekomposisi Buangan Dari Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA)
Dekomposisi buangan dari budidaya KJA akan menghasilkan gas-gas beracun
seperti asam sulfida, dan methan yang bersifat racun serta menurunkan
kandungan oksigen terlarut dalam air sehingga apabila kegiatan budidaya KJA
melebihi daya dukung dan diikuti dengan proses umbalan dapat mematikan
ikan budidaya (Krismono, 2005; Utoyo et al., 2007).
Penghitungan Daya Dukung Atau Daya Tampung Beban Pencemaran
Penghitungan daya dukung atau daya tampung beban cemaran dari budidaya
ikan dalam KJA telah tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Danau dan atau Waduk.
Daya tampung beban pencemaran air adalah batas kemampuan sumber daya
air untuk menerima masukan beban pencemaran yang tidak melebihi batas
syarat kualitas air untuk berbagai peruntukannya. Daya tampung danau
dan/atau waduk yaitu kemampuan perairan danau dan/atau waduk
menampung beban pencemaran air sehingga memenuhi baku mutu air dan
status trofik.
10. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
10
Baku Mutu Air
Baku mutu air danau dan/atau waduk terdiri dari parameter fisika, kimia dan
mikrobiologi. Sedangkan persyaratan status trofik danau dan/atau waduk
meliputi parameter kecerahan air, Nitrogen, Phosphor serta Klorofil-a. Kadar P-
total merupakan faktor penentuan status trofik.
Metode Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Metode penentuan daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau
waduk terdiri dari rumus umum perhitungan daya tampung beban pencemaran
air dan rumus perhitungan daya tampung beban pencemaran untuk budidaya
perikanan. Rumus umum perhitungan beban pencemaran air tersebut
digunakan untuk menghitung beban pencemaran dari berbagai sumber,
sedangkan perhitungan daya tampung untuk budidaya perikanan ditentukan
berdasarkan jumlah limbah budidaya dan status trofik.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Danau dan/atau Waduk Daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau
waduk tergantung kepada karakteristik dan kondisi lingkungan disekitarnya,
yaitu:
1. Morfologi dan hidrologi danau dan/atau waduk.
2. Kualitas air dan status trofik danau dan/atau waduk.
3. Persyaratan atau baku mutu air untuk pemanfaatan sumber daya
4. air danau dan/atau waduk.
5. Alokasi beban pencemaran air dari berbagai sumber dan jenis air limbah
yang masuk danau dan/atau waduk.
Morfologi dan Hidrologi Danau dan/atau waduk
Morfologi danau dan/atau waduk terdiri dari parameter karakter fisik, yaitu:
a. Luas perairan danau dan/atau waduk
b. Volume air danau dan/atau waduk
c. Kedalaman rata-rata danau dan/atau waduk
Sedangkan hidrologi danau dan/atau waduk terdiri dari parameter karakteristik
aliran air, yaitu:
11. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
11
a. Debit air keluar danau dan/atau waduk
b. Laju penggantian air danau dan/atau waduk
Kualitas Air dan Status Trofik Danau dan/atau Waduk
Parameter kualitas air yang diperlukan untuk perhitungan daya tampung beban
pencemaran air danau dan/atau waduk berdasarkan:
a. Penentuan daya tampung beban pencemaran air agar kualitas air
memenuhi baku mutu air, maka parameter kualitas air yang dipilih
sesuai dengan peruntukannya.
b. Penentuan daya tampung beban pencemaran air agar kualitas air
memenuhi status trofik yang ditetapkan, maka parameter kualitas air
yang dipilih adalah unsur hara terutama kadar Phosphor sebagai P total.
Beban Pencemaran Air
Beban pencemaran air beberapa danau dan/atau waduk saat ini telah
meningkat oleh perkembangan budidaya perikanan keramba jaring apung
(KJA), untuk itu diperlukan cara perhitungan daya tampung beban pencemaran
air dan alokasi beban pencemaran air akibat limbah pakan yang berasal dari
sisa pakan yang terbuang dan dari tinja ikan.
Penentuan Atau Perhitungan Alokasi Beban Pencemaran
Penentuan atau perhitungan alokasi beban pencemaran limbah perikanan
memperhatikan juga alokasi beban pencemaran yang berasal dari Daerah
Tangkapan Air (DTA) atau Daerah Aliran Sungai (DAS). Kualitas air yang
menjadi acuan utama adalah status trofik disamping status kualitas air pada
umumnya. Parameter kualitas air yang dipilih sebagai faktor pembatas adalah
fosfat dalam bentuk P total, mengingat dasar perhitungannya adalah status
trofik danau dan/atau waduk.
Kondisi Kualitas Air
Kondisi kualitas air danau dan/atau waduk diklasifikasikan berdasarkan
eutrofikasi yang disebabkan adanya peningkatan kadar unsur hara dalam air.
Faktor pembatas sebagai penentu eutrofikasi adalah unsur Fosfor (P) dan
Nitrogen (N). Pada umumnya rata-rata tumbuhan air mengandung Nitrogen
12. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
12
dan Fosfor masing-masing 0,7% dan 0,09% dari berat basah. Fosfor
membatasi eutrofikasi jika kadar Nitrogen lebih dari delapan kali kadar Fosfor,
Nitrogen membatasi proses eutrofikasi jika kadarnya kurang dari delapan kali
kadari Fosfor (UNEP-IETC/ILEC, 2001).
Klorofil-a adalah pigmen tumbuhan hijau yang diperlukan untuk fotosintesis.
Parameter Klorofil-a mengindikasikan kadar biomassa algae, dengan perkiraan
rata-rata beratnya adalah 1% dari biomassa.
Eutrofikasi
Eutrofikasi disebabkan oleh peningkatan kadar unsur hara terutama parameter
Nitrogen dan Fosfor pada air danau dan/atau waduk. Eutrofikasi
diklasifikasikan dalam empat kategori status trofik yaitu :
1. Oligotrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang
mengandung unsur hara dengan kadar rendah, status ini menunjukkan
kualitas air masih bersifat alamiah belum tercemar dari sumber unsur
hara Nitrogen dan Fosfor.
2. Mesotrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang
mengandung unsur hara dengan kadar sedang, status ini menunjukkan
adanya peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor namun masih dalam
batas toleransi karena belum menunjukkan adanya indikasi pencemaran
air.
3. Eutrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang mengandung
unsur hara dengan kadar tinggi, status ini menunjukkan air telah
tercemar oleh peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor .
4. Hipereutrof/Hipertrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang
mengandung unsur hara dengan kadar sangat tinggi, status ini
menunjukkan air telah tercemar berat oleh peningkatan kadar Nitrogen
dan Fosfor.
13. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
13
Kajian Ilmiah Daya Dukung dan Daya Tampung
Guna menjamin tidak terlampauinya daya dukung dan daya tampung,
sebagaimana dimaksud wajib melakukan kajian ilmiah yang memuat paling
sedikit:
a. Perhitungan daya tampung media air;
b. Parameter yang ditetapkan dan angka baku mutu air limbah;
c. Karakteristik air limbah yang dibuang;
d. Karakteristik usaha dan/atau kegiatan;
e. Dampak pembuangan;
f. Peraturan perundang-undangan terkait dengan baku mutu air limbah;
dan
g. Rekomendasi baku mutu air limbah baru.
Kegunaan Hasil Kajian Ilmiah
Hasil kajian ilmiah sebagaimana dimaksud digunakan untuk menyatakan:
a. belum terlampauinya daya dukung dan daya tampung; atau
b. telah terlampauinya daya dukung dan daya tampung.
Kewajiban Usaha dan/atau Kegiatan
Setiap usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud wajib:
a. melakukan pemantauan kualitas air limbah paling sedikit 1 (satu) kali
setiap bulannya sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan dalam
izin pembuangan air limbah;
14. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
14
b. melaporkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf a
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada penerbit izin
pembuangan air limbah, dengan tembusan kepada Menteri dan
gubernur sesuai dengan kewenangannya.
c. laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf b paling
sedikit memuat:
1. catatan debit air limbah harian;
2. bahan baku dan/atau produksi senyatanya harian;
3. kadar parameter baku mutu limbah cair; dan
4. penghitungan beban air limbah.
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Penetapan daya tampung beban pencemaran air harus memperhitungkan:
a. kondisi hidrologi dan morfologi sumber air termasuk status mutu
dan/atau status trofik sumber air yang ditetapkan daya tampung beban
pencemarannya;
b. baku mutu air untuk sungai dan muara;
c. baku mutu air serta kriteria status trofik air untuk situ, danau, dan waduk;
dan
d. beban pencemaran pada masing-masing sumber pencemar air.
Penetapan daya tampung beban pencemaran air harus menunjukan besarnya
kontribusi beban pencemar air dari masing-masing sumber pencemar air
terhadap sumber air.
Penentuan prioritas sumber air yang akan ditetapkan daya tampung beban
pencemaran air sebagaimana dimaksud didasarkan atas:
a. status mutu air dan/atau status trofik air;
b. sumber pencemar dari hasil inventarisasi dan identifikasi pada sumber
air sebagaimana dimaksud dan/atau
c. pemanfaatan air baku untuk air minum.
Penetapan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air
sebagaimana dimaksud digunakan sebagai dasar:
15. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
15
a. penetapan izin lokasi bagi usaha dan/atau kegiatan oleh bupati/walikota;
b. penetapan izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air
limbah ke sumber air oleh bupati/walikota;
c. penetapan baku mutu air limbah oleh Menteri dan/atau pemerintahan
daerah provinsi;
d. penetapan kebijakan nasional dalam pengendalian pencemaran air,
e. penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
f. penentuan mutu air sasaran.
Izin Lingkungan dan Izin Pembuangan Air Limbah Ke Sumber Air
Izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air
diselenggarakan melalui tahapan:
a. pengajuan permohonan izin;
b. analisis dan evaluasi permohonan izin; dan
c. penetapan izin.
Pengajuan Permohonan Izin
Pengajuan permohonan izin harus memenuhi persyaratan:
a. administrasi; dan
b. teknis.
Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. upaya pencegahan pencemaran, minimisasi air limbah, serta efisiensi
energi dan sumberdaya yang harus dilakukan oleh penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah;
dan
b. kajian dampak pembuangan air limbah terhadap pembudidayaan ikan,
hewan, dan tanaman, kualitas tanah dan air tanah, serta kesehatan
masyarakat.
Formulir Permohonan Izin
Formulir permohonan izin sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat
informasi:
16. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
16
a. identitas pemohon izin;
b. ruang lingkup air limbah;
c. sumber dan karakteristik air limbah;
d. sistem pengelolaan air limbah;
e. debit, volume, dan kualitas air limbah;
f. lokasi titik penaatan dan pembuangan air limbah;
g. jenis dan kapasitas produksi;
h. jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan;
i. hasil pemantauan kualitas sumber air; dan
j. penanganan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
Tabel
17. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
17
18. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
18
19. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
19
20. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
20
21. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
21
22. BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAHKESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI
DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK
Private Library ofSimamora, Helmut Todo Tua
22