SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Teori Evolusi Darwin tentang Asal
Manusia Dalam Pandangan Islam dan
Fakta Ilmiah
Disusun oleh :
Firda Sa’adah Fiddaroeni
(H1E013045)
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
2
Ilmu yang Hanya Mengikuti Akal tanpa Meyakini
Adanya Sang Pencipta Bagaikan Nyala Api yang
Diselimuti Air……
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah
“Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia Dalam Pandangan Islam dan
Ilmiah” dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Agama”. Tulisan ini
membahas gagasan penulis mengenai teori evolusi Darwin sendiri mengenai asal
usul manusia dalam islam dan ilmiah.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Tutur Chundori, Selaku Dosen mata kuliah “Agama”.
2. Kedua orang tua dan seluruh kerabat dekat yang selalu memberikan semangat
dan bantuan baik dalam bentuk material maupun nonmaterial.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih kurang dari
sempurna, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Purwokerto, 31 Desember 2013
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 3
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 5
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................... 6
1.4. Metode Penulisan ................................................................................... 6
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia ......................................... 8
2.1.1 Pengertian Evolusi ........................................................................ 8
2.1.2 Akar Pemikiran Evolusionis ......................................................... 8
2.1.3 Macam – Macam Evolusi ............................................................. 8
2.1.4 Teori Evolusi Darwin . .................................................................. 9
2.2 Pengertian Agama Islam Atau Pandangan Islam Mengenai Teori
Evolusi Darwin Tentang Asal Manusia . ................................................12
2.2.1 Ilmu dalam Pandangan Islam ........................................................12
2.2.2 Penciptaan Manusia Menurut Al-qur’an .......................................13
2.2.3 Kekeliruan bahwa Manusia Diciptakan melalui Tahap-Tahap
Evolusi ..........................................................................................15
2.3 Fakta Ilmiah Mengenai Teori Evolusi Darwin Tentang Asal Manusia ...22
2.3.1 Fakta tentang Percobaan Stanley Miller . ......................................22
2.3.2 Fakta Mengenai Percobaan Louis Pasteur ....................................23
2.3.3 Fakta Probabilitas Terbentuknya Protein Pertama Secara
Kebetulan ......................................................................................23
2.3.4 Fakta Tentang DNA ......................................................................24
2.3.5 Fakta Mengenai Mutasi Dan Seleksi Alam . .................................25
2.3.6 Fakta Mengenai Fosil Peralihan ....................................................26
2.3.7 Fakta Jika Manusia Telah Ada Sejak 7 Juta Tahun Lalu ..............30
2.3.8 Fakta Jika Semua Ilmuwan Terbesar Dalam Kemajuan Ilmiah
Adalah Penganut Fakta Penciptaan (Kreasionis) ..........................31
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................34
3.2 Saran .......................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
5
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, pandangan kita terhadap teori evolusi atau yang lebih dikenal
dengan teori Darwin adalah, bahwa teori Darwin berdasarkan fakta ilmiah atau
didukung oleh sejumlah teori yang kuat. Sedangkan pandangan islam yang kita
ketahui dengan jelas menentang teori Darwin terlihat seperti hanya berlandaskan
pada kepercayaan islam sebagaimana yang tertulis dalam al-qur’an dan hadis.
Walaupun kita semua sebagai umat muslim tahu jika apa yang dikatakan al-
qur’an dan hadis tidak pernah salah, akan tetapi hal ini menimbulkan sebuah
pertanyaan besar yang berujung pada sebuah titik keraguan. Terutama karena
teori evolusi yang didasarkan pada teori Darwin ini telah diajarkan terhadap para
pelajar sejak kelas 4 SD, yaitu dalam pelajaran IPA, SMP, dan SMA dalam
pelajaran biologi maupun sejarah hingga di perguruan tinggi bagi yang
mengambil mata kuliah biologi. Pelajaran ini bahkan selalu muncul dalam
pertanyaan ujian nasional tingkat SMP maupun SMA. Sehingga hal ini membuat
sebuah perdebatan besar dalam hati para pelajar, termasuk penulis, sebenarnya
mana yang merupakan kebenaran yang hakiki? Teori Darwin ini atau pandangan
islam? Lalu, mengapa teori Darwin ini seakan – akan memiliki dasar teori yang
kuat karena didukung oleh buku – buku pelajaran dan juga selalu diajarkan di
sekolah? Sedangkan pandangan islam seperti tidak mempunyai pijakan dalam
dasar teori ataupun dalam kajian ilmiah.
Hal ini lah yang mengakibatkan munculnya dua pemahaman awam. Pertama
timbulnya pencirian tentang siapa kamu? Seorang darwinisme, yang
mempercayai mutlak teori Darwin seperti yang diajarkan pada buku – buku
sekolah. Atau seorang agamis yang menentang teori darwin karena di dalam
ajaran agama islam tidak pernah ada yang namanya evolusi, melainkan
penciptaan sempurna berbagai makhluk hidup yang ada atau pernah hidup di
dunia ini. Kemudian yang kedua adalah pehaman jika ilmu pengetahuan yang
berdasarkan pada sebuah keraguan dan pertanyaan, hipotesa, experiment, serta
pengujian sangat bertentangan dengan pandangan islam yang hanya berlandaskan
kepercayaan, seperti sebuah dogma yang tidak boleh dipertanyakan. Dengan kata
6
lain, ilmu pengetahuan dan agama adalah dua hal yang berbeda atau bahkan
bertolak belakang.
Padahal, penulis meyakini jika ilmu pengetahuan sejalan atau sesuai dengan
pandangan islam. Hanya saja, pengetahuan yang ada pada diri manusia belum lah
sehebat atau secanggih yang diperlukan untuk dapat terus konsisten
membuktikan kebenaran dari ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-qur’an
dan hadist. Atau kita yang telah menafikan kenyataan yang ada di lingkungan
sekitar kita tentang kebenaran al qur’an dan hadis. Oleh karena itulah, penulis
membuat karya tulis ini agar kita sebagai umat islam dapat memperoleh pijakan
yang kuat untuk terus mempercayai pandangan islam yang memiliki kebenaran
hakiki. Karena manusia diberi akal dan pikiran tidak lain untuk dapat berpikir
dan memahami secercah keagungan dari ciptaan Yang Maha Esa ini. Meskipun
akal kita pun terbatas, tapi bukankah nabi besar kita pernah berkata, “kejarlah
ilmu sampai ke negeri cina”, yang berarti kita sebagai umat muslim wajib untuk
mencari tahu kebenarannya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah teori evolusi Darwin tentang asal manusia?
2. Bagaimanakah pengertian agama islam atau pandangan islam mengenai teori
evolusi Darwin tentang asal manusia?
3. Bagaimanakah fakta ilmiah mengenai teori evolusi Darwin tentang asal
manusia?
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui teori evolusi Darwin tentang asal manusia.
2. Mengetahui pengertian agama islam atau pandangan islam mengenai teori
evolusi Darwin tentang asal manusia.
3. Mengetahui fakta ilmiah mengenai teori evolusi Darwin tentang asal manusia.
1.4. METODE PENGUMPULAN DATA
Sesuai dengan sumber data serta maksud dan tujuan penyusunan tugas akhir
ini maka dalam pengumpulan data penulis menggunakan studi kepustakaan, yaitu
7
suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dan
mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan
masalah karya tulis ini.
8
PEMBAHASAN
2.1. TEORI EVOLUSI DARWIN MENGENAI ASAL MANUSIA
2.1.1. Pengertian Evolusi
Kata evolusi awalnya diungkapkan oleh seorang ahli filsafat dari Inggris,
akan tetapi belum mengarah pada evolusi kehidupan. Dalam perkembangannya,
evolusi digunakan oleh seorang ahli naturalis untuk menjelaskan fenomena
kehidupan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Evolusi merupakan kata yang umum dipakai orang untuk menunjuk adanya
perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan
tersebut dapat terjadi karena pengaruh alam atau rekayasa manusia. Teori evolusi
sesungguhnya adalah sebuah hipotesis tentang asal-usul mahluk hidup. Fakta
bahwa banyak jenis mahluk hidup yang ada disaat sekarang tidak dijumpai pada
kehidupan di masa jutaan bahkan milyaran tahun yang lalu (Widodo,2002 dalam
Mas’ud 2009)
2.1.2. Akar Pemikiran Evolusionis
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis
yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Teori evolusi merupakan buah
filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat,
materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah di
sebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata
melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini
menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui
penciptaan, tetapi wujud dengan sendirinya (1).
2.1.3 Macam – Macam Evolusi
Menurut Amin (2009), berdasarkan obyek yang mengalami evolusi, evolusi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Evolusi anorganik (evolusi universe) adalah yang terjadi pada lingkungan
abiotic. Contohnya : terjadinya bumi
9
2. Evolusi organik adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari
generasi ke generasi. Contoh : asal-usul kehidupan
Jenis-jenis Evolusi menurut Dobzanky, seorang ahli genetika membagi
evolusi menjadi 3 macam yaitu :
1. Evolusi kosmik
Dalam teori ini dijelaskan bahwa bumi yang ada sekarang berasal dari
adanya ledakan galaksi yang terjadi jutaan tahun lalu. Para ahli geologi juga
telah menunjukkan bahwa bumi ini mengalami perubahan-perubahan selama
proses pertumbuhannya.
2. Evolusi biologi
Adanya evolusi biologi ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil yang
mendukung teori ini baik fosil tumbuhan ataupun hewan.
3. Evolusi peradaban
Manusia sebagai makhluk yang dibekali akal, budi dan juga pikiran juga
mengalami evolusi. Manusia mampu menyesuaikan diri dengan alam
sekitarnya dengan cara memakai serta mengembangkan teknik, pengetahuan
serta cara hidup yang semuanya tadi disebut peradaban.[2]
2.1.4. Teori Evolusi Darwin
Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12
Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April 1882 pada umur
72 tahun) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan
landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama
(common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya.
Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat).
Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The
Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life(biasanya disingkat
menjadi The Origin of Species) (1859) merupakan karyanya yang paling
terkenal sampai sekarang. Buku ini menjelaskan evolusi melalui garis keturunan
yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang dominan mengenai keanekaragaman di
dalam alam. Darwin diangkat menjadi Fellow of the Royal Society, melanjutkan
penelitiannya, dan menulis serangkaian buku tentang tanaman dan binatang,
10
termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection
in Relation to Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals.
Bukunya yang terakhir adalah tentang cacing tanah.[3]
Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia
hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut
mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan
sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan
mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat
takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch
tertentu di kepulauan Galapagos (Galapagos = kura-kura raksasa). Ia mengira
bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi
mereka terhadap habitat.[4] Terjadinya keanekaragaman ini disebabkan oleh
perbedaan jenis makanannya. Pendapat Charles Lyell dalam bukunya "Principles
of Geology" yang menyatakan bahwa batuan, pulau, dan benua selalu mengalami
perubahan. Menurut Darwin peristiwa ini kemungkinan dapat mempengaruhi
makhluk hidup. Pendapat Thomas Robert Malthus dalam bukunya "An Essay on
the Principle of Population" yang menyatakan adanya kecenderungan kenaikan
jumlah penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan. Hal ini menurut
Darwin menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup.
Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies
berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin, aneka
spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal
dari nenek mo-yang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi
alam.[5]
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun;
tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan
dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya
menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka
dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi
berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan
mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek
moyangnya. (Asal usul “sifat-sifat yang menguntungkan” ini belum diketahui
11
pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari
mekanisme ini.
Darwin menamakan proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Ia mengira
telah menemukan “asal usul spesies”: suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia
mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of
Species, By Means of Natural Selection pada tahun 1859.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, Darwin mengemukakan dua teori
pokok tentang evolusi, yaitu:
a. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup pada masa
lampau.
b. Evolusi terjadi karena adanya seleksi alam. Hanya individu-individu yang dapat
menyesuaikan diri dengan alam lingkungan yang mampu hidup terus, sedangkan
yang lainnya akan punah.
kaum evolusionis menyatakan bahwa kehidupan muncul sebagai hasil
ketidaksengajaan, oleh pergerakan tak-sadar. Dengan kata lain, kehidupan di
Bumi lahir tanpa Sang Pencipta, dan dengan sendirinya, dari zat-zat tak-hidup.
Menurut teori evolusi, makhluk hidup terwujud melalui berbagai kebetulan, dan
berkembang lebih jauh sebagai sebuah hasil dari dampak yang tidak disengaja.
Sekitar 3,8 miliar tahun lalu, ketika tidak ada makhluk hidup di bumi, makhluk
bersel satu (prokaryota) sederhana pertama muncul. Seiring dengan perjalanan
waktu, sel-sel yang lebih kompleks (eukaryota) dan organisme bersel banyak
muncul. Dengan kata lain, menurut Darwinisme, kekuatan alam membangun
benda-benda mati sederhana menjadi rancangan sangat kompleks dan sempurna.[6]
Model neo-Darwinis, yang dapat kita anggap sebagai teori utama dari evolusi
saat ini, menyatakan bahwa kehidupan berkembang atau berevolusi melalui dua
mekanisme alamiah: seleksi alam dan mutasi. Pada dasarnya teori ini menekankan
bahwa seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi.
Sumber dari perubahan secara evolusi adalah mutasi acak yang terjadi dalam
struktur genetik makhluk hidup. Sifat yang dihasilkan dari mutasi ini kemudian
dipilah dengan mekanisme seleksi alam, dan dengan cara inilah makhluk hidup
berevolusi. Yang pada akhirnya evolusi ini menghasilkan makhluk yang paling
sempurna yaitu manusia.[7]
12
2.2. PENGERTIAN AGAMA ISLAM ATAU PANDANGAN ISLAM MENGENAI
TEORI EVOLUSI DARWIN TENTANG ASAL MANUSIA
2.2.1. Ilmu dalam Pandangan Islam
Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.
‫ا‬ َ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬ْ‫أ‬ َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬ , ٍ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬‫اإل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ , َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫م‬ْ‫س‬‫ا‬ِ‫ب‬ْ‫أ‬ َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬‫اإل‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ , ِ‫م‬َ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ , ُ‫م‬َ‫ْر‬‫ك‬‫أل‬ْ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬
ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬
1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq: 1-5)
Iqra terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun,
lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.[8]
Perintah iqra menjadi pedoman nyata bagi seluruh umat Islam untuk senantiasa
menggali ilmu. Proses penggalian ilmu sendiri tidak lepas dari pertolongan Allah
Swt, karena sesungguhnya ilmu adalah milik Allah dan manusia diberi instrument
untuk mendapatkan ilmu tersebut melalui pendengaran, penglihatan dan hati.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Nahl 78
‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ‫ال‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ه‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ون‬ُ‫ط‬ُ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫و‬ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ش‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ة‬َ‫د‬ِ‫ئ‬ْ‫ف‬‫األ‬ َ‫و‬ َ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ب‬‫األ‬ َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫و‬َ‫ون‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.”
Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi
setiap individu muslim baik laki-laki maupun perempuan.
‫ومسلمة‬ ‫مسلم‬ ‫كل‬ ‫على‬ ‫فريضة‬ ‫العلم‬ ‫طلب‬
“Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim laki-laki dan perempuan” (HR: Ibn
Majah)
Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan
kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasulullah Saw pun
diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya.[9]
‫ا‬ً‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫د‬ ِ‫ز‬ ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫......و‬
13
“….. dan katakanlah (Muhamamd): "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan." (QS: Thaha:114)
Meskipun manusia diberi kebebasan untuk menggali serta mengeksploitasi
ilmu, tapi ada beberapa hal yang tidak boleh dipertanyakan oleh manusia. Hal ini
berkenaan dengan keterbatasan ilmu manusia yang tidak mungkin bisa sampai
kepada rahasia Allah yang masih tersembunyi. Al-Biqa’i menjelaskan bahwa
kaum musyrikin bertanya mengenai proses dihidupkannya kembali manusia
setelah menjadi tulang-belulang.[10]
Pertanyaan ini langsung dijawab oleh Allah melalui surat Al-Isra ayat 85
‫يال‬ِ‫ل‬َ‫ق‬ ‫ال‬ِ‫إ‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ي‬ِ‫ت‬‫و‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ي‬ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ح‬‫و‬ُّ‫الر‬ ِ‫ل‬ُ‫ق‬ ِ‫وح‬ُّ‫الر‬ ِ‫َن‬‫ع‬ َ‫ك‬َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬َ‫و‬
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
2.2.2. Penciptaan Manusia Menurut Al-qur’an
َ‫ل‬َ‫ق‬َ‫د‬ َْ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫خإ‬َََْ‫ا‬ َ َ َ‫ن‬‫ا‬ْ ُ‫َل‬َ‫د‬ َ‫ة‬ٍ َ‫ن‬‫ا‬ْ ُ‫نن‬‫ا‬ٍ
ُ‫م‬َّ ‫َخع‬‫ل‬َ‫ن‬َ‫ه‬َُ ُ‫َل‬َ‫ف‬َ‫ة‬َ ‫ف‬‫ا‬‫ي‬ ُ‫َر‬َ‫ر‬ٍَ ُ‫نن‬‫ا‬‫ن‬َْ
ُ‫م‬َّ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫َل‬َ‫ف‬َ‫ة‬َ‫ل‬‫َد‬ ُ‫َل‬َ‫ق‬َ‫ن‬ًَ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫َل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ه‬َ‫َد‬ ُ‫ََل‬‫غ‬َ‫ة‬ْ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫َل‬َ‫غ‬َ‫ة‬ََ‫َد‬ ‫خ‬ُْ‫خ‬َ‫م‬‫ا‬ً ‫َخ‬َ َ‫س‬ََْ‫ن‬َ‫ي‬
َْ‫خ‬َ‫م‬‫ا‬‫ه‬َ‫َد‬ ‫خ‬ََُ‫م‬َ‫د‬ ُ‫م‬َّ ‫َخع‬َََََََُْ ‫خ‬ُ‫ق‬َ‫َن‬‫ا‬ َ‫َر‬‫ا‬َ َ‫ت‬َ‫خر‬َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ي‬ ُ‫َه‬ ‫ن‬ََْ‫ن‬َُ َ‫نن‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫د‬‫خ‬َ‫ن‬َ‫َد‬
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14)
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan adanya enam fase terbentuknya janin
dalam rahim. Tahap pertama penciptaan janin disebut Sulalah dimulai dari
saripati mani. Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan “ dari saripati air
yang hina (air mani)”. Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani yang keluar
14
dari suami – istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang dimaksud
dengan “ Sulalah”. Menurut riset yang telah diteliti oleh para ahli sekarang, bahwa
manusia itu tercipta dari satu sperma saja. Itu sangat sedikit sekali bila dibanding
dengan sperma yang keluar dari laki-laki yang mencapai jutaan sperma. Sulalah
adalah kata yang paling tepat dan cocok untuk menggambarkan proses
terbentuknya janin ini, karena satu dari jutaan sperma ini bergerak menuju ke
rahim untuk membuahi ovum dari wanita.[11]
Tahap kedua disebut Alaqoh. “Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah ( ‘Alaqoh ).” ‘Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil yang
hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang pada waktu
minum di rawa – rawa (yaitu sebangsa lintah ). Bentuk janin pada fase ini sangat
mirip sekali dengan binatang lintah tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto
bersamaan, niscaya manusia tidak akan bisa membedakkan bentuk dan gambar
keduanya.
Tahap ketiga, Mudghah (Segumpal Daging). Dalam kelanjutan surat al-
Mukminun dijelaskan ''Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.”
Tahap keempat ditandai dengan muncul dan tumbuhnya tulang. “Dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang.” Para ahli dan spesialis dalam bidang
medis telah menyimpulkan bahwa tulang itu muncul sebelum daging sebagai
penutupnya. Setelah itu barulah muncul daging. Ini hanya baru diketahui oleh
para ahli pada zaman sekarang, itu pun dengan bantuan alat – alat fotografi.[12]
Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. “Lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan dagin...'' Didahulukannya penciptaan tulang sebelum
daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel padanya. Maka
tulang mesti sudah ada sebelum daging.
Tahap keenam adalah perubahan janin ke bentuk yang lain. “Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain..'' Menurut Dr Ahmad Hamid
Ahmad, bersama dengan berakhirnya pekan ketujuh, panjang Mudghah sudah
mencapai 8 – 16 milimeter”. Termasuk yang membedakan pada periode ini
adalah: bahwa bentuk tulang berbentuk bengkok menyerupai bulan sabit,
kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi ada sesuatu yang
15
membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu sempurnanya bentuk
tubuh pada pekan kedelapan.[13]
Adalah Allah, Dia-lah satu-satunya Pencipta yang dapat menghidupkan benda
mati. Dalam Alquran disebutkan, “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS. Ar-Ruum, 30:19)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. (QS. At Tiin, 95: 4)
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia
membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah
kembali (mu). (QS. At Taghaabun, 64: 3)[14]
Dari penjelasan di atas, jelas di dapatkan kesimpulan jika manusia itu di
ciptakan dalam bentuk yang sempurna sedari awal mula, bukan akibat dari sebuah
evolusi berdasarkan ketidak sengajaan yang berawal dari benda mati menjadi
makhluk hidup pertama atau sel dan berevolusi menjadi manusia yang
menyebabkan manusia dan semua makhluk hidup lainnya berasal dari nenek
moyang yang sama. Karena tidak ada penjelasan satupun yang ada dalam al
qur’an yang menyatakan adanya evolusi, yang ada hanyalah mengenai penciptaan
manusia.
Perbedaan mendasar antara agama dan paham ateisme (termasuk darwinisme
karena menganut paham materialisme yang tidak mempercayai adanya
penciptaan) adalah, yang pertama mempercayai Allah, sedangkan yang terakhir
mempercayai materialisme. Ketika Allah bertanya kepada mereka yang ingkar,
Dia menarik perhatian terhadap pernyataan yang mereka ajukan untuk menolak
penciptaan: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Ath Thuur, 52: 35).[15]
“Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak mem-benarkan
(hari berbangkit)? Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu
pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang
menciptakannya?” (QS. Al Waaqi'ah, 56: 57-59).
2.2.3. Kekeliruan Bahwa Manusia Diciptakan Melalui Tahap-Tahap Evolusi
16
1. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia
sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS.
Nuh, 71: 13-14)
Mereka yang mendukung penciptaan evolusi menafsirkan kata-kata
“beberapa tingkatan kejadian” sebagai “melalui tahap-tahap evolusi”. Dalam
tafsirnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menerjemahkan ayat itu sebagai:
“Ia menciptakanmu tahap demi tahap melalui beberapa keadaan.” Dalam
uraiannya, ia melukiskan tahap-tahap ini sebagai “tahap-tahap evolusi”. Akan
tetapi, penjelasan ini tidak berkaitan dengan evolusi yang menyatakan bahwa
akar manusia terletak di makhluk hidup lainnya. Nyatanya, sesudah itu Yazir
segera mengatakan bahwa tahap-tahap tersebut adalah:
Menurut penjelasan yang diberikan Ebus Suud[16], pertama datang unsur-
unsur, lalu zat gizi, lalu adonan/campuran, lalu sel mani, lalu segumpal daging,
lalu daging dan tulang, dan ini akhirnya dibentuk dengan penciptaan yang
sepenuhnya berbeda. “Maka Mahasuci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
(QS. Al Mu’minuun, 23: 14)
Dalam uraian Imam Tabari, Surat Nuh: 14 diterjemahkan sebagai “Padahal
Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”,
dan ini ditafsirkan sebagai bermakna “Engkau kali pertama berbentuk sebutir sel
benih, lalu Dia menciptakanmu sebagai segumpal darah, lalu sepotong kecil
daging.” [17]
Omer Basuhi Bilmen menerjemahkan ayat itu sebagai “Nyatanya, Dia
menciptakanmu melalui aneka tingkatan”, dan meneruskan dengan tafsir berikut:
Dia (menciptakan)mu melalui aneka tingkatan. Engkau pertama kali adalah
sebutir benih, lalu setetes darah. Engkau menjadi sepotong daging dan memiliki
tulang, lalu engkau dilahirkan sebagai manusia. Tidakkah semua kejadian dan
perubahan, yang bermacam-macam dan patut dijadikan contoh ini, merupakan
bukti cemerlang akan keberadaan, kekuasaan, dan keagungan Tuhan
Penciptaan? Mengapa engkau tidak memikirkan penciptaan dirimu sendiri? [18]
17
Sebagaimana kita lihat di sini, para ulama Al Qur’an Muslim sepakat bahwa
penafsiran Surat Nuh: 14 merujuk kepada proses yang terlibat dalam
perkembangan manusia dari penyatuan sel mani dan sel telur. Bahwa ayat
tersebut harus ditafsirkan dengan cara ini adalah jelas dari azas “menafsirkan
ayat Al Qur’an menurut ayat Al Qur’an lainnya”, karena dalam ayat-ayat lain
Allah menjelaskan tahap-tahap penciptaan sebagai apa yang terjadi dalam rahim
ibu. Itulah sebabnya, atwaran harus diterjemahkan dengan cara ini. Tidak
dibenarkan menggunakan kata itu sebagai dukungan bagi teori evolusi, yang
mencoba mengaitkan asal-muasal manusia dengan jenis makhluk hidup lainnya.
2. Bukankah sudah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang dia
ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al Insaan, 76: 1)
Orang-orang yang sama tersebut juga menggunakan ayat ini sebagai bukti
evolusi. Dalam terjemahan yang berdasarkan penafsiran pribadi, ungkapan “saat
ia bukan sesuatu yang patut disebutkan” diungkapkan sebagai pernyataan
“keadaan-keadaan sebelumnya, saat manusia belum menjadi manusia”. Akan
tetapi, pernyataan ini sama jauhnya dari kebenaran dengan pernyataan pertama.
Nyatanya, para ulama Al Qur’an tidak menafsirkan ayat ini sebagai menandakan
proses evolusi. Misalnya, Imam Tabari menjelaskan arti ayat ini sebagai:
“Begitu lama waktu telah berlalu sejak masa Adam yang di masa itu ia bahkan
bukan sesuatu yang memiliki nilai atau keunggulan apa pun. Ia bukan apa-apa
selain tanah liat yang lengket dan digubah.” [19]
3. Kekeliruan bahwa Penciptaan Dari Air Adalah Tanda Penciptaan Evolusi
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. Al Insaan, 76: 2).
Misalnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menguraikan ayat di atas
sebagai berikut: … ia diciptakan dari nutfah berbentuk air. Nutfah adalah air
murni. Ia juga berarti air mani. Nutfah dan air mani menurut kebiasaan memiliki
arti yang sama. Namun, di akhir Surat Al Qiyaamah, dikatakan “nutfah dalam
mani yang ditumpahkan” (QS. Al Qiyaamah, 75: 37), jadi, menyatakan bahwa
18
nutfah itu bagian dari air mani tersebut. Sebagaimana dikabarkan dalam Sahih
al-Muslim, “Anak tidak berasal dari seluruh cairan itu”. Dan, hadits itu,
membahas setiap bagian kecil dari keseluruhan itu, tidak mengatakan, “Setiap
bagian dari suatu cairan”, melainkan lebih membicarakan satu bagian dari
“keseluruhan cairan itu”, dan bahwa seorang anak tidak berasal dari keseluruhan
cairan, namun hanya dari satu bagian. Nutfah hanyalah satu bagian murni dari
air mani. [20]
Sebagian pengulas Al Qur’an ada yang berpikir bahwa “penciptaan makhluk
hidup dari air” mengandung arti yang sejalan dengan teori evolusi. Akan tetapi,
pandangan ini sungguh lemah. Ayat-ayat itu mengungkapkan bahwa air adalah
bahan mentah bagi makhluk hidup, dengan cara mengatakan bahwa semua
makhluk hidup diciptakan darinya. Nyatanya, biologi mutakhir mengungkapkan
bahwa air merupakan unsur paling mendasar semua makhluk hidup, sebab tubuh
manusia kira-kira 70 persennya air. Air memungkinkan gerakan dalam sel,
antar-sel, dan antar-jaringan. Tanpa air, tidak akan ada kehidupan.
4. Kekeliruan bahwa Penciptaan Itu yang Pertama dari Tanah Lalu dari Air
Berarti Penciptaan Evolusi
Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna? (QS. Al Kahfi, 18: 37)
Imam Tabari menguraikan ayat ini sebagai berikut: ... Apakah engkau hendak
mengingkari Allah yang menciptakan ayahmu Adam dari tanah/debu, lalu
menciptakanmu dari cairan lelaki dan perempuan, lalu membungkusmu dalam
bentuk manusia? Allah, Dia yang memberimu semua ini dan menjadikan dirimu
seperti saat ini, mewujudkanmu untuk membuatmu makhluk hidup lain setelah
engkau mati dan kembali ke tanah. [21]
Diperlihatkan dalam ayat berikut ini bahwa Allah menciptakan manusia
langsung dari tanah liat kering. Ayat ini, yang menggambarkan penciptaan Nabi
Adam, tidak membicarakan suatu tahap.
19
5. Kekeliruan Bahwa Manusia Pertama Diciptakan dalam Waktu yang Lama
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesunguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah” (QS. Shaad, 38: 71)
Kekeliruan lain dalam penciptaan evolusi berasal dari penafsiran ayat di atas
secara salah. Kaum evolusionis menyatakan bahwa ruas kalimat yang digaris-
bawahi di atas menunjukkan sebuah penciptaan yang lamban dalam waktu lama.
Akan tetapi, bahasa Arab yang asli jelas menegaskan bahwa ini adalah murni
pandangan sepihak dan seluruhnya bertentangan:
“innii khaaliqum basyaram min thiinin” berarti “Aku adalah Dia Yang
menciptakan seorang manusia dari tanah liat.”[22]
Ayat ini tidak mengatakan apa-apa yang seperti “Aku sedang menciptakan”.
Nyatanya, ayat ini berlanjut, “Apabila Aku telah membentuknya dan meniupkan
ruhKu kepadanya, tunduk sujudlah kepadanya!” Jelas dari ayat ini bahwa kata
kerja menciptakan di sini terjadi dalam sekejap bukan dalam waktu yang lama.
6. Kekeliruan Bahwa Nabi Adam Bukan Manusia Pertama
Pernyataan lain yang diajukan menyangkut penciptaan evolusi adalah Nabi
Adam AS mungkin bukan manusia pertama dan bahkan mungkin bukan
manusia. (Kami memohon ampun kepada Nabi Adam AS). Ayat berikut
diajukan sebagai bukti akan hal ini:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata:
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al
Baqarah, 2: 30)
Mereka yang mendukung pernyataan ini berkata bahwa kata kerja bahasa
Arab ja’ala dalam ungkapan “Aku akan menciptakan seorang khalifah”
bermakna “mengangkat”. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa Nabi
Adam bukanlah manusia pertama, namun ia “diangkat” sebagai khalifah di
20
antara banyak orang. Akan tetapi, dalam Al Qur’an, kata kerja ini memiliki arti
berikut: Menciptakan, menemukan, menerjemahkan, membuat, menempatkan,
dan menjadikan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” Atau agar kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan
Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang)
sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena
perbuatan orang-orang yang sesat dulu?” (QS. Al A’raaf, 7: 172-173)
Nabi Adam AS adalah manusia pertama dan utusan Allah yang pertama.
Ayat-ayat begitu tegas dan jelas tentang masalah ini, sehingga tidak diperlukan
uraian apa pun. Yang harus dilakukan orang hanyalah membaca Al Qur’an
dengan hati yang tulus dan mendengarkan hati nurani. Allah akan
mengungkapkan kebenaran kepada mereka yang membaca ayat-ayatNya dengan
niat tersebut.[23]
7. Kekeliruan Bahwa “Para Moyang” yang Disebutkan dalam Al Qur’an
Merujuk kepada Nenek Moyang Evolusi
Perihal lain yang dicoba tampilkan oleh kaum evolusionis Muslim sebagai
bukti pernyataan mereka adalah ungkapan “para nenek moyang”, yang muncul
dalam beberapa ayat. Menurut tafsir mereka yang keliru, ungkapan ini merujuk
langsung kepada nenek moyang purba manusia. Alasan mereka untuk ini adalah,
kata “nenek moyang” muncul berbentuk jamak dalam Al Qur’an. Dua ayat
terkait berbunyi:
Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu
yang dahulu.” (QS. Asy Syu’araa’, 26: 26)
21
Akan tetapi, ini pernyataan yang dipaksakan karena penggunaan kata
berbentuk jamak itu lumrah dan pasti tidak bisa digunakan sebagai dasar bagi
tafsir evolusionis.
Ungkapan ini muncul dalam banyak ayat lainnya, di antaranya Surat Al
Baqarah: 133. Di sini, “para nenek moyang” tidak merujuk kepada proses
evolusi mana pun, namun kepada generasi-generasi yang sebelumnya. Dengan
cara serupa, istilah “para moyang, orang-orang sebelum” di masa lalu merujuk
kepada generasi-generasi yang silam. Ungkapan ini tidak berisi makna evolusi.
8. Kesalahan Tentang Bentuk Penciptaan Manusia
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian
Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah, dan mengeluarkan kamu
(daripadanya pada Hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS. Nuh, 71: 17-18)
Kaum evolusionis Muslim melihat ayat ini sebagai landasan teramat penting
dalam menentukan dasar pandangan mereka. Ungkapan “Allah
menumbuhkanmu dari tanah” disajikan sebagai bukti evolusi zat anorganik (zat
tak hidup). Akan tetapi, sebagaimana dengan terang ditunjukkan dalam tafsir
ayat, ungkapan ini menggambarkan penciptaan manusia pertama dari bumi
(tanah).
Alangkah baiknya dan bahkan wajib bagi kita sebagai umat muslim selalu
berpegang teguh kepada Al Qur’an yang disana jelas-jelas di terangkan bahwa
Nabi Adam diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian baru menciptakan anak
cucunya dari air mani (sperma). Keterangan seperti ini sudah disepakati oleh
hampir semua ahli tafsir yang ada (muttafaqul ma`na).
Didalam Al Qur`an Allah menggunakan kata al turoob, al thiin, al sholshol
untuk penciptaan Nabi Adam AS, dimana kata-kata tersebut ditafsiri oleh para
ahli tafsir dengan arti yang sama yaitu tanah. Dalam Hadits shohih yang
diriwayatkan oleh Abu Musa juga dijelaskan bahwa Allah menciptakan Nabi
Adam AS dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bagian bumi. Maka
lahirlah anak cucu Adam dengan sifat yang berbeda-beda, ada yang berkulit
coklat, putih, hitam dan lain-lain. Seperti telah kita lihat sejauh ini, pernyataan
22
bahwa sejumlah ayat Al Qur’an menuju ke arah evolusi adalah kekeliruan yang
bertentangan dengan Al Qur’an.[24]
2.3. FAKTA ILMIAH MENGENAI TEORI EVOLUSI DARWIN TENTANG
ASAL MANUSIA
Evolusionis mengatakan bahwa makhluk hidup pertama adalah sel
tunggal yang terbentuk dengan sendirinya dari benda mati secara kebetulan.
Menurut teori ini, pada saat bumi masih terdiri atas bebatuan, tanah, gas dan unsur
lainnya, suatu organisme hidup terbentuk secara kebetulan akibat pengaruh angin,
hujan dan halilintar. Bukan hanya itu, evolusionis juga berpendapat jika mutasi
menguntungkan yang didukung teori seleksi alam, secara kebetulan mengubah sel
tunggal tersebut sehingga berevolusi menjadi semakin kompleks yang pada
akhirnya memunculkan seluruh kehidupan yang ada di dunia. Namun, dari semua
fakta ilmiah yang ada, tidak ada yang mendukung teori evolusi ini, bahkan
semuanya hampir bertentangan dengan nalar dan akal sehat.
2.3.1. Fakta tentang Percobaan Stanley Miller
Ahli kimia Amerika, Stanley Miller, melakukan suatu percobaan pada tahun
1953 untuk mendukung skenario evolusi molekuler. Miller beranggapan atmosfir
bumi purba terdiri atas gas metana, amonia, dan hidrogen. Dia mencampurkan
gas-gas ini dalam suatu rancangan percobaan dan mengalirkan arus listrik pada
campuran tersebut. Sekitar seminggu kemudian, ia menemukan sejumlah asam
amino terbentuk dalam campuran ini. Namun, berbagai penemuan berikutnya
yang terjadi dalam tahun 1970-an, yang dikenal sebagai “percobaan atmosfir bumi
purba”, menggugurkan upaya evolusionis tersebut. Terungkap bahwa “model
atmosfir bumi purba, yang didasarkan pada gas metana-amonia” sebagaimana
dikemukakan Miller dan para evolusionis lain, diketahui telah keliru sama sekali.
Miller memilih gas ini dengan sengaja karena kemudahan dan kecocokannya bagi
pembentukan asam amino. Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menunjukkan
atmosfir bumi purba terdiri atas nitrogen, karbon dioksida dan uap air.[25] Model
atmosfir seperti ini tidak cocok bagi pembentukan asam amino. Terlebih lagi
diketahui, oksigen dalam jumlah besar tersedia secara alami pada atmosfir bumi
23
purba.[26] Hal ini sekaligus menggugurkan skenario evolusionis, sebab oksigen
bebas jelas akan menguraikan asam-asam amino yang terbentuk. Akibat berbagai
penemuan ini, masyarakat ilmuwan pada tahun 1980-an menyatakan percobaan
Miller dan “percobaan-percobaan atmosfir bumi purba” lain setelahnya tidak
bernilai sama sekali. Setelah lama bungkam, akhirnya Miller pun mengakui
medium atmosfir yang ia gunakan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya.[27]
2.3.2. Fakta Mengenai Percobaan Louis Pasteur
Penemuan biologiwan Prancis, Louis Pasteur, yaitu dengan penyimpanan air
kaldu yang telah dididihkan dalam botol berleher angsa yg tertutup rapat selama
beberapa hari tidak membuat air kaldu menjadi keruh yang membuktikan bahwa
kehidupan hanya muncul dari kehidupan sebelumnya mengakhiri kepercayaan ini.
Sebagaimana perkataannya: “Pernyataan bahwa benda mati dapat memunculkan
kehidupan telah terkubur dalam sejarah untuk selamanya”.[28] Setelah Pasteur,
para evolusionis masih berkeyakinan bahwa sel hidup pertama terbentuk secara
kebetulan. Namun, semua percobaan dan penelitian yang dilakukan sepanjang
abad ke-20 telah berakhir dengan kegagalan. Pembentukan “secara kebetulan”
sebuah sel hidup tidaklah mungkin terjadi, bahkan untuk membuatnya melalui
proses yang disengaja di laboratorium tercanggih di dunia pun ternyata tidak
mungkin.
2.3.3. Fakta Probabilitas Terbentuknya Protein Pertama Secara Kebetulan
Teori evolusi menyatakan bahwa protein pertama terbentuk dengan
sendirinya “secara kebetulan”. Namun perhitungan peluang (probabilitas)
menunjukkan hal ini mustahil terjadi. Sebagai contoh, probabilitas terbentuknya
susunan asam amino dari suatu protein yang terdiri dari 500 asam amino dalam
urutan yang benar adalah 1 berbanding 10950. 10950 adalah sebuah angka yang sulit
dipahami yang dibuat dengan menempatkan sebanyak 950 angka nol di belakang
angka satu. Dalam ilmu matematika, probabilitas lebih kecil dari 1 berbanding
1050 dianggap sebagai sesuatu yang hampir mustahil.
24
Singkatnya, sebuah protein tunggal pun tak dapat terbentuk secara kebetulan.
Kaum Evolusionis juga mengakui fakta ini dari waktu ke waktu. Sebagai contoh,
Harold Blum, seorang ilmuwan evolusionis terkenal, menyatakan: “Pembentukan
mandiri secara tiba-tiba sebuah rantai polipeptida dari protein terkecil yang
pernah diketahui tampak jauh di luar jangkauan semua probabilitas”[29]
Jadi, apa arti dari semua ini? Perry Reeves, seorang professor kimia,
memberikan jawabannya:
Ketika seseorang meneliti betapa sangat banyaknya struktur yang mungkin
terbentuk akibat kombinasi acak sederhana dari asam amino yang terdapat dalam
sebuah kolam purba yang sedang menguap, maka adalah mustahil untuk
mempercayai bahwa kehidupan dapat terbentuk dengan cara ini. Yang lebih
masuk akal adalah Pencipta Maha Agung dengan sebuah rancangan induk
diperlukan untuk melakukan tugas ini.[30]
Ahli matematika dan astronomi Inggris, Profesor Fred Hoyle, menerangkan
kemustahilan ini sebagai berikut:
Kemungkinan terbentuknya kehidupan tingkat tinggi secara kebetulan dapat
disamakan dengan kemungkinan angin tornado yang ketika melintasi tempat
pembuangan barang bekas merakit pesawat Boeing 747 dari bahan-bahan yang
ada...[31]
2.3.4. Fakta Tentang DNA
Menurut perhitungan, sebuah rantai kecil DNA dalam satu sendok teh
berkemampuan menyimpan semua informasi yang terdapat dalam semua buku
yang pernah ditulis manusia. Jika kita mencoba menuliskan informasi dalam
DNA, maka ini akan menghabiskan sekitar satu juta halaman buku. Ini setara
dengan sebuah ensiklopedi bervolume empat puluh kali lebih besar dari The
Encyclopaedia Britannica, yang merupakan salah satu kumpulan informasi
terbesar yang pernah dibuat manusia. Informasi raksasa ini tersimpan dalam inti
yang sangat kecil dalam sel kita yang berukuran sekitar seperseribu milimeter
Tentu saja, struktur menakjubkan seperti ini tidak akan pernah dapat
terbentuk secara kebetulan dan ini membuktikan kehidupan diciptakan oleh Allah.
Tidak mengherankan jika para evolusionis tidak mampu memberikan penjelasan
25
tentang asal-usul DNA. Namun mereka masih saja memakai hipotesis “kebetulan”
tersebut hanya untuk mempertahankan keberadaan teori evolusi. Ahli biologi
molekuler terkemuka dari Australia, Michael Denton, menjelaskan hal ini dalam
bukunya “Evolution: A Theory in Crisis” sebagai berikut:
Bagi para skeptis, perihal bahwa program genetis dari organisme tingkat
tinggi – yang terdiri dari sekitar seribu juta bit informasi yang setara dengan
urutan huruf dalam sebuah perpustakaan kecil berisi seribu jilid buku, yang berisi
ribuan algoritma rumit berbentuk kode yang mengatur, menentukan dan
menyusun pertumbuhan dan perkembangan bermilyar-milyar sel hingga
membentuk suatu organisme kompleks, – terbentuk melalui proses yang sama
sekali berlangsung secara acak sungguh merupakan pelecehan terhadap akal
sehat. Akan tetapi bagi para Darwinis, gagasan tersebut diterima tanpa keraguan
sedikitpun – cara berpikir ini justru diutamakan![32]
2.3.5. Fakta Mengenai Mutasi Dan Seleksi Alam
Pakar zoologi terkenal, Pierre Grassé, mantan presiden Akademi Ilmu
Pengetahuan Prancis, memberikan pernyataannya mengenai logika “kebetulan”,
yang menjadi tulang punggung Darwinisme:
“Kemunculan pada saat yang tepat beragam mutasi yang memungkinkan
hewan dan tumbuhan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan tampak sulit
untuk dapat dipercaya. Namun teori Darwin malah lebih jauh dari itu: Suatu
tumbuhan, seekor hewan membutuhkan beribu-ribu peristiwa keberuntungan
yang tepat. Begitulah, keajaiban menjadi kaidah: peristiwa-peristiwa dengan
kemungkinan teramat kecil tidak boleh gagal terjadi...Tidak ada hukum yang
melarang untuk berkhayal, tetapi ilmu pengetahuan tidak seharusnya terjerembab
ke dalamnya.[33]
Tidak ada secuil pun bukti pengamatan yang menunjukkan seleksi alam
pernah menyebabkan makhluk hidup mana pun untuk berevolusi. Evolu-sionis
ternama yang juga pakar paleontologi asal Inggris, Colin Patterson, mengakui
kenyataan ini:
26
Tak seorang pun pernah memunculkan satu spesies melalui mekanisme
seleksi alam. Tak seorang pun pernah hampir melakukannya, dan kebanyakan
perdebatan dalam neo-Darwinisme sekarang adalah seputar masalah ini.[34]
Evolusionis lalu memunculkan konsep “mutasi” dalam teori mereka di abad
ke-20. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada gen makhluk hidup karena
pengaruh luar seperti radiasi. Evolusionis menyatakan perubahan ini
menyebabkan organisme berevolusi.
Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyatan ini, sebab semua
mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada makhluk hidup.
Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan kelainan mental maupun
fisik seperti mongolisme (Down’s Syndrome), albinisme (albino),
dwarfisme(tubuh pendek), atau penyakit lain seperti kanker.
Alasan lain mengapa mutasi mustahil menyebabkan makhluk hidup
berevolusi adalah mutasi tidak menambahkan informasi genetis baru pada suatu
organisme. Mutasi menyebabkan susunan informasi genetis yang telah ada
menjadi berubah secara acak, mirip seperti mengocok kartu. Dengan kata lain,
tidak ada informasi genetis baru yang dimunculkan oleh mutasi.
Namun, teori evolusi menyatakan bahwa informasi genetis makhluk hidup
bertambah seiring dengan waktu. Sebagai contoh, bakteri dengan struktur sangat
sederhana tersusun atas 2.000 jenis protein yang berbeda, sedangkan manusia
memiliki 100.000 jenis protein. Tepatnya 98.000 protein baru harus “didapatkan”
agar sebuah bakteri berevolusi menjadi manusia. Jadi, protein-protein ini tidak
mungkin terbentuk melalui mutasi, sebab mutasi tidak dapat menambahkan apa
pun pada rantai DNA.
Tidak mengherankan jika sejauh ini tak pernah diamati satu mutasi pun yang
mampu memperbaiki informasi genetis dari suatu bentuk kehidupan mana pun.
Kendatipun dirinya seorang evolusionis, mantan Presiden Akademi Ilmu
Pengetahuan Prancis, Pierre Paul Grassé, membuat pengakuan berikut ini: “Tidak
peduli seberapa banyak mutasi yang ada, mutasi ini tidak menghasilkan bentuk
evolusi apa pun”.[35]
2.3.6. Fakta Mengenai Fosil Peralihan
27
Dalam bukunya The Origin of Species, Darwin menulis: “Jika teori saya
benar, maka beragam bentuk peralihan... sudah sepatutnya ada...” Tetapi,
evolusionis, meskipun telah melewati 140 tahun masa pencarian mereka, tidak
dapat menemukan satupun bentuk peralihan ini.
Evolusionis terkenal, Derek Ager, mengakui fakta ini:
Jika kita mengamati catatan fosil dengan teliti, apakah pada tingkat ordo
atau spesies, maka yang selalu kita dapatkan bukanlah evolusi bertahap, tapi
ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup disertai kepunahan kelompok
yang lain.[36]
Persis seperti pernyataan evolusionis yang lain tentang asal-usul makhluk
hidup, pernyataan mereka tentang asal-usul manusia pun tidak memiliki
landasan ilmiah. Berbagai penemuan menunjukkan bahwa “evolusi manusia”
hanyalah dongeng belaka.
Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia dan kera berasal
dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man yang
terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah berusaha untuk
memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah melakukan
berbagai penelitian, pernyataan “evolusi manusia” belum pernah dilandasi oleh
penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil. Beberapa fakta mengenai
teori evolusi yang menyangkut fosil:
1. australopithecus berarti “kera daerah selatan”. Seluruh spesies Australo-
pithecus, yang dimasukkan ke dalam pengelompokan yang berbeda,
sebenarnya hanyalah jenis kera punah yang menyerupai kera zaman sekarang.
Dua ahli anatomi terkenal tingkat dunia asal Inggris dan USA, Lord Solly
Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, telah melakukan penelitian mendalam
tentang berbagai spesimen Australopithecus. Penelitian mereka
mengungkapkan makhluk ini bukanlah bipedal atau berjalan dengan dua kaki,
dan memiliki cara berjalan yang serupa dengan kera zaman sekarang. Setelah
meneliti tulang-tulang dari fosil tersebut selama 15 tahun, dengan bantuan
dana dari pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang
beranggotakan 5 orang spesialis sampai pada kesimpulan – walaupun
Zuckerman sendiri adalah evolusionis – bahwa Australopithecines hanyalah
28
jenis kera biasa dan sama sekali bukan bipedal (berjalan diatas dua kaki).[37]
Di samping itu, Oxnard, yang juga seorang evolusionis, juga menyatakan jika
struktur rangka Australopithecus serupa dengan orang utan modern.[38]
Analisis mendalam yang dilakukan oleh antropolog Amerika Holly Smith
pada tahun 1994 tentang gigi-gigi Australopithecus menunjukkan bahwa
Australopithecus adalah sejenis kera.[39]
Pada tahun yang sama, Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld,
seluruhnya ahli anatomi, mencapai kesimpulan yang sama melalui metoda
yang sama sekali berbeda. Metoda ini berdasarkan pada analisis perbanding-an
rongga semi-sirkular pada telinga bagian dalam manusia dan kera yang
berfungsi menjaga keseimbangan. Rongga telinga bagian dalam dari semua
spesimen Australopithecus yang diteliti oleh Spoor, Wood dan Zonneveld
ternyata sama seperti yang terdapat pada kera modern.[40] Penemuan ini sekali
lagi menunjukkan jenis Australopithecus adalah spesies yang menyerupai kera
modern.
2. Homo erectus, yang dikemukakan sebagai “manusia primitif” oleh
kalangan evolusionis, sebenarnya adalah ras manusia yang telah hilang.
Perbedaan antara Homo erectus dan kita hanyalah perbedaan ras.
Bahkan seorang evolusionis, Richard Leakey, menyatakan perbedaan
antara Homo erectus dan manusia modern tidaklah lebih dari perbedaan ras:
“Seseorang juga akan melihat adanya perbedaan-perbedaan pada bentuk
tengkorak, besarnya tonjolan di bagian muka, ketebalan alis mata dan
seterusnya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin tak lebih dari perbedaan di
antara ras-ras manusia modern yang terpisahkan secara geografis,
sebagaimana yang kita saksikan sekarang.”[41]
Kini telah terbukti bahwa manusia Neanderthal, yang dikemukakan
sebagai “nenek moyang primitif manusia” oleh para evolusionis, hanyalah ras
manusia yang telah hilang. Tokoh terkemuka di bidang ini, Erik Trinkaus, ahli
antropologi asal New Mexico University menuliskan:
Pembandingan secara rinci sisa-sisa rangka Neanderthal dengan rangka
manusia modern telah menunjukkan tidak dijumpainya pada Neanderthal ciri-
ciri anatomi yang secara meyakinkan menunjukkan kemampuan gerak,
29
manipulasi, kecerdasan atau berbahasa yang lebih rendah dari manusia
modern.[42]
3. Skenario “pohon kekerabatan manusia” telah terbantahkan oleh bukti-
bukti fosil. Sekarang telah diketahui bahwa spesies-spesies yang dinyatakan
sebagai nenek moyang satu sama lain sebenarnya hanyalah ras-ras berbeda
yang hidup di masa yang sama.
Pakar antropologi evolusionis, Alan Walker, membenarkan kenyataan ini
dengan menyatakan: “terdapat bukti dari Afrika Timur tentang keberadaan
individu-individu kecil Australopithecus yang terakhir kali hidup, yang
pertama-tama sezaman dengan Homo habilis, dan kemudian dengan Homo
erectus.”[43] Louis Leakey telah menemukan fosil-fosil Australopithecus,
Homo habilis dan Homo erectus hampir berdampingan satu sama lain di daerah
Olduvai Gorge, lapisan Bed II.[44]
Kendatipun seorang evolusionis, pakar paleontologi dari Harvard
University, Stephen Jay Gould, menerangkan kebuntuan evolusi ini:
“Apa yang terjadi pada pohon kekerabatan kita jika terdapat tiga kelompok
makhluk homo yang hidup pada saat yang sama (A. africanus, australopi-
thecines yang tegap, dan Homo habilis), tak satu pun dari mereka yang dengan
jelas menurunkan yang lain? Selain itu, tak satu pun dari ketiganya
memperlihatkan kecenderungan evolusi selama masa hidup mereka di bumi.[45]
4. Manusia berjalan dengan cara yang sama sekali berbeda dengan makhluk
lain. Tidak ada hewan yang dapat berjalan tegak di atas kedua kakinya
sebagaimana manusia. Namun, evolusionis menyatakan bahwa cara
berjalan tegak di atas kedua kaki (bipedalisme) pada manusia ini adalah
hasil evolusi bertahap dari cara berjalan bungkuk kera di atas empat
kakinya (quadripedalisme).
Pada tahun 1996, ahli anatomi Inggris, Robin Crompton, yang melakukan
penelitian tentang cara berjalan bipedal manusia, menyimpulkan bahwa cara
berjalan pertengahan antara kera dan manusia sebagai sesuatu yang mustahil.
Crompton menunjukkan bahwa makhluk hidup hanya dapat berjalan tegak atau
di atas keempat kakinya. Cara jalan di antara keduanya sangatlah tidak
efektif.[46]
30
Celah sangat lebar yang memisahkan manusia dari kera tidak hanya sebatas
bipedalisme. Masih banyak hal lain yang belum terjawab seperti volume otak,
kemampuan berbicara, dan lain sebagainya. Elaine Morgan, seorang
evolusionis ahli paleoantropologi, memberikan pengakuan berikut berkaitan
dengan masalah ini:
Empat di antara misteri terbesar tentang manusia adalah: 1) mengapa
mereka berjalan di atas dua kaki? 2) mengapa mereka telah kehilangan
rambut permukaan tubuh mereka? 3) mengapa otak mereka telah berkembang
sedemikian besar? 4) mengapa mereka belajar untuk berbicara?
Jawaban yang tak pernah berubah dari pertanyaan ini adalah: 1) ‘Kita
belum tahu’; 2) ‘Kita belum tahu’; 3) ‘Kita belum tahu’; 4) ‘Kita belum tahu’.
Daftar pertanyaan ini dapat menjadi sangat panjang tanpa mempengaruhi
keseragaman jawabannya.[47]
2.3.7. Fakta Jika Manusia Telah Ada Sejak 7 Juta Tahun Lalu
Bukti terakhir yang meruntuhkan pernyataan teori evolusi tentang asal usul
manusia adalah fosil baru Sahelantrophus tchadensis yang tergali di kota
Chad, Afrika Tengah pada musim panas 2002. Fosil ini seolah ‘meletakkan
kucing di antara merpati’ bagi dunia Darwinisme. Dalam sebuah artikel yang
memberitakan penemuan ini, jurnal terkemuka Nature mengakui bahwa
“Tengkorak yang baru ditemukan bisa jagi menenggelamkan gagasan kita
selama ini tentang evolusi manusia.”[48]
Daniel Lieberman dari Harvard University mengatakan bahwa “[Penemuan]
ini akan memberikan pengaruh seperti sebuah bom nuklir kecil.”[49]
Alasan untuk hal ini adalah bahwa meskipun fosil yang dibicarakan berumur
7 juta tahun, ia memiliki struktur yang lebih “mirip-manusia” (menurut kriteria
yang selama ini digunakan evolusionis) daripada spesies kera Australopithecus
berumur 5 juta tahun yang dianggap sebagai “nenek moyang tertua manusia.” Ini
menunjukkan bahwa hubungan evolusi yang dibangun antara spesies kera punah
yang didasarkan pada kriteria “kemiripan dengan manusia” yang sangat subjektif
dan penuh perkiraan adalah rekaan belaka. Komentar Henry Gee, editor senior
Nature dan seorang ahli paleoanthropologi terkemuka, tentang penemuan fosil
31
kera terbaru ini sangatlah perlu diperhatikan. Dalam artikelnya yang diterbitkan
oleh The Guardian, merujuk pada debat mengenai fosil ini, Gee menulis:
Apapun hasilnya, tengkorak ini menunjukkan, untuk selamanya, bahwa
gagasan lama tentang “mata rantai yang hilang” adalah omong kosong…
Seharusnya sekarang cukup jelas bahwa gagasan mata rantai yang hilang, yang
sebelumnya juga tidak kokoh, sekarang sepenuhnya tidak dapat dipertahankan.[50]
2.3.8. Fakta Jika Semua Ilmuwan Terbesar Dalam Kemajuan Ilmiah
Adalah Penganut Fakta Penciptaan (Kreasionis)
Tak menjadi soal, betapapun keras upaya kaum evolusionis dalam
menampilkan diri mereka sebagai pemuncul gagasan seperti inovasi (pembaruan)
dan kemajuan, sejarah telah membuktikan bahwa pencetus yang sebenarnya dari
inovasi dan kemajuan adalah selalu para ilmuwan beriman yang meyakini
penciptaan oleh Tuhan.
Kita dapat menyaksikan adanya ilmuwan yang beriman di setiap titik
kemajuan ilmiah. Leonardo da Vinci, Copernicus, Kepler, dan Galileo, yang
memulai era baru dalam ilmu astronomi, Cuvier, pendiri paleontologi, Linnaeus,
pendiri sistem penggolongan modern untuk flora dan fauna, Isaac Newton,
penemu hukum gravitasi, Edwin Hubble, yang menemukan adanya galaksi dan
pemuaian alam semesta, serta banyak lagi, dan banyak lainnya yang meyakini
Tuhan dan percaya bahwa alam semesta dan makhluk hidup adalah ciptaanNya.
Salah satu ilmuwan terbesar di abad kedua puluh, Albert Einstein, berkata:
Saya tak dapat membayangkan seorang ilmuwan sejati tanpa keimanan
yang kuat. Situasi ini dapat dilukiskan sebagai: Ilmu tanpa agama adalah
lumpuh…[51]
Max Planck, pendiri fisika modern berkebangsaan Jerman, berkata:
Siapa pun yang secara sungguh-sungguh telah terlibat dalam kerja ilmiah
jenis apa pun juga, akan sadar bahwa di atas pintu gerbang memasuki kuil ilmu
pengetahuan tertera kalimat: Engkau harus beriman. Ini adalah sifat yang tak
dapat dilepaskan dari seorang ilmuwan.[52]
32
CATATAN KAKI
1. Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya hal: 9
2. Handout Teori Evolusi Molekuler bab sejarah perkembangan teori evolusi hal: 2-5
3. “TEORI DARWIN” TENTANG EVOLUSI MANUSIA MENURUT ISLAM, Darus Salaf :
Kajian Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Assunnah, darussalaf.or.id, 2013
4. Kawasyif Zuyuuf, Hal: 317, Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya hal: 10-11,
5. Harun Yahya: Darwinism Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003, hal: 10
6. Menyanggah darwinisme, 2002, harun yahya, hal: 15-16
7. Desain di alam, harun yahya, hal : 50, 2003
8. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hal. 569.
9. Ibid, hal. 588
10. Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 7, hal. 180
11. Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 65 Tahun II.
12. http://tausyah.wordpress.com/2012/12/20/lima-fase-atau-tahapan-kehidupan-manusia-yang-
mesti-dialami-manusia-dari-awal-sampai-akhir-tahapan-titik-nol-atau-ketidak-adaan-
tahapan-di-alam-rahim-alam-dunia-alam-barzakh-dan-alam-akhirat/
13. http://ahmad-ad-diyani.blogspot.com/2013/04/makalah-tahapan-penciptaan-manusia.html
14. Memahami Allah Melalui Akal, harun yahya, hal: 34,
15. Darwinisme bertentangan dengan al-qur’an, harun yahya, hal: 6
16. Ebus Suud adalah sheik Islam dan ulama zaman Ottoman yang hidup antara 1492/3-1574/5.
17. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2631
18. Omar Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3851
19. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2684
20. Hamdi Yazir of Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/insandehr.htm
21. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 3, h. 1268
22. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1991
23. Darwinisme bertentangan dengan al-qur’an, hal : 57-60
24. Harun Yahya: The Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 1999, dan Darwinism
Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003.)
25. J. P. Ferris, C. T. Chen, “Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a
Model for the Atmosphere of the Primitive Earth”, Journal of American Chemical Society,
Vol 97:11, 1975, hal. 2964.
26. “New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life”, Bulletin of the American
Meteorological Society, Vol 63, November 1982, hal. 1328-1330
27. “Life’s Crucible”, Earth, February 1998, hal. 34
28. Sidney Fox, Klaus Dose. Molecular Evolution and The Origin of Life.
29. New York: Marcel Dekker, 1977. hal. 2
30. W. R. Bird, The Origin of Species Revisited. Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hal. 304
33
31. J. D. Thomas, Evolution and Faith. Abilene, TX, ACU Press, 1988. Hal: 81-82
32. “Hoyle on Evolution”, Nature, Vol 294, 12 November 1981, hal. 105
33. Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London: Burnett Books, 1985, hal. 351
34. Pierre-P Grassé, Evolution of Living Organisms, New York: Academic Press, 1977, hal. 103.
35. Colin Patterson, “Cladistics”, BBC, Brian Leek ile Röportaj, Peter Franz, 4 March 1982.
36. Pierre-Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, Academic Press, New York, 1977, hal.
88
37. Derek A. Ager, “The Nature of the Fossil Record”, Proceedings of the British Geological
Association, Vol 87, 1976, hal. 133
38. Solly Zuckerman, Beyond The Ivory Tower, New York: Toplinger Publications, 1970, hal.
75-94.
39. Charles E. Oxnard, “The Place of Australopithecines in Human Evolution: Grounds for
Doubt”, Nature, Vol 258, hal. 389
40. Holly Smith, American Journal of Physical Antropology, Vol 94, 1994, hal. 307-325.
41. Fred Spoor, Bernard Wood, Frans Zonneveld, “Implication of Early Hominid Labryntine
Morphology for Evolution of Human Bipedal Locomotion”, Nature, Vol 369, 23 June 1994,
hal. 645-648.
42. Richard Leakey, The Making of Mankind, London: Sphere Books, 1981, hal. 62
43. Erik Trinkaus, “Hard Times Among the Neanderthals”, Natural History, Vol 87, December
1978, hal. 10; R. L. Holloway, “The Neanderthal Brain: What Was Primitive”, American
Journal of Physical Anthropology Supplement, Vol 12, 1991, hal. 94
44. Alan Walker, Science, Vol 207, 1980, hal. 1103.
45. A. J. Kelso, Physical Antropology, 1st ed., New York: J. B. Lipincott Co., 1970, hal. 221; M.
D. Leakey, Olduvai Gorge, Vol 3, Cambridge: Cambridge University Press, 1971, hal. 272.
46. S. J. Gould, Natural History, Vol 85, 1976, hal. 30
47. Ruth Henke, “Aufrecht aus den Baumen”, Focus, Vol 39, 1996, hal. 178
48. John Whitfield, "Oldest member of human family found," Nature, 11 Juli 2002.
49. 214 D.L. Parsell, "Skull Fossil From Chad Forces Rethinking of Human Origins," National
Geographic News, 10 Juli 2002.
50. The Guardian, 11 Juli 2002
51. Elaine Morgan, The Scars of Evolution, New York: Oxford University Press, 1994, hal. 5
52. Earnest A. Hooton, Up From The Ape, New York: McMillan, 1931, hal. 332
34
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Teori Evolusi Darwin Tidak memiliki landasan teori atau fakta ilmiah apalagi
pijakan yang kuat. Teori ini murni sepenuhnya salah dan hanyalah hayalan
belaka.
2. Apa yang tertulis dalam Al Qur’an dan hadist adalah mutlak kebenarannya.
3. Jangan mengertikan ayat Al Qur’an maupun hadis sesuai dengan kondisi atau
keinginan diri, tetapi lihatlah makna ayat tersebut sesuai dengan makna yang
telah disepakati umat muslim. Karena hal ini dapat mengakibatkan kesalahan
fatal dalam memahami maknanya.
4. Ilmu pengetahuan itu sejalan dengan pandangan islam, jika tidak hanya ada
dua penyebab, akal manusia ataupun teknologi manusia yang belum dapat
menjangkaunya, atau manusia yang berusaha menafikkan kenyataan yang ada
karena telah buta mata hatinya.
3.2. SARAN
Kaum beriman harus menghindari membela teori ini dan makna
pemikirannya, karena keduanya menentang kebenaran Islam. Sebagian mukmin
mungkin mendukung teori ini, karena tidak sadar akan berbagai bencana yang
dibawanya pada umat manusia, bahwa teori ini didukung oleh mereka yang
membenci agama, dan bahwa teori ini menolak fakta penciptaan. Mengingat hal
itu, kaum Muslimin yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang teori ini,
harus menghindari menempuh jalan itu, sebab sebagaimana difirmankan Allah
dalam Al Qur’an kepada mereka yang taat:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Israa’,
17: 36)
Muslim teladan sebaiknya meneliti masalah ini dengan setulusnya, dan
berlaku sesuai dengan kesadaran bahwa:
Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan
yang lurus.(QS. Al Jin, 72: 14)
35
Sebagaimana diperintahkan ayat di atas, kaum Muslimin yang meyakini
kebenaran teori evolusi harus mempertimbangkan teori ini dengan hati-hati,
melakukan penelitian yang luas, dan mengambil keputusan sesuai dengan nurani
mereka.
36
DAFTAR PUSTAKA
Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 65 Tahun II.
Handout Teori Evolusi Molekuler. evolusiblog.files.wordpress.com/2012/.../ho-
4-ev-oke....
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-
dan.html
http://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-
islam/
http://www.gainpeace.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
108:what-is-islams-view-about-education-science-and-
technology&catid=54catid=54&Itemid=108
Syahin, A.S. Adam bukan manusia pertama ? (mitos atau realita). 2004.
Republika, Jakarta.
Taufikurahman, PhD. 2003. Mengapa ada penolakan terhadap teori evolusi
Darwin: tanggapan atas tulisan Wildan Yatim, Kompas, Mei 2003.
Yahya, Harun. 2001. Keruntuhan teori evolusi. Adz Zikra-Syamil, Bandung.
Yahya, Harun. 2003. Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Islam.
Global Media. Jakarta.
Yahya, Harun. 2003. Keajaiban Penciptaan Manusia. Global Media. Jakarta.
Yahya, Harun. 2002. Menyibak Tabir Evolusi. Global Media. Jakarta.
Yahya, Harun. 2002. Rahasia DNA. Adz Zikra-Syamil, Bandung.
Yahya, Harun. 2003. Runtuhnya Teori Evolusi Dalam 20 Pertanyaan. Adz
Zikra-Syamil, Bandung.
Yahya, Harun. 2002. Mari Menyelidiki Kekeliruan Teori Evolusi. Adz Zikra-
Syamil, Bandung.
Yahya, Harun. 2003. Memahami Allah Melalui Akal. Global Media. Jakarta.
Yahya, Harun. 2002. Menyanggah Darwinisme. Global Media. Jakarta.
Yahya, Harun. 2002. Keajaiban Desain Di Alam. Global Media. Jakarta.
Yahya, Harun. 2002. Manusia Dan Alam Semesta. Global Media. Jakarta.
Yahya, Harun. 2002. Menjawab Tuntas Polemik Evolusi. Global Media.
Jakarta.

More Related Content

What's hot

Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Agoes Rakbika
 
Intro To Philosophy
Intro To PhilosophyIntro To Philosophy
Intro To Philosophy
gueste97040
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
vian rahayu
 

What's hot (19)

Metode kefilsafatan
Metode kefilsafatanMetode kefilsafatan
Metode kefilsafatan
 
Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan TeknologiIlmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi
 
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
 
Ruang lingkup-filsafat-ilmu
Ruang lingkup-filsafat-ilmuRuang lingkup-filsafat-ilmu
Ruang lingkup-filsafat-ilmu
 
Intro To Philosophy
Intro To PhilosophyIntro To Philosophy
Intro To Philosophy
 
Filsafat dan ilmu pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuanFilsafat dan ilmu pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuan
 
Landasan Pendidikan
Landasan PendidikanLandasan Pendidikan
Landasan Pendidikan
 
Ilmu Pengetahuan
Ilmu PengetahuanIlmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
 
Lapangan penyelidikan kefilsafatan
Lapangan penyelidikan kefilsafatanLapangan penyelidikan kefilsafatan
Lapangan penyelidikan kefilsafatan
 
Dasar dasar ilmu filsafat 2
Dasar dasar ilmu filsafat 2Dasar dasar ilmu filsafat 2
Dasar dasar ilmu filsafat 2
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
Filsafat 8
Filsafat 8Filsafat 8
Filsafat 8
 
Struktur Ilmu Filsafat Ontologi dan Epistemologi
Struktur Ilmu Filsafat Ontologi dan EpistemologiStruktur Ilmu Filsafat Ontologi dan Epistemologi
Struktur Ilmu Filsafat Ontologi dan Epistemologi
 
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat IlmuModul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Beberapa corak sistem
Beberapa corak sistemBeberapa corak sistem
Beberapa corak sistem
 

Similar to Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

makalah.docx
makalah.docxmakalah.docx
makalah.docx
DanielBangun3
 
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptxKelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
rismarei36
 
Manusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copyManusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copy
ainamylla
 

Similar to Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam (20)

makalah.docx
makalah.docxmakalah.docx
makalah.docx
 
Al -Qur'an & sains
Al -Qur'an & sainsAl -Qur'an & sains
Al -Qur'an & sains
 
Keruntuhan Teori Evolusi
Keruntuhan Teori EvolusiKeruntuhan Teori Evolusi
Keruntuhan Teori Evolusi
 
Mengenal Pemikiran Harun Yahya
Mengenal Pemikiran Harun YahyaMengenal Pemikiran Harun Yahya
Mengenal Pemikiran Harun Yahya
 
Biodiversiti & Adaptasi (Tugasan individu a)
Biodiversiti & Adaptasi (Tugasan individu a)Biodiversiti & Adaptasi (Tugasan individu a)
Biodiversiti & Adaptasi (Tugasan individu a)
 
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptxKelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
Kelompok 1 Islam dan ilmu pengetahuan.pptx
 
Makalah Teori evolusi
 Makalah Teori evolusi Makalah Teori evolusi
Makalah Teori evolusi
 
teori evolusi dan rekayasa reproduksi
teori evolusi dan rekayasa reproduksiteori evolusi dan rekayasa reproduksi
teori evolusi dan rekayasa reproduksi
 
PPT KELOMPOK 3_EVOLUSI.pdf
PPT KELOMPOK 3_EVOLUSI.pdfPPT KELOMPOK 3_EVOLUSI.pdf
PPT KELOMPOK 3_EVOLUSI.pdf
 
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
 
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
 
tantangan islam menurut filsafat islam
tantangan islam menurut filsafat islamtantangan islam menurut filsafat islam
tantangan islam menurut filsafat islam
 
Unity of science
Unity of science Unity of science
Unity of science
 
Unity of science
Unity of science Unity of science
Unity of science
 
Menyibak Tabir Teori Evolusi
Menyibak Tabir Teori EvolusiMenyibak Tabir Teori Evolusi
Menyibak Tabir Teori Evolusi
 
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
 
Memahami islam sbg worldview
Memahami islam sbg worldviewMemahami islam sbg worldview
Memahami islam sbg worldview
 
Artikel FKI.docx
Artikel FKI.docxArtikel FKI.docx
Artikel FKI.docx
 
Manusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copyManusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copy
 
Scientisme dan kultus keilmuan
Scientisme dan kultus keilmuanScientisme dan kultus keilmuan
Scientisme dan kultus keilmuan
 

Recently uploaded (6)

SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 

Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

  • 1. Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia Dalam Pandangan Islam dan Fakta Ilmiah Disusun oleh : Firda Sa’adah Fiddaroeni (H1E013045) UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2013
  • 2. 2 Ilmu yang Hanya Mengikuti Akal tanpa Meyakini Adanya Sang Pencipta Bagaikan Nyala Api yang Diselimuti Air……
  • 3. 3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah “Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia Dalam Pandangan Islam dan Ilmiah” dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Agama”. Tulisan ini membahas gagasan penulis mengenai teori evolusi Darwin sendiri mengenai asal usul manusia dalam islam dan ilmiah. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Tutur Chundori, Selaku Dosen mata kuliah “Agama”. 2. Kedua orang tua dan seluruh kerabat dekat yang selalu memberikan semangat dan bantuan baik dalam bentuk material maupun nonmaterial. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih kurang dari sempurna, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Purwokerto, 31 Desember 2013 Penulis
  • 4. 4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... 3 DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 5 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 6 1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................... 6 1.4. Metode Penulisan ................................................................................... 6 BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia ......................................... 8 2.1.1 Pengertian Evolusi ........................................................................ 8 2.1.2 Akar Pemikiran Evolusionis ......................................................... 8 2.1.3 Macam – Macam Evolusi ............................................................. 8 2.1.4 Teori Evolusi Darwin . .................................................................. 9 2.2 Pengertian Agama Islam Atau Pandangan Islam Mengenai Teori Evolusi Darwin Tentang Asal Manusia . ................................................12 2.2.1 Ilmu dalam Pandangan Islam ........................................................12 2.2.2 Penciptaan Manusia Menurut Al-qur’an .......................................13 2.2.3 Kekeliruan bahwa Manusia Diciptakan melalui Tahap-Tahap Evolusi ..........................................................................................15 2.3 Fakta Ilmiah Mengenai Teori Evolusi Darwin Tentang Asal Manusia ...22 2.3.1 Fakta tentang Percobaan Stanley Miller . ......................................22 2.3.2 Fakta Mengenai Percobaan Louis Pasteur ....................................23 2.3.3 Fakta Probabilitas Terbentuknya Protein Pertama Secara Kebetulan ......................................................................................23 2.3.4 Fakta Tentang DNA ......................................................................24 2.3.5 Fakta Mengenai Mutasi Dan Seleksi Alam . .................................25 2.3.6 Fakta Mengenai Fosil Peralihan ....................................................26 2.3.7 Fakta Jika Manusia Telah Ada Sejak 7 Juta Tahun Lalu ..............30 2.3.8 Fakta Jika Semua Ilmuwan Terbesar Dalam Kemajuan Ilmiah Adalah Penganut Fakta Penciptaan (Kreasionis) ..........................31 BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan .............................................................................................34 3.2 Saran .......................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA
  • 5. 5 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, pandangan kita terhadap teori evolusi atau yang lebih dikenal dengan teori Darwin adalah, bahwa teori Darwin berdasarkan fakta ilmiah atau didukung oleh sejumlah teori yang kuat. Sedangkan pandangan islam yang kita ketahui dengan jelas menentang teori Darwin terlihat seperti hanya berlandaskan pada kepercayaan islam sebagaimana yang tertulis dalam al-qur’an dan hadis. Walaupun kita semua sebagai umat muslim tahu jika apa yang dikatakan al- qur’an dan hadis tidak pernah salah, akan tetapi hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan besar yang berujung pada sebuah titik keraguan. Terutama karena teori evolusi yang didasarkan pada teori Darwin ini telah diajarkan terhadap para pelajar sejak kelas 4 SD, yaitu dalam pelajaran IPA, SMP, dan SMA dalam pelajaran biologi maupun sejarah hingga di perguruan tinggi bagi yang mengambil mata kuliah biologi. Pelajaran ini bahkan selalu muncul dalam pertanyaan ujian nasional tingkat SMP maupun SMA. Sehingga hal ini membuat sebuah perdebatan besar dalam hati para pelajar, termasuk penulis, sebenarnya mana yang merupakan kebenaran yang hakiki? Teori Darwin ini atau pandangan islam? Lalu, mengapa teori Darwin ini seakan – akan memiliki dasar teori yang kuat karena didukung oleh buku – buku pelajaran dan juga selalu diajarkan di sekolah? Sedangkan pandangan islam seperti tidak mempunyai pijakan dalam dasar teori ataupun dalam kajian ilmiah. Hal ini lah yang mengakibatkan munculnya dua pemahaman awam. Pertama timbulnya pencirian tentang siapa kamu? Seorang darwinisme, yang mempercayai mutlak teori Darwin seperti yang diajarkan pada buku – buku sekolah. Atau seorang agamis yang menentang teori darwin karena di dalam ajaran agama islam tidak pernah ada yang namanya evolusi, melainkan penciptaan sempurna berbagai makhluk hidup yang ada atau pernah hidup di dunia ini. Kemudian yang kedua adalah pehaman jika ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada sebuah keraguan dan pertanyaan, hipotesa, experiment, serta pengujian sangat bertentangan dengan pandangan islam yang hanya berlandaskan kepercayaan, seperti sebuah dogma yang tidak boleh dipertanyakan. Dengan kata
  • 6. 6 lain, ilmu pengetahuan dan agama adalah dua hal yang berbeda atau bahkan bertolak belakang. Padahal, penulis meyakini jika ilmu pengetahuan sejalan atau sesuai dengan pandangan islam. Hanya saja, pengetahuan yang ada pada diri manusia belum lah sehebat atau secanggih yang diperlukan untuk dapat terus konsisten membuktikan kebenaran dari ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-qur’an dan hadist. Atau kita yang telah menafikan kenyataan yang ada di lingkungan sekitar kita tentang kebenaran al qur’an dan hadis. Oleh karena itulah, penulis membuat karya tulis ini agar kita sebagai umat islam dapat memperoleh pijakan yang kuat untuk terus mempercayai pandangan islam yang memiliki kebenaran hakiki. Karena manusia diberi akal dan pikiran tidak lain untuk dapat berpikir dan memahami secercah keagungan dari ciptaan Yang Maha Esa ini. Meskipun akal kita pun terbatas, tapi bukankah nabi besar kita pernah berkata, “kejarlah ilmu sampai ke negeri cina”, yang berarti kita sebagai umat muslim wajib untuk mencari tahu kebenarannya. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah teori evolusi Darwin tentang asal manusia? 2. Bagaimanakah pengertian agama islam atau pandangan islam mengenai teori evolusi Darwin tentang asal manusia? 3. Bagaimanakah fakta ilmiah mengenai teori evolusi Darwin tentang asal manusia? 1.3. TUJUAN 1. Mengetahui teori evolusi Darwin tentang asal manusia. 2. Mengetahui pengertian agama islam atau pandangan islam mengenai teori evolusi Darwin tentang asal manusia. 3. Mengetahui fakta ilmiah mengenai teori evolusi Darwin tentang asal manusia. 1.4. METODE PENGUMPULAN DATA Sesuai dengan sumber data serta maksud dan tujuan penyusunan tugas akhir ini maka dalam pengumpulan data penulis menggunakan studi kepustakaan, yaitu
  • 7. 7 suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dan mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan masalah karya tulis ini.
  • 8. 8 PEMBAHASAN 2.1. TEORI EVOLUSI DARWIN MENGENAI ASAL MANUSIA 2.1.1. Pengertian Evolusi Kata evolusi awalnya diungkapkan oleh seorang ahli filsafat dari Inggris, akan tetapi belum mengarah pada evolusi kehidupan. Dalam perkembangannya, evolusi digunakan oleh seorang ahli naturalis untuk menjelaskan fenomena kehidupan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Evolusi merupakan kata yang umum dipakai orang untuk menunjuk adanya perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh alam atau rekayasa manusia. Teori evolusi sesungguhnya adalah sebuah hipotesis tentang asal-usul mahluk hidup. Fakta bahwa banyak jenis mahluk hidup yang ada disaat sekarang tidak dijumpai pada kehidupan di masa jutaan bahkan milyaran tahun yang lalu (Widodo,2002 dalam Mas’ud 2009) 2.1.2. Akar Pemikiran Evolusionis Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat, materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah di sebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan, tetapi wujud dengan sendirinya (1). 2.1.3 Macam – Macam Evolusi Menurut Amin (2009), berdasarkan obyek yang mengalami evolusi, evolusi dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Evolusi anorganik (evolusi universe) adalah yang terjadi pada lingkungan abiotic. Contohnya : terjadinya bumi
  • 9. 9 2. Evolusi organik adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari generasi ke generasi. Contoh : asal-usul kehidupan Jenis-jenis Evolusi menurut Dobzanky, seorang ahli genetika membagi evolusi menjadi 3 macam yaitu : 1. Evolusi kosmik Dalam teori ini dijelaskan bahwa bumi yang ada sekarang berasal dari adanya ledakan galaksi yang terjadi jutaan tahun lalu. Para ahli geologi juga telah menunjukkan bahwa bumi ini mengalami perubahan-perubahan selama proses pertumbuhannya. 2. Evolusi biologi Adanya evolusi biologi ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil yang mendukung teori ini baik fosil tumbuhan ataupun hewan. 3. Evolusi peradaban Manusia sebagai makhluk yang dibekali akal, budi dan juga pikiran juga mengalami evolusi. Manusia mampu menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya dengan cara memakai serta mengembangkan teknik, pengetahuan serta cara hidup yang semuanya tadi disebut peradaban.[2] 2.1.4. Teori Evolusi Darwin Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12 Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April 1882 pada umur 72 tahun) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat). Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life(biasanya disingkat menjadi The Origin of Species) (1859) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang. Buku ini menjelaskan evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang dominan mengenai keanekaragaman di dalam alam. Darwin diangkat menjadi Fellow of the Royal Society, melanjutkan penelitiannya, dan menulis serangkaian buku tentang tanaman dan binatang,
  • 10. 10 termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals. Bukunya yang terakhir adalah tentang cacing tanah.[3] Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos (Galapagos = kura-kura raksasa). Ia mengira bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat.[4] Terjadinya keanekaragaman ini disebabkan oleh perbedaan jenis makanannya. Pendapat Charles Lyell dalam bukunya "Principles of Geology" yang menyatakan bahwa batuan, pulau, dan benua selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin peristiwa ini kemungkinan dapat mempengaruhi makhluk hidup. Pendapat Thomas Robert Malthus dalam bukunya "An Essay on the Principle of Population" yang menyatakan adanya kecenderungan kenaikan jumlah penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan. Hal ini menurut Darwin menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek mo-yang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.[5] Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun; tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. (Asal usul “sifat-sifat yang menguntungkan” ini belum diketahui
  • 11. 11 pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Ia mengira telah menemukan “asal usul spesies”: suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species, By Means of Natural Selection pada tahun 1859. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, Darwin mengemukakan dua teori pokok tentang evolusi, yaitu: a. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup pada masa lampau. b. Evolusi terjadi karena adanya seleksi alam. Hanya individu-individu yang dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan yang mampu hidup terus, sedangkan yang lainnya akan punah. kaum evolusionis menyatakan bahwa kehidupan muncul sebagai hasil ketidaksengajaan, oleh pergerakan tak-sadar. Dengan kata lain, kehidupan di Bumi lahir tanpa Sang Pencipta, dan dengan sendirinya, dari zat-zat tak-hidup. Menurut teori evolusi, makhluk hidup terwujud melalui berbagai kebetulan, dan berkembang lebih jauh sebagai sebuah hasil dari dampak yang tidak disengaja. Sekitar 3,8 miliar tahun lalu, ketika tidak ada makhluk hidup di bumi, makhluk bersel satu (prokaryota) sederhana pertama muncul. Seiring dengan perjalanan waktu, sel-sel yang lebih kompleks (eukaryota) dan organisme bersel banyak muncul. Dengan kata lain, menurut Darwinisme, kekuatan alam membangun benda-benda mati sederhana menjadi rancangan sangat kompleks dan sempurna.[6] Model neo-Darwinis, yang dapat kita anggap sebagai teori utama dari evolusi saat ini, menyatakan bahwa kehidupan berkembang atau berevolusi melalui dua mekanisme alamiah: seleksi alam dan mutasi. Pada dasarnya teori ini menekankan bahwa seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi. Sumber dari perubahan secara evolusi adalah mutasi acak yang terjadi dalam struktur genetik makhluk hidup. Sifat yang dihasilkan dari mutasi ini kemudian dipilah dengan mekanisme seleksi alam, dan dengan cara inilah makhluk hidup berevolusi. Yang pada akhirnya evolusi ini menghasilkan makhluk yang paling sempurna yaitu manusia.[7]
  • 12. 12 2.2. PENGERTIAN AGAMA ISLAM ATAU PANDANGAN ISLAM MENGENAI TEORI EVOLUSI DARWIN TENTANG ASAL MANUSIA 2.2.1. Ilmu dalam Pandangan Islam Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip- prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. ‫ا‬ َ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬ْ‫أ‬ َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬ , ٍ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬‫اإل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ , َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫م‬ْ‫س‬‫ا‬ِ‫ب‬ْ‫أ‬ َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬َ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬‫اإل‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ , ِ‫م‬َ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ , ُ‫م‬َ‫ْر‬‫ك‬‫أل‬ْ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ 1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq: 1-5) Iqra terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun, lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.[8] Perintah iqra menjadi pedoman nyata bagi seluruh umat Islam untuk senantiasa menggali ilmu. Proses penggalian ilmu sendiri tidak lepas dari pertolongan Allah Swt, karena sesungguhnya ilmu adalah milik Allah dan manusia diberi instrument untuk mendapatkan ilmu tersebut melalui pendengaran, penglihatan dan hati. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Nahl 78 ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ‫ال‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ه‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ون‬ُ‫ط‬ُ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫و‬ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ش‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ة‬َ‫د‬ِ‫ئ‬ْ‫ف‬‫األ‬ َ‫و‬ َ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ب‬‫األ‬ َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫و‬َ‫ون‬ “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap individu muslim baik laki-laki maupun perempuan. ‫ومسلمة‬ ‫مسلم‬ ‫كل‬ ‫على‬ ‫فريضة‬ ‫العلم‬ ‫طلب‬ “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim laki-laki dan perempuan” (HR: Ibn Majah) Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasulullah Saw pun diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya.[9] ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫د‬ ِ‫ز‬ ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫......و‬
  • 13. 13 “….. dan katakanlah (Muhamamd): "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS: Thaha:114) Meskipun manusia diberi kebebasan untuk menggali serta mengeksploitasi ilmu, tapi ada beberapa hal yang tidak boleh dipertanyakan oleh manusia. Hal ini berkenaan dengan keterbatasan ilmu manusia yang tidak mungkin bisa sampai kepada rahasia Allah yang masih tersembunyi. Al-Biqa’i menjelaskan bahwa kaum musyrikin bertanya mengenai proses dihidupkannya kembali manusia setelah menjadi tulang-belulang.[10] Pertanyaan ini langsung dijawab oleh Allah melalui surat Al-Isra ayat 85 ‫يال‬ِ‫ل‬َ‫ق‬ ‫ال‬ِ‫إ‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ي‬ِ‫ت‬‫و‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ي‬ِِّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ح‬‫و‬ُّ‫الر‬ ِ‫ل‬ُ‫ق‬ ِ‫وح‬ُّ‫الر‬ ِ‫َن‬‫ع‬ َ‫ك‬َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬َ‫و‬ “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". 2.2.2. Penciptaan Manusia Menurut Al-qur’an َ‫ل‬َ‫ق‬َ‫د‬ َْ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫خإ‬َََْ‫ا‬ َ َ َ‫ن‬‫ا‬ْ ُ‫َل‬َ‫د‬ َ‫ة‬ٍ َ‫ن‬‫ا‬ْ ُ‫نن‬‫ا‬ٍ ُ‫م‬َّ ‫َخع‬‫ل‬َ‫ن‬َ‫ه‬َُ ُ‫َل‬َ‫ف‬َ‫ة‬َ ‫ف‬‫ا‬‫ي‬ ُ‫َر‬َ‫ر‬ٍَ ُ‫نن‬‫ا‬‫ن‬َْ ُ‫م‬َّ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫َل‬َ‫ف‬َ‫ة‬َ‫ل‬‫َد‬ ُ‫َل‬َ‫ق‬َ‫ن‬ًَ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫َل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ه‬َ‫َد‬ ُ‫ََل‬‫غ‬َ‫ة‬ْ ‫َخ‬‫ل‬َ‫ق‬َ‫ن‬َ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫َل‬َ‫غ‬َ‫ة‬ََ‫َد‬ ‫خ‬ُْ‫خ‬َ‫م‬‫ا‬ً ‫َخ‬َ َ‫س‬ََْ‫ن‬َ‫ي‬ َْ‫خ‬َ‫م‬‫ا‬‫ه‬َ‫َد‬ ‫خ‬ََُ‫م‬َ‫د‬ ُ‫م‬َّ ‫َخع‬َََََََُْ ‫خ‬ُ‫ق‬َ‫َن‬‫ا‬ َ‫َر‬‫ا‬َ َ‫ت‬َ‫خر‬َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ي‬ ُ‫َه‬ ‫ن‬ََْ‫ن‬َُ َ‫نن‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫د‬‫خ‬َ‫ن‬َ‫َد‬ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14) Dari ayat tersebut dapat disimpulkan adanya enam fase terbentuknya janin dalam rahim. Tahap pertama penciptaan janin disebut Sulalah dimulai dari saripati mani. Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan “ dari saripati air yang hina (air mani)”. Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani yang keluar
  • 14. 14 dari suami – istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang dimaksud dengan “ Sulalah”. Menurut riset yang telah diteliti oleh para ahli sekarang, bahwa manusia itu tercipta dari satu sperma saja. Itu sangat sedikit sekali bila dibanding dengan sperma yang keluar dari laki-laki yang mencapai jutaan sperma. Sulalah adalah kata yang paling tepat dan cocok untuk menggambarkan proses terbentuknya janin ini, karena satu dari jutaan sperma ini bergerak menuju ke rahim untuk membuahi ovum dari wanita.[11] Tahap kedua disebut Alaqoh. “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ( ‘Alaqoh ).” ‘Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil yang hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang pada waktu minum di rawa – rawa (yaitu sebangsa lintah ). Bentuk janin pada fase ini sangat mirip sekali dengan binatang lintah tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto bersamaan, niscaya manusia tidak akan bisa membedakkan bentuk dan gambar keduanya. Tahap ketiga, Mudghah (Segumpal Daging). Dalam kelanjutan surat al- Mukminun dijelaskan ''Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.” Tahap keempat ditandai dengan muncul dan tumbuhnya tulang. “Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang.” Para ahli dan spesialis dalam bidang medis telah menyimpulkan bahwa tulang itu muncul sebelum daging sebagai penutupnya. Setelah itu barulah muncul daging. Ini hanya baru diketahui oleh para ahli pada zaman sekarang, itu pun dengan bantuan alat – alat fotografi.[12] Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. “Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan dagin...'' Didahulukannya penciptaan tulang sebelum daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel padanya. Maka tulang mesti sudah ada sebelum daging. Tahap keenam adalah perubahan janin ke bentuk yang lain. “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain..'' Menurut Dr Ahmad Hamid Ahmad, bersama dengan berakhirnya pekan ketujuh, panjang Mudghah sudah mencapai 8 – 16 milimeter”. Termasuk yang membedakan pada periode ini adalah: bahwa bentuk tulang berbentuk bengkok menyerupai bulan sabit, kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi ada sesuatu yang
  • 15. 15 membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu sempurnanya bentuk tubuh pada pekan kedelapan.[13] Adalah Allah, Dia-lah satu-satunya Pencipta yang dapat menghidupkan benda mati. Dalam Alquran disebutkan, “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS. Ar-Ruum, 30:19) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya. (QS. At Tiin, 95: 4) Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu). (QS. At Taghaabun, 64: 3)[14] Dari penjelasan di atas, jelas di dapatkan kesimpulan jika manusia itu di ciptakan dalam bentuk yang sempurna sedari awal mula, bukan akibat dari sebuah evolusi berdasarkan ketidak sengajaan yang berawal dari benda mati menjadi makhluk hidup pertama atau sel dan berevolusi menjadi manusia yang menyebabkan manusia dan semua makhluk hidup lainnya berasal dari nenek moyang yang sama. Karena tidak ada penjelasan satupun yang ada dalam al qur’an yang menyatakan adanya evolusi, yang ada hanyalah mengenai penciptaan manusia. Perbedaan mendasar antara agama dan paham ateisme (termasuk darwinisme karena menganut paham materialisme yang tidak mempercayai adanya penciptaan) adalah, yang pertama mempercayai Allah, sedangkan yang terakhir mempercayai materialisme. Ketika Allah bertanya kepada mereka yang ingkar, Dia menarik perhatian terhadap pernyataan yang mereka ajukan untuk menolak penciptaan: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Ath Thuur, 52: 35).[15] “Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak mem-benarkan (hari berbangkit)? Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” (QS. Al Waaqi'ah, 56: 57-59). 2.2.3. Kekeliruan Bahwa Manusia Diciptakan Melalui Tahap-Tahap Evolusi
  • 16. 16 1. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS. Nuh, 71: 13-14) Mereka yang mendukung penciptaan evolusi menafsirkan kata-kata “beberapa tingkatan kejadian” sebagai “melalui tahap-tahap evolusi”. Dalam tafsirnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menerjemahkan ayat itu sebagai: “Ia menciptakanmu tahap demi tahap melalui beberapa keadaan.” Dalam uraiannya, ia melukiskan tahap-tahap ini sebagai “tahap-tahap evolusi”. Akan tetapi, penjelasan ini tidak berkaitan dengan evolusi yang menyatakan bahwa akar manusia terletak di makhluk hidup lainnya. Nyatanya, sesudah itu Yazir segera mengatakan bahwa tahap-tahap tersebut adalah: Menurut penjelasan yang diberikan Ebus Suud[16], pertama datang unsur- unsur, lalu zat gizi, lalu adonan/campuran, lalu sel mani, lalu segumpal daging, lalu daging dan tulang, dan ini akhirnya dibentuk dengan penciptaan yang sepenuhnya berbeda. “Maka Mahasuci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun, 23: 14) Dalam uraian Imam Tabari, Surat Nuh: 14 diterjemahkan sebagai “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”, dan ini ditafsirkan sebagai bermakna “Engkau kali pertama berbentuk sebutir sel benih, lalu Dia menciptakanmu sebagai segumpal darah, lalu sepotong kecil daging.” [17] Omer Basuhi Bilmen menerjemahkan ayat itu sebagai “Nyatanya, Dia menciptakanmu melalui aneka tingkatan”, dan meneruskan dengan tafsir berikut: Dia (menciptakan)mu melalui aneka tingkatan. Engkau pertama kali adalah sebutir benih, lalu setetes darah. Engkau menjadi sepotong daging dan memiliki tulang, lalu engkau dilahirkan sebagai manusia. Tidakkah semua kejadian dan perubahan, yang bermacam-macam dan patut dijadikan contoh ini, merupakan bukti cemerlang akan keberadaan, kekuasaan, dan keagungan Tuhan Penciptaan? Mengapa engkau tidak memikirkan penciptaan dirimu sendiri? [18]
  • 17. 17 Sebagaimana kita lihat di sini, para ulama Al Qur’an Muslim sepakat bahwa penafsiran Surat Nuh: 14 merujuk kepada proses yang terlibat dalam perkembangan manusia dari penyatuan sel mani dan sel telur. Bahwa ayat tersebut harus ditafsirkan dengan cara ini adalah jelas dari azas “menafsirkan ayat Al Qur’an menurut ayat Al Qur’an lainnya”, karena dalam ayat-ayat lain Allah menjelaskan tahap-tahap penciptaan sebagai apa yang terjadi dalam rahim ibu. Itulah sebabnya, atwaran harus diterjemahkan dengan cara ini. Tidak dibenarkan menggunakan kata itu sebagai dukungan bagi teori evolusi, yang mencoba mengaitkan asal-muasal manusia dengan jenis makhluk hidup lainnya. 2. Bukankah sudah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al Insaan, 76: 1) Orang-orang yang sama tersebut juga menggunakan ayat ini sebagai bukti evolusi. Dalam terjemahan yang berdasarkan penafsiran pribadi, ungkapan “saat ia bukan sesuatu yang patut disebutkan” diungkapkan sebagai pernyataan “keadaan-keadaan sebelumnya, saat manusia belum menjadi manusia”. Akan tetapi, pernyataan ini sama jauhnya dari kebenaran dengan pernyataan pertama. Nyatanya, para ulama Al Qur’an tidak menafsirkan ayat ini sebagai menandakan proses evolusi. Misalnya, Imam Tabari menjelaskan arti ayat ini sebagai: “Begitu lama waktu telah berlalu sejak masa Adam yang di masa itu ia bahkan bukan sesuatu yang memiliki nilai atau keunggulan apa pun. Ia bukan apa-apa selain tanah liat yang lengket dan digubah.” [19] 3. Kekeliruan bahwa Penciptaan Dari Air Adalah Tanda Penciptaan Evolusi Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. Al Insaan, 76: 2). Misalnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menguraikan ayat di atas sebagai berikut: … ia diciptakan dari nutfah berbentuk air. Nutfah adalah air murni. Ia juga berarti air mani. Nutfah dan air mani menurut kebiasaan memiliki arti yang sama. Namun, di akhir Surat Al Qiyaamah, dikatakan “nutfah dalam mani yang ditumpahkan” (QS. Al Qiyaamah, 75: 37), jadi, menyatakan bahwa
  • 18. 18 nutfah itu bagian dari air mani tersebut. Sebagaimana dikabarkan dalam Sahih al-Muslim, “Anak tidak berasal dari seluruh cairan itu”. Dan, hadits itu, membahas setiap bagian kecil dari keseluruhan itu, tidak mengatakan, “Setiap bagian dari suatu cairan”, melainkan lebih membicarakan satu bagian dari “keseluruhan cairan itu”, dan bahwa seorang anak tidak berasal dari keseluruhan cairan, namun hanya dari satu bagian. Nutfah hanyalah satu bagian murni dari air mani. [20] Sebagian pengulas Al Qur’an ada yang berpikir bahwa “penciptaan makhluk hidup dari air” mengandung arti yang sejalan dengan teori evolusi. Akan tetapi, pandangan ini sungguh lemah. Ayat-ayat itu mengungkapkan bahwa air adalah bahan mentah bagi makhluk hidup, dengan cara mengatakan bahwa semua makhluk hidup diciptakan darinya. Nyatanya, biologi mutakhir mengungkapkan bahwa air merupakan unsur paling mendasar semua makhluk hidup, sebab tubuh manusia kira-kira 70 persennya air. Air memungkinkan gerakan dalam sel, antar-sel, dan antar-jaringan. Tanpa air, tidak akan ada kehidupan. 4. Kekeliruan bahwa Penciptaan Itu yang Pertama dari Tanah Lalu dari Air Berarti Penciptaan Evolusi Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? (QS. Al Kahfi, 18: 37) Imam Tabari menguraikan ayat ini sebagai berikut: ... Apakah engkau hendak mengingkari Allah yang menciptakan ayahmu Adam dari tanah/debu, lalu menciptakanmu dari cairan lelaki dan perempuan, lalu membungkusmu dalam bentuk manusia? Allah, Dia yang memberimu semua ini dan menjadikan dirimu seperti saat ini, mewujudkanmu untuk membuatmu makhluk hidup lain setelah engkau mati dan kembali ke tanah. [21] Diperlihatkan dalam ayat berikut ini bahwa Allah menciptakan manusia langsung dari tanah liat kering. Ayat ini, yang menggambarkan penciptaan Nabi Adam, tidak membicarakan suatu tahap.
  • 19. 19 5. Kekeliruan Bahwa Manusia Pertama Diciptakan dalam Waktu yang Lama (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesunguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah” (QS. Shaad, 38: 71) Kekeliruan lain dalam penciptaan evolusi berasal dari penafsiran ayat di atas secara salah. Kaum evolusionis menyatakan bahwa ruas kalimat yang digaris- bawahi di atas menunjukkan sebuah penciptaan yang lamban dalam waktu lama. Akan tetapi, bahasa Arab yang asli jelas menegaskan bahwa ini adalah murni pandangan sepihak dan seluruhnya bertentangan: “innii khaaliqum basyaram min thiinin” berarti “Aku adalah Dia Yang menciptakan seorang manusia dari tanah liat.”[22] Ayat ini tidak mengatakan apa-apa yang seperti “Aku sedang menciptakan”. Nyatanya, ayat ini berlanjut, “Apabila Aku telah membentuknya dan meniupkan ruhKu kepadanya, tunduk sujudlah kepadanya!” Jelas dari ayat ini bahwa kata kerja menciptakan di sini terjadi dalam sekejap bukan dalam waktu yang lama. 6. Kekeliruan Bahwa Nabi Adam Bukan Manusia Pertama Pernyataan lain yang diajukan menyangkut penciptaan evolusi adalah Nabi Adam AS mungkin bukan manusia pertama dan bahkan mungkin bukan manusia. (Kami memohon ampun kepada Nabi Adam AS). Ayat berikut diajukan sebagai bukti akan hal ini: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 30) Mereka yang mendukung pernyataan ini berkata bahwa kata kerja bahasa Arab ja’ala dalam ungkapan “Aku akan menciptakan seorang khalifah” bermakna “mengangkat”. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa Nabi Adam bukanlah manusia pertama, namun ia “diangkat” sebagai khalifah di
  • 20. 20 antara banyak orang. Akan tetapi, dalam Al Qur’an, kata kerja ini memiliki arti berikut: Menciptakan, menemukan, menerjemahkan, membuat, menempatkan, dan menjadikan. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” Atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dulu?” (QS. Al A’raaf, 7: 172-173) Nabi Adam AS adalah manusia pertama dan utusan Allah yang pertama. Ayat-ayat begitu tegas dan jelas tentang masalah ini, sehingga tidak diperlukan uraian apa pun. Yang harus dilakukan orang hanyalah membaca Al Qur’an dengan hati yang tulus dan mendengarkan hati nurani. Allah akan mengungkapkan kebenaran kepada mereka yang membaca ayat-ayatNya dengan niat tersebut.[23] 7. Kekeliruan Bahwa “Para Moyang” yang Disebutkan dalam Al Qur’an Merujuk kepada Nenek Moyang Evolusi Perihal lain yang dicoba tampilkan oleh kaum evolusionis Muslim sebagai bukti pernyataan mereka adalah ungkapan “para nenek moyang”, yang muncul dalam beberapa ayat. Menurut tafsir mereka yang keliru, ungkapan ini merujuk langsung kepada nenek moyang purba manusia. Alasan mereka untuk ini adalah, kata “nenek moyang” muncul berbentuk jamak dalam Al Qur’an. Dua ayat terkait berbunyi: Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu.” (QS. Asy Syu’araa’, 26: 26)
  • 21. 21 Akan tetapi, ini pernyataan yang dipaksakan karena penggunaan kata berbentuk jamak itu lumrah dan pasti tidak bisa digunakan sebagai dasar bagi tafsir evolusionis. Ungkapan ini muncul dalam banyak ayat lainnya, di antaranya Surat Al Baqarah: 133. Di sini, “para nenek moyang” tidak merujuk kepada proses evolusi mana pun, namun kepada generasi-generasi yang sebelumnya. Dengan cara serupa, istilah “para moyang, orang-orang sebelum” di masa lalu merujuk kepada generasi-generasi yang silam. Ungkapan ini tidak berisi makna evolusi. 8. Kesalahan Tentang Bentuk Penciptaan Manusia Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah, dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada Hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS. Nuh, 71: 17-18) Kaum evolusionis Muslim melihat ayat ini sebagai landasan teramat penting dalam menentukan dasar pandangan mereka. Ungkapan “Allah menumbuhkanmu dari tanah” disajikan sebagai bukti evolusi zat anorganik (zat tak hidup). Akan tetapi, sebagaimana dengan terang ditunjukkan dalam tafsir ayat, ungkapan ini menggambarkan penciptaan manusia pertama dari bumi (tanah). Alangkah baiknya dan bahkan wajib bagi kita sebagai umat muslim selalu berpegang teguh kepada Al Qur’an yang disana jelas-jelas di terangkan bahwa Nabi Adam diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian baru menciptakan anak cucunya dari air mani (sperma). Keterangan seperti ini sudah disepakati oleh hampir semua ahli tafsir yang ada (muttafaqul ma`na). Didalam Al Qur`an Allah menggunakan kata al turoob, al thiin, al sholshol untuk penciptaan Nabi Adam AS, dimana kata-kata tersebut ditafsiri oleh para ahli tafsir dengan arti yang sama yaitu tanah. Dalam Hadits shohih yang diriwayatkan oleh Abu Musa juga dijelaskan bahwa Allah menciptakan Nabi Adam AS dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bagian bumi. Maka lahirlah anak cucu Adam dengan sifat yang berbeda-beda, ada yang berkulit coklat, putih, hitam dan lain-lain. Seperti telah kita lihat sejauh ini, pernyataan
  • 22. 22 bahwa sejumlah ayat Al Qur’an menuju ke arah evolusi adalah kekeliruan yang bertentangan dengan Al Qur’an.[24] 2.3. FAKTA ILMIAH MENGENAI TEORI EVOLUSI DARWIN TENTANG ASAL MANUSIA Evolusionis mengatakan bahwa makhluk hidup pertama adalah sel tunggal yang terbentuk dengan sendirinya dari benda mati secara kebetulan. Menurut teori ini, pada saat bumi masih terdiri atas bebatuan, tanah, gas dan unsur lainnya, suatu organisme hidup terbentuk secara kebetulan akibat pengaruh angin, hujan dan halilintar. Bukan hanya itu, evolusionis juga berpendapat jika mutasi menguntungkan yang didukung teori seleksi alam, secara kebetulan mengubah sel tunggal tersebut sehingga berevolusi menjadi semakin kompleks yang pada akhirnya memunculkan seluruh kehidupan yang ada di dunia. Namun, dari semua fakta ilmiah yang ada, tidak ada yang mendukung teori evolusi ini, bahkan semuanya hampir bertentangan dengan nalar dan akal sehat. 2.3.1. Fakta tentang Percobaan Stanley Miller Ahli kimia Amerika, Stanley Miller, melakukan suatu percobaan pada tahun 1953 untuk mendukung skenario evolusi molekuler. Miller beranggapan atmosfir bumi purba terdiri atas gas metana, amonia, dan hidrogen. Dia mencampurkan gas-gas ini dalam suatu rancangan percobaan dan mengalirkan arus listrik pada campuran tersebut. Sekitar seminggu kemudian, ia menemukan sejumlah asam amino terbentuk dalam campuran ini. Namun, berbagai penemuan berikutnya yang terjadi dalam tahun 1970-an, yang dikenal sebagai “percobaan atmosfir bumi purba”, menggugurkan upaya evolusionis tersebut. Terungkap bahwa “model atmosfir bumi purba, yang didasarkan pada gas metana-amonia” sebagaimana dikemukakan Miller dan para evolusionis lain, diketahui telah keliru sama sekali. Miller memilih gas ini dengan sengaja karena kemudahan dan kecocokannya bagi pembentukan asam amino. Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menunjukkan atmosfir bumi purba terdiri atas nitrogen, karbon dioksida dan uap air.[25] Model atmosfir seperti ini tidak cocok bagi pembentukan asam amino. Terlebih lagi diketahui, oksigen dalam jumlah besar tersedia secara alami pada atmosfir bumi
  • 23. 23 purba.[26] Hal ini sekaligus menggugurkan skenario evolusionis, sebab oksigen bebas jelas akan menguraikan asam-asam amino yang terbentuk. Akibat berbagai penemuan ini, masyarakat ilmuwan pada tahun 1980-an menyatakan percobaan Miller dan “percobaan-percobaan atmosfir bumi purba” lain setelahnya tidak bernilai sama sekali. Setelah lama bungkam, akhirnya Miller pun mengakui medium atmosfir yang ia gunakan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.[27] 2.3.2. Fakta Mengenai Percobaan Louis Pasteur Penemuan biologiwan Prancis, Louis Pasteur, yaitu dengan penyimpanan air kaldu yang telah dididihkan dalam botol berleher angsa yg tertutup rapat selama beberapa hari tidak membuat air kaldu menjadi keruh yang membuktikan bahwa kehidupan hanya muncul dari kehidupan sebelumnya mengakhiri kepercayaan ini. Sebagaimana perkataannya: “Pernyataan bahwa benda mati dapat memunculkan kehidupan telah terkubur dalam sejarah untuk selamanya”.[28] Setelah Pasteur, para evolusionis masih berkeyakinan bahwa sel hidup pertama terbentuk secara kebetulan. Namun, semua percobaan dan penelitian yang dilakukan sepanjang abad ke-20 telah berakhir dengan kegagalan. Pembentukan “secara kebetulan” sebuah sel hidup tidaklah mungkin terjadi, bahkan untuk membuatnya melalui proses yang disengaja di laboratorium tercanggih di dunia pun ternyata tidak mungkin. 2.3.3. Fakta Probabilitas Terbentuknya Protein Pertama Secara Kebetulan Teori evolusi menyatakan bahwa protein pertama terbentuk dengan sendirinya “secara kebetulan”. Namun perhitungan peluang (probabilitas) menunjukkan hal ini mustahil terjadi. Sebagai contoh, probabilitas terbentuknya susunan asam amino dari suatu protein yang terdiri dari 500 asam amino dalam urutan yang benar adalah 1 berbanding 10950. 10950 adalah sebuah angka yang sulit dipahami yang dibuat dengan menempatkan sebanyak 950 angka nol di belakang angka satu. Dalam ilmu matematika, probabilitas lebih kecil dari 1 berbanding 1050 dianggap sebagai sesuatu yang hampir mustahil.
  • 24. 24 Singkatnya, sebuah protein tunggal pun tak dapat terbentuk secara kebetulan. Kaum Evolusionis juga mengakui fakta ini dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, Harold Blum, seorang ilmuwan evolusionis terkenal, menyatakan: “Pembentukan mandiri secara tiba-tiba sebuah rantai polipeptida dari protein terkecil yang pernah diketahui tampak jauh di luar jangkauan semua probabilitas”[29] Jadi, apa arti dari semua ini? Perry Reeves, seorang professor kimia, memberikan jawabannya: Ketika seseorang meneliti betapa sangat banyaknya struktur yang mungkin terbentuk akibat kombinasi acak sederhana dari asam amino yang terdapat dalam sebuah kolam purba yang sedang menguap, maka adalah mustahil untuk mempercayai bahwa kehidupan dapat terbentuk dengan cara ini. Yang lebih masuk akal adalah Pencipta Maha Agung dengan sebuah rancangan induk diperlukan untuk melakukan tugas ini.[30] Ahli matematika dan astronomi Inggris, Profesor Fred Hoyle, menerangkan kemustahilan ini sebagai berikut: Kemungkinan terbentuknya kehidupan tingkat tinggi secara kebetulan dapat disamakan dengan kemungkinan angin tornado yang ketika melintasi tempat pembuangan barang bekas merakit pesawat Boeing 747 dari bahan-bahan yang ada...[31] 2.3.4. Fakta Tentang DNA Menurut perhitungan, sebuah rantai kecil DNA dalam satu sendok teh berkemampuan menyimpan semua informasi yang terdapat dalam semua buku yang pernah ditulis manusia. Jika kita mencoba menuliskan informasi dalam DNA, maka ini akan menghabiskan sekitar satu juta halaman buku. Ini setara dengan sebuah ensiklopedi bervolume empat puluh kali lebih besar dari The Encyclopaedia Britannica, yang merupakan salah satu kumpulan informasi terbesar yang pernah dibuat manusia. Informasi raksasa ini tersimpan dalam inti yang sangat kecil dalam sel kita yang berukuran sekitar seperseribu milimeter Tentu saja, struktur menakjubkan seperti ini tidak akan pernah dapat terbentuk secara kebetulan dan ini membuktikan kehidupan diciptakan oleh Allah. Tidak mengherankan jika para evolusionis tidak mampu memberikan penjelasan
  • 25. 25 tentang asal-usul DNA. Namun mereka masih saja memakai hipotesis “kebetulan” tersebut hanya untuk mempertahankan keberadaan teori evolusi. Ahli biologi molekuler terkemuka dari Australia, Michael Denton, menjelaskan hal ini dalam bukunya “Evolution: A Theory in Crisis” sebagai berikut: Bagi para skeptis, perihal bahwa program genetis dari organisme tingkat tinggi – yang terdiri dari sekitar seribu juta bit informasi yang setara dengan urutan huruf dalam sebuah perpustakaan kecil berisi seribu jilid buku, yang berisi ribuan algoritma rumit berbentuk kode yang mengatur, menentukan dan menyusun pertumbuhan dan perkembangan bermilyar-milyar sel hingga membentuk suatu organisme kompleks, – terbentuk melalui proses yang sama sekali berlangsung secara acak sungguh merupakan pelecehan terhadap akal sehat. Akan tetapi bagi para Darwinis, gagasan tersebut diterima tanpa keraguan sedikitpun – cara berpikir ini justru diutamakan![32] 2.3.5. Fakta Mengenai Mutasi Dan Seleksi Alam Pakar zoologi terkenal, Pierre Grassé, mantan presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, memberikan pernyataannya mengenai logika “kebetulan”, yang menjadi tulang punggung Darwinisme: “Kemunculan pada saat yang tepat beragam mutasi yang memungkinkan hewan dan tumbuhan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan tampak sulit untuk dapat dipercaya. Namun teori Darwin malah lebih jauh dari itu: Suatu tumbuhan, seekor hewan membutuhkan beribu-ribu peristiwa keberuntungan yang tepat. Begitulah, keajaiban menjadi kaidah: peristiwa-peristiwa dengan kemungkinan teramat kecil tidak boleh gagal terjadi...Tidak ada hukum yang melarang untuk berkhayal, tetapi ilmu pengetahuan tidak seharusnya terjerembab ke dalamnya.[33] Tidak ada secuil pun bukti pengamatan yang menunjukkan seleksi alam pernah menyebabkan makhluk hidup mana pun untuk berevolusi. Evolu-sionis ternama yang juga pakar paleontologi asal Inggris, Colin Patterson, mengakui kenyataan ini:
  • 26. 26 Tak seorang pun pernah memunculkan satu spesies melalui mekanisme seleksi alam. Tak seorang pun pernah hampir melakukannya, dan kebanyakan perdebatan dalam neo-Darwinisme sekarang adalah seputar masalah ini.[34] Evolusionis lalu memunculkan konsep “mutasi” dalam teori mereka di abad ke-20. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada gen makhluk hidup karena pengaruh luar seperti radiasi. Evolusionis menyatakan perubahan ini menyebabkan organisme berevolusi. Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyatan ini, sebab semua mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada makhluk hidup. Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan kelainan mental maupun fisik seperti mongolisme (Down’s Syndrome), albinisme (albino), dwarfisme(tubuh pendek), atau penyakit lain seperti kanker. Alasan lain mengapa mutasi mustahil menyebabkan makhluk hidup berevolusi adalah mutasi tidak menambahkan informasi genetis baru pada suatu organisme. Mutasi menyebabkan susunan informasi genetis yang telah ada menjadi berubah secara acak, mirip seperti mengocok kartu. Dengan kata lain, tidak ada informasi genetis baru yang dimunculkan oleh mutasi. Namun, teori evolusi menyatakan bahwa informasi genetis makhluk hidup bertambah seiring dengan waktu. Sebagai contoh, bakteri dengan struktur sangat sederhana tersusun atas 2.000 jenis protein yang berbeda, sedangkan manusia memiliki 100.000 jenis protein. Tepatnya 98.000 protein baru harus “didapatkan” agar sebuah bakteri berevolusi menjadi manusia. Jadi, protein-protein ini tidak mungkin terbentuk melalui mutasi, sebab mutasi tidak dapat menambahkan apa pun pada rantai DNA. Tidak mengherankan jika sejauh ini tak pernah diamati satu mutasi pun yang mampu memperbaiki informasi genetis dari suatu bentuk kehidupan mana pun. Kendatipun dirinya seorang evolusionis, mantan Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, Pierre Paul Grassé, membuat pengakuan berikut ini: “Tidak peduli seberapa banyak mutasi yang ada, mutasi ini tidak menghasilkan bentuk evolusi apa pun”.[35] 2.3.6. Fakta Mengenai Fosil Peralihan
  • 27. 27 Dalam bukunya The Origin of Species, Darwin menulis: “Jika teori saya benar, maka beragam bentuk peralihan... sudah sepatutnya ada...” Tetapi, evolusionis, meskipun telah melewati 140 tahun masa pencarian mereka, tidak dapat menemukan satupun bentuk peralihan ini. Evolusionis terkenal, Derek Ager, mengakui fakta ini: Jika kita mengamati catatan fosil dengan teliti, apakah pada tingkat ordo atau spesies, maka yang selalu kita dapatkan bukanlah evolusi bertahap, tapi ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup disertai kepunahan kelompok yang lain.[36] Persis seperti pernyataan evolusionis yang lain tentang asal-usul makhluk hidup, pernyataan mereka tentang asal-usul manusia pun tidak memiliki landasan ilmiah. Berbagai penemuan menunjukkan bahwa “evolusi manusia” hanyalah dongeng belaka. Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man yang terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah berusaha untuk memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah melakukan berbagai penelitian, pernyataan “evolusi manusia” belum pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil. Beberapa fakta mengenai teori evolusi yang menyangkut fosil: 1. australopithecus berarti “kera daerah selatan”. Seluruh spesies Australo- pithecus, yang dimasukkan ke dalam pengelompokan yang berbeda, sebenarnya hanyalah jenis kera punah yang menyerupai kera zaman sekarang. Dua ahli anatomi terkenal tingkat dunia asal Inggris dan USA, Lord Solly Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, telah melakukan penelitian mendalam tentang berbagai spesimen Australopithecus. Penelitian mereka mengungkapkan makhluk ini bukanlah bipedal atau berjalan dengan dua kaki, dan memiliki cara berjalan yang serupa dengan kera zaman sekarang. Setelah meneliti tulang-tulang dari fosil tersebut selama 15 tahun, dengan bantuan dana dari pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang beranggotakan 5 orang spesialis sampai pada kesimpulan – walaupun Zuckerman sendiri adalah evolusionis – bahwa Australopithecines hanyalah
  • 28. 28 jenis kera biasa dan sama sekali bukan bipedal (berjalan diatas dua kaki).[37] Di samping itu, Oxnard, yang juga seorang evolusionis, juga menyatakan jika struktur rangka Australopithecus serupa dengan orang utan modern.[38] Analisis mendalam yang dilakukan oleh antropolog Amerika Holly Smith pada tahun 1994 tentang gigi-gigi Australopithecus menunjukkan bahwa Australopithecus adalah sejenis kera.[39] Pada tahun yang sama, Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld, seluruhnya ahli anatomi, mencapai kesimpulan yang sama melalui metoda yang sama sekali berbeda. Metoda ini berdasarkan pada analisis perbanding-an rongga semi-sirkular pada telinga bagian dalam manusia dan kera yang berfungsi menjaga keseimbangan. Rongga telinga bagian dalam dari semua spesimen Australopithecus yang diteliti oleh Spoor, Wood dan Zonneveld ternyata sama seperti yang terdapat pada kera modern.[40] Penemuan ini sekali lagi menunjukkan jenis Australopithecus adalah spesies yang menyerupai kera modern. 2. Homo erectus, yang dikemukakan sebagai “manusia primitif” oleh kalangan evolusionis, sebenarnya adalah ras manusia yang telah hilang. Perbedaan antara Homo erectus dan kita hanyalah perbedaan ras. Bahkan seorang evolusionis, Richard Leakey, menyatakan perbedaan antara Homo erectus dan manusia modern tidaklah lebih dari perbedaan ras: “Seseorang juga akan melihat adanya perbedaan-perbedaan pada bentuk tengkorak, besarnya tonjolan di bagian muka, ketebalan alis mata dan seterusnya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin tak lebih dari perbedaan di antara ras-ras manusia modern yang terpisahkan secara geografis, sebagaimana yang kita saksikan sekarang.”[41] Kini telah terbukti bahwa manusia Neanderthal, yang dikemukakan sebagai “nenek moyang primitif manusia” oleh para evolusionis, hanyalah ras manusia yang telah hilang. Tokoh terkemuka di bidang ini, Erik Trinkaus, ahli antropologi asal New Mexico University menuliskan: Pembandingan secara rinci sisa-sisa rangka Neanderthal dengan rangka manusia modern telah menunjukkan tidak dijumpainya pada Neanderthal ciri- ciri anatomi yang secara meyakinkan menunjukkan kemampuan gerak,
  • 29. 29 manipulasi, kecerdasan atau berbahasa yang lebih rendah dari manusia modern.[42] 3. Skenario “pohon kekerabatan manusia” telah terbantahkan oleh bukti- bukti fosil. Sekarang telah diketahui bahwa spesies-spesies yang dinyatakan sebagai nenek moyang satu sama lain sebenarnya hanyalah ras-ras berbeda yang hidup di masa yang sama. Pakar antropologi evolusionis, Alan Walker, membenarkan kenyataan ini dengan menyatakan: “terdapat bukti dari Afrika Timur tentang keberadaan individu-individu kecil Australopithecus yang terakhir kali hidup, yang pertama-tama sezaman dengan Homo habilis, dan kemudian dengan Homo erectus.”[43] Louis Leakey telah menemukan fosil-fosil Australopithecus, Homo habilis dan Homo erectus hampir berdampingan satu sama lain di daerah Olduvai Gorge, lapisan Bed II.[44] Kendatipun seorang evolusionis, pakar paleontologi dari Harvard University, Stephen Jay Gould, menerangkan kebuntuan evolusi ini: “Apa yang terjadi pada pohon kekerabatan kita jika terdapat tiga kelompok makhluk homo yang hidup pada saat yang sama (A. africanus, australopi- thecines yang tegap, dan Homo habilis), tak satu pun dari mereka yang dengan jelas menurunkan yang lain? Selain itu, tak satu pun dari ketiganya memperlihatkan kecenderungan evolusi selama masa hidup mereka di bumi.[45] 4. Manusia berjalan dengan cara yang sama sekali berbeda dengan makhluk lain. Tidak ada hewan yang dapat berjalan tegak di atas kedua kakinya sebagaimana manusia. Namun, evolusionis menyatakan bahwa cara berjalan tegak di atas kedua kaki (bipedalisme) pada manusia ini adalah hasil evolusi bertahap dari cara berjalan bungkuk kera di atas empat kakinya (quadripedalisme). Pada tahun 1996, ahli anatomi Inggris, Robin Crompton, yang melakukan penelitian tentang cara berjalan bipedal manusia, menyimpulkan bahwa cara berjalan pertengahan antara kera dan manusia sebagai sesuatu yang mustahil. Crompton menunjukkan bahwa makhluk hidup hanya dapat berjalan tegak atau di atas keempat kakinya. Cara jalan di antara keduanya sangatlah tidak efektif.[46]
  • 30. 30 Celah sangat lebar yang memisahkan manusia dari kera tidak hanya sebatas bipedalisme. Masih banyak hal lain yang belum terjawab seperti volume otak, kemampuan berbicara, dan lain sebagainya. Elaine Morgan, seorang evolusionis ahli paleoantropologi, memberikan pengakuan berikut berkaitan dengan masalah ini: Empat di antara misteri terbesar tentang manusia adalah: 1) mengapa mereka berjalan di atas dua kaki? 2) mengapa mereka telah kehilangan rambut permukaan tubuh mereka? 3) mengapa otak mereka telah berkembang sedemikian besar? 4) mengapa mereka belajar untuk berbicara? Jawaban yang tak pernah berubah dari pertanyaan ini adalah: 1) ‘Kita belum tahu’; 2) ‘Kita belum tahu’; 3) ‘Kita belum tahu’; 4) ‘Kita belum tahu’. Daftar pertanyaan ini dapat menjadi sangat panjang tanpa mempengaruhi keseragaman jawabannya.[47] 2.3.7. Fakta Jika Manusia Telah Ada Sejak 7 Juta Tahun Lalu Bukti terakhir yang meruntuhkan pernyataan teori evolusi tentang asal usul manusia adalah fosil baru Sahelantrophus tchadensis yang tergali di kota Chad, Afrika Tengah pada musim panas 2002. Fosil ini seolah ‘meletakkan kucing di antara merpati’ bagi dunia Darwinisme. Dalam sebuah artikel yang memberitakan penemuan ini, jurnal terkemuka Nature mengakui bahwa “Tengkorak yang baru ditemukan bisa jagi menenggelamkan gagasan kita selama ini tentang evolusi manusia.”[48] Daniel Lieberman dari Harvard University mengatakan bahwa “[Penemuan] ini akan memberikan pengaruh seperti sebuah bom nuklir kecil.”[49] Alasan untuk hal ini adalah bahwa meskipun fosil yang dibicarakan berumur 7 juta tahun, ia memiliki struktur yang lebih “mirip-manusia” (menurut kriteria yang selama ini digunakan evolusionis) daripada spesies kera Australopithecus berumur 5 juta tahun yang dianggap sebagai “nenek moyang tertua manusia.” Ini menunjukkan bahwa hubungan evolusi yang dibangun antara spesies kera punah yang didasarkan pada kriteria “kemiripan dengan manusia” yang sangat subjektif dan penuh perkiraan adalah rekaan belaka. Komentar Henry Gee, editor senior Nature dan seorang ahli paleoanthropologi terkemuka, tentang penemuan fosil
  • 31. 31 kera terbaru ini sangatlah perlu diperhatikan. Dalam artikelnya yang diterbitkan oleh The Guardian, merujuk pada debat mengenai fosil ini, Gee menulis: Apapun hasilnya, tengkorak ini menunjukkan, untuk selamanya, bahwa gagasan lama tentang “mata rantai yang hilang” adalah omong kosong… Seharusnya sekarang cukup jelas bahwa gagasan mata rantai yang hilang, yang sebelumnya juga tidak kokoh, sekarang sepenuhnya tidak dapat dipertahankan.[50] 2.3.8. Fakta Jika Semua Ilmuwan Terbesar Dalam Kemajuan Ilmiah Adalah Penganut Fakta Penciptaan (Kreasionis) Tak menjadi soal, betapapun keras upaya kaum evolusionis dalam menampilkan diri mereka sebagai pemuncul gagasan seperti inovasi (pembaruan) dan kemajuan, sejarah telah membuktikan bahwa pencetus yang sebenarnya dari inovasi dan kemajuan adalah selalu para ilmuwan beriman yang meyakini penciptaan oleh Tuhan. Kita dapat menyaksikan adanya ilmuwan yang beriman di setiap titik kemajuan ilmiah. Leonardo da Vinci, Copernicus, Kepler, dan Galileo, yang memulai era baru dalam ilmu astronomi, Cuvier, pendiri paleontologi, Linnaeus, pendiri sistem penggolongan modern untuk flora dan fauna, Isaac Newton, penemu hukum gravitasi, Edwin Hubble, yang menemukan adanya galaksi dan pemuaian alam semesta, serta banyak lagi, dan banyak lainnya yang meyakini Tuhan dan percaya bahwa alam semesta dan makhluk hidup adalah ciptaanNya. Salah satu ilmuwan terbesar di abad kedua puluh, Albert Einstein, berkata: Saya tak dapat membayangkan seorang ilmuwan sejati tanpa keimanan yang kuat. Situasi ini dapat dilukiskan sebagai: Ilmu tanpa agama adalah lumpuh…[51] Max Planck, pendiri fisika modern berkebangsaan Jerman, berkata: Siapa pun yang secara sungguh-sungguh telah terlibat dalam kerja ilmiah jenis apa pun juga, akan sadar bahwa di atas pintu gerbang memasuki kuil ilmu pengetahuan tertera kalimat: Engkau harus beriman. Ini adalah sifat yang tak dapat dilepaskan dari seorang ilmuwan.[52]
  • 32. 32 CATATAN KAKI 1. Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya hal: 9 2. Handout Teori Evolusi Molekuler bab sejarah perkembangan teori evolusi hal: 2-5 3. “TEORI DARWIN” TENTANG EVOLUSI MANUSIA MENURUT ISLAM, Darus Salaf : Kajian Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Assunnah, darussalaf.or.id, 2013 4. Kawasyif Zuyuuf, Hal: 317, Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya hal: 10-11, 5. Harun Yahya: Darwinism Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003, hal: 10 6. Menyanggah darwinisme, 2002, harun yahya, hal: 15-16 7. Desain di alam, harun yahya, hal : 50, 2003 8. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hal. 569. 9. Ibid, hal. 588 10. Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 7, hal. 180 11. Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 65 Tahun II. 12. http://tausyah.wordpress.com/2012/12/20/lima-fase-atau-tahapan-kehidupan-manusia-yang- mesti-dialami-manusia-dari-awal-sampai-akhir-tahapan-titik-nol-atau-ketidak-adaan- tahapan-di-alam-rahim-alam-dunia-alam-barzakh-dan-alam-akhirat/ 13. http://ahmad-ad-diyani.blogspot.com/2013/04/makalah-tahapan-penciptaan-manusia.html 14. Memahami Allah Melalui Akal, harun yahya, hal: 34, 15. Darwinisme bertentangan dengan al-qur’an, harun yahya, hal: 6 16. Ebus Suud adalah sheik Islam dan ulama zaman Ottoman yang hidup antara 1492/3-1574/5. 17. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2631 18. Omar Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3851 19. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2684 20. Hamdi Yazir of Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/insandehr.htm 21. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 3, h. 1268 22. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1991 23. Darwinisme bertentangan dengan al-qur’an, hal : 57-60 24. Harun Yahya: The Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 1999, dan Darwinism Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003.) 25. J. P. Ferris, C. T. Chen, “Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a Model for the Atmosphere of the Primitive Earth”, Journal of American Chemical Society, Vol 97:11, 1975, hal. 2964. 26. “New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life”, Bulletin of the American Meteorological Society, Vol 63, November 1982, hal. 1328-1330 27. “Life’s Crucible”, Earth, February 1998, hal. 34 28. Sidney Fox, Klaus Dose. Molecular Evolution and The Origin of Life. 29. New York: Marcel Dekker, 1977. hal. 2 30. W. R. Bird, The Origin of Species Revisited. Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hal. 304
  • 33. 33 31. J. D. Thomas, Evolution and Faith. Abilene, TX, ACU Press, 1988. Hal: 81-82 32. “Hoyle on Evolution”, Nature, Vol 294, 12 November 1981, hal. 105 33. Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London: Burnett Books, 1985, hal. 351 34. Pierre-P Grassé, Evolution of Living Organisms, New York: Academic Press, 1977, hal. 103. 35. Colin Patterson, “Cladistics”, BBC, Brian Leek ile Röportaj, Peter Franz, 4 March 1982. 36. Pierre-Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, Academic Press, New York, 1977, hal. 88 37. Derek A. Ager, “The Nature of the Fossil Record”, Proceedings of the British Geological Association, Vol 87, 1976, hal. 133 38. Solly Zuckerman, Beyond The Ivory Tower, New York: Toplinger Publications, 1970, hal. 75-94. 39. Charles E. Oxnard, “The Place of Australopithecines in Human Evolution: Grounds for Doubt”, Nature, Vol 258, hal. 389 40. Holly Smith, American Journal of Physical Antropology, Vol 94, 1994, hal. 307-325. 41. Fred Spoor, Bernard Wood, Frans Zonneveld, “Implication of Early Hominid Labryntine Morphology for Evolution of Human Bipedal Locomotion”, Nature, Vol 369, 23 June 1994, hal. 645-648. 42. Richard Leakey, The Making of Mankind, London: Sphere Books, 1981, hal. 62 43. Erik Trinkaus, “Hard Times Among the Neanderthals”, Natural History, Vol 87, December 1978, hal. 10; R. L. Holloway, “The Neanderthal Brain: What Was Primitive”, American Journal of Physical Anthropology Supplement, Vol 12, 1991, hal. 94 44. Alan Walker, Science, Vol 207, 1980, hal. 1103. 45. A. J. Kelso, Physical Antropology, 1st ed., New York: J. B. Lipincott Co., 1970, hal. 221; M. D. Leakey, Olduvai Gorge, Vol 3, Cambridge: Cambridge University Press, 1971, hal. 272. 46. S. J. Gould, Natural History, Vol 85, 1976, hal. 30 47. Ruth Henke, “Aufrecht aus den Baumen”, Focus, Vol 39, 1996, hal. 178 48. John Whitfield, "Oldest member of human family found," Nature, 11 Juli 2002. 49. 214 D.L. Parsell, "Skull Fossil From Chad Forces Rethinking of Human Origins," National Geographic News, 10 Juli 2002. 50. The Guardian, 11 Juli 2002 51. Elaine Morgan, The Scars of Evolution, New York: Oxford University Press, 1994, hal. 5 52. Earnest A. Hooton, Up From The Ape, New York: McMillan, 1931, hal. 332
  • 34. 34 PENUTUP 3.1. KESIMPULAN 1. Teori Evolusi Darwin Tidak memiliki landasan teori atau fakta ilmiah apalagi pijakan yang kuat. Teori ini murni sepenuhnya salah dan hanyalah hayalan belaka. 2. Apa yang tertulis dalam Al Qur’an dan hadist adalah mutlak kebenarannya. 3. Jangan mengertikan ayat Al Qur’an maupun hadis sesuai dengan kondisi atau keinginan diri, tetapi lihatlah makna ayat tersebut sesuai dengan makna yang telah disepakati umat muslim. Karena hal ini dapat mengakibatkan kesalahan fatal dalam memahami maknanya. 4. Ilmu pengetahuan itu sejalan dengan pandangan islam, jika tidak hanya ada dua penyebab, akal manusia ataupun teknologi manusia yang belum dapat menjangkaunya, atau manusia yang berusaha menafikkan kenyataan yang ada karena telah buta mata hatinya. 3.2. SARAN Kaum beriman harus menghindari membela teori ini dan makna pemikirannya, karena keduanya menentang kebenaran Islam. Sebagian mukmin mungkin mendukung teori ini, karena tidak sadar akan berbagai bencana yang dibawanya pada umat manusia, bahwa teori ini didukung oleh mereka yang membenci agama, dan bahwa teori ini menolak fakta penciptaan. Mengingat hal itu, kaum Muslimin yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang teori ini, harus menghindari menempuh jalan itu, sebab sebagaimana difirmankan Allah dalam Al Qur’an kepada mereka yang taat: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Israa’, 17: 36) Muslim teladan sebaiknya meneliti masalah ini dengan setulusnya, dan berlaku sesuai dengan kesadaran bahwa: Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.(QS. Al Jin, 72: 14)
  • 35. 35 Sebagaimana diperintahkan ayat di atas, kaum Muslimin yang meyakini kebenaran teori evolusi harus mempertimbangkan teori ini dengan hati-hati, melakukan penelitian yang luas, dan mengambil keputusan sesuai dengan nurani mereka.
  • 36. 36 DAFTAR PUSTAKA Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 65 Tahun II. Handout Teori Evolusi Molekuler. evolusiblog.files.wordpress.com/2012/.../ho- 4-ev-oke.... http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat- dan.html http://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan- islam/ http://www.gainpeace.com/index.php?option=com_content&view=article&id= 108:what-is-islams-view-about-education-science-and- technology&catid=54catid=54&Itemid=108 Syahin, A.S. Adam bukan manusia pertama ? (mitos atau realita). 2004. Republika, Jakarta. Taufikurahman, PhD. 2003. Mengapa ada penolakan terhadap teori evolusi Darwin: tanggapan atas tulisan Wildan Yatim, Kompas, Mei 2003. Yahya, Harun. 2001. Keruntuhan teori evolusi. Adz Zikra-Syamil, Bandung. Yahya, Harun. 2003. Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Islam. Global Media. Jakarta. Yahya, Harun. 2003. Keajaiban Penciptaan Manusia. Global Media. Jakarta. Yahya, Harun. 2002. Menyibak Tabir Evolusi. Global Media. Jakarta. Yahya, Harun. 2002. Rahasia DNA. Adz Zikra-Syamil, Bandung. Yahya, Harun. 2003. Runtuhnya Teori Evolusi Dalam 20 Pertanyaan. Adz Zikra-Syamil, Bandung. Yahya, Harun. 2002. Mari Menyelidiki Kekeliruan Teori Evolusi. Adz Zikra- Syamil, Bandung. Yahya, Harun. 2003. Memahami Allah Melalui Akal. Global Media. Jakarta. Yahya, Harun. 2002. Menyanggah Darwinisme. Global Media. Jakarta. Yahya, Harun. 2002. Keajaiban Desain Di Alam. Global Media. Jakarta. Yahya, Harun. 2002. Manusia Dan Alam Semesta. Global Media. Jakarta. Yahya, Harun. 2002. Menjawab Tuntas Polemik Evolusi. Global Media. Jakarta.