Industri kelapa sawit merupakan solusi energi alternatif yang ramah lingkungan karena sumber energinya dapat diperbarukan. Namun, pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia menghadapi kendala seperti infrastruktur yang belum memadai dan belum adanya strategi yang terkoordinasi dari pemerintah.
Industri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energi
1. INDUSTRI KELAPA SAWIT SEBAGAI
SOLUSI ALTERNATIF PENGHASIL
ENERGI YANG RAMAH LINGKUNGAN
Oleh: Fawwaz Amirullah Shidiq
2. Latar Belakang
INDUSTRI
LINGKUNGAN
eksplorasi bumi keharmonisan
tanpa henti. alam terganggu
teknologi yang ramah
lingkungan
3. MINYAK BUMI
proses pengeboran dan produksi minyak
bumi berisiko bagi kelestarian lingkungan
KELAPA SAWIT
energi alternatif yang ramah lingkungan,
sumber energinya dapat diperbarukan
4. Perkembangan industri kelapa sawit didunia
Kondisi dalam negri dan alternatif pengganti
Metode Pengembangan Industri Kelapa Sawit
di Indonesia Ramah Lingkungan
Gerakan konsumen hijau
Kendala – kendala pengembangan
industri kelapa sawit nasional
5. Perkembangan Minyak Kelapa Sawit
Dunia
• Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus
menunjukkan tren meningkat.
• China dengan Indonesia merupakan negara yang paling
banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga
termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia
• Eksportir terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan
Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa
pasar ekspor dunia.
• Faktor hal tersebut : pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll.
• Malaysia dan Indonesia diprediksikan akan terus menjadi
pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat belum ada
perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya.
6. • Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam
produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan
yang tersedia dimana Malaysia sudah mulai terbatas.
• Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan
terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya
• Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang
tidak stabil
• dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk
subtitusi (saingan CPO),
• Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem
hutan termasuk isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang
diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia
• pihak gabungan pengusaha kelapa sawit Malaysia (MPOA) dan
gabungan petani kelapa sawit Indonesia (GAPKI) mengadakan
perjanjian kerja sama yang didukung penuh oleh pemerintahan
kedua negara, yang isi perjanjian diantaranya adalah untuk menjaga
stabilitas harga CPO
7. Kondisi Dalam Negeri dan Alternatif
Energi Pengganti (Biofuel)
• Industri/perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor
unggulan Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas
nasional cukup besar
• Tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit yang tertanam di Indonesia
adalah 5,6 juta ha, yang terdiri dari: perkebunan rakyat 1,9 juta ha,
perkebunan pemerintah 0,7 juta ha, dan perkebunan swasta 3, 0 juta
ha
• Pengembangan perkebunan sawit di Indonesia dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip kesinambungan dimana sebagian besar perkebunan
didirikan di atas lahan yang tadinya merupakan lahan HPH, tanah
kosong atau dirubah fungsikan dari lahan yang sebelumnya ditanami
karet, kopi atau cokelat
• Produktifitas kebun kelapa sawit di Indonesia masih kalah
dibandingkan Malaysia.
• Hal ini lebih disebabkan oleh pemilihan bibit yang kurang baik, sistem
pemupukan yang kurang optimal dan kondisi perkebunan kelapa sawit
di Indonesia yang sudah banyak melewati usia produktif
8. • Dilihat dari luas daratan serta tanahnya yang relatif subur,
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan bahan
bakar dari tumbuhan atau biofuel.
• Dua jenis biofuel yang dikembangkan di Indonesia adalah
penggunaan bioethanol dengan produknya gasohol E-10,
dan biodiesel dengan produknya B-10.
• Pengadaan ethanol dapat dilakukan dari saripati singkong
yang dapat ditanam di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan
untuk pengadaan minyak diesel dapat dilakukan dari
pengadaan minyak sawit, minyak buah jarak dan kelapa.
• Sebagai bahan bakar cair, biodiesel sangat mudah digunakan
dan dapat langsung dimasukkan ke dalam mesin diesel tanpa
perlu memodifikasi mesin
• Indonesia bisa belajar dari Brasil yang secara serius
mengembangkan teknologi bahan bakar biofuel.
• Contohnya Toyota mulai mengalihkan perhatiannya pada
pasar mobil berbahan bakar bensin gasohol untuk Brasil
9. Metode Pengembangan Industri Kelapa
Sawit di Indonesia Ramah Lingkungan
• Sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 18 tahun 2004
tentang perkebunan, ditegaskan bahwa “ Perkebunan
diselenggarakan atas asas manfaat dan berkelanjutan,
keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan serta keadilan
• (Pasal 2); dan perkebunan mempunyai fungsi: a. ekonomi,
yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; b.
ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap
karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung;
dan c. sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu
bangsa”
• Komitmen untuk melaksanakan kegiatan industri berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan diwujudkan melalui
pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien.
10. • Pengendalian limbah pabrik, berdasarkan empat prinsip,
yaitu: pengurangan dari sumber (reduce), sistem daur ulang
(recycle), pengambilan (recovery) dan pemanfaatan kembali
(reuse) secara berkelanjutan menuju produksi bersih
• Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada perkebunan
kelapa sawit dengan sistem flatbed yaitu dengan cara :
1. Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai
pupuk.
2. Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah
sistem flatbed, yaitu dengan mengalirkan limbah melalui pipa
ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan
sekunder (flatbed).
3. Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan
biaya yang relatif mahal. Namun investasi ini diikuti dengan
peningkatan produksi TBS dan penghematan biaya pupuk
sehingga penerimaan juga meningkat.
11. • Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelestarian
lingkungan menjadi persoalan tersendiri
• Berbagai bentuk perilaku yang mencerminkan ketidak pedulian
terhadap lingkungan masih terus berlangsung dengan pelaku yang
makin variatif.
• Ini bisa terjadi pada level individu rumah tangga, komunitas kecil,
perambah hutan, level organisasi seperti perusahaan. Atau level
intelektual, seperti cendekiawan yang melontarkan ide-ide
pembangunan masa depan, tetapi tidak mengagendakan masalah
lingkungan
• Paradigma baru yang tengah dibangun dan menjadi dasar pijakan
pembangunan di banyak negara, yaitu paradigma pembangunan
berkelanjutan
• Pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan dan kepentingan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri
12. • Definisi tersebut memuat dua konsep
– Pertama, tentang kebutuhan yang sangat esensial untuk penduduk miskin
dan perlu diprioritaskan.
– Kedua, tentang keterbatasan dari kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang
• Paradigma ini akan semakin dibutuhkan seiring dengan
perkembangan globalisasi terutama ketika diterapkan ISO 9000
(standar kualitas suatu barang) dan ISO 14000 (standar kualitas
lingkungan)
• Secara sederhana di dalam ISO 14000 dipersyaratkan audit
lingkungan, label lingkungan, sistem pengelolaan lingkungan dan
analisis daur hidup.
• Paradigma ini menuntut diterapkannya strategi gerakan
Konsumen Hijau (konsumen yang berwawasan lingkungan)
• Konsumen diposisikan sebagai inisiator, pemberi pengarah,
pengambil keputusan, pembeli, bahkan pengguna.
• Namun masyarakat perlu waspada terhadap penyalahgunaan
pemahaman green consumerism (konsumen hijau) oleh para
pengusaha untuk kepentingan promosi
13. • Secara makro, prospek industri kelapa sawit di Indonesia
cukup baik, tetapi dalam pelaksanaan pengembangannya
cukup banyak kendala yang dihadapi diantaranya adalah:
• 1. Kebijakan yang saling tumpang tindih antara pusat dan daerah, seperti
ijin pembukaan lahan yang kadang membuat para pelaku bisnis ragu-ragu
dalam bertindak dan mengakibatkan biaya besar.
• 2. Infrastruktur yang belum memadai terutama pelabuhan ekspor.
Diprediksikan dengan pertumbuhan lahan kelapa sawit yang signifikan
(jika tidak didukung adanya penambahan kapasitas pelabuhan baik
perluasan atau penambahan pelabuhan baru) maka industri kelapa sawit
dalam 10 tahun bisa terganggu karena akan banyak hasil produksi yang
tidak dapat diekspor, sementara daya tampung dalam negeri akan
semakin terbatas apalagi jika program bio diesel pemerintah tidak dapat
berjalan seperti yang diharapkan.
14. • 3. Tumbuhnya industri hilir tidak secepat pertumbuhan
industri kelapa sawit itu sendiri, mengakibatkan nilai jual hasil
minyak kelapa sawit Indonesia bernilai rendah
(Tryfino.2006:2). Ekspor Indonesia baru 42% yang sudah
berupa produk turunan kelapa sawit, sedangkan ekspor
industri kelapa sawit Malaysia sudah 80% lebih berupa produk
turunan.
• 4. Belum adanya grand strategy yang jelas dan terkoordinasi
dari pemerintah untuk mengembangkan industri ini, padahal
pemerintah telah mencanangkan bahwa sektor ini adalah
sektor unggulan Indonesia untuk ekspor non migas dan
penyerapan tenaga kerja.
15. Kesimpulan
• Prospek pertumbuhan industri kelapa sawit ini sangat cerah
mengingat permintaannya yang terus meningkat, baik akibat dari
pertambahan yang alami seperti kenaikan pertambahan penduduk ,
berkembangnya industri hilir, dan kenaikan permintaan CPO dunia
yaitu pengembangan energi alternatif pengganti minyak bumi.
• Diprediksikan bio fuel ini akan mengubah bentuk ketergantungan
dunia akan energi yang tidak terbarukan (non renewable). Memang
saat ini harganya relatif mahal, tetapi seiring dengan semakin
meningkatnya kapasitas produksi dan konsumsi maka diprediksikan
harga akan semakin murah.
• Persaingan bio fuel berbahan baku minyak kelapa sawit dengan yang
berbahan baku minyak kacang kedelai atau jagung yang umumnya
didominasi negara maju, dimenangkan oleh bio fuel yang berbahan
minyak kelapa sawit, karena biaya produksinya jauh lebih murah.
Disamping itu dalam kapasitas produksi, minyak kelapa sawit jauh
lebih besar daripada minyak kacang kedelai/jagung.