Tulisan ini menganalisis hunian vertikal bertingkat tinggi di Indonesia. Hunian vertikal adalah bangunan tempat tinggal bertumpuk ke atas. Yang termasuk hunian vertikal bertingkat tinggi adalah bangunan di atas 41 meter atau 8 lantai yang memiliki lift dan sistem keamanan kebakaran. Contoh hunian vertikal bertingkat tinggi di Indonesia adalah UBM Housing dan Avana Apartments, yang memiliki desain ruang terbuka dan keterhubungan antar ruangan.
1. High Rise-Vertical Housing
Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Indonesia
Mata Kuliah Teori Perumahan Kota
Fajar Rian Wulandari, 1706973464
Arsitektur, Universitas Indonesia
Jakarta, 2020
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hunian vertikal bertingkat tinggi yang ada di Indonesia.
Sebelumnya, apa itu hunian vertikal? Hunian vertikal bisa dikatakan adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dengan susunan yang bertumpuk ke atas. Berdasarkan
ketinggiannya, hunian vertical ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bertingkat rendah
(Low-rise) dan bertingkat tinggi (High-rise). Berikut penjelasan lebih lengkapnya (Akmal. 2007)
1. High-Rise Apartments
Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh lantai. Bangunan juga (pada
umumnya) dilengkapi dengan area parkir bawah tanah, sistem kemanan dan servis penuh
(serviced apartment). Struktur apartemen lebih kompleks, sehingga desain unit apartemen
cenderung standar. Jenis ini dapat banyak ditemui di pusat kota akibat keterbatasan lahan.
2. Mid-Rise Apartments
Bangunan apartemen yang terdiri dari enam sampai sepuluh lantai. Jenis apartemen ini dapat
banyak ditemui di kota-kota satelit.
3. Low-Rise Apartments
Bangunan apartemen dengan jumlah lantai di bawah enam lantai. Apartemen ini kadang
memiliki lift, tapi bisa juga tidak. Jenis apartemen ini umumnya disukai oleh keluarga yang
lebih besar (keluarga inti dan orang tua).
Jika dilihat dari keterhubungan dan keterbukaan antar ruang, maka dapat dibedakan seperti
berikut.
1. Single-loaded corridor apartment
Open corridor apartment
Koridor tipe ini bersifat terbuka dengan pembatas ruang koridor berupa dinding atau
railing dengan ketinggian antara 1-1,5 meter.
2. Contohnya di Indonesia terdapat pada Apartemen Avana, Jakarta
Contoh lainnya bisa kita lihat pada Rusunami rendah emisi, Kelurahan Tegalsari, Tegal,
Jawa Tengah
Closed corridor apartment
Koridor tipe ini bersifat tertutup oleh dinding. Kadang memiliki bukaan jendela ataupun
jalusi, namun kadang tertutup sama sekali.
Contohnya di Indonesia agak sulit di temukan di internet. Oleh karena itu, hanya dapat
berupa skemanya yang sebagai berikut.
Koridor yang terbuka di salah satu sisinya.
Mungkin pada apartemen ini lebih tepat disebut
balkon karena memiliki beberapa pembatas
Dengan adanya void pada bagian tengah
Rusun, maka kesan keterhubungan dan
keterbukaan koridor ini menjadi lebih
terasa karena tidak adanya pembatas yang
menghalangi pandangan dari sisi satu ke
sisi lainnya, bahkan yang berbeda lantai.
(1) (2)
Gambar (1) Perspektif balkon Apartemen Avana (2) Denah Apartemen Avana
(3)
Gambar (3) Ruang dalam Rusunami Tegalsari
Sumber gambar
https://www.archdaily.com
Sumber gambar https://www.tagar.id
3. 2. Double-loaded corridor apartment
Koridor tipe ini dikelilingi oleh unit-unit hunian yang terletak di tengah bangunan
(central corridor).
Contohnya di Indonesia terdapat pada apartemen The Oak Tower, Pulo Gadung, Jakarta
Sedangkan jika berdasarkan sirkulasi vertikalnya, terdiri atas : (Lynch, 1984)
1. Apartment with Elevators
Bangunan apartemen (di atas empat lantai) menggunakan sarana lift/elevator sebagai sistem
transportasi vertikal, dengan tangga sebagai sirkulasi vertikal sekunder yang dapat juga
berupa tangga darurat. Pada umumnya apartemen ini dilengkapi dengan lobby dan ruang
tunggu lift. Ada dua macam sistem lift yang dapat digunakan:
Inside Outside
(4)
Gambar (4) Skema closed corridor apartment
(5) (6)
Gambar (5) Tampilan luar apartemen The Oak Tower (6) Perspektif ruang dalam apartemen The Oak Tower
Sumber gambar
http://theoaktower.co.id/home/
4. Lift yang berhenti di setiap lantai bangunan.
Lift yang hanya berhenti pada lantai tertentu (skip-floor elevator system)
2. Walk-Up Apartments
Bangunan apartemen yang tidak menggunakan sarana lift/elevator sebagai sistem
transportasi vertikal, melainkan menggunakan sistem tangga dan ramp. Apartemen ini
dapat dibagi menjadi dua berdasarkan letak tangga sirkulasinya:
Core-type walk up apartment
Dengan tangga sirkulasi pada core yang dikelilingi oleh unit-unit apartemen.
Corridor-type walk up apartment
Dengan tangga sirkulasi terletak di ujung koridor.
Jadi berdasarkan tipe-tipe tersebut, yang termasuk sebagai penciri bangunan hunian vertikal
bertingkat tinggi adalah bangunan yang memiliki ketinggian di atas sepuluh lantai dan pastinya
memiliki lift/elevator sebagai sarana transportasi vertikalnya. Contoh dari kategori hunian
vertical bertingkat tinggi ini adalah apartemen dan rumah susun.
Sebenarnya untuk standard ketinggian bangunan yang dapat dikatakan sebagai bangunan high-
rise berbeda-beda setiap wilayah atau asosiasi tertentu. Berikut beberapa standard yang ada di
dunia.
Standar Emporis mendefinisikan bangunan tinggi sebagai "Struktur bertingkat antara
ketinggian 35-100 meter, atau bangunan dengan ketinggian yang tidak diketahui dari
12-39 lantai.1
Menurut kode bangunan Hyderabad, India, bangunan bertingkat tinggi adalah satu
dengan empat lantai atau lebih, atau setinggi 15 hingga 18 meter atau lebih.2
The New Shorter Oxford English Dictionary mendefinisikan bangunan tinggi sebagai
"sebuah bangunan yang memiliki banyak lantai".
The International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings menetapkan
bangunan tinggi sebagai "struktur mana pun yang ketinggiannya dapat berdampak
serius pada evakuasi".3
The U.S., the National Fire Protection Association mendefinisikan gedung tinggi lebih
dari 75 kaki (23 meter), atau sekitar 7 lantai.4
5. Sebagian besar insinyur bangunan, inspektur, arsitek, dan profesional serupa
mendefinisikan bangunan tinggi sebagai bangunan setinggi setidaknya 75 kaki (23 m).
Sedangkan menurut Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta, Bangunan bertingkat tinggi adalah
bangunan yang memiliki ketinggian di atas 41 meter atau 8 lantai.
Syarat yang harus dimiliki hunian vertikal bertingkat tinggi untuk aspek keamanan dan
keselamatan dari bahaya salah satunya kebakaran adalah keberadaan tangga darurat, sprinkler,
alat pendeteksi asap, APAR, suplai air, dan sistem pemadam kebakaran dari luar bangunan.
Berikut ini hasil analisis contoh preseden hunian vertikal bertingkat tinggi yang berada
di Indonesia
UBM Housing, Jakarta
Arsitek ID-EA
Desain ini membahas masalah ruang bersama dan kebutuhan sosial dalam masyarakat
kontemporer dan secara bersamaan menanggapi masalah hidup bersama dan individualitas
dengan menawarkan beragam ruang dalam / luar ruang khusus untuk konteks tropis.
(7)
Gambar (7) Tampilan luar UBM Housing
Sumber gambar
https://www.archdaily.com
6. Jika dilihat dari partisi dinding di lantai dasarnya, terdapat pengaplikasian pintu lipat. Dimana
hal tersebut merupakan salah satu metode dalam mencapai kualitas ruang yang fleksibel. Dengan
membuka atau menutup pintu tersebut akan dihasilkan karakteristik ruang yang berbeda.
Jika dilihat dari pengaturan letak ruangannya, dapat disimpulkan bahwa apartemen ini
memiliki akses yang sirkular atau melingkar. Hal ini terbukti dengan terciptanya koridor dan
bukannya hall. Oleh karena itu, flow yang diciptakan tidaklah ambigu dan arahnya jelas.
Avana Apartments, Jakarta
Arsitek Aboday
(8) (9)
Gambar (8) Denah lantai dasar UBM Housing (9) Denah lantai atas UBM Housing
(10)
Sumber gambar
https://www.archdaily.com
Sumber gambar
https://www.archdaily.com
Gambar (10) Tampilan luar Avana Apartment
7. Bangunan 16 lantai ini meniru 'halaman' di rumah 'normal'. Karena tinggal di sebuah unit
apartemen jauh di atas tanah adalah semacam pengalaman baru bagi masyarakat lokal yang
terbiasa dengan gagasan tinggal di properti mendarat, maka pengenalan balkon luas di setiap
unit. Hampir tidak ada batas yang terlihat antara unit internal dengan dunia luar karena baik
partisi dinding, pintu maupun balkon sebagai menggunakan ekstensif panel kaca bening.
Jika dilihat dari keterbukaan di denah lantai dasarnya, dapat disimpulkan bahwa lantai ini masih
merupakan ruang publik karena tidak ada ruangan tertutup. Dari strukturnya memperlihatkan
bahwa ruangannya saling terhubung satu dengan yang lainnya.
Jika dilihat dari pengaturan letak ruangannya yang tidak rata pada satu garis lurus, maka dapat
disimpulkan bahwa flow yang tercipta menyebabkan ambiguity yang sulit terbaca dan perasaan
unfamiliar. Hal ini terbukti dengan penggunaan material yang mayoritas adalah kaca. Akan
tetapi, hal tersebut memberi nilai plus karena terlihat menyatu dengan lingkungan sekitarnya
(surrounding).
Jadi kesimpulannya untuk tipe bangunan hunian vertikal bertingkat tinggi di Indonesia memiliki
ciri tinggi di atas 41 meter atau 8 lantai yang memiliki sistem transportasi lift/elevator dan sistem
keamanan kebakaran yang memenuhi standard. Yang membedakan dengan hunian vertikal
bertingkat tinggi di luar negeri adalah dari konteksnya seperti iklim, penggunaan material
setempat, kontur dan kualitas tanah, lingkungan sekitarnya, target penghuninya dan lain-lain.
Faktor tersebut sebenarnya berlaku untuk setiap proyek di wilayah manapun, tidak terbatas
hanya luar atau dalam negeri.
Sumber gambar
https://www.archdaily.com
(11) (12)
Gambar (11) Denah lantai dasar Avana Apartment (12) Denah lantai atas Avana Apartment
8. Referensi
https://www.archdaily.com/769550/ubm-housing-id-ea?ad_source=search&ad_medium=search
_result_projects diakses pada 26 Maret 2020
https://www.archdaily.com/30491/avana-apartments-aboday-architects?ad_source=search&ad_
medium=search_result_projects diakses pada 26 Maret 2020
Akmal, Imelda. 2007. Menata Apartemen. Gramedia Pustaka Utama
1Data Standards: high-rise building (ESN 18727), Emporis Standards.
2 p. 57, Urban redevelopment: a study of high-rise buildings, K. Narayan Reddy, Concept
Publishing Company, 1996, ISBN 81-7022-531-0.
3"High-Rise Buildings in Natural Disaster", in Encyclopedia of Natural Hazards Dordrecht, NL:
Springer, 2016. DOI: https://doi.org/10.1007/978-1-4020-4399-4_168
4 "NFPA" (PDF). nfpa.org
Sumber Gambar
https://www.archdaily.com
https://www.tagar.id/foto2/1810/Foto%3A+Rumah+Susun+Rendah+Emisi+Pertama+di+Indones
ia/1 diakses pada 26 Maret 2020
http://theoaktower.co.id/home/ diakses pada 26 Maret 2020