SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
RUMAH MINIMUM PERKOTAAN
Mata Kuliah TeoriPerumahan Kota
Fajar Rian Wulandari, 1706973464
Arsitektur, 4 Juni 2020
RUMAH
MINIMUM
PERKOTAAN
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persoalan perumahan dan pemukiman di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari
dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah
dalam pengelolaannya. Akan tetapi, baik di perkotaan maupun pedesaan pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang layak huni,
aman, nyaman, damai, dan sejahtera serta berkelanjutan.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di kota-kota besar di
Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan tempat tinggal. Sebagai mana papan, yang
merupakan salah satu dari tiga kebutuhan primer manusia, maka keberadaannya tidak
bisa dipisahkan dari keberadaan manusia itu sendiri. Permasalahannya, permintaan
akan tempat tinggal meningkat, tapi ketersediaan lahan di kota besar tidak memadai.
Oleh karena itu, diperlukan standar minimum yang dapat dijadikan acuan dalam
memenuhi kebutuhan ruang manusia dalam berkegiatan di dalam rumah, sehingga
rumah di perkotaan dapat menjadi lebih efisien dalam menggunakan ruang dan dapat
memenuhi lebih banyak kebutuhan akan tempat tinggal. Serta tak terlepas juga dari
memperhatikan aspek kelayakan dan kesehatan peghuninya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan rumah minimum di perkotaan?
2. Bagaimana syarat sebuah rumah dikatakan minimum dalam konteks perkotaan?
3. Apa saja isu-isu yang terkait dengan perumahan di perkotaan?
3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rumah minimum di perkotaan.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat rumah yang membuatnya dikatakan sebagai
rumah minimum di perkotaan.
3. Untuk mengetahui isu apa saja yang terkait dengan perumahan di perkotaan dan
beserta solusinya yang mungkin dapat menyelesaikan masalah tersebut.
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Rumah Minimum
Rumah menurut undang-undang No. 4 tahun 1992 adalah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah adalah
struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai
tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), 1 rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal; 2 Bangunan pada
umumnya (seperti gedung). Sedangkan minimum adalah yang paling kecil (sedikit,
kurang); yang paling rendah (tentang nilai, harga, upah, dan sebagainya).
Rumah minimum adalah rumah dengan luas minimal, dimana menjadi salah satu
indikator kualitas pembangunan perumahan pada suatu negara. Indikator tersebut
dipengaruhi oleh luas hunian dan jumlah penghuni (UNHABITAT 1996). Standar
luas minimal berbeda beda antar negara, tergantung pada tingkat ekonomi, sosial
budaya dan iklim. Luas lantai per jiwa akan naik seiring dengan tingkat ekonomi dan
kemakmuran suatu negara (McGee dan Robinson 1995).
1.1 Aturan di Luar Negeri
Standar ukuran pada rumah minimum berbeda-beda tergantung pada peraturan di
wilayah negaranya masing-masing. Menurut peraturan yang disahkan pada bulan
april 1951, berisi tentang ketetapan standar perumahan minimum pada bangunan
layak huni di Kansas City, Missouri, menyatakan bahwa “Total area of all
habitable rooms in a dwelling unit shall be such as to provide at least 65 square
feet of floor area per person.” selain itu, semua kamar tidur harus memiliki area
tidak kurang dari 60 kaki persegi (sekitar 5,5 meter persegi), dan setidaknya 400
kaki kubik (sekitar 11,3 meter kubik) ruang udara harus disediakan di kamar tidur
untuk setiap penghuni di atas usia enam tahun. Ketentuan serupa ditemukan
dalam Rules and Regulations Governing the Hygiene of Housing of Baltimore,
Maryland, yang disahkan pada tahun 1948. Peraturan ini, selain persyaratan di
atas mengenai kamar tidur, menetapkan luas lantai minimum 50 kaki persegi
(sekitar 4,6 meter persegi) per orang dewasa dan luas lantai minimum 30 kaki
persegi (sekitar 2,7 meter persegi) dan ruang udara minimum 200 kaki kubik
(sekitar 5,6 meter kubik) untuk setiap anak di bawah usia dua belas. Standar yang
sama tercantum dalam Rules and Regulations of Housing in Wilmington,
Delaware, yang disahkan pada Juli 1950, dan dalam Ordinance Relating to
Housing Standars yang disahkan pada April 1951 oleh Kota Norfolk, Virginia.
Dua kode perumahan minimum yang mengandung standar spasial yang jauh lebih
spesifik untuk semua hunian adalah yang beroperasi di Portland, Oregon, dan
Greensboro, North Carolina. Pada Portland Housing Code, Bagian 8-508,
menetapkan bahwa "for each family in a single or two-family dwelling, there shall
be not less than two regular use habitable rooms, one of which shall be a living
room, and also there shall be a bathroom . . ." Bagian ini diubah 15 Desember
1949. Pada Greensboro, North Carolina, Kode Kota, Bab 40, Providing for
Minimum Building Requirements for Dwellings or Structures Used or Intended to
be Used for Human Habitation, also establishes a schedule of room sizes based
upon functions. Data tersebut dimasukkan sebagai bagian dari peraturan dalam
Pasal 27, sebagaimana diubah 12 Maret 1952.
Mirip dengan standar kode perumahan minimum, standar yang kadang-kadang
terkandung dalam kode bangunan yang menentukan ukuran minimum kamar yang
dapat dihuni, dll. The Model Township Building Code for One and Two Family
Dwellings, disiapkan oleh Komisi Perencanaan Michigan pada Mei 1947,
mensyaratkan struktur tempat tinggal berisi kurang dari dua kamar dan kamar
mandi. Dari jumlah tersebut, satu harus menjadi ruang tidur dan memiliki luas
lantai tidak kurang dari 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi), dan yang
lainnya harus menjadi ruang tamu yang, jika ruang disediakan di tempat lain
untuk makan dan memasak, harus tidak kurang dari 150 kaki persegi (sekitar 13,9
meter persegi), atau, di mana ruangan itu akan digunakan untuk ruang hidup dan
makan, harus setidaknya 190 kaki persegi (sekitar 17,6 meter persegi), dan di
mana ruangan tersebut akan digunakan untuk hidup, memasak dan makan, harus
memiliki luas lantai tidak kurang dari 220 kaki persegi (sekitar 20,4 meter
persegi).
Serupa dengan kode model Michigan, standar yang ditetapkan dalam kode
bangunan Cook County, Illinois, diadopsi Agustus 1947, di mana persyaratan
ruang ditentukan sebagai berikut:
Setiap unit hidup harus menyediakan setidaknya satu kamar tidur dan satu kamar
mandi, dan ruang untuk hidup, makan, memasak, penyimpanan, utilitas, dan
pemanas. Tempat tinggal, makan, dan memasak dilakukan di satu ruangan, area
lantai minimum untuk ruangan itu adalah 200 kaki persegi (sekitar 18,5 meter
persegi). Di mana ruang tamu dan ruang makan dilakukan dalam satu ruangan,
dan memasak dilakukan di ruang terpisah, ruang tamu harus 180 kaki persegi
(sekitar 16,7 meter persegi), dan dapur harus 60 kaki persegi (sekitar 5,5 meter
persegi). Ruang tamu yang hanya diperuntukkan bagi tempat tinggal, tempat
ruang makan dan dapur terpisah disediakan, harus 160 kaki persegi (sekitar 14,8
meter persegi), dan dapur tempat ruang makan disediakan harus 90 kaki persegi
(sekitar 8,3 meter persegi). Kamar tidur utama harus memiliki luas tidak kurang
dari 100 kaki persegi (sekitar 9,2 meter persegi), dan setiap kamar yang dapat
dihuni tambahan tidak boleh kurang dari 80 kaki persegi (sekitar 7,4 meter
persegi).
Pada tahun 1946, Tri-County Regional Planning Commission of Denver,
Colorado, menyiapkan Uniform Building Code of Colorado yang tersedia untuk
diadopsi oleh komunitas tak berhubungan yang dikategorikan atau, dengan
perubahan kecil, oleh setiap kota di Colorado. Minimal 150 kaki persegi (sekitar
14 meter persegi) untuk ruang tamu; 160 kaki persegi (sekitar 14,8 meter persegi)
untuk ruang tamu dengan ruang makan termasuk; 220 kaki persegi (sekitar 20,4
meter persegi) tempat makan, memasak, dan ruang tamu termasuk di dalamnya,
"Asalkan area ini tidak boleh kurang dari 210 kaki persegi (sekitar 19,5 meter
persegi) ketika terletak di unit tempat tinggal yang memiliki kurang dari dua
kamar tidur." Area dapur harus 60 kaki persegi (sekitar 5,5 meter persegi), atau 90
kaki persegi (sekitar 8,3 meter persegi) di mana ruang makan termasuk di
dalamnya, "Asalkan luas dapur tidak boleh kurang dari 50 kaki persegi (sekitar
4,6 meter persegi) ketika terletak di tempat tinggal yang memiliki kurang dari dua
kamar tidur." Luas minimal satu kamar tidur harus 100 kaki persegi (sekitar 9,3
meter persegi), dan untuk setiap kamar tambahan yang dapat dihuni, luas
minimum yang disyaratkan adalah 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi).
Semua minimum di atas tidak termasuk ruang penyimpanan dan lemari.
Standar serupa dapat ditemukan dalam New Jersey Code of Minimum
Construction Requirements for One and Two Family Dwellings. Kode bangunan
negara yang disiapkan oleh Departemen Pengembangan Ekonomi New Jersey ini
tidak memiliki kekuatan mengikat di kota mana pun. Seperti yang disebutkan
"Disarankan sebagai kode persyaratan minimum untuk adopsi sukarela oleh
pemerintah kota yang akan mengikuti praktik itu." Hubungan antara standar
minimum ini dan standar yang diundangkan oleh Federal Housing Administration
dimana bangunan harus sesuai agar memenuhi syarat untuk pinjaman FHA cukup
jelas. Persyaratan tersebut akan memungkinkan tempat tinggal bahkan kurang dari
400 kaki persegi (sekitar 37 meter persegi) tanpa melanggar peraturan.
American Public Health Association baru-baru ini menerbitkan sebuah model tata
cara yang menyarankan standar tata ruang lebih tinggi daripada yang tergabung
dalam tata cara yang dikutip di atas. Dalam Committee on Hygiene's Proposed
Housing Ordinance Regulating Supplied Facilities, Maintenance and Occupancy
of Dwellings and Dwelling Units, yang diterbitkan oleh American Public Health
Association, Inc., New York, pada tahun 1952, standar ruang minimum dihitung
sebagai berikut:
"Setiap unit hunian harus mengandung setidaknya 150 kaki persegi (sekitar 14
meter persegi) ruang lantai untuk penghuni pertama daripadanya, dan setidaknya
100 kaki persegi (sekitar 9,3 meter persegi) tambahan ruang lantai untuk setiap
penghuni tambahannya, ruang lantai yang akan dihitung berdasarkan total luas
kamar yang dapat dihuni.”
"Di setiap unit hunian dua kamar atau lebih, setiap kamar yang ditempati untuk
keperluan tidur oleh satu penghuni harus berisi setidaknya 70 kaki persegi (sekitar
6,5 meter persegi) ruang lantai, dan setiap kamar yang ditempati untuk keperluan
tidur oleh lebih dari satu penghuni harus mengandung setidaknya 50 kaki persegi
(sekitar 4,6 meter persegi) ruang lantai untuk setiap penghuninya. "
Pada Oktober 2015, pemerintah memperkenalkan standar ruang baru yang
dideskripsikan secara nasional, yang menetapkan pedoman terperinci tentang
ukuran minimum rumah baru. Menurut standar ini, luas lantai minimum untuk
setiap rumah baru harus 37 meter persegi.
* Jika flat satu orang memiliki shower room daripada bathroom, luas lantai dapat
dikurangi dari 39m² menjadi 37m².
Dalam langkah terpisah pada bulan Desember 2017, pemerintah mengumumkan
bahwa mereka memberi pemberitahuan pada tuan tanah yang sering melanggar
aturan standar luas minimum ini dengan memperkenalkan langkah-langkah baru
untuk membasmi kepadatan penduduk dan meningkatkan standar bagi mereka
yang menyewa di sektor swasta. Dalam hal ini, termasuk juga aturan baru yang
menetapkan persyaratan ukuran minimum untuk kamar tidur di rumah-rumah
dengan banyak pekerjaan:
*
o Kamar yang digunakan untuk tidur oleh 1 orang dewasa: Tidak lebih
kecil dari 6,51 meter persegi.
o Kamar yang digunakan untuk tidur oleh 2 orang dewasa: Tidak lebih
kecil dari 10,22 meter persegi.
o Kamar yang digunakan untuk tidur oleh anak-anak berusia 10 tahun ke
bawah: Tidak lebih kecil dari 4,64 meter persegi.
Perubahan IRC 2015 Code : R304.1 Minimum Habitable Room Area.
“Habitable rooms shall have a floor area of not less than 70 square feet (6.5 m2).
Except for the kitchen.”
IRC menetapkan persyaratan minimum untuk lingkungan hidup interior yang
sehat, termasuk ketentuan untuk ukuran kamar, ketinggian langit-langit, cahaya,
ventilasi, dan pemanas. Kode tersebut telah lama menyediakan area kamar
minimum 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi) untuk setidaknya satu kamar
layak huni dengan semua kamar layak huni lainnya memiliki luas lantai tidak
kurang dari 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi). Sebagian besar rumah
modern memiliki kamar yang melebihi dimensi tersebut, tetapi tujuannya adalah
untuk setidaknya menyediakan ruang tamu berukuran 12 ft x 10 ft (sekitar 11
meter persegi) dengan satu atau lebih kamar tidur berukuran sekitar 7 ft x 10 ft
(sekitar 6,5 meter persegi). Persyaratan untuk satu kamar layak huni dengan luas
lantai minimum 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi) telah dihapus dari
kode. Area minimum 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi) sekarang berlaku
untuk semua kamar layak huni sebagai ukuran terkecil yang dapat diterima bagi
penghuni untuk bergerak dan menggunakan ruang layak huni sebagaimana
dimaksud. Luas minimum 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi) tidak
didasarkan pada analisis ilmiah atau bahaya keamanan yang diidentifikasi tetapi
umumnya diterima oleh pengguna kode dan pasar. Namun, baru-baru ini, para
pendukung kehidupan minimalis telah menganjurkan tempat tinggal yang lebih
kecil untuk mengurangi dampak lingkungan dan menyediakan biaya hidup yang
lebih rendah melalui pengurangan biaya hipotek dan pemeliharaan. Tempat
tinggal ini dimaksudkan untuk memungkinkan gaya hidup minimalis yang tidak
menuntut ruang tamu dalam volume besar. Berikut contoh ekstrimnya :
Rumah minimalis ini sering disebut "Tiny House". Para pendukung perubahan ini
beralasan bahwa konsumen membuat keputusan yang terarah dan terinformasi
mengenai kesesuaian perumahan yang mereka pilih untuk tinggal dan bahwa kode
tidak boleh menempatkan pembatasan sewenang-wenang pada ukuran kamar
yang tidak memiliki faktor keselamatan yang dapat dibuktikan. Meskipun
perubahan tidak akan berdampak pada konstruksi perumahan yang khas, itu akan
mengakomodasi alternatif untuk tempat tinggal yang sangat kecil yang
sebelumnya tidak diizinkan di bawah IRC. Ini juga dapat mendorong penerimaan
dan kepatuhan yang lebih besar terhadap kode perumahan oleh mereka yang
mengejar gaya hidup minimalis.
Sebagian besar negara telah mengadopsi kode bangunan dan zonasi dari
International Residential Code (IRC). Kode IRC mensyaratkan bahwa semua
rumah harus dibangun di atas minimal 320 kaki persegi (sekitar 29,7 meter
persegi). Ukuran minimum untuk sebuah rumah jika 120 kaki persegi (sekitar 11
meter persegi) dan setidaknya satu ruangan harus dihuni. Kamar yang dapat
dihuni memenuhi peraturan lain seperti membutuhkan lemari dan setidaknya satu
jendela. Kamar lain, tidak dimaksudkan untuk tidur, harus berukuran setidaknya
70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi). Kamar mandi dan dapur tidak
memiliki ruang lantai minimum; namun, semua kamar harus memiliki ketinggian
plafon setinggi setidaknya 7-8 kaki (sekitar 2 sampai 2,5 meter). Ukuran rumah
minimum, bagaimanapun, sangat bervariasi antara negara bagian, kota, dan
kabupaten. Di beberapa daerah bahkan memiliki ukuran minimal 1000 kaki
persegi (sekitar 93 meter persegi).
Namun, masyarakat semakin memaksakan ukuran minimum yang lebih besar dan
persyaratan area, terutama di komunitas perumahan. Peraturan zonasi, kode
bangunan dan perumahan, serta peraturan subdivisi diberlakukan di area ini untuk
melestarikan atribut kehidupan semi-pedesaan seperti rumah yang tersebar, ruang
yang memadai, dan perumahan dengan kepadatan rendah. Motivasi untuk
melakukan hal itu bertujuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan
masyarakat, termasuk kekhawatiran tentang kebakaran, kebisingan, sirkulasi
udara, dan polusi. Beberapa percaya bahwa peraturan seperti itu diberlakukan
karena orang kaya ingin mengecualikan kelompok yang kurang kaya dari
komunitas mereka.
1.2 Aturan di Indonesia
Standar kebutuhan luas minimal hunian sederhana di Indonesia diatur dalam SNI
03-1733-2004. Standar ini digunakan oleh pemerintah sebagai dasar menentukan
luas rumah sederhana dan batasan rumah yang mendapatkan subsidi. Standar ini
mengacu pada Neufret Data Arsitek (jilid 1 halaman 29) dimana menggunakan
kebutuhan udara segar dalam ruangan sebagai dasar perhitungan kebutuhan luas
ruang. Berdasarkan SNI 03-1733-2004, luas minimal rumah sederhana (asumsi 1
keluarga terdiri atas 4 orang) adalah 36m² atau 9m² per jiwa (Badan Standar
Nasional Indonesia 2004). Begitupun dalam undang-undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Pemukiman yang mengatur luas lantai minimal rumah
tinggal dan rumah deret. Pasal 22 ayat 3 UU No.11 Tahun 2011 merumuskan
“Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36
meter persegi”.
Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat (Keputusan Menteri Kimpraswil
Nomor 403/KPTS/M/2002) merumuskan ruang-ruang yang perlu disediakan
dalam konsep Rancangan Rumah Inti Tumbuh (RIT) adalah sebagai berikut:
 1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan. Bagian ini merupakan
ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya.
 1 ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana didalamnya
dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas
lainnya.
 1 kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat
menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya
untuk kegiatan mandi cuci dan kakus.
RIT dirancang untuk menyediakan wadah bagi aktivitas dasar rumah tinggal yang
nanti diharapkan pemilik RIT dapat meningkatkan kualitas huniannya menjadi
rumah sederhana sehat yang layak huni. Fungsi dasar yang diwadahi dalam RIT
adalah fungsi ruang tidur, ruang serbaguna dan MCK yang mengacu pada
standard World Health Organization (WHO).
Akan tetapi, pada tahun 2010, Pusat Litbang Permukiman telah melakukan
penelitian tentang antropometri orang Indonesia sebagai dasar menentukan
kebutuhan ruang berdasarkan kenyamanan ruang gerak. Sedangkan, pada tahun
2011 menghasilkan luas minimal rumah sederhana berdasarkan simulasi
kenyamanan gerak yaitu 47,46 m² atau 11,85 m² per jiwa (asumsi 1 keluarga
terdiri atas 4 orang).
Dapat disimpulkan, variabel yang dapat dijadikan basis data perencanaan
bangunan hunian sederhana dan ruang kantor pemerintah adalah sebagai berikut
(Data Puslitbang Permukiman tahun 2010 dan 2011):
a. Antropometri manusia Indonesia (pria dan wanita)
b. Aktivitas pokok pengguna dalam melakukan pekerjaannya
c. Perabot yang digunakan
d. Alat bantu yang dipakai
e. Ruang gerak dan sirkulasi yang dibutuhkan
Oleh sebab itu, di Indonesia terdapat 2 pendapat yang berbeda tentang luas
minimal rumah sederhana. Pertama kebutuhan ruang berdasarkan kebutuhan
udara segar, diatur dalam SNI 03-1733-2004 dan UU No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Pemukiman sebesar 36 m2. Kedua berdasarkan kenyamanan
ruang gerak yang merupakan hasil penelitian Puslitbang Permukiman tahun 2010
dan 2011 sebesar 47,46 m2.
2. Permasalahan/Isu di Indonesia
Seperti yang tercatat dalam The Housing and Urban Development (HUD) Institute,
permasalahan pokok di Indonesia diantaranya adalah masih tingginya angka defisit
rumah (backlog) dan rumah kosong (housing stock), kawasan kumuh dengan rumah
tidak layak huni (RTLH) yang belum teratasi tuntas, dari sisi kemitraan peran serta
dan keswadayaan masyarakat masih rendah. Kemudian, daya beli masyarakat,
khususnya yang berpenghasilan rendah (MBR) dan masyarakat berpenghasilan
menengah (MBM) masih lemah. Selain itu, masalah lainnya adalah masih terjadinya
penguasaan tanah skala besar yang tidak berkeadilan, serta belum terbangunnya
sistem kelembagaan dan tata kelola perumahan.
3. Studi Kasus; Tambora, Jakarta Barat
Sebagai salah satu permasalahan di ibukota, daerah kawasan Tambora disebut sebagai
kawasan pemukiman terkumuh dan tidak layak huni.
Seperti yang terlihat pada data kependudukan 2018 di sebelah kiri, kecamatan di
Jakarta Barat yang memiliki jumlah populasi penduduk terbanyak adalah Kecamatan
Cengkareng yaitu sebanyak 592.507 jiwa, sedangkan Tambora hanya memiliki
241.439 jiwa . Akan tetapi pada data kependudukan 2018 di sebelah kanan, kepadatan
penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Tambora yaitu 44.711 jiwa per km2,
sedangkan Cengkareng hanya 22.325 jiwa per km2. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa luas wilayah Kecamatan Tambora lebih sempit dari Kecamatan
Cengkareng.
Gambar kepadatan penduduk di kawasan Tambora
Sumber : https://www.google.co.id/maps/
https://cadmapper.com/
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Arzia Tivany disebutkan “Tambora adalah
titik terpadat Jakarta. Pemerintah DKI menaksir sedikitnya 250.000 kepala menjejali
kawasan seluas 5,48 km persegi. Gampangnya, ada 4 orang dalam setiap 1 meter
persegi di Tambora. Beberapa lorong di kawasan kumuh Tambora kini terlalu sempit,
sampai-sampai warga setempat mengeluh kesusahan melihat matahari.”
Ada 4 orang dalam setiap 1 meter persegi merupakan ukuran yang sangat jauh di
bawah standar luas rumah minimum di Indonesia, baik dari segi kebutuhan udara
segar maupun kenyamanan ruang gerak. Yang mana standarnya sekitar 9 m2 per jiwa
menjadi hanya 0,25 m2 per jiwa.
Selain ruang gerak manusia yang sangat minim, keterbatasan lahan juga
menyebabkan matahari tidak bisa masuk karena jarak antar rumah yang terlalu dekat.
Selain itu, jalan yang sempit juga mempengaruhi faktor keselamatan seperti
contohnya kebakaran. Karena hal tersebut akan menghambat akses kendaraan mobil
pemadam kebakaran sementara api menjalar dengan cepat. Oleh karena itu,
pembangunan rumah di Kecamatan Tambora menjadi isu karena tidak memenuhi
standar.
Berikut beberapa artikel atau berita terkait dengan isu di Kawasan Tambora :
Ini Kampung Venus, Kampung Tanpa Sinar Matahari di Tambora
14 November 2019, Tri Susilo
Matahari Tak Pernah Terbit di Tambora
31 Oktober 2016, Arzia Tivany Wargadiredja
Kebakaran di Tambora Menjalar ke Pemukiman Padat Gang Venus
19 Mei 2020, Iwan Supriyatna
Wilayah Padat Penduduk, Pemkot Jakarta Barat Kesulitan Cari Tempat
Pengungsian di Tambora
19 Mei 2020, Desy Selviany
Sumber : https://www.vice.com/id_id/article/kbwb7v/matahari-tak-pernah-pernah-terbit-di-tambora
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20191114161111-7-115327/ini-kampung-venus-kampung-tanpa-
sinar-matahari-di-tambora/1
4. Contoh Desain Rumah Minimum
Rumah Keluarga Baru; Suami-Istri
Hunian Vertikal
Secara keseluruhan, luas minimal yang diajukan untuk ditinggali 2 orang dewasa
adalah sebesar 6,5 m x 6,5 m atau sama dengan 42,25 m2. Dan untuk kelengkapan
ruang sudah memenuhi konsep Rancangan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang
dicangkan oleh kementrian.
Desain dapat dilihat pada gambar berikut.
Standar Internasional
Jika dianalisis dengan
menggunakan standar internasional
yang diperkenalkan pada oktober
2015, pada tabel tersebut tercatat
bahwa untuk rumah dengan 1
kamar tidur yang ditempati oleh 2
orang, maka luas minimum pada
rumah bertingkat 2 atau seterusnya
adalah sekitar 58 m2. Oleh karena
itu, berdasarkan hal tersebut desain
rumah ini masih di bawah standar
minimum.
Standar Nasional
Jika hanya dihitung per jiwa maka jika ada 2 orang maka 2 x 9 m2, maka luas
minimum untuk pasangan baru adalah hanya 18 m2. Akan tetapi hal tersebut tidak
memenuhi konsep RIT.
Berikutnya per ruang akan dianalisis berdasarkan beberapa aturan di atas.
“Habitable rooms shall have a floor area of not less than 70 square feet (6.5 m2).
Except for the kitchen.”
Ruang tamu tidak kurang dari 120 kaki meter (sekitar 11 meter persegi)
4.1 Ruang Tamu
Desain ruang tamunya berukuran 4 m x 3 m atau sama dengan 12 m, yang mana
sudah memenuhi standar IRC yaitu tidak kurang dari 120 kaki persegi atau sekitar
11 meter persegi.
4.2 Dapur dan Ruang Makan
Desain untuk dapur dan ruang makan memang tidak memiliki standar minimum,
melainkan hanya ketinggian. Akan tetapi, pada kode model Michigan, standar
yang ditetapkan dalam kode bangunan Cook County, Illinois, yang diadopsi
Agustus 1947, di mana persyaratan ruang ditentukan sebagai berikut: dapur dan
tempat ruang makan disediakan harus 90 kaki persegi (sekitar 8,3 meter persegi).
Sedangkan pada desain, dapur dan ruang makan berukuran 3 m x 2,5 m atau sama
dengan 7,5 m2. Dimana hal tersebut masih dibawah standar.
4.3 Kamar Tidur, Belajar/Bekerja, dan Berdoa
Desain kamar tidurnya berukuran 3,5 m x 3 m atau sama dengan 10,5 m2, yang mana
sudah memenuhi standar kamar internasional yang ditempati oleh 2 orang dewasa,
yaitu tidak kurang dari 10,22 m2.
4.4 Ruang Laundry dan Kamar Mandi
Desain ruang laundrynya berukuran 1,3 m x 2 m atau sama dengan 2,6 m2 dan
kamar mandinya berukuran 2,2 m x 2 m atau sama dengan 4,4 m2. Dimana
menurut standar IRC juga tidak diatur. Akan tetapi, ruangan lain harus memiliki
luas minimum tidak kurang dari 70 kaki persegi atau sekitar 6,5 meter persegi.
Oleh karena itu, jika dijumlahkan maka ruangan sudah memenuhi standar
minimum.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tulisan di atas, rumah minimum adalah rumah dengan luas minimal,
dimana menjadi salah satu indikator kualitas pembangunan perumahan pada suatu
negara. Indikator tersebut dipengaruhi oleh luas hunian dan jumlah penghuni
(UNHABITAT 1996). Standar luas minimal berbeda beda antar negara, tergantung
pada tingkat ekonomi, sosial budaya dan iklim. Luas lantai per jiwa akan naik seiring
dengan tingkat ekonomi dan kemakmuran suatu negara (McGee dan Robinson 1995).
Di Indonesia belum banyak yang menerapkan standar minimum rumah. Oleh karena
itu banyak isu yang harus diperbaiki.
B. Saran
Dalam membangun rumah di Indonesia harus mempertimbangkan luas minimum baik
dari segi kebutuhan udara segar maupun kenyamanan ruang gerak.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.godownsize.com/minimum-house-square-footage/
(Diakses pada 2 Juni 2020)
https://www.planning.org/pas/reports/report37.htm
(Diakses pada 2 Juni 2020)
https://library.municode.com/mi/jackson/codes/
(Diakses pada 2 Juni 2020)
https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Minimum_space_standars
(Diakses pada 2 Juni 2020)
https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Technical_housing_standars_-_nationally_described
_space_standar
(Diakses pada 2 Juni 2020)
https://worldpopulationreview.com/states/minimum-house-size-by-state/
(Diakses pada 2 Juni 2020)
Mahatma Sindu Suryo. Analisa Kebutuhan Luas Minimal pada Rumah Sederhana Tapak di
Indonesia. 22 Oktober 2017
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191114161111-7-115327/ini-kampung-venus-
kampung-tanpa-sinar-matahari-di-tambora/1
(Diakses pada 3 Juni 2020)
https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/19/wilayah-padat-penduduk-pemkot-jakarta-barat-
kesulitan-cari-tempat-pengungsian-di-tambora
(Diakses pada 3 Juni 2020)
https://www.suara.com/news/2020/05/19/080903/kebakaran-di-tambora-menjalar-ke-
pemukiman-padat-gang-venus
(Diakses pada 3 Juni 2020)
https://www.sinarharapan.co/metropolitan/read/17485/permukiman_padat_penduduk_di_tambor
a_terbakar
(Diakses pada 3 Juni 2020)
https://www.vice.com/id_id/article/kbwb7v/matahari-tak-pernah-pernah-terbit-di-tambora
(Diakses pada 3 Juni 2020)

More Related Content

More from Fajar Rian Wulandari

Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...
Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...
Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...Fajar Rian Wulandari
 
Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract pada Gambar Pixelate
Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract  pada Gambar Pixelate Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract  pada Gambar Pixelate
Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract pada Gambar Pixelate Fajar Rian Wulandari
 
Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004
Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004
Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004Fajar Rian Wulandari
 
High Rise-Vertical Housing Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...
High Rise-Vertical Housing  Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...High Rise-Vertical Housing  Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...
High Rise-Vertical Housing Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...Fajar Rian Wulandari
 
Pengalaman Akustik di Masjid Agung At-Tin
Pengalaman Akustik di Masjid Agung At-TinPengalaman Akustik di Masjid Agung At-Tin
Pengalaman Akustik di Masjid Agung At-TinFajar Rian Wulandari
 
Laporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang Ranti
Laporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang RantiLaporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang Ranti
Laporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang RantiFajar Rian Wulandari
 

More from Fajar Rian Wulandari (13)

Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...
Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...
Menjual Prinsip Gestalt : Menarik Perhatian Penggemar Melalui Persepsi Visual...
 
Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract pada Gambar Pixelate
Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract  pada Gambar Pixelate Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract  pada Gambar Pixelate
Reorganize : Memanfaatkan Metode Subtract pada Gambar Pixelate
 
Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004
Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004
Sandbag Shelter Pemenang Aga Khan Award periode 2002-2004
 
High Rise-Vertical Housing Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...
High Rise-Vertical Housing  Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...High Rise-Vertical Housing  Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...
High Rise-Vertical Housing Hunian Vertikal Bertingkat Tinggi yang Ada di Ind...
 
Pengalaman Akustik di Masjid Agung At-Tin
Pengalaman Akustik di Masjid Agung At-TinPengalaman Akustik di Masjid Agung At-Tin
Pengalaman Akustik di Masjid Agung At-Tin
 
Laporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang Ranti
Laporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang RantiLaporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang Ranti
Laporan Studi Ekologi Perkotaan di Kelurahan Pinang Ranti
 
Menganalisis Novel tahun 20-30 an
Menganalisis Novel tahun 20-30 anMenganalisis Novel tahun 20-30 an
Menganalisis Novel tahun 20-30 an
 
Naskah Drama
Naskah DramaNaskah Drama
Naskah Drama
 
Pranata Politik
Pranata PolitikPranata Politik
Pranata Politik
 
Perkembangan Islam di Nusantara
Perkembangan Islam di NusantaraPerkembangan Islam di Nusantara
Perkembangan Islam di Nusantara
 
MACAM-MACAM TENSES
MACAM-MACAM TENSESMACAM-MACAM TENSES
MACAM-MACAM TENSES
 
Plkj _ Penyalahgunaan Zat
Plkj _ Penyalahgunaan ZatPlkj _ Penyalahgunaan Zat
Plkj _ Penyalahgunaan Zat
 
Sejarah Musik Jazz
Sejarah Musik JazzSejarah Musik Jazz
Sejarah Musik Jazz
 

Rumah Minimum Perkotaan

  • 1. RUMAH MINIMUM PERKOTAAN Mata Kuliah TeoriPerumahan Kota Fajar Rian Wulandari, 1706973464 Arsitektur, 4 Juni 2020 RUMAH MINIMUM PERKOTAAN
  • 2. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan perumahan dan pemukiman di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam pengelolaannya. Akan tetapi, baik di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang layak huni, aman, nyaman, damai, dan sejahtera serta berkelanjutan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di kota-kota besar di Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan tempat tinggal. Sebagai mana papan, yang merupakan salah satu dari tiga kebutuhan primer manusia, maka keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari keberadaan manusia itu sendiri. Permasalahannya, permintaan akan tempat tinggal meningkat, tapi ketersediaan lahan di kota besar tidak memadai. Oleh karena itu, diperlukan standar minimum yang dapat dijadikan acuan dalam memenuhi kebutuhan ruang manusia dalam berkegiatan di dalam rumah, sehingga rumah di perkotaan dapat menjadi lebih efisien dalam menggunakan ruang dan dapat memenuhi lebih banyak kebutuhan akan tempat tinggal. Serta tak terlepas juga dari memperhatikan aspek kelayakan dan kesehatan peghuninya. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan rumah minimum di perkotaan? 2. Bagaimana syarat sebuah rumah dikatakan minimum dalam konteks perkotaan? 3. Apa saja isu-isu yang terkait dengan perumahan di perkotaan? 3. Tujuan Adapun tujuan pembuatan tulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rumah minimum di perkotaan. 2. Untuk mengetahui syarat-syarat rumah yang membuatnya dikatakan sebagai rumah minimum di perkotaan. 3. Untuk mengetahui isu apa saja yang terkait dengan perumahan di perkotaan dan beserta solusinya yang mungkin dapat menyelesaikan masalah tersebut.
  • 3. II. PEMBAHASAN 1. Pengertian Rumah Minimum Rumah menurut undang-undang No. 4 tahun 1992 adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1 rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal; 2 Bangunan pada umumnya (seperti gedung). Sedangkan minimum adalah yang paling kecil (sedikit, kurang); yang paling rendah (tentang nilai, harga, upah, dan sebagainya). Rumah minimum adalah rumah dengan luas minimal, dimana menjadi salah satu indikator kualitas pembangunan perumahan pada suatu negara. Indikator tersebut dipengaruhi oleh luas hunian dan jumlah penghuni (UNHABITAT 1996). Standar luas minimal berbeda beda antar negara, tergantung pada tingkat ekonomi, sosial budaya dan iklim. Luas lantai per jiwa akan naik seiring dengan tingkat ekonomi dan kemakmuran suatu negara (McGee dan Robinson 1995). 1.1 Aturan di Luar Negeri Standar ukuran pada rumah minimum berbeda-beda tergantung pada peraturan di wilayah negaranya masing-masing. Menurut peraturan yang disahkan pada bulan april 1951, berisi tentang ketetapan standar perumahan minimum pada bangunan layak huni di Kansas City, Missouri, menyatakan bahwa “Total area of all habitable rooms in a dwelling unit shall be such as to provide at least 65 square feet of floor area per person.” selain itu, semua kamar tidur harus memiliki area tidak kurang dari 60 kaki persegi (sekitar 5,5 meter persegi), dan setidaknya 400 kaki kubik (sekitar 11,3 meter kubik) ruang udara harus disediakan di kamar tidur untuk setiap penghuni di atas usia enam tahun. Ketentuan serupa ditemukan
  • 4. dalam Rules and Regulations Governing the Hygiene of Housing of Baltimore, Maryland, yang disahkan pada tahun 1948. Peraturan ini, selain persyaratan di atas mengenai kamar tidur, menetapkan luas lantai minimum 50 kaki persegi (sekitar 4,6 meter persegi) per orang dewasa dan luas lantai minimum 30 kaki persegi (sekitar 2,7 meter persegi) dan ruang udara minimum 200 kaki kubik (sekitar 5,6 meter kubik) untuk setiap anak di bawah usia dua belas. Standar yang sama tercantum dalam Rules and Regulations of Housing in Wilmington, Delaware, yang disahkan pada Juli 1950, dan dalam Ordinance Relating to Housing Standars yang disahkan pada April 1951 oleh Kota Norfolk, Virginia. Dua kode perumahan minimum yang mengandung standar spasial yang jauh lebih spesifik untuk semua hunian adalah yang beroperasi di Portland, Oregon, dan Greensboro, North Carolina. Pada Portland Housing Code, Bagian 8-508, menetapkan bahwa "for each family in a single or two-family dwelling, there shall be not less than two regular use habitable rooms, one of which shall be a living room, and also there shall be a bathroom . . ." Bagian ini diubah 15 Desember 1949. Pada Greensboro, North Carolina, Kode Kota, Bab 40, Providing for Minimum Building Requirements for Dwellings or Structures Used or Intended to be Used for Human Habitation, also establishes a schedule of room sizes based upon functions. Data tersebut dimasukkan sebagai bagian dari peraturan dalam Pasal 27, sebagaimana diubah 12 Maret 1952. Mirip dengan standar kode perumahan minimum, standar yang kadang-kadang terkandung dalam kode bangunan yang menentukan ukuran minimum kamar yang dapat dihuni, dll. The Model Township Building Code for One and Two Family Dwellings, disiapkan oleh Komisi Perencanaan Michigan pada Mei 1947, mensyaratkan struktur tempat tinggal berisi kurang dari dua kamar dan kamar mandi. Dari jumlah tersebut, satu harus menjadi ruang tidur dan memiliki luas lantai tidak kurang dari 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi), dan yang lainnya harus menjadi ruang tamu yang, jika ruang disediakan di tempat lain untuk makan dan memasak, harus tidak kurang dari 150 kaki persegi (sekitar 13,9 meter persegi), atau, di mana ruangan itu akan digunakan untuk ruang hidup dan
  • 5. makan, harus setidaknya 190 kaki persegi (sekitar 17,6 meter persegi), dan di mana ruangan tersebut akan digunakan untuk hidup, memasak dan makan, harus memiliki luas lantai tidak kurang dari 220 kaki persegi (sekitar 20,4 meter persegi). Serupa dengan kode model Michigan, standar yang ditetapkan dalam kode bangunan Cook County, Illinois, diadopsi Agustus 1947, di mana persyaratan ruang ditentukan sebagai berikut: Setiap unit hidup harus menyediakan setidaknya satu kamar tidur dan satu kamar mandi, dan ruang untuk hidup, makan, memasak, penyimpanan, utilitas, dan pemanas. Tempat tinggal, makan, dan memasak dilakukan di satu ruangan, area lantai minimum untuk ruangan itu adalah 200 kaki persegi (sekitar 18,5 meter persegi). Di mana ruang tamu dan ruang makan dilakukan dalam satu ruangan, dan memasak dilakukan di ruang terpisah, ruang tamu harus 180 kaki persegi (sekitar 16,7 meter persegi), dan dapur harus 60 kaki persegi (sekitar 5,5 meter persegi). Ruang tamu yang hanya diperuntukkan bagi tempat tinggal, tempat ruang makan dan dapur terpisah disediakan, harus 160 kaki persegi (sekitar 14,8 meter persegi), dan dapur tempat ruang makan disediakan harus 90 kaki persegi (sekitar 8,3 meter persegi). Kamar tidur utama harus memiliki luas tidak kurang dari 100 kaki persegi (sekitar 9,2 meter persegi), dan setiap kamar yang dapat dihuni tambahan tidak boleh kurang dari 80 kaki persegi (sekitar 7,4 meter persegi). Pada tahun 1946, Tri-County Regional Planning Commission of Denver, Colorado, menyiapkan Uniform Building Code of Colorado yang tersedia untuk diadopsi oleh komunitas tak berhubungan yang dikategorikan atau, dengan perubahan kecil, oleh setiap kota di Colorado. Minimal 150 kaki persegi (sekitar 14 meter persegi) untuk ruang tamu; 160 kaki persegi (sekitar 14,8 meter persegi) untuk ruang tamu dengan ruang makan termasuk; 220 kaki persegi (sekitar 20,4 meter persegi) tempat makan, memasak, dan ruang tamu termasuk di dalamnya, "Asalkan area ini tidak boleh kurang dari 210 kaki persegi (sekitar 19,5 meter persegi) ketika terletak di unit tempat tinggal yang memiliki kurang dari dua
  • 6. kamar tidur." Area dapur harus 60 kaki persegi (sekitar 5,5 meter persegi), atau 90 kaki persegi (sekitar 8,3 meter persegi) di mana ruang makan termasuk di dalamnya, "Asalkan luas dapur tidak boleh kurang dari 50 kaki persegi (sekitar 4,6 meter persegi) ketika terletak di tempat tinggal yang memiliki kurang dari dua kamar tidur." Luas minimal satu kamar tidur harus 100 kaki persegi (sekitar 9,3 meter persegi), dan untuk setiap kamar tambahan yang dapat dihuni, luas minimum yang disyaratkan adalah 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi). Semua minimum di atas tidak termasuk ruang penyimpanan dan lemari. Standar serupa dapat ditemukan dalam New Jersey Code of Minimum Construction Requirements for One and Two Family Dwellings. Kode bangunan negara yang disiapkan oleh Departemen Pengembangan Ekonomi New Jersey ini tidak memiliki kekuatan mengikat di kota mana pun. Seperti yang disebutkan "Disarankan sebagai kode persyaratan minimum untuk adopsi sukarela oleh pemerintah kota yang akan mengikuti praktik itu." Hubungan antara standar minimum ini dan standar yang diundangkan oleh Federal Housing Administration dimana bangunan harus sesuai agar memenuhi syarat untuk pinjaman FHA cukup jelas. Persyaratan tersebut akan memungkinkan tempat tinggal bahkan kurang dari 400 kaki persegi (sekitar 37 meter persegi) tanpa melanggar peraturan. American Public Health Association baru-baru ini menerbitkan sebuah model tata cara yang menyarankan standar tata ruang lebih tinggi daripada yang tergabung dalam tata cara yang dikutip di atas. Dalam Committee on Hygiene's Proposed Housing Ordinance Regulating Supplied Facilities, Maintenance and Occupancy of Dwellings and Dwelling Units, yang diterbitkan oleh American Public Health Association, Inc., New York, pada tahun 1952, standar ruang minimum dihitung sebagai berikut: "Setiap unit hunian harus mengandung setidaknya 150 kaki persegi (sekitar 14 meter persegi) ruang lantai untuk penghuni pertama daripadanya, dan setidaknya 100 kaki persegi (sekitar 9,3 meter persegi) tambahan ruang lantai untuk setiap penghuni tambahannya, ruang lantai yang akan dihitung berdasarkan total luas kamar yang dapat dihuni.”
  • 7. "Di setiap unit hunian dua kamar atau lebih, setiap kamar yang ditempati untuk keperluan tidur oleh satu penghuni harus berisi setidaknya 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi) ruang lantai, dan setiap kamar yang ditempati untuk keperluan tidur oleh lebih dari satu penghuni harus mengandung setidaknya 50 kaki persegi (sekitar 4,6 meter persegi) ruang lantai untuk setiap penghuninya. " Pada Oktober 2015, pemerintah memperkenalkan standar ruang baru yang dideskripsikan secara nasional, yang menetapkan pedoman terperinci tentang ukuran minimum rumah baru. Menurut standar ini, luas lantai minimum untuk setiap rumah baru harus 37 meter persegi. * Jika flat satu orang memiliki shower room daripada bathroom, luas lantai dapat dikurangi dari 39m² menjadi 37m². Dalam langkah terpisah pada bulan Desember 2017, pemerintah mengumumkan bahwa mereka memberi pemberitahuan pada tuan tanah yang sering melanggar aturan standar luas minimum ini dengan memperkenalkan langkah-langkah baru untuk membasmi kepadatan penduduk dan meningkatkan standar bagi mereka yang menyewa di sektor swasta. Dalam hal ini, termasuk juga aturan baru yang menetapkan persyaratan ukuran minimum untuk kamar tidur di rumah-rumah dengan banyak pekerjaan: *
  • 8. o Kamar yang digunakan untuk tidur oleh 1 orang dewasa: Tidak lebih kecil dari 6,51 meter persegi. o Kamar yang digunakan untuk tidur oleh 2 orang dewasa: Tidak lebih kecil dari 10,22 meter persegi. o Kamar yang digunakan untuk tidur oleh anak-anak berusia 10 tahun ke bawah: Tidak lebih kecil dari 4,64 meter persegi. Perubahan IRC 2015 Code : R304.1 Minimum Habitable Room Area. “Habitable rooms shall have a floor area of not less than 70 square feet (6.5 m2). Except for the kitchen.” IRC menetapkan persyaratan minimum untuk lingkungan hidup interior yang sehat, termasuk ketentuan untuk ukuran kamar, ketinggian langit-langit, cahaya, ventilasi, dan pemanas. Kode tersebut telah lama menyediakan area kamar minimum 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi) untuk setidaknya satu kamar layak huni dengan semua kamar layak huni lainnya memiliki luas lantai tidak kurang dari 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi). Sebagian besar rumah modern memiliki kamar yang melebihi dimensi tersebut, tetapi tujuannya adalah untuk setidaknya menyediakan ruang tamu berukuran 12 ft x 10 ft (sekitar 11 meter persegi) dengan satu atau lebih kamar tidur berukuran sekitar 7 ft x 10 ft (sekitar 6,5 meter persegi). Persyaratan untuk satu kamar layak huni dengan luas lantai minimum 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi) telah dihapus dari kode. Area minimum 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi) sekarang berlaku untuk semua kamar layak huni sebagai ukuran terkecil yang dapat diterima bagi penghuni untuk bergerak dan menggunakan ruang layak huni sebagaimana dimaksud. Luas minimum 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi) tidak didasarkan pada analisis ilmiah atau bahaya keamanan yang diidentifikasi tetapi umumnya diterima oleh pengguna kode dan pasar. Namun, baru-baru ini, para pendukung kehidupan minimalis telah menganjurkan tempat tinggal yang lebih kecil untuk mengurangi dampak lingkungan dan menyediakan biaya hidup yang lebih rendah melalui pengurangan biaya hipotek dan pemeliharaan. Tempat
  • 9. tinggal ini dimaksudkan untuk memungkinkan gaya hidup minimalis yang tidak menuntut ruang tamu dalam volume besar. Berikut contoh ekstrimnya : Rumah minimalis ini sering disebut "Tiny House". Para pendukung perubahan ini beralasan bahwa konsumen membuat keputusan yang terarah dan terinformasi mengenai kesesuaian perumahan yang mereka pilih untuk tinggal dan bahwa kode tidak boleh menempatkan pembatasan sewenang-wenang pada ukuran kamar yang tidak memiliki faktor keselamatan yang dapat dibuktikan. Meskipun perubahan tidak akan berdampak pada konstruksi perumahan yang khas, itu akan mengakomodasi alternatif untuk tempat tinggal yang sangat kecil yang sebelumnya tidak diizinkan di bawah IRC. Ini juga dapat mendorong penerimaan dan kepatuhan yang lebih besar terhadap kode perumahan oleh mereka yang mengejar gaya hidup minimalis. Sebagian besar negara telah mengadopsi kode bangunan dan zonasi dari International Residential Code (IRC). Kode IRC mensyaratkan bahwa semua rumah harus dibangun di atas minimal 320 kaki persegi (sekitar 29,7 meter persegi). Ukuran minimum untuk sebuah rumah jika 120 kaki persegi (sekitar 11 meter persegi) dan setidaknya satu ruangan harus dihuni. Kamar yang dapat
  • 10. dihuni memenuhi peraturan lain seperti membutuhkan lemari dan setidaknya satu jendela. Kamar lain, tidak dimaksudkan untuk tidur, harus berukuran setidaknya 70 kaki persegi (sekitar 6,5 meter persegi). Kamar mandi dan dapur tidak memiliki ruang lantai minimum; namun, semua kamar harus memiliki ketinggian plafon setinggi setidaknya 7-8 kaki (sekitar 2 sampai 2,5 meter). Ukuran rumah minimum, bagaimanapun, sangat bervariasi antara negara bagian, kota, dan kabupaten. Di beberapa daerah bahkan memiliki ukuran minimal 1000 kaki persegi (sekitar 93 meter persegi). Namun, masyarakat semakin memaksakan ukuran minimum yang lebih besar dan persyaratan area, terutama di komunitas perumahan. Peraturan zonasi, kode bangunan dan perumahan, serta peraturan subdivisi diberlakukan di area ini untuk melestarikan atribut kehidupan semi-pedesaan seperti rumah yang tersebar, ruang yang memadai, dan perumahan dengan kepadatan rendah. Motivasi untuk melakukan hal itu bertujuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat, termasuk kekhawatiran tentang kebakaran, kebisingan, sirkulasi udara, dan polusi. Beberapa percaya bahwa peraturan seperti itu diberlakukan karena orang kaya ingin mengecualikan kelompok yang kurang kaya dari komunitas mereka. 1.2 Aturan di Indonesia Standar kebutuhan luas minimal hunian sederhana di Indonesia diatur dalam SNI 03-1733-2004. Standar ini digunakan oleh pemerintah sebagai dasar menentukan luas rumah sederhana dan batasan rumah yang mendapatkan subsidi. Standar ini
  • 11. mengacu pada Neufret Data Arsitek (jilid 1 halaman 29) dimana menggunakan kebutuhan udara segar dalam ruangan sebagai dasar perhitungan kebutuhan luas ruang. Berdasarkan SNI 03-1733-2004, luas minimal rumah sederhana (asumsi 1 keluarga terdiri atas 4 orang) adalah 36m² atau 9m² per jiwa (Badan Standar Nasional Indonesia 2004). Begitupun dalam undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman yang mengatur luas lantai minimal rumah tinggal dan rumah deret. Pasal 22 ayat 3 UU No.11 Tahun 2011 merumuskan “Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 meter persegi”. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat (Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 403/KPTS/M/2002) merumuskan ruang-ruang yang perlu disediakan dalam konsep Rancangan Rumah Inti Tumbuh (RIT) adalah sebagai berikut:  1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan. Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya.  1 ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana didalamnya dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.  1 kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya untuk kegiatan mandi cuci dan kakus. RIT dirancang untuk menyediakan wadah bagi aktivitas dasar rumah tinggal yang nanti diharapkan pemilik RIT dapat meningkatkan kualitas huniannya menjadi rumah sederhana sehat yang layak huni. Fungsi dasar yang diwadahi dalam RIT adalah fungsi ruang tidur, ruang serbaguna dan MCK yang mengacu pada standard World Health Organization (WHO).
  • 12. Akan tetapi, pada tahun 2010, Pusat Litbang Permukiman telah melakukan penelitian tentang antropometri orang Indonesia sebagai dasar menentukan kebutuhan ruang berdasarkan kenyamanan ruang gerak. Sedangkan, pada tahun 2011 menghasilkan luas minimal rumah sederhana berdasarkan simulasi kenyamanan gerak yaitu 47,46 m² atau 11,85 m² per jiwa (asumsi 1 keluarga terdiri atas 4 orang). Dapat disimpulkan, variabel yang dapat dijadikan basis data perencanaan bangunan hunian sederhana dan ruang kantor pemerintah adalah sebagai berikut (Data Puslitbang Permukiman tahun 2010 dan 2011): a. Antropometri manusia Indonesia (pria dan wanita) b. Aktivitas pokok pengguna dalam melakukan pekerjaannya c. Perabot yang digunakan d. Alat bantu yang dipakai e. Ruang gerak dan sirkulasi yang dibutuhkan Oleh sebab itu, di Indonesia terdapat 2 pendapat yang berbeda tentang luas minimal rumah sederhana. Pertama kebutuhan ruang berdasarkan kebutuhan udara segar, diatur dalam SNI 03-1733-2004 dan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman sebesar 36 m2. Kedua berdasarkan kenyamanan ruang gerak yang merupakan hasil penelitian Puslitbang Permukiman tahun 2010 dan 2011 sebesar 47,46 m2.
  • 13. 2. Permasalahan/Isu di Indonesia Seperti yang tercatat dalam The Housing and Urban Development (HUD) Institute, permasalahan pokok di Indonesia diantaranya adalah masih tingginya angka defisit rumah (backlog) dan rumah kosong (housing stock), kawasan kumuh dengan rumah tidak layak huni (RTLH) yang belum teratasi tuntas, dari sisi kemitraan peran serta dan keswadayaan masyarakat masih rendah. Kemudian, daya beli masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah (MBR) dan masyarakat berpenghasilan menengah (MBM) masih lemah. Selain itu, masalah lainnya adalah masih terjadinya penguasaan tanah skala besar yang tidak berkeadilan, serta belum terbangunnya sistem kelembagaan dan tata kelola perumahan. 3. Studi Kasus; Tambora, Jakarta Barat Sebagai salah satu permasalahan di ibukota, daerah kawasan Tambora disebut sebagai kawasan pemukiman terkumuh dan tidak layak huni. Seperti yang terlihat pada data kependudukan 2018 di sebelah kiri, kecamatan di Jakarta Barat yang memiliki jumlah populasi penduduk terbanyak adalah Kecamatan Cengkareng yaitu sebanyak 592.507 jiwa, sedangkan Tambora hanya memiliki 241.439 jiwa . Akan tetapi pada data kependudukan 2018 di sebelah kanan, kepadatan penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Tambora yaitu 44.711 jiwa per km2,
  • 14. sedangkan Cengkareng hanya 22.325 jiwa per km2. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa luas wilayah Kecamatan Tambora lebih sempit dari Kecamatan Cengkareng. Gambar kepadatan penduduk di kawasan Tambora Sumber : https://www.google.co.id/maps/ https://cadmapper.com/ Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Arzia Tivany disebutkan “Tambora adalah titik terpadat Jakarta. Pemerintah DKI menaksir sedikitnya 250.000 kepala menjejali kawasan seluas 5,48 km persegi. Gampangnya, ada 4 orang dalam setiap 1 meter persegi di Tambora. Beberapa lorong di kawasan kumuh Tambora kini terlalu sempit, sampai-sampai warga setempat mengeluh kesusahan melihat matahari.” Ada 4 orang dalam setiap 1 meter persegi merupakan ukuran yang sangat jauh di bawah standar luas rumah minimum di Indonesia, baik dari segi kebutuhan udara segar maupun kenyamanan ruang gerak. Yang mana standarnya sekitar 9 m2 per jiwa menjadi hanya 0,25 m2 per jiwa. Selain ruang gerak manusia yang sangat minim, keterbatasan lahan juga menyebabkan matahari tidak bisa masuk karena jarak antar rumah yang terlalu dekat. Selain itu, jalan yang sempit juga mempengaruhi faktor keselamatan seperti contohnya kebakaran. Karena hal tersebut akan menghambat akses kendaraan mobil pemadam kebakaran sementara api menjalar dengan cepat. Oleh karena itu, pembangunan rumah di Kecamatan Tambora menjadi isu karena tidak memenuhi standar.
  • 15. Berikut beberapa artikel atau berita terkait dengan isu di Kawasan Tambora : Ini Kampung Venus, Kampung Tanpa Sinar Matahari di Tambora 14 November 2019, Tri Susilo Matahari Tak Pernah Terbit di Tambora 31 Oktober 2016, Arzia Tivany Wargadiredja Kebakaran di Tambora Menjalar ke Pemukiman Padat Gang Venus 19 Mei 2020, Iwan Supriyatna Wilayah Padat Penduduk, Pemkot Jakarta Barat Kesulitan Cari Tempat Pengungsian di Tambora 19 Mei 2020, Desy Selviany Sumber : https://www.vice.com/id_id/article/kbwb7v/matahari-tak-pernah-pernah-terbit-di-tambora Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20191114161111-7-115327/ini-kampung-venus-kampung-tanpa- sinar-matahari-di-tambora/1 4. Contoh Desain Rumah Minimum Rumah Keluarga Baru; Suami-Istri Hunian Vertikal Secara keseluruhan, luas minimal yang diajukan untuk ditinggali 2 orang dewasa adalah sebesar 6,5 m x 6,5 m atau sama dengan 42,25 m2. Dan untuk kelengkapan
  • 16. ruang sudah memenuhi konsep Rancangan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang dicangkan oleh kementrian. Desain dapat dilihat pada gambar berikut. Standar Internasional Jika dianalisis dengan menggunakan standar internasional yang diperkenalkan pada oktober 2015, pada tabel tersebut tercatat bahwa untuk rumah dengan 1 kamar tidur yang ditempati oleh 2 orang, maka luas minimum pada rumah bertingkat 2 atau seterusnya adalah sekitar 58 m2. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut desain rumah ini masih di bawah standar minimum. Standar Nasional Jika hanya dihitung per jiwa maka jika ada 2 orang maka 2 x 9 m2, maka luas minimum untuk pasangan baru adalah hanya 18 m2. Akan tetapi hal tersebut tidak memenuhi konsep RIT. Berikutnya per ruang akan dianalisis berdasarkan beberapa aturan di atas. “Habitable rooms shall have a floor area of not less than 70 square feet (6.5 m2). Except for the kitchen.” Ruang tamu tidak kurang dari 120 kaki meter (sekitar 11 meter persegi)
  • 17. 4.1 Ruang Tamu Desain ruang tamunya berukuran 4 m x 3 m atau sama dengan 12 m, yang mana sudah memenuhi standar IRC yaitu tidak kurang dari 120 kaki persegi atau sekitar 11 meter persegi. 4.2 Dapur dan Ruang Makan Desain untuk dapur dan ruang makan memang tidak memiliki standar minimum, melainkan hanya ketinggian. Akan tetapi, pada kode model Michigan, standar yang ditetapkan dalam kode bangunan Cook County, Illinois, yang diadopsi Agustus 1947, di mana persyaratan ruang ditentukan sebagai berikut: dapur dan tempat ruang makan disediakan harus 90 kaki persegi (sekitar 8,3 meter persegi). Sedangkan pada desain, dapur dan ruang makan berukuran 3 m x 2,5 m atau sama dengan 7,5 m2. Dimana hal tersebut masih dibawah standar.
  • 18. 4.3 Kamar Tidur, Belajar/Bekerja, dan Berdoa Desain kamar tidurnya berukuran 3,5 m x 3 m atau sama dengan 10,5 m2, yang mana sudah memenuhi standar kamar internasional yang ditempati oleh 2 orang dewasa, yaitu tidak kurang dari 10,22 m2. 4.4 Ruang Laundry dan Kamar Mandi Desain ruang laundrynya berukuran 1,3 m x 2 m atau sama dengan 2,6 m2 dan kamar mandinya berukuran 2,2 m x 2 m atau sama dengan 4,4 m2. Dimana menurut standar IRC juga tidak diatur. Akan tetapi, ruangan lain harus memiliki luas minimum tidak kurang dari 70 kaki persegi atau sekitar 6,5 meter persegi.
  • 19. Oleh karena itu, jika dijumlahkan maka ruangan sudah memenuhi standar minimum. III. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tulisan di atas, rumah minimum adalah rumah dengan luas minimal, dimana menjadi salah satu indikator kualitas pembangunan perumahan pada suatu negara. Indikator tersebut dipengaruhi oleh luas hunian dan jumlah penghuni (UNHABITAT 1996). Standar luas minimal berbeda beda antar negara, tergantung pada tingkat ekonomi, sosial budaya dan iklim. Luas lantai per jiwa akan naik seiring dengan tingkat ekonomi dan kemakmuran suatu negara (McGee dan Robinson 1995). Di Indonesia belum banyak yang menerapkan standar minimum rumah. Oleh karena itu banyak isu yang harus diperbaiki. B. Saran Dalam membangun rumah di Indonesia harus mempertimbangkan luas minimum baik dari segi kebutuhan udara segar maupun kenyamanan ruang gerak.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA https://www.godownsize.com/minimum-house-square-footage/ (Diakses pada 2 Juni 2020) https://www.planning.org/pas/reports/report37.htm (Diakses pada 2 Juni 2020) https://library.municode.com/mi/jackson/codes/ (Diakses pada 2 Juni 2020) https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Minimum_space_standars (Diakses pada 2 Juni 2020) https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Technical_housing_standars_-_nationally_described _space_standar (Diakses pada 2 Juni 2020) https://worldpopulationreview.com/states/minimum-house-size-by-state/ (Diakses pada 2 Juni 2020) Mahatma Sindu Suryo. Analisa Kebutuhan Luas Minimal pada Rumah Sederhana Tapak di Indonesia. 22 Oktober 2017 https://www.cnbcindonesia.com/news/20191114161111-7-115327/ini-kampung-venus- kampung-tanpa-sinar-matahari-di-tambora/1 (Diakses pada 3 Juni 2020) https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/19/wilayah-padat-penduduk-pemkot-jakarta-barat- kesulitan-cari-tempat-pengungsian-di-tambora (Diakses pada 3 Juni 2020) https://www.suara.com/news/2020/05/19/080903/kebakaran-di-tambora-menjalar-ke- pemukiman-padat-gang-venus (Diakses pada 3 Juni 2020) https://www.sinarharapan.co/metropolitan/read/17485/permukiman_padat_penduduk_di_tambor a_terbakar (Diakses pada 3 Juni 2020) https://www.vice.com/id_id/article/kbwb7v/matahari-tak-pernah-pernah-terbit-di-tambora (Diakses pada 3 Juni 2020)