1. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 1KELOMPOK III
HAKIKAT TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Petunjuk penggunaan E Modul
Petunjuk Mahasiswa
1. Instruksi dosen mempelajari dengan telit dan cermat.
2. Menggunakan kamus
3. Baca materi ini dengan pemahaman dari awal unit sampai akhir kegiatan
4. Setelah anda paham lanjutkan menggunakan latihan dan tugas
5. Jika kesulitan cari referensi lain untuk menjawab
6. Jawablah semua pertanyaan yang terdapat di lemabaran soal
UNIT 1
2. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 2KELOMPOK III
PETA KONSEP
Hakekat Teknologi
Pendidikan
Pengertian Teknologi
Pendidikan
Defenisi Teknologi
Pendidikan Menurut
Para Ahli
Nasution (1987 : 20)
Nasution (1987 : 7)
Miarso
(1986 : 1)
Defenisi Awal TP 1920
TP 1960
TP 1970
AECT 1972
AECT 1977
AECT 2004
MacKanzie dan Eraunt
TP DITINJAU DARI
ASPEK ONTOLOGI,
EPISTIMOLOGI, DAN
AKSIOLOGI
3. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 3KELOMPOK III
URAIAN MATERI
A. HAKEKAT TEKNOLOGI PENDIDIKAN
a. PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Istilah “teknologi” berasal dari bahasa Yunani: technologis. Technie berarti seni,
keahlian atau sains; dan logos berarti ilmu. Teknologi, menurut Gaibraith dapat diartikan
sebagai penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam hal-hal
yang praktis.
Menurut Association for Educational Communication and Technology (AECT)
Teknologi pendidikan dalam arti sempit bisa merupakan media pendidikan, yaitu hasil
teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan agar berhasil guna, efisien dan efektif.
Sedang dalam arti luas adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem
solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut
semua aspek belajar manusia.
Dari definisi tersebut minimal ada dua hal yang penting di garis bawahi, yaitu proses
dan belajar manusia. Keduanya bersifat dinamis dan melibatkan human factor sebagai
penggerak motor prose situ sendiri.
Teknologi pendidikan adalah merupakan suatu proses integral yang meliputi
manusia, prosudur, ide-ide peralata dan organisasi, dalam menganalisis masalah serta
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah itu yang
berhubungan dengan segala aspek belajar manusia (Yusuf hadi Miarso.1984) .
Dalam konteks pendidikan yang lebih umum, ataupun hanya PBM, teknologi
pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem, teknik dan alat
bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dengan demikian
aspek-aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian,
perangkat dan peralatan teknis atau hardware, dan perangkat lunaknya atau software.
Aspek-aspek tersebut difungsikan untuk mendesign, melaksanakan penilaian pendidikan,
dengan pendekatan yang sistematik.
Berdasarkan definisi AECT 2004 ( AECT Definition and Terminologi Committee
document), Teknologi Pendidikan adalah :
4. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 4KELOMPOK III
Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and
improving performance by creating, using, and managing appropriate technological
processes and resources. (Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan,
dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.)
Dalam definisi ini mengandung beberapa elemen kunci yaitu :
a. Studi. Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan
memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan melalui
penelitian dan refleksi praktek, yang tercakup dalam istilah studi.
b. Etika Praktek. Mengacu kepada standard etika praktis sebagaimana didefinisikan oleh
Komite Etika AECT mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi
Pendidikan.
c. Fasilitasi. Pergeseran paradigma kearah kepemilikan dan tanggung jawab pembelajar
yang lebih besar telah merubah peran teknologi dari pengontrol menjadi pem-
fasilitasi.
d. Pembelajaran. Pengertian pembelajaran saat ini sudah berubah dari beberapa puluh
tahun yang lalu. Pembelajaran selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan
dengan pemahaman.
e. Peningkatan. Peningkatan berkenaan dengan perbaikan produk, yang menyebabkan
pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas, yang membawa dampak
pada aplikasi dunia nyata.
f. Kinerja. Kinerja berkenaan dengan kesanggupan pembelajar untuk menggunakan dan
mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya.
Berdasarkan definisi 1994, Teknologi Pembelajaran adalah Teori dan praktek dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber
untuk belajar.
Komponen definisinya adalah: teori dan praktek; desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan penilaian; proses dan sumber; untuk keperluan belajar.
Selanjutnya bahwa Teknologi pendidikan juga dapat ditafsirkan, merupakan bidang
spesialisasi dari ilmu dan praktek pendidikan, memberikan prioritas perhatian pada proses
belajar dengan merancang dan menggunakan pesan, peroses penyusunan dengan
5. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 5KELOMPOK III
melibatkan orang dan mesin dalam lingkungan pendidikan, kegiatan meliputi
perencanaan, produksi, seleksi, manajemen dan pemamfaatan orang dan mesin serta
seluruh sistem instruksional.
Teknologi pendidikan itu bukan berarti penggunaan produk teknolologi dalam bidang
pendidikan misalnya , seperti pendingin ruangan, penggunaan komputer dan sebagainya.
Tapi teknologi pendidikan tersebut adalah sebuah pendekatan yang unik yaitu berupa
pengintegrasian secara sistematis keseluruhan fungsi pengembangan dan
pengelolaan sumber –sumber belajar yang memungkinkan anak didik terlibat dalam
proses belajar.
B. DEFENISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI
1. Menurut Nasution (1987 : 20) Teknologi pendidikan adalah media yang lahir dari
perkembangan alat informasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan.
2. Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem- sistem,
teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia
(Nasution, 1987 : 7)
3. Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan
orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah mencari
jalan pemecahanya, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah
yang menyangkut semua aspek belajar manusia. (Miarso, 1986 : 1)
4. Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang garapan khusus yang berkepentingan
mengatasi permasalahan belajar pada manusia, dengan memanfaatkan berbagai
macam sumber insani dan non-insani dan menerapkan konsep sistem dalam usasha
pemecahannya itu.
5. Definisi awal Teknologi Pendidikan (1920), teknologi pendidikan dipandang sebagai
media, media ini sebagai media pembelajaran visual yang berupa film, gambar, dan
tampilan media ini menampilkan suatu mata pelajaran.
6. Teknologi Pendidikan (1960) dipandang sebagai suatu cara untuk melihat masalah
pendidikan dan menguji kemungkinan- kemungkinan solusi dari permasalahan
tersebut.
7. Teknologi pendidikan (1970) adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran
dalam bentuk tujuan belajar yang spesifik.
6. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 6KELOMPOK III
8. (Menurut AECT 1972) Teknologi pendidikan adalah satu bidang atau disiplin dalam
memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengorgnasiasian
dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan
proses kesemuanya itu.
9. Menurut AECT (1977) Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang
terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk
menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia
10. Menurut AECT (2004) Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam
upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-
sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi
pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja.
11. Mac kanzie dan Eraunt teknologi merupakan study sistematik mengenaicara
bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif.defenisi ini mempinyai cirri
cirri, yaitu tidak menyebutkan perangkat keras dan perangkat lunak dan berorientasi
pada proses pencapaian tujuan .
Dari pendapat- pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan
adalah suatu cara untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan menggunakan media
dan pendayagunaan teknologi yang didesain secara sistematis.
C. TP DITINJAU DARI ASPEK ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
Setiap cabang ilmu membutuhkan dasar atau patokan sebagai pembenaran.
Dalam falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan
tiang penyangga tubuh yang didukungnya yaitu Ontologi (apa) yaitu rumusan gejala
pengamatan pada suatu objek telaah, yang tidak digarap bidang telaah lain,
Epistemiologi (bagaimana) yaitu usaha untuk memperoleh kebenaran dalam objek
telaah dan Aksiologi (untuk apa) yaitu nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari objek
telaah.
Sejumlah asumsi dimunculkan sebagai dasar patokan pembenaran untuk
menentukan gejala yang diamati yaitu :
1. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, dengan implikasi bagi kebanyakan orang
untuk mengikuti perkembangannya.
7. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 7KELOMPOK III
2. Pertambahan jumlah penduduk, implikasi semakin banyak yang membutuh
pendidikan.
3. Perubahan sosial, ekonomi, politik, industri, dan budaya, implikasi re-edukasi
pendidikan ( terus menerus)
4. Budaya dan penyebaran teknologi semakin luas, termasuk didalamnya bidang
pendidikan.
5. Semakin terbatasnya sumber tradisional, menuntut adanya sumber baru dan
pemanfaatan sumber terbatas secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Dari serangkaian implikasi yang muncul dari asumsi diatas, maka diperlukan suatu
telaah khusus, hal ini dijadikan telaah/penggarapan dalam teknologi pendidikan yang
tidak digarap dalam bidang ilmu lain. Itulah yang menjadi alasan mengapa landasan
teknologi pendidikan perlu dipersoalkan.
Dalam teknologi pendidikan, kebenaran hakiki komponen filsafah pengetahuan
dikaitkan dengan pertanyaan;
1. Apakah masih dimungkinkan adanya telaah baru? (hasil penggarapan objek telaah)
a. Wujud Objek Telaah
Mengarah kepada Apa yang menjadi objek telaah teknologi pendidikan. Dalam
ilustrasi revolusi pendidikan (Sir Eric Ashby, 1972), dijelaskan revolusi
pendidikan dibagi 4, yaitu:
1) Revolusi ke-1, orangtua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak
kepada orang lain yang ahli.
2) Revolusi ke-2, pembelajaran menggunakan bahasa lisan/tulisan, kegiatan
pendidikan dilembagakan.
3) Revolusi ke-3, muncul media cetak, terjadi karena guru ingin mengajarkan
lebih banyak siswa dan lebih cepat, sementara itu kemampuannnya makin
terbatas hingga perlu menggunakan media.
4) Revolusi ke-4, muncul media elektronik. Pada saat ini, teknologi dan media
dalam dunia pendidikan berkembang pesat. Pendidikan mulai difokuskan
pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar.
Ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya
melalui sumber dan saluran. Hal ini memunculkan gejala-gejala baru, yaitu:
1) Adanya berbagai macam sumber belajar termasuk orang, pesan, media, alat,
metode, dan lingkungan.
8. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 8KELOMPOK III
2) Perlunya sumber tersebut dkembangkan, baik secara konseptual maupun
secara factual.
3) Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan maupun sumber-sumber belajar
untuk belajar.
Ketiga hal diatas merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan (landasan
ontologi), teknologi pendidikan.Sumber lain menyatakan, bahwa ontologi dari
teknologi pendidikan yaitu:
1) Belajar sepanjang hayat (life long education).
2) Kesempatan belajar terbatas.
3) Sumber belajar tradisional terbatas.
4) Sumber yang ada dan potensial belum didayagunakan.
5) Perlu usaha khusus.
6) Perlu pengelolaan dengan pendekatan baru.
b. Penggarapan Objek Telaah
Mengarah kepada Sampai dimana ruang lingkup objek telaah. Teknologi
pendidikan merupakan bidang garapan yang tidak dilakukan dalam disiplin
ilmu lain. Pada ilmu pendidikan, ilmu komunikasi, ilmu perilaku dan ilmu
lainnya, objek penggarapan telaah terpisah-pisah, sementara teknologi
pendidikan memandang bahwa semua komponen teori, model, konsep, dan
prinsip dari semua ilmu digabung secara sistematik dan sistemik agar diperoleh
daya guna dan hasil guna yang optimal.
Usaha yang sistematik dan sistemik diawali dengan menganalisis masalah,
kemudian merancang, memproduksi, memamfaatkan, menilai, memperbaiki
dan mengelola keseluruhan proses kegiatan secara terintegrasi, sehingga
diperlukan pendekatan baru dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya dikelola secara simultan.
Semua situasi diperhatikan dan dikaji secara saling terkait, bukan terpisah-pisah.
2) Unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara
sistemik.
3) Penggabungan proses kompleks di atas harus mengandung sinergisme (daya lipat)
berbeda jika masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri.
9. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 9KELOMPOK III
Ketiga ciri diatas merupakan teknik intelektual yang unik dan dihimpun menjadi
penggarapan objek telaah (landasan epistimologi) teknologi pendidikan.Sumber lain
menyatakan, bahwa epistimologi dari teknologi pendidikan adalah:
1) Isomeristik: penggabungan berbagai disiplin menjadi kebulatan tersendiri.
2) Pendekatan sistematik: berurutan, terencana dan terarah.
3) Pendekatan sinergistik: berdaya lipat/bernilai tambah
4) Pendekatan sistemik: menyeluruh/komprehensif.
5) Pendekatan inovatif: sesuatu yang baru dan belum ada sebelumnya.
6) ntegratif: terjalin dalam suatu sistem atau sruktur dan tidak terpisahkan.
c. Hasil Penggarapan Objek Telaah
Ini mengarah kepada Apakah masih dimungkinkan adanya telaah baru. Dari dua
landasan yang telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan, dirumuskanlah kegunaan
potensial teknologi pendidikan yaitu perluasan dan pemerataan kesempatan belajar,
meningkatkan mutu pendidikan, penyempurnaan sistem pendidikan, peningkatan
partisipasi masyarakat, dan penyempurnaan pelaksanaan interaksi antara pendidikan dan
pembangunan.
Kegunaan teknologi pendidikan diantaranya sebagai berikut:
1) Meningkatkan produktivitas pendidikan dengan cara:
a. Mempercepat tahapan belajar.
b. Membantu guru menggunakan waktu lebih baik.
c. Mengurangi beban guru menyajikan informasi.
2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual.
a. Mengurangi kontrol yang kaku dari guru.
b. Memberikan kesempatan anak berkembang sesuai kemampuannya.
c. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah.
d. Perencanaan program pembelajaran lebih sistematis.
e. Pengembangan bahan dilandasi penelitian perilaku.
3. Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan:
a. Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi.
b. Penyajian data dan informasi secara lebih kongkrit.
10. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 10KELOMPOK III
4. Memungkinkan belajar secara lebih akrab, karena dapat:
a. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah.
b. Memberikan pengetahuan dari tangan pertama.
5. Memungkinkan penyajian materi lebih luas dan merata.
a. Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas.
b. Penyajian informasi menembus batas geografis.
Hal inilah yang merupakan hasil dari penggarapan objek telaah (landasan aksiologi)
teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu.Dalam versi lain, dinyatakan bahwa aksiologi
dari teknologi pendidikan yaitu:
1) Efektivitas dan produktivitas kegiatan.
2) Efisien sipenyelenggaraannya
3) Meluaskan kesempatan pendidikan.
4) Penyesuaian dengan kebutuhan dan kondisi pembelajar.
5) Keserasian dengan perkembangan lingkungan.
6) Pendekatan dari bawah (buttom-up approach).
11. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 11KELOMPOK III
1. Jelaskan pengertian hakikat teknologi pendidikan menurut anda ?
2. Jelaskanlah beberapa definisi teknologi Pendidikan menurut para ahli?
3. Bagaimana TP ditinjau dari aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi?
RANGKUMAN
A. PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Teknologi pendidikan adalah merupakan suatu proses integral yang meliputi
manusia, prosudur, ide-ide peralata dan organisasi, dalam menganalisis masalah serta
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah itu yang
berhubungan dengan segala aspek belajar manusia (Yusuf hadi Miarso.1984) .
B. DEFENISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI
1. Menurut Nasution (1987 : 20) Teknologi pendidikan adalah media yang lahir dari
perkembangan alat informasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan.
2. Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-
sistem, teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
manusia (Nasution, 1987 : 7)
C. TP DITINJAU DARI ASPEK ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
Setiap cabang ilmu membutuhkan dasar atau patokan sebagai pembenaran.
Dalam falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang
merupakan tiang penyangga tubuh yang didukungnya yaitu Ontologi (apa) yaitu
rumusan gejala pengamatan pada suatu objek telaah, yang tidak digarap bidang
telaah lain, Epistemiologi (bagaimana) yaitu usaha untuk memperoleh kebenaran
dalam objek telaah dan Aksiologi (untuk apa) yaitu nilai-nilai yang menentukan
kegunaan dari objek telaah.
TUGAS/LATIHAN
12. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 12KELOMPOK III
1. Berikan rumusan saudara mengenai hakikat teknologi pendidikan, menurut anda aspek
mana yang anda utamakan ?
2. Jelaskan Unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks
secara sistemik?
3. Jelaskan kegunaan teknologi pendidikan diantaranya sebagai dalam kehidupan sehari
hari?
1. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
EVALUASI
LEMBAR
JAWABAN
13. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 13KELOMPOK III
AECT. (1986) Definisi Teknologi Pendidikan. Terjemahan Arief Sukadi Sadiman, dkk.
Jakarta: CV Rajawali
Bambang Warsita. (2008) Teknologi Pembelajaran, Landasan & Aplikainya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Barbara Seel (1994) Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya. Terjemahan oleh
Dewi S Prawiradilaga, dkk. Jakarta: Unit Percetakan UNJ
Fred Percial dan Henry Willington. (1988). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga
Mudhoffir. (1986) Teknologi Instruksional. Bandung : CV Remaja Karya
Syafril, Eldarni, Ulfia Rahmi (2018) Teknologi Pendidikan Peningkatan Kualitas dan Akses
Pendidikan. Jakarta : Prenadamedia Group
Yusufhadi Miarso. (1982) Landasan Falsafah Teknologi Pendidikan. Jakarta
Yusufhadi Miarso. (1984) Pengantar Teknologi Pendidikan. Jakarta: P2T FPS IKIP Jakarta
Yusufhadi Miarso. (2005). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prnada
Media Group.
DAFTAR
PUSTAKA
14. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 14KELOMPOK III
FALSAFAH , VISI, MISI DAN TUJUAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Petunjuk penggunaan E Modul
Petunjuk Mahasiswa
1. Instruksi dosen mempelajari dengan telit dan cermat.
2. Menggunakan kamus
3. Baca materi ini dengan pemahaman dari awal unit sampai akhir kegiatan
4. Setelah anda paham lanjutkan menggunakan latihan dan tugas
5. Jika kesulitan cari referensi lain untuk menjawab
6. Jawablah semua pertanyaan yang terdapat di lemabaran soal
UNIT 2
15. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 15KELOMPOK III
PETA KONSEP
Falsafah, Visi Misi
dan Tujuan TP
Falsafah TP
Visi, Misi TP
Visi TP
Misi TP
Tujuan TP
16. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 16KELOMPOK III
A. FALSAFAH ,VISI,MISI,DAN TUJUAN TP
A. FALSAFAH TP
“Agar setiap orang memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun dalam ikatan
organisasi, seoptimal mungkin melalui pendekatan yang sistematik dan sistemik atas proses,
sumber dan sistem belajar sedemikian rupa agar tercapai efisiensi, efektivitas dan keselarasan
dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan, ke arah terbentuknya masyarakat belajar.”
Dalam sumber lain, dinyatakan bahwa falsafah teknologi pendidikan adalah agar setiap
orang diberi dan memperoleh pendidikan seoptimal mungkin dan prosesnya berjalan sebaik
mungkin, menggunakan aneka proses dan sumber selaras sesuai dengan kondisi pribadi dan
lingkungan sehingga tercapai masyarakat belajar dan berpengetahuan (planning sociality) hasil
perencanaan.
Wujud penerapan filsafat teknologi pendidikan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Filsafat teknologi pendidikan telah terwujud dalam sistem pendidikan di Indonesia, wujudnya
sebagai berikut:
1. Pada masa kemerdekaan tahun 1950, untuk mengatasi kesempatan belajar para pejuang
yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tergabung dalam pasukan tentara,
maka dihadirkanlah siaran radio untuk menyajikan bahan pelajaran,didirikan Balai Kursus
Tertulis Pengembangan Guru, Balai Alat Peraga Pendidikan yang sekarang menjadi Pusat
Pengembangan Penataran Guru Tertulis.
2. Pada awal orde baru, dalam PELITA I telah dicantumkan secara eksplisit kebijakan
menggunakan radio dan televisi untuk peningkatan mutu dan pemerataan kesempatan
pendidikan, sebagai contoh program pendidikan karakter melalui serial televisi ACI (Aku
Cinta Indonesia = amir, cici, ito).
3. Dalam periode pembangunan selanjutnya, berbagai bentuk penerapan teknologi
pendidikan berkembang pesat. Penerapan berupa pola / sistem pendidikan yang inovatif,
contohnya sebagai berikut :
a. Sistem pendidikan terbuka / jarak jauh (SLTP Terbuka, Madrasah Tsanawiyah
Terbuka, Universitas Terbuka, Program KEJAR Paket A dan B).
b. Proyek pendidikan melalui satelit (Rural Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah
Indonesia Timur.
c. Penggunaan siaran radio untuk penataran guru, sitem belajar mandiri untuk
meningkatkan kualitas guru yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan
dan pelatihan.
17. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 17KELOMPOK III
d. Sistem pelatihan jarak jauh yang pengembangannya dikoordinasikan oleh Indonesian
Learning Work (IDLN) dan SEAMOLEC ( SEAMO Open Learning Center )
berkedudukan di Pustekom Diknas.
e. Teknik /strategi pembelajaran untuk belajar pemecahan masalah dan belajar aktif
(problem solving and active learning strategies and techniques).
f. Paikem (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) dan Paimo
(Pembelajaran aktraktif, interaktif dan motivatif).
g. Pembelajaran alternatif (model-model, cara belajar).
h. Penyediaan dan pemanfaatan sumber belajar.
i. Partisipasi masyarakat.
j. Pendidikan tenaga ahli.
Beberapa bentuk penerapan ada yang sudah berhenti dikarenakan berbagai alasan
kebijakan maupun pendanaan. Akan tetapi penerapan teknologi pendidikan yang telah
berlangsung, menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan itu masih harus
ditingkatkan lagi untuk menjangkau seluruh sektor pendidikan pada semua jenis, jalur dan
jenjang pendidikan termasuk pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.
B. VISI,MISI DAN TUJUAN TP
1. Visi teknologi pendidikan:
“Terwujudnya berbagai pola pendidikan dan pembelajaran dengan dikembangkannya
dan dimanfaatkannya aneka proses dan sumber belajar sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan.”
2. Misi teknologi pendidikan:
a. Dilakukan pendekatan integratif dengan semua kegiatan pembangunan di bidang
pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia.
b. Tersedianya tenaga ahli untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan.
c. Diusahakan pertambahan nilai sosial-ekonomi.
d. Dihindari adanya gejolak negatif.
1. Pendekatan sosial.
2. Pendekatan agama.
3. Pendekatan budaya.
4. Pendekatan ke atas (pemerintah/meyakinkan pemerintah)
5. Pendekatan ke bawah.
18. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 18KELOMPOK III
e. Dikembangkan pola dan sistem yang memungkinkan keterlibatan jumlah sasaran
maksimal, perluasan pelayanan dan desentralisasi kegiatan.
f. Dihasilkan inovasi sistem pembelajaran yang efektif.
3. Tujuan TP
Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah untuk memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Teknologi pembelajaran sebagai perangkat
lunak (sofware technology) yang berbentuk cara-cara yang sistematis dalam
memecahkan masalah pembelajaran semakin canggih dan mendapat tempat secara luas
dalam dunia pendidikan (Suparman & Zuhairi, 2004:345-346). Dengan demikian
aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempunyai
bentuk kongkrit dengan adanya sumber belajar yang memfasilitasi peserta didik untuk
belajar.
19. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 19KELOMPOK III
1. Jelaskan falsafah Tejnologi Pendidikan di Indonesia !
2. Jelaskan visi dan misi teknologi Pendidikan di Indonesia !
3. Jelaskan tujuan utama dari teknologi Pendidikan !
RANGKUMAN
A. falsafah teknologi pendidikan adalah agar setiap orang diberi dan memperoleh
pendidikan seoptimal mungkin dan prosesnya berjalan sebaik mungkin, menggunakan
aneka proses dan sumber selaras sesuai dengan kondisi pribadi dan lingkungan
sehingga tercapai masyarakat belajar dan berpengetahuan (planning sociality) hasil
perencanaan.
B. VISI MISI Teknologi Pendidikan
1. Visi teknologi pendidikan:
“Terwujudnya berbagai pola pendidikan dan pembelajaran dengan
dikembangkannya dan dimanfaatkannya aneka proses dan sumber belajar sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan.”
2. Misi teknologi pendidikan:
a. Dilakukan pendekatan integratif dengan semua kegiatan pembangunan di
bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia.
b. Tersedianya tenaga ahli untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan.
c. Diusahakan pertambahan nilai sosial-ekonomi.
d. Dihindari adanya gejolak negatif.
e. Tujuan TP
3. Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah untuk memecahkan masalah belajar
atau memfasilitasi kegiatan pembelajaran
TUGAS/LATIHAN
20. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 20KELOMPOK III
1. Jelaskan pengertian falsafah Tp menurut memahaman anda sendiri?
2. Jelaskan peranan falsafah dalam teknologi Pendidikan di era sekarang ini?
3. Jelaskan beberapa misi di teknologi Pendidikan Dihindari adanya gejolak negatif.
a. Pendekatan sosial.
b. Pendekatan agama.
c. Pendekatan budaya.
d. Pendekatan ke atas (pemerintah/meyakinkan pemerintah)
e. Pendekatan ke bawah.
1. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………..
2. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
EVALUASI
LEMBAR
JAWABAN
21. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 21KELOMPOK III
AECT. (1986) Definisi Teknologi Pendidikan. Terjemahan Arief Sukadi Sadiman, dkk.
Jakarta: CV Rajawali.
Barbara Seel (1994) Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya. Terjemahan oleh
Dewi S Prawiradilaga, dkk. Jakarta: Unit Percetakan UNJ
Fred Percial dan Henry Willington. (1988). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga
Mudhoffir. (1986) Teknologi Instruksional. Bandung : CV Remaja Karya
Syafril, Eldarni, Ulfia Rahmi (2018) Teknologi Pendidikan Peningkatan Kualitas dan
Akses Pendidikan. Jakarta : Prenadamedia Group
Yusufhadi Miarso. (1982) Landasan Falsafah Teknologi Pendidikan. Jakarta
Yusufhadi Miarso. (1984) Pengantar Teknologi Pendidikan. Jakarta: P2T FPS IKIP Jakarta
Yusufhadi Miarso. (2005). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prnada Media Group.
DAFTAR
PUSTAKA
22. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 22KELOMPOK III
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Petunjuk penggunaan E Modul
Petunjuk Mahasiswa
1. Instruksi dosen mempelajari dengan telit dan cermat.
2. Menggunakan kamus
3. Baca materi ini dengan pemahaman dari awal unit sampai akhir kegiatan
4. Setelah anda paham lanjutkan menggunakan latihan dan tugas
5. Jika kesulitan cari referensi lain untuk menjawabJawablah semua pertanyaan
yang terdapat di lemabaran soal
UNIT 3
23. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 23KELOMPOK III
PETA KONSEP
Perkembangan
Teknologi
Pendidikan
Pengertian
Teknologi
Pendidikan
perkembangan
Sejarah Teknologi
Pendidikan
Sejarah Teknologi
Pendidikan
Menurut Defenisi
TP
Tahun 1960
Tahun 1963
Tahun 1970
Tahun 1977
Sejarah Teknologi
Pendidikan
menurut Masa
Sejarah
Metode
Kaum Sofi
Metodde
Socrates
metode
Abelard
Metode
Lancaster
Metode
Pestalozi
Metode
Frebel
Sejarah Teknologi
Pendidikan yang
Berkembang di
Amerika Serikat
Museum
Sekolah
Gerakan Visual
Instruksi dan Film
Instruksional
Gerakan Audiovisual
Instruksi dan Radio
Instruksional
Perang Dunia II
Pasca Perang Dunia II
Perkembangan dan
Media Penelitian
Teori Komunikasi
Televisi Pembelajaran
Pergeseran Terminologi
Komputer : Dari tahun
1950 sampai 1995
Perkembangan terbaru
24. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 24KELOMPOK III
URAIAN MATERI
A. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
A. Pengertian Teknologi Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari bahasa yunani yaitu technologia yang menurut Webster
Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan
techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, ketarampilan dan
ilmu. Jadi teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai pegangan atau pelaksanaan
pendidikan secara sistematis.
Sedangkan dalam pengertian lain teknologi pendidikan adalah suatu proses yang
kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi, untuk
menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha
pemecahan masalah yang berhubungan dengan segala aspek belajar.
Dari konsep evolusi Teknologi Pendidikan menyatakan bahwa Teknologi Pendidikan
sama dengan media pembelajaran. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan,
dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam betuk tujuan
pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada
manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non
manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Perkembangan kajian teknologi
pendidikan menghasilkan berbagai konsep dan praktek pendidikan yang banyak
memanfaatkan media sebagai sumber belajar. Oleh karena itu, terdapat persepsi bahwa
teknologi pendidikan sama dengan media pembelajaran, padahal kedudukan media berfungsi
sebagai sarana untuk mempermudah dalam penyampaian informasi atau bahan belajar. Dari
segi sistem pendidikan, kedudukan teknologi pendidikan berfungsi untuk memperkuat
pengembangan kurikulum terutama dalam disain dan pengembangan, serta implementasinya,
bahkan terdapat asumsi bahwa kurikulum berkaitan dengan "what", sedangkan teknologi
pendidikan mengkaji tentang "how". Dalam kaitannya dengan pembelajaran, teknologi
pendidikan memperkuat dalam merekayasa berbagai cara dan teknik dari mulai tahap disain,
pengembangan, pemanfaatan berbagai sumber belajar, implementasi, dan penilaian program
dan hasil belajar.
Maka dalam istilah media pembelajaran telah didefinisikan sebagai sarana fisik melalui
instruksi yang disajikan kepada peserta didik (Reiser & Gagnt. 1983). Berdasarkan definisi
ini, setiap fisik berarti pengiriman instruksional, dari instruktur hidup, buku, komputer dan
25. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 25KELOMPOK III
sebagainya, akan diklasifikasikan sebagai media instruksional. Mungkin lebih bijaksana bagi
para praktisi di bidangnya untuk mengadopsi sudut pandang ini: Namun, dalam diskusi
sebagian besar sejarah media pembelajaran, tiga sarana utama instruksi sebelum abad kedua
puluh dan masih merupakan cara paling umum saat ini yaitu guru, papan tulis, dan buku teks.
Ketiga itu telah dikategorikan secara terpisah dari media lain (ef. Komisi Instructional
Technology, 1970). Dengan demikian, media pembelajaran akan didefinisikan sebagai sarana
fisik, selain guru, papan tulis, dan buku teks, melalui instruksi yang disajikan kepada peserta
didik.
B. Perkembangan Sejarah Teknologi Pendidikan
1. Sejarah Teknologi Pendidikan menurut Definisi TP
Teknologi pendidikan pada awal tahun 1920 dipandang sebagai media. Akar
terbentuknya pandangan ini terjadi ketika pertama kali diproduksi media pendidikan
pada awal abad dua puluhan. Media ini, sebagai media pembelajaran visual yang
berupa film, gambar dan tampilan yang mulai ramai pada tahun 1920. Pembelajaran
visual terfokus pada media yang digunakan untuk menampilkan sebuah pelajaran.
Pandangan ini berlanjut sampai 1950. Teknologi pendidikan sebagai disiplin ilmu,
pada awalnmya berkembang sebagai bidang kajian di Amerika Serikat. Kalau
mengacu pada konsep teknologi sebagai cara, maka awal perkembangan teknologi
pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban. Usaha untuk
merumuskan Teknologi pendidikan secara terorganisasi dimulai sejak tahun 1960.
a. Tahun 1960
Teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak menjadi perhatian
dilingkungan ahli pendidikan, teknologi pendidikan merupakan kelanjutan
perkembangan dari kajian-kajian tentnag penggunaan audio visual dan program
belajar dalam penyelenggaraan pendidikan.
b. Tahun 1963
Di tahun 1963 teknologi pendidikan digambarkan bukan hanya sebagai sebuah
media. Hal ini merupakan suatu hal yang berangkat dari pandangan “tradisional”
terhadap teknologi pendidikan Perubahan disini yang mencerminkan bahwa,
bagaimana lingkungan dan kemajuan zaman dapat mengubah sebuah definisi dan
praktek dari teknologi pendidikan.
26. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 26KELOMPOK III
c. Tahun 1970
Tahun 1970-an yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawas Teknologi Pendidikan.
Komisi pengawas ini dibentuk dan dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat
untuk menguji permasalahan dan manfaat potensial yang berhubungan dengan
teknologi pendidikan di sekolah-sekolah.
d. Tahun 1977
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegerasi meliputi orang,
prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisa masalah dan
merancang. Melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam
segala aspek belajar manusia.
2. Sejarah Teknologi Pendidikan menurut Masa Sejarah
Lebih lanjut sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada
hal tahun saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah
perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan
mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa
sejarah, diantaranya :
a. Metode Kaum Sofi
Perkembangan dari berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya
teknologi pengajaran yang dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau,
yaitu golongan Sofi di Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum
Sofi merupakan kaum teknologi pengajaran yang pertama. Mereka
menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara dan teknik . mula mula mereka
menyampaikan bahan pelajaran yang telah disampaikan secara matang, kemudian
mereka melanjutkan dengan perdebatan yang dilakukan dengan secara bebas,
pada saat itulah proses kegiatan belajar itu berlangsung. Kemudian jika ada minat
dari mayarakat untuk belajar, akan dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi
sistem tutor.
Pandangan ajaran kaum Sofi didasarkan atas :
27. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 27KELOMPOK III
a. Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi.
b. Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspek-aspek moral dan
hukum.
c. Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi
berkelanjutan
d. Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah
umum.
e. Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan
behavioristik.
Gagasan kaum Sofi ini cukup banyak mempengaruhi kurikulum di Eropa, misalnya
penggunaan retorika, dialektika, dan gramar sebagai materi utama dalam
quadrivium dan trivium.
b. Metode Socrates
Bentuk pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsafat, metode yang dipakan
disebut dengan Maieutik atau menguraikan, yng sekarang dikenal dengan nama
metoda inkuiri. Pelaksanaannya berlangsung dengan cara take and give of
conversation. Dengan cara memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu
masalah tertentu. Pada dasarnya Socrates mengajarkan tentang mencari
pengertian, yaitu suatu bentuk tetap dari sesuatu.
c. Metode Abelard
Metode Abelard ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa.
Metoda yang di pakai bertujuan untuk membentuk kelmpok pro dan kontra
terhadap suatu materi. Guru tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang
akan menyimpulkan jawaban itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan ‘ Sic et
Non’ atau setuju atau tidak.
d. Metoda Lancaster
Metoda Lancerter ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk
pengajaran yang unik, meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai
dengan rencanannya yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster
mempelajari konstruksi kelas kusus yang dapat mendayagunakan secara efektif
penggunaan media pengajaran dan pengelompokan siswa. Dalam sistem
28. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 28KELOMPOK III
pengajaran Lacaster, pemakaian media pengajaran masih sederhana. Seperti
penggunaan pasir dalam melatih siswa menulis.
e. Metoda Pestalozi
Pengamatan pada alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya.
Pengetahuan bermula dari adanya pengamatan, dan pengamatan menimbulkan
pengertian, selanjutnya pengertian yang baruitu menimbulkan pengertian yang
selanjutnya pengertiaan tersebut bergabung dengan yang lama untuk menjadi
sebuah pengetahuan. Dan dapat dikatakan bahwa perintisan ke arah
pendayagunaan perangkat keras ata hardware sebenarnya telah dimulai pada
masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan aritmatik yang terbagi dalam kotak
kotak yang di setiap kotaknya diberi garis-garis yang secara keseluruhan
berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu Pestalozi juga menciptakan stylabaries
untuk melatih siswanya dalam mempelajari angka, bentuk, posisi dan warna
disain.
f. Metoda Froebel.
Metode Froebel didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang
intinya mengatakan bahwa pendidikan masa kanak kanak merupakan hal paling
penting untuk keseluruhan kehidupannya. Karena itulah Froebel mendirikan
Kindergarten atau yang lebih dikenal dengan Taman Kanak-kanak. Metoda
pengajaran Kindergarten dari Froebel meliputi kegiatan berikut ini :
1. Bermain dan bernyanyi
2. Membentuk dengan melakukan kegiatan.
3. Grift dan Occupation.
g. Metoda Friedrich Herbart.
Praktek pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada
aspek pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda
instruksionalnya didasarkan kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian
siswa secara pikologis dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar.
29. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 29KELOMPOK III
3. Sejarah Teknologi Pendidikan yang Berkembang di Amerika Serikat
a. Museum sekolah
Di Amerika Serikat, penggunaan media untuk tujuan pembelajaran telah dilacak
kembali setidaknya sebagai awal dekade pertama abad kedua puluh (Saettler,
1990). Pada waktu telah ada sebuah museum sekolah. Saettler (1968) telah
mengindikasikan, museum ini menjabat sebagai unit administrasi pusat untuk
instruksi visual dengan distribusi mereka dari pameran museum portabel,
stereograf (tiga-dimensi foto), slide, film, cetakan studi, grafik, dan bahan
instruksional “(hal. 89). Museum sekolah pertama dibuka di St Louis pada tahun
1905, dan tidak lama kemudian, museum sekolah dibuka di Reading,
Pennsylvania, dan Cleveland, Ohio. Meskipun beberapa museum tersebut telah
berdiri sejak awal 1900-an, daerah pusat terbesar media dapat dianggap modern.
Saettler (1990) juga menyatakan bahwa bahan yang disimpan di museum sekolah
dipandang sebagai bahan pelengkap kurikulum. Mereka tidak dimaksudkan untuk
menggantikan guru atau buku teks. Sepanjang seratus tahun terakhir, pandangan
awal tentang peran media pembelajaran tetap lazim di komunitas pendidikan pada
umumnya.
Artinya, banyak pendidik telah melihat media pembelajaran sebagai sarana
pelengkap dalam menyajikan instruksi. Sebaliknya, guru dan buku teks umumnya
dipandang sebagai sarana utama menyajikan instruksi, dan guru biasanya
diberikan kewenangan untuk memutuskan apa media pembelajaran lain yang
akan mereka lakukan. Selama bertahun-tahun, sejumlah profesional di bidang
desain instruksional dan teknologi (misalnya, Heinich, 1970) berpendapat
terhadap gagasan ini, menunjukkan bahwa :
a. guru harus dilihat pada kedudukan yang sama dengan media instruksional,
sebagai hanya salah satu dari banyak kemungkinan berarti untuk menyajikan
instruksi,
b. guru tidak boleh diberikan otoritas tunggal untuk memutuskan apa yang
media pembelajaran yang akan digunakan di ruang kelas. Namun, dalam
komunitas pendidikan yang luas, pandangan ini tidak begitu disukai.
30. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 30KELOMPOK III
b. Gerakan Visual Instruksi dan Film Instruksional
Seperti Saettler (1990) telah mengindikasikan, di awal abad kedua puluh,
kebanyakan media yang disimpan di museum sekolah media visual, seperti film,
slide, dan foto. Jadi pada saat itu, meningkatnya minat dalam menggunakan
media di sekolah itu disebut sebagai “instruksi visual” atau “pendidikan visual”
gerakan. Istilah terakhir ini digunakan setidaknya 1908, ketika diterbitkan
Perusahaan Tampilkan Keystone Visual Pendidikan, panduan guru untuk slide
lentera dan stereograf.
Selain lentera ajaib (lentera proyektor slide) dan stereopticons (Stereograf
pemirsa), yang digunakan di beberapa sekolah selama paruh kedua abad
kesembilan belas (Anderson, 1962), gerakan gambar proyektor adalah salah satu
perangkat media pertama digunakan di sekolah-sekolah. Di Amerika Serikat,
katalog pertama film instruksional diterbitkan pada 1910. Setalah 1910, sistem
sekolah publik Rochester, New York, menjadi yang pertama untuk mengadopsi
film instruksional untuk penggunaan biasa. Pada tahun 1913, Thomas Edison
menyatakan, “Buku akan segera menjadi usang di sekolah-sekolah …. Hal ini
dimungkinkan untuk mengajar setiap cabang pengetahuan manusia dengan gerak
gambar sistem sekolah kami akan benar-benar berubah dalam sepuluh tahun
mendatang.” (Dikutip di Saettler,, 1968 hlm 98).
Sepuluh tahun setelah Edison membuat perkiraan-nya, apa yang ia meramalkan
tidak datang. Namun, selama dekade ini (1914-1923), gerakan instruksi visual
tidak tumbuh. Lima organisasi profesional nasional untuk instruksi visual
didirikan, lima jurnal berfokus pada instruksi visual yang mulai diterbitkan, lebih
dari dua puluh lembaga-lembaga pelatihan guru mulai menawarkan program
dalam instruksi visual, dan setidaknya selusin kota besar sistem sekolah
dikembangkan biro visual pendidikan (Saettler , 1990).
c. Gerakan Audiovisual Instruksi dan Radio Instruksional
Diakhir tahun 1920 dan sepanjang tahun 1930-an, kemajuan teknologi di berbagai
bidang seperti siaran radio, rekaman suara, dan gambar gerak suara menyebabkan
meningkatnya minat dalam media pembelajaran. Dengan munculnya media yang
menggabungkan suara, gerakan instruksi memperluas visual yang dikenal sebagai
gerakan instruksi audiovisual (Finn, 1972; McCluskey, 1981). Namun,
McCluskey (1981), yang merupakan salah satu pemimpin dalam bidang selama
31. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 31KELOMPOK III
periode ini, menunjukkan bahwa sementara lapangan terus tumbuh, komunitas
pendidikan pada umumnya tidak sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan tersebut.
Dia menyatakan bahwa tahun 1930, kepentingan komersial dalam gerakan
instruksi visual yang telah menginvestasikan dan kehilangan lebih dari $ 50 juta,
dan hanya bagian dari kerugian itu karena Depresi Besar, yang dimulai pada
tahun 1929.
Terlepas dari efek ekonomi yang merugikan akibat Depresi Besar, audiovisual
dalam gerakan konstruksi terus berkembang. Menurut Saettler (1990), salah satu
peristiwa paling penting dalam evolusi ini adalah penggabungan pada tahun 1932
dari tiga organisasi yang ada profesional nasional untuk instruksi visual. Sebagai
hasilnya, kepemimpinan dalam gerakan itu dikonsolidasikan dalam satu
organisasi, Departemen Instruksi Visual, yang pada saat itu merupakan bagian
dari National Education Association. Selama bertahun-tahun, organisasi ini, yang
diciptakan pada tahun 1923 dan sekarang disebut Asosiasi untuk Pendidikan
Komunikasi dan Teknologi, telah mempertahankan peran kepemimpinan dalam
bidang desain instruksional dan teknologi.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, sejumlah buku pada topik pembelajaran
visual ditulis. Mungkin yang paling penting dari buku teks adalah Visualisasi
Kurikulum, yang ditulis oleh Charles F. Hoban, Sr, Charles F. Hoban, Jr, dan
Stanley B. Zissman (1937). Dalam buku ini, penulis menyatakan bahwa nilai
materi audiovisual adalah fungsi derajat realisme. Para penulis juga disajikan
hirarki media, mulai dari mereka yang bisa hadir hanya konsep-konsep dengan
cara abstrak bagi mereka yang memungkinkan untuk representasi sangat konkret
(Heinich, Molenda, Russell, & Smaldino, 1999). Beberapa ide-ide ini
sebelumnya telah dibicarakan oleh orang lain tetapi belum ditangani secara
menyeluruh. Pada tahun 1946, Edgar Dale kemudian dijabarkan lebih lanjut pada
ide-ide ketika dia mengembangkan terkenal “Pengalaman Cone.” Sepanjang
sejarah audiovisual dalam gerakan konstruksi, banyak telah menunjukkan bahwa
bagian dari nilai bahan audiovisual adalah kemampuan mereka untuk menyajikan
konsep-konsep secara konkret (Saettler, 1990).
Sebuah media yang mendapat perhatian besar selama periode ini adalah radio.
Pada awal 1930-an, penggemar audiovisual banyak yang mengelu-elukan radio
sebagai media yang akan merevolusi pendidikan. Misalnya, dalam mengacu pada
potensi instruksional radio, film, dan televisi, editor publikasi untuk Asosiasi
32. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 32KELOMPOK III
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “suatu hari mereka akan seperti buku
dan kuat dalam efek mereka pada belajar dan mengajar” (Morgan , 1932, hlm ix).
Namun, bertentangan ini, melalui radio dua puluh tahun ke depan memiliki
dampak yang sangat sedikit pada praktek instruksional (Kuba, 1986).
d. Perang Dunia II
Dengan terjadinya Perang Dunia II, pertumbuhan gerakan audiovisual di sekolah-
sekolah melambat, namun, perangkat audiovisual yang digunakan secara luas
dalam pelayanan militer dan dalam industri meningkat. Sebagai contoh, selama
perang, Angkatan Darat Amerika Serikat Angkatan Udara menghasilkan film
pelatihan lebih dari 400 dan 6G0 filmstrips, dan selama periode dua tahun (dari
pertengahan 1943 sampai pertengahan 1945), diperkirakan bahwa lebih dari
empat juta pertunjukan film pelatihan untuk personel militer AS. Meskipun ada
sedikit waktu dan kesempatan untuk mengumpulkan data mengenai dampak dari
film pada kinerja personil militer, beberapa survei instruktur militer
mengungkapkan bahwa mereka percaya bahwa film pelatihan dan filmstrips yang
digunakan selama perang itu trainintools efektif (Saettler , 1990). Setidaknya
beberapa musuh telah disepakati; pada tahun 1945, setelah perang berakhir,
Kepala Staf Umum Jerman mengatakan, “Kami memiliki segalanya dihitung
sempurna kecuali kecepatan Amerika mampu melatih orang-orang yang salah
perhitungan utama meremehkan penguasaan mereka cepat dan lengkap
pendidikan film “(dikutip dalam Olsen & Bass, 1982, hal 33)
Selama perang, film-film pelatihan juga memainkan peran penting dalam
mempersiapkan warga sipil di Amerika Serikat untuk bekerja dalam bidang
industri. Pada tahun 1941, pemerintah federal membentuk Divisi Visual Aids
untuk Pelatihan Perang. Dari tahun 1941 sampai 1945, organisasi ini mengawasi
produksi film 457 pelatihan. Kebanyakan direksi pelatihan melaporkan bahwa
film mengurangi waktu pelatihan tanpa memiliki dampak negatif pada efektivitas
pelatihan dan bahwa film lebih menarik dan menghasilkan absensi kurang dari
program pelatihan tradisional (Saettler, 1990).
Selain film-film pelatihan dan proyektor film, berbagai bahan dan peralatan
audiovisual lainnya yang bekerja dalam militer dan bidang industri selama Perang
Dunia II. Perangkat yang digunakan secara luas termasuk proyektor overhead,
yang pertama kali dihasilkan selama perang; proyektor slide, yang digunakan
33. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 33KELOMPOK III
dalam mengajar pengakuan pesawat dan kapal: peralatan audio, yang digunakan
dalam mengajar bahasa asing: dan simulator dan perangkat pelatihan, yang
dipekerjakan dalam pelatihan penerbangan (Olsen & Bass, 1982 Saettler, 1990).
e. Pasca Perang Dunia II Perkembangan dan Media Penelitian
Perangkat audiovisual yang digunakan selama Perang Dunia II secara umum
dianggap sukses dalam membantu Amerika Serikat memecahkan masalah utama
pelatihan: bagaimana melatih efektif dan efisien individu dengan latar belakang
beragam. Sebagai hasil dari keberhasilan nyata, setelah perang ada minat baru
dalam menggunakan perangkat audiovisual di sekolah-sekolah (Finn. 1972:
Olsen & Bass, 1982).
Dalam dekade setelah perang, beberapa program penelitian audiovisual intensif
dilakukan Studi penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari program ini
dirancang untuk mengidentifikasi bagaimana berbagai fitur, atau atribut, bahan
audiovisual yang terkena pembelajaran, tujuan untuk mengidentifikasi atribut
yang akan memfasilitasi pembelajaran dalam situasi tertentu. Misalnya, satu
program penelitian, yang dilakukan di bawah arahan ArthurA. Lumsdaine,
difokuskan pada identifikasi bagaimana belajar dipengaruhi oleh berbagai teknik
untuk memunculkan respon siswa terbuka selama menonton Film instruksional
(Lumsdaine, 1963).
Pasca-Perang Dunia II program penelitian audiovisual adalah upaya
terkonsentrasi pertama untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip belajar yang dapat
digunakan dalam desain bahan audiovisual. Namun, praktik-praktik pendidikan
tidak terlalu dipengaruhi oleh program-program penelitian bahwa praktisi utama
mengabaikan atau tidak dibuat sadar banyak temuan penelitian (Lumsdaine.
1963. 1964).
Sebagian besar penelitian media yang telah dilakukan selama bertahun-tahun
dibandingkan seberapa banyak siswa telah belajar, setelah menerima pelajaran
yang disajikan melalui media tertentu, seperti film, televisi, radio, atau komputer,
versus berapa banyak siswa telah belajar dari hidup instruksi pada topik yang
sama. Studi jenis ini, sering disebut studi media perbandingan, biasanya
mengungkapkan bahwa siswa belajar sama baiknya terlepas dari sarana
presentasi (Clark, 1983, 1994; Schramm, 1977). Mengingat temuan ini, kritikus
penelitian tersebut telah menyarankan bahwa fokus studi tersebut harus berubah.
34. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 34KELOMPOK III
Beberapa berpendapat bahwa peneliti harus fokus pada atribut (karakteristik)
media (Levie & Dickie, 1973), yang lain menyarankan pemeriksaan bagaimana
media mempengaruhi pembelajaran (Kozma, 1991, 1994), dan yang lainnya telah
menyarankan bahwa fokus penelitian harus pada metode pengajaran, bukan pada
media yang memberikan metode-metode (Clark, 1983, 1994). Dalam beberapa
tahun terakhir, beberapa jenis studi telah menjadi lebih umum.
f. Teori Komunikasi
Selama awal 1950-an, banyak pemimpin dalam gerakan nstruksi audiovisual
menjadi tertarik pada berbagai teori atau model komunikasi, seperti model yang
diajukan oleh Shannon dan Weaver (1949). Model ini berfokus pada proses
komunikasi, sebuah proses yang melibatkan pengirim dan penerima pesan dan
saluran, atau media, melalui mana pesan yang dikirim. Para penulis model ini
menunjukkan bahwa selama perencanaan untuk komunikasi, maka perlu untuk
mempertimbangkan semua unsur dari proses komunikasi dan tidak hanya fokus
pada media, karena banyak di bidang audiovisual cenderung untuk melakukan.
Sebagai Berlo (1963) menyatakan, “Sebagai orang komunikasi saya harus
berpendapat kuat bahwa itu adalah proses yang sentral dan bahwa media
meskipun penting, adalah hal sekunder” (hal. 378). Beberapa pemimpin dalam
gerakan audiovisual, seperti Dale (1953) dan Finn (1954), juga menekankan
pentingnya proses komunikasi. Meskipun pada awalnya, praktisi audiovisual
tidak sangat dipengaruhi oleh gagasan (Lumsdaine. 1964; Mcierhenry, 1980),
ekspresi dari sudut pandang akhirnya membantu untuk memperluas fokus
gerakan audiovisual (Ely, 1963, 1970; Silber, 1981 ).
g. Televisi Pembelajaran
Mungkin faktor yang paling penting mempengaruhi gerakan audiovisual pada
1950-an adalah meningkatnya minat dalam televisi sebagai media untuk
memberikan instruksi. Sebelum tahun 1950-an, telah terjadi sejumlah kasus di
mana televisi telah digunakan untuk tujuan instruksional (Gumpert, 1967; Taylor,
1967). Selama tahun 1950-an, bagaimanapun, ada pertumbuhan yang luar biasa
dalam penggunaan televisi pembelajaran. Pertumbuhan ini dirangsang oleh
setidaknya dua faktor utama.
35. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 35KELOMPOK III
Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan televisi pembelajaran adalah
keputusan tahun 1952 oleh Komisi Komunikasi Federal untuk menyisihkan 242
saluran televisi untuk tujuan pendidikan. Keputusan ini menyebabkan
perkembangan pesat sejumlah besar masyarakat (kemudian disebut
“pendidikan”) stasiun televisi. Pada tahun 1955, ada tujuh belas stasiun seperti di
Amerika Serikat, dan pada tahun 1960, jumlah itu meningkat menjadi lebih dari
lima puluh (Blakely, 1979). Salah satu misi utama dari stasiun-stasiun ini adalah
presentasi dari program pembelajaran. Sebagai Hezel (1980) menunjukkan,
“Peran mengajar telah dianggap berasal dari penyiaran publik sejak asal-usulnya.
Terutama sebelum tahun 1960-an, pendidikan penyiaran dipandang cepat dan
efisien, berarti murah untuk memuaskan kebutuhan pembelajaran bangsa”.
Pertumbuhan televisi pembelajaran selama tahun 1950 juga dirangsang oleh dana
yang disediakan oleh Ford Foundation. Diperkirakan bahwa selama tahun 1950-
an dan 1960-an, yayasan dan lembaga yang menghabiskan lebih dari $
170.000.000 di televisi pendidikan (Gordon, 1970). (Di Indonesia juga ada
televisi pendidikan. Yaitu di era 1970-an. Waktu era itu disiarkan program
ACIL). Proyek yang disponsori oleh yayasan termasuk sistem televisi sirkuit
tertutup digunakan untuk memberikan instruksi dalam semua bidang subjek
utama di semua tingkatan kelas di seluruh sistem sekolah di Washington County
(Hagerstown), Maryland, sebuah kurikulum SMP sampai universitas yang
disajikan melalui televisi publik di Chicago, sebuah program penelitian
eksperimental skala besar dirancang untuk menilai efektivitas dari serangkaian
program kuliah yang diajarkan melalui televisi sirkuit tertutup di Pennsylvania
State University, dan Program Midwest pada Instruksi televisi Airborne, sebuah
program yang dirancang untuk secara bersamaan mengirimkan pelajaran televisi
dari pesawat terbang untuk sekolah di enam negara.
Pada pertengahan 1960-an, banyak kepentingan dalam menggunakan televisi
untuk tujuan instruksional mereda. Banyak proyek-proyek televisi pembelajaran
yang dikembangkan selama periode ini memiliki kehidupan yang pendek.
Masalah ini sebagian karena kualitas pembelajaran biasa-biasa saja dari beberapa
program yang dihasilkan, banyak dari mereka tidak lebih daripada saat seorang
guru memberikan kuliah. Pada tahun 1963, Ford Foundation memutuskan untuk
memfokuskan dukungan pada televisi publik secara umum, daripada di sekolah
aplikasi televisi instruksional (Blakely, 1979). Banyak sekolah dihentikan proyek
36. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 36KELOMPOK III
televisi demonstrasi pembelajaran apabila dana eksternal untuk proyek-proyek
dihentikan (Tyler. 1975b). Pemrograman pembelajaran masih merupakan bagian
penting dari misi televisi publik, tapi misi yang sekarang lebih luas, meliputi jenis
lain pemrograman, seperti presentasi budaya dan informasi (Hezel, 1980). Dalam
terang perkembangan ini dan lainnya, pada tahun 1967, Komisi Carnegie di
Televisi Pendidikan menyimpulkan:
Peran yang dimainkan dalam pendidikan formal oleh televisi pembelajaran di
seluruh satu kecil … tidak ada yang mendekati potensi sesungguhnya dari televisi
pembelajaran yang direalisasikan dalam praktek …. Dengan pengecualian kecil,
hilangnya total televisi pembelajaran akan meninggalkan sistem pendidikan
fundamental tidak berubah.
Banyak alasan yang telah diberikan, mengapa televisi pembelajaran tidak
diadopsi untuk tingkat yang lebih besar. Ini termasuk resistensi guru untuk
penggunaan televisi di ruang kelas mereka, biaya instalasi dan pemeliharaan
sistem televisi di sekolah, dan ketidakmampuan televisi sendiri untuk memadai
menyajikan berbagai kondisi yang diperlukan untuk kepentingan belajar
siswa(Gordon, 1970; Tyler , 1975b).
h. Pergeseran Terminologi
Pada awal 1970-an, istilah teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran
mulai menggantikan instruksi audiovisual sebagai istilah yang digunakan untuk
menggambarkan aplikasi media untuk tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, pada
tahun 1970, nama organisasi profesional utama dalam bidang itu diubah dari
Departemen Audiovisual Instruksi kepada Asosiasi untuk Komunikasi dan
Teknologi Pendidikan (AECT). Kemudian dalam dekade, nama dari dua jurnal
yang diterbitkan oleh AECT juga berubah: Tinjauan Komunikasi Audiovisual
menjadi Komunikasi Pendidikan dan Jurnal Teknologi, dan Instruksi Audiovisual
menjadi Inovator Instruksional. Selain itu, kelompok yang dibentuk pemerintah
AS untuk memeriksa dampak media instruksi disebut Komisi Instructional
Technology. Terlepas dari terminologi, bagaimanapun, sebagian besar individu
di lapangan sepakat bahwa sampai saat itu, media pembelajaran telah memiliki
dampak minimal pada praktek-praktek pendidikan (Komisi Instructional
Technology, 1970; Kuba, 1986)
37. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 37KELOMPOK III
i. Komputer: Dari tahun 1950 sampai 1995
Setelah minat di televisi pembelajaran memudar, inovasi teknologi berikutnya
untuk menangkap perhatian sejumlah besar pendidik adalah komputer. Meskipun
minat yang luas dalam komputer sebagai alat instruksional tidak terjadi sampai
tahun 1980-an, komputer pertama kali, digunakan dalam pendidikan dan
pelatihan pada tanggal lebih awal. Banyak karya awal di komputer-dibantu
instruksi (CAI) dilakukan pada tahun 1950 oleh peneliti di IBM, yang
mengembangkan bahasa CAI. Penulisan pertama dan dirancang salah satu
program CAI pertama untuk digunakan di sekolah-sekolah umum. Pelopor lain
di daerah ini termasuk Gordon Pask, yang adaptif mesin mengajar memanfaatkan
teknologi komputer (Lewis & Pask, 1965; Pask, 1960; Stolorow & Davis, 1965),
dan Richard Atkinson dan Patrick Suppes, yang bekerja selama tahun 1960
menyebabkan beberapa aplikasi CAI awal di kedua sekolah publik dan tingkat
universitas (Atkinson & Hansen, 1966; Suppes & Macken, 1978). Upaya besar
lain selama 1960-an dan awal 1970-an termasuk pengembangan sistem CAI
seperti PLATO dan TICCIT. Namun, meskipun pekerjaan yang telah dilakukan,
pada akhir 1970-an, CAI punya dampak yang sangat sedikit pada pendidikan
(Pagliaro, 1983).
Pada awal 1980-an, beberapa tahun setelah mikrokomputer tersedia untuk
masyarakat umum, antusiasme terhadap alat ini menyebabkan meningkatnya
minat dalam menggunakan komputer: untuk tujuan pembelajaran. Pada Januari
1983, komputer sedang digunakan untuk tujuan pembelajaran di lebih dari 40%
dari semua sekolah dasar dan lebih dari 75% dari semua sekolah menengah di
Amerika Serikat (Pusat Organisasi Sosial Sekolah, 1983).
Banyak pendidik yang tertarik terhadap mikrokomputer karena mereka relatif
dalam mahal, yang cukup kompak untuk penggunaan desktop, dan bisa
melakukan banyak fungsi yang dilakukan oleh komputer besar yang telah
mendahului mereka. Seperti kasus Whe lain-media baru pertama kali
diperkenalkan ke dalam arena pembelajaran, banyak diharapkan bahwa media ini
akan berdampak besar pada praktek pembelajaran. Sebagai contoh, pada tahun
1984. Papert menunjukkan bahwa komputer akan menjadi “katalis yang sangat
mendalam dan radio: perubahan dalam sistem pendidikan” (hal. 422) dan bahwa
38. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 38KELOMPOK III
pada tahun 1990, satu komputer per anak akan menjadi negara yang sangat umum
urusan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat.
Meskipun komputer akhirnya dapat memiliki dampak besar pada praktek
pembelajaran di sekolah, pada pertengahan 1990-an, memiliki dampak kecil.
Survei mengungkapkan bahwa pada 1995, meskipun sekolah-sekolah di Amerika
Serikat yang dimiliki, rata-rata, satu komputer untuk sembilan siswa, dampak
komputer pada praktek pembelajaran sangat minim, dengan sejumlah besar guru
pelaporan penggunaan sedikit atau tidak ada komputer untuk tujuan instruksi.
Selain itu, dalam banyak kasus, penggunaan komputer jauh dari inovatif. Di
sekolah dasar, guru melaporkan bahwa komputer sedang digunakan terutama
untuk … dan praktek; pada tingkat menengah, laporan menunjukkan bahwa
komputer digunakan utama untuk mengajar keterampilan yang berkaitan dengan
komputer seperti pengolah kata (Anderson & Ronnkvi1999; Becker, 1998;
Kantor Technology Assessment, 1995)
j. Perkembangan terbaru
Sejak tahun 1995, kemajuan pesat dalam komputer dan teknologi digital lainnya,
serta Internet, telah menyebabkan minat yang meningkat pesat, dan penggunaan,
media ini untuk tujuan pembelajaran, khususnya dalam pelatihan bisnis dan
industri. Sebagai contoh, sebuah survei terbaru dari lebih dari 750 perusahaan
pelatihan industri (Bassi & Van Buren, 1999) mengungkapkan bahwa persentase
dari pelatihan yang disampaikan melalui teknologi baru seperti CD-ROM,
intranet, dan internet meningkat dari kurang dari 6% di tahun 1996 menjadi lebih
dari 9% pada tahun 1997 dan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari
22% pada tahun 2000. Survei lain baru-baru ini melaporkan bahwa pada tahun
1999, 14% dari semua pelatihan formal disampaikan melalui komputer (“Industri
Laporan 1999″, 1999).
Dalam beberapa tahun terakhir, minat dalam menggunakan Internet untuk tujuan
pembelajaran juga telah berkembang pesat dalam pendidikan tinggi dan militer.
Sebagai contoh, antara 1994-95 dan 1997-98 tahun akademik, pendaftaran dalam
kursus-kursus belajar jarak jauh di lembaga pendidikan tinggi di Amerika Serikat
hampir dua kali lipat, dan persentase institusi yang menawarkan program
pembelajaran jarak jauh meningkat dari 33% menjadi 44%, dengan 78% dari
publik empat tahun lembaga yang menawarkan program tersebut. Selain itu,
39. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 39KELOMPOK III
sedangkan pada tahun 1995, hanya 22% dari lembaga pendidikan tinggi
menawarkan program pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi internet
berbasis asynchronous, pada tahun 1997-98 akademik, 60% dari lembaga
melakukannya (Lewis. Salju, Farris, Levin, & Greene, 1999). Dalam militer, pada
tahun 2000, Sekretaris Angkatan Darat AS mengumumkan bahwa 5600000000
akan dihabiskan selama enam tahun ke depan untuk memungkinkan tentara untuk
mengambil kursus pendidikan jarak jauh melalui Internet (Carr, 2000).
Sejak tahun 1995, ada juga peningkatan yang signifikan dalam jumlah teknologi
yang tersedia di sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Sebagai contoh, hasil survei
nasional 1998 (Anderson & Ronnkvist, 1999) mengungkapkan bahwa sementara
pada tahun 1995 rata-rata ada satu komputer untuk setiap sembilan siswa, pada
tahun 1998 rasio tersebut telah dikurangi menjadi satu komputer untuk setiap
enam siswa. Selain itu, persentase sekolah yang memiliki akses Internet
meningkat dari 50% pada 1995 menjadi 90% pada tahun 1998. Namun,.
sebagaimana telah terjadi sepanjang sejarah media pembelajaran, peningkatan
kehadiran teknologi di sekolah-sekolah tidak selalu berarti peningkatan
penggunaan teknologi yang untuk tujuan pembelajaran. Anderson & Ronnkvist
(1999) juga menyatakan bahwa meskipun jumlah komputer di sekolah telah
meningkat, sebagian besar komputer yang cukup terbatas dalam hal perangkat
lunak yang mereka dapat berjalan. Selanjutnya, mereka menunjukkan bahwa
meskipun sebagian besar sekolah sekarang memiliki akses Internet, mahasiswa
akses ke Internet terbatas di banyak sekolah, dengan beberapa siswa mampu
menggunakannya untuk sekolah mereka. Pengamatan ini membuat sulit untuk
memastikan sejauh mana praktik pembelajaran di sekolah-sekolah telah
dipengaruhi oleh adanya peningkatan media.
Terlepas dari ketidakpastian tentang sejauh mana penggunaan media di sekolah,
sebagian besar bukti yang dikutip jelas menunjukkan bahwa sejak tahun 1995,
telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam penggunaan media pembelajaran
dalam berbagai pengaturan, mulai dari bisnis dan industri untuk pendidikan
militer dan lebih tinggi. Dalam bisnis, industri, dan militer, Internet telah dilihat
sebagai sarana memberikan instruksi dan informasi untuk pelajar tersebar luas
dengan biaya yang relatif rendah. Selain itu, dalam banyak kasus, aksesibilitas
komputer yang mudah memungkinkan peserta didik untuk menerima dukungan
instruksi dan / atau kinerja (seringkali dalam bentuk sistem pendukung kinerja
40. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 40KELOMPOK III
elektronik atau sistem manajemen pengetahuan) kapan dan di mana mereka
membutuhkannya, karena mereka melakukan tugas-tugas pekerjaan tertentu.
Dalam pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh melalui Internet telah dilihat
sebagai metode rendah biaya menyediakan instruksi untuk siswa yang, karena
berbagai faktor (misalnya, pekerjaan dan tanggung jawab keluarga jarak
geografis.), Tidak mungkin sebaliknya telah mampu menerimanya. Namun,
pertanyaan tentang efektivitas-biaya dari instruksi tersebut masih belum terjawab
(Hawkridge. 1999).
Alasan lain bahwa media baru yang digunakan untuk tingkat yang lebih besar
mungkin karena peningkatan kemampuan interaktif dari media. Moore (1989)
menjelaskan tiga jenis interaksi antara agen yang biasanya terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Interaksi ini antara peserta didik dan konten pembelajaran, antara
pelajar dan instruktur, dan di antara pembelajar sendiri. Sifat media pembelajaran
yang umum selama beberapa bagian dari ketiga dua yang pertama, dari abad lalu
(e., .. film dan televisi pembelajaran) dipekerjakan terutama sebagai sarana
memiliki peserta didik berinteraksi dengan isi pembelajaran . Sebaliknya, melalui
penggunaan fitur seperti e-mail, chat room dan bulletin board, Internet sering
digunakan sebagai sarana untuk peserta didik dengan instruktur dengan pelajar
lain, serta dengan konten instruksional. Ini adalah salah satu contoh bagaimana
beberapa media baru membuatnya lebih mudah untuk mempromosikan, berbagai
jenis interaksi yang digambarkan oleh Moore.
Selain itu, kemajuan dalam teknologi komputer, khususnya berkaitan dengan
meningkatkannya kemampuan multimedia media ini, membuat lebih mudah bagi
pendidik untuk merancang pengalaman belajar yang melibatkan interaksi antara
peserta didik lebih konten pembelajaran daripada sebelumnya. Misalnya, seperti
jumlah dan jenis informasi yang dapat disajikan oleh komputer telah meningkat,
jenis umpan balik serta jenis masalah, yang dapat disajikan kepada peserta didik
telah sangat diperluas. Kemampuan ini meningkatkan pembelajaran menjadi
menarik perhatian banyak pendidik. Selain itu, kemampuan komputer untuk
menyajikan informasi dalam berbagai bentuk, serta memungkinkan peserta didik
untuk mudah link ke berbagai konten, telah menarik minat perancang
pembelajaran memiliki perspektif konstruktivis. Orang yang sangat peduli
dengan penyajian masalah otentik (mis. “dunia nyata”) dalam lingkungan belajar
di mana peserta didik memiliki banyak kontrol atas kegiatan yang mereka terlibat
41. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 41KELOMPOK III
dalam dan alat-alat dan sumber daya yang mereka gunakan, menemukan
teknologi digital yang baru lebih akomodatif daripada pendahulunya.
Seperti beberapa contoh dalam beberapa paragraf sebelumnya menunjukkan,
bahwa dalam beberapa tahun terakhir komputer, Internet. dan teknologi digital
lainnya sering digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan kinerja melalui
beberapa cara non-tradisional. Sebagai contoh, sistem kinerja komputer dibantu
dukungan elektronik. sistem manajemen pengetahuan, dan pelajar-berpusat
lingkungan belajar sering berfungsi sebagai alternatif untuk pelatihan atau
instruksi langsung. Ketika dampak masa kini media pembelajaran sedang
dipertimbangkan, jenis aplikasi tidak boleh diabaikan.
42. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 42KELOMPOK III
1. Jelaskanlah sejarah perkembangan teknologi Pendidikan di era saat kini?
2. Jelaskanlah kekurangan dan kelebihan sejarah perkembangan teknologi Pendidikan
pada saat ini?
3. Bagaimana pengaruh sejarah perkembangan pada teknologi Pendidikan di era saat ini?
1. Jelaskan perkembangan sejarah teknologi Pendidikan menurut anda sendiri?
2. Jelaskanlah perkembangan teknologi pembelajaan ke dalam beberapa masa sejarrah, di
antaranya;
a. Metoda kaum sofi
b. Metoda Socrates
c. Metoda Abelard
d. Metoda Lancaster
3. Jelaskanlah sejarah TP yang berkembang di Amerika Serikat dan di Indonesia saat ini?
RANGKUMAN
Dari beberapa sejarah perkembangan teknologi pendidikan di atas jelaslah
bahwa teknologi Pendidikan, sebagai satu bidang keilmuan, memang tumbuh
dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Terutama pasca
Perang Dunia II, teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi
yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan. Jadi istilah itu sinonim dengan konsep ‘mengajar
berbantuan peralatan audio-visual’.Bidang keilmuan ini merupakan hasil dari
tumbuh kembang tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam
pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
TUGAS/LATIHAN
EVALUASI
43. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 43KELOMPOK III
1. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………..
2. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………..
LEMBAR
JAWABAN
44. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 44KELOMPOK III
AECT. (1986) Definisi Teknologi Pendidikan. Terjemahan Arief Sukadi Sadiman, dkk.
Jakarta: CV Rajawali.
Barbara Seel (1994) Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya. Terjemahan
oleh Dewi S Prawiradilaga, dkk. Jakarta: Unit Percetakan UNJ
Depdikbud UT. (1985) Materi Dasar Akta Mengajar V, Teknologi Instruksional.
Jakarta: UT
Nana Sudjana dan Achmad Rivai. (1989) Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Syafril, Eldarni, Ulfia Rahmi (2018) Teknologi Pendidikan Peningkatan Kualitas dan
Akses Pendidikan. Jakarta : Prenadamedia Group
Yusufhadi Miarso, dkk. (1984) Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali
Yusufhadi Miarso. (1982) Landasan Falsafah Teknologi Pendidikan. Jakarta
Yusufhadi Miarso. (2005). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prnada Media Group.
DAFTAR
PUSTAKA
45. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 45KELOMPOK III
LANDASAN TEORITIS TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Petunjuk penggunaan E Modul
Petunjuk Mahasiswa
1. Instruksi dosen mempelajari dengan telit dan cermat.
2. Menggunakan kamus
3. Baca materi ini dengan pemahaman dari awal unit sampai akhir kegiatan
4. Setelah anda paham lanjutkan menggunakan latihan dan tugas
5. Jika kesulitan cari referensi lain untuk menjawabJawablah semua pertanyaan
yang terdapat di lemabaran soal
UNIT 4
46. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 46KELOMPOK III
PETA KONSEP
Landasan
Teoritis
Teknologi
Pendidikan
Teori Belajar
dan
Pembelajaran
Teori Belajar
Teori Belajar
Behaviorisme
Teori Belajar
Kognitif
Teori Belajar
Humanisme
Teori Belajar
Sibernetik
Teori Belajar
kontruktivisme
Teori
Pembelajaran
Pengertian dan
prinsip-prinsip
pembelajaran
Teori-teori
pembelajaran
Aplikasi teori
belajar dalam
teknologi
pembelajaran
Teori
Komunikasi
dan Informasi
Teori
Komunikasi
Pengertian
Komunikasi
Teori
Komunikasi
Liisan/verbal
Komunikasi
non lisan/non
verbalTeori
Komunikasi
Landasan teori
komunikasi
dalam teknologi
pembelajaran
Teori Informasi
Landasan teori
teknologi
informasi
Peranan
ekonomi dalam
kehidupan
manusia
Konstribusi
ekonomi dalam
pendidikan
Teori
menajemen
dan ekonomi
Kontribusi teori
ekonomi dalam
teknologi
pembelajaran
47. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 47KELOMPOK III
URAIAN MATERI
A. LANDASAN TEORITIS TEKNOLOGI PENDIDIKAN
1. Teori Belajar dan Pembelajaran
A. Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup. Ada banyak teori-teori belajar dimana setiap teori memiliki
konsep atau prinsip-prinsip endiri tentang belajar yang mempengaruhi bentuk atau model
penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan
kekurangan .adapun aplikasi belajar yang dapat di pilih adalah sebagai berikut.
1. Teori belajar behaviorisme
Menurut teori ini manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam lingkungan
yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulasi dan respon yang dapat
diamati. Menurut teori behaviorisme ini manipulasi lingkungan sangat penting agar
dapat di peroleh perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Teori behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah
laku, tidak memperhatikan apa yang terjadi dala pikiran manusia. Dengan kata lain
lebih menekankan pada hasil dari proses belajar. Behaviorisme menekankan pada
tingkah laku objektif, empiris (nyata), konkret dan dapat diamati (observable). Kritk
terhadap teori behaviorisme adalah tidak dapat menjelaskan situasi belajar yang
kompleks. Cendrung mengarahkan peserta didik berpikir linear, tidak konvergen, dan
tidak kreatif.
Dalam menerapkan teori behaviorisme yang paling terpenting adalah para guru,
perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pebelajaran harus
memahami karakteristik peserta didik dan karakteritik lingkungan belajar agar tingkat
keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui.tuntutan Hari
teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik
supaya mudah dicapai dan diukur.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak diterapkan di dunia pendidikan
meliputi sebaggai berikut:
a. Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta didik bersifat aktif di dalamnya
b. Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah
mempelajarinya dan dapat memberikan respons tertentu
48. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 48KELOMPOK III
c. Tiap-tiap respons harus diberi umpan balik (feedback) ecara langsung supaya
peserta didikdapat mengetahui apakah respons yang diberikannya telah benar
d. Setiap kali pesrta didik memberikan respons yang benatrperlu diberi penguatan
(reinforcement) (Hartley & Davies, 1978 dalam Toeti Soekamto, 1992:23).
Prinsip-prinsip behaviorisme ini telah banyak digunakan dan diterapkan dalam
berbagai program pembelajaran. Misalnya mesin pengajaran (teaching machine),
mathematics, atau program-progran pembelajaran lain yang menggunakan konsep
stimulasi, respon dan faktor penguatan (reinforcement).
Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori behaviorisme,
dalammerancang kegiatan pembelajaran, adalah:
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Menganalisis lingkungan yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan
awal (entry behavior) peserta didik
c. Menentukan nilai pembelajaran
d. Memecah pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokokbahasan, sub
pokokbahasan, topik dan sebagainya
e. Menyajikan materi pembelajaran
f. Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis,
tes/kuis, latihan atau tugas-tugas
g. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik
h. Memberikan penguatan (reinforcement)yang berupa penguatan positif ataupun
penguatan negatif,atau hukuman
i. Memberikan stimulasi baru
j. Mengamati dan memberikan respons yang diberikan pesrta didik
k. Memberikan penguatan lanjutan ataupun hukuman
l. Demikian seterusnya
m. Evaluasi hasil belajar (Suciati & Irawan,2001:31-32)
Berapa kritik terhadap teori behaviorisme diantaranya antara lain:
a. Behaviorisme tidak dapat digunakan pada setiap pembelajaran, dan dianggap
tidakmenghargai aktivitas berfikir
49. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 49KELOMPOK III
b. Behaviorisme tidak dapat menjelaskan beberapa pembelajaran yang kompleks, bila
tanpa mekanisme penguatan peserta didik tidak dapat mengenali pola bahasa yang
baru
c. Tujuan pembelajaran dinyatakan terlalu ketat (spesifik)
d. Keyakinan yang terlalu inggi pada peserta didik akan berperilaku dengan benar,
selama prosedur yang diberikan sudah benar.
2. Teori belajar kognitif
Teori kognitif ini beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek
kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Prinsip teori kognitif, belajar
adalah perubahan presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai
tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagianlajar suatu
situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Dengan demikian
belaiini adalahrmelibatkan proses berpikir yang kompleks dan mementingkan proses
belajar. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori perkembangan piaget,
teori kognitif burner, teori kognitif berwarna ausebel dan lain-lain.
1. Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sisten syaraf.
Proses belajar seseorang akan meikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai
dengan umurnya.perjenjangan ini bersifat hirearki yaitu melalui tahap-tahap
tertentu sesuai dengan umurnya. Ada empat tahap perkembangan kognitif anak,
yaitu:
a. Tahap sensor motorik yang bersifat internal (0-2 tahun)
b. Tahap preoperasional (2-6 tahun)
c. Tahap opeasional konkret (6-12 tahun
d. Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)
Teori schemata memandang bahwa proses pembelajaran sebagai perolehan
pengetahuan baru dalam diri seseorang dengan cara mengaitkannya dengan struktur
kognitif yang sudah ada. Schemata adalah unit dasar perkembangan intelektual.
Struktur belajar kognitif yang bbaru akan menjadi dasar pada kegiatan belajar
berikutnya. Artinya, setiap saat memperoleh informasi, diidentifikasi, diproses, dan
disimpan dengan baik/lebih lama sehingga dapat mmengembangkan kemampuan
dalam mengklasifikasikan objek.
50. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 50KELOMPOK III
Menurut Piaget, secara garis besar langkah-langkah pembelajaran dalam
merancang pembelajaran adalah:
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Memilih materi pembelajaran
c. Menentukan topik-topik yang dapat di pelajari peserta didik secara aktif
d. Menentukan dan meracang pembelajaran yang sesuai dengan topik tersebut,
misalnya: penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya
e. Mengembangkan metode pembelajaran untuk meransang kreatifitas dan cara
berfikir peserta didik
f. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik (Suciati & Irawan,
2001: 37)
2. Teori kognitif burner
Teori ini bertitik tolak pada teori belajar kogniif, yang menyatakan belajar adalah
kegiatan belajar perubahan presepsi dan pemahaman. Menurut burner
perkembangan seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya
melihat lingkungan.
a. Tahap enaktif
Peserta didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami
lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami
langsung atau realitas.
b. Tahap ikonik
Peserta didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
c. Tahap simbolik
Peseta didik mepunyai gagasan –gagasan abstrak ang banyak dipengaruhi
bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem
simbol.
Penerapan teori burner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum
spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasr
sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif
peserta didik. Artinya menuntut adanya pengulangan- pengulangan. Cara belajar
terbaik menurut burner ini adalahdengan memahami konsep, arti, dan
hubunganmelalui proses intuitifkemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (free
51. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 51KELOMPOK III
discovery learning. Seecara garis besarlangkah-langkah pembelajaran dalam
merancang pembelajaran menurut bruner adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Melekukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat,
gaya belajardan sebagainya)
3. Memilih materi pembelajaran
4. Menentukan topik0topik yang dapat dipelajaripeserta didik secara induktif
5. Mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederrhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ekonik, sampai ke simbolik
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik (Suciati &
Irawan,2001: 38)
3. Teori belajarr bermakna menuru ausebel
Menurut ausebel belajar haruslah bermakna,materi yang dipelajari di asimilasikan
secara non arbiter dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya.menurut Reilly & Lewis ada dua persyratan untuk membuat materi
pembelajaran bermakna, yaitu:
a. Pilih materi yang secara potensial bermakna lalu diatur sesuai dengan tingkat
perkembangan dan pengetahuan masa lalu
b. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna ausebel ini dapat diterapkan dalam prosees
pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut
1. kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review,
pertanyaan-pertanyaan dan lain-lain teknik
2. Memilih materi-materi kunci dan penyajiannya diatur, dimulai dengan contoh
yang konkret dan kontroversial
3. Mengidentifikasikan konsep-konsep yang harus di kuasai dari materi baru itu
4. Menyajikan suatu pandangan secara menyeyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari
5. Memakai advance organizer
6. Membelajarkan pesarta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang ada dengan memberikan fokus pada hubunganhubungan yang ada.
52. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 52KELOMPOK III
3. Teori belajar humanism
Menurut teori humanisme proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri,pemahaman
diri,dan realisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal.teori humanisme
sangat mementingkan isi yang di pelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori
ini cendrung bersifat ekletik, artinya memanfaatkan teknik belajar apapun asalkan
tujuan peserta didik tercapai.
Apliksai teori humanisme ke dalam pembelajaran yaitu cendrung mendorong
peserta didik untuk berpikir induktif. Misalnya , dari contoh ke konsep, dari konkret
ke abstrak.dari khusus ke umum dan sebagainya. Teori humanime ini juga
mementingkan faktor pengalaman atau keterlibatan aktif peserta didik dalam proses
pembelajaran. Secara eknis belum ada pedoman entang langkah-langkah
pembelajaran pembelajaran dengan menggunakan pendekatan humanistis, namun
paling tidak langkah dalam pembelajaran adalah:
1. Menentukan tujuan-tujua pembelajaran
2. Menentukan materi pembelajaran
3. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik
4. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan peserta didik mempelajari
secara aktif (mengalami)
5. Merancang fasilitas pembelajaran seperti lingkungan media pembelajaran
6. Membimbing peserta didik belajar secara aktif
7. Membimbing pesera didik untuk memahami makna dari pengalaman belajarnya
4. Teori belajar sibernetik
Teori belajar sibernetik berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
informasi.menurut teori sibernetik belajar adalah mengolah informasi (pesan
pembelajaran). Proses belajar dinggap penting, tapi yang lebih pening lagi adalah
sistem informasi yang akan di proses dan akan dipelajari oleh peserta didik.
Aplikasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah di kembangkan Landa
yitu model pendekatan algoritmik dan heuridtik.pendekatan belajar algoritmik
enurut peserta didik untuk berpikir secara sistematis, tahap demi tahap, linear,
konvergen, lurus menuju ke suatu target tujuan tertentu.misalnya kegiatan
menelpon, menjalankan men dan lain-lain. Sedangkan pendekatan heuristik
53. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 53KELOMPOK III
menuntut peserta didik untuk berpikir secara divergen,menyebar ke beberapa target
sekaligus.
5. Teori belajar konstruktivisme
Teori konstruktivisme yang landasan dasarnya schema.teori schem memandang
bahwa proses pembelajaran sebagai cara mengaitkannya dengan struktur kognittif
yang sudah ada. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembentukan pengetahuan.teori konstruktivisme menekankan bahwa belajar lebih
banyak ditentukan karena adanya karsa peserta didik.menurut teori ini masalah
belajar dan pembelajaran adalah:
a. Bersifat ketidakteraturan atau keberagaman, peserta didik diharapkan kepada
lingkungan belajar yang bebas, karena kebebasan itu merupakan unsur yang
esensial.
b. Keberhasilan atau kegagalan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat
sebagai interprestasi yang berbeda yang perlu dihargai
c. Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan, kontrol belajar dipegang
oleh peserta didik itu sendiri
d. Tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman yang
menuntut aktivitas kreatif, produktif dalam kenyataan nyata.
pembelajaran menurut teori konstruktivisme ini menekankan pada penggunaan
pengetahuan secara bermakna, urutan pembelajaran mengikuti pandangan peerta
didik, dan menekankan pada proses, serta aktivaaitas beajar dalam konteks yang
nyata, bukan mengikuti urutan dalam buku teks.sedangkan evaluasi pembelajaran
menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan
terintegrai dengan menggunakan masalah daam konteks yang nyata.
Implementasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, dimana belajar
merupakan proses pemaknaan informasi baru, oleh karena itu peserta didik perlu:
1. Didorong pengetahuan diskusi yang dipelajari
2. Berfikir divergen bukan hanya satu jawaban yang benar
3. Berbagai jeniss luapan berpikir atau aktivitas belajar
4. Digunakan informasi pada situasi baru
Mengingat kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan belajar,oleh
karena itu perlu:
54. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 54KELOMPOK III
a. Disediakan sebagai pilihan untuk peserta didik
b. Sediakan pilihan cara untuk memperlihatkan keberhasilan
c. Sediakan waktu yang cukup banyak untuk memikirkan dan mengerjakan tugas
d. Jangan terlalu banyak menggunakan tes yang sudah terlalu banyak waktunya
e. Sediakan kesempatan untuk melakukan berpikir ulang
f. Libatkan penngalaman konkret peserta didik (dogeng,2007)
B. Teori Pembelajaran
1. Pengertian dan prinsip-prinsip pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu uaha untuk membuat peerta didik belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.pembelajaran disebut juga kegiatan
pembelajran (instruksional) adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja
agar seseorang agar membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu
(Miarso,2004:528). Dengan demikian, inti dari pembeajaan adalah segala upaya
yang dilakukan oleh peserta didik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu llengkungan beajar (Depdiknas, 2003:7).ada lima jenis interaksi yang
dapat berlangsung daam proses beelajar dan pembelajaran:
a. Interaksi antara pesrta didik dan pendidik
b. Interaksii antar sesama peserta didik atau sejawat
c. Interaksi peseta ddidik dengan narasumber
d. Interaksi peserata didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja
dikembangkan
e. Interaksi peserata didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam
(Miarso,2008:3)
Pembelajaran sebaiknya berdasarkan teori pembelajaran yang bersifat preskriptif
yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah belajar. Teori
pembelajaran preskriptif harus memperhatikan tiga model pembeljaran yaitu
kondisi,metode (perlakuan) dan hasil pembelajaran (Miarso,2004:529).teori
pembelajaran secara implisit artinya berusaha untuk merumuskan cara-cara
membuat peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Apikasi teori pembelajran dalam kegiatan pembelajaran ini berkaitan dengan
1. Bagaimana cara yang efektif untuk mentransfer ilmu
55. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 55KELOMPOK III
2. Prinsip-prinsip pembelajaran yang menggairahan,menentang dan
menyenangkan
3. Cara membangun minat dan perhatian peserta didik
4. Cara engembangkan relevansi daam pembelajaran
5. Cara membangkiykan percaya diri peserta didik dalam pembelajaran
Tekanan utama teori pembelajaran ini adalah prosedur yang telah terbukti berhasil
meningktkan kualitas pembelajaran, yaiu:
a. Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang
mengubah stimulasi dai lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi
yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya sebagai hasil belajar dalam
bentuk ingatan jangka panjang.
b. Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikategorikan sebagai
bersifat praktis dan eoritis
c. Kejadian-kejadian dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar
dapat di kelompokkan dalam kategori umum, tanpa memperhatikan hasil
belajar yang di harapkan.
Maka teori pembelajaran merupakan suatu kum[ulan prinsip-prinsip yang
terintegrasi dan memberikan preskripsi untuk mengatur situasi agar peserta didik
mudah mudah mencapai tujuan pembelajaran.perkembangan teori pembelajaran
ada 3 yaitu,behaviorisme,kognitivisme,dan kognitivisme. Mayer mengusulkan
istilah lain pada ketiga teoi tersebut yaiu, pembelajaran sebagai penguasaan respon
(behaviorisme), pembelajaran sebagai penguasaan pengetahuan (kognitivisme),
dan pembelajaran sebagai konstruksi pengetahuan (konstruktivisme).
2. Teori-teori pembelajaran
a. Pendekatan modifikasi tingkah laku
Teori ini menganjurkan agar para guru menerapkan prinsip penguatan
(reinforcement) untuk engidentifikasi aspek situasi pendidikan yang
pentingdan mengatur kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan peserta
didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
b. Teori pembelajaran konstruk kognitif
Pada teori ini pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal
peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan di kelas
56. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 56KELOMPOK III
c. Teori pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip belajar
Keempat prinsip tersebut adalah
1. Untuk belajar peserta didik harus mempunyai perhatian dan responsif
terhadap materi yang akan dipelajari.
2. Semua proses belajar memerlukan waktu.
3. Di dalam peserta didik yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat ukur
internal yang mengontrol motivasi serta menentukan sejauh mana dan dalam
bentuk apa peserta didik bertindak daam suatu situasi tertentu.
4. Pengetuahuan tentang hasil yang di peroleh selama proses beljar merupakan
faktor penting sebagai pengontrol.
d. Teori pembelajaran berdasarkan analisis tugas
Sangat penting umtuk mengadakan analisis tugas (taks analysis) secara
sistematis mengenai tugas-tugas pengalaman belajar yang akan diberkan
kepada peserta didik, yang kemudian disusun secara hierarkis dan diurutkan
sedemikian rupa tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
e. Teori pembelajaran berdasarkan psikologi humanistis
Pada teori ini guru harus memperhatikan pengalaman emosional dan
karakteristik khusus peserta didik seperti aktualisasi peserta didik. Dengan
memahami hal ini dapat dibuat pilihan-pilihan ke arah mana pesera didik akan
berkembang.
2. Aplikasi teori belajar dalam teknologi pembelajaran.
Adapun implikasi teori belajar dalam penyusunan desain instruksional disajikan
dalam tabel berikut
Teori Belajar
Implikasi Pada desain Instruksional
Behaviorisme
- Behavioral objektives
- Dic & Carey Instruksional
- Peformance-based assesment
- System Models
Kognitivisme
- Cognitive objectives
- Learning objectives
57. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 57KELOMPOK III
- Learning taxonomies
- Prerequisite skills
Kontruktivisme
- Autentic assessment methods
- Learning trough exploration
- Problem-oriented activities
- “Rich” environmonets
- Visual format and mental methods
2. Teori Komunikasi dan Informasi
A. Teori komunikasi
1. Pengertian komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaiu, communicare yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama dalam hal pengertian dan pendapat antara
komunikator dan komunikan. Secara etimologis, komunikasi berasaldari kata “to
comunicate”. Menurut longman dictionary of contemporary english, defenisi kata
comunicate adalah upay untuk membuat pendapat,menyatakan
perasaan,menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh
orang lain. Arti lain dari komunikai adalah berbagi (to share) atau bertukar (exchange)
pendapat, perasaan, informasi dan sebagainya.
Menurut gurnitowati dan Maliki (2003) seseorang berkomunikasi dengan
menggunakan kata-kata,dengan kualitas suaranya, dengan badannya, isyarat (gesture)
dan raut muka (expression). Komunikasi merupakan peristiwa sosial dan terjadi ketika
manusia dengan manusia lainnya. Jadi, komunikasi adalah persyaratan kehidupan
manusia.
Komunikasi merupkan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
merupakan manifestasi dai kehidupan itu sendiri. Ini berati komunikasi merupakan
realita pokok dari kehidupan manusia.
Komunikasi mempunyai banyak kegunaan dan manfaat dalam kehidupan manusia
dan tentu komunikasi menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.komunikasi
merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan manusia sehari-hari dan peranan
komunikasi sangat vital bagi berhasil tidaknya kita hidup bermasyarakat.
58. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 58KELOMPOK III
Suatu hal yang cukup penting untuk diperhatikan agar kita bia mengadakan
tindakan komunikasi yang efekif dan efisienialah pengertian, bahwa komunikasi
memiliki bebeapakarakteristikpokok sebagai berikut,
a. Komunikasi adalah suatu proses
b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan
c. Komunikasi menuntut adanya partisipasidan kerjasama dari para pelaku yang
terlibat
d. Komunikasi bersifat simbolis
e. Komunikasi bersifat transaksional
f. Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang
Sebagai suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan
tujuan tertentu, komunikasi sedikitnya melibatkan empat faktor atau komponen
a. Sumber atau pengirim pesan/komunikator
b. Pesan/massage
c. Media atau saluran (channel)
d. Penerima/komunikan (audience/receiver)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran berkomunikasi
a. Faktor pengetahuan, semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin
banyak perbendaharaan kata yang dimilki sehingga mempermudah berkomunikasi
dengan lancar.
b. Faktor pengalaman, makin banyakpengalaman yang dimiliki seseorang
menyebabkan terbiasa untuk menghaadapi sesuatu.
c. Faktor intelegensi, orang yang intelegensinya rendah biasanya kurang lancar dalam
berbicara karena kurang memiliki perbeendaharaan kata dan bahasa yang baik.
d. Faktor kepribadian, orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang bergaul,
biasanya kurang lancar berbicara dibandingkan dengan orang yang pandai bergaul.
e. Faktor biologis, disebabkan karena gangguan organ-organ berbicara sehingga
menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi.
59. DASAR DASAR TEKNOLOGI PEMBELAJARAN 59KELOMPOK III
Ada dua bentuk komunikasi yaitu
1. Komunikasi lisan atau verbal
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan atau verbal melalui
apa yang diucapkan dari mulut atau dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Arti
kata yang diucapkan akan lebih jelas apabila ucapan itu diikuti dengan suara
melalui tinggi rendahnya dan lemah lembutnya suara, keras tidaknya suara dan
perubahan nada suara.
2. Komunikasi non lisan/ komunikasi non verbal
Komunikasi ini menggunakan isyarat (gestures), gerak gerik (movement), sesuatu
barang, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapa menunjukkan perasaan atau
(expression) pada waktu yang sngat penting, misalnya pada saat sakit, gembira,
stres, dan sebagainya.
2. Teori komunikasi
Kegiatan komunikasi yang berupa perilaku komplek dan proses yang multi
disipliner itu telah lama menjadi objek penelitian ilmuan. Akibatnya ilmu
komunikasi dari waktu ke waktu makin berkembang dengan pesat, dotandai
dengan munculnya berbagai model dan teori komunikasi, antara lain: claude
shannon dan warrent weaver (1949), charles osgood and others (1957, Bruce
westley and Malcolm Macelean (1957), Model SMCR oleh David K.Berlow
(1960), wilbur Scharm m.(1973) dan teorikonvergensi D. Lawrance kincait (1979).
3. Landasan teori komunikasi dalam teknologi pembelajaran
Media berasal dari bahsa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
berarti perantara atau pengantar.menurut Anderson (1987) media dapat dibagi
dallam dua kategori yaitu alat bantu pemmbelajaran dan media pembelajaran. Alat
bantu pembelajaran diisebut juga alat bantu mengajar,misalnya OHP/ OHT, film
bbingkai/slide, foto, peta, poster,grafik, dll.
Media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara
karya seorang pengembang mata pelajaran dengan peserta didik. Media
pembelajran merupakan alat komunikasi yang berisi pesan, yang memngkinkan
peserta didik dapat berinteraksi dengan pesan secara langsung.
Pemanfaatan teknologi kounikasi dalam keperluan pendidikan dalam hal funsinya
sebagai media pembelajaran bukanlah merupakan hal baru. Ada lima perspektif