1. Jamaah Jumat rahimakumullah....
Hari ini, kita masih dalam suasana maulid Nabi Saw. Sudah menjadi
kebiasaan bahwa kaum Muslim di Indonesia banyak menggelar acara maulid
Nabi saw pada bulan ini tiap tahunnya. Namun sayang, yang banyak
diketahui umat Islam hanya sampai itu. Padahal, pada bulan Rabiul Awal
menyimpan beberapa peristiwa penting lain yang terkait dengan
perkembangan umat Islam. Bahkan, peristiwa tersebut membuat kita dan
masyarakat di Indonesia menjadi bagian umat Islam di seluruh dunia. Inilah
yang akan kami ulas pada khutbah jumat kali ini.
Jamaah Jumat rahimakumullah....
Peristiwa pertama yaitu maulid (kelahiran) Nabi Muhammad saw sendiri.
Beliau dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 M dari Masjidil Haram pada Senin
menjelang terbit fajar 12 Rabiul Awwal tahun Gajah bertepatan dengan 20
April 571 M. Kini tempat kelahiran Nabi itu dijadikan perpustakaan
“Maktabah Makkah al-Mukarramah”. Dinamai ‘tahun Gajah’ karena pada
waktu itu tentara Abrahah dari Yaman menyerang Makkah untuk
menghancurkan Ka’bah. Mereka datang dengan mengendarai gajah. Namun,
mereka gagal karena Allah mengirimkan pasukan burung Ababil dari
angkasa yang menghujani pasukan gajah tersebut dengan batu dari neraka.
Mereka hancur bak daun dimakan ulat. Peristiwa ini pun diabadikan dalam
al-Quran surah al-Fiil ayat 1 – 4.
Namun, kelahiran Nabi Saw tidak terkait langsung dengan perkembangan
Islam, sebab Islam saat itu belum ada. Maulid (kelahiran) Nabi saw terjadi
ketika Muhammad bin Abdullah belum diangkat menjadi Nabi dan kita tahu
bahwa Beliau Saw menjadi Nabi pada usia 40 tahun.
Jamaah Jumat rahimakumullah....
Peristiwa lain di bulan Rabiul Awwal yang terkait dengan perkembangan
Islam dan belum diketahui kebanyakan orang adalah hijrah Nabi saw dari
Makkah ke Madinah dan wafatnya Nabi saw yang diikuti dibaiatnya Abu
Bakar as-Siddiq menjadi khalifah, menggantikan Rasulullah dalam
menerapkan Islam dalam bingkai institusi negara.
Peristiwa kedua di bulan Rabiul Awal adalah hijrahnya Nabi Saw. Bulan
Muharram memang ditetapkan sebagai awal perhitungan tahun Hijriyah.
Akan tetapi, hijrahnya Nabi SAW sendiri tidak terjadi pada bulan Muharram,
melainkan pada bulan Rabi'ul Awal. Dalam Sirah Nabawiyah karya Syaikh
Shafiyurrahman Mubarakfuri disebutkan bahwa Beliau mulai berhijrah
meninggalkan Gua Tsur malam Senin tanggal 1 Rabi'ul Awal tahun I Hijriyah
(16 September 622 M). Nabi SAW sampai di Quba hari Senin tanggal 8
Rabiul Awal tahun 1 H (23 September 622 M), lalu berdiam di sana selama
empat hari, yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. Nabi SAW
selanjutnya memasuki Madinah hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1
H.
2. Momentum itu bisa dikatakan sebagai proklamasi tegaknya negara Islam di
Madinah. Dan di bulan Rabiul Awal tersebut menjadi era baru fase dakwah
setelah 13 tahun Rasulullah saw berdakwah di Makkah dengan segala lika-
liku dan suka duka rintangannya. Di Madinah pula Rasul saw menerapkan
Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya dalam aspek aqidah,
ibadah dan muamalah yang masih terbatas seperti halnya di Makkah. Di
kemudian hari, Rasul pun berhasil menaklukkan kota Makkah dan memimpin
masyarakat Islam hampir di seluruh jazirah Arab.
Jamaah Jumat rahimakumullah....
Peristiwa ketiga yang tak kalah pentingnya adalah wafatnya Rasulullah dan
dibaiatnya Abu Bakar sebagai khalifah pertama umat Islam. Dalam as-Sirah
an-Nabawiyah-nya, Ibnu Katsir menerangkan bahwa Nabi Saw wafat pada
hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Ibnu Katsir berkata, "Inilah
tanggal yang dipastikan oleh Al-Waqidi dan Muhammad bin Saad”. Wafatnya
Nabi Saw ini menjadi pertanda lahirnya negara Khilafah Rasyidah. Sebab
pada hari yang sama, bahkan sebelum jenazah Nabi saw dimakamkan, umat
Islam telah membaiat Abu Bakar Shiddiq sebagai khalifah di Saqifah Bani
Saidah.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dirintis Rasulullah
tidaklah berhenti. Memang era kenabian telah berakhir ketika Rasulullah saw
wafat, tetapi kepemimpinan beliau sebagai kepala negara, ditandai dengan
menerapkan berbagai hukum kepada masyarakat, terus berlanjut dengan
diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah. Dilanjutkan oleh Umar bin Khattab,
Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Era ini, termasuk di dalamnya
Imam Hasan bin Ali, dikenal dengan era Khulafaur Rasyidin. Kepemimpinan
ini terus berlanjut dengan adanya Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan
Utsmaniyah di Turki hingga runtuh tahun 1924 M. Dan persatuan umat pun
hingga saat ini belum terlihat kembali.
Jamaah Jumat rahimakumullah....
Mengetahui sejarah memang penting. Akan tetapi, yang lebih penting adalah
mengambil hikmah dari sejarah-sejarah tersebut. Sehingga generasi kita
tidak salah langkah pada hari ini dan masa ke depannya. Menyikapi sejarah
umat Islam pada bulan Rabiul Awal di tadi, kami cukupkan sebuah sabda
Nabi saw sebagai bahan pegangan dan renungan:
"Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku…" (HR Tirmidzi)
Lalu bagaimana kita meneladani Beliau saw dan para shahabatnya?
Jamaah Jumat rahimakumullah....
Beberapa hal berikut seyogyanya kita lakukan sebagai upaya kita
meneladani Rasulullah saw:
1. Mengikuti perintah Rasulullah saw
Allah swt berfirman:
3. “...Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7)
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31)
2. Memperbanyak shalawat
Firman Allah swt: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-
Ahzab: 56)
Nabi Saw bersabda:
“Orang yang bershalawat atasku dengan satu shalawat, niscaya Allah akan
bershalawat atasnya dengannya sepuluh kali” (HR Muslim)
3. Berpegang teguh pada wasiat Rasulullah saw
Berpegang teguh terhadap al-Quran dan as-Sunah merupakan wasiat
Rasulullah yang harus kita jalankan sebagaimana sabdanya:
“Sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian yang jika kalian berpegang teguh
dengannya kalian tidak akan tersesat selamanya, perkara yang jelas itu
adalah kitabullah dan sunah nabi” (HR Malik)
4. Menjadikan dakwah sebagai poros utama
Rasulullah saw mencontohkan betapa dakwah menjadi poros hidup beliau.
Ketika para pembesar Quraisy mendatangi pamannya untuk meminta beliau
menghentikan aktivitas dakwahnya, beliau menyatakan dengan tegas,
“Andai mereka meletakan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku agar aku menghentikan dakwah ini, maka hingga Allah
4. memenangkannya atau aku binasa di jalannya, aku tak akan meninggalkan
dakwah ini” (Ibnu Hisyam, Sirah Ibnu Hisyam, I/266)
5. Melanjutkan kepemimpinan Rasulullah – bukan dalam hal
kenabian – dan kepemimpinan para khulafaur rasyidin.
Mencintai Rasullullah juga dengan melanjutkan kepemimpinannya dalam
mengurus umat dengan hukum-hukum syariah sebagaimana dicontohkan
khulafaur rasyidin dan generasi setelahnya. Sebagaimana sabda Rasulullah
saw:
"Bani Isra'il, kehidupan mereka selalu diurusi oleh para Nabi, bila satu Nabi
meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak
ada Nabi sepeninggal aku. Yang ada adalah para khalifah yang banyak
jumlahnya". Para shahabat bertanya; "Apa yang baginda perintahkan
kepada kami?". Beliau menjawab: "Penuihilah bai'at kepada khalifah yang
pertama (lebih dahulu diangkat), berikanlah hak mereka karena Allah akan
bertanya kepada mereka tentang pemerintahan mereka" (HR Bukhari No.
3196)