SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
Apa itu Komputasi Awan atau cloud computing?
Serta apa pengaruhnya pada kekerasan dan eksploitasi seksual pada anak
Pelaku kekerasan juga menggunakan
layanan awan seperti “loker siber”
atau penyimpanan data online dengan
mengunggah materi yang menampilkan
kekerasan pada anak (CSAM) ke loker
"mereka". Loker ini dilindungi dengan
sandi dan kontennya hanya bisa diambil
dengan cara masuk ke akun pribadi
tersebut di internet.
Pelaku kekerasan bisa membagikan akses pada konten
tersebut dengan menyediakan sandi atau nama pengguna baik
secara gratis maupun menukarnya dengan CSAM atau uang.
Perusahaan yang menyediakan layanan tersebut biasanya tidak
tahu apa yang disimpan di dalam locker tersebut.
Ruang penyimpanan awan ini bisa digunakan oleh misalnya
pelaku kekerasan seksual pada anak yang sedang bepergian
dan membuat gambar kekerasan pada anak di luar negeri
untuk mengurangi risiko terdeteksinya tindakan tersebut
oleh pihak berwenang. Bukannya mengirim material tersebut
melalui pos atau membawanya pulang, pelaku tindak kejahatan
mengunggahnya ke awan dan mengaksesnya saat ia pulang.
Berkembangnya komputasi awan menghadirkan tantangan
khusus untuk penegakan hukum. Hal ini sebagian disebabkan
oleh banyaknya jumlah file yang bergerak melintasi internet
dan sebagian karena sangat banyak dari data ini sekarang
dienkripsi*.
Selainitujugaadamasalahjurisdiksi;penyediayangmenawarkan
layanan awan menjadi inang bagi infrastruktur fisik di seluruh
dunia, memenuhi kebutuhan klien dari manapun mereka
berasal. Ini memberikan kesulitan dalam menentukan pada
jurisdiksi mana penegak hukum, penyedia layanan online, dan
pihak-pihak lain yang bertanggung jawab harus menindaklanjuti,
menginvestigasi, dan mengajukan tuntutan.
* Lihat lembar Fakta: Apa itu Enkripsi?
Cara pelaku tindak kekerasan menggunakan layanan awan
Bagaimana cara kerjanya?
Bisanya, ketika orang-orang membuat sesuatu menggunakan
komputer atau ingin menyimpan file-file seperti koleksi musik
atau foto mereka, mereka harus meletakkannya pada sebuah
perangkat keras atau media lain seperti CD atau USB. Ketika
ruang penyimpanan habis, Anda harus membeli atau mencari
perangkat keras tambahan untuk menyimpan data. Demikian
juga, jika ingin menjalankan sebuah program, perangkat lunak
harus diunduh dan dipasang pada perangkat Anda. Jika
tidak ada ruang pada perangkat tersebut, Anda tidak bisa
menggunakan program.
Hadirnya internet telah merevolusi kondisi tersebut. Internet
memungkinkan dikembangkannya komputasi awan, seringkali
dikenal sebagai "awan/cloud". Ini artinya sekarang kita bisa
menggunakan sever jarak jauh untuk menyimpan file atau
data dan program seberapapun banyaknya itu. Layanan pun
bisa dijalankan pada server tersebut. Karena internet bersifat
global dan tidak pernah mati, kita sekarang hidup dalam dunia
komputasi mobile di mana segala sesuatu yang kita lakukan
bisa dicadangkan atau disimpan di awan setiap saat.
Perusahaan yang menawarkan layanan awan menjadi
inang bagi infrastruktur serta aplikasi yang dibutuhkan dan
memastikan pemeliharaan dan keamanannya. Pengguna bisa
mengakses layanan tersebut melalui internet hanya dengan
sebuah perangkat, koneksi internet, dan akun layanan. Ini
membebaskan pengguna dari keharusan untuk membeli,
memasang, atau mengelola perangkat keras dan perangkat
lunak pada komputer pribadi mereka.
Layanan awan bisa langsung digunakan oleh
pengguna (sesuai kebutuhan) dan disediakan secara
gratis atau berbayar.
Dibandingkan sebelumnya, saat ini ada jauh lebih
banyak layanan dan data pribadi yang dipindahkan
ke awan, misalnya e-mail (misal: g-mail), foto (misal:
Instagram), aplikasi ponsel, film sesuai permintaan
(misal: Netflix), layanan perbankan, dan kapasitas
penyimpanan/server.
- Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi –
Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi
disediakan oleh UNICEF.
FAKTA
Bagaimana cara kerjanya?
Enkripsi adalah cara untuk menyamarkan atau
menyembunyikan pesan menggunakan serangkaian
langkah yang diprogram dengan komputer [:perangkat
lunak enkripsi] sehingga saat pesan jatuh ke "tangan yang
salah", mereka yang melihat atau membacanya tidak akan
bisa memahami maksud dari pesan tersebut. Misalnya,
enkripsi mengubah pesan "Saya akan menemuimu hari
Senin" menjadi pesan berkode seperti “p98hUls#yeb!”
Pesan yang tidak dapat dipahami ini - teks cipher -
kemudian dikirim melalui internet pada penerima. Orang
yang menerima pesan tersebut harus memiliki "kunci
untuk membaca kode" yang tidak diketahui orang lain. dan
diberikan kepadanya oleh pelaku agar bisa membuka atau
memulihkan pesan asli tersebut yang ia terima dari pengirim.
Proses ini disebut dekripsi. Tanpa kunci tersebut, pesan
tidak bisa dibaca dan gambar tidak dapat ditampilkan.
Proses enkripsi/dekripsi berjalan sebagai berikut*:
Enkripsi dilakukan atas data yang dikirim
dari perangkat melintasi berbagai jaringan.
Enkripsi menyembunyikan data yang
disimpan atau dikirim.
* Perhatikan bahwa ini hanyalah salah satu contoh dan sesungguhnya ada berbagai macam cara untuk melakukan enkripsi dan dekripsi data
Pelaku kekerasan seksual pada anak berkomunikasi satu
dengan yang lain secara online menggunakan berbagai alat
untuk menyembunyikan identitas dan perilaku mereka dari pihak
berwenang.
Misalnya, pelaku kekerasan mengenkripsi materi yang
menampilkan kekerasan pada anak sehingga mereka yang
tidak berkepentingan tidak akan mengenali isinya sebagai
tindak kekerasan tersebut. Atau, mereka bisa saja mengenkripsi
komputer atau cakram untuk mencegah pihak berwenang
mengakses atau mengenali bukti yang memberatkan saat
melakukan penggeledahan.
Selain itu, enkripsi membantu pelaku tindak kejahatan
memverifikasi identitas orang yang berkomunikasi secara online
dengan mereka.
Sejumlah program enkripsi yang lemah bisa dipecahkan oleh
komputer yang canggih, namun, untuk kepentingan praktis,
biasanya banyak di antara program enkripsi kuat yang tersedia
secara luas tidak bisa dipecahkan tanpa kunci pembaca kode.
Enkripsi membuat investigasi penegakan hukum menjadi
semakin rumit.
Enkripsi digunakan oleh pelaku kekerasan seksual pada anak
- Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi –
Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi
disediakan oleh UNICEF.
Apakah Enkripsi itu?
Serta bagaimana enkripsi digunakan oleh pelaku kekerasan seksual pada anak
FAKTA
Enkripsi digunakan
untuk mengamankan:
Data (misal: file, foto, komputer), transaksi melalui internet
(misal: perbankan), sandi, jaringan, dan e-mail.
Enkripsi Dekripsi
PenerimaPengirim
Data
Saya akan
menemuimu
hari Senin
"p98hUls#
Ya!
Kunci pembongkar
kode
Buka kunci menggunakan kunci
pembongkar kode
Saya akan
menemuimu
hari Senin
Teks Cipher Teks Cipher
Bagaimana cara kerjanya?
Banyak Penyedia Layanan Internet dan penyedia layanan online
lainnya ingin mencegah para pengguna mereka mengakses alamat
web yang dikenal memiliki gambar-gambar kekerasan seksual pada
anak. Selain itu, mereka juga ingin mencegah para pengguna mereka
mengunggah, saling bertukar, atau menyimpan gambar atau video
yang menampilkan kekerasan seksual pada anak. Untuk itu, mereka
menggunakan teknologi penyaringan dan pemblokiran.
Alamat web yang dikenal memuat materi yang menampilkan
kekerasan seksual pada anak dicantumkan dalam daftar yang
dikirimkan langsung pada perusahaan-perusahaan yang bersedia
memasukkan daftar ini dalam kebijakan keamanan untuk layanan
mereka. Upaya apa pun untuk mencapai alamat dalam daftar tersebut
akan disaring atau diblokir. Daftar tersebut disusun oleh badan-badan
seperti saluran siaga (hotline) dan lembaga kepolisian (misalnya
INTERPOL). Di negara-negara tertentu, ISP secara hukum diharuskan
untuk memblokir materi yang menampilkan kekerasan pada anak.
Ketika gambar individual sudah dikenal oleh polisi, teknologi pemberian
hash semacam PhotoDNA* bisa digunakan untuk membuat hash*
atau sidik jari digital sebuah gambar. Hash ini kemudian diletakkan
di sebuah pangkalan data (data base) dan nantinya sistem bisa
mengidentifikasi salinan apa pun dari gambar tersebut yang mungkin
berusaha diunggah, diunduh, ditukar, atau disimpan pada layanan
mereka
Perhatian
Penyaring (filter) tidak selalu bisa membedakan
kecocokan yang mengacu pada konten ilegal dengan
yang bukan. Ini menimbulkan risiko konten salah
diblokir (pemblokiran berlebihan)
* Lihat lembar fakta - Apa itu hash? Apa itu PhotoDNA?
Semua tujuan dan maksud di balik teknologi penyaringan
dan pemblokiran adalah untuk mengurangi atau membatasi
ketersediaan materi yang menampilkan kekerasan seksual pada
anak di internet. Teknologi ini meningkatkan keamanan internet
dengan cara mencegah eksposure yang tidak diinginkan pada
jenis konten ilegal ini. Selain itu, teknologi ini menghalangi
pelaku kekerasan yang berusaha mengakses dan membagikan
materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak.
Pemfilteran dan pemblokiran juga memberikan manfaat penting
bagi para korban yang ditampilkan pada gambar. Dengan
membuat gambar tersebut tidak bisa diakses, mekanisme
pemfilteran dan pemblokiran melindungi privasi korban dan
martabat manusia, serta mengurangi kemungkinan timbulnya
bahaya lebih lanjut atas anak tersebut.
Menyaring dan memblokir materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak
mengunggah, saling bertukar, atau menyimpan gambar atau video
yang menampilkan kekerasan seksual pada anak. Untuk itu, mereka
menggunakan teknologi penyaringan dan pemblokiran.
Alamat web yang dikenal memuat materi yang menampilkan
kekerasan seksual pada anak dicantumkan dalam daftar yang
dikirimkan langsung pada perusahaan-perusahaan yang bersedia
memasukkan daftar ini dalam kebijakan keamanan untuk layanan
mereka. Upaya apa pun untuk mencapai alamat dalam daftar tersebut
menggunakan teknologi penyaringan dan pemblokiran.
Alamat web yang dikenal memuat materi yang menampilkan
kekerasan seksual pada anak dicantumkan dalam daftar yang
dikirimkan langsung pada perusahaan-perusahaan yang bersedia
memasukkan daftar ini dalam kebijakan keamanan untuk layanan
mereka. Upaya apa pun untuk mencapai alamat dalam daftar tersebut
akan disaring atau diblokir. Daftar tersebut disusun oleh badan-badan
seperti saluran siaga (hotline) dan lembaga kepolisian (misalnya
INTERPOL). Di negara-negara tertentu, ISP secara hukum diharuskan
untuk memblokir materi yang menampilkan kekerasan pada anak.
Ketika gambar individual sudah dikenal oleh polisi, teknologi pemberian
hash semacam PhotoDNA* bisa digunakan untuk membuat hash*
atau sidik jari digital sebuah gambar. Hash ini kemudian diletakkan
di sebuah pangkalan data (data base) dan nantinya sistem bisa
mengidentifikasi salinan apa pun dari gambar tersebut yang mungkin
berusaha diunggah, diunduh, ditukar, atau disimpan pada layanan
mereka
Tujuan dari melakukan penyaringan dan
pemblokiran adalah untuk membatasi
ketersediaan konten tertentu di internet.
Penyaringan dan pemblokiran hanya
berfungsi pada materi di wilayah internet
yang terindeks oleh mesin pencari
Penyaringan dan pemblokiran
bisa dilakukan berdasarkan: kata
kunci (misal: istilah pencarian);
URL yang dilarang (misal: situs);
dan hash.
FAKTA
Pengguna Penyedia Layanan
Internet
Server yang menjadi
inang bagi konten yang
diminta
Apakah Penyaringan dan Pemblokiran itu?
Serta bagaimana hal ini digunakan pada materi yang menampilkan kekerasan
seksual pada anak
- Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi –
Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi
disediakan oleh UNICEF.
Permintaan pengguna
Sajikan
konten filter
Sajikan konten
Daftar/database konten
yang dilarang
Permintaan pengguna
Bagaimana cara kerjanya?
PhotoDNA diawali dengan gambar yang telah
diidentifikasi sebagai materi yang menampilkan
kekerasan pada anak oleh sumber-sumber terpercaya,
misalnya Pusat Nasional untuk Anak-anak yang Hilang
dan Tereksploitasi (NCMEC) serta Penegakan Hukum.
PhotoDNA mengubah (atau melakukan ‘hash’) format
gambar menjadi hitam putih dengan ukuran seragam.
Teknologi ini lalu membagi gambar menjadi sejumlah
persegi dan memberikan nilai numerik yang mewakili
arsiran unik untuk setiap persegi. Saat disatukan, nilai
numerik ini menyusun hash untuk gambar tersebut.
Nilai hash dari gambar yang sudah dikenal
bisa dibandingkan dengan gambar lain untuk
mengidentifikasi salinan. Proses ini disebut
proses pencocokan dan bisa digunakan untuk:
1) mengidentifikasi dan menandai konten yang
berbahaya di internet dan 2) menyaring materi yang
sudah dikenal dari sekumpulan gambar.
Hash mewakili pengidentifikasi digital unik atau ciri
khas setiap gambar. Sekalipun gambar sudah diubah -
misal: saat gambar diubah ukurannya atau saat warna
diubah - kode hash untuk gambar itu tetap sama.
Catatan
Teknologi ini tidak bisa digunakan untuk
mengidentifikasi orang atau objek dalam
sebuah gambar, juga tidak untuk membalikkan
rekayasa dan menyusun ulang gambar.
* Informasi diperoleh dari Microsoft
PENEGAKAN HUKUM
“Project Vic” adalah inisiatif berbagi-hash untuk gambar (dan
video). Proyek ini digunakan oleh penegak hukum dan didukung
oleh Pusat Internasional untuk Anak-anak yang Hilang dan
Tereksploitasi (the International Center for Missing and Exploited
Children - ICMEC). Menggunakan database berisikan jutaan
hash digital dari materi yang dikenal menampilkan kekerasan
seksual pada anak, “Project Vic” membantu penegak hukum
membedakan gambar-gambar yang sudah dikenal di antara
materi kekerasan seksual pada anak yang belum dikenal. Proyek
Ini memastikan salinan gambar yang sudah dikenal tidak lagi
perlu diperiksa serta membuat para detektif bisa memfokuskan
pada gambar-gambar yang baru dan kemungkinan melibatkan
anak-anak yang masih harus diidentifikasi. Demikianlah, “Project
Vic” membantu mempermudah cara kerja investigasi. Hal ini
sangatlah penting mengingat meningkatnya jumlah data yang
diperoleh dari pelaku tindak kekerasan.
PENYEDIA LAYANAN INTERNET
Seperangkat hash ini juga dibagikan dengan Penyedia Layanan
Internet dan Situs Jejaring Sosial. Teknologi hash membantu
mereka mendeteksi materi yang menampilkan kekerasan
seksual pada anak dan dibagikan pada situs mereka. Teknologi
Ini memfasilitasi proses identifikasi, penghapusan atau
pemblokiran, dan pelaporan materi semacam itu.
Penerapan PhotoDNA pada Materi yang Menampilkan Kekerasan
Seksual Pada Anak
Setiap gambar memiliki "sidik jari" unik.
Dengan matematika yang cerdas -
menggunakan teknologi PhotoDNA - masing-
masing "sidik jari" ini bisa dinyatakan sebagai
kode numerik unik yang sering kali disebut
sebagai "hash".
PhotoDNA adalah teknologi yang pertama-
tama dikembangkan oleh Microsoft. Google
sedang mengembangkan alat yang cara
kerjanya hampir sama untuk video, "Friends
MTS" telah membuat perangkat lunak
semacam itu.
PhotoDNA digunakan untuk mengidentifikasi
salinan dari gambar yang sudah dikenal
tanpa perlu meminta bantuan manusia untuk
memeriksa kembali gambar itu.
Teknologi ini digunakan oleh Penegak Hukum
dan organisasi/perusahaan seperti Google,
Twitter, dan Facebook.
Apa itu Hash? Apa itu PhotoDNA?
Serta penggunaannya pada materi yang menampilkan kekerasan pada anak
- Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi –
Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi
disediakan oleh UNICEF.
FAKTA
Materi yang Menampilkan Kekerasan
Seksual Pada Anak
Materi yang Menampilkan Kekerasan Seksual Pada Anak
(Child Sexual Abuse Material / CSAM), juga disebut pornografi
anak, setiap perwujudan, melalui sarana apapun, seorang
anak yang terlibat dalam situasi nyata atau disimulasi yang
secara eksplisit melakukan aktifitas seksual, atau perwujudan
lain dari organ seks anak yang utamanya untuk tujuan seksual.
[Definisi sebagaimana yang digunakan dalam Protokol
Opsional untuk Konvensi Hak Anak-anak dalam Penjualan
Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak (CRC OPSC)].
CSAMmenggambarkananak-anakdarisemuakelompokusia,
baik laki-laki maupun perempuan, dengan tingkat keparahan
yang berbeda-beda atas kekerasan yang ditampilkan, mulai
dari anak-anak yang berpose hingga kekerasan yang berat.
Materi Kekerasan Seksual Pada Anak
secara virtual atau pornografi anak virtual
mengacu pada materi
Materi Kekerasan Seksual Pada Anak secara virtual atau
pornografi anak virtualmengacu pada materi yang tidak
menampilkan seorang anak secara nyata melainkan materi yang
secara grafis menggambarkan anak-anak menerima perlakuan
seksual atau kekerasan seksual. Materi termasukti: kartun,
gambar hasil komputer, gambar metamorfosis, dan kolase.
Sekalipun tidak melibatkan anak dalam bahaya secara nyata,
pornografi anak virtual tetaplah berbahaya karena (i) materi ini
bisa saja digunakan untuk “membujuk rayu” anak-anak dengan
tujuan mengekspoitasi mereka; (ii) materi ini melestarikan pasar
untuk gambar-gambar yang menampilkan kekerasan pada
anak, dan (iii) materi ini memungkinkan budaya toleransi atas
perlakuan seksual pada anak dan menumbuhkan permintaan.
Kerangka Kerja Hukum
Tindakan ilegal:
- Memperoleh akses atau membeli;
- Kepemilikan untuk penggunaan pribadi
(misal: tidak untuk didistribusikan,
dsb.) juga dikenal sebagai ‘kepemilikan
sederhana’;
- Membagikan atau mendistribusikan;
- Menjual;
- Memproduksi CSAM.
CSAM (sebagian) dianggap sebagai tindakan kriminal menurut
kerangka kerja hukum berikut ini:
CRC-OPSC: tidak termasuk mengakses CSAM, kepemilikan
sederhana, dan CSAM secara virtual
Konvensi Budapest: menyeluruh, CSAM virtual juga dianggap sebagai
tindakan kriminal
Konvensi Lanzarote: menyeluruh, CSAM virtual juga dianggap
sebagai tindakan kriminal
Konvensi ILO 182: hanya meliputi produksi CSAM
Konvensi perserikatan Afrika tentang Kriminalitas Dunia siber :
menyeluruh, CSAM virtual juga dianggap sebagai tindakan kriminal
[belum ditegakkan]
Pelaku tindak kekerasan dan modus
operandi mereka
- Pelaku tindak kekerasan biasanya didorong oleh ketertarikan
seksualmerekapadaanak-anakatauolehkeuntunganfinansial;
- Pelaku tindak kekerasan beroperasi seorang diri atau sebagai
bagian dari sebuah jaringan;
- Pelaku tindak kekerasan menggunakan berbagai perangkat,
perangkat lunak dan/atau Internet untuk membuat,
mengakses, atau berbagi CSAM;
- Pelaku tindak kekerasan menggunakan metode enkripsi serta
menggunakan platform yang lebih tersembunyi di internet untuk
menyembunyikan dan menghindari kemungkinan terdeteksinya
perilaku mereka;
- CSAM, termasuk CSAM virtual, kadang kala digunakan oleh
pelaku tindak kekerasan untuk melatih atau memanipulasi
anak-anak agar terlibat dalam aktivitas seksual.
* Mohon lihat lembar Fakta ECPAT tentang Teknologi dan Internet
Dukung penguatan kerangka kerja hukum, yang
menganggap semua perilaku yang berhubungan dengan
CSAM, termasuk CSAM virtual, sebagai tindakan kriminal;
Dukung peningkatan sumber-daya dalam penegakan hukum,
misalnya ditujukan untuk peningkatan kapasitas dan peralatan
untuk menangani CSAM dan mengidentifikasi korban;
Dukung dan bekerjasama dengan sektor swasta, misalnya
Penyedia Layanan Internet, untuk menerapkan kebijakan
yang menghalangi peredaran CSAM;
Edukasikan dan tingkatkan kepedulian akan CSAM
termasuk risiko dan perilaku yang aman di internet;
Lakukan penelitian dan kumpulkan informasi yang
relevan untuk meningkatkan pemahaman tentang ruang
lingkup dan karakteristik CSAM;
Laporkan CSAM yang Anda temukan di internet;
Berikan dukungan dan perhatian kepada korban CSAM.
Materi yang Menampilkan Kekerasan
Seksual Pada Anak atau Pornografi Anak
DEFINISI
Apa yang bisa Anda lakukan?
Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International.
Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
"Grooming" online
"Grooming" online adalah proses untuk membangun
komunikasi dengan seorang anak melalui internet dengan
tujuan memikat, memanipulasi, atau menghasut anak
tersebut agar terlibat dalam aktivitas seksual.
Aktivitas seksual juga meliputi perilaku-perilaku selain
pertemuan fisik dengan pelaku tindak kekerasan, misalnya
pelecehan seksual atas seorang anak melalui webcam atau
dibuatnya materi yang menampilkan kekerasan seksual
pada anak, atau materi seksual yang diproduksi sendiri oleh
seorang anak.
Kerangka kerja hukum
Dalam Konvensi Lanzarote, tindakan
grooming dianggap sebagai tindakan
kriminal.
Konvensi Lanzarote memuat Pasal
(23) tentang meminta anak-anak atau
mengajukan permintaan bertemu pada seorang anak dengan
tujuan membuat materi pornografi anak. Selain itu, konvensi ini juga
menganggap tindakan tidak wajar pada anak atau tindakan yang
menyebabkan seorang anak menyaksikan kekerasan seksual atau
aktivitas seksual sebagai tindakan kriminal (Pasal 22).
Selain itu, Konvensi Perserikatan Afrika tentang Perlindungan Data
dan Kriminalitas Dunia siber (belum diberlakukan) menganggap
tindakan memfasilitasi atau memberi akses pada materi pornografi
anak sebagai tindakan kriminal. Pasal ini (29)(3)(1)(d) juga menangkap
unsur-unsur dari grooming.
Pelaku tindak kekerasan dan modus
operandi mereka
- Pelaku tindak kekerasan dimotivasi terutama oleh ketertarikan
seksual mereka pada anak-anak atau oleh keuntungan
finansial;
- Pelaku tindak kekerasan beroperasi seorang diri atau sebagai
bagian dari sebuah jaringan;
- Pelaku tindak kekerasan menargetkan korban dengan cara
menilaikerentanan mereka (misal: rasa percaya diri, kontrol
orang tua);
- Kontak dengan seorang anak biasanya diawali secara online,
misalnya: melalui ruang chat, situs game, atau platform media
sosial, namun aktifitas "grooming" tanpa internet juga sering
terjadi.;
- “grooming” biasanya membangun keterlibatan hubungan
emosional dengan seorang anak demi memperoleh
kepercayaan anak tersebut;
- Pelaku tindak kekerasan kadang kala juga “membangun
hubungan dengan” orang lain seperti teman-teman,
keluarga, dan komunitas anak tersebut;
- Perilaku "grooming" termasuk memenuhi kebutuhan
seorang anak melalui pemberian seperti perhatian dan hadiah,
pemaksaan psikologis, manipulasi, mengaku ingin "memberi
pendidikan seksual", dan mengurangi sensitivitas seorang
anak;
- Pelaku kekerasan bisa saja berpura-pura menjadi orang lain
untuk melibatkan anak tersebut dalam hubungan (seksual);
- Pelaku tindak kekerasan perlahan-lahan meningkatkan
hubungan ke aspek seksual dengan anak tersebut;
- Pelaku tindak kekerasan biasanya mengisolir, melakukan
tindakan diam-diam secara rahasia, atau menggunakan
rasa bersalah untuk mempertahankan keterlibatan anak
tersebut dan menjaganya agar tetap tutup mulut.
Dukunglah penguatan kerangka kerja hukum - yang
menganggap tindakan "grooming" melalui internet sebagai
tindakan kriminal;
Dukunglah peningkatan sumber daya untuk penegakan
hukum, misalnya ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
dan peralatan, untuk menangani masalah "grooming" melalui
internet;
Dukunglah dan bekerjasamalah dengan sektor swasta,
misalnya Penyedia Layanan Internet, untuk menerapkan
kebijakan yang akan menyediakan lingkungan internet yang
aman bagi anak-anak;
Edukasikanlah dan tingkatkanlah kepedulian akan
"grooming";
Lakukanlah penelitian dan kumpulkanlah informasi
yang relevan untuk meningkatkan pemahaman tentang
"grooming" melalui internet;
Laporkanlah saat Anda menemui situasi di mana seorang
anak menjadi target "grooming" melalui internet.
Berikanlah dukungan dan perhatian pada korban.
Online “grooming”
DEFINISI
Apa yang bisa Anda lakukan?
Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International.
Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
tayangan langsung tindakan kekerasan
seksual pada anak di saat itu juga
Siaran langsung tindak kekerasan melalui webcam terjadi
ketika seorang anak dipaksa terlibat dalam perilaku seksual
atau menjadi korban kekerasan seksual di depan webcam.
Tindakan ini kemudian disiarkan secara langsung melalui
internet kepada konsumen yang membayar - kepada pelaku
kekerasan - dan menyaksikan serta/atau meminta jenis
kekerasan tertentu untuk dilakukan di depan webcam saat
itu juga
Kerangka kerja hukum
Kekerasan yang disiarkan langsung
melalui webcam tidak secara tersurat
digolongkan sebagai tindakan kriminal
dalam kerangka kerja regional maupun
internasional manapun mengenai
eksploitasi seksual pada anak-anak.
Bagaimanapun juga, Konvensi Lanzarote menggolongkan tindakan
yang menyebabkan dan memaksa anak-anak untuk terlibat dalam
pertunjukan pornografi anak (Pasal 21(1)(a-b) serta terbukti menghadiri
pertunjukan pornografi anak (c) sebagai tindakan kriminal. Selain itu,
konvensi ini menggolongkan tindakan membantu atau bersekongkol
untuk perilaku tersebut sebagai tindakan kriminal (Pasal 24) dan pasal
ini bisa diberlakukan pada mereka yang memfasilitasi atau mendorong
dilakukannya tindak kekerasan tersebut.
Protokol Opsional untuk Konvensi atas Hak Anak-anak dalam
Penjualan Anak (OPSC) Pasal 3(1)(a) menggolongkan tindakan
menawarkan, mengantarkan, atau penerimaan dengan cara apa
pun, seorang anak untuk tujuan eksploitasi seksual sebagai tindakan
kriminal.
Demikian pula Konvensi ILO 182 Pasal 3(b) menggolongkan tindakan
membeli, menyediakan, atau menawarkan seorang anak untuk [...]
pertunjukan pornografi sebagai tindakan kriminal.
Pasal-pasal ini bisa ditafsirkan untuk menemukan ketentuan hukum
yang berhubungan dengan tayangan langsung tindak kekerasan yang
dilakukan baik oleh pelaku kekerasan maupun fasilitatornya.
Secara umum, konvensi regional dan internasional yang berhubungan
dengan pornografi anak tidak bisa diterapkan atas tayangan
langsung materi kekerasan seksual pada anak karena kekerasan
atau pertunjukan tersebut biasanya tidak direkam. Oleh karena itu,
pertunjukan tersebut tidak bisa "diproduksi, dimiliki, atau disebarkan",
sebagaimana yang diharuskan dalam klausul dari kerangka kerja
hukum regional dan internasional yang relevan.
Pelaku tindak kekerasan dan modus
operandi mereka
- Pelaku kekerasan yang menyaksikan tindakan kekerasan
pada anak secara langsung biasanya memperoleh akses
melalui perantara atau fasilitator;
- Fasilitator kadang kala merupakan anggota keluarga atau
anggota komunitas anak tersebut, yang memaksanya tampil
di depan webcam dan berkomunikasi, serta mencari (calon)
konsumen;
- Pelaku kekerasan dan fasilitator atau anak tersebut
menyetujui tanggal dan waktu di mana tindak kekerasan
tersebut akan dilakukan dan pelaku kekerasan akan login
(masuk) . Pertemuan ini diatur melalui chat, e-mail, atau
telepon;
- Selain itu, pihak-pihak yang terlibat akan menyetujui
harga yang akan dibayar oleh pelaku kekerasan, biasanya
melalui layanan pembayaran sah yang umum. Jumlah yang
dibayarkan biasanya kecil agar timbulnya kecurigaan yang
berhubungan dengan transaksi tersebut bisa dicegah;
- berbagai Platform, seperti misalnya Skype atau situs chat yang
didukung webcam digunakan untuk melakukan tayangan
langsung kekerasan tersebut melalui internet. Fasilitas ini
membuat pelaku kekerasan bisa menampilkan kekerasan
tersebut saat itu juga atau menyutradarainya melalui fungsi
chat atau suara;
- Pada komunitas tertentu, bisa saja ada tingkatan toleransi
sosial yang mengizinkan tindak kejahatan ini. Hal ini
berhubungan dengan beberapa faktor seperti misalnya
kemiskinan dan pemahaman yang terbatas akan internet,
pengaruh tindakan tersebut pada anak yang terlibat, atau
bentuk pelanggaran hukum dari tindakan tersebut. Tayangan
langsung kekerasan seksual juga bisa dilihat sebagai cara
yang mudah dan cepat untuk memperoleh penghasilan.
Tingkatkanlah kepedulian atau kepekaan masyarakat luas
mengenai bentuk pelanggaran hukum, pengaruh, dan
risiko yang berhubungan dengan tayangan langsung materi
kekerasan seksual terhadap anak;
Dukunglah penguatan kerangka kerja hukum, yang secara
khusus menganggap tindakan tayangan langsung materi
kekerasan seksual pada anak atau pertunjukan pornografi
anak sebagai tindakan kriminal;
Dukunglah peningkatan sumber daya untuk penegakan
hukum - dalam menangani masalah ini;
Dukunglah dan bekerjasamalah dengan institusi-institusi
finansial untuk menelusuri dan menindaklanjuti transaksi
mencurigakan yang kemungkinan berhubungan dengan
tindak kriminal ini.
Tayangan langsung tindakan kekerasan
seksual pada anak di saat itu juga
DEFINISI
Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International.
Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
Apa yang bisa Anda lakukan?
“Sexting”
“Sexting” mengacu pada proses di mana seseorang dengan
sengaja membagikan pesan seks atau gambar sensualitas
diri mereka sendiri.
Gambar atau video tersebut bisa memuat ketelanjangan
penuh atau sebagian, aktivitas erotis dan/atau seksual, dan
biasanya dibagikan dengan pacar atau teman-teman sebaya.
Kerangka kerja hukum
Sexting tidak dikategorikan sebagai
tindakan kriminal dalam kerangka kerja
regional atau internasional manapun
yang relevan mengenai eksploitasi
seksual pada anak.
Namun, secara umum “sexting” melanggar hukum pornografi anak
karena tindakan ini bisa melibatkan produksi dan distribusi foto
seksual seorang anak.
Menurut Protokol Opsional untuk Konvensi atas Hak Anak-anak
dalam Penjualan Anak (OPSC), pornografi anak adalah “setiap
perwujudan, melalui sarana apapun, seorang anak yang terlibat dalam
situasi nyata atau disimulasi yang secara eksplisit melakukan aktifitas
seksual, atau perwujudan lain dari organ seks anak yang utamanya
untuk tujuan seksual.” Definisi ini bisa meliputi material sexting.
Oleh karena itu, mereka yang merekam dan/atau mengirim pesan
seksual bisa dituduh melakukan distribusi pornografi anak. Selain itu,
mereka yang menerima materi tersebut bisa dituduh memiliki atau
mengakses materi pornografi anak.
Ketika sebagian besar jaksa penuntut dan penegak hukum tidak
akan menuntut anak-anak karena terlibat dalam "sexting", di
yurisdiksi tertentu, anak-anak bisa dituntut karena melakukan tindak
pelanggaran pornografi anak.
Mengapa dan bagaimana anak-anak
terlibat dalam “sexting”?
- Anak-anak tersebut biasanya merekam dan membagikan
gambar, atas inisiatif mereka sendiri atau atas permintaan
orang lain;
- Gambar/video bisa direkam menggunakan berbagai
perangkat. Sering kali ponsel digunakan untuk membuat
konten yang dibagikan online melalui SMS, chat, atau
platform media sosial;
- Konten dibagikan dengan pacar, teman-teman sebaya, atau
dengan siapa mereka berkomunikasi di internet;
- Anak-anak melakukan “sexting” dengan berbagai motivasi,
termasuk gratifikasi dari hubungan seksual, bereksperimen,
mencari pujian atau perhatian, dan mengokohkan komitmen
mereka pada seseorang. Motivasi mereka juga bisa
berhubungan dengan tekanan dari teman sebaya;
- “Sexting” adalah tindakan yang rumit karena anak-anak
sering kali tidak memahami konsekuensi yang mungkin
ditimbulkan oleh perilaku mereka dan tidak melakukan
upaya untuk menyembunyikan identitas;
- “Sexting” menjadi jauh lebih rumit saat konten yang dibuat
melibatkan elemen-elemen kriminal atau kekerasan,
misalnya keterlibatan orang dewasa;
- “Sexting” membuat anak-anak rentan menjadi korban
pemerasan seksual dan bully di dunia maya (cyber
bullying) dan kadang kala foto mereka disalin ke atau
digunakan dalam koleksi materi yang menampilkan kekerasan
seksual pada anak.
* Mohon lihat lembar Fakta - Pemerasan seksual
Edukasikanlah dan tingkatkanlah kepedulian di antara anak-
anak, orang tua, dan pengasuh atas risiko dan konsekuensi
yang bisa ditimbulkan oleh “sexting”;
Laporkanlah saat Anda menemukan materi "sexting" atau
kekerasan seksual pada anak di internet;
Dukunglah dan bekerjasamalah dengan Penyedia Layanan
Internet untuk membatasi sirkulasi "sexting" atau konten
kekerasan seksual pada anak di internet dan dukunglah
operator mobile untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan
yang memadai dan bekerja sama dengan pihak berwenang
saat dibutuhkan (misal: membagikan data pengguna saat
diminta).
Ketika sebuah
konten sudah
dibagikan melalui
internet, bisa
dikatakan bahwa
penyebarannya
hampir tidak
mungkin untuk
dikontrol.
“Sexting”
DEFINISI
Apa yang bisa Anda lakukan?
Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International.
Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
Pemerasan Seksual “sextortion”
Pemerasan Seksual adalah proses di mana seseorang
dipaksa memrberikan layanan seksual, uang dan barang-
barang, atau memproduksi material seksual.
Pemerasan seksual dicirikan adanya (dipersepsikan adanya)
ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku kekerasan
dan korban sehingga pelaku kekerasan bisa memaksa atau
menekan korban untuk menyetujui permintaan seksual atau
uang.
Kerangka kerja hukum
Dalam instrumen hukum regional atau
internasional manapun yang relevan
mengenai eksploitasi seksual pada anak,
pemerasan seksual tidak secara tersurat
digolongkan sebagai tindakan kriminal.
Bagaimanapun juga, Konvensi Lanzarote menganggap tindakan
yang menyebabkan dan memaksa anak-anak untuk terlibat dalam
pertunjukan pornografi anak (Pasal 21(1)(a-b)). Hal yang sama juga
berlaku atas tindakan untuk meminta anak-anak membuat pornografi
anak (Pasal 23). Tindakan berupa keterlibatan dalam aktivitas seksual
dengan seorang anak dianggap sebagai tindakan kriminal saat
tindakan tersebut melibatkan paksaan, tekanan, atau ancaman;
ketika pelaku menyalahgunakan posisi kepercayaan, memiliki kuasa,
atau pengaruh atas anak tersebut; atau situasi yang secara khusus
membuat anak tersebut rentan.
Pasal ini bisa ditafsirkan untuk menangkap elemen-elemen pemerasan
seksual.
Selain itu, konvensi yang benar-benar menggolongkan produksi,
pembelian, distribusi, atau penawaran pornografi anak sebagai
tindakan kriminal, misalnya: Konvensi Budapest, Konvensi Lanzarote,
Protokol Opsional atas Penjualan Anak, Konvensi Perserikatan Afrika
tentang Kiriminalitas Dunia Siber, memuat kausul yang mencakup
pemerasan seksual.
Pelaku kekerasan dan karakteristik
pemerasan seksual
- Daripada mengandalkan kekerasan fisik atau tekanan untuk
memaksa seorang anak memberikan layanan seksual atau
uang atau barang, pelaku kekerasan sering kali mengandalkan
posisi mereka yang lebih berkuasa atau tidakseimbangan
kekuasaan, yang terasa jelas;
- Paksaan psikologis biasanya dinyatakan dengan ancaman
untuk tidak memberikan keuntungan tertentu atau
ancaman akan konsekuensi yang tidak diinginkan jika
permintaan tidak dipenuhi;
- Komponen seksual bisa termasuk permintaan pelaku
kekerasan dalam bentuk apa pun dari aktivitas seksual
yang tidak diinginkan, misalnya mengekspos bagian-bagian
pribadi tubuh, berpose untuk foto seksual, atau mengijinkan
terjadinya kekerasan fisik;
- Komponen seksual juga bisa dicerminkan dalam cara-cara
yang digunakan untuk memperoleh barang, layanan, atau
uang. Misalnya: pelaku kekerasan memperoleh akses pada
konten seksual yang diproduksi sendiri* oleh korban dan
menggunakan materi seksual tersebut sebagai alasan untuk
memeras korban;
- Pemerasan seksual bisa melibatkan (ancaman untuk)
menyebarluaskan foto-foto tidak senonoh yang korban
produksi sendiri, baik melalui internet atau kepada teman-
teman sebayanya. Ini bisa menyebabkan konsekuensi-
konsekuensi negatif lain misalnya bully di dunia maya
(cyber bullying) yang selanjutnya bisa mengorbankan atau
membahayakan anak yang menjadi korban.
* Mohon lihat lembar fakta – “Sexting”
Dukunglah penguatan kerangka kerja hukum, yang secara
spesifik menggolongkan pemerasan seksual sebagai
tindakan kriminal;
Dukunglah peningkatan sumber daya untuk penegakan
hukum - dalammenangani masalah pemerasan seksual;
Dukunglah dan bekerjasamalah dengan Penyedia Layanan
Internet untuk membatasi peredaran konten kekerasan
seksual pada anak di internet - untuk membatasi kesempatan
pelaku tindak kekerasan melakukan kekerasan seksual;
Edukasikanlah dan tingkatkanlah kepedulian di antara anak-
anak, orang tua, dan pengasuh atas risiko dan konsekuensi
yang bisa ditimbulkan oleh sexting;
Laporkanlah materi “sexting” atau kekerasan seksual pada
anak yang Anda temukan di internet.
Pemerasan Seksual
“sextortion”
DEFINISI
Apa yang bisa Anda lakukan?
Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International.
Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
- Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi –
Apa itu Laman Splash (Splash pages)?
Serta manfaatnya dalam mencegah pelaku kekerasan seksual pada anak di internet.
Laman splash digunakan untuk
menarik pengguna, mengindikasikan
pesan, atau mengarahkan ulang
pengguna ke laman web lain.
Laman splash digunakan oleh lembaga
swadaya masyarakat, industri, dan
badan penegakan hukum
Ketika laman splash digunakan untuk
menghentikan akses pengguna pada
konten tetentu, mereka disebut "laman
penghenti"
Laman splash juga bisa memuat peringatan tegas atau pesan
yang menjelaskan bahwa tindakan pengguna atau konten
yang dicari adalah ilegal. Bagi pengguna yang tidak menyetujui
pemblokiran konten tertentu, kadang kala disediakan informasi
mengenai cara mengarahkan komplain atas dihalanginya akses
tersebut. Terakhir, sejumlah laman splash memuat informasi
dan/atau tautan pada saluran siaga/hotline yang disiapkan
untuk melaporkan konten kekerasan pada anak di internet.
Dengan menyediakan informasi semacam itu, laman splash
bisa membantu membangun pengetahuan bahwa material yang
menampilkan kekerasan pada anak serta perilaku terkaitnya
adalah melanggar hukum. Laman splash juga bisa membantu
menanamkan rasa takut terhadap kemungkinan pengguna
dapat ditahan pihak berwenang dan mengarahkan pengguna
kembali pada sumber bantuan. Laman splash membantu
membuat lingkungan internet yang lebih aman dengan mendidik
pengguna mengenai mekanisme pelaporan dan mencegah
eksposure yang tidak diinginkan pada konten semacam itu.
Pada akhirnya, laman splash mencegah pengguna mengakses
CSAM.
Laman splash digunakan oleh sejumlah perusahaan - terutama
Microsoft dan Google - dalam fasilitas pencarian mereka
sebagai bagian dari skema pencegahan yang ditujukan untuk
mencegah pengguna mengakses materi di internet yang
menampilkan kekerasan seksual pada anak, baik sengaja
maupun tidak sengaja. Setiap kali ada seseorang yang berusaha
mengakses laman yang dikenal memuat materi semacam itu,
akses pengguna akan ditolak. Ketika laman splash digunakan,
pengguna kemudian akan diarahkan ke pesan pencegahan.
Laman splash bisa membuat berbagai informasi. Versi paling
sederhana dari sebuah laman splash memuat pesan yang
mengidikasikan bahwa akses pada situs yang ditujukan ditolak.
Ini disebut pesan eror atau pesan 404. Laman splash bisa
memuat informasi tambahan, misalnya alasan mengapa akses
diblokir (dengan atau tanpa informasi mengenai dasar hukum
yang sesuai). Informasi ini bisa disertai dengan referensi pada
sumber bantuan atau saran jika pengguna mengkhawatirkan
ketertarikan seksual mereka pada anak-anak.
menyaring dan memblokir
* Untuk informasi lebih lengkap lihat lembar fakta : Apa itu Penyaringan & Pemblokiran?
Menolak akses pada materi yang menampilkan kekerasan pada anak
Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi
disediakan oleh UNICEF.
FAKTA
Bagaimana cara kerjanya?
Laman splash atau splash pages adalah laman atau gambar
yang ditampilkan menutupi keseluruhan layar atau sebagian dari
layar saat laman web yang dicari oleh pengguna sedang dimuat.
Laman splash bisa digunakan untuk berbagai kepentingan
karena ini adalah cara untuk memasukkan pesan ke dalam
sebuah laman web. Pengiklan biasanya menggunakan laman
ini untuk menarik perhatian pengguna. Laman ini juga bisa
digunakan untuk memberi tahu Anda, misalnya, bahwa alamat
web yang Anda ketikkan salah atau bahwa situs tertentu sudah
tidak ada lagi
Laman splash juga digunakan untuk mencegah pengguna
mengakses konten tertentu. Misalnya, laman splash bisa
ditampilkan saat seseorang sedang berusaha mengakses
material yang dikenal menampilkan kekerasan pada anak
(Child sexual abuse material - CSAM) dan akan menghalangi
akses pada konten yang diinginkan sebagai langkah terakhir
dalam skema pencegahan yang melibatkan penyaringan dan
pemblokiran.
Apa itu Alamat IP?
Serta bagaimana Alamat IP digunakan untuk mengidentifikasi pelaku
kekerasan seksual pada anak melalui internet
Bagaimana cara kerjanya?
Alamat IP adalah pengidentifikasi atau ciri khas sebuah
perangkat, yang membuat perangkat bisa diidentifikasi,
dicari lokasinya, dan dibedakan dengan perangkat lain yang
terhubung ke internet. Setiap perangkat memiliki alamat IP-
nya sendiri baik itu komputer, TV, konsol game, maupun
perangkat lain.
Alamat IP membuat perangkat bisa berkomunikasi satu
dengan yang lain. Sama seperti seseorang membutuhkan
alamat surat agar bisa mengirim surat, komputer yang
terpisah membutuhkan alamat IP sebuah perangkat agar
bisa berkomunikasi dengan perangkat tersebut. Demikianlah
alamat IP membuat para pengguna bisa mengirim dan
mendapatkan kembali data serta memastikan bahwa
komunikasi dan data tersebut mencapai tujuan yang benar.
Alamat IP mengungkapkan informasi seperti misalnya di
mana perangkat tersebut berada dan siapa Penyedia Layanan
Internet yang melayaninya. Protokol ini universal dan memiliki
cara kerja yang sama untuk setiap perangkat atau lokasi
Format Alamat IP
Sebuah Alamat IP terdiri dari satu seri angka dan titik.
Jumlah alamat IP yang tersedia mulai berkembang
seperti versi terbaru dari protokol IP - IP versi 6 atau IPv6
- mulai lebih banyak digunakan.
Ketika pelaku kekerasan pada anak terhubung ke internet,
mereka menggunakan perangkat yang memiliki Alamat IP.
Alamat IP ini meninggalkan jejak aktivitas internet. Ini bisa
memberi pihak berwenang peluang untuk menelusuri perangkat
dan biasanya akan membuat mereka bisamenemukan kapan
dan di mana perangkat digunakan. Ini artinya mereka yang
menggunakan perangkat untuk melakukan tindak kejahatan
bisa diidentifikasi.
Pihak berwenang juga bisa bekerja sama dengan Penyedia
Layanan Internet untuk mengakses (sementara) kedalam
Alamat IP dan aktivitas yang terjadi pada server mereka untuk
mengidentifikasi pengguna.
Sayangnya, pelaku tindak kejahatan bisa menggunakan
berbagai cara untuk menyembunyikan Alamat IP mereka.
Salah satunya adalah dengan menggunakan "server proksi".
Bukannya langsung mengakses situs, permintaan pengguna
akan diarahkan ulang melalui server proxy yang tidak merekam
alamat IP dari perangkat yang mengajukan permintaan
tersebut. Kemampuan ini menawarkan anonimitas. Contoh lain
adalah digunakannya teknik yang disebut "IP-tipuan" untuk
menyembunyikan Alamat IP sesungguhnya dan menyediakan
alamat IP lain yang bebeda untuk memfasilitasi tindakan ilegal.
Selain itu juga ada alat dan layanan internet lain yang bisa
membuat alamat IP seseorang menjadi sangat sulit ditemukan
dan dibutuhkan banyak waktu untuk mencarinya.
Penggunaan Alamat IP untuk kepentingan identifikasi
- Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi –
Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi
disediakan oleh UNICEF.
FAKTA
IP adalah singkatan dari Internet
Protocol.
IP adalah bahasa teknis yang
membuat dua perangkat bisa
berkomunikasi satu dengan
yang lain di internet
Alamat IP bisa "statis"
[tidak pernah berubah]
atau "dinamis" [sementara].

More Related Content

Viewers also liked

Buku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesia
Buku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesiaBuku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesia
Buku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesiaECPAT Indonesia
 
The Factors That Can Lead To Pedophilia
The Factors That Can Lead To PedophiliaThe Factors That Can Lead To Pedophilia
The Factors That Can Lead To PedophiliaJessicaRangel
 
ID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anak
ID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anakID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anak
ID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anakIGF Indonesia
 
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang MudaPanduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang MudaECPAT Indonesia
 
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang MudaKerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang MudaECPAT Indonesia
 
Internet Sehat dan Literasi Digital
Internet Sehat dan Literasi DigitalInternet Sehat dan Literasi Digital
Internet Sehat dan Literasi DigitalICT Watch
 
Presentacion pedofilia
Presentacion pedofiliaPresentacion pedofilia
Presentacion pedofiliasisbeck28
 
Pedopile powerpoint
Pedopile powerpointPedopile powerpoint
Pedopile powerpointxoshayvsyou
 
Virtual reality Presentation
Virtual reality PresentationVirtual reality Presentation
Virtual reality PresentationAnand Akshay
 
Virtual Reality-Seminar presentation
Virtual Reality-Seminar  presentationVirtual Reality-Seminar  presentation
Virtual Reality-Seminar presentationShreyansh Vijay Singh
 

Viewers also liked (11)

Buku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesia
Buku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesiaBuku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesia
Buku laporan pptppo 2015 trafficking report indonesia
 
The Factors That Can Lead To Pedophilia
The Factors That Can Lead To PedophiliaThe Factors That Can Lead To Pedophilia
The Factors That Can Lead To Pedophilia
 
ID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anak
ID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anakID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anak
ID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Trends internet dalam eksploitasi seksual anak
 
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang MudaPanduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
 
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang MudaKerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
 
Internet Sehat dan Literasi Digital
Internet Sehat dan Literasi DigitalInternet Sehat dan Literasi Digital
Internet Sehat dan Literasi Digital
 
Presentacion pedofilia
Presentacion pedofiliaPresentacion pedofilia
Presentacion pedofilia
 
Literasi Digital - Internet Sehat
Literasi Digital - Internet SehatLiterasi Digital - Internet Sehat
Literasi Digital - Internet Sehat
 
Pedopile powerpoint
Pedopile powerpointPedopile powerpoint
Pedopile powerpoint
 
Virtual reality Presentation
Virtual reality PresentationVirtual reality Presentation
Virtual reality Presentation
 
Virtual Reality-Seminar presentation
Virtual Reality-Seminar  presentationVirtual Reality-Seminar  presentation
Virtual Reality-Seminar presentation
 

More from ECPAT Indonesia

Fact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKFact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKECPAT Indonesia
 
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfLaporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfECPAT Indonesia
 
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakLaporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakECPAT Indonesia
 
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfCATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfECPAT Indonesia
 
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfSESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfECPAT Indonesia
 
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfSESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfECPAT Indonesia
 
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfSESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfECPAT Indonesia
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfECPAT Indonesia
 
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfSESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfECPAT Indonesia
 
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfModul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfECPAT Indonesia
 
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfProsiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfECPAT Indonesia
 
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfAdvokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfECPAT Indonesia
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfECPAT Indonesia
 
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial ECPAT Indonesia
 
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakWaspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakECPAT Indonesia
 
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?ECPAT Indonesia
 
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfTemuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfECPAT Indonesia
 
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEC20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEECPAT Indonesia
 

More from ECPAT Indonesia (20)

Fact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKFact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJK
 
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfLaporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
 
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakLaporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
 
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfCATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
 
Foto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptxFoto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptx
 
Foto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptxFoto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptx
 
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfSESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
 
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfSESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
 
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfSESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
 
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfSESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
 
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfModul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
 
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfProsiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
 
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfAdvokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
 
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
 
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakWaspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
 
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
 
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfTemuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
 
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEC20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
 

Recently uploaded

Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxPENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxRyanWinter25
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024ssuser8905b3
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptRyanWinter25
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (14)

Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptxPENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
PENERAPAN IURAN DALAM PROGRAM PAMSIMAS 2023.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 

Fakta Dunia Online yang Perlu Diketahui untuk Mencegah Kejahatan Seksual Anak

  • 1. Apa itu Komputasi Awan atau cloud computing? Serta apa pengaruhnya pada kekerasan dan eksploitasi seksual pada anak Pelaku kekerasan juga menggunakan layanan awan seperti “loker siber” atau penyimpanan data online dengan mengunggah materi yang menampilkan kekerasan pada anak (CSAM) ke loker "mereka". Loker ini dilindungi dengan sandi dan kontennya hanya bisa diambil dengan cara masuk ke akun pribadi tersebut di internet. Pelaku kekerasan bisa membagikan akses pada konten tersebut dengan menyediakan sandi atau nama pengguna baik secara gratis maupun menukarnya dengan CSAM atau uang. Perusahaan yang menyediakan layanan tersebut biasanya tidak tahu apa yang disimpan di dalam locker tersebut. Ruang penyimpanan awan ini bisa digunakan oleh misalnya pelaku kekerasan seksual pada anak yang sedang bepergian dan membuat gambar kekerasan pada anak di luar negeri untuk mengurangi risiko terdeteksinya tindakan tersebut oleh pihak berwenang. Bukannya mengirim material tersebut melalui pos atau membawanya pulang, pelaku tindak kejahatan mengunggahnya ke awan dan mengaksesnya saat ia pulang. Berkembangnya komputasi awan menghadirkan tantangan khusus untuk penegakan hukum. Hal ini sebagian disebabkan oleh banyaknya jumlah file yang bergerak melintasi internet dan sebagian karena sangat banyak dari data ini sekarang dienkripsi*. Selainitujugaadamasalahjurisdiksi;penyediayangmenawarkan layanan awan menjadi inang bagi infrastruktur fisik di seluruh dunia, memenuhi kebutuhan klien dari manapun mereka berasal. Ini memberikan kesulitan dalam menentukan pada jurisdiksi mana penegak hukum, penyedia layanan online, dan pihak-pihak lain yang bertanggung jawab harus menindaklanjuti, menginvestigasi, dan mengajukan tuntutan. * Lihat lembar Fakta: Apa itu Enkripsi? Cara pelaku tindak kekerasan menggunakan layanan awan Bagaimana cara kerjanya? Bisanya, ketika orang-orang membuat sesuatu menggunakan komputer atau ingin menyimpan file-file seperti koleksi musik atau foto mereka, mereka harus meletakkannya pada sebuah perangkat keras atau media lain seperti CD atau USB. Ketika ruang penyimpanan habis, Anda harus membeli atau mencari perangkat keras tambahan untuk menyimpan data. Demikian juga, jika ingin menjalankan sebuah program, perangkat lunak harus diunduh dan dipasang pada perangkat Anda. Jika tidak ada ruang pada perangkat tersebut, Anda tidak bisa menggunakan program. Hadirnya internet telah merevolusi kondisi tersebut. Internet memungkinkan dikembangkannya komputasi awan, seringkali dikenal sebagai "awan/cloud". Ini artinya sekarang kita bisa menggunakan sever jarak jauh untuk menyimpan file atau data dan program seberapapun banyaknya itu. Layanan pun bisa dijalankan pada server tersebut. Karena internet bersifat global dan tidak pernah mati, kita sekarang hidup dalam dunia komputasi mobile di mana segala sesuatu yang kita lakukan bisa dicadangkan atau disimpan di awan setiap saat. Perusahaan yang menawarkan layanan awan menjadi inang bagi infrastruktur serta aplikasi yang dibutuhkan dan memastikan pemeliharaan dan keamanannya. Pengguna bisa mengakses layanan tersebut melalui internet hanya dengan sebuah perangkat, koneksi internet, dan akun layanan. Ini membebaskan pengguna dari keharusan untuk membeli, memasang, atau mengelola perangkat keras dan perangkat lunak pada komputer pribadi mereka. Layanan awan bisa langsung digunakan oleh pengguna (sesuai kebutuhan) dan disediakan secara gratis atau berbayar. Dibandingkan sebelumnya, saat ini ada jauh lebih banyak layanan dan data pribadi yang dipindahkan ke awan, misalnya e-mail (misal: g-mail), foto (misal: Instagram), aplikasi ponsel, film sesuai permintaan (misal: Netflix), layanan perbankan, dan kapasitas penyimpanan/server. - Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi – Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF. FAKTA
  • 2. Bagaimana cara kerjanya? Enkripsi adalah cara untuk menyamarkan atau menyembunyikan pesan menggunakan serangkaian langkah yang diprogram dengan komputer [:perangkat lunak enkripsi] sehingga saat pesan jatuh ke "tangan yang salah", mereka yang melihat atau membacanya tidak akan bisa memahami maksud dari pesan tersebut. Misalnya, enkripsi mengubah pesan "Saya akan menemuimu hari Senin" menjadi pesan berkode seperti “p98hUls#yeb!” Pesan yang tidak dapat dipahami ini - teks cipher - kemudian dikirim melalui internet pada penerima. Orang yang menerima pesan tersebut harus memiliki "kunci untuk membaca kode" yang tidak diketahui orang lain. dan diberikan kepadanya oleh pelaku agar bisa membuka atau memulihkan pesan asli tersebut yang ia terima dari pengirim. Proses ini disebut dekripsi. Tanpa kunci tersebut, pesan tidak bisa dibaca dan gambar tidak dapat ditampilkan. Proses enkripsi/dekripsi berjalan sebagai berikut*: Enkripsi dilakukan atas data yang dikirim dari perangkat melintasi berbagai jaringan. Enkripsi menyembunyikan data yang disimpan atau dikirim. * Perhatikan bahwa ini hanyalah salah satu contoh dan sesungguhnya ada berbagai macam cara untuk melakukan enkripsi dan dekripsi data Pelaku kekerasan seksual pada anak berkomunikasi satu dengan yang lain secara online menggunakan berbagai alat untuk menyembunyikan identitas dan perilaku mereka dari pihak berwenang. Misalnya, pelaku kekerasan mengenkripsi materi yang menampilkan kekerasan pada anak sehingga mereka yang tidak berkepentingan tidak akan mengenali isinya sebagai tindak kekerasan tersebut. Atau, mereka bisa saja mengenkripsi komputer atau cakram untuk mencegah pihak berwenang mengakses atau mengenali bukti yang memberatkan saat melakukan penggeledahan. Selain itu, enkripsi membantu pelaku tindak kejahatan memverifikasi identitas orang yang berkomunikasi secara online dengan mereka. Sejumlah program enkripsi yang lemah bisa dipecahkan oleh komputer yang canggih, namun, untuk kepentingan praktis, biasanya banyak di antara program enkripsi kuat yang tersedia secara luas tidak bisa dipecahkan tanpa kunci pembaca kode. Enkripsi membuat investigasi penegakan hukum menjadi semakin rumit. Enkripsi digunakan oleh pelaku kekerasan seksual pada anak - Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi – Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF. Apakah Enkripsi itu? Serta bagaimana enkripsi digunakan oleh pelaku kekerasan seksual pada anak FAKTA Enkripsi digunakan untuk mengamankan: Data (misal: file, foto, komputer), transaksi melalui internet (misal: perbankan), sandi, jaringan, dan e-mail. Enkripsi Dekripsi PenerimaPengirim Data Saya akan menemuimu hari Senin "p98hUls# Ya! Kunci pembongkar kode Buka kunci menggunakan kunci pembongkar kode Saya akan menemuimu hari Senin Teks Cipher Teks Cipher
  • 3. Bagaimana cara kerjanya? Banyak Penyedia Layanan Internet dan penyedia layanan online lainnya ingin mencegah para pengguna mereka mengakses alamat web yang dikenal memiliki gambar-gambar kekerasan seksual pada anak. Selain itu, mereka juga ingin mencegah para pengguna mereka mengunggah, saling bertukar, atau menyimpan gambar atau video yang menampilkan kekerasan seksual pada anak. Untuk itu, mereka menggunakan teknologi penyaringan dan pemblokiran. Alamat web yang dikenal memuat materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak dicantumkan dalam daftar yang dikirimkan langsung pada perusahaan-perusahaan yang bersedia memasukkan daftar ini dalam kebijakan keamanan untuk layanan mereka. Upaya apa pun untuk mencapai alamat dalam daftar tersebut akan disaring atau diblokir. Daftar tersebut disusun oleh badan-badan seperti saluran siaga (hotline) dan lembaga kepolisian (misalnya INTERPOL). Di negara-negara tertentu, ISP secara hukum diharuskan untuk memblokir materi yang menampilkan kekerasan pada anak. Ketika gambar individual sudah dikenal oleh polisi, teknologi pemberian hash semacam PhotoDNA* bisa digunakan untuk membuat hash* atau sidik jari digital sebuah gambar. Hash ini kemudian diletakkan di sebuah pangkalan data (data base) dan nantinya sistem bisa mengidentifikasi salinan apa pun dari gambar tersebut yang mungkin berusaha diunggah, diunduh, ditukar, atau disimpan pada layanan mereka Perhatian Penyaring (filter) tidak selalu bisa membedakan kecocokan yang mengacu pada konten ilegal dengan yang bukan. Ini menimbulkan risiko konten salah diblokir (pemblokiran berlebihan) * Lihat lembar fakta - Apa itu hash? Apa itu PhotoDNA? Semua tujuan dan maksud di balik teknologi penyaringan dan pemblokiran adalah untuk mengurangi atau membatasi ketersediaan materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak di internet. Teknologi ini meningkatkan keamanan internet dengan cara mencegah eksposure yang tidak diinginkan pada jenis konten ilegal ini. Selain itu, teknologi ini menghalangi pelaku kekerasan yang berusaha mengakses dan membagikan materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak. Pemfilteran dan pemblokiran juga memberikan manfaat penting bagi para korban yang ditampilkan pada gambar. Dengan membuat gambar tersebut tidak bisa diakses, mekanisme pemfilteran dan pemblokiran melindungi privasi korban dan martabat manusia, serta mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya lebih lanjut atas anak tersebut. Menyaring dan memblokir materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak mengunggah, saling bertukar, atau menyimpan gambar atau video yang menampilkan kekerasan seksual pada anak. Untuk itu, mereka menggunakan teknologi penyaringan dan pemblokiran. Alamat web yang dikenal memuat materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak dicantumkan dalam daftar yang dikirimkan langsung pada perusahaan-perusahaan yang bersedia memasukkan daftar ini dalam kebijakan keamanan untuk layanan mereka. Upaya apa pun untuk mencapai alamat dalam daftar tersebut menggunakan teknologi penyaringan dan pemblokiran. Alamat web yang dikenal memuat materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak dicantumkan dalam daftar yang dikirimkan langsung pada perusahaan-perusahaan yang bersedia memasukkan daftar ini dalam kebijakan keamanan untuk layanan mereka. Upaya apa pun untuk mencapai alamat dalam daftar tersebut akan disaring atau diblokir. Daftar tersebut disusun oleh badan-badan seperti saluran siaga (hotline) dan lembaga kepolisian (misalnya INTERPOL). Di negara-negara tertentu, ISP secara hukum diharuskan untuk memblokir materi yang menampilkan kekerasan pada anak. Ketika gambar individual sudah dikenal oleh polisi, teknologi pemberian hash semacam PhotoDNA* bisa digunakan untuk membuat hash* atau sidik jari digital sebuah gambar. Hash ini kemudian diletakkan di sebuah pangkalan data (data base) dan nantinya sistem bisa mengidentifikasi salinan apa pun dari gambar tersebut yang mungkin berusaha diunggah, diunduh, ditukar, atau disimpan pada layanan mereka Tujuan dari melakukan penyaringan dan pemblokiran adalah untuk membatasi ketersediaan konten tertentu di internet. Penyaringan dan pemblokiran hanya berfungsi pada materi di wilayah internet yang terindeks oleh mesin pencari Penyaringan dan pemblokiran bisa dilakukan berdasarkan: kata kunci (misal: istilah pencarian); URL yang dilarang (misal: situs); dan hash. FAKTA Pengguna Penyedia Layanan Internet Server yang menjadi inang bagi konten yang diminta Apakah Penyaringan dan Pemblokiran itu? Serta bagaimana hal ini digunakan pada materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak - Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi – Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF. Permintaan pengguna Sajikan konten filter Sajikan konten Daftar/database konten yang dilarang Permintaan pengguna
  • 4. Bagaimana cara kerjanya? PhotoDNA diawali dengan gambar yang telah diidentifikasi sebagai materi yang menampilkan kekerasan pada anak oleh sumber-sumber terpercaya, misalnya Pusat Nasional untuk Anak-anak yang Hilang dan Tereksploitasi (NCMEC) serta Penegakan Hukum. PhotoDNA mengubah (atau melakukan ‘hash’) format gambar menjadi hitam putih dengan ukuran seragam. Teknologi ini lalu membagi gambar menjadi sejumlah persegi dan memberikan nilai numerik yang mewakili arsiran unik untuk setiap persegi. Saat disatukan, nilai numerik ini menyusun hash untuk gambar tersebut. Nilai hash dari gambar yang sudah dikenal bisa dibandingkan dengan gambar lain untuk mengidentifikasi salinan. Proses ini disebut proses pencocokan dan bisa digunakan untuk: 1) mengidentifikasi dan menandai konten yang berbahaya di internet dan 2) menyaring materi yang sudah dikenal dari sekumpulan gambar. Hash mewakili pengidentifikasi digital unik atau ciri khas setiap gambar. Sekalipun gambar sudah diubah - misal: saat gambar diubah ukurannya atau saat warna diubah - kode hash untuk gambar itu tetap sama. Catatan Teknologi ini tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi orang atau objek dalam sebuah gambar, juga tidak untuk membalikkan rekayasa dan menyusun ulang gambar. * Informasi diperoleh dari Microsoft PENEGAKAN HUKUM “Project Vic” adalah inisiatif berbagi-hash untuk gambar (dan video). Proyek ini digunakan oleh penegak hukum dan didukung oleh Pusat Internasional untuk Anak-anak yang Hilang dan Tereksploitasi (the International Center for Missing and Exploited Children - ICMEC). Menggunakan database berisikan jutaan hash digital dari materi yang dikenal menampilkan kekerasan seksual pada anak, “Project Vic” membantu penegak hukum membedakan gambar-gambar yang sudah dikenal di antara materi kekerasan seksual pada anak yang belum dikenal. Proyek Ini memastikan salinan gambar yang sudah dikenal tidak lagi perlu diperiksa serta membuat para detektif bisa memfokuskan pada gambar-gambar yang baru dan kemungkinan melibatkan anak-anak yang masih harus diidentifikasi. Demikianlah, “Project Vic” membantu mempermudah cara kerja investigasi. Hal ini sangatlah penting mengingat meningkatnya jumlah data yang diperoleh dari pelaku tindak kekerasan. PENYEDIA LAYANAN INTERNET Seperangkat hash ini juga dibagikan dengan Penyedia Layanan Internet dan Situs Jejaring Sosial. Teknologi hash membantu mereka mendeteksi materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak dan dibagikan pada situs mereka. Teknologi Ini memfasilitasi proses identifikasi, penghapusan atau pemblokiran, dan pelaporan materi semacam itu. Penerapan PhotoDNA pada Materi yang Menampilkan Kekerasan Seksual Pada Anak Setiap gambar memiliki "sidik jari" unik. Dengan matematika yang cerdas - menggunakan teknologi PhotoDNA - masing- masing "sidik jari" ini bisa dinyatakan sebagai kode numerik unik yang sering kali disebut sebagai "hash". PhotoDNA adalah teknologi yang pertama- tama dikembangkan oleh Microsoft. Google sedang mengembangkan alat yang cara kerjanya hampir sama untuk video, "Friends MTS" telah membuat perangkat lunak semacam itu. PhotoDNA digunakan untuk mengidentifikasi salinan dari gambar yang sudah dikenal tanpa perlu meminta bantuan manusia untuk memeriksa kembali gambar itu. Teknologi ini digunakan oleh Penegak Hukum dan organisasi/perusahaan seperti Google, Twitter, dan Facebook. Apa itu Hash? Apa itu PhotoDNA? Serta penggunaannya pada materi yang menampilkan kekerasan pada anak - Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi – Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF. FAKTA
  • 5. Materi yang Menampilkan Kekerasan Seksual Pada Anak Materi yang Menampilkan Kekerasan Seksual Pada Anak (Child Sexual Abuse Material / CSAM), juga disebut pornografi anak, setiap perwujudan, melalui sarana apapun, seorang anak yang terlibat dalam situasi nyata atau disimulasi yang secara eksplisit melakukan aktifitas seksual, atau perwujudan lain dari organ seks anak yang utamanya untuk tujuan seksual. [Definisi sebagaimana yang digunakan dalam Protokol Opsional untuk Konvensi Hak Anak-anak dalam Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak (CRC OPSC)]. CSAMmenggambarkananak-anakdarisemuakelompokusia, baik laki-laki maupun perempuan, dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda atas kekerasan yang ditampilkan, mulai dari anak-anak yang berpose hingga kekerasan yang berat. Materi Kekerasan Seksual Pada Anak secara virtual atau pornografi anak virtual mengacu pada materi Materi Kekerasan Seksual Pada Anak secara virtual atau pornografi anak virtualmengacu pada materi yang tidak menampilkan seorang anak secara nyata melainkan materi yang secara grafis menggambarkan anak-anak menerima perlakuan seksual atau kekerasan seksual. Materi termasukti: kartun, gambar hasil komputer, gambar metamorfosis, dan kolase. Sekalipun tidak melibatkan anak dalam bahaya secara nyata, pornografi anak virtual tetaplah berbahaya karena (i) materi ini bisa saja digunakan untuk “membujuk rayu” anak-anak dengan tujuan mengekspoitasi mereka; (ii) materi ini melestarikan pasar untuk gambar-gambar yang menampilkan kekerasan pada anak, dan (iii) materi ini memungkinkan budaya toleransi atas perlakuan seksual pada anak dan menumbuhkan permintaan. Kerangka Kerja Hukum Tindakan ilegal: - Memperoleh akses atau membeli; - Kepemilikan untuk penggunaan pribadi (misal: tidak untuk didistribusikan, dsb.) juga dikenal sebagai ‘kepemilikan sederhana’; - Membagikan atau mendistribusikan; - Menjual; - Memproduksi CSAM. CSAM (sebagian) dianggap sebagai tindakan kriminal menurut kerangka kerja hukum berikut ini: CRC-OPSC: tidak termasuk mengakses CSAM, kepemilikan sederhana, dan CSAM secara virtual Konvensi Budapest: menyeluruh, CSAM virtual juga dianggap sebagai tindakan kriminal Konvensi Lanzarote: menyeluruh, CSAM virtual juga dianggap sebagai tindakan kriminal Konvensi ILO 182: hanya meliputi produksi CSAM Konvensi perserikatan Afrika tentang Kriminalitas Dunia siber : menyeluruh, CSAM virtual juga dianggap sebagai tindakan kriminal [belum ditegakkan] Pelaku tindak kekerasan dan modus operandi mereka - Pelaku tindak kekerasan biasanya didorong oleh ketertarikan seksualmerekapadaanak-anakatauolehkeuntunganfinansial; - Pelaku tindak kekerasan beroperasi seorang diri atau sebagai bagian dari sebuah jaringan; - Pelaku tindak kekerasan menggunakan berbagai perangkat, perangkat lunak dan/atau Internet untuk membuat, mengakses, atau berbagi CSAM; - Pelaku tindak kekerasan menggunakan metode enkripsi serta menggunakan platform yang lebih tersembunyi di internet untuk menyembunyikan dan menghindari kemungkinan terdeteksinya perilaku mereka; - CSAM, termasuk CSAM virtual, kadang kala digunakan oleh pelaku tindak kekerasan untuk melatih atau memanipulasi anak-anak agar terlibat dalam aktivitas seksual. * Mohon lihat lembar Fakta ECPAT tentang Teknologi dan Internet Dukung penguatan kerangka kerja hukum, yang menganggap semua perilaku yang berhubungan dengan CSAM, termasuk CSAM virtual, sebagai tindakan kriminal; Dukung peningkatan sumber-daya dalam penegakan hukum, misalnya ditujukan untuk peningkatan kapasitas dan peralatan untuk menangani CSAM dan mengidentifikasi korban; Dukung dan bekerjasama dengan sektor swasta, misalnya Penyedia Layanan Internet, untuk menerapkan kebijakan yang menghalangi peredaran CSAM; Edukasikan dan tingkatkan kepedulian akan CSAM termasuk risiko dan perilaku yang aman di internet; Lakukan penelitian dan kumpulkan informasi yang relevan untuk meningkatkan pemahaman tentang ruang lingkup dan karakteristik CSAM; Laporkan CSAM yang Anda temukan di internet; Berikan dukungan dan perhatian kepada korban CSAM. Materi yang Menampilkan Kekerasan Seksual Pada Anak atau Pornografi Anak DEFINISI Apa yang bisa Anda lakukan? Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
  • 6. "Grooming" online "Grooming" online adalah proses untuk membangun komunikasi dengan seorang anak melalui internet dengan tujuan memikat, memanipulasi, atau menghasut anak tersebut agar terlibat dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual juga meliputi perilaku-perilaku selain pertemuan fisik dengan pelaku tindak kekerasan, misalnya pelecehan seksual atas seorang anak melalui webcam atau dibuatnya materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak, atau materi seksual yang diproduksi sendiri oleh seorang anak. Kerangka kerja hukum Dalam Konvensi Lanzarote, tindakan grooming dianggap sebagai tindakan kriminal. Konvensi Lanzarote memuat Pasal (23) tentang meminta anak-anak atau mengajukan permintaan bertemu pada seorang anak dengan tujuan membuat materi pornografi anak. Selain itu, konvensi ini juga menganggap tindakan tidak wajar pada anak atau tindakan yang menyebabkan seorang anak menyaksikan kekerasan seksual atau aktivitas seksual sebagai tindakan kriminal (Pasal 22). Selain itu, Konvensi Perserikatan Afrika tentang Perlindungan Data dan Kriminalitas Dunia siber (belum diberlakukan) menganggap tindakan memfasilitasi atau memberi akses pada materi pornografi anak sebagai tindakan kriminal. Pasal ini (29)(3)(1)(d) juga menangkap unsur-unsur dari grooming. Pelaku tindak kekerasan dan modus operandi mereka - Pelaku tindak kekerasan dimotivasi terutama oleh ketertarikan seksual mereka pada anak-anak atau oleh keuntungan finansial; - Pelaku tindak kekerasan beroperasi seorang diri atau sebagai bagian dari sebuah jaringan; - Pelaku tindak kekerasan menargetkan korban dengan cara menilaikerentanan mereka (misal: rasa percaya diri, kontrol orang tua); - Kontak dengan seorang anak biasanya diawali secara online, misalnya: melalui ruang chat, situs game, atau platform media sosial, namun aktifitas "grooming" tanpa internet juga sering terjadi.; - “grooming” biasanya membangun keterlibatan hubungan emosional dengan seorang anak demi memperoleh kepercayaan anak tersebut; - Pelaku tindak kekerasan kadang kala juga “membangun hubungan dengan” orang lain seperti teman-teman, keluarga, dan komunitas anak tersebut; - Perilaku "grooming" termasuk memenuhi kebutuhan seorang anak melalui pemberian seperti perhatian dan hadiah, pemaksaan psikologis, manipulasi, mengaku ingin "memberi pendidikan seksual", dan mengurangi sensitivitas seorang anak; - Pelaku kekerasan bisa saja berpura-pura menjadi orang lain untuk melibatkan anak tersebut dalam hubungan (seksual); - Pelaku tindak kekerasan perlahan-lahan meningkatkan hubungan ke aspek seksual dengan anak tersebut; - Pelaku tindak kekerasan biasanya mengisolir, melakukan tindakan diam-diam secara rahasia, atau menggunakan rasa bersalah untuk mempertahankan keterlibatan anak tersebut dan menjaganya agar tetap tutup mulut. Dukunglah penguatan kerangka kerja hukum - yang menganggap tindakan "grooming" melalui internet sebagai tindakan kriminal; Dukunglah peningkatan sumber daya untuk penegakan hukum, misalnya ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan peralatan, untuk menangani masalah "grooming" melalui internet; Dukunglah dan bekerjasamalah dengan sektor swasta, misalnya Penyedia Layanan Internet, untuk menerapkan kebijakan yang akan menyediakan lingkungan internet yang aman bagi anak-anak; Edukasikanlah dan tingkatkanlah kepedulian akan "grooming"; Lakukanlah penelitian dan kumpulkanlah informasi yang relevan untuk meningkatkan pemahaman tentang "grooming" melalui internet; Laporkanlah saat Anda menemui situasi di mana seorang anak menjadi target "grooming" melalui internet. Berikanlah dukungan dan perhatian pada korban. Online “grooming” DEFINISI Apa yang bisa Anda lakukan? Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
  • 7. tayangan langsung tindakan kekerasan seksual pada anak di saat itu juga Siaran langsung tindak kekerasan melalui webcam terjadi ketika seorang anak dipaksa terlibat dalam perilaku seksual atau menjadi korban kekerasan seksual di depan webcam. Tindakan ini kemudian disiarkan secara langsung melalui internet kepada konsumen yang membayar - kepada pelaku kekerasan - dan menyaksikan serta/atau meminta jenis kekerasan tertentu untuk dilakukan di depan webcam saat itu juga Kerangka kerja hukum Kekerasan yang disiarkan langsung melalui webcam tidak secara tersurat digolongkan sebagai tindakan kriminal dalam kerangka kerja regional maupun internasional manapun mengenai eksploitasi seksual pada anak-anak. Bagaimanapun juga, Konvensi Lanzarote menggolongkan tindakan yang menyebabkan dan memaksa anak-anak untuk terlibat dalam pertunjukan pornografi anak (Pasal 21(1)(a-b) serta terbukti menghadiri pertunjukan pornografi anak (c) sebagai tindakan kriminal. Selain itu, konvensi ini menggolongkan tindakan membantu atau bersekongkol untuk perilaku tersebut sebagai tindakan kriminal (Pasal 24) dan pasal ini bisa diberlakukan pada mereka yang memfasilitasi atau mendorong dilakukannya tindak kekerasan tersebut. Protokol Opsional untuk Konvensi atas Hak Anak-anak dalam Penjualan Anak (OPSC) Pasal 3(1)(a) menggolongkan tindakan menawarkan, mengantarkan, atau penerimaan dengan cara apa pun, seorang anak untuk tujuan eksploitasi seksual sebagai tindakan kriminal. Demikian pula Konvensi ILO 182 Pasal 3(b) menggolongkan tindakan membeli, menyediakan, atau menawarkan seorang anak untuk [...] pertunjukan pornografi sebagai tindakan kriminal. Pasal-pasal ini bisa ditafsirkan untuk menemukan ketentuan hukum yang berhubungan dengan tayangan langsung tindak kekerasan yang dilakukan baik oleh pelaku kekerasan maupun fasilitatornya. Secara umum, konvensi regional dan internasional yang berhubungan dengan pornografi anak tidak bisa diterapkan atas tayangan langsung materi kekerasan seksual pada anak karena kekerasan atau pertunjukan tersebut biasanya tidak direkam. Oleh karena itu, pertunjukan tersebut tidak bisa "diproduksi, dimiliki, atau disebarkan", sebagaimana yang diharuskan dalam klausul dari kerangka kerja hukum regional dan internasional yang relevan. Pelaku tindak kekerasan dan modus operandi mereka - Pelaku kekerasan yang menyaksikan tindakan kekerasan pada anak secara langsung biasanya memperoleh akses melalui perantara atau fasilitator; - Fasilitator kadang kala merupakan anggota keluarga atau anggota komunitas anak tersebut, yang memaksanya tampil di depan webcam dan berkomunikasi, serta mencari (calon) konsumen; - Pelaku kekerasan dan fasilitator atau anak tersebut menyetujui tanggal dan waktu di mana tindak kekerasan tersebut akan dilakukan dan pelaku kekerasan akan login (masuk) . Pertemuan ini diatur melalui chat, e-mail, atau telepon; - Selain itu, pihak-pihak yang terlibat akan menyetujui harga yang akan dibayar oleh pelaku kekerasan, biasanya melalui layanan pembayaran sah yang umum. Jumlah yang dibayarkan biasanya kecil agar timbulnya kecurigaan yang berhubungan dengan transaksi tersebut bisa dicegah; - berbagai Platform, seperti misalnya Skype atau situs chat yang didukung webcam digunakan untuk melakukan tayangan langsung kekerasan tersebut melalui internet. Fasilitas ini membuat pelaku kekerasan bisa menampilkan kekerasan tersebut saat itu juga atau menyutradarainya melalui fungsi chat atau suara; - Pada komunitas tertentu, bisa saja ada tingkatan toleransi sosial yang mengizinkan tindak kejahatan ini. Hal ini berhubungan dengan beberapa faktor seperti misalnya kemiskinan dan pemahaman yang terbatas akan internet, pengaruh tindakan tersebut pada anak yang terlibat, atau bentuk pelanggaran hukum dari tindakan tersebut. Tayangan langsung kekerasan seksual juga bisa dilihat sebagai cara yang mudah dan cepat untuk memperoleh penghasilan. Tingkatkanlah kepedulian atau kepekaan masyarakat luas mengenai bentuk pelanggaran hukum, pengaruh, dan risiko yang berhubungan dengan tayangan langsung materi kekerasan seksual terhadap anak; Dukunglah penguatan kerangka kerja hukum, yang secara khusus menganggap tindakan tayangan langsung materi kekerasan seksual pada anak atau pertunjukan pornografi anak sebagai tindakan kriminal; Dukunglah peningkatan sumber daya untuk penegakan hukum - dalam menangani masalah ini; Dukunglah dan bekerjasamalah dengan institusi-institusi finansial untuk menelusuri dan menindaklanjuti transaksi mencurigakan yang kemungkinan berhubungan dengan tindak kriminal ini. Tayangan langsung tindakan kekerasan seksual pada anak di saat itu juga DEFINISI Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF. Apa yang bisa Anda lakukan?
  • 8. “Sexting” “Sexting” mengacu pada proses di mana seseorang dengan sengaja membagikan pesan seks atau gambar sensualitas diri mereka sendiri. Gambar atau video tersebut bisa memuat ketelanjangan penuh atau sebagian, aktivitas erotis dan/atau seksual, dan biasanya dibagikan dengan pacar atau teman-teman sebaya. Kerangka kerja hukum Sexting tidak dikategorikan sebagai tindakan kriminal dalam kerangka kerja regional atau internasional manapun yang relevan mengenai eksploitasi seksual pada anak. Namun, secara umum “sexting” melanggar hukum pornografi anak karena tindakan ini bisa melibatkan produksi dan distribusi foto seksual seorang anak. Menurut Protokol Opsional untuk Konvensi atas Hak Anak-anak dalam Penjualan Anak (OPSC), pornografi anak adalah “setiap perwujudan, melalui sarana apapun, seorang anak yang terlibat dalam situasi nyata atau disimulasi yang secara eksplisit melakukan aktifitas seksual, atau perwujudan lain dari organ seks anak yang utamanya untuk tujuan seksual.” Definisi ini bisa meliputi material sexting. Oleh karena itu, mereka yang merekam dan/atau mengirim pesan seksual bisa dituduh melakukan distribusi pornografi anak. Selain itu, mereka yang menerima materi tersebut bisa dituduh memiliki atau mengakses materi pornografi anak. Ketika sebagian besar jaksa penuntut dan penegak hukum tidak akan menuntut anak-anak karena terlibat dalam "sexting", di yurisdiksi tertentu, anak-anak bisa dituntut karena melakukan tindak pelanggaran pornografi anak. Mengapa dan bagaimana anak-anak terlibat dalam “sexting”? - Anak-anak tersebut biasanya merekam dan membagikan gambar, atas inisiatif mereka sendiri atau atas permintaan orang lain; - Gambar/video bisa direkam menggunakan berbagai perangkat. Sering kali ponsel digunakan untuk membuat konten yang dibagikan online melalui SMS, chat, atau platform media sosial; - Konten dibagikan dengan pacar, teman-teman sebaya, atau dengan siapa mereka berkomunikasi di internet; - Anak-anak melakukan “sexting” dengan berbagai motivasi, termasuk gratifikasi dari hubungan seksual, bereksperimen, mencari pujian atau perhatian, dan mengokohkan komitmen mereka pada seseorang. Motivasi mereka juga bisa berhubungan dengan tekanan dari teman sebaya; - “Sexting” adalah tindakan yang rumit karena anak-anak sering kali tidak memahami konsekuensi yang mungkin ditimbulkan oleh perilaku mereka dan tidak melakukan upaya untuk menyembunyikan identitas; - “Sexting” menjadi jauh lebih rumit saat konten yang dibuat melibatkan elemen-elemen kriminal atau kekerasan, misalnya keterlibatan orang dewasa; - “Sexting” membuat anak-anak rentan menjadi korban pemerasan seksual dan bully di dunia maya (cyber bullying) dan kadang kala foto mereka disalin ke atau digunakan dalam koleksi materi yang menampilkan kekerasan seksual pada anak. * Mohon lihat lembar Fakta - Pemerasan seksual Edukasikanlah dan tingkatkanlah kepedulian di antara anak- anak, orang tua, dan pengasuh atas risiko dan konsekuensi yang bisa ditimbulkan oleh “sexting”; Laporkanlah saat Anda menemukan materi "sexting" atau kekerasan seksual pada anak di internet; Dukunglah dan bekerjasamalah dengan Penyedia Layanan Internet untuk membatasi sirkulasi "sexting" atau konten kekerasan seksual pada anak di internet dan dukunglah operator mobile untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan yang memadai dan bekerja sama dengan pihak berwenang saat dibutuhkan (misal: membagikan data pengguna saat diminta). Ketika sebuah konten sudah dibagikan melalui internet, bisa dikatakan bahwa penyebarannya hampir tidak mungkin untuk dikontrol. “Sexting” DEFINISI Apa yang bisa Anda lakukan? Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
  • 9. Pemerasan Seksual “sextortion” Pemerasan Seksual adalah proses di mana seseorang dipaksa memrberikan layanan seksual, uang dan barang- barang, atau memproduksi material seksual. Pemerasan seksual dicirikan adanya (dipersepsikan adanya) ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku kekerasan dan korban sehingga pelaku kekerasan bisa memaksa atau menekan korban untuk menyetujui permintaan seksual atau uang. Kerangka kerja hukum Dalam instrumen hukum regional atau internasional manapun yang relevan mengenai eksploitasi seksual pada anak, pemerasan seksual tidak secara tersurat digolongkan sebagai tindakan kriminal. Bagaimanapun juga, Konvensi Lanzarote menganggap tindakan yang menyebabkan dan memaksa anak-anak untuk terlibat dalam pertunjukan pornografi anak (Pasal 21(1)(a-b)). Hal yang sama juga berlaku atas tindakan untuk meminta anak-anak membuat pornografi anak (Pasal 23). Tindakan berupa keterlibatan dalam aktivitas seksual dengan seorang anak dianggap sebagai tindakan kriminal saat tindakan tersebut melibatkan paksaan, tekanan, atau ancaman; ketika pelaku menyalahgunakan posisi kepercayaan, memiliki kuasa, atau pengaruh atas anak tersebut; atau situasi yang secara khusus membuat anak tersebut rentan. Pasal ini bisa ditafsirkan untuk menangkap elemen-elemen pemerasan seksual. Selain itu, konvensi yang benar-benar menggolongkan produksi, pembelian, distribusi, atau penawaran pornografi anak sebagai tindakan kriminal, misalnya: Konvensi Budapest, Konvensi Lanzarote, Protokol Opsional atas Penjualan Anak, Konvensi Perserikatan Afrika tentang Kiriminalitas Dunia Siber, memuat kausul yang mencakup pemerasan seksual. Pelaku kekerasan dan karakteristik pemerasan seksual - Daripada mengandalkan kekerasan fisik atau tekanan untuk memaksa seorang anak memberikan layanan seksual atau uang atau barang, pelaku kekerasan sering kali mengandalkan posisi mereka yang lebih berkuasa atau tidakseimbangan kekuasaan, yang terasa jelas; - Paksaan psikologis biasanya dinyatakan dengan ancaman untuk tidak memberikan keuntungan tertentu atau ancaman akan konsekuensi yang tidak diinginkan jika permintaan tidak dipenuhi; - Komponen seksual bisa termasuk permintaan pelaku kekerasan dalam bentuk apa pun dari aktivitas seksual yang tidak diinginkan, misalnya mengekspos bagian-bagian pribadi tubuh, berpose untuk foto seksual, atau mengijinkan terjadinya kekerasan fisik; - Komponen seksual juga bisa dicerminkan dalam cara-cara yang digunakan untuk memperoleh barang, layanan, atau uang. Misalnya: pelaku kekerasan memperoleh akses pada konten seksual yang diproduksi sendiri* oleh korban dan menggunakan materi seksual tersebut sebagai alasan untuk memeras korban; - Pemerasan seksual bisa melibatkan (ancaman untuk) menyebarluaskan foto-foto tidak senonoh yang korban produksi sendiri, baik melalui internet atau kepada teman- teman sebayanya. Ini bisa menyebabkan konsekuensi- konsekuensi negatif lain misalnya bully di dunia maya (cyber bullying) yang selanjutnya bisa mengorbankan atau membahayakan anak yang menjadi korban. * Mohon lihat lembar fakta – “Sexting” Dukunglah penguatan kerangka kerja hukum, yang secara spesifik menggolongkan pemerasan seksual sebagai tindakan kriminal; Dukunglah peningkatan sumber daya untuk penegakan hukum - dalammenangani masalah pemerasan seksual; Dukunglah dan bekerjasamalah dengan Penyedia Layanan Internet untuk membatasi peredaran konten kekerasan seksual pada anak di internet - untuk membatasi kesempatan pelaku tindak kekerasan melakukan kekerasan seksual; Edukasikanlah dan tingkatkanlah kepedulian di antara anak- anak, orang tua, dan pengasuh atas risiko dan konsekuensi yang bisa ditimbulkan oleh sexting; Laporkanlah materi “sexting” atau kekerasan seksual pada anak yang Anda temukan di internet. Pemerasan Seksual “sextortion” DEFINISI Apa yang bisa Anda lakukan? Lembar fakta manifesto eksploitasi seksual pada anak melalui internet - Dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF.
  • 10. - Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi – Apa itu Laman Splash (Splash pages)? Serta manfaatnya dalam mencegah pelaku kekerasan seksual pada anak di internet. Laman splash digunakan untuk menarik pengguna, mengindikasikan pesan, atau mengarahkan ulang pengguna ke laman web lain. Laman splash digunakan oleh lembaga swadaya masyarakat, industri, dan badan penegakan hukum Ketika laman splash digunakan untuk menghentikan akses pengguna pada konten tetentu, mereka disebut "laman penghenti" Laman splash juga bisa memuat peringatan tegas atau pesan yang menjelaskan bahwa tindakan pengguna atau konten yang dicari adalah ilegal. Bagi pengguna yang tidak menyetujui pemblokiran konten tertentu, kadang kala disediakan informasi mengenai cara mengarahkan komplain atas dihalanginya akses tersebut. Terakhir, sejumlah laman splash memuat informasi dan/atau tautan pada saluran siaga/hotline yang disiapkan untuk melaporkan konten kekerasan pada anak di internet. Dengan menyediakan informasi semacam itu, laman splash bisa membantu membangun pengetahuan bahwa material yang menampilkan kekerasan pada anak serta perilaku terkaitnya adalah melanggar hukum. Laman splash juga bisa membantu menanamkan rasa takut terhadap kemungkinan pengguna dapat ditahan pihak berwenang dan mengarahkan pengguna kembali pada sumber bantuan. Laman splash membantu membuat lingkungan internet yang lebih aman dengan mendidik pengguna mengenai mekanisme pelaporan dan mencegah eksposure yang tidak diinginkan pada konten semacam itu. Pada akhirnya, laman splash mencegah pengguna mengakses CSAM. Laman splash digunakan oleh sejumlah perusahaan - terutama Microsoft dan Google - dalam fasilitas pencarian mereka sebagai bagian dari skema pencegahan yang ditujukan untuk mencegah pengguna mengakses materi di internet yang menampilkan kekerasan seksual pada anak, baik sengaja maupun tidak sengaja. Setiap kali ada seseorang yang berusaha mengakses laman yang dikenal memuat materi semacam itu, akses pengguna akan ditolak. Ketika laman splash digunakan, pengguna kemudian akan diarahkan ke pesan pencegahan. Laman splash bisa membuat berbagai informasi. Versi paling sederhana dari sebuah laman splash memuat pesan yang mengidikasikan bahwa akses pada situs yang ditujukan ditolak. Ini disebut pesan eror atau pesan 404. Laman splash bisa memuat informasi tambahan, misalnya alasan mengapa akses diblokir (dengan atau tanpa informasi mengenai dasar hukum yang sesuai). Informasi ini bisa disertai dengan referensi pada sumber bantuan atau saran jika pengguna mengkhawatirkan ketertarikan seksual mereka pada anak-anak. menyaring dan memblokir * Untuk informasi lebih lengkap lihat lembar fakta : Apa itu Penyaringan & Pemblokiran? Menolak akses pada materi yang menampilkan kekerasan pada anak Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF. FAKTA Bagaimana cara kerjanya? Laman splash atau splash pages adalah laman atau gambar yang ditampilkan menutupi keseluruhan layar atau sebagian dari layar saat laman web yang dicari oleh pengguna sedang dimuat. Laman splash bisa digunakan untuk berbagai kepentingan karena ini adalah cara untuk memasukkan pesan ke dalam sebuah laman web. Pengiklan biasanya menggunakan laman ini untuk menarik perhatian pengguna. Laman ini juga bisa digunakan untuk memberi tahu Anda, misalnya, bahwa alamat web yang Anda ketikkan salah atau bahwa situs tertentu sudah tidak ada lagi Laman splash juga digunakan untuk mencegah pengguna mengakses konten tertentu. Misalnya, laman splash bisa ditampilkan saat seseorang sedang berusaha mengakses material yang dikenal menampilkan kekerasan pada anak (Child sexual abuse material - CSAM) dan akan menghalangi akses pada konten yang diinginkan sebagai langkah terakhir dalam skema pencegahan yang melibatkan penyaringan dan pemblokiran.
  • 11. Apa itu Alamat IP? Serta bagaimana Alamat IP digunakan untuk mengidentifikasi pelaku kekerasan seksual pada anak melalui internet Bagaimana cara kerjanya? Alamat IP adalah pengidentifikasi atau ciri khas sebuah perangkat, yang membuat perangkat bisa diidentifikasi, dicari lokasinya, dan dibedakan dengan perangkat lain yang terhubung ke internet. Setiap perangkat memiliki alamat IP- nya sendiri baik itu komputer, TV, konsol game, maupun perangkat lain. Alamat IP membuat perangkat bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Sama seperti seseorang membutuhkan alamat surat agar bisa mengirim surat, komputer yang terpisah membutuhkan alamat IP sebuah perangkat agar bisa berkomunikasi dengan perangkat tersebut. Demikianlah alamat IP membuat para pengguna bisa mengirim dan mendapatkan kembali data serta memastikan bahwa komunikasi dan data tersebut mencapai tujuan yang benar. Alamat IP mengungkapkan informasi seperti misalnya di mana perangkat tersebut berada dan siapa Penyedia Layanan Internet yang melayaninya. Protokol ini universal dan memiliki cara kerja yang sama untuk setiap perangkat atau lokasi Format Alamat IP Sebuah Alamat IP terdiri dari satu seri angka dan titik. Jumlah alamat IP yang tersedia mulai berkembang seperti versi terbaru dari protokol IP - IP versi 6 atau IPv6 - mulai lebih banyak digunakan. Ketika pelaku kekerasan pada anak terhubung ke internet, mereka menggunakan perangkat yang memiliki Alamat IP. Alamat IP ini meninggalkan jejak aktivitas internet. Ini bisa memberi pihak berwenang peluang untuk menelusuri perangkat dan biasanya akan membuat mereka bisamenemukan kapan dan di mana perangkat digunakan. Ini artinya mereka yang menggunakan perangkat untuk melakukan tindak kejahatan bisa diidentifikasi. Pihak berwenang juga bisa bekerja sama dengan Penyedia Layanan Internet untuk mengakses (sementara) kedalam Alamat IP dan aktivitas yang terjadi pada server mereka untuk mengidentifikasi pengguna. Sayangnya, pelaku tindak kejahatan bisa menggunakan berbagai cara untuk menyembunyikan Alamat IP mereka. Salah satunya adalah dengan menggunakan "server proksi". Bukannya langsung mengakses situs, permintaan pengguna akan diarahkan ulang melalui server proxy yang tidak merekam alamat IP dari perangkat yang mengajukan permintaan tersebut. Kemampuan ini menawarkan anonimitas. Contoh lain adalah digunakannya teknik yang disebut "IP-tipuan" untuk menyembunyikan Alamat IP sesungguhnya dan menyediakan alamat IP lain yang bebeda untuk memfasilitasi tindakan ilegal. Selain itu juga ada alat dan layanan internet lain yang bisa membuat alamat IP seseorang menjadi sangat sulit ditemukan dan dibutuhkan banyak waktu untuk mencarinya. Penggunaan Alamat IP untuk kepentingan identifikasi - Lembar Fakta ECPAT tentang Internet dan Teknologi – Lembar fakta ini dikembangkan oleh ECPAT International. Dukungan untuk penerjemahan dan produksi disediakan oleh UNICEF. FAKTA IP adalah singkatan dari Internet Protocol. IP adalah bahasa teknis yang membuat dua perangkat bisa berkomunikasi satu dengan yang lain di internet Alamat IP bisa "statis" [tidak pernah berubah] atau "dinamis" [sementara].