SlideShare a Scribd company logo
1 of 63
Perancangan Sprinkler 
1 
BAB 1 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Swiss-Belinn hotel merupakan bangunan gedung bertingkat, yang mempunyai 
resiko bahaya kebakaran. Untuk memproteksi bahaya kebakaran tersebut diperlukan 
sistem penanggulangan pemadaman kebakaran yang tepat. Menggunakan Sprinkler 
merupakan pilihan yang tepat untuk bangunan gedung bertingkat, karena sistem sprinkler 
telah terbukti paling efektif dalam memadamkan kebakaran gedung bertingkat. Namun 
sangat disayangkan jika masih banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan 
instansi berwenang) menganggap bahwa sprinkler tidak efektif dan memakan biaya 
besar, sehingga menggantinya dengan sistem lain. 
Sistem sprinkler adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman, ia 
bekerja secara sistem. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan atau 
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidrant dan 
lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka keberhasilan 
mencapai 99% (Marryat, 1988). 
Studi lain di USA (NFPA, 2001) menyimpulkan bahwa sprinkler mampu 
membatasi kebakaran pada area of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler 
yang hanya 70%. Semua building code di dunia mempersyaratkan proteksi sprinkler di 
bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai digalakkan sprinkler untuk 
residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat. 
Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit 
kebakaran tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka 
kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai dan bangunan. 
Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk 
mengendalikan atau memadamkan kebakaran. Banyak kejadian dilaporkan bahwa ketika 
petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh sprinkler (NFPA Journal). 
Sistem deteksi dan alarm tidak berfungsi sebagai alat pengendali/ pemadam, 
namun lebih berfungsi sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera 
menyelamatkan diri. Sedangkan regu pemadam yang menggunakan APAR (fire 
extinguisher) dan hidrant belum dapat menggantikan sprinkler karena masih dipengaruhi 
oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan human error).
Perancangan Sprinkler 
Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler adalah pompa kebakaran dan 
panelnya, pemipaan berikut katupnya, serta sering digunakannya katup kontrol tekanan 
(PRV) dalam rancangan secara indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari 
dengan sistem zona, di mana tekanan kerja setiap zona adalah maksimum 175 psi (12 
bar), yaitu sama dengan tekanan kerja maksimum kepala sprinkler. 
Justru PRV dipersyaratkan digunakan di sistem hidran bila tekanan pada kotak 
hidran bangunan melebihi 6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu, sistem sprinkler 
otomatik boleh dikombinasikan dengan sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan 
menggunakan hanya satu set pompa kebakaran untuk keduanya sprinkler dan hidran 
(SNI 03-1745-2000). 
Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti 
ketahanan api, kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan (NFPA 
101). Misalnya untuk kelas hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 
jam atau bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk 
ruang tertentu yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan 
demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai 
proyek keseluruhan. 
Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan sistemik (NFPA 550) terbagi 
menjadi 2 bagian utama yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b) Pengelolaan pengaruh 
kuat (impact) kebakaran. Pencegahan termasuk pengendalian sumber panas-energi, 
pengendalian interaksi sumber-bahan bakar, dan pengendalian bahan bakar. Atau dengan 
kata lain berarti fire safety housekeeping, dan sistem proteksi pasif. 
Kota-kota besar di USA seperti Los Angeles dan New York, yang sebelumnya 
hanya mengandalkan sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem deteksi dan 
alarm serta sistem hidran, sekarang mempersyaratkan proteksi dengan menggunakan 
sprinkler. Di Singapore memang sprinkler merupakan opsi untuk bangunan hunian 
apartemen, akan tetapi komponen utama sistemnya tetap dipasang (pompa kombinasi 
dengan pompa hidran, dan pipa tegak serta pipa cabang utama), kecuali pipa cabang 
akhir dan kepala sprinkler yang merupakan opsi dan masih ada persyaratan lainnya yang 
harus dipenuhi. 
Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE 
Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan 
membuat asap dan udara ruangan mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume 
2
Perancangan Sprinkler 
membentur langit-langit, maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat 
dengan langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada 
ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit. 
Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara 
konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb) 
yang menyebabkan temperaturnya akan naik dari sebelumnya sama dengan temperatur 
ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja nominal yang bermacam-macam 
dari 57°C s/d 343°C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya kebakaran 
3 
huniannya. 
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah 
naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya 
digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis 
dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi 
dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak 
perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor 
asap. 
Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 
2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya. 
Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi 
kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama dengan 
temperatur ruangan. 
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) 
relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem 
sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. 
Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen 
(Program CFAST dan ASET). 
Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding 
keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, 
kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko 
bahaya kebakaran bangunan. 
Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya 
posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur)
Perancangan Sprinkler 
tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. 
Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar 
(NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi 
kebakaran. 
Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka 
ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan 
mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem 
sprinkler. 
4 
1.2. Rumusan Masalah 
Rumusan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. Bagaimana menentuan klasifikasi hunian? 
2. Bagaimana menentukan jenis sprinkler yang digunakan? 
3. Bagaimana menentukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik bangunan 
hotel Swiss-Belinn Malang.? 
4. Bagaimana cara penempatan sprinkler di bangunan hotel Swiss-Belinn Malang? 
5. Bagaimana menentukan jumlah volume air yang dibutuhkan untuk perancangan 
sistem sprinkler di bangunan hotel Swiss-Belinn Malang? 
6. Bagaimana menentukan sistem perpipaan pada perancangan sistem sprinkler di 
bangunan hotel Swiss-Belinn Malang? 
7. Bagaimana menentukan pemilihan pompa yang sesuai dengan daya yang 
dibutuhkan? 
1.3. Tujuan Penelitian 
Tujuan penelitian pada perancangan sprinkler adalah sebagai berikut : 
1. Menentukan klasifikasi hunian kebakaran 
2. Menentukan jenis sprinkler yang digunakan 
3. Menentukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik bangunan hotel 
Swiss-Belinn Malang. 
4. Menentukan peletakan sprinkler pada hotel Swiss-Belinn Malang 
5. Menentukan volume air yang dibutuhkan untuk perancangan sistem sprinkler pada 
bangunan hotel Swiss-Belinn Malang. 
6. Untuk menentukan sistem perpipaan pada perancangan sistem sprinkler pada 
bangunan hotel Swiss-Belinn Malang.
Perancangan Sprinkler 
5 
7. Menentukan pemilihan pompa yang sesuai dengan daya yang dibutuhkan 
1.4. Batasan Penelitian 
Pada perancangan sistem sprinkler pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang ini 
dibatasi oleh : 
1. Penelitian ini hanya merancang sistem sprinkler. 
2. Identifikasi dan penggolongan setiap ruangan pada bangunan hotel Swiss-Belinn 
Malangmenggunakan standart yang ada ( SNI 03-3985-2000, SNI 03-3989-2000, 
NFPA 14 ) 
3. Penelitian ini tidak membahas tentang prosedur pemeliharaan sprinkler 
4. Peneliti tidak membahas mengenai spesifikasi sistem instalasi listrik yang 
berhubungan dengan instalasi sprinkler. 
5. Penelitian ini tidak membahas mengenai sistem perpipaan secara mendalam seperti 
pengelasan dan penyambungan pipa 
1.5. Manfaat Penelitian 
Penulisan ini berharap dapat mendatangkan manfaat bagi pihak perusahaan yang 
terlibat, Institusi pendidikan dan penulis. Adapun manfaat yang diperoleh yaitu : 
1.5.1 Pihak Perusahaan 
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan data berharga guna 
mewujudkan sistem manajemen penanggulangan kebakaran dan penelitian ini 
diharapkan dapat memberi informasi pada pekerja sehingga sistem manajemen 
penanggulangan kebakaran dapat berjalan tepat guna. 
1.5.2 Penulis 
Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan 
penelitian di bidang manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Perancangan Sprinkler 
6 
BAB 2 
DASAR TEORI 
2.1. Proses Terjadinya Api dan Bahaya Kebakaran 
Pada dasarnya kebakaran adalah api yang tidak diinginkan, yang tidak dapat 
dikendalikan dan pada akhirnya dapat menyebabkan kecelakaan. Kebakaran merupakan 
suatu bencana dimana api yang semula bersahabat (api kecil) menjadi tidak terkendali 
dan mulai membakar segala sesuatu yang ada didekatnya (api besar). Kebakaran dapat 
terjadi karena hubungan arus pendek listrik, kompor yang meledak, dan lain-lain. 
Untuk dapat mencegah serta menanggulangi bahaya kebakaran tersebut, maka kita 
perlu mengetahui beberapa informasi dan teori tentang kebakaran itu sendiri, diantaranya 
adalah Teori Segi Tiga Api, sebagai berikut 
Gambar 2.1. Segitiga Api 
(Sumber: http://geology.html) 
Gambar di atas menjelaskan hubungan antara tiga unsur yang dapat menyebabkan 
timbulnya api. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka api tidak akan terjadi. 
Namun study selanjutnya mengenai fisika dan kimia, menyatakan bahwa peristiwa 
pembakaran mempunyai tambahan lagi mengenai pengertian dimensi pada segi tiga api, 
menjadi teori model baru yang disebut bidang empat api atau “Tetrahedron Of Fire”. 
Gambar 2.2. Tetrahedron Of Fire 
(Sumber: http://bisafer.blogspot.com)
Perancangan Sprinkler 
Studi ini menjelaskan bahwa pembakaran tidak hanya terjadi atas tiga unsur, 
namun reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran yaitu: CO, 
CO2, SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi ini adalah adanya radikal-radikal 
bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH). 
Bila ada dua gugus OH, maka akan pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. 
Dimana reaksinya 2OH → H2O + O radikal. O radikal ini selanjutnya akan berfungsi 
lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran 
berantai (Cain Reaction Of Combustion). Dari reaksi kimia, selama proses pembakaran 
berlangsung ini memberikan kepercayaan pada hypotesa baru, dari prinsip segi tiga api 
kemudian terbentuk bidang empat api. Dimana sisi yang ke empat sebagai sisi dasar 
yaitu rantai reaksi pembakaran. 
Lebih jelasnya, perbedaan antara Teori Segi Tiga Api dan Tetrahedron Of Fire 
adalah sebagai berikut : 
1. Pada Teori Segi Tiga Api, bahan bakar sendiri tidak terbakar. Tapi mengalami 
pemanasan hingga menghasilkan gas dan uap. Gas dan uap yang terbakar tersebut 
oleh karena letaknya yang berdekatan dengan bahan bakar (fuel), sehingga bahan 
bakar akan terlihat seolah-olah terbakar. 
2. Pada Tetrahedron Of Fire bahan bakar mengalami pemanasan sehingga 
mengeluarkan gas dan uap yang menyala akibat timbulnya reaksi kimia. Pada 
akhirnya bahan bakar (fuel) akan terbakar dan habis. 
Prosentasi oksigen di atmosfer adalah 21%, namun terkadang pada ruang atau 
kondisi tertentu prosentasi oksigen dapat berubah. Prosentase oksigen yang dapat 
membuat api tetap menyala adalah kisaran antara 12% hingga 21%. Api akan padam jika 
prosentase oksigen kurang dari 12%, sedangkan api akan sulit sekali dipadamkan jika 
prosentase oksigen diatas 21% karena oksigen dengan prosentase tersebut menjadi 
bersifat flammable. 
Selain ketersediaan oksigen, ketersediaan bahan bakar juga mempengaruhi muncul 
atau tidaknya api. Bahan bakar dibagi menjadi tiga macam, yaitu bahan bakar padat (ex: 
kayu, kertas, batu bara, arang, dll), cair (bensin, solar, minyak tanah, alkohol, dll) dan 
gas (Elpiji, nitrogen oksida, propana, dll). 
Oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah menjadi api jika tidak ada panas. Jika 
suhunya tidak mencukupi, oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah terbakar. Sumber 
panas yang paling berperan dalam munculnya api adalah matahari. Jadi reaksi antara 
7
Perancangan Sprinkler 
ketiga unsur tersebutlah yang menjadi asal mula terjadinya api yang selama ini kita kenal 
sebagai teori segitiga api. 
8 
Gambar 2.3.Skema Fenomena Kebakaran 
(Sumber: http://safetytrainingindonesia.blogspot.com) 
Gambar diatas menjelaskan bagaimana proses terjadinya kebakaran dari awal 
terbentuknya api hingga api padam kembali. Proses awal terbentuknya api (ignition) 
telah dijelaskan sebelumnya pada teori segitiga api dimana api baru akan timbul bila 
mana ketiga sisi segitiga (oksigen, bahan bakar dan panas) telah terpenuhi. 
Setelah itu api akan terus membesar (growth) sesuai dengan pasokan/ketersediaan 
bahan bakar. Semakin banyak bahan bakar yang ada, maka api akan terus tumbuh hingga 
membakar seluruh bahan bakar yang ada. Dalam keadaan ini temperatur api bisa 
mencapai 300oC. Proses ini berlangsung hanya dalam waktu 3 hingga 10 menit. 
Ketika telah mencapai puncak pertumbuhannya (steady), api akan terus membakar 
bahan bakar yang ada hingga habis. Pada keadaan ini, temperatur api akan meningkat 
hingga kisaran 500oC – 1000oC dalam kurun waktu + 7 jam. Keadaan ini dipengaruhi 
oleh ketersediaan bahan bakar yang ada, jika bahan bakar yang tersedia sedikit maka 
bisa saja habis hanya dalam waktu singkat dan api belum bisa mencapai suhu 
puncaknya. 
Pada saat ketersediaan bahan bakar semakin berkurang, maka lambat laun apipun 
akan mulai padam.
Perancangan Sprinkler 
9 
2.1.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran 
Penyebab terjadinya kebakaran bersumber pada tiga faktor, yaitufaktor manusia, 
faktor teknis dan faktor alam: 
1. Faktor manusia sebagai faktor penyebab kebakaran, antara lain: 
a) Faktor pekerja 
1) Tidak mau atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahankebakaran 
2) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakartanpa 
menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran 
3) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan 
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab atau adanya unsurkesengajaan 
b) Faktor pengelola 
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja 
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja 
3) Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan dengan baikterutama dalam 
kegiatan penentuan bahaya dan peneranganbahaya 
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan 
2. Faktor teknis 
a) Melalui proses fisik atau mekanis seperti timbulnya panas akibatkenaikan suhu 
atau timbulnya bunga api terbuka 
b) Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan,penyimpanan, 
penanganan barang atau bahan kimia berbahaya tanpamemperhatikan petunjuk 
yang telah ada (MSDS) 
c) Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehinggamenimbulkan 
panas atau bunga api dan dapat menyalakan ataumembakar komponen lain. 
3. Faktor Alam 
a) Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran 
b) Letusan gunung berapi dapat menyebabkan kebakaran hutan dan 
jugaperumahan yang dilalui oleh lahar panas 
Selain faktor diatas beberapa peristiwa yang mengakibatkanterjadinya kebakaran 
adalah sebagai berikut : 
a) Nyala api dan bahan-bahan yang pijar 
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, 
mulaiterbakar dan menyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau
Perancangan Sprinkler 
tidaktergantung dari sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak 
mudahdan sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, takcukup timbul 
panasuntuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat seperti mudah terbakar kertas 
ataukayu lempengan tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang 
besinggungandengan oksigen dan cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau 
sejajar. 
10 
b) Penyinaran 
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api 
tidakperlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan 
gelombanggelombangelektromagnetis yaitu sinar infra merah.Jika gelombang ini 
mengenaibenda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah 
menjadi panas.Benda tersebut menjadi panas dan jika suhunya tarus naik maka 
pada akhirnyabenda tersebut akan menyala. 
c) Peledakan uap atau gas 
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan 
menyala,jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan 
meluasdengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk 
menyala ataumeledak. 
d) Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair 
Debu-debu dari zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang 
berupasuspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam 
udaradan dapat meledak. 
e) Percikan api 
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakaranya 
campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan 
apaitak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat. Oleh karena itu, tidak 
cukupnyaenergi dan panas yang ditimbulkan akan menghilang di alam benda 
padat. Percikan api mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik dan juga karena 
kelistrikan statissebagai gesekan 2 benda yang bergerak. 
f) Reaksi kimia 
Reaksi kimia tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat terjadinya 
kebakaran. Zat-zat yang bersifat oksidasi seperti hydrogen peroksida, klorat, 
boratdan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasasn dengan 
aktifmeningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakaranya bahan-bahan
Perancangan Sprinkler 
yangdapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas yang dating dari luar, 
bahanyangmengoksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat organic, 
terutama jika bahanorganic, terutama jika bahan organic terdapat dalam bentuk 
partikel atau jika kontak. 
11 
2.1.2 Cara Pencegahan Bahaya Kebakaran 
Setelah mengetahui teori segitiga api dan fenomena kebakaran, maka kita dapat 
mengetahui bagaimana tata cara pencegahan bahaya kebakaran, diantaranya adalah 
sebagai berikut: 
1. Cara Penguraian 
Yaitu dengan cara memisahkan/menempatkan pada tempat khusus bahan bakar 
atau yang mudah terbakar. 
2. Cara Pendinginan 
Yaitu dengan cara menurunkan temperatur bahan bakar hingga berada dibawah 
titik nyalanya. 
3. Cara Isolasi 
Yaitu dengan cara menurunkan konsentrasi/kadar oksigen hingga dibawah 12%. 
Selain cara pencegahan diatas, sebenarnya masih ada aspek-aspek penting untuk 
mencegah terjadinya kebakaran yaitu sebagai berikut : 
1. Aspek Normatif 
Merupakan aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mencegah bahaya kebakaran 
yang biasanya berupa hal-hal normal yang harus dipenuhi untuk mencegah 
kebakaran, seperti: adanya sistem proteksi kebakaran, tersedianya pintu 
darurat, dsb. 
2. Aspek Administratif 
Aspek - aspek yang ada disini berhubungan erat dengan komitmen pihak 
managemen perusahaan untuk peduli terhadap pencegahan bahaya kebakaran 
dalam perusahaan. Seperti penyediaan tenaga ahli khusus proteksi kebakaran 
dan perlengkapannya, dsb. 
3. Aspek Teknis 
Aspek teknis merupakan aspek yang sangat penting, karena aspek ini 
berkaitan erat dengan cara penggunaan sarana proteksi yang ada dalam 
perusahaan. Sehingga untuk menggunakannya dengan cara yang benar dan
Perancangan Sprinkler 
sesuai dengan prosedur, diperlukan pelatihan-pelatihan khusus bagi petugas 
proteksi kebakaran dalam suatu perusahaan. 
12 
2.1.3 Penanggulangan Bahaya Kebakaran 
Jika ternyata kebakaran tetap saja terjadi, maka dibutuhkan teknik 
penanggulangan kebakaran yaitu: 
1. SER (Self Emergency Response) 
Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara memanfaatkan sarana dan 
prasarana yang tersedia seperti hydrant, APAR, sprinkler dan lain-lain. Jika sarana 
dan prasarana ini tidak tersedia atau kurang memadai maka terkadang kebakaran 
akan sulit ditanggulangi. 
2. CER (Community Emergency Response) 
Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara meminta bantuan kepada 
masyarakat sekitar dan juga kepada departemen pemadaman kebakaran. Hal ini 
sering dilakukan karena pada bangunan yang terbakar tidak memiliki sarana dan 
prasarana penanggulangan kebakaran yang memadai. Namun, Community 
Emergency Response ini terkadang mendapat hambatan seperti keterlambatan, 
akses masuk yang sempit sehingga truk pemadam kebakaran tidak dapat masuk, 
dan kurangnya ketersediaan air pada lokasi kebakaran sehingga truk pemadam 
kebakaran harus bolak-balik ke lokasi kebakaran untuk mengambil air. 
a. Perencanaan Konsep 
Untuk merencanakan instalasi sistem pencegahan kebakaran harus 
diperhatikan faktor yang menentukan antara lain, 
1. Klasifikasi Hunian 
Klasifikasi sifat hunian adalah klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran yang 
diklasifikasikan berdasarkan struktur bahan bangunan, banyaknya bahan yang 
disimpan di dalamnya, serta sifat kemudahan terbakarnya, juga ditentukan oleh 
jumlah dan sifat penghuninya. 
Klasifikasi sifat hunian dibagi atas: 
a. Hunian Bahaya Kebakaran Ringan. 
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah dan 
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya 
api lambat.
Perancangan Sprinkler 
13 
b. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I. 
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, 
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 
m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga 
menjalarnya api sedang. 
c. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok II. 
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, 
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m 
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga 
menjalarnya api sedang. 
d. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III. 
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan 
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya 
api cepat. 
e. Hunian Bahaya Kebakaran Berat. 
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan 
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, penyimpanan cairan 
yang mudah terbakar, sampah, serat, atau bahan lain yang apabila terbakar 
apinya cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga 
menjalarnya api cepat. 
f. Hunian Khusus. 
Untuk hunian khusus seperti penyimpanan atau tempat dimana penggunaan 
cairan yang mempunyai kemudahan terbakar tinggi dapat digunakan sistem 
pancaran serentak. Karena keadaan yang menguntungkan, beberapa macam 
hunian dapat memperoleh keringanan satu kelas lebih rendah dengan 
persetujuan instansi yang berwenang.
Perancangan Sprinkler 
14 
2. Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai. 
Didalam perencanaan konsep instalasi sprinkler, klasifikasi gedung 
menurut tinggi dan jumlah lantai yaitu: 
Tabel 2.1 Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai 
Klasifikasi Bangunan Ketinggian dan Jumlah Lantai 
A. Tidak Bertingkat 
B. Tidak Bertingkat 
C. Bertingkat Rendah 
D. Bertingkat Tinggi 
E. Bertingkat Tinggi 
Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 
(satu) lantai (lapis) 
Ketinggian lebih dari 8 meter atau 2 (dua) 
lantai (lapis) 
Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 
(empat) lantai (lapis) 
Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 
(delapan) lantai (lapis) 
Ketinggian lebih dari 40 meter atau diats 8 
(delapan) lantai (lapis) 
(Sumber: PermenakerNo. Per 04/MEN/1980) 
3. Sistem Sprinkler 
Sprinkler adalah sebuah alat pemadam api otomatis, dimana system yang 
terpasang secara modul air di atas plafon dan jumlah modul terpasang 
disesuaikan dengan kebutuhan volume ruangan yang akan dilindungi. Sistim 
pemadam otomatis ini akan bekerja bila ada asap/awal nyala api yang 
terdeteksi oleh pengindera elektronik (sensor). Oleh karenanya bila dipasang 
beberapa unit dalam satu ruangan akan bekerja secara serentak karena ujung 
nozzle/sprinkler alat ini dilengkapi dengan actuator yang bekerja secara 
elektronik. Alat ini juga berfungsi sebagai Thermatic artinya bila terjadi 
kegagalan fungsi elektonik tetap bekerja akibat panas pada temperatur ± 68°C. 
Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada bangunan gedung, karena 
sistem sprinkler otomatik telah terbukti paling efektif dalam memadamkan 
kebakaran. Namun sangat disayangkan jika masih banyak stakeholders 
(pemilik, bahkan konsultan dan instansi berwenang) menganggap bahwa 
sprinkler tidak efektif dan memakan biaya besar, sehingga menggantinya 
dengan sistem lain. Sistem sprinkler otomatik adalah kombinasi dari deteksi
Perancangan Sprinkler 
panas dan pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang 
atau sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/ 
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran 
dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka 
keberhasilan mencapai 99%. 
Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen 
(SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). 
Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara ruangan ikut mengapung ke 
atas yang dinamakan plume. Bila plume membentur langit-langit, maka terjadi 
aliran udara panas secara radial pada atau dekat dengan langit-langit. Aliran 
udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30 
cm dari langit-langit. Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi 
perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas 
sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang menyebabkan temperaturnya akan 
naik dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan. Elemen sensor panas 
ini mempunyai temperatur kerja nominal yang bermacam-macam dari 57°C 
s/d 343°C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya kebakaran 
huniannya. 
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor 
panasnya telah naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian 
apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip 
operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain 
seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila 
bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi 
dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap. Bila 
kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 
2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di 
bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus 
bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap 
di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan. 
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur 
nyala api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi 
kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap 
akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program 
15
Perancangan Sprinkler 
simulasi kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET). Meskipun 
persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya, 
sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan 
rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko 
bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen, 
mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian rancangan 
densitasnya pun berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan 
di lapangan kurang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan 
rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi 
sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program 
inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar (NFPA 25), 
mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran. 
Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai 
terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api 
(dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut 
mempengaruhi kinerja sistem sprinkler. 
Sistem sprinkler bekerja secara otomatis dengan memancarakan air 
bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidak-tidaknya 
mencegah meluasnya kebakaran. Instalasi sprinkler ini dipasang 
secara tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran 
secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadi kebakaran. 
16 
Ada beberapa jenis sistem sprinkler, diantaranya yaitu: 
a. Sistem basah (wet pipe system) 
Sistem sprinkler basah bekerja secara otomatis terhubung dengan sistem 
pipa yang berisi air. Peralatan yang digunakan pada sistem sprinkler 
jenis terdiri dari sumber air, bak penampungan, kepala sprinkler, tangki 
tekanan dan pipa air dimana dalam keadaan keadaan normal, seluruh 
jalur pipa penuh dengan air. Sistem ini paling terkenal dan paling sedikit 
menimbulkan masalah. 
b. Sistem kering (dry pipe system) 
Sistem sprinkler kering merupakan suatu instalasi sistem sprinkler 
otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang 
mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut
Perancangan Sprinkler 
akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe 
valve 
17 
c. Sistem curah (deluge system) 
Sistem curah biasanya untuk proteksi kebakaran pada trafo-trafo 
pembangkit tenaga listrik atau gudang-gudang bahan kimia tertentu. 
Sistem ini menyediakan air secara cepat untuk seluruh area dengan 
memakai kepala sprinkler terbuka yang dihubungkan ke suplai air 
melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan 
sistem deteksi yang dipasang diarea yang sama dengan sprinkler. Ketika 
valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan 
dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada. 
d. Sistem pra aksi (preaction system) 
Komponen sistem pra aksi memiliki alat deteksi dan kutub kendali 
tertutup, instalasi perpipaan kosong berisi udara biasa (tidak bertekanan) 
dan seluruh kepala sprinkler tertutup. Valve untuk persediaan air dibuka 
oleh suatu sistem operasi detector otomatis yang dengan segera 
mengalirkan air dalam pipa. Penggerak sistem deteksi membuka katup 
yang membuat air dapat mengalir ke sistem pipa sprinkler dan air akan 
dikeluarkan melalui beberapa sprinkler yang terbuka. Kepekaan alat 
deteksi pada sistem pra aksi ini diatur berbeda dan akan lebih peka, 
maka dari itu disebut sistem pra aksi karena ada aksi pendahuluan 
sebelum kepala sprinkler pecah. 
e. Sistem kombinasi (combined system) 
Sistem sprinkler kombinasi bekerja secara otomatis dan terhubung 
dengan sistem yang mengandung air di bawah tekanan yang dilengkapi 
dengan sistem deteksi yang terhubung pada satu area dengan sprinkler. 
Sistem operasi deteksi menemukan sesuatu yang janggal yang dapat 
membuka pipa kering tanpa adanya kekurangan tekanan air di dalam 
sistem tersebut. 
Menurut SNI 03-3989-2000, dikenal dua macam sistem sprinkler 
yaitu sprinkler berdasarkan arah pancaran dan berdasarkan kepekaan 
terhadap suhu. Berikut klasifikasi kepala sprinkler: 
a. Sistem sprinkler terdiri dari : 
1. Penyedia air yang cukup
Perancangan Sprinkler 
18 
2. Jaringan pipa yang cukup 
3. Perlengkapan sprinkler 
b. Klasifikasi kepala sprinkler : 
1. Berdasarkan arah pancaran: 
a) Pancaran keatas 
b) Pancaran kebawah 
c) Pancaran arah dinding 
2. Berdasarkan kepekaan terhadap suhu: 
a) Warna segel: 
1) Warna putih pada temperatur 93° C 
2) Warna biru pada temperatur 141° C 
3) Warna kuning pada temperatur 182° C 
4) Warna merah pada temperatur 227° C 
5) Tidak berwarna pada temperatur 68° C / 74° C 
b) Warna cairan dalam tabung: 
1) Warna jingga pada temperatur 53° C 
2) Warna merah pada temperatur 68° C 
3) Warna kuning pada temperatur 79° C 
4) Warna hijau pada temperatur 93° C 
5) Warna biru pada temperatur 141° C 
6) Warna ungu pada temperatur 182° C 
7) Warna hitam pada temperatur 201° C – 260° C 
Sistem sprinkler harus mengacu pada standar yang telah ditentukan 
untuk menjamin kualitas dan keandalannya. Bila menggunakan standar 
Inggris sebagai acuannya adalah: 
1. British Standart Code of Practice CP 402.201 (1952) 
2. The Rules of The Fire Offices Committee for Automatic Sprinkler 
Installations 
Code of practices berfungsi sebagai acuan untuk memberikan 
rekomendasi mengenai perencanaan bagian-bagian dari komponen, 
material yang harus dipakai, pemeriksaan dan pemeliharaannya. Apabila 
melibatkan pihak asuransi, maka untuk pemasangan dan pemeliharaanya 
harus mengikuti fire offices committee rules.
Perancangan Sprinkler 
Code of practices dan fire offices committee yang menjamin bahwa 
sistem sprinkler yang dipasang telah memenuhi standart, sehingga 
kesalahan atau ketidak handalan dari sistem jarang terjadi. 
Bila automatic sprinkler tidak berfungsi letak kesalahannya adalah 
kesalahan dari penggunaan bangunan itu sendiri seperti perubahan 
struktur bangunan, dilakukan perombakan dekorasi dan perubahan 
pemakaian dari gedung tersebut, sistem pemeliharaan yang tidak baik 
serta terjadinya kerusakan-kerusakan mekanis dari sistem tersebut. 
19 
4. Susunan pipa 
Susunan pipa instalasi sprinkler: 
a. Susunan cabang ganda. 
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke dua sisi pipa 
pembagi. 
b. Susunan cabang tunggal. 
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke satu sisi dari 
pipa pembagi. 
c. Susunan pemasukan di tengah. 
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran air dari 
tengah 
d. Susunan pemasukan di ujung. 
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran dari ujung. 
5. Pipa Penyalur 
Pipa penyalur untuk sistem sprinkler tidak boleh dihubungkan pada sistem lain 
kecuali seperti dibawah ini: 
a. Jaringan kota. 
Sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan 
tekanannya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat 
diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan 
distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas ijin Perusahaan 
Daerah Air Minum. Meter air tidak dianjurkan untuk dipasang pada 
sambungan sistem sprinkler. Apabila ditentukan lain harus digunakan meter
Perancangan Sprinkler 
air khusus. Ukuran pipa sekurang-kurangnya harus sama dengan pipa tegak 
yang disambungkan, dengan ukuran minimum 100 mm. 
20 
b. Tangki gravitasi. 
Tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan 
baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Kapasitas dan letak 
ketinggian tangki harus memberikan aliran dan tekanan yang cukup. 
Tangki gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran 
dan system sprinkler otomatis harus : 
a) Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat 
menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem 
tersebut. 
b) Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada 
ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum 
yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan. 
c) Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian 
tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang 
diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan. 
c. Tangki bertekanan 
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima 
sebagai system penyediaan air. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan 
suatu cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. 
Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya sistem penyediaan air, 
sistem tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang 
memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi muka air dalam 
tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tanda bahaya harus 
dihubungkan dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik 
yang melayani kompresor udara. 
Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem 
sprinkler dan system slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan 
sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air sampai penuh, dan diberi 
tekanan udara ditambah dengan 3 x tekanan yang disebabkan oleh berat air 
pada perpipaan sistem sprinkler di atas tangki kecuali ditetapkan lain oleh 
pejabat yang berwenang.
Perancangan Sprinkler 
21 
d. Sambungan pemadam kebakaran 
Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yang 
memungkinkan petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam 
sistem sprinkler, ukuran pipa minimum adalah 100 m. Pipa berukuran 80 
mm dapat digunakan, apabila dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 80 
mm juga. Sambungan pemadam kebakaran harus ditempatkan pada bagian 
system sprinkler di dekat katup balik. 
Automatic sprinkler system harus dilengkapi dengan persediaan air 
yang cukup dan memenuhi persyaratan. Persediaan air dapat dieroleh dari: 
1. Jaringan hydrant kota (town mains) 
2. Persediaan air pribadi (elevated private reservoir) 
3. Tanki gravitasi (gravity tank) 
4. Persediaan air dilengkapi pompa otomatis 
5. Tanki bertekanan (pressure tank) 
Pemilihan sistem instalasi kebakaran berdasar atas persediaan air yang 
dibagi dalam 3 kategori sesuai jumlah dan macam persedian air yang 
tersedia. 
a. Kategori 1 
Sistem pesediaan air dari dua sumber atau satu sumber, tetapi mampu 
melayani seluruh sprinkler yang dipasang dalam suatu bangunan dan 
tidak melebihi 2000 sprinkler dengan 200 sprinkler untuk setiap resiko 
kebakaran yang terpisah. 
b. Kategori 2 
Sistem persediaan air dengan satu sumber tetapi tidak membatasi jumlah 
atau banyaknya sprinkler yang dipasang. 
c. Kategori 3 
Sistem persediaan air diambil dari jaringan hidran kota atau pompa 
otomatis. Pada kategori ini tidak dapat digunakan untuk klasifikasi 
bahaya kebakaran berat.
Perancangan Sprinkler 
22 
2.2. Dasar Perencanaan 
2.2.1 Klasifikasi Sistem. 
Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi hunian 
bahaya kebakaran, yaitu : 
1. Sistem bahaya kebakaran ringan, 
2. Sistem bahaya kebakaran sedang, 
3. Sistem bahaya kebakaran berat. 
Jaringan pipa untuk dua sistem bahaya kebakaran atau lebih yang berbeda 
boleh dihubungkan pada satu katup kendali dengan ketentuan jumlah kepala 
sprinkler yang dilayani tidak melampaui jumlah maksimum. 
2.2.2 Perhitungan Hidrolik. 
Perhitungan hidrolik tiap sistem harus direncanakan berdasarkan kepadatan 
pancaran pada daerah kerja maksimum yang diperkirakan (banyaknya kepala 
sprinkler yang dianggap bekerja) dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh dari 
gedung yang dilindungi. 
2.2.3 Kepadatan Pancaran 
Kepadatan pancaran yang direncanakaan dan daerah kerja maksimum yang 
diperkirakan untuk ketiga klasifikasi tersebut diatas tercantum dibawah ini 
(sumber: SNI 03-3989-2000): 
a) Sistem bahaya kebakaran ringan. 
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit. Daerah kerja 
maksimum yang diperkirakan : 84 m2. 
Catatan : 
Tambahan kepadatan sebesar 5 mm/men diberikan untuk daerah tertentu pada 
hunian bahaya kebakaran ringan, seperti : ruang atap, ruang besmen, ruang 
ketel uap, dapur, ruang binatu, ruang penyimpanan, ruang kerja bengkel dan 
lain-lain dengan penentuan jarak kepala sprinkler yang lebih dekat . 
b) Sistem bahaya kebakaran sedang. 
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit. Daerah kerja maksimum 
yang diperkirakan 72 ~ 360 m2. 
Catatan : 
Sistem bahaya kebakaran sedang terdiri dari 3 (tiga) kelompok berdasarkan 
daerah kerja maksimum yang diperkirakan, yaitu : 
kelompok I (bahaya kebakaran sedang ringan) 72 m2,
Perancangan Sprinkler 
kelompok II (bahaya kebakaran sedang-sedang) 144 m2, 
kelompok III (bahaya kebakaran sedang berat) 216 m2. 
Apabila kemungkinan terjadi penyalaan serentak, misalnya yang mungkin 
terjadi pada proses persiapan di pabrik tekstil, maka luas maksimumnya 360 
m2. 
23 
c) Sistem bahaya kebakaran berat 
Kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5 ~ 12,5 mm/men.Daerah kerja 
maksimum yang diperkirakan 260 m2. 
Catatan: 
Diperlukan perlengkapan perlindungan dengan pancaran berkecepatan tinggi 
atau sedang dalam daerah bahaya ini dimana larutan atau cairan lain yang 
mudah terbakar disimpan atau diolah. 
2.3 Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran 
Pada Bangunan Gedung. 
2.3.1 Permohonan Persetujuan 
Sebelum mulai dengan pemasangan, gambar perencanaan harus mendapat 
persetujuan pihak yang berwenang, perubahan yang terjadi pada gambar 
perencanaan yang telah disetujui harus dimintakan persetujuan ulang. 
2.3.2 Gambar Perencanaan 
Gambar perencanaan harus dibuat dengan skala tertentu, pada kertas 
gambar yang berukuran sama dan harus memuat denah tiap lantai. Gambar 
perencanaan harus dapat diperbanyak dengan mudah. Hal-hal seperti dibawah ini 
harus tercantum dalam gambar perencanaan : 
a) Nama pemilik dan jenis hunian 
b) Alamat. 
c) Klasifikasi bahaya kebakaran. 
d) Arah mata angin 
e) Kontruksi atap dan langit-langit. 
f) Potongan gedung. 
g) Letak dinding tahan api. 
h) Letak dinding pemisah. 
i) Jenis hunian tiap ruang atau kamar 
j) Letak tempat-tempat yang tertutup dan penyimpanan barang
Perancangan Sprinkler 
k) Ukuraan pipa dan tekanan air bersih kota dan apakah merupakan ujung buntu 
24 
atau jaringan melingkar 
l) Penyedian air cara lain dengan tekanan atau gravitasi 
m) Merk, ukuran lubang, dan jenis sprinkler 
n) Suhu kerja dan letak sprinkler 
o) Jumlah sprinkler pada tiap pipa tegak, jumlah sprinkler pada tiap sistem dan 
luas daerah yang dilindungi tiap lantai 
p) Jumlah sprinkler pada setiap pipa tegak dan jumlah keseluruhan tiap lantai 
q) Merk, model dan tipe tanda bahaya yang dipakai 
r) Macam dan letak lonceng tanda bahaya hidrolis 
s) Percabangan, nipel pipa tegak dan ukuran-ukurannya 
t) Jenis penggantung 
u) Semua katup kendali, pipa pengering, pipa uji 
v) Slang kebakaran 
w) Nama dan alamat instalatur. 
2.3.3 Penyediaan Air Dan Pompa Untuk Sistem Sprinkler 
Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari: 
1. Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang 
direncanakan 
2. Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang 
memenuhi keperluan disain hidrolis 
3. Bejana tekan 
4. Tangki gravitasi 
Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya 
kebakaran ringan adalah 500-750 gpm (SNI 03-3989-2000), untuk waktu 
pengoperasian selama 30-60 menit. Pompa yang digunakan harus yang bekerja 
otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu digunakan juga jockey pump untuk 
mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang 
seharusnya agar tetap konstan. Apabila cadangan air untuk pencegahan 
kebakaran dalam reservoir habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja 
maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan menghubungkan 
selang pemadam kebakaran pada fire department connection.
Perancangan Sprinkler 
25 
5. Syarat Penyambungan 
Pipa penyalur untuk system sprinkler tidak boleh dihubungkan pada 
system lain kecuali seperti yang diatur dalam bagian ini. 
a. Jaringan kota 
Sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila 
kapasitas dan tekanannya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem 
jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung 
pada jaringan distribusi ditempat penyambungan yang direncanakan atas 
izin perusahaan daerah air minum. Ukuran pipa sekurang-kurangnya harus 
sama dengan pipa tegak yang disambungkan, dengan ukuran minimum 4 
inchi. 
Gambar 2.4 Jaringan kota 
(Sumber : SNI 03-3989-2000) 
b. Tangki Gravitasi 
Tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan 
dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Kapasitas dan 
letak ketinggian tangki harus memberikan aliran dan tekanan yang cukup.
Perancangan Sprinkler 
26 
Gambar 2.5 TangkiGravitasi 
(Sumber : SNI 03-3989-2000) 
Tangki gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, kran 
kebakaran dan sistem sprinkler otomatis harus: 
1. Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat 
menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem 
tersebut. 
2. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada 
ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum 
yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan. 
3. Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian 
tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang 
diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.
Perancangan Sprinkler 
27 
Gambar 2.6 Sambungan pipa yang melayani keperluan rumah tangga kran kebakaran, 
sprinkler otomatis pada tangki gravitasi. 
( Sumber : SNI 03-3989-2000) 
c. Tangki Bertekanan 
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima 
sebagai sistem penyediaan air. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan 
suatu cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. 
Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya system penyediaan air, 
system tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang 
memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi permukaan air 
dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tanda bahaya harus 
dihubungkan dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik 
yang melayani kompresor udara. 
Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani system 
sprinkler dan sistem slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan 
sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air 2/3 penuh, dan diberi 
tekanan udara ditambah dengan 3X tekanan yang disebabkan oleh berat air 
pada perpipaan system sprinkler diatas tangki kecuali ditetapkan lain oleh 
pejabat yang berwenang (SNI 03-3989-2000).
Perancangan Sprinkler 
28 
Gambar 2.7 Tangki bertekanan 
(Sumber : SNI 03-3989-2000) 
d. Sambungan Pemadam Kebakaran 
Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yang 
memungkinkan petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam 
system sprinkler, ukuran pipa minimum adalah 4 inch. Pipa berukuran 3 
inch dapat digunakan, apabila dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 3 
inch juga. Sambungan pemadam kebakaran harus ditempatkan pada bagian 
sistem sprinkler didekat katup balik. 
2.4 Persyaratan Khusus Untuk Berbagai Sistem Penyediaan Air. 
2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Kota 
Sistem sprinkler dapat disambungkan pada jaringan air bersih kota yang 
dapat menyediakan air selama 24 jam dengan tekanan dan kapasitas yang cukup 
sesuai dengan persyaratan kapasitas aliran dan tekanan. Pipa kota yang dapat 
disambungkan pada sistem sprinkler adalah pipa kota yang mendapat aliran dari 
dua arah. Sistem sprinkler yang melayani sistem bahaya kebakaran sedang 
kelompok III dan sistem bahaya kebakaran berat dapat disambung pada pipa kota 
yang merupakan ujung buntu dan mempunyai ukuran minimum 6 inch.
Perancangan Sprinkler 
Sistem penyediaan air bersih kota yang mempunyai reservoir dengan daya 
tampung minimum 1000 m3, boleh disambungkan pada sistem sprinkler untuk 
sistem bahaya kebakaran berat. Untuk sistem bahaya kebakaran ringan, reservoir 
dengan daya tampung lebih kecil dari 1000 m3 masih diperbolehkan. Setiap katup 
penutup (selain katup penutup yang menjadi tanggung jawab PDAM) harus selalu 
diamankan dalam keadaan terbuka dan menjadi tanggung jawab pemilik gedung. 
29 
2.4.2 Sistem Tangki Gravitasi 
Tangki gravitasi yang dimaksud adalah tangki yang khusus dipasang di 
dalam gedung guna pemadam kebakaran. Tangki dipasang pada ketinggian 
sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air dalam kapasitas dan tekanan 
cukup pada instalasi pemadam kebakaran. Apabila kapasitas tangki dibuat lebih 
besar dari yang disyaratkan, penggunaan air untuk keperluan lain tidak boleh 
mengurangi kapasitas yang disyaratkan untuk sprinkler. 
Pipa keluar untuk penggunaan lain, harus dipasang sedemikian rupa, 
sehingga air dalam tangki selalu tersisa sesuai dengan kapasitas yang disyaratkan 
untuk sprinkler. Tangki gravitasi harus dilengkapi dengan tanda tinggi muka air. 
Air dalam tangki harus selalu diusahakan bersih dan bebas dari bahan-bahan yang 
mengendap, tangki harus dibersihkan tiap 3 tahun sekali. Untuk memudahkan 
pembersihan harus disediakan tangga permanen. Sebuah tangki gravitasi tidak 
boleh dipakai sebagai penyediaan air untuk dua gedung dengan pemilik yang 
berlainan. 
2.4.3 Sistem Pompa Otomatis 
Pompa kebakaran harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga mudah 
dicapai di dalam gedung atau ditempatkan di dalam bangunan tahan api di luar 
gedung. Pompa kebakaran tidak boleh digunakan untuk keperluan lain di luar 
keperluan kebakaran. (Dianjurkan pemasangan pompa kebakaran terpisah untuk 
keperluan instalasi slang kebakaran). 
2.4.4 Pompa Listrik 
Tenaga listrik untuk menjalankan pompa harus dari aliran listrik yang dapat 
diandalkan, sebaiknya aliran listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel yang
Perancangan Sprinkler 
disediakan khusus. Apabila listrik kota dapat diandalkan, kebutuhan listrik untuk 
pompa kebakaran dapat dipenuhi oleh aliran listrik kota. 
Daya listrik yang tersedia harus menjamin tenaga listrik yang dibutuhkan 
untuk menjalankan pompa setiap saat. Tiap tombol listrik yang melayani pompa 
kebakaran harus diberi tanda dengan jelas yang bertuliskan “Pompa Kebakaran 
Jangan Dimatikan Waktu Kebakaran“. 
Lampu tanda harus dipasang untuk menyatakan bahwa ada aliran listrik. 
Lampu tanda harus dipasang di dekat pompa sedemikian rupa, sehingga mudah 
dilihat oleh operator. Tanda yang dapat dilihat dan didengar untuk memberi 
peringatan apabila aliran listrik terputus harus dipasang pada panel start motor 
listrik pompa. Aliran listrik untuk tanda dimaksud harus dari aliran listrik lain 
yang melayani motor listrik. 
Apabila aliran listrik dari aki, maka aki harus dilengkapi dengan alat 
pengisi aki yang selalu mengisi setiap saat. Sekring berkapasitas tinggi harus 
dipasang untuk : 
1. Melindungi kabel-kabel listrik yang disambung ke motor listrik 
2. Melindungi motor listrik sesuai dengan standar yang berlaku. 
30 
2.4.5 Pompa Diesel 
Pompa dengan motor diesel disambung dengan kopling yang 
memungkinkan masing- masing bagian dapat dilepas secara tersendiri. Ventilasi 
yang cukup harus diusahakan dalam ruang diesel untuk mengurangi panas dan 
memberikan aliran udara. Mesin yang digunakan harus dari jenis motor diesel 
dengan injeksi langsung yang dapat dijalankan tanpa menggunakan sumbu, busi 
pemanas, eter atau letupan. Kapasitas penuh harus dapat dicapai dalam waktu 15 
detik sejak start. Penggunaan super charger atau turbo charger dengan pendingin 
udara atau air diperbolehkan. 
Pompa diesel harus dapat bekerja terus-menerus pada beban penuh untuk 
waktu 6 jam dan harus dilengkapi dengan alat pengatur kecepatan, dalam 
jangkauan 4,5% dari nilai kecepatan yang ditentukan pada keadaan nilai beban 
permulaan sampai beban penuh. Alat untuk mematikan mesin harus dilengkapi 
dengan alat manual dan kembali pada keadaan siap start secara otomatis. 
Tangki bahan bakar motor diesel harus dibuat dari baja yang di las. Tangki 
harus dipasang lebih tinggi dari pompa bahan bakar (pompa injeksi diesel) untuk
Perancangan Sprinkler 
dapat mengalirkan secara gravitasi. Pada tangki harus dipasang alat yang dapat 
menunjukkan isi bahan bakar. Persediaan bahan bakar tambahan harus disediakan 
untuk waktu bekerja 6 jam disamping bahan bakar yang telah ada dalam tangki 
bahan bakar. 
Bila terdapat lebih dari satu motor, maka tiap motor harus mempunyai 
tangki bahan bakar dan pipa penyalur yang terpisah. Pipa penyalur bahan bakar 
tidak boleh dari bahan plastik. Katup pipa penyalur harus dipasang dekat tangki 
bahan bakar dan harus selalu dalam keadaan terbuka. Harus disediakan dua cara 
menjalankan motor: 
1. Start otomatis dengan cara memasang motor starter yang dilayani oleh aki. 
Motor starter akan bekerja, apabila tekanan air dalam sistem sprinkler turun. 
Kapasitas aki harus sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menghidupkan 
motor starter 10 kali berturut-turut tanpa pengisian kembali. 
2. Start manual dengan cara engkol apabila motor tidak besar atau motor starter 
31 
yang dihidupkan secara manual. 
Catatan : 
Motor starter untuk start otomatis dapat juga dipakai untuk start manual 
apabila disediakan dua aki untuk masing-masing penggunaan. Pengisian aki 
harus dilakukan secara perlahan-lahan. Alat pengisi aki harus dilengkapi 
dengan sakelar untuk memilih pengisian cepat.Alat pengisi aki harus dapat 
mengisi dua aki bersama-sama.Harus selalu disediakan suku cadang yang 
terdiri dari : 
a) Dua set saringan bahan bakar 
b) Dua set saringan minyak pelumas lengkap dengan karet perapat (seal) 
c) Dua set tali kipas (bila digunakan tali kipas) 
d) Satu set kopling lengkap, gasket-gasket, slang-slang 
e) Dua set pengabut bahan bakar. 
f) Motor harus dijalankan tiap minggu sekali selama sekurang-kurangnya 
10 menit.
Perancangan Sprinkler 
32 
2.5 Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler 
2.5.1 Penempatan Kepala Sprinkler 
Penempatan kepala sprinkler didasarkan luas lingkup maksimum tiap kepala 
sprinkler di dalam satu deret dan jarak maksimum deretan yang berdekatan. 
2.5.2 Bahaya Kebakaran Ringan 
a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler : 
1. Sprinkler dinding 17 m2 
2. Sprinkler lain 20 m2 
Gambar 2.8. Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler 
(Sumber : SNI 03-3989- 2000)
Perancangan Sprinkler 
33 
Gambar 2.9. Penempatan Dan Letak Kepala Sprinkler Selang-seling 
(Sumber : SNI 03-3989- 2000) 
b) Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak 
maksimum antara deretan yang berdekatan : 
1. Sprinkler dinding 
2. Sprinkler lain 4,6 m 
Di bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti : ruang 
langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang, 
ruang kerja bengkel dan sebagainya, luas maksimum dibatasi menjadi 
sebesar 9 m2 tiap kepala sprinkler dan jarak maksimum antara kepala 
sprinkler 3,7 m. 
2.5.3 Bahaya Kebakaran Sedang 
a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler : 
1. Sprinkler dinding 9 m2 
2. Sprinkler lain 12 m2 
b) Jarak maksimum kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum 
deretan yang berdekatan :
Perancangan Sprinkler 
34 
1. Sprinkler dinding 
2. Sprinkler lain : 
a. Jika penempatan standar 4 m 
b. Jika kepala sprinkler dipasang selang seling : 
jarak maksimum antara kepala sprinkler 4,6 m 
Jarak maksimum pipa cabang 4,0 m 
Untuk gudang pendingin yang memakai metode pendingin dengan 
sirkulasi udara, penggilingan padi, studio film, panggung pada gedung 
pertunjukan, luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler 9 m2 dan 
jarak maksimum antara kepala sprinkler 3 m. 
Pengaturan penempatan kepala sprinkler selang-seling pada sistem 
bahaya kebakaran sedang, dimaksudkan untuk menempatkan kepala 
sprinkler terpisah sejauh lebih dari 4 meter pada pipa cabang. 
S = Perencanaan penempatan kepala sprinkler pada pipa cabang 
maksimum 4,6 m 
D = Jarak antara kepala sprinkler maksimum 4,0 m 
(sumber: SNI 03-3989-2000) 
2.5.4 Bahaya Kebakaran Berat 
a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler : 
1. Umum 9 m2 
2. Dalam rak penyimpanan : 
a. Dengan satu jajar sprinkler 10 m2 
b. Dengan dua jajar sprinkler 7,5 m2 
c. Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak 
maksimum deretan yang berdekatan : 
1). umum 3,7 m2 
2). dalam rak penyimpanan 2,5 m2 
Catatan : Jika dipasang lebih dari satu lapisan sprinkler dalam rak 
penyimpanan, penempatan kepala sprinkler dilapis berikutnya harus diselang-seling.
Perancangan Sprinkler 
35 
2.6 Jarak Maksimum Untuk Penempatan Kepala Sprinkler Dinding Samping 
2.6.1 Sepanjang Dinding 
Sistem bahaya kebakaran ringan 4,6 m. 
Sistem bahaya kebakaran sedang : 
1. 3,4 m (langit-langit tidak tahan api) 
2. 3,7 m (langit-langit tahan api) 
2.6.2 Dari Ujung Dinding 
Sistem bahaya kebakaran ringan 2,3 m 
Sistem bahaya kebakaran sedang 1,8 m 
2.6.3 Jumlah Deretan Kepala Sprinkler 
a) Untuk ruangan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 3,7 m, cukup 
dilengkapi dengan sederet sprinkler sepanjang ruangan. Untuk ruangan yang 
lebarnya antara 3,7 m sampai 7,4 m harus dilengkapi dengan deretan sprinkler 
sepanjang ruangan pada tiap sisinya. 
b) Untuk ruangan yang panjangnya lebih dari 9,2 m (bahaya kebakaran ringan) 
atau lebih dari 7,4 m (bahaya kebakaran sedang) deretan sprinkler harus 
dipasang selang-seling, sehingga setiap kepala sprinkler terletak pada garis 
tengah antara dua kepala sprinkler yang berhadapan. 
c) Untuk ruangan yang lebarnya lebih dari 7,4 m deretan kepala sprinkler jenis 
konvensional (dipasang pada langit-langit) harus dipasang pada langit-langit di 
tengah-tengah antara dua deret kepala sprinkler sebagai tambahan. 
2.7 Kepala Sprinkler 
2.7.1 Kapasitas Pancaran 
a) Perhitungan kapasitas pancaran air di kepala sprinkler. 
Untuk menghitung kapasitas pancaran air di kepala sprinkler, berlaku rumus: 
Q = kP 
dimana : 
Q = kapasitas pancaran tiap kepala sprinkler, dalam liter/menit. 
K = konstanta yang ditentukan oleh ukuran nominal lubang kepala 
sprinkler. 
P = tekanan air di kepala sprinkler dalam kg/cm2.
Perancangan Sprinkler 
36 
b) Ukuran lubang kepala sprinkler. 
Ukuran nominal lubang kepala sprinkler yang dibenarkan untuk masing-masing 
sistem bahaya kebakaran adalah sebagai berikut : 
Tabel 2.2 Ukuran lubang kepala sprinkler 
No. Klasifikasi bahaya kebakaran 
Ukuran nominal lubang kepala 
sprinkler (mm) 
1 Sistem bahaya kebakaran ringan 10 
2 Sistem bahaya kebakaran sedang 15 
3 Sistem bahaya kebakaran berat 20 
Sumber : SNI 03-3989- 2000 
c) Konstanta “k”. 
Konstanta “k” untuk ketiga ukuran lubang kepala sprinkler tersebut di atas 
adalah sebagai berikut: 
Tabel 2.3 Konstanta 
No. 
Ukuran nominal lubang kepala 
sprinkler (mm) 
Konstanta “k” 
1 10 57±5% 
2 15 80±5% 
3 20 115±5% 
Sumber : SNI 03-3989- 2000 
2.7.2 Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler 
Jumlah maksimum kepala sprinkler yang dapat dipasang pada satu katup 
kendali adalah : 
Tabel 2.4 Jumlah maksimum kepala sprinkler 
Klasifikasi bahaya kebakaran Jumlah kepala sprinkler (buah) 
Sistem bahaya kebakaran ringan 500 
Sistem bahaya kebakaran sedang 1000 
Sistem bahaya kebakaran berat 1000 
Sumber : SNI 03-3989- 2000 
Catatan : Jumlah kepala sprinkler di tempat tertutup dapat diabaikan. 
2.7.3 Persediaan Kepala Sprinkler Cadangan 
Persediaan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler harus 
disimpan dalam satu kotak khusus yang ditempatkan dalam ruangan yang setiap 
suhunya tidak lebih dari 380⁰C. 
Persediaan kepala sprinkler cadangan tersebut paling sedikit adalah sebagai 
berikut :
Perancangan Sprinkler 
37 
Tabel 2.5 Persediaan Kepala Sprinkler Cadangan 
No. Klasifikasi bahaya kebakaran 
Persediaan kepala sprinkler 
cadangan 
1 Sistem bahaya kebakaran ringan 6 
2 Sistem bahaya kebakaran sedang 24 
3 Sistem bahaya kebakaran berat 36 
Sumber : SNI 03-3989- 2000 
Catatan : 
a. Persediaan kepala sprinkler cadangan harus meliputi semua jenis dan tingkat 
suhu dari kepala sprinkler yang terpasang. 
b. Apabila terdapat lebih dari 2 sistem, maka jumlah persediaan sprinkler 
cadangan harus ditambah 50% dari ketentuan tersebut di atas. 
2.8 Syarat dan Ketentuan Perencanaan 
1. Jarak antar sprinkler 
a. Kebakaran ringan : 4,6 m 
b. Kebakaran sedang I : 4 m 
c. Kebakaran sedang II : 3,5 m 
d. Kebakaan sedang III : 3 m 
e. Kebakaran berat : 3 m 
2. Daerah kerja maksimum 
a. Kebakaran ringan : 84 m2 
b. Kebakaran sedang I : 72 m2 
c. Kebakaran sedang II : 144 m2 
d. Kebakaran sedang III : 216 m2 
e. Kebakaran berat : 260 m2 
3. Kepadatan pancaran 
a. Kebakaran ringan : 2,5 m/ detik 
b. Kebakaran sedang I : 5 m/ detik 
c. Kebakaran sedang II : 5 m/ detik 
d. Kebakaran sedang III : 5 m/ detik 
e. Kebakaran berat : 7,5-12,5 m/ detik 
4. Jumlah sprinkler maksimum per katup kendali 
a. Kebakaran ringan : 500 buah 
b. Kebakaran sedang I : 1000 buah
Perancangan Sprinkler 
38 
c. Kebakaran sedang II : 1000 buah 
d. Kebakaran sedang III : 1000 buah 
e. Kebakaran berat : Sesuai perhitungan hidrostatik 
5. Cadangan sprinkler 
a. Kebakaran ringan : 6 buah 
b. Kebakaran sedang I : 24 buah 
c. Kebakaran sedang II : 24 buah 
d. Kebakaran sedang III : 24 buah 
e. Kebakaran berat : 36 buah 
6. Ukuran nominal nozel 
a. Kebakaran ringan : 10 mm 
b. Kebakaran sedang I : 15 mm 
c. Kebakaran sedang II : 15 mm 
d. Kebakaran sedang III : 15 mm 
e. Kebakaran berat : 20 mm 
2.9 Perhitungan Jumlah Sprinkler 
Dalam melakukan perhitungan jumlah sprinkler, maka perlu mencari jarak antar 
sprinkler dan jarak kepala sprinkler ke dinding. 
1. Jarak antar sprinkler 
x = jarak antar kepala sprinkler overlap 
R = jari-jari pancaran sprinkler 
2r2 = 푥2 + 푥2 
4푟2 = 2푥2 
2푟2 = 푥2 
푥 = √2푟2 
x 
x 
R 
R
Perancangan Sprinkler 
39 
2. Jarak kepala sprinkler ke dinding 
x = jarak kepala sprinkler ke dinding 
R = jari-jari pancaran sprinkler 
x 
x R 
푟2 = 푥2 + 푥2 
푟2 = 2푥2 
푥 = √0,5푟2 
 2.42 = 푥2 + 푥2 
 2.42 = 2푥2 
 푥 = √0,5푥2.42 
Jarak kepala sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. Kemudian dilakukan 
penghitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk perbandingan 
2.10 Pompa 
2.10.1 Fungsi dan Cara Kerja Pompa 
a. Pompa sprinkler terdiri dari 1 buah pompa hidran listrik sebagai pompa 
utama, digunakan bila tekanan/pressure tank turun setelah jocky pump tidak 
sanggup lagi mengatasi (jocky pumpakan mati sesuai dengan setting 
pressure tank) maka main pump akan bekerja. 
b. 1 buah pompa diesel sebagai cadangan digunakan bila terjadi kebakaran 
dan pompa mengalami kerusakan atau gagal operasional (listrik padam) dan 
pompa utama serta jocky pump berhenti bekerja mensuplai air maka diesel 
fire pumpakan melakukan start secara otomatis berdasarkan pressure 
switch. Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel 
diesel starter. Panel ini juga melakukan pengisian accu/men-charger accu 
dan dapat bekerja secara manual dengan kunci starter pada diesel tersebut. 
Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dengan pemanasan setiap 
minggu (2x pemanasan). Selain dilakukan pemanasan, diesel dilakukan
Perancangan Sprinkler 
pemeriksaan pada accu, pendingin air (air radiator), dan pengecekan pada 
pelumas mesin (oli mesin). 
c. 1 buah pompa pacu (jocky pump) digunakan untuk menstabilkan tekanan air 
40 
pada pipa dan pressure tank. 
2.10.2 Kapasitas Pompa 
Kapasitas pompa adalah kemampuan pompa untuk mengalirkan fluida 
(cair atau gas) dalam waktu tertentu. Kapasitas pompa dipengaruhi oleh jumlah 
fluida yang dialirkan, nilai laju aliran fluida dan hambatan lain dalam aliran 
fluida. Kapasitas pompa dapat dispesifikasikan menjadi: 
2.10.2.1 Head 
Head adalah energi mekanik yang terkandung dalam satu satuan 
berat jenis zat cair yang mengalir atau energi tiap satuan berat. Head dari 
instalasi pompa dapat dibedakan menjadi head statis dan head dinamis. Head 
terdiri dari dua bagian, antara lain: 
a. Head Total Pompa 
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan 
jumlah air dapat ditentukan berdasarkan kondisi instalasi yang akan 
dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat ditulis sebagai berikut: 
H = Ha + hp + H1 + 
퐿푉2 
2 푥퐷푥푔 
H : Head total (m) 
H1 : Kerugian head di pipa, katup, belokan dan sambungan (m) 
hp : Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air 
(m) 
Ha : Head statis total (m) 
Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar 
dan sisi isap, tanda positif dipakai apabila muka air disisi keluar lebih 
tinggi dari pada sisi isap. 
b. Head Kerugian 
1. Kerugian Gesekan dalam Pipa (Major Losses) 
Kerugian gesekan didalam pipa bergantung pada panjang 
pipa. Untuk menghitung besarnya kerugian akibat gesekan 
didalam pipa digunakan persamaan:
Perancangan Sprinkler 
41 
g 
V 
L 
f hf 
D 
. 2 
2 
 
Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) 
L : Panjang saluran (m) 
D : Diameter dalam saluran (m) 
V : Kecepatan rerata aliran (m/s) 
g : kecepatan grafitasi (m/s2) 
f :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re) 
*Ket: Nilai f dapat dilihat pada 
(Sumber: Sularso, Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor: 
Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT 
Pradnya Paramita) 
2. Kerugian Karena Perubahan Bentuk Geometri (Minor Losses) 
a. Kerugian head pada katup (valve) 
Kerugian head pada katup dapat ditulis sebagai berikut: 
hf = k 
푉2 
2 푥푔 
hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) 
V : Kecepatan rata-rata aliran (m/s) 
g : kecepatan grafitasi (m/s2) 
k :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re) 
(Sumber: Sularso,Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor. 
Jakarta. PT Pradnya Paramita) 
b. Kerugian head pada fitting 
Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian akibat gesekan 
juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang, 
belokan, dan arah aliran berubah. Kerugian head transisi 
tersebut dinyatakan dalam rumus: 
hf = f x 
푉2 
2 푥푔 
Untuk mendapatkan nilai f, maka dapat digunakan persamaan 
dibawah ini:
Perancangan Sprinkler 
42 
f = 0.131 + 1.847 [ 
퐷 
2푅 
 
90 
]3.5[ 
]0.5 
d : Diameter dalam saluran (m) 
R : jari-jari lengkungan sumbu belokan (m) 
V : Kecepatan rerata aliran (m/s) 
g : kecepatan grafitasi (m/s2) 
f :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re) 
 : Sudut belokan (derajat) 
3. Kerugian Head Pada Nozel 
Kerugian head untuk pengecilan mendadak dapat 
dinyatakan dengan rumus: 
hf = 
푉푑2 
2 푥푔 
Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) 
d : Diameter dalam saluran (m) 
V : Kecepatan rerata aliran (m/s) 
g : Kecepatan Gravitasi (m/s2) 
(Sumber: Sularso, Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor: 
Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT Pradnya 
Paramita) 
4. Kerugian head Pada Selang 
Berdasarkan pada SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara 
Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Selang 
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan 
Gedung, dijelaskan bahwa dalam menentukan tekanan pada outlet 
sambungan selang yang jauh. Faktor hilangnya tekanan pada 
katup selang perlu dipertimbangkan. 
Pada operasi pipa tegak, hilangnya tekanan akibat gesekan 
pada selang, dapat mengakibatkan tidak tercapainya tekan 6,9 bar 
(100 psi pada nozel) Pada system pipa tegak yang tinggi yang 
dilengkapi dengan katup penurunan tekan, petugas pemadam 
kebakaran hanya dapat sedikit mengatur atau sama sekali tidak 
dapat mengatur tekanan keluaran katup selang. Kerugian gesekan 
pada aliran dalam selang dapat dilihat pada
Perancangan Sprinkler 
43 
푓 푥 퐿 푥 푉2 
2 푥 퐷 푥푔 
hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) 
P : Kerugian gesekan dalam selang (kg/ms2) 
 : Massa jenis zat cair (kg/m3) 
g : Kecepatan Gravitasi (m/s2) 
hf= 
(Sumber: Sularso,Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor: 
Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT Pradnya 
Paramita) 
2.10.2.2 Daya Poros dan Efisiensi Pompa 
a. Daya air 
Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan 
waktu daya air yang dapat ditulis sebagai berikut: 
Pw =  x g x Qx Hp 
b. Daya poros 
Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa 
adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya didalam pompa. 
Daya ini dapat dinyatakan sebagai berikut: 
P = Pw/p 
Pw : Daya poros sebuah pompa (kW) 
p : Efisiensi pompa
Perancangan Sprinkler 
44 
BAB 3 
METODOLOGI 
3.1 Flow Chat Perencanaan dan Perancangan Sprinkler 
Mulai 
Pengumpulan data 
Perancangan Sringkler 
Studi Lapangan 
1. Luas Area Bangunan 
2. Lay Out Bangunan 
3. Fungsi Bangunan 
1. Standar NFPA 14 
2. SNI 03-1745-2000 
3. SNI 03-3989-2000 
4. SNI 03-6570-2001 
1. Klasifikasi hunian 
2. Perhitungan bangunan (area) yang 
dilindungi 
3. Perhitungan kebutuhan sprinkler 
4. Perancangan Reservoir 
5. Perhitungan Kebutuhan air 
6. Daya pompa yang digunakan 
Kesimpulan dan Saran 
Studi Literatur 
- 
Selesai 
Gambar 3.1 Flow Chat Perencanaan dan Perancangan Springkler
Perancangan Sprinkler 
45 
3.2 Perancangan Sprinkler 
Langkah-langkah perancangan sprinkle adalah sebagai berikut : 
3.2.1. Pengumpulan Data 
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam perencanaan dan dan 
perancangan sprinkler. Data awal yang dibutuhkan adalah studi lapangan yang 
terdiri dari luas area bangunan, layout ruangan dan fungsi ruangan. Selain itu 
dalam pengumpulan data ini juga melakukan studi literatur yang terdiri dari 
standar NFPA 14, SNI 03-1745-2000, SNI 03-3989-2000 dan SNI 03-6570-2001 
yang digunakan sebagai acuan / standart dalam perencanaan dan perancangan 
sprinkler. 
3.2.2. Klasifikasi hunian 
Dalam klasifikasi hunian ini untuk bangunan hotel Swiss-Belinn Malang 
termasuk dalam hunian bahaya kebakaran ringan. Namun di area banguan hotel 
ini juga terdapat parkiran mobil dan motor. Sedangkan klasifikasi hunian untuk 
parkir mobil dan motor termasuk dalam bahaya kebakaran sedang I. Serta 
terdapat syarat yang harus dipenuhi dalam setiap klasifikasi hunian bahaya 
kebakaran. 
3.2.3. Perhitungan bangunan yang dilindungi 
Perhitungan bangunan atau area yang dilindungi adalah dihitung berdasarkan 
klasifikasi hunian. Dimana untuk area hotel hotel Swiss-Belinn Malang terdapat 
dua klasifikasi bahaya kebakaran yaitu, bahaya kebakaran ringan dan bahaya 
kebakaran sedang I. 
3.2.4. Perhitungan kebutuhan sprinkler 
Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi 
hunian bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. 
3.2.5. Perancangan Reservoir 
Perancangan reservor meliputi dimensi reservoir yang digunakan panjang, 
lebar dan tinngi reservoir seta penentuan volume reservoir yang sesuai standart 
dalam hal pemadaman kebakaran. 
3.2.6. Perhitungan Kebutuhan Air 
Kebutuhan air untuk sprinkler dalam waktu 30 menit Q adalah 300 L/menit 
sesuai dengan SNI 03-3989-2000 untuk bahaya kebakaran ringan. Sedangkan 
bahaya kebakaran sedang I kebutuhan air Q adalah 375 L/menit.
Perancangan Sprinkler 
46 
3.2.7. Daya Pompa yang Digunakan 
Daya pompa didapat dari perhitungan sebagai berikut: 
Daya Pompa= ρ g Q Htotal 
Dimana : 
ρ = Massa jenis air 
g = Percepatan grafitasi 
Q = Debit air 
H = Head Loss Total 
3.2.8. Kesimpulan dan Saran 
Kesimpulan dan saran dalam perancangan sprinkler dapat digunakan untuk 
memberikan masukan dalam perancangan selanjutnya agar bisa lebih baik. Selain 
itu perancangan yang sudah sesuai standart dapat membuat suatu gedung atau 
area dapat menanggulangi kebakaran dengan cepat.
Perancangan Sprinkler 
47 
BAB 4 
PERANCANGAN SPRINKLER 
4.1. Klasifikasi Hunian 
Berdasarkan SNI 03-3989-2000 (halaman 7-8) untuk bangunan hotel total ini termasuk 
dalam klasifikasi hunian bahaya kebakaran ringan dan sedang I. 
a. Bangunan Hotel 
Hunian bahaya kebakaran ringan adalah macam hunian yang mempunyai jumlah dan 
kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, 
sehingga menjalarnya api lambat. 
b. Parkir Motor dan Mobil 
Hunian bahaya kebakaran sedang kelompok I adalah macam hunian yang 
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang 
mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi kebakaran 
melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. 
4.2. Ruangan Yang Tidak Perlu Dilindungi 
Semua ruang dalam gedung harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang 
tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang berdasarkan SNI 03- 
3989-2000 (halaman 9) seperti : 
a. ruang tahan api, 
b. kamar kakus, 
c. ruang panel listrik, 
d. ruangan tangga dan ruangan lain yang dibuat khusus tahan api. 
4.3. Perancangan Sprinkler Berdasarkan Klasifikasi Hunian 
Berdasarkan SNI 03-3989-2000 syarat yang harus dipenuhi untuk setiap hunian bahaya 
kebakaran berbeda, seperti yang terteta dibawah ini 
a. Sistem Bahaya Kebakaran Ringan 
 Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit* 
 Daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 84 m 
2 *
Perancangan Sprinkler 
 Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit 
2 
ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara 
48 
dan bertekanan 2,2 kg/cm 
2 
ditambah tekanan air yang ekivalen dengan 
perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi ** 
 Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler, untuk sprinkler dinding 17 m 
2 
dan sprinkler lain 20 m 
2 *** 
 Jarak kepala sprinkler dengan pipa (S) 4,6 m *** 
 Jarak kepala sprinkler dengan kepala sprinkler lainnya (D) 3,8 m *** 
b. Sistem Bahaya Kebakaran Sedang I 
 Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit * 
 Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 72 ~ 360 m 
2* 
 Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 375 liter/menit 
dan bertekanan 1,0 kg/cm 
2 
atau kapasitas 540 liter/menit dan bertekanan 0,7 
kg/cm 
katup kendali dengan sprinkler tertinggi. ** 
 Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler untuk sprinkler dinding 9 m 
2 
dan 
sprinkler lain 12 m 
2*** 
 Jarak kepala sprinkler dengan pipa (S) 3,5 m *** 
 Jarak kepala sprinkler dengan kepala sprinkler lainnya (D) 3,6 m *** 
Keterangan : 
(*) : SNI 03-3989-2000 halaman 5 
(**) : SNI 03-3989-2000 halaman 14-15 
(***) : SNI 03-3989-2000 halaman 28
Perancangan Sprinkler 
49 
4.4. Perhitungan Kebutuhan Sprinkler 
Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi hunian 
bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. Untuk perancangan awal sistem sprinkler 
sebagai berikut: 
a. Arah pancaran kebawah, kepala sprinkler diletakkan pada atap ruangan 
b. Kepekaan terhadap suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam tabung gelas 
berwarna merah. 
c. Menentukan jarak 2 sprinkler maksimum dengan overlap 
Jarak antar sprinkler 
x = jarak antar kepala sprinkler overlap 
R = jari-jari pancaran springkler 4,6/2= 2,3 m 
푥 = √2푟2 
푥 = √2푥(2.3)2 
푥 = 3,25 푚 
Jadi jarak antar sprinkler sebenarnya sebesar 3,25 m. 
Berdasarkan standart yang sudah ada, jarak kepala sprinkle ke dinding tidak 
boleh melebihi 1,7 m. Kemudian dilakukan penghitungan jarak kepala sprinkler ke 
dinding untuk perbandingan. 
Jarak kepala sprinkler ke dinding 
x = jarak kepala sprinkler ke dinding 
R = jari-jari pancaran sprinkler 
= 2,3 m 
x 
x 
R 
R 
x 
x R
Perancangan Sprinkler 
50 
푥 = √0,5푟2 
푥 = √0,5(2,3)2 
푥 = 1,63 푚 
Jadi jarak dinding ke sprinkler sebenarnya sebesar 1,62 m. Perhitungan jumlah 
springkel 
d. Perhitungan jumlah Sprinkler 
Dimensi ruangan Loby adalah 21,8 m x 7,9 m. Untuk mencari jumlah ruangan tiap 
sumbu dapat dihitung dengan persamaan: 
퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푥 
= 
푝푎푛푗푎푛푔 푠푢푚푏푢 푥 − (2 × 푗푎푟푎푘 푘푒 푑푖푛푑푖푛푔 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎) 
푗푎푟푎푘 푎푛푡푎푟 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎 
퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푥 = 
21,8 − (2 × 1,62) 
3,25 
퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푥 = 5,71 ≈ 6 푠푝푎푐푒 = 7 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 
퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푦 
= 
푝푎푛푗푎푛푔 푠푢푚푏푢 푦 − (2 × 푗푎푟푎푘 푘푒 푑푖푛푑푖푛푔 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎) 
푗푎푟푎푘 푎푛푡푎푟 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎 
퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푦 = 
7,9 − (2 × 1,62) 
3,25 
퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푦 = 1,43 ≈ 2 푠푝푎푐푒 = 3 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 
Total sprinkler = 7 x 3 = 21 sprinkler 
Tabel 4.1 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai Ground 
Nama 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kantor Security 4,6 2 2,3 1 2 
Kantor Receiv 2,8 1 2,5 1 1 
Kantor Cashier 2,9 1 1,9 1 1 
Kantor FB 2,9 1 2,6 1 1 
Kantor SM 2,9 1 2,6 1 1 
Kantor Sales FB 
Staff 
5,4 2 4,6 2 4 
Kantor IT 4,3 2 2,7 1 2
Perancangan Sprinkler 
51 
Lanjutan Tabel 4.1 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai Ground 
Nama 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kantor Fom 3,6 1 2,2 1 1 
Kantor Operator 2,9 1 2,3 1 1 
Kantor Reserv 2,9 1 2,3 1 1 
Kantor GM 3,7 2 3 1 2 
Pantry 5,9 2 2,4 1 2 
Bar 7,9 3 6 2 6 
Kantor EHK 2,4 1 2,4 1 1 
Kantor HK 6,9 3 3,6 2 6 
Kantor Acct 5,2 1 4,2 2 2 
Loby 21,8 7 7,9 3 21 
Bagasi 3,6 2 3,2 1 2 
Loker male 7,8 3 4,2 2 6 
Loker female 9,4 3 4,6 2 6 
Canteen 10,7 4 3 1 4 
General Store 11,7 4 4,3 2 8 
Kantor 6,9 3 3,2 1 3 
Ruang Pompa 8,5 3 8,2 3 9 
Ruang Genset 8,8 3 6,6 2 6 
Ruang PLN 4,8 2 4,5 2 4 
Parkir 100 31 48 15 465 
Coridoor 1 28,4 9 1,9 1 9 
Coridoor 
4 1,9 1 10,8 
4 
Locker 
Coridoor 3 5,6 2 1,9 1 2 
Coridoor Lift 11,9 4 1,9 1 4
Perancangan Sprinkler 
52 
Tabel 4.2 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 1 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Ruang Meeting 1 9,6 3 6,4 2 6 
Ruang Meeting 2 9,6 3 7,9 3 9 
Ruang Meeting 3 9,6 3 7,9 3 9 
Ruang Meeting 4 9,6 3 7,9 3 9 
Ruang Meeting 5 9,6 3 7,9 3 9 
Dapur Utama 16 5 6,4 2 10 
Restoran, VIP 10 3 6,6 2 6 
Restoran Indoor 17,7 6 12,2 4 24 
Restoran,Outdoor - - - - 
Fitnes 5,8 2 3,9 2 4 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 
Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 
Bqt Store 9,6 3 3,8 2 6 
Coridoor Meeting 
Room 
48 15 3,3 1 15 
Coridoor Lift 13,6 5 2,7 1 5 
Coridoor 
26,8 9 3,4 1 9 
Restoran 
Coridoor Kamar 48 15 1,8 1 15
Perancangan Sprinkler 
53 
Tabel 4.3 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 2 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar 
Kantor HK 4,9 2 2,5 1 2 
Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 
Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 
Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 
Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 
Tabel 4.4 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 3 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar 
Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 
Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 
Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 
Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 
Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 
Tabel 4.5 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 4 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar 
Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 
Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 
Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 
Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 
Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3
Perancangan Sprinkler 
54 
Tabel 4.6 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 5 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar 
Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 
Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 
Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 
Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 
Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 
Tabel 4.7 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 6 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar 
Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 
Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 
Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 
Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 
Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 
Tabel 4.8 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 7 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar 
Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 
Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 
Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 
Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 
Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3
Perancangan Sprinkler 
55 
Tabel 4.9 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 8 
Tempat dalam 
Bangunan 
Panjang 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu x 
Lebar 
(meter) 
Jumlah 
pada 
sumbu y 
Total 
Springker 
Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 22 Kamar 
Ruang Tamu 4,5 2 3,9 2 4 x 4 Ruang 
House keeping 4,9 2 3,9 1 2 
Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 
Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 
Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 
Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 
Total Kebutuhan springkel untuk bangungan hotel ini secara keseluruhan ada 1679 
buah springkel. Dengan jarak rata-rata antar sepringkel 4,6 m sesuai dengan ketentuan 
SNI 03-3989-2000 halaman 28. 
4.5. Penentuan Volume Reservoir Untuk Springkel 
Berdasarkan (SNI 03-3989-2000 halaman 17) perhitungan dan gambar rancangan 
diatas dapat disimpulkan bahwa: 
1. Kebutuhan sprinkler total = 1679 sprinkler 
2. Debit (Q)air permenit = 1679 x 80 liter/menit = 134320 liter/menit 
3. Kebutuhanair selama 60 menit = 134320 x 30 = 4029600 liter = 4029,6 m3 
4. Penentuan Volume Persediaan Air Sistem dan Konstruksi Bak Air (Reservoir) 
Untuk penentuan volume persediaan air sistem ini, digunakan waktu 
operasi/kerja sistem yaitu 30 menit untuk bahaya kebakaran Ringan. 
a. Volume kebutuhan air springkler untuk kebakaran ringan berdasarkan 
tinggi reservoir yang terendah sampai yang tertinggi yaitu minimal 11 
m3. Dimana bak air (reservoir) untuk persediaan air tidak boleh diisi 
penuh. Oleh karena itu, dari hasil volume air yang dibutuhkan sistem, 
dapat ditentukan konstruksi bak airnya, yaitu : 
b. Panjang = 3 m ; Lebar = 3 m ; Kedalaman = 2 m.
Perancangan Sprinkler 
56 
c. Volume total bak air (reservoir) 
V = 3 m x 3 m x 2 m 
= 18 m3 
d. Selisih volume 
V = V bak air – V kebutuhan air 
= 18 m3 – 11 m3 
= 7 m3 
e. Tinggi freeboard 
t freeboard = 
V  
A 
, dimana A = luas penampang bak air 
3 
7 
m 
= 2 
9 
m 
= 0,78 m 
Air 
0,78 
3 m 
3 m 
Gambar 4.1 Kontruksi Bak Air Sistem Sprinkler Otomatis 
2 m 
Perencanaan bak reservoir diletakkan pada ruangan tersendiri dibawah 
permukaan tanah yang juga terdapat ruangan pompa. Tekanan reservoir + 1 atm 
yaitu 15 bar.g.
Perancangan Sprinkler 
57 
4.6. Sistem Perpipaan Springkel 
Sistem perpipaan sesuai dengan standart SNI 03-3989-2000 adalah sebagai berikut; 
 Pada pipa reservoir menuju ke pompa diberi valve ulir dimana valve ulir ini 
selalu dalam keadaan terbuka ketika sistem beroperasi. Ini bertujuan agar air tetap 
mengalir ke pompa. Valve ini hanya ditutp saat bak reservoir dilakukan 
pengurasan, ini bertujuan air air dalam sistem tetap bersih. 
 Perpipaan setelah pompa dipasang valve ulir dan pressure gauge. Valve ulir ini 
dipasang dengan tujuan ketika pompa rusak valve bisa di tutup dan diperbaiki. 
Valve pressure gauge dipasang dengan tujuan untuk mengetahui besarnya 
tekanan dari aliran air waktu pemompaan. 
 Dari ruang pompa, pipa utama kemudian dipasang menuju lantai ground dengan 
ditanam didalam tanah sedalam 75 cm (SNI 03-3989-2000) dari perkukaan tanah 
dan diberi penyangga setiap jarak 3 meter. 
 Sebelum masuk ke sistem sringkel dipasang pressure regulator valve. Ini 
bertujuan untuk mengatur tekanan yang masuk ke sistem springkel agar sesuai 
dengan tekanan maksimum kepala springkel. Pressure diatur pada 1 bar untuk 
bahaya kebakaran ringan. 
 Pipa sistem springkel dilewatkan ke atas menyusuri dinding. Pipa ini dinamakan 
pipa tegak, yang mana pipa tegak di clamp dengan kuat agar tidak terjadi 
goncangan saat air bertekanan mengalir. Jarak antar clamp untuk pipa tegak 
adalah 1 meter. 
 Pipa cabang dipasang di atas plafon. Antara pipa tegak dan pipa percabangan 
terdapat selongsong dari pipa baja dilapisi plat baja yang tertanam di tembok. Ini 
bertujuan untuk penahan pipa antara pipa tegak dan pipa percabangan agar pipa 
tidak kontak langsung dengan dinding yang dapat mengakibatkan dinding rusak 
karena menahan berat pipa. 
 Pipa cabang ini bibagi lagi menjadi beberapa pipa untuk mekasang sistem 
springkel. Rancangan perpipaan diatas plafon diberi gantungan untuk menahan 
pipa dengan jarak antar gantungan pipa 3,5 m
Perancangan Sprinkler 
58 
4.7. Perhitungan Sistem Perpipaan 
Diketahui : 
Massa jenis air (ρ) = 999 kg/m3 
Percepatan grafitasi (g) = 9,81 m/s2 
Debit air (Q) = 300 L/menit ≈0,3 m3/menit (bahaya kebakaran ringan) 
ᴓ pipa hisap = 2,5” ≈ 0,065 m 
ᴓ pipa distribusi = 2,5” ≈ 0,065 m 
ᴓ pipa percabangan = 1” ≈ 0,025 m 
a. Pipa hisap 
- Luas pipa hisap = π D2 /4 
= π (0,065)2 /4 → 0,0033 m2 
- Kecepatan aliran = Q / Luasan 
= 0,3 m3/menit : 0,0033 m2 → 1,52 m/second 
- Panjang pipa hisap total (L) adalah 6 m (pipa hisap ke pompa) 
- Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,004 sedangkan 
푅푒 = 
휌∇퐷 
휇 
- 푅푒 = 
999 
푘푔 
푚3 × 1,52 
푚 
푠 
× 0,065푚 
1 ×10−3 푘푔 
푚.푠 
→ 9,87 × 103 
- Nilai friction factor (f) pada pipa hisap diameter 2,5” adalah 0,037 sumber 
gambar friction factor (Lampiran 1) 
b. Pipa Distribusi 
- Luas pipa inlet = π D2 /4 
= π (0,065)2 /4 → 0,0033 m2 
- Kecepatan aliran = Q / Luasan 
= 0,3 m3/menit : 0,0033 m2 → 1,52 m/second 
- Panjang pipa Distributor total (L) adalah 142,4 m 
- Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,004 sedangkan 
푅푒 = 
휌∇퐷 
휇 
- 푅푒 = 
999 
푘푔 
푚3 × 1,52 
푚 
푠 
× 0,065 푚 
1 ×10−3 푘푔 
푚.푠 
→ 9,87 × 103 
- Nilai friction factor (f) pada pipa Distributor diameter 2,5” adalah 0,037 
sumber gambar friction factor (Lampiran 1)
Perancangan Sprinkler 
59 
c. Pipa Percabangan 
- Luas pipa Percabangan = π D2 /4 
= π (0,025)2 /4 → 0,05 m2 
- Kecepatan aliran = Q / Luasan 
= 0,3 m3/menit : 0,05 m2 → 0,015 m/second 
- Panjang pipa percabangan total (L) adalah 24 m (titik terjauh untuk pipa 
percabangan berada pada lantai 1) 
- Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,01 sedangkan 
푅푒 = 
휌∇퐷 
휇 
- 푅푒 = 
999 
푘푔 
푚3 × 0,015 
푚 
푠 
× 0,025푚 
1 ×10−3 푘푔 
푚.푠 
→ 3,7 × 102 
- Nilai friction factor (f) pada pipa percabangan diameter 1” adalah 0,07 sumber 
gambar friction factor (Lampiran 1) 
d. Perhitungan Head 
 Head Statis 
Head perbedaan tinggi antara muka air sisi luar atau keluaran air pada kepala 
sprinkler tertinggi (Z2) dengan sisi inlet (Z1) sesuai dengan ukuran panjang 
pipa inlet pada bak reservoir 
Ha = Z2-Z1 
Ha = 38,4 m - 1,8 m 
Ha = 36,6 meter 
 Head Tekanan 
P1 = tekanan pada pipa hisap 
= ρ x g x h 
= 999 
푘푔 
푚3 x 9,81 
푚 
푠2 x 1,8m h bernilai (+) karena kurang dari 2m 
= 17640,34 
푘푔 
푚 . 푠2 
P2 = tekanan maksimum springkler sebesar 1 bar (tekanan absolut) 
= tekanan absolut – tekanan atm 
= 1 bar – 1,013 bar 
= -0,013 bar x 105 
푘푔 
푚 . 푠2 -1300 
푘푔 
푚 . 푠2
Perancangan Sprinkler 
60 
푃2 
휌푔 
Htekanan = ( 
+ 훼2 
∇22 
2 
푃1 
휌 푔 
) − ( 
+ 훼1 
∇12 
2 
) 
=( 
푘푔 
푚 .푠2 
−1300 
999 
푘푔 
푚3×9,81 
푚 
푠2 
) − ( 
17640,34 
푘푔 
푚 .푠2 
999 
푘푔 
푚3×9,81 
푚 
푠2 
) 
= -1,93 m 
(sumber: fluid mechanics hal 356) 
 Head Loss Mayor 
- HL hisap = f 
퐿 
퐷 
× 
푉2 
2푔 
6 푚 
0,065 푚 
= 0,037 
× 
(1,52 푚/푠)2 
2×9,81 푚/푠 
= 0,40 meter 
- HL distributor = f 
퐿 
퐷 
× 
푉2 
2푔 
142,2 푚 
0,065 푚 
= 0,037 
× 
(1,52 푚/푠)2 
2×9,81 푚/푠 
= 0,95 meter 
- HL percabangan= f 
퐿 
퐷 
× 
푉2 
2푔 
24 푚 
0,025 푚 
= 0,07 
× 
(0,015 푚/푠)2 
2×9,81 푚/푠 
= 0,00077 meter 
(sumber: fluid mechanics hal 357) 
 Head Loss Minor 
Untuk head loss minor hanya terdapat pipa inlet dan pipa outlet dan untuk nilai 
Le/D didapat tabel representative dimension less equivalent lengths (Le/D) for 
valves and fittings 
- HL hisap = 푓 
퐿푒 
퐷 
× 
푉2 
2푔 
= (0,037 × 30 × 3) 
(1,52 푚/푠)2 
2×9,81 푚/푠 
= 0,39 meter 
- HL distributor = 푓 
퐿푒 
퐷 
× 
푉2 
2푔 
= ((0,037 × 30) + (0,037 × 60 × 3)) 
(1,52 푚/푠)2 
2×9,81 푚/푠 
= 0,91 meter 
(sumber: fluid mechanics hal 361)
Perancangan Sprinkler 
61 
 Head Total 
Htotal = Hstatis + Htekanan + HLmayor +HLminor 
= 36,6 + (-1,91) + 1,35 + 1,3 
= 37,32 meter 
4.8. Penentuan Sistem Pompa 
4.8.1 Perhitungan Daya Pompa 
Diketahui : ρ = 999 
푘푔 
푚3 
g = 9,81 
푚 
푠2 
Q = 300 L/menit selama 30 menit (hunian kebakaran ringan) 
Htotal = 37,3 m 
Daya Pompa = ρ g Q Htotal 
= 999 
푘푔 
푚3 x 9,81 
푚3 
푠 
푚 
푠2 x 0,01 
x 37,3m 
= 3655,47 
푘푔.푚2 
푠3 = 3,66 KWatt 
= 4,9 HP 
4.8.2 Macam Pompa Yang Digunakan 
a. Pompa listrik dipakai sebagai pompa utama untuk melayani kebutuhan sistem 
sprinkler. 
b. Pompa diesel digunakan sebagai pompa cadangan ketika sumber daya listrik 
mati, sehingga secara otomatis pompa diesel siap beroperasi menggantikan peran 
pompa listrik. Ini dapat terjadi karena sistem pompa diinterlock dalam panel 
pompa kebakaran. 
c. Pompa listrik dan pompa diesel mempunyai kapasitas yang sama sehingga dapat 
bekerja secara bergantian dan tidak mempengaruhi sistem. Sedangkan pompa 
pacu mempunyai kapasitas antara 5 – 10 persen dari pompa listrik. 
d. Pompa pacu digunakan untuk menjaga agar tekanan dalam sistem tetap konstan. 
e. Untuk mengendalikan tekanan pada sistem ini, dipakai pressure switch untuk 
mengendalikan masing-masing pompa tersebut. Jadi digunakan 3 pressure switch 
untuk sistem pompa : 
- 1 buah pressure switch untuk pompa listrik 
- 1 buah pressure switch untuk pompa diesel
Perancangan Sprinkler 
62 
- 1 buah pressure switch untuk pompa pacu 
f. Untuk pompa listrik dan pompa diesel diset pada P – start = 4 bar, dimana pompa 
akan mulai jalan atau start bila tekanan pada sistem turun sampai dengan 4 bar. 
Dan bila pada saat itu sumber listrik mati, maka pompa diesel akan start. 
g. Sedangkan pompa pacu diset pada P – start = 5 bar dan P – stop = 7 bar, dimana 
pompa pacu akan start saat tekanan dalam sistem turun sampai dengan 5 bar. Dan 
pompa pacu akan berhenti saat tekanan dalam system telah mencapai 7 bar. 
h. Disamping pompa-pompa tersebut dapat start secara otomatis melalui pressure 
switch, dalam panel pompa juga terdapat sarana untuk menstart pompa secara 
manual. Jadi dalam panel pompa ada switch untuk mengoperasikan sistem secara 
manual maupun otomatis.
Perancangan Sprinkler 
63 
BAB 5 
KESIMPULAN 
1.1. Kesimpulan 
a. Klasifikasi hunian yang digunakan pada hotel Swiss-Belinn Malang adalah Hunian 
bahaya kebakaran sedang kelompok I untuk area parkir dan hunian bahaya kebakaran 
ringan untuk bangunan gedung Swiss-Belinn Malang. 
b. Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi hunian 
bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. Untuk perancangan awal sistem 
sprinkler sebagai berikut: 
- Arah pancaran kebawah, kepala sprinkler diletakkan pada atap ruangan 
- Kepekaan terhadap suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam tabung gelas 
berwarna merah. 
- Sprinkler yang digunakanadalah jenis suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan 
dalam tabung gelas berwarna merah. Jumlah sprinkler keseluruhan dari bangunan 
hotel Swiss-Belinn Malang adalah 1679 buah sprinkler. 
c. Seluruh sprinkler akan di suplay air dari PDAM dan di tampung pada bak bervolume 
11m3. Dialirkan melalui pipa berdiameter 2,5 inchi serta pipa cabang berdiameter 1 
inchi dengan menggunakan pompa listrik berdaya 4,9 HP 
1.2. Saran 
Dalam Tugas Perancangan Sistem Penanggulangan dan Penanggulangan Kebakaran 
pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang ini masih terdapat kekurangan yang mana 
nantinya dapat ditambahkan lagi. Untuk Saran yang perlu diperhatikan adalah : 
1. Data - data layout sebaiknya di dokumentasikan sehingga apabila diperlukantidak 
kesulitan untuk mencari lagi. 
2. Dalam pengaplikasikaan perencanaan Sprinkler ini juga perlu diperhatikanmengenai 
prosedur pemeliharaan.

More Related Content

What's hot

Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan Kebakaran
Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan KebakaranSistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan Kebakaran
Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan KebakaranSenia Firlania
 
Sistem Pemadam Api dan Pengindera Api
Sistem Pemadam Api dan Pengindera ApiSistem Pemadam Api dan Pengindera Api
Sistem Pemadam Api dan Pengindera ApiIwanSukirman
 
Materi pelatihan hydrant 2
Materi pelatihan hydrant 2Materi pelatihan hydrant 2
Materi pelatihan hydrant 2Eko Kiswanto
 
Sistem rangka tabung
Sistem rangka tabungSistem rangka tabung
Sistem rangka tabungFajar Fajar
 
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranAgus Witono
 
Penempatan APAR secara ergonimi
Penempatan APAR secara ergonimiPenempatan APAR secara ergonimi
Penempatan APAR secara ergonimiIlman Kautsar
 
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudRancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudYOHANIS SAHABAT
 
Jaringan air bersih
Jaringan air bersihJaringan air bersih
Jaringan air bersihrio aditama
 
Training dan latihan dasar pemadam kebakaran
Training dan latihan dasar pemadam kebakaranTraining dan latihan dasar pemadam kebakaran
Training dan latihan dasar pemadam kebakarankaryadi adi
 
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNIMetode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNIArif211194
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
Materi pelatihan apar 1
Materi pelatihan apar 1Materi pelatihan apar 1
Materi pelatihan apar 1Eko Kiswanto
 
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranPencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranMn Hidayat
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Bondan Winarno
 

What's hot (20)

Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan Kebakaran
Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan KebakaranSistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan Kebakaran
Sistem Air Panas - Plambing dan Pencegahan Kebakaran
 
Sistem Pemadam Api dan Pengindera Api
Sistem Pemadam Api dan Pengindera ApiSistem Pemadam Api dan Pengindera Api
Sistem Pemadam Api dan Pengindera Api
 
5.hydran
5.hydran5.hydran
5.hydran
 
Materi pelatihan hydrant 2
Materi pelatihan hydrant 2Materi pelatihan hydrant 2
Materi pelatihan hydrant 2
 
Teori Api dan Pemadam.pdf
Teori Api dan Pemadam.pdfTeori Api dan Pemadam.pdf
Teori Api dan Pemadam.pdf
 
Sistem rangka tabung
Sistem rangka tabungSistem rangka tabung
Sistem rangka tabung
 
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
 
Penempatan APAR secara ergonimi
Penempatan APAR secara ergonimiPenempatan APAR secara ergonimi
Penempatan APAR secara ergonimi
 
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudRancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
 
Jaringan air bersih
Jaringan air bersihJaringan air bersih
Jaringan air bersih
 
Training dan latihan dasar pemadam kebakaran
Training dan latihan dasar pemadam kebakaranTraining dan latihan dasar pemadam kebakaran
Training dan latihan dasar pemadam kebakaran
 
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNIMetode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
Metode Sistem Pencahayaan Buatan-SNI
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
 
Materi pelatihan apar 1
Materi pelatihan apar 1Materi pelatihan apar 1
Materi pelatihan apar 1
 
Basic fire fighting
Basic fire fightingBasic fire fighting
Basic fire fighting
 
Stasiun boiler kelapa_sawit
Stasiun boiler kelapa_sawitStasiun boiler kelapa_sawit
Stasiun boiler kelapa_sawit
 
Core dan Shaft
Core dan ShaftCore dan Shaft
Core dan Shaft
 
Studi literatur
Studi literaturStudi literatur
Studi literatur
 
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranPencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
 

Viewers also liked

Mewp inspection checklist-copy1
Mewp inspection checklist-copy1Mewp inspection checklist-copy1
Mewp inspection checklist-copy1wirethehouse
 
Maintenance check list fire protection system
Maintenance check list  fire protection systemMaintenance check list  fire protection system
Maintenance check list fire protection systemRudy Harahap
 
PERATURAN INSTALASI LISTRIK
PERATURAN INSTALASI LISTRIK PERATURAN INSTALASI LISTRIK
PERATURAN INSTALASI LISTRIK fitriza SA
 
Q analysis
Q analysisQ analysis
Q analysisTyrrell
 
Furnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto Valley
Furnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto ValleyFurnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto Valley
Furnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto ValleyScioto Valley
 
テクノードが実践してきた広告モデル成功手法
テクノードが実践してきた広告モデル成功手法テクノードが実践してきた広告モデル成功手法
テクノードが実践してきた広告モデル成功手法tekunodo.
 
Clash, cash, and crash, topics
Clash, cash, and crash, topicsClash, cash, and crash, topics
Clash, cash, and crash, topicswelalann
 
Pech kucha presentation
Pech kucha presentationPech kucha presentation
Pech kucha presentations0194211
 
Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011
Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011 Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011
Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011 javier Soto
 
CloudFoundryこと始め
CloudFoundryこと始めCloudFoundryこと始め
CloudFoundryこと始めNaoto TAKAHASHI
 
Ruta de aprendizaje semana 3
Ruta de aprendizaje semana 3Ruta de aprendizaje semana 3
Ruta de aprendizaje semana 3Kattia Rodriguez
 
Media Studies - Forms and Conventions
Media Studies - Forms and ConventionsMedia Studies - Forms and Conventions
Media Studies - Forms and ConventionsThomas Hesselberg
 
20141006 producers guild second screen mitch askenas piksel
20141006 producers guild second screen mitch askenas piksel20141006 producers guild second screen mitch askenas piksel
20141006 producers guild second screen mitch askenas pikselChris Pfaff
 
Astina Lovina Hostel
Astina Lovina HostelAstina Lovina Hostel
Astina Lovina Hostelflyingdolphin
 
Guurrbi's 10th Birthday Album
Guurrbi's 10th Birthday AlbumGuurrbi's 10th Birthday Album
Guurrbi's 10th Birthday AlbumGuurrbi Cooktown
 
Садовый измельчитель веток Bosch AXT 25 D
Садовый измельчитель веток Bosch AXT 25 DСадовый измельчитель веток Bosch AXT 25 D
Садовый измельчитель веток Bosch AXT 25 DAl Maks
 

Viewers also liked (20)

Mewp inspection checklist-copy1
Mewp inspection checklist-copy1Mewp inspection checklist-copy1
Mewp inspection checklist-copy1
 
Maintenance check list fire protection system
Maintenance check list  fire protection systemMaintenance check list  fire protection system
Maintenance check list fire protection system
 
Puil 2000
Puil 2000Puil 2000
Puil 2000
 
PERATURAN INSTALASI LISTRIK
PERATURAN INSTALASI LISTRIK PERATURAN INSTALASI LISTRIK
PERATURAN INSTALASI LISTRIK
 
Q analysis
Q analysisQ analysis
Q analysis
 
Amaia's esl site thanksgiving
Amaia's esl site thanksgivingAmaia's esl site thanksgiving
Amaia's esl site thanksgiving
 
Furnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto Valley
Furnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto ValleyFurnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto Valley
Furnish the Flavor: A Thanksgiving Recipe Book brought to you by Scioto Valley
 
テクノードが実践してきた広告モデル成功手法
テクノードが実践してきた広告モデル成功手法テクノードが実践してきた広告モデル成功手法
テクノードが実践してきた広告モデル成功手法
 
Clash, cash, and crash, topics
Clash, cash, and crash, topicsClash, cash, and crash, topics
Clash, cash, and crash, topics
 
Pech kucha presentation
Pech kucha presentationPech kucha presentation
Pech kucha presentation
 
Jeyakumar Narashimman
Jeyakumar NarashimmanJeyakumar Narashimman
Jeyakumar Narashimman
 
Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011
Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011 Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011
Selectivos valenciano sept. 2010 y junio 2011
 
CloudFoundryこと始め
CloudFoundryこと始めCloudFoundryこと始め
CloudFoundryこと始め
 
Ruta de aprendizaje semana 3
Ruta de aprendizaje semana 3Ruta de aprendizaje semana 3
Ruta de aprendizaje semana 3
 
Media Studies - Forms and Conventions
Media Studies - Forms and ConventionsMedia Studies - Forms and Conventions
Media Studies - Forms and Conventions
 
Medeniyetler çatışmasından
Medeniyetler çatışmasındanMedeniyetler çatışmasından
Medeniyetler çatışmasından
 
20141006 producers guild second screen mitch askenas piksel
20141006 producers guild second screen mitch askenas piksel20141006 producers guild second screen mitch askenas piksel
20141006 producers guild second screen mitch askenas piksel
 
Astina Lovina Hostel
Astina Lovina HostelAstina Lovina Hostel
Astina Lovina Hostel
 
Guurrbi's 10th Birthday Album
Guurrbi's 10th Birthday AlbumGuurrbi's 10th Birthday Album
Guurrbi's 10th Birthday Album
 
Садовый измельчитель веток Bosch AXT 25 D
Садовый измельчитель веток Bosch AXT 25 DСадовый измельчитель веток Bosch AXT 25 D
Садовый измельчитель веток Bosch AXT 25 D
 

Similar to SPRINKLER HOTEL

STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...
STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...
STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...KalvinTanoyo
 
630 2228-1-pb
630 2228-1-pb630 2228-1-pb
630 2228-1-pbafrizal93
 
Simple Fire Alarm - How To Make Simple Fire Alarm
Simple Fire Alarm - How To Make Simple Fire AlarmSimple Fire Alarm - How To Make Simple Fire Alarm
Simple Fire Alarm - How To Make Simple Fire Alarmimratulshh
 
Materi PUBK Security TDP (28-11-2021).pdf
Materi PUBK Security TDP (28-11-2021).pdfMateri PUBK Security TDP (28-11-2021).pdf
Materi PUBK Security TDP (28-11-2021).pdfDebora312257
 
Fire alarm
Fire alarmFire alarm
Fire alarmarjunex
 
Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...
Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...
Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...PutroJatmiko
 
Pengukuran penyaman udara
Pengukuran penyaman udaraPengukuran penyaman udara
Pengukuran penyaman udaraPudin Mahari
 
Materi_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptx
Materi_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptxMateri_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptx
Materi_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptxAndykaRustiyanto
 
MFM SPKA TRAINING.ppt
MFM SPKA TRAINING.pptMFM SPKA TRAINING.ppt
MFM SPKA TRAINING.pptArianaGomez28
 
ROOM HEATER SIMULATION
ROOM HEATER SIMULATIONROOM HEATER SIMULATION
ROOM HEATER SIMULATIONTito Riyanto
 
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Teknik Penulisan Karya IlmiahTeknik Penulisan Karya Ilmiah
Teknik Penulisan Karya IlmiahSutraagungs
 
Tentang fire alarm sistem
Tentang fire alarm sistemTentang fire alarm sistem
Tentang fire alarm sistemits
 
Macam-Macam alarm kebakaran
Macam-Macam  alarm kebakaran Macam-Macam  alarm kebakaran
Macam-Macam alarm kebakaran Ali Must Can
 
Metodologi penelitian sikomo
Metodologi penelitian sikomo Metodologi penelitian sikomo
Metodologi penelitian sikomo dendyelo
 

Similar to SPRINKLER HOTEL (20)

Jurnal Deluge System
Jurnal Deluge SystemJurnal Deluge System
Jurnal Deluge System
 
STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...
STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...
STUDI SERTIFIKASI SISTEM PENDETEKSI API DAN PANAS BERLEBIH DENGAN SISTEM PNEU...
 
630 2228-1-pb
630 2228-1-pb630 2228-1-pb
630 2228-1-pb
 
Simple Fire Alarm - How To Make Simple Fire Alarm
Simple Fire Alarm - How To Make Simple Fire AlarmSimple Fire Alarm - How To Make Simple Fire Alarm
Simple Fire Alarm - How To Make Simple Fire Alarm
 
Perkemb. Pk
Perkemb. PkPerkemb. Pk
Perkemb. Pk
 
Materi PUBK Security TDP (28-11-2021).pdf
Materi PUBK Security TDP (28-11-2021).pdfMateri PUBK Security TDP (28-11-2021).pdf
Materi PUBK Security TDP (28-11-2021).pdf
 
Fire alarm
Fire alarmFire alarm
Fire alarm
 
Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...
Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...
Kelompok 6_SISTEM TATA SUARA DAN ALARM KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN KOMERSIAL_Lut...
 
Pengukuran penyaman udara
Pengukuran penyaman udaraPengukuran penyaman udara
Pengukuran penyaman udara
 
Materi_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptx
Materi_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptxMateri_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptx
Materi_Inspeksi Gedung_Siroma_KasatPOLPPK Trenggalek.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tugas 3
Tugas 3Tugas 3
Tugas 3
 
MFM SPKA TRAINING.ppt
MFM SPKA TRAINING.pptMFM SPKA TRAINING.ppt
MFM SPKA TRAINING.ppt
 
ROOM HEATER SIMULATION
ROOM HEATER SIMULATIONROOM HEATER SIMULATION
ROOM HEATER SIMULATION
 
Ppt magang .pptx
Ppt magang .pptxPpt magang .pptx
Ppt magang .pptx
 
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Teknik Penulisan Karya IlmiahTeknik Penulisan Karya Ilmiah
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Tentang fire alarm sistem
Tentang fire alarm sistemTentang fire alarm sistem
Tentang fire alarm sistem
 
Macam-Macam alarm kebakaran
Macam-Macam  alarm kebakaran Macam-Macam  alarm kebakaran
Macam-Macam alarm kebakaran
 
Metodologi penelitian sikomo
Metodologi penelitian sikomo Metodologi penelitian sikomo
Metodologi penelitian sikomo
 

SPRINKLER HOTEL

  • 1. Perancangan Sprinkler 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Swiss-Belinn hotel merupakan bangunan gedung bertingkat, yang mempunyai resiko bahaya kebakaran. Untuk memproteksi bahaya kebakaran tersebut diperlukan sistem penanggulangan pemadaman kebakaran yang tepat. Menggunakan Sprinkler merupakan pilihan yang tepat untuk bangunan gedung bertingkat, karena sistem sprinkler telah terbukti paling efektif dalam memadamkan kebakaran gedung bertingkat. Namun sangat disayangkan jika masih banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan instansi berwenang) menganggap bahwa sprinkler tidak efektif dan memakan biaya besar, sehingga menggantinya dengan sistem lain. Sistem sprinkler adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman, ia bekerja secara sistem. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan atau pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidrant dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99% (Marryat, 1988). Studi lain di USA (NFPA, 2001) menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi kebakaran pada area of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya 70%. Semua building code di dunia mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai digalakkan sprinkler untuk residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat. Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit kebakaran tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai dan bangunan. Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk mengendalikan atau memadamkan kebakaran. Banyak kejadian dilaporkan bahwa ketika petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh sprinkler (NFPA Journal). Sistem deteksi dan alarm tidak berfungsi sebagai alat pengendali/ pemadam, namun lebih berfungsi sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera menyelamatkan diri. Sedangkan regu pemadam yang menggunakan APAR (fire extinguisher) dan hidrant belum dapat menggantikan sprinkler karena masih dipengaruhi oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan human error).
  • 2. Perancangan Sprinkler Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler adalah pompa kebakaran dan panelnya, pemipaan berikut katupnya, serta sering digunakannya katup kontrol tekanan (PRV) dalam rancangan secara indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari dengan sistem zona, di mana tekanan kerja setiap zona adalah maksimum 175 psi (12 bar), yaitu sama dengan tekanan kerja maksimum kepala sprinkler. Justru PRV dipersyaratkan digunakan di sistem hidran bila tekanan pada kotak hidran bangunan melebihi 6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu, sistem sprinkler otomatik boleh dikombinasikan dengan sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan menggunakan hanya satu set pompa kebakaran untuk keduanya sprinkler dan hidran (SNI 03-1745-2000). Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti ketahanan api, kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan (NFPA 101). Misalnya untuk kelas hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam atau bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk ruang tertentu yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai proyek keseluruhan. Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan sistemik (NFPA 550) terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b) Pengelolaan pengaruh kuat (impact) kebakaran. Pencegahan termasuk pengendalian sumber panas-energi, pengendalian interaksi sumber-bahan bakar, dan pengendalian bahan bakar. Atau dengan kata lain berarti fire safety housekeeping, dan sistem proteksi pasif. Kota-kota besar di USA seperti Los Angeles dan New York, yang sebelumnya hanya mengandalkan sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem deteksi dan alarm serta sistem hidran, sekarang mempersyaratkan proteksi dengan menggunakan sprinkler. Di Singapore memang sprinkler merupakan opsi untuk bangunan hunian apartemen, akan tetapi komponen utama sistemnya tetap dipasang (pompa kombinasi dengan pompa hidran, dan pipa tegak serta pipa cabang utama), kecuali pipa cabang akhir dan kepala sprinkler yang merupakan opsi dan masih ada persyaratan lainnya yang harus dipenuhi. Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara ruangan mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume 2
  • 3. Perancangan Sprinkler membentur langit-langit, maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat dengan langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit. Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang menyebabkan temperaturnya akan naik dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja nominal yang bermacam-macam dari 57°C s/d 343°C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya kebakaran 3 huniannya. Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap. Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan. Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET). Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko bahaya kebakaran bangunan. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur)
  • 4. Perancangan Sprinkler tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran. Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler. 4 1.2. Rumusan Masalah Rumusan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana menentuan klasifikasi hunian? 2. Bagaimana menentukan jenis sprinkler yang digunakan? 3. Bagaimana menentukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik bangunan hotel Swiss-Belinn Malang.? 4. Bagaimana cara penempatan sprinkler di bangunan hotel Swiss-Belinn Malang? 5. Bagaimana menentukan jumlah volume air yang dibutuhkan untuk perancangan sistem sprinkler di bangunan hotel Swiss-Belinn Malang? 6. Bagaimana menentukan sistem perpipaan pada perancangan sistem sprinkler di bangunan hotel Swiss-Belinn Malang? 7. Bagaimana menentukan pemilihan pompa yang sesuai dengan daya yang dibutuhkan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada perancangan sprinkler adalah sebagai berikut : 1. Menentukan klasifikasi hunian kebakaran 2. Menentukan jenis sprinkler yang digunakan 3. Menentukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik bangunan hotel Swiss-Belinn Malang. 4. Menentukan peletakan sprinkler pada hotel Swiss-Belinn Malang 5. Menentukan volume air yang dibutuhkan untuk perancangan sistem sprinkler pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang. 6. Untuk menentukan sistem perpipaan pada perancangan sistem sprinkler pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang.
  • 5. Perancangan Sprinkler 5 7. Menentukan pemilihan pompa yang sesuai dengan daya yang dibutuhkan 1.4. Batasan Penelitian Pada perancangan sistem sprinkler pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang ini dibatasi oleh : 1. Penelitian ini hanya merancang sistem sprinkler. 2. Identifikasi dan penggolongan setiap ruangan pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malangmenggunakan standart yang ada ( SNI 03-3985-2000, SNI 03-3989-2000, NFPA 14 ) 3. Penelitian ini tidak membahas tentang prosedur pemeliharaan sprinkler 4. Peneliti tidak membahas mengenai spesifikasi sistem instalasi listrik yang berhubungan dengan instalasi sprinkler. 5. Penelitian ini tidak membahas mengenai sistem perpipaan secara mendalam seperti pengelasan dan penyambungan pipa 1.5. Manfaat Penelitian Penulisan ini berharap dapat mendatangkan manfaat bagi pihak perusahaan yang terlibat, Institusi pendidikan dan penulis. Adapun manfaat yang diperoleh yaitu : 1.5.1 Pihak Perusahaan Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan data berharga guna mewujudkan sistem manajemen penanggulangan kebakaran dan penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi pada pekerja sehingga sistem manajemen penanggulangan kebakaran dapat berjalan tepat guna. 1.5.2 Penulis Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian di bidang manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
  • 6. Perancangan Sprinkler 6 BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Proses Terjadinya Api dan Bahaya Kebakaran Pada dasarnya kebakaran adalah api yang tidak diinginkan, yang tidak dapat dikendalikan dan pada akhirnya dapat menyebabkan kecelakaan. Kebakaran merupakan suatu bencana dimana api yang semula bersahabat (api kecil) menjadi tidak terkendali dan mulai membakar segala sesuatu yang ada didekatnya (api besar). Kebakaran dapat terjadi karena hubungan arus pendek listrik, kompor yang meledak, dan lain-lain. Untuk dapat mencegah serta menanggulangi bahaya kebakaran tersebut, maka kita perlu mengetahui beberapa informasi dan teori tentang kebakaran itu sendiri, diantaranya adalah Teori Segi Tiga Api, sebagai berikut Gambar 2.1. Segitiga Api (Sumber: http://geology.html) Gambar di atas menjelaskan hubungan antara tiga unsur yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka api tidak akan terjadi. Namun study selanjutnya mengenai fisika dan kimia, menyatakan bahwa peristiwa pembakaran mempunyai tambahan lagi mengenai pengertian dimensi pada segi tiga api, menjadi teori model baru yang disebut bidang empat api atau “Tetrahedron Of Fire”. Gambar 2.2. Tetrahedron Of Fire (Sumber: http://bisafer.blogspot.com)
  • 7. Perancangan Sprinkler Studi ini menjelaskan bahwa pembakaran tidak hanya terjadi atas tiga unsur, namun reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran yaitu: CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi ini adalah adanya radikal-radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH). Bila ada dua gugus OH, maka akan pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. Dimana reaksinya 2OH → H2O + O radikal. O radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran berantai (Cain Reaction Of Combustion). Dari reaksi kimia, selama proses pembakaran berlangsung ini memberikan kepercayaan pada hypotesa baru, dari prinsip segi tiga api kemudian terbentuk bidang empat api. Dimana sisi yang ke empat sebagai sisi dasar yaitu rantai reaksi pembakaran. Lebih jelasnya, perbedaan antara Teori Segi Tiga Api dan Tetrahedron Of Fire adalah sebagai berikut : 1. Pada Teori Segi Tiga Api, bahan bakar sendiri tidak terbakar. Tapi mengalami pemanasan hingga menghasilkan gas dan uap. Gas dan uap yang terbakar tersebut oleh karena letaknya yang berdekatan dengan bahan bakar (fuel), sehingga bahan bakar akan terlihat seolah-olah terbakar. 2. Pada Tetrahedron Of Fire bahan bakar mengalami pemanasan sehingga mengeluarkan gas dan uap yang menyala akibat timbulnya reaksi kimia. Pada akhirnya bahan bakar (fuel) akan terbakar dan habis. Prosentasi oksigen di atmosfer adalah 21%, namun terkadang pada ruang atau kondisi tertentu prosentasi oksigen dapat berubah. Prosentase oksigen yang dapat membuat api tetap menyala adalah kisaran antara 12% hingga 21%. Api akan padam jika prosentase oksigen kurang dari 12%, sedangkan api akan sulit sekali dipadamkan jika prosentase oksigen diatas 21% karena oksigen dengan prosentase tersebut menjadi bersifat flammable. Selain ketersediaan oksigen, ketersediaan bahan bakar juga mempengaruhi muncul atau tidaknya api. Bahan bakar dibagi menjadi tiga macam, yaitu bahan bakar padat (ex: kayu, kertas, batu bara, arang, dll), cair (bensin, solar, minyak tanah, alkohol, dll) dan gas (Elpiji, nitrogen oksida, propana, dll). Oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah menjadi api jika tidak ada panas. Jika suhunya tidak mencukupi, oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah terbakar. Sumber panas yang paling berperan dalam munculnya api adalah matahari. Jadi reaksi antara 7
  • 8. Perancangan Sprinkler ketiga unsur tersebutlah yang menjadi asal mula terjadinya api yang selama ini kita kenal sebagai teori segitiga api. 8 Gambar 2.3.Skema Fenomena Kebakaran (Sumber: http://safetytrainingindonesia.blogspot.com) Gambar diatas menjelaskan bagaimana proses terjadinya kebakaran dari awal terbentuknya api hingga api padam kembali. Proses awal terbentuknya api (ignition) telah dijelaskan sebelumnya pada teori segitiga api dimana api baru akan timbul bila mana ketiga sisi segitiga (oksigen, bahan bakar dan panas) telah terpenuhi. Setelah itu api akan terus membesar (growth) sesuai dengan pasokan/ketersediaan bahan bakar. Semakin banyak bahan bakar yang ada, maka api akan terus tumbuh hingga membakar seluruh bahan bakar yang ada. Dalam keadaan ini temperatur api bisa mencapai 300oC. Proses ini berlangsung hanya dalam waktu 3 hingga 10 menit. Ketika telah mencapai puncak pertumbuhannya (steady), api akan terus membakar bahan bakar yang ada hingga habis. Pada keadaan ini, temperatur api akan meningkat hingga kisaran 500oC – 1000oC dalam kurun waktu + 7 jam. Keadaan ini dipengaruhi oleh ketersediaan bahan bakar yang ada, jika bahan bakar yang tersedia sedikit maka bisa saja habis hanya dalam waktu singkat dan api belum bisa mencapai suhu puncaknya. Pada saat ketersediaan bahan bakar semakin berkurang, maka lambat laun apipun akan mulai padam.
  • 9. Perancangan Sprinkler 9 2.1.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran Penyebab terjadinya kebakaran bersumber pada tiga faktor, yaitufaktor manusia, faktor teknis dan faktor alam: 1. Faktor manusia sebagai faktor penyebab kebakaran, antara lain: a) Faktor pekerja 1) Tidak mau atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahankebakaran 2) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakartanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran 3) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan 4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab atau adanya unsurkesengajaan b) Faktor pengelola 1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja 2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja 3) Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan dengan baikterutama dalam kegiatan penentuan bahaya dan peneranganbahaya 4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan 2. Faktor teknis a) Melalui proses fisik atau mekanis seperti timbulnya panas akibatkenaikan suhu atau timbulnya bunga api terbuka b) Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan,penyimpanan, penanganan barang atau bahan kimia berbahaya tanpamemperhatikan petunjuk yang telah ada (MSDS) c) Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehinggamenimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan ataumembakar komponen lain. 3. Faktor Alam a) Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran b) Letusan gunung berapi dapat menyebabkan kebakaran hutan dan jugaperumahan yang dilalui oleh lahar panas Selain faktor diatas beberapa peristiwa yang mengakibatkanterjadinya kebakaran adalah sebagai berikut : a) Nyala api dan bahan-bahan yang pijar Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, mulaiterbakar dan menyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau
  • 10. Perancangan Sprinkler tidaktergantung dari sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudahdan sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, takcukup timbul panasuntuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat seperti mudah terbakar kertas ataukayu lempengan tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang besinggungandengan oksigen dan cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau sejajar. 10 b) Penyinaran Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api tidakperlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan gelombanggelombangelektromagnetis yaitu sinar infra merah.Jika gelombang ini mengenaibenda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas.Benda tersebut menjadi panas dan jika suhunya tarus naik maka pada akhirnyabenda tersebut akan menyala. c) Peledakan uap atau gas Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala,jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan meluasdengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala ataumeledak. d) Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair Debu-debu dari zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang berupasuspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam udaradan dapat meledak. e) Percikan api Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakaranya campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan apaitak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat. Oleh karena itu, tidak cukupnyaenergi dan panas yang ditimbulkan akan menghilang di alam benda padat. Percikan api mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik dan juga karena kelistrikan statissebagai gesekan 2 benda yang bergerak. f) Reaksi kimia Reaksi kimia tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat terjadinya kebakaran. Zat-zat yang bersifat oksidasi seperti hydrogen peroksida, klorat, boratdan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasasn dengan aktifmeningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakaranya bahan-bahan
  • 11. Perancangan Sprinkler yangdapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas yang dating dari luar, bahanyangmengoksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat organic, terutama jika bahanorganic, terutama jika bahan organic terdapat dalam bentuk partikel atau jika kontak. 11 2.1.2 Cara Pencegahan Bahaya Kebakaran Setelah mengetahui teori segitiga api dan fenomena kebakaran, maka kita dapat mengetahui bagaimana tata cara pencegahan bahaya kebakaran, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Cara Penguraian Yaitu dengan cara memisahkan/menempatkan pada tempat khusus bahan bakar atau yang mudah terbakar. 2. Cara Pendinginan Yaitu dengan cara menurunkan temperatur bahan bakar hingga berada dibawah titik nyalanya. 3. Cara Isolasi Yaitu dengan cara menurunkan konsentrasi/kadar oksigen hingga dibawah 12%. Selain cara pencegahan diatas, sebenarnya masih ada aspek-aspek penting untuk mencegah terjadinya kebakaran yaitu sebagai berikut : 1. Aspek Normatif Merupakan aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mencegah bahaya kebakaran yang biasanya berupa hal-hal normal yang harus dipenuhi untuk mencegah kebakaran, seperti: adanya sistem proteksi kebakaran, tersedianya pintu darurat, dsb. 2. Aspek Administratif Aspek - aspek yang ada disini berhubungan erat dengan komitmen pihak managemen perusahaan untuk peduli terhadap pencegahan bahaya kebakaran dalam perusahaan. Seperti penyediaan tenaga ahli khusus proteksi kebakaran dan perlengkapannya, dsb. 3. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang sangat penting, karena aspek ini berkaitan erat dengan cara penggunaan sarana proteksi yang ada dalam perusahaan. Sehingga untuk menggunakannya dengan cara yang benar dan
  • 12. Perancangan Sprinkler sesuai dengan prosedur, diperlukan pelatihan-pelatihan khusus bagi petugas proteksi kebakaran dalam suatu perusahaan. 12 2.1.3 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jika ternyata kebakaran tetap saja terjadi, maka dibutuhkan teknik penanggulangan kebakaran yaitu: 1. SER (Self Emergency Response) Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia seperti hydrant, APAR, sprinkler dan lain-lain. Jika sarana dan prasarana ini tidak tersedia atau kurang memadai maka terkadang kebakaran akan sulit ditanggulangi. 2. CER (Community Emergency Response) Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara meminta bantuan kepada masyarakat sekitar dan juga kepada departemen pemadaman kebakaran. Hal ini sering dilakukan karena pada bangunan yang terbakar tidak memiliki sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang memadai. Namun, Community Emergency Response ini terkadang mendapat hambatan seperti keterlambatan, akses masuk yang sempit sehingga truk pemadam kebakaran tidak dapat masuk, dan kurangnya ketersediaan air pada lokasi kebakaran sehingga truk pemadam kebakaran harus bolak-balik ke lokasi kebakaran untuk mengambil air. a. Perencanaan Konsep Untuk merencanakan instalasi sistem pencegahan kebakaran harus diperhatikan faktor yang menentukan antara lain, 1. Klasifikasi Hunian Klasifikasi sifat hunian adalah klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran yang diklasifikasikan berdasarkan struktur bahan bangunan, banyaknya bahan yang disimpan di dalamnya, serta sifat kemudahan terbakarnya, juga ditentukan oleh jumlah dan sifat penghuninya. Klasifikasi sifat hunian dibagi atas: a. Hunian Bahaya Kebakaran Ringan. Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat.
  • 13. Perancangan Sprinkler 13 b. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I. Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. c. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok II. Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. d. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III. Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. e. Hunian Bahaya Kebakaran Berat. Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, sampah, serat, atau bahan lain yang apabila terbakar apinya cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga menjalarnya api cepat. f. Hunian Khusus. Untuk hunian khusus seperti penyimpanan atau tempat dimana penggunaan cairan yang mempunyai kemudahan terbakar tinggi dapat digunakan sistem pancaran serentak. Karena keadaan yang menguntungkan, beberapa macam hunian dapat memperoleh keringanan satu kelas lebih rendah dengan persetujuan instansi yang berwenang.
  • 14. Perancangan Sprinkler 14 2. Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai. Didalam perencanaan konsep instalasi sprinkler, klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai yaitu: Tabel 2.1 Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai Klasifikasi Bangunan Ketinggian dan Jumlah Lantai A. Tidak Bertingkat B. Tidak Bertingkat C. Bertingkat Rendah D. Bertingkat Tinggi E. Bertingkat Tinggi Ketinggian sampai dengan 8 meter atau (satu) lantai (lapis) Ketinggian lebih dari 8 meter atau 2 (dua) lantai (lapis) Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 (empat) lantai (lapis) Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 (delapan) lantai (lapis) Ketinggian lebih dari 40 meter atau diats 8 (delapan) lantai (lapis) (Sumber: PermenakerNo. Per 04/MEN/1980) 3. Sistem Sprinkler Sprinkler adalah sebuah alat pemadam api otomatis, dimana system yang terpasang secara modul air di atas plafon dan jumlah modul terpasang disesuaikan dengan kebutuhan volume ruangan yang akan dilindungi. Sistim pemadam otomatis ini akan bekerja bila ada asap/awal nyala api yang terdeteksi oleh pengindera elektronik (sensor). Oleh karenanya bila dipasang beberapa unit dalam satu ruangan akan bekerja secara serentak karena ujung nozzle/sprinkler alat ini dilengkapi dengan actuator yang bekerja secara elektronik. Alat ini juga berfungsi sebagai Thermatic artinya bila terjadi kegagalan fungsi elektonik tetap bekerja akibat panas pada temperatur ± 68°C. Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada bangunan gedung, karena sistem sprinkler otomatik telah terbukti paling efektif dalam memadamkan kebakaran. Namun sangat disayangkan jika masih banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan instansi berwenang) menganggap bahwa sprinkler tidak efektif dan memakan biaya besar, sehingga menggantinya dengan sistem lain. Sistem sprinkler otomatik adalah kombinasi dari deteksi
  • 15. Perancangan Sprinkler panas dan pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99%. Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara ruangan ikut mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume membentur langit-langit, maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat dengan langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit. Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang menyebabkan temperaturnya akan naik dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja nominal yang bermacam-macam dari 57°C s/d 343°C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya kebakaran huniannya. Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap. Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan. Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program 15
  • 16. Perancangan Sprinkler simulasi kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET). Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian rancangan densitasnya pun berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kurang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran. Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler. Sistem sprinkler bekerja secara otomatis dengan memancarakan air bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidak-tidaknya mencegah meluasnya kebakaran. Instalasi sprinkler ini dipasang secara tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadi kebakaran. 16 Ada beberapa jenis sistem sprinkler, diantaranya yaitu: a. Sistem basah (wet pipe system) Sistem sprinkler basah bekerja secara otomatis terhubung dengan sistem pipa yang berisi air. Peralatan yang digunakan pada sistem sprinkler jenis terdiri dari sumber air, bak penampungan, kepala sprinkler, tangki tekanan dan pipa air dimana dalam keadaan keadaan normal, seluruh jalur pipa penuh dengan air. Sistem ini paling terkenal dan paling sedikit menimbulkan masalah. b. Sistem kering (dry pipe system) Sistem sprinkler kering merupakan suatu instalasi sistem sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut
  • 17. Perancangan Sprinkler akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve 17 c. Sistem curah (deluge system) Sistem curah biasanya untuk proteksi kebakaran pada trafo-trafo pembangkit tenaga listrik atau gudang-gudang bahan kimia tertentu. Sistem ini menyediakan air secara cepat untuk seluruh area dengan memakai kepala sprinkler terbuka yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang diarea yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada. d. Sistem pra aksi (preaction system) Komponen sistem pra aksi memiliki alat deteksi dan kutub kendali tertutup, instalasi perpipaan kosong berisi udara biasa (tidak bertekanan) dan seluruh kepala sprinkler tertutup. Valve untuk persediaan air dibuka oleh suatu sistem operasi detector otomatis yang dengan segera mengalirkan air dalam pipa. Penggerak sistem deteksi membuka katup yang membuat air dapat mengalir ke sistem pipa sprinkler dan air akan dikeluarkan melalui beberapa sprinkler yang terbuka. Kepekaan alat deteksi pada sistem pra aksi ini diatur berbeda dan akan lebih peka, maka dari itu disebut sistem pra aksi karena ada aksi pendahuluan sebelum kepala sprinkler pecah. e. Sistem kombinasi (combined system) Sistem sprinkler kombinasi bekerja secara otomatis dan terhubung dengan sistem yang mengandung air di bawah tekanan yang dilengkapi dengan sistem deteksi yang terhubung pada satu area dengan sprinkler. Sistem operasi deteksi menemukan sesuatu yang janggal yang dapat membuka pipa kering tanpa adanya kekurangan tekanan air di dalam sistem tersebut. Menurut SNI 03-3989-2000, dikenal dua macam sistem sprinkler yaitu sprinkler berdasarkan arah pancaran dan berdasarkan kepekaan terhadap suhu. Berikut klasifikasi kepala sprinkler: a. Sistem sprinkler terdiri dari : 1. Penyedia air yang cukup
  • 18. Perancangan Sprinkler 18 2. Jaringan pipa yang cukup 3. Perlengkapan sprinkler b. Klasifikasi kepala sprinkler : 1. Berdasarkan arah pancaran: a) Pancaran keatas b) Pancaran kebawah c) Pancaran arah dinding 2. Berdasarkan kepekaan terhadap suhu: a) Warna segel: 1) Warna putih pada temperatur 93° C 2) Warna biru pada temperatur 141° C 3) Warna kuning pada temperatur 182° C 4) Warna merah pada temperatur 227° C 5) Tidak berwarna pada temperatur 68° C / 74° C b) Warna cairan dalam tabung: 1) Warna jingga pada temperatur 53° C 2) Warna merah pada temperatur 68° C 3) Warna kuning pada temperatur 79° C 4) Warna hijau pada temperatur 93° C 5) Warna biru pada temperatur 141° C 6) Warna ungu pada temperatur 182° C 7) Warna hitam pada temperatur 201° C – 260° C Sistem sprinkler harus mengacu pada standar yang telah ditentukan untuk menjamin kualitas dan keandalannya. Bila menggunakan standar Inggris sebagai acuannya adalah: 1. British Standart Code of Practice CP 402.201 (1952) 2. The Rules of The Fire Offices Committee for Automatic Sprinkler Installations Code of practices berfungsi sebagai acuan untuk memberikan rekomendasi mengenai perencanaan bagian-bagian dari komponen, material yang harus dipakai, pemeriksaan dan pemeliharaannya. Apabila melibatkan pihak asuransi, maka untuk pemasangan dan pemeliharaanya harus mengikuti fire offices committee rules.
  • 19. Perancangan Sprinkler Code of practices dan fire offices committee yang menjamin bahwa sistem sprinkler yang dipasang telah memenuhi standart, sehingga kesalahan atau ketidak handalan dari sistem jarang terjadi. Bila automatic sprinkler tidak berfungsi letak kesalahannya adalah kesalahan dari penggunaan bangunan itu sendiri seperti perubahan struktur bangunan, dilakukan perombakan dekorasi dan perubahan pemakaian dari gedung tersebut, sistem pemeliharaan yang tidak baik serta terjadinya kerusakan-kerusakan mekanis dari sistem tersebut. 19 4. Susunan pipa Susunan pipa instalasi sprinkler: a. Susunan cabang ganda. Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke dua sisi pipa pembagi. b. Susunan cabang tunggal. Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke satu sisi dari pipa pembagi. c. Susunan pemasukan di tengah. Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran air dari tengah d. Susunan pemasukan di ujung. Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran dari ujung. 5. Pipa Penyalur Pipa penyalur untuk sistem sprinkler tidak boleh dihubungkan pada sistem lain kecuali seperti dibawah ini: a. Jaringan kota. Sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan tekanannya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas ijin Perusahaan Daerah Air Minum. Meter air tidak dianjurkan untuk dipasang pada sambungan sistem sprinkler. Apabila ditentukan lain harus digunakan meter
  • 20. Perancangan Sprinkler air khusus. Ukuran pipa sekurang-kurangnya harus sama dengan pipa tegak yang disambungkan, dengan ukuran minimum 100 mm. 20 b. Tangki gravitasi. Tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Kapasitas dan letak ketinggian tangki harus memberikan aliran dan tekanan yang cukup. Tangki gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran dan system sprinkler otomatis harus : a) Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut. b) Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan. c) Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan. c. Tangki bertekanan Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai system penyediaan air. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan suatu cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya sistem penyediaan air, sistem tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi muka air dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tanda bahaya harus dihubungkan dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik yang melayani kompresor udara. Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem sprinkler dan system slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air sampai penuh, dan diberi tekanan udara ditambah dengan 3 x tekanan yang disebabkan oleh berat air pada perpipaan sistem sprinkler di atas tangki kecuali ditetapkan lain oleh pejabat yang berwenang.
  • 21. Perancangan Sprinkler 21 d. Sambungan pemadam kebakaran Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yang memungkinkan petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam sistem sprinkler, ukuran pipa minimum adalah 100 m. Pipa berukuran 80 mm dapat digunakan, apabila dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 80 mm juga. Sambungan pemadam kebakaran harus ditempatkan pada bagian system sprinkler di dekat katup balik. Automatic sprinkler system harus dilengkapi dengan persediaan air yang cukup dan memenuhi persyaratan. Persediaan air dapat dieroleh dari: 1. Jaringan hydrant kota (town mains) 2. Persediaan air pribadi (elevated private reservoir) 3. Tanki gravitasi (gravity tank) 4. Persediaan air dilengkapi pompa otomatis 5. Tanki bertekanan (pressure tank) Pemilihan sistem instalasi kebakaran berdasar atas persediaan air yang dibagi dalam 3 kategori sesuai jumlah dan macam persedian air yang tersedia. a. Kategori 1 Sistem pesediaan air dari dua sumber atau satu sumber, tetapi mampu melayani seluruh sprinkler yang dipasang dalam suatu bangunan dan tidak melebihi 2000 sprinkler dengan 200 sprinkler untuk setiap resiko kebakaran yang terpisah. b. Kategori 2 Sistem persediaan air dengan satu sumber tetapi tidak membatasi jumlah atau banyaknya sprinkler yang dipasang. c. Kategori 3 Sistem persediaan air diambil dari jaringan hidran kota atau pompa otomatis. Pada kategori ini tidak dapat digunakan untuk klasifikasi bahaya kebakaran berat.
  • 22. Perancangan Sprinkler 22 2.2. Dasar Perencanaan 2.2.1 Klasifikasi Sistem. Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi hunian bahaya kebakaran, yaitu : 1. Sistem bahaya kebakaran ringan, 2. Sistem bahaya kebakaran sedang, 3. Sistem bahaya kebakaran berat. Jaringan pipa untuk dua sistem bahaya kebakaran atau lebih yang berbeda boleh dihubungkan pada satu katup kendali dengan ketentuan jumlah kepala sprinkler yang dilayani tidak melampaui jumlah maksimum. 2.2.2 Perhitungan Hidrolik. Perhitungan hidrolik tiap sistem harus direncanakan berdasarkan kepadatan pancaran pada daerah kerja maksimum yang diperkirakan (banyaknya kepala sprinkler yang dianggap bekerja) dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh dari gedung yang dilindungi. 2.2.3 Kepadatan Pancaran Kepadatan pancaran yang direncanakaan dan daerah kerja maksimum yang diperkirakan untuk ketiga klasifikasi tersebut diatas tercantum dibawah ini (sumber: SNI 03-3989-2000): a) Sistem bahaya kebakaran ringan. Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 84 m2. Catatan : Tambahan kepadatan sebesar 5 mm/men diberikan untuk daerah tertentu pada hunian bahaya kebakaran ringan, seperti : ruang atap, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, ruang penyimpanan, ruang kerja bengkel dan lain-lain dengan penentuan jarak kepala sprinkler yang lebih dekat . b) Sistem bahaya kebakaran sedang. Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 72 ~ 360 m2. Catatan : Sistem bahaya kebakaran sedang terdiri dari 3 (tiga) kelompok berdasarkan daerah kerja maksimum yang diperkirakan, yaitu : kelompok I (bahaya kebakaran sedang ringan) 72 m2,
  • 23. Perancangan Sprinkler kelompok II (bahaya kebakaran sedang-sedang) 144 m2, kelompok III (bahaya kebakaran sedang berat) 216 m2. Apabila kemungkinan terjadi penyalaan serentak, misalnya yang mungkin terjadi pada proses persiapan di pabrik tekstil, maka luas maksimumnya 360 m2. 23 c) Sistem bahaya kebakaran berat Kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5 ~ 12,5 mm/men.Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 m2. Catatan: Diperlukan perlengkapan perlindungan dengan pancaran berkecepatan tinggi atau sedang dalam daerah bahaya ini dimana larutan atau cairan lain yang mudah terbakar disimpan atau diolah. 2.3 Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. 2.3.1 Permohonan Persetujuan Sebelum mulai dengan pemasangan, gambar perencanaan harus mendapat persetujuan pihak yang berwenang, perubahan yang terjadi pada gambar perencanaan yang telah disetujui harus dimintakan persetujuan ulang. 2.3.2 Gambar Perencanaan Gambar perencanaan harus dibuat dengan skala tertentu, pada kertas gambar yang berukuran sama dan harus memuat denah tiap lantai. Gambar perencanaan harus dapat diperbanyak dengan mudah. Hal-hal seperti dibawah ini harus tercantum dalam gambar perencanaan : a) Nama pemilik dan jenis hunian b) Alamat. c) Klasifikasi bahaya kebakaran. d) Arah mata angin e) Kontruksi atap dan langit-langit. f) Potongan gedung. g) Letak dinding tahan api. h) Letak dinding pemisah. i) Jenis hunian tiap ruang atau kamar j) Letak tempat-tempat yang tertutup dan penyimpanan barang
  • 24. Perancangan Sprinkler k) Ukuraan pipa dan tekanan air bersih kota dan apakah merupakan ujung buntu 24 atau jaringan melingkar l) Penyedian air cara lain dengan tekanan atau gravitasi m) Merk, ukuran lubang, dan jenis sprinkler n) Suhu kerja dan letak sprinkler o) Jumlah sprinkler pada tiap pipa tegak, jumlah sprinkler pada tiap sistem dan luas daerah yang dilindungi tiap lantai p) Jumlah sprinkler pada setiap pipa tegak dan jumlah keseluruhan tiap lantai q) Merk, model dan tipe tanda bahaya yang dipakai r) Macam dan letak lonceng tanda bahaya hidrolis s) Percabangan, nipel pipa tegak dan ukuran-ukurannya t) Jenis penggantung u) Semua katup kendali, pipa pengering, pipa uji v) Slang kebakaran w) Nama dan alamat instalatur. 2.3.3 Penyediaan Air Dan Pompa Untuk Sistem Sprinkler Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari: 1. Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang direncanakan 2. Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi keperluan disain hidrolis 3. Bejana tekan 4. Tangki gravitasi Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya kebakaran ringan adalah 500-750 gpm (SNI 03-3989-2000), untuk waktu pengoperasian selama 30-60 menit. Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu digunakan juga jockey pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan. Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department connection.
  • 25. Perancangan Sprinkler 25 5. Syarat Penyambungan Pipa penyalur untuk system sprinkler tidak boleh dihubungkan pada system lain kecuali seperti yang diatur dalam bagian ini. a. Jaringan kota Sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan tekanannya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi ditempat penyambungan yang direncanakan atas izin perusahaan daerah air minum. Ukuran pipa sekurang-kurangnya harus sama dengan pipa tegak yang disambungkan, dengan ukuran minimum 4 inchi. Gambar 2.4 Jaringan kota (Sumber : SNI 03-3989-2000) b. Tangki Gravitasi Tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Kapasitas dan letak ketinggian tangki harus memberikan aliran dan tekanan yang cukup.
  • 26. Perancangan Sprinkler 26 Gambar 2.5 TangkiGravitasi (Sumber : SNI 03-3989-2000) Tangki gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran dan sistem sprinkler otomatis harus: 1. Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut. 2. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan. 3. Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.
  • 27. Perancangan Sprinkler 27 Gambar 2.6 Sambungan pipa yang melayani keperluan rumah tangga kran kebakaran, sprinkler otomatis pada tangki gravitasi. ( Sumber : SNI 03-3989-2000) c. Tangki Bertekanan Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan suatu cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya system penyediaan air, system tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi permukaan air dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tanda bahaya harus dihubungkan dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik yang melayani kompresor udara. Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani system sprinkler dan sistem slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air 2/3 penuh, dan diberi tekanan udara ditambah dengan 3X tekanan yang disebabkan oleh berat air pada perpipaan system sprinkler diatas tangki kecuali ditetapkan lain oleh pejabat yang berwenang (SNI 03-3989-2000).
  • 28. Perancangan Sprinkler 28 Gambar 2.7 Tangki bertekanan (Sumber : SNI 03-3989-2000) d. Sambungan Pemadam Kebakaran Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yang memungkinkan petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam system sprinkler, ukuran pipa minimum adalah 4 inch. Pipa berukuran 3 inch dapat digunakan, apabila dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 3 inch juga. Sambungan pemadam kebakaran harus ditempatkan pada bagian sistem sprinkler didekat katup balik. 2.4 Persyaratan Khusus Untuk Berbagai Sistem Penyediaan Air. 2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Kota Sistem sprinkler dapat disambungkan pada jaringan air bersih kota yang dapat menyediakan air selama 24 jam dengan tekanan dan kapasitas yang cukup sesuai dengan persyaratan kapasitas aliran dan tekanan. Pipa kota yang dapat disambungkan pada sistem sprinkler adalah pipa kota yang mendapat aliran dari dua arah. Sistem sprinkler yang melayani sistem bahaya kebakaran sedang kelompok III dan sistem bahaya kebakaran berat dapat disambung pada pipa kota yang merupakan ujung buntu dan mempunyai ukuran minimum 6 inch.
  • 29. Perancangan Sprinkler Sistem penyediaan air bersih kota yang mempunyai reservoir dengan daya tampung minimum 1000 m3, boleh disambungkan pada sistem sprinkler untuk sistem bahaya kebakaran berat. Untuk sistem bahaya kebakaran ringan, reservoir dengan daya tampung lebih kecil dari 1000 m3 masih diperbolehkan. Setiap katup penutup (selain katup penutup yang menjadi tanggung jawab PDAM) harus selalu diamankan dalam keadaan terbuka dan menjadi tanggung jawab pemilik gedung. 29 2.4.2 Sistem Tangki Gravitasi Tangki gravitasi yang dimaksud adalah tangki yang khusus dipasang di dalam gedung guna pemadam kebakaran. Tangki dipasang pada ketinggian sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air dalam kapasitas dan tekanan cukup pada instalasi pemadam kebakaran. Apabila kapasitas tangki dibuat lebih besar dari yang disyaratkan, penggunaan air untuk keperluan lain tidak boleh mengurangi kapasitas yang disyaratkan untuk sprinkler. Pipa keluar untuk penggunaan lain, harus dipasang sedemikian rupa, sehingga air dalam tangki selalu tersisa sesuai dengan kapasitas yang disyaratkan untuk sprinkler. Tangki gravitasi harus dilengkapi dengan tanda tinggi muka air. Air dalam tangki harus selalu diusahakan bersih dan bebas dari bahan-bahan yang mengendap, tangki harus dibersihkan tiap 3 tahun sekali. Untuk memudahkan pembersihan harus disediakan tangga permanen. Sebuah tangki gravitasi tidak boleh dipakai sebagai penyediaan air untuk dua gedung dengan pemilik yang berlainan. 2.4.3 Sistem Pompa Otomatis Pompa kebakaran harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga mudah dicapai di dalam gedung atau ditempatkan di dalam bangunan tahan api di luar gedung. Pompa kebakaran tidak boleh digunakan untuk keperluan lain di luar keperluan kebakaran. (Dianjurkan pemasangan pompa kebakaran terpisah untuk keperluan instalasi slang kebakaran). 2.4.4 Pompa Listrik Tenaga listrik untuk menjalankan pompa harus dari aliran listrik yang dapat diandalkan, sebaiknya aliran listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel yang
  • 30. Perancangan Sprinkler disediakan khusus. Apabila listrik kota dapat diandalkan, kebutuhan listrik untuk pompa kebakaran dapat dipenuhi oleh aliran listrik kota. Daya listrik yang tersedia harus menjamin tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan pompa setiap saat. Tiap tombol listrik yang melayani pompa kebakaran harus diberi tanda dengan jelas yang bertuliskan “Pompa Kebakaran Jangan Dimatikan Waktu Kebakaran“. Lampu tanda harus dipasang untuk menyatakan bahwa ada aliran listrik. Lampu tanda harus dipasang di dekat pompa sedemikian rupa, sehingga mudah dilihat oleh operator. Tanda yang dapat dilihat dan didengar untuk memberi peringatan apabila aliran listrik terputus harus dipasang pada panel start motor listrik pompa. Aliran listrik untuk tanda dimaksud harus dari aliran listrik lain yang melayani motor listrik. Apabila aliran listrik dari aki, maka aki harus dilengkapi dengan alat pengisi aki yang selalu mengisi setiap saat. Sekring berkapasitas tinggi harus dipasang untuk : 1. Melindungi kabel-kabel listrik yang disambung ke motor listrik 2. Melindungi motor listrik sesuai dengan standar yang berlaku. 30 2.4.5 Pompa Diesel Pompa dengan motor diesel disambung dengan kopling yang memungkinkan masing- masing bagian dapat dilepas secara tersendiri. Ventilasi yang cukup harus diusahakan dalam ruang diesel untuk mengurangi panas dan memberikan aliran udara. Mesin yang digunakan harus dari jenis motor diesel dengan injeksi langsung yang dapat dijalankan tanpa menggunakan sumbu, busi pemanas, eter atau letupan. Kapasitas penuh harus dapat dicapai dalam waktu 15 detik sejak start. Penggunaan super charger atau turbo charger dengan pendingin udara atau air diperbolehkan. Pompa diesel harus dapat bekerja terus-menerus pada beban penuh untuk waktu 6 jam dan harus dilengkapi dengan alat pengatur kecepatan, dalam jangkauan 4,5% dari nilai kecepatan yang ditentukan pada keadaan nilai beban permulaan sampai beban penuh. Alat untuk mematikan mesin harus dilengkapi dengan alat manual dan kembali pada keadaan siap start secara otomatis. Tangki bahan bakar motor diesel harus dibuat dari baja yang di las. Tangki harus dipasang lebih tinggi dari pompa bahan bakar (pompa injeksi diesel) untuk
  • 31. Perancangan Sprinkler dapat mengalirkan secara gravitasi. Pada tangki harus dipasang alat yang dapat menunjukkan isi bahan bakar. Persediaan bahan bakar tambahan harus disediakan untuk waktu bekerja 6 jam disamping bahan bakar yang telah ada dalam tangki bahan bakar. Bila terdapat lebih dari satu motor, maka tiap motor harus mempunyai tangki bahan bakar dan pipa penyalur yang terpisah. Pipa penyalur bahan bakar tidak boleh dari bahan plastik. Katup pipa penyalur harus dipasang dekat tangki bahan bakar dan harus selalu dalam keadaan terbuka. Harus disediakan dua cara menjalankan motor: 1. Start otomatis dengan cara memasang motor starter yang dilayani oleh aki. Motor starter akan bekerja, apabila tekanan air dalam sistem sprinkler turun. Kapasitas aki harus sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menghidupkan motor starter 10 kali berturut-turut tanpa pengisian kembali. 2. Start manual dengan cara engkol apabila motor tidak besar atau motor starter 31 yang dihidupkan secara manual. Catatan : Motor starter untuk start otomatis dapat juga dipakai untuk start manual apabila disediakan dua aki untuk masing-masing penggunaan. Pengisian aki harus dilakukan secara perlahan-lahan. Alat pengisi aki harus dilengkapi dengan sakelar untuk memilih pengisian cepat.Alat pengisi aki harus dapat mengisi dua aki bersama-sama.Harus selalu disediakan suku cadang yang terdiri dari : a) Dua set saringan bahan bakar b) Dua set saringan minyak pelumas lengkap dengan karet perapat (seal) c) Dua set tali kipas (bila digunakan tali kipas) d) Satu set kopling lengkap, gasket-gasket, slang-slang e) Dua set pengabut bahan bakar. f) Motor harus dijalankan tiap minggu sekali selama sekurang-kurangnya 10 menit.
  • 32. Perancangan Sprinkler 32 2.5 Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler 2.5.1 Penempatan Kepala Sprinkler Penempatan kepala sprinkler didasarkan luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler di dalam satu deret dan jarak maksimum deretan yang berdekatan. 2.5.2 Bahaya Kebakaran Ringan a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler : 1. Sprinkler dinding 17 m2 2. Sprinkler lain 20 m2 Gambar 2.8. Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler (Sumber : SNI 03-3989- 2000)
  • 33. Perancangan Sprinkler 33 Gambar 2.9. Penempatan Dan Letak Kepala Sprinkler Selang-seling (Sumber : SNI 03-3989- 2000) b) Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum antara deretan yang berdekatan : 1. Sprinkler dinding 2. Sprinkler lain 4,6 m Di bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti : ruang langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel dan sebagainya, luas maksimum dibatasi menjadi sebesar 9 m2 tiap kepala sprinkler dan jarak maksimum antara kepala sprinkler 3,7 m. 2.5.3 Bahaya Kebakaran Sedang a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler : 1. Sprinkler dinding 9 m2 2. Sprinkler lain 12 m2 b) Jarak maksimum kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum deretan yang berdekatan :
  • 34. Perancangan Sprinkler 34 1. Sprinkler dinding 2. Sprinkler lain : a. Jika penempatan standar 4 m b. Jika kepala sprinkler dipasang selang seling : jarak maksimum antara kepala sprinkler 4,6 m Jarak maksimum pipa cabang 4,0 m Untuk gudang pendingin yang memakai metode pendingin dengan sirkulasi udara, penggilingan padi, studio film, panggung pada gedung pertunjukan, luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler 9 m2 dan jarak maksimum antara kepala sprinkler 3 m. Pengaturan penempatan kepala sprinkler selang-seling pada sistem bahaya kebakaran sedang, dimaksudkan untuk menempatkan kepala sprinkler terpisah sejauh lebih dari 4 meter pada pipa cabang. S = Perencanaan penempatan kepala sprinkler pada pipa cabang maksimum 4,6 m D = Jarak antara kepala sprinkler maksimum 4,0 m (sumber: SNI 03-3989-2000) 2.5.4 Bahaya Kebakaran Berat a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler : 1. Umum 9 m2 2. Dalam rak penyimpanan : a. Dengan satu jajar sprinkler 10 m2 b. Dengan dua jajar sprinkler 7,5 m2 c. Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum deretan yang berdekatan : 1). umum 3,7 m2 2). dalam rak penyimpanan 2,5 m2 Catatan : Jika dipasang lebih dari satu lapisan sprinkler dalam rak penyimpanan, penempatan kepala sprinkler dilapis berikutnya harus diselang-seling.
  • 35. Perancangan Sprinkler 35 2.6 Jarak Maksimum Untuk Penempatan Kepala Sprinkler Dinding Samping 2.6.1 Sepanjang Dinding Sistem bahaya kebakaran ringan 4,6 m. Sistem bahaya kebakaran sedang : 1. 3,4 m (langit-langit tidak tahan api) 2. 3,7 m (langit-langit tahan api) 2.6.2 Dari Ujung Dinding Sistem bahaya kebakaran ringan 2,3 m Sistem bahaya kebakaran sedang 1,8 m 2.6.3 Jumlah Deretan Kepala Sprinkler a) Untuk ruangan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 3,7 m, cukup dilengkapi dengan sederet sprinkler sepanjang ruangan. Untuk ruangan yang lebarnya antara 3,7 m sampai 7,4 m harus dilengkapi dengan deretan sprinkler sepanjang ruangan pada tiap sisinya. b) Untuk ruangan yang panjangnya lebih dari 9,2 m (bahaya kebakaran ringan) atau lebih dari 7,4 m (bahaya kebakaran sedang) deretan sprinkler harus dipasang selang-seling, sehingga setiap kepala sprinkler terletak pada garis tengah antara dua kepala sprinkler yang berhadapan. c) Untuk ruangan yang lebarnya lebih dari 7,4 m deretan kepala sprinkler jenis konvensional (dipasang pada langit-langit) harus dipasang pada langit-langit di tengah-tengah antara dua deret kepala sprinkler sebagai tambahan. 2.7 Kepala Sprinkler 2.7.1 Kapasitas Pancaran a) Perhitungan kapasitas pancaran air di kepala sprinkler. Untuk menghitung kapasitas pancaran air di kepala sprinkler, berlaku rumus: Q = kP dimana : Q = kapasitas pancaran tiap kepala sprinkler, dalam liter/menit. K = konstanta yang ditentukan oleh ukuran nominal lubang kepala sprinkler. P = tekanan air di kepala sprinkler dalam kg/cm2.
  • 36. Perancangan Sprinkler 36 b) Ukuran lubang kepala sprinkler. Ukuran nominal lubang kepala sprinkler yang dibenarkan untuk masing-masing sistem bahaya kebakaran adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Ukuran lubang kepala sprinkler No. Klasifikasi bahaya kebakaran Ukuran nominal lubang kepala sprinkler (mm) 1 Sistem bahaya kebakaran ringan 10 2 Sistem bahaya kebakaran sedang 15 3 Sistem bahaya kebakaran berat 20 Sumber : SNI 03-3989- 2000 c) Konstanta “k”. Konstanta “k” untuk ketiga ukuran lubang kepala sprinkler tersebut di atas adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Konstanta No. Ukuran nominal lubang kepala sprinkler (mm) Konstanta “k” 1 10 57±5% 2 15 80±5% 3 20 115±5% Sumber : SNI 03-3989- 2000 2.7.2 Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler Jumlah maksimum kepala sprinkler yang dapat dipasang pada satu katup kendali adalah : Tabel 2.4 Jumlah maksimum kepala sprinkler Klasifikasi bahaya kebakaran Jumlah kepala sprinkler (buah) Sistem bahaya kebakaran ringan 500 Sistem bahaya kebakaran sedang 1000 Sistem bahaya kebakaran berat 1000 Sumber : SNI 03-3989- 2000 Catatan : Jumlah kepala sprinkler di tempat tertutup dapat diabaikan. 2.7.3 Persediaan Kepala Sprinkler Cadangan Persediaan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler harus disimpan dalam satu kotak khusus yang ditempatkan dalam ruangan yang setiap suhunya tidak lebih dari 380⁰C. Persediaan kepala sprinkler cadangan tersebut paling sedikit adalah sebagai berikut :
  • 37. Perancangan Sprinkler 37 Tabel 2.5 Persediaan Kepala Sprinkler Cadangan No. Klasifikasi bahaya kebakaran Persediaan kepala sprinkler cadangan 1 Sistem bahaya kebakaran ringan 6 2 Sistem bahaya kebakaran sedang 24 3 Sistem bahaya kebakaran berat 36 Sumber : SNI 03-3989- 2000 Catatan : a. Persediaan kepala sprinkler cadangan harus meliputi semua jenis dan tingkat suhu dari kepala sprinkler yang terpasang. b. Apabila terdapat lebih dari 2 sistem, maka jumlah persediaan sprinkler cadangan harus ditambah 50% dari ketentuan tersebut di atas. 2.8 Syarat dan Ketentuan Perencanaan 1. Jarak antar sprinkler a. Kebakaran ringan : 4,6 m b. Kebakaran sedang I : 4 m c. Kebakaran sedang II : 3,5 m d. Kebakaan sedang III : 3 m e. Kebakaran berat : 3 m 2. Daerah kerja maksimum a. Kebakaran ringan : 84 m2 b. Kebakaran sedang I : 72 m2 c. Kebakaran sedang II : 144 m2 d. Kebakaran sedang III : 216 m2 e. Kebakaran berat : 260 m2 3. Kepadatan pancaran a. Kebakaran ringan : 2,5 m/ detik b. Kebakaran sedang I : 5 m/ detik c. Kebakaran sedang II : 5 m/ detik d. Kebakaran sedang III : 5 m/ detik e. Kebakaran berat : 7,5-12,5 m/ detik 4. Jumlah sprinkler maksimum per katup kendali a. Kebakaran ringan : 500 buah b. Kebakaran sedang I : 1000 buah
  • 38. Perancangan Sprinkler 38 c. Kebakaran sedang II : 1000 buah d. Kebakaran sedang III : 1000 buah e. Kebakaran berat : Sesuai perhitungan hidrostatik 5. Cadangan sprinkler a. Kebakaran ringan : 6 buah b. Kebakaran sedang I : 24 buah c. Kebakaran sedang II : 24 buah d. Kebakaran sedang III : 24 buah e. Kebakaran berat : 36 buah 6. Ukuran nominal nozel a. Kebakaran ringan : 10 mm b. Kebakaran sedang I : 15 mm c. Kebakaran sedang II : 15 mm d. Kebakaran sedang III : 15 mm e. Kebakaran berat : 20 mm 2.9 Perhitungan Jumlah Sprinkler Dalam melakukan perhitungan jumlah sprinkler, maka perlu mencari jarak antar sprinkler dan jarak kepala sprinkler ke dinding. 1. Jarak antar sprinkler x = jarak antar kepala sprinkler overlap R = jari-jari pancaran sprinkler 2r2 = 푥2 + 푥2 4푟2 = 2푥2 2푟2 = 푥2 푥 = √2푟2 x x R R
  • 39. Perancangan Sprinkler 39 2. Jarak kepala sprinkler ke dinding x = jarak kepala sprinkler ke dinding R = jari-jari pancaran sprinkler x x R 푟2 = 푥2 + 푥2 푟2 = 2푥2 푥 = √0,5푟2  2.42 = 푥2 + 푥2  2.42 = 2푥2  푥 = √0,5푥2.42 Jarak kepala sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. Kemudian dilakukan penghitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk perbandingan 2.10 Pompa 2.10.1 Fungsi dan Cara Kerja Pompa a. Pompa sprinkler terdiri dari 1 buah pompa hidran listrik sebagai pompa utama, digunakan bila tekanan/pressure tank turun setelah jocky pump tidak sanggup lagi mengatasi (jocky pumpakan mati sesuai dengan setting pressure tank) maka main pump akan bekerja. b. 1 buah pompa diesel sebagai cadangan digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakan atau gagal operasional (listrik padam) dan pompa utama serta jocky pump berhenti bekerja mensuplai air maka diesel fire pumpakan melakukan start secara otomatis berdasarkan pressure switch. Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel diesel starter. Panel ini juga melakukan pengisian accu/men-charger accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci starter pada diesel tersebut. Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dengan pemanasan setiap minggu (2x pemanasan). Selain dilakukan pemanasan, diesel dilakukan
  • 40. Perancangan Sprinkler pemeriksaan pada accu, pendingin air (air radiator), dan pengecekan pada pelumas mesin (oli mesin). c. 1 buah pompa pacu (jocky pump) digunakan untuk menstabilkan tekanan air 40 pada pipa dan pressure tank. 2.10.2 Kapasitas Pompa Kapasitas pompa adalah kemampuan pompa untuk mengalirkan fluida (cair atau gas) dalam waktu tertentu. Kapasitas pompa dipengaruhi oleh jumlah fluida yang dialirkan, nilai laju aliran fluida dan hambatan lain dalam aliran fluida. Kapasitas pompa dapat dispesifikasikan menjadi: 2.10.2.1 Head Head adalah energi mekanik yang terkandung dalam satu satuan berat jenis zat cair yang mengalir atau energi tiap satuan berat. Head dari instalasi pompa dapat dibedakan menjadi head statis dan head dinamis. Head terdiri dari dua bagian, antara lain: a. Head Total Pompa Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air dapat ditentukan berdasarkan kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat ditulis sebagai berikut: H = Ha + hp + H1 + 퐿푉2 2 푥퐷푥푔 H : Head total (m) H1 : Kerugian head di pipa, katup, belokan dan sambungan (m) hp : Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m) Ha : Head statis total (m) Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar dan sisi isap, tanda positif dipakai apabila muka air disisi keluar lebih tinggi dari pada sisi isap. b. Head Kerugian 1. Kerugian Gesekan dalam Pipa (Major Losses) Kerugian gesekan didalam pipa bergantung pada panjang pipa. Untuk menghitung besarnya kerugian akibat gesekan didalam pipa digunakan persamaan:
  • 41. Perancangan Sprinkler 41 g V L f hf D . 2 2  Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) L : Panjang saluran (m) D : Diameter dalam saluran (m) V : Kecepatan rerata aliran (m/s) g : kecepatan grafitasi (m/s2) f :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re) *Ket: Nilai f dapat dilihat pada (Sumber: Sularso, Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT Pradnya Paramita) 2. Kerugian Karena Perubahan Bentuk Geometri (Minor Losses) a. Kerugian head pada katup (valve) Kerugian head pada katup dapat ditulis sebagai berikut: hf = k 푉2 2 푥푔 hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) V : Kecepatan rata-rata aliran (m/s) g : kecepatan grafitasi (m/s2) k :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re) (Sumber: Sularso,Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor. Jakarta. PT Pradnya Paramita) b. Kerugian head pada fitting Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian akibat gesekan juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang, belokan, dan arah aliran berubah. Kerugian head transisi tersebut dinyatakan dalam rumus: hf = f x 푉2 2 푥푔 Untuk mendapatkan nilai f, maka dapat digunakan persamaan dibawah ini:
  • 42. Perancangan Sprinkler 42 f = 0.131 + 1.847 [ 퐷 2푅  90 ]3.5[ ]0.5 d : Diameter dalam saluran (m) R : jari-jari lengkungan sumbu belokan (m) V : Kecepatan rerata aliran (m/s) g : kecepatan grafitasi (m/s2) f :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re)  : Sudut belokan (derajat) 3. Kerugian Head Pada Nozel Kerugian head untuk pengecilan mendadak dapat dinyatakan dengan rumus: hf = 푉푑2 2 푥푔 Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) d : Diameter dalam saluran (m) V : Kecepatan rerata aliran (m/s) g : Kecepatan Gravitasi (m/s2) (Sumber: Sularso, Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT Pradnya Paramita) 4. Kerugian head Pada Selang Berdasarkan pada SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Selang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung, dijelaskan bahwa dalam menentukan tekanan pada outlet sambungan selang yang jauh. Faktor hilangnya tekanan pada katup selang perlu dipertimbangkan. Pada operasi pipa tegak, hilangnya tekanan akibat gesekan pada selang, dapat mengakibatkan tidak tercapainya tekan 6,9 bar (100 psi pada nozel) Pada system pipa tegak yang tinggi yang dilengkapi dengan katup penurunan tekan, petugas pemadam kebakaran hanya dapat sedikit mengatur atau sama sekali tidak dapat mengatur tekanan keluaran katup selang. Kerugian gesekan pada aliran dalam selang dapat dilihat pada
  • 43. Perancangan Sprinkler 43 푓 푥 퐿 푥 푉2 2 푥 퐷 푥푔 hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) P : Kerugian gesekan dalam selang (kg/ms2)  : Massa jenis zat cair (kg/m3) g : Kecepatan Gravitasi (m/s2) hf= (Sumber: Sularso,Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT Pradnya Paramita) 2.10.2.2 Daya Poros dan Efisiensi Pompa a. Daya air Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan waktu daya air yang dapat ditulis sebagai berikut: Pw =  x g x Qx Hp b. Daya poros Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya didalam pompa. Daya ini dapat dinyatakan sebagai berikut: P = Pw/p Pw : Daya poros sebuah pompa (kW) p : Efisiensi pompa
  • 44. Perancangan Sprinkler 44 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Flow Chat Perencanaan dan Perancangan Sprinkler Mulai Pengumpulan data Perancangan Sringkler Studi Lapangan 1. Luas Area Bangunan 2. Lay Out Bangunan 3. Fungsi Bangunan 1. Standar NFPA 14 2. SNI 03-1745-2000 3. SNI 03-3989-2000 4. SNI 03-6570-2001 1. Klasifikasi hunian 2. Perhitungan bangunan (area) yang dilindungi 3. Perhitungan kebutuhan sprinkler 4. Perancangan Reservoir 5. Perhitungan Kebutuhan air 6. Daya pompa yang digunakan Kesimpulan dan Saran Studi Literatur - Selesai Gambar 3.1 Flow Chat Perencanaan dan Perancangan Springkler
  • 45. Perancangan Sprinkler 45 3.2 Perancangan Sprinkler Langkah-langkah perancangan sprinkle adalah sebagai berikut : 3.2.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam perencanaan dan dan perancangan sprinkler. Data awal yang dibutuhkan adalah studi lapangan yang terdiri dari luas area bangunan, layout ruangan dan fungsi ruangan. Selain itu dalam pengumpulan data ini juga melakukan studi literatur yang terdiri dari standar NFPA 14, SNI 03-1745-2000, SNI 03-3989-2000 dan SNI 03-6570-2001 yang digunakan sebagai acuan / standart dalam perencanaan dan perancangan sprinkler. 3.2.2. Klasifikasi hunian Dalam klasifikasi hunian ini untuk bangunan hotel Swiss-Belinn Malang termasuk dalam hunian bahaya kebakaran ringan. Namun di area banguan hotel ini juga terdapat parkiran mobil dan motor. Sedangkan klasifikasi hunian untuk parkir mobil dan motor termasuk dalam bahaya kebakaran sedang I. Serta terdapat syarat yang harus dipenuhi dalam setiap klasifikasi hunian bahaya kebakaran. 3.2.3. Perhitungan bangunan yang dilindungi Perhitungan bangunan atau area yang dilindungi adalah dihitung berdasarkan klasifikasi hunian. Dimana untuk area hotel hotel Swiss-Belinn Malang terdapat dua klasifikasi bahaya kebakaran yaitu, bahaya kebakaran ringan dan bahaya kebakaran sedang I. 3.2.4. Perhitungan kebutuhan sprinkler Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi hunian bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. 3.2.5. Perancangan Reservoir Perancangan reservor meliputi dimensi reservoir yang digunakan panjang, lebar dan tinngi reservoir seta penentuan volume reservoir yang sesuai standart dalam hal pemadaman kebakaran. 3.2.6. Perhitungan Kebutuhan Air Kebutuhan air untuk sprinkler dalam waktu 30 menit Q adalah 300 L/menit sesuai dengan SNI 03-3989-2000 untuk bahaya kebakaran ringan. Sedangkan bahaya kebakaran sedang I kebutuhan air Q adalah 375 L/menit.
  • 46. Perancangan Sprinkler 46 3.2.7. Daya Pompa yang Digunakan Daya pompa didapat dari perhitungan sebagai berikut: Daya Pompa= ρ g Q Htotal Dimana : ρ = Massa jenis air g = Percepatan grafitasi Q = Debit air H = Head Loss Total 3.2.8. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran dalam perancangan sprinkler dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam perancangan selanjutnya agar bisa lebih baik. Selain itu perancangan yang sudah sesuai standart dapat membuat suatu gedung atau area dapat menanggulangi kebakaran dengan cepat.
  • 47. Perancangan Sprinkler 47 BAB 4 PERANCANGAN SPRINKLER 4.1. Klasifikasi Hunian Berdasarkan SNI 03-3989-2000 (halaman 7-8) untuk bangunan hotel total ini termasuk dalam klasifikasi hunian bahaya kebakaran ringan dan sedang I. a. Bangunan Hotel Hunian bahaya kebakaran ringan adalah macam hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat. b. Parkir Motor dan Mobil Hunian bahaya kebakaran sedang kelompok I adalah macam hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. 4.2. Ruangan Yang Tidak Perlu Dilindungi Semua ruang dalam gedung harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang berdasarkan SNI 03- 3989-2000 (halaman 9) seperti : a. ruang tahan api, b. kamar kakus, c. ruang panel listrik, d. ruangan tangga dan ruangan lain yang dibuat khusus tahan api. 4.3. Perancangan Sprinkler Berdasarkan Klasifikasi Hunian Berdasarkan SNI 03-3989-2000 syarat yang harus dipenuhi untuk setiap hunian bahaya kebakaran berbeda, seperti yang terteta dibawah ini a. Sistem Bahaya Kebakaran Ringan  Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit*  Daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 84 m 2 *
  • 48. Perancangan Sprinkler  Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit 2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara 48 dan bertekanan 2,2 kg/cm 2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi **  Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler, untuk sprinkler dinding 17 m 2 dan sprinkler lain 20 m 2 ***  Jarak kepala sprinkler dengan pipa (S) 4,6 m ***  Jarak kepala sprinkler dengan kepala sprinkler lainnya (D) 3,8 m *** b. Sistem Bahaya Kebakaran Sedang I  Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit *  Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 72 ~ 360 m 2*  Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 375 liter/menit dan bertekanan 1,0 kg/cm 2 atau kapasitas 540 liter/menit dan bertekanan 0,7 kg/cm katup kendali dengan sprinkler tertinggi. **  Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler untuk sprinkler dinding 9 m 2 dan sprinkler lain 12 m 2***  Jarak kepala sprinkler dengan pipa (S) 3,5 m ***  Jarak kepala sprinkler dengan kepala sprinkler lainnya (D) 3,6 m *** Keterangan : (*) : SNI 03-3989-2000 halaman 5 (**) : SNI 03-3989-2000 halaman 14-15 (***) : SNI 03-3989-2000 halaman 28
  • 49. Perancangan Sprinkler 49 4.4. Perhitungan Kebutuhan Sprinkler Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi hunian bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. Untuk perancangan awal sistem sprinkler sebagai berikut: a. Arah pancaran kebawah, kepala sprinkler diletakkan pada atap ruangan b. Kepekaan terhadap suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam tabung gelas berwarna merah. c. Menentukan jarak 2 sprinkler maksimum dengan overlap Jarak antar sprinkler x = jarak antar kepala sprinkler overlap R = jari-jari pancaran springkler 4,6/2= 2,3 m 푥 = √2푟2 푥 = √2푥(2.3)2 푥 = 3,25 푚 Jadi jarak antar sprinkler sebenarnya sebesar 3,25 m. Berdasarkan standart yang sudah ada, jarak kepala sprinkle ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. Kemudian dilakukan penghitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk perbandingan. Jarak kepala sprinkler ke dinding x = jarak kepala sprinkler ke dinding R = jari-jari pancaran sprinkler = 2,3 m x x R R x x R
  • 50. Perancangan Sprinkler 50 푥 = √0,5푟2 푥 = √0,5(2,3)2 푥 = 1,63 푚 Jadi jarak dinding ke sprinkler sebenarnya sebesar 1,62 m. Perhitungan jumlah springkel d. Perhitungan jumlah Sprinkler Dimensi ruangan Loby adalah 21,8 m x 7,9 m. Untuk mencari jumlah ruangan tiap sumbu dapat dihitung dengan persamaan: 퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푥 = 푝푎푛푗푎푛푔 푠푢푚푏푢 푥 − (2 × 푗푎푟푎푘 푘푒 푑푖푛푑푖푛푔 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎) 푗푎푟푎푘 푎푛푡푎푟 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎 퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푥 = 21,8 − (2 × 1,62) 3,25 퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푥 = 5,71 ≈ 6 푠푝푎푐푒 = 7 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푦 = 푝푎푛푗푎푛푔 푠푢푚푏푢 푦 − (2 × 푗푎푟푎푘 푘푒 푑푖푛푑푖푛푔 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎) 푗푎푟푎푘 푎푛푡푎푟 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 푠푒푏푒푛푎푟푛푦푎 퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푦 = 7,9 − (2 × 1,62) 3,25 퐽푢푚푙푎ℎ 푆푝푟푖푛푘푙푒푟 푝푎푑푎 푆푢푚푏푢 푦 = 1,43 ≈ 2 푠푝푎푐푒 = 3 푠푝푟푖푛푘푙푒푟 Total sprinkler = 7 x 3 = 21 sprinkler Tabel 4.1 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai Ground Nama Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kantor Security 4,6 2 2,3 1 2 Kantor Receiv 2,8 1 2,5 1 1 Kantor Cashier 2,9 1 1,9 1 1 Kantor FB 2,9 1 2,6 1 1 Kantor SM 2,9 1 2,6 1 1 Kantor Sales FB Staff 5,4 2 4,6 2 4 Kantor IT 4,3 2 2,7 1 2
  • 51. Perancangan Sprinkler 51 Lanjutan Tabel 4.1 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai Ground Nama Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kantor Fom 3,6 1 2,2 1 1 Kantor Operator 2,9 1 2,3 1 1 Kantor Reserv 2,9 1 2,3 1 1 Kantor GM 3,7 2 3 1 2 Pantry 5,9 2 2,4 1 2 Bar 7,9 3 6 2 6 Kantor EHK 2,4 1 2,4 1 1 Kantor HK 6,9 3 3,6 2 6 Kantor Acct 5,2 1 4,2 2 2 Loby 21,8 7 7,9 3 21 Bagasi 3,6 2 3,2 1 2 Loker male 7,8 3 4,2 2 6 Loker female 9,4 3 4,6 2 6 Canteen 10,7 4 3 1 4 General Store 11,7 4 4,3 2 8 Kantor 6,9 3 3,2 1 3 Ruang Pompa 8,5 3 8,2 3 9 Ruang Genset 8,8 3 6,6 2 6 Ruang PLN 4,8 2 4,5 2 4 Parkir 100 31 48 15 465 Coridoor 1 28,4 9 1,9 1 9 Coridoor 4 1,9 1 10,8 4 Locker Coridoor 3 5,6 2 1,9 1 2 Coridoor Lift 11,9 4 1,9 1 4
  • 52. Perancangan Sprinkler 52 Tabel 4.2 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 1 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Ruang Meeting 1 9,6 3 6,4 2 6 Ruang Meeting 2 9,6 3 7,9 3 9 Ruang Meeting 3 9,6 3 7,9 3 9 Ruang Meeting 4 9,6 3 7,9 3 9 Ruang Meeting 5 9,6 3 7,9 3 9 Dapur Utama 16 5 6,4 2 10 Restoran, VIP 10 3 6,6 2 6 Restoran Indoor 17,7 6 12,2 4 24 Restoran,Outdoor - - - - Fitnes 5,8 2 3,9 2 4 Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 Bqt Store 9,6 3 3,8 2 6 Coridoor Meeting Room 48 15 3,3 1 15 Coridoor Lift 13,6 5 2,7 1 5 Coridoor 26,8 9 3,4 1 9 Restoran Coridoor Kamar 48 15 1,8 1 15
  • 53. Perancangan Sprinkler 53 Tabel 4.3 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 2 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar Kantor HK 4,9 2 2,5 1 2 Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 Tabel 4.4 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 3 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 Tabel 4.5 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 4 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3
  • 54. Perancangan Sprinkler 54 Tabel 4.6 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 5 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 Tabel 4.7 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 6 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 Tabel 4.8 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 7 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 26 kamar Kantor HK 4,9 2 3,9 2 4 Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3
  • 55. Perancangan Sprinkler 55 Tabel 4.9 Kebutuhan Springkel Untuk Lantai 8 Tempat dalam Bangunan Panjang (meter) Jumlah pada sumbu x Lebar (meter) Jumlah pada sumbu y Total Springker Kamar Hotel 3,9 2 3,9 2 4 x 22 Kamar Ruang Tamu 4,5 2 3,9 2 4 x 4 Ruang House keeping 4,9 2 3,9 1 2 Gudang 1 4,6 2 2,6 1 2 Gudang 2 4,8 2 2,5 1 2 Coridoor Kamar 57 18 1,8 1 18 Coridoor Lift 9,3 3 2,7 1 3 Total Kebutuhan springkel untuk bangungan hotel ini secara keseluruhan ada 1679 buah springkel. Dengan jarak rata-rata antar sepringkel 4,6 m sesuai dengan ketentuan SNI 03-3989-2000 halaman 28. 4.5. Penentuan Volume Reservoir Untuk Springkel Berdasarkan (SNI 03-3989-2000 halaman 17) perhitungan dan gambar rancangan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Kebutuhan sprinkler total = 1679 sprinkler 2. Debit (Q)air permenit = 1679 x 80 liter/menit = 134320 liter/menit 3. Kebutuhanair selama 60 menit = 134320 x 30 = 4029600 liter = 4029,6 m3 4. Penentuan Volume Persediaan Air Sistem dan Konstruksi Bak Air (Reservoir) Untuk penentuan volume persediaan air sistem ini, digunakan waktu operasi/kerja sistem yaitu 30 menit untuk bahaya kebakaran Ringan. a. Volume kebutuhan air springkler untuk kebakaran ringan berdasarkan tinggi reservoir yang terendah sampai yang tertinggi yaitu minimal 11 m3. Dimana bak air (reservoir) untuk persediaan air tidak boleh diisi penuh. Oleh karena itu, dari hasil volume air yang dibutuhkan sistem, dapat ditentukan konstruksi bak airnya, yaitu : b. Panjang = 3 m ; Lebar = 3 m ; Kedalaman = 2 m.
  • 56. Perancangan Sprinkler 56 c. Volume total bak air (reservoir) V = 3 m x 3 m x 2 m = 18 m3 d. Selisih volume V = V bak air – V kebutuhan air = 18 m3 – 11 m3 = 7 m3 e. Tinggi freeboard t freeboard = V  A , dimana A = luas penampang bak air 3 7 m = 2 9 m = 0,78 m Air 0,78 3 m 3 m Gambar 4.1 Kontruksi Bak Air Sistem Sprinkler Otomatis 2 m Perencanaan bak reservoir diletakkan pada ruangan tersendiri dibawah permukaan tanah yang juga terdapat ruangan pompa. Tekanan reservoir + 1 atm yaitu 15 bar.g.
  • 57. Perancangan Sprinkler 57 4.6. Sistem Perpipaan Springkel Sistem perpipaan sesuai dengan standart SNI 03-3989-2000 adalah sebagai berikut;  Pada pipa reservoir menuju ke pompa diberi valve ulir dimana valve ulir ini selalu dalam keadaan terbuka ketika sistem beroperasi. Ini bertujuan agar air tetap mengalir ke pompa. Valve ini hanya ditutp saat bak reservoir dilakukan pengurasan, ini bertujuan air air dalam sistem tetap bersih.  Perpipaan setelah pompa dipasang valve ulir dan pressure gauge. Valve ulir ini dipasang dengan tujuan ketika pompa rusak valve bisa di tutup dan diperbaiki. Valve pressure gauge dipasang dengan tujuan untuk mengetahui besarnya tekanan dari aliran air waktu pemompaan.  Dari ruang pompa, pipa utama kemudian dipasang menuju lantai ground dengan ditanam didalam tanah sedalam 75 cm (SNI 03-3989-2000) dari perkukaan tanah dan diberi penyangga setiap jarak 3 meter.  Sebelum masuk ke sistem sringkel dipasang pressure regulator valve. Ini bertujuan untuk mengatur tekanan yang masuk ke sistem springkel agar sesuai dengan tekanan maksimum kepala springkel. Pressure diatur pada 1 bar untuk bahaya kebakaran ringan.  Pipa sistem springkel dilewatkan ke atas menyusuri dinding. Pipa ini dinamakan pipa tegak, yang mana pipa tegak di clamp dengan kuat agar tidak terjadi goncangan saat air bertekanan mengalir. Jarak antar clamp untuk pipa tegak adalah 1 meter.  Pipa cabang dipasang di atas plafon. Antara pipa tegak dan pipa percabangan terdapat selongsong dari pipa baja dilapisi plat baja yang tertanam di tembok. Ini bertujuan untuk penahan pipa antara pipa tegak dan pipa percabangan agar pipa tidak kontak langsung dengan dinding yang dapat mengakibatkan dinding rusak karena menahan berat pipa.  Pipa cabang ini bibagi lagi menjadi beberapa pipa untuk mekasang sistem springkel. Rancangan perpipaan diatas plafon diberi gantungan untuk menahan pipa dengan jarak antar gantungan pipa 3,5 m
  • 58. Perancangan Sprinkler 58 4.7. Perhitungan Sistem Perpipaan Diketahui : Massa jenis air (ρ) = 999 kg/m3 Percepatan grafitasi (g) = 9,81 m/s2 Debit air (Q) = 300 L/menit ≈0,3 m3/menit (bahaya kebakaran ringan) ᴓ pipa hisap = 2,5” ≈ 0,065 m ᴓ pipa distribusi = 2,5” ≈ 0,065 m ᴓ pipa percabangan = 1” ≈ 0,025 m a. Pipa hisap - Luas pipa hisap = π D2 /4 = π (0,065)2 /4 → 0,0033 m2 - Kecepatan aliran = Q / Luasan = 0,3 m3/menit : 0,0033 m2 → 1,52 m/second - Panjang pipa hisap total (L) adalah 6 m (pipa hisap ke pompa) - Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,004 sedangkan 푅푒 = 휌∇퐷 휇 - 푅푒 = 999 푘푔 푚3 × 1,52 푚 푠 × 0,065푚 1 ×10−3 푘푔 푚.푠 → 9,87 × 103 - Nilai friction factor (f) pada pipa hisap diameter 2,5” adalah 0,037 sumber gambar friction factor (Lampiran 1) b. Pipa Distribusi - Luas pipa inlet = π D2 /4 = π (0,065)2 /4 → 0,0033 m2 - Kecepatan aliran = Q / Luasan = 0,3 m3/menit : 0,0033 m2 → 1,52 m/second - Panjang pipa Distributor total (L) adalah 142,4 m - Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,004 sedangkan 푅푒 = 휌∇퐷 휇 - 푅푒 = 999 푘푔 푚3 × 1,52 푚 푠 × 0,065 푚 1 ×10−3 푘푔 푚.푠 → 9,87 × 103 - Nilai friction factor (f) pada pipa Distributor diameter 2,5” adalah 0,037 sumber gambar friction factor (Lampiran 1)
  • 59. Perancangan Sprinkler 59 c. Pipa Percabangan - Luas pipa Percabangan = π D2 /4 = π (0,025)2 /4 → 0,05 m2 - Kecepatan aliran = Q / Luasan = 0,3 m3/menit : 0,05 m2 → 0,015 m/second - Panjang pipa percabangan total (L) adalah 24 m (titik terjauh untuk pipa percabangan berada pada lantai 1) - Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,01 sedangkan 푅푒 = 휌∇퐷 휇 - 푅푒 = 999 푘푔 푚3 × 0,015 푚 푠 × 0,025푚 1 ×10−3 푘푔 푚.푠 → 3,7 × 102 - Nilai friction factor (f) pada pipa percabangan diameter 1” adalah 0,07 sumber gambar friction factor (Lampiran 1) d. Perhitungan Head  Head Statis Head perbedaan tinggi antara muka air sisi luar atau keluaran air pada kepala sprinkler tertinggi (Z2) dengan sisi inlet (Z1) sesuai dengan ukuran panjang pipa inlet pada bak reservoir Ha = Z2-Z1 Ha = 38,4 m - 1,8 m Ha = 36,6 meter  Head Tekanan P1 = tekanan pada pipa hisap = ρ x g x h = 999 푘푔 푚3 x 9,81 푚 푠2 x 1,8m h bernilai (+) karena kurang dari 2m = 17640,34 푘푔 푚 . 푠2 P2 = tekanan maksimum springkler sebesar 1 bar (tekanan absolut) = tekanan absolut – tekanan atm = 1 bar – 1,013 bar = -0,013 bar x 105 푘푔 푚 . 푠2 -1300 푘푔 푚 . 푠2
  • 60. Perancangan Sprinkler 60 푃2 휌푔 Htekanan = ( + 훼2 ∇22 2 푃1 휌 푔 ) − ( + 훼1 ∇12 2 ) =( 푘푔 푚 .푠2 −1300 999 푘푔 푚3×9,81 푚 푠2 ) − ( 17640,34 푘푔 푚 .푠2 999 푘푔 푚3×9,81 푚 푠2 ) = -1,93 m (sumber: fluid mechanics hal 356)  Head Loss Mayor - HL hisap = f 퐿 퐷 × 푉2 2푔 6 푚 0,065 푚 = 0,037 × (1,52 푚/푠)2 2×9,81 푚/푠 = 0,40 meter - HL distributor = f 퐿 퐷 × 푉2 2푔 142,2 푚 0,065 푚 = 0,037 × (1,52 푚/푠)2 2×9,81 푚/푠 = 0,95 meter - HL percabangan= f 퐿 퐷 × 푉2 2푔 24 푚 0,025 푚 = 0,07 × (0,015 푚/푠)2 2×9,81 푚/푠 = 0,00077 meter (sumber: fluid mechanics hal 357)  Head Loss Minor Untuk head loss minor hanya terdapat pipa inlet dan pipa outlet dan untuk nilai Le/D didapat tabel representative dimension less equivalent lengths (Le/D) for valves and fittings - HL hisap = 푓 퐿푒 퐷 × 푉2 2푔 = (0,037 × 30 × 3) (1,52 푚/푠)2 2×9,81 푚/푠 = 0,39 meter - HL distributor = 푓 퐿푒 퐷 × 푉2 2푔 = ((0,037 × 30) + (0,037 × 60 × 3)) (1,52 푚/푠)2 2×9,81 푚/푠 = 0,91 meter (sumber: fluid mechanics hal 361)
  • 61. Perancangan Sprinkler 61  Head Total Htotal = Hstatis + Htekanan + HLmayor +HLminor = 36,6 + (-1,91) + 1,35 + 1,3 = 37,32 meter 4.8. Penentuan Sistem Pompa 4.8.1 Perhitungan Daya Pompa Diketahui : ρ = 999 푘푔 푚3 g = 9,81 푚 푠2 Q = 300 L/menit selama 30 menit (hunian kebakaran ringan) Htotal = 37,3 m Daya Pompa = ρ g Q Htotal = 999 푘푔 푚3 x 9,81 푚3 푠 푚 푠2 x 0,01 x 37,3m = 3655,47 푘푔.푚2 푠3 = 3,66 KWatt = 4,9 HP 4.8.2 Macam Pompa Yang Digunakan a. Pompa listrik dipakai sebagai pompa utama untuk melayani kebutuhan sistem sprinkler. b. Pompa diesel digunakan sebagai pompa cadangan ketika sumber daya listrik mati, sehingga secara otomatis pompa diesel siap beroperasi menggantikan peran pompa listrik. Ini dapat terjadi karena sistem pompa diinterlock dalam panel pompa kebakaran. c. Pompa listrik dan pompa diesel mempunyai kapasitas yang sama sehingga dapat bekerja secara bergantian dan tidak mempengaruhi sistem. Sedangkan pompa pacu mempunyai kapasitas antara 5 – 10 persen dari pompa listrik. d. Pompa pacu digunakan untuk menjaga agar tekanan dalam sistem tetap konstan. e. Untuk mengendalikan tekanan pada sistem ini, dipakai pressure switch untuk mengendalikan masing-masing pompa tersebut. Jadi digunakan 3 pressure switch untuk sistem pompa : - 1 buah pressure switch untuk pompa listrik - 1 buah pressure switch untuk pompa diesel
  • 62. Perancangan Sprinkler 62 - 1 buah pressure switch untuk pompa pacu f. Untuk pompa listrik dan pompa diesel diset pada P – start = 4 bar, dimana pompa akan mulai jalan atau start bila tekanan pada sistem turun sampai dengan 4 bar. Dan bila pada saat itu sumber listrik mati, maka pompa diesel akan start. g. Sedangkan pompa pacu diset pada P – start = 5 bar dan P – stop = 7 bar, dimana pompa pacu akan start saat tekanan dalam sistem turun sampai dengan 5 bar. Dan pompa pacu akan berhenti saat tekanan dalam system telah mencapai 7 bar. h. Disamping pompa-pompa tersebut dapat start secara otomatis melalui pressure switch, dalam panel pompa juga terdapat sarana untuk menstart pompa secara manual. Jadi dalam panel pompa ada switch untuk mengoperasikan sistem secara manual maupun otomatis.
  • 63. Perancangan Sprinkler 63 BAB 5 KESIMPULAN 1.1. Kesimpulan a. Klasifikasi hunian yang digunakan pada hotel Swiss-Belinn Malang adalah Hunian bahaya kebakaran sedang kelompok I untuk area parkir dan hunian bahaya kebakaran ringan untuk bangunan gedung Swiss-Belinn Malang. b. Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi hunian bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. Untuk perancangan awal sistem sprinkler sebagai berikut: - Arah pancaran kebawah, kepala sprinkler diletakkan pada atap ruangan - Kepekaan terhadap suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam tabung gelas berwarna merah. - Sprinkler yang digunakanadalah jenis suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam tabung gelas berwarna merah. Jumlah sprinkler keseluruhan dari bangunan hotel Swiss-Belinn Malang adalah 1679 buah sprinkler. c. Seluruh sprinkler akan di suplay air dari PDAM dan di tampung pada bak bervolume 11m3. Dialirkan melalui pipa berdiameter 2,5 inchi serta pipa cabang berdiameter 1 inchi dengan menggunakan pompa listrik berdaya 4,9 HP 1.2. Saran Dalam Tugas Perancangan Sistem Penanggulangan dan Penanggulangan Kebakaran pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang ini masih terdapat kekurangan yang mana nantinya dapat ditambahkan lagi. Untuk Saran yang perlu diperhatikan adalah : 1. Data - data layout sebaiknya di dokumentasikan sehingga apabila diperlukantidak kesulitan untuk mencari lagi. 2. Dalam pengaplikasikaan perencanaan Sprinkler ini juga perlu diperhatikanmengenai prosedur pemeliharaan.