Dokumen tersebut membahas tentang e-discovery dan sentralisasi aktivitas e-discovery, khususnya dalam dua kasus yaitu pelacakan penyebar pertama video syur dan kasus di jaringan sosial. Dibahas pula mengenai definisi e-discovery, ESI, dan forensik digital serta perangkat dan teknik yang digunakan dalam prosesnya seperti e-discovery."
1. E-discovery / 2015
E-Discovery and Enterprise Content Mgt. System
Mayor Area of E-discovery
(Sentralisasi dari aktivitas dan kegiatan e-discovery)
Disusun oleh:
Dwinanda Septiafani 1201120321
Husnul R. Aulia 1201122365
Septyana Putri Dilanti 1201120262
Yunita Pratami 1201120347
TELKOM ECONOMIC & BUSINESS SCHOOL
Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu Bandung 40257 Indonesia
Tel : +(62) 22 7503055 / +(62) 22 7503509 Fax : +(62) 22 750 5522
Email : tebs@telkomuniversity.ac.id website : tebs.telkomunivers
2. E-discovery / 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia memiliki kebutuhan yang beragam dan melakukan berbagai cara untuk
memenuhinya. Salah satu cara agar kebutuhan mereka terpenuhi adalah memperbarui lingkungan
yang ada di sekeliling mereka, salah satunya adalah teknologi. Teknologi yang semakin
berkembang memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, ada beberapa pekerjaan yang menghilang, tapi
disisi lain pekerjaan yang tidak terpikir sebelumnya malah bermunculan. Namun dampak yang
dirasakan dengan perkembangan teknologi lebih banyak manfaatnya salah satunya adalah
eDiscovery. eDiscovery dapat membantu dalam penyediaan atau pencarian data dan informasi.
Salah satu perkembangan dari eDiscovery yaitu forensik yang umumnya diketahui oleh
masyarakat sebagai alat bantu penyelidikan. Dengan kemudahan yang ditawarkan eDiscovery ini
maka beberapa kasus terutama yang berhubungan dengan IT dapat dengan mudah terpecahkan.
Saat ini komputer forensik digunakan khususnya untuk kasus cybercrime beberapa kasus
yang telah terjadi adalah kasus penyebar pertama dari suatu video syur dan masalah jaringan
sosial website. Dalam penelitian ini kasus tersebut akan dibahas lebih lanjut guna mengetahui
pengaruh komputer forensik dalam membantu memecahkan kasus tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memahami dan menerapkannya dalam bentuk
contoh kasus di salah satu area utama dalam e-discovery yaitu sentralisasi dari aktivitas dan aksi
e-discovery.
3. E-discovery / 2015
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi e-Discovery
eDiscovery didefinisikan sebagai elektronik yang mengidentifikasi, mengumpulkan dan
menghasilkan informasi yang disimpan secara elektronik (ESI) untuk kegiatan investigasi dan
hukum.
Proses eDiscovery sangat kompleks dengan volume data elektronik yang diproduksi dan
disimpan. Data-data eDiscovery yang disimpan berbeda dengan bukti seperti hardcopy, dokumen
elektronik lebih dinamis dan mengandung metadata, informasi penulis dan penerima. Pelestarian
konten dan informasi metadata disimpan secara elektronik untuk mengurangi kerusakan barang
bukti yang akan dilitigasi.
Produksi, kadang-kadang dokumen yang relevan akan dikonversi ke format statis seperti
TIFF atau PDF. Penggunaan komputer (dikenal sebagai "CAR" atau Technology Assisted
Review, "TAR"), predictive coding dan perangkat lunak lainnya untuk e-discovery mengurangi
jumlah dokumen yang diperlukan untuk ditinjau oleh pengacara, dan memungkinkan tim hukum
untuk memprioritaskan dokumen itu, tujuannya untuk mengefektifkan waktu dan
mengefisiensikan biaya. Tujuan lain dari eDiscovery adalah untuk menghasilkan volume inti
bukti litigasi dengan cara yang lebih efektif.
2.2. Digital Rights (Hak Digital)
Digital rights merupakan hak untuk membatasi penggunaan digital, tujuannya untuk
mengontrol apa yang pengguna lakukan dengan media digital. Pembatasan digital seperti
medesain program agar tidak dapat meng-copy lagu, membaca ebook atau bermain game tanpa
koneksi internet. Adanya digital rights untuk mencegah pengguna menggunakan hak cipta orang
lain.
Digital rights dikembangkan karena menanggapi peningkatan pesat onlineatas bahan
bajakan yang dipasarkan secara komersial, berkembang dengan meluasnya pertukaran file secara
peer-to-peer. Biasanya DRM menggunakan kode yang dapat mencegah copy, menentukan
jangka waktu di mana konten yang dapat diakses atau pembatasan jumlah perangkat media yang
dapat diinstal.
4. E-discovery / 2015
2.3. ESI
ESI (Electronically Stored Information) atau nformasi yang disimpan secara elektronik
(ESI) adalah informasi yang dibuat, di olah dan disimpan dalam bentuk digital.
ESI sering digunakan untuk mengacu pada data elektronik yang diperoleh oleh tim
hukum untuk tujuan litigasi. Istilah didefinisikan secara hukum oleh amandemen Federal
Peraturan Prosedur Sipil (FRCP), yang mengatur prosedur sipil di pengadilan federal AS dan
termasuk aturan yang berkaitan dengan pelestarian pesanan untuk informasi elektronik.
ESI diperoleh dan dibekukan oleh staf hukum ketika menuntut kasus. Metode yang
digunakan oleh staf hukum untuk mencari informasi elektronik yang dikenal sebagai penemuan
data elektronik. The FRCP Perubahan menyediakan hakim dengan pedoman untuk memastikan
apakah ESI dibenarkan. Hakim dapat mengeluarkan perintah untuk garnishing informasi yang
disimpan secara elektronik, tetapi sebelum melakukannya mereka harus menentukan apakah
cakupan penemuan elektronik dibenarkan dalam pandangan kemungkinan hasil percobaan.
ESI adalah produktif di alam. Sistem komputer tidak secara fisik memindahkan data
sekitar dari lokasi ke lokasi informasi kertas dipindahkan; sebaliknya, mereka duplikat pada
media yang berbeda di lokasi yang berbeda. Akibatnya, ESI jarang hilang atau terhapus karena
bahkan ketika pengguna menghapus informasi yang sering berganti nama dan disimpan di
tempat lain di komputer, membuat dihapus ESI mudah untuk pulih. ESI juga dapat memasukkan
data backup, metadata dan data warisan.
Bahkan jika penasihat hukum memperoleh ESI untuk kasus, bagaimanapun, mereka
mungkin menemukan diri mereka dalam mendukung sakit dengan hakim jika mereka gagal
untuk menguraikan rencana yang jelas dan transparan untuk menggunakan ESI.
2.4. Forensik
Forensik adalah penerapan ilmu untuk memecahkan masalah hukum. Dalam forensik,
hukum dan ilmu selamanya terintegrasi. Tidak ada yang bisa diterapkan tanpa membayar
5. E-discovery / 2015
penghormatan kepada yang lain. Bukti ilmiah terbaik di dunia tidak ada gunanya jika itu tidak
diterima di pengadilan hukum.
Definisikan Forensik Digital dalam Majalah Forensik, Ken Zatyko mendefiniskan
forensik digital dengan cara ini: “The application of computer science and investigative
procedures for a legal purpose involving the analysis of digital evidence after proper search
authority, chain of custody, validation with mathematics, use of validated tools, repeatability,
reporting, and possible expert presentation.” (Zatyko, 2007).Forensik digital mencakup lebih
dari sekedar laptop dan komputer desktop. Perangkat mobile, jaringan, dan system "Cloud" serta
banyak lingkup disiplin yang sejenis.Ini juga mencakup analisis gambar, video, dan audio (baik
analog dan format digital).Fokus dari analisis semacam ini umumnya mengenai keaslian,
perbandingan, dan peningkatan. Forensik digital dapat digunakan dalam berbagai pengaturan,
termasuk investigasi kriminal, litigasi sipil, kecerdasan, dan hal-hal administratif.
Sebagai bagian dari proses yang dikenal sebagai Penemuan Elektronik (eDiscovery),
forensik digital telah menjadi komponen utama dari banyak litigasi dolar. eDiscoverymengacu
pada proses dimana data elektronik dicari, terletak, aman, dan mencari dengan maksud
menggunakannya sebagai bukti dalam kasus hukum perdata atau pidana (TechTarget, 2005).
Dalam kasus perdata, kedua belah pihak umumnya berhak untuk memeriksa bukti-bukti yang
akan digunakan melawan mereka sebelum ke pengadilan. Proses hukum ini dikenal sebagai
"penemuan". Sebelumnya, sebagian besar penemuan berbasis kertas atau konfensional, dengan
masing-masing pihak bertukar laporan, surat, dan memo; Namun, pengenalan forensik digital
dan eDiscovery telah sangat berubah praktek ini. Perkembangan komputer telah memberikan
dampak yang luar biasa. Hari ini, terlihat bahwa beberapa pihak tidak lagi bicara tentang lemari
arsip, buku besar, dan memo; mereka berbicara tentang hard drive, spreadsheet, dan jenis file.
Bukti digital dapat dengan cepat menjadi titik fokus dari sebuah kasus, tidak peduli apa jenis
proses hukum itu digunakan masuk sistem hukum dan semua pemainnya adalah berjuang untuk
menghadapi realitas baru ini.
Kelebihan dan kekurangan dari e-discovery adalah mengurangi biaya harus mencari
sejumlah besar dokumen elektronik untuk mencari informasi yang diperlukan. Beberapa aplikasi
dapat mengekstrak konsep yang relevan, bahkan tanpa adanya persyaratan tertentu, dan dapat
menyimpulkan pola perilaku yang akan menghindari pengacara memeriksa jutaan dokumen
(kelebihan) dan menghilangkan banyak pekerjaan karena salah satu pengacara sekarang dapat
6. E-discovery / 2015
melakukan pekerjaan yang pernah diperlukan ratusan pengacara. E-penemuan juga bisa
mendorong peningkatan litigasi memungkinkan pengacara untuk melakukan mendalam
pencarian jauh lebih cepat (kekurangan).
Area untuk Penemuan Elektronik (eDiscovery) dibagi menjadi beberapa macam, salah
satunya adalah sentralisasi dari aktivitas eDiscovery dan aksi.Maksud dari sentralisasi dari
aktivitas eDiscovery adalah ruang lingkup pencarian terbatas menjadi terarah.
7. E-discovery / 2015
BAB III
PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS
3.1. Kasus
a) Melacak Penyebar Pertama Video
Khusus untuk kasus tersebarnya video syur , tugas seorang DFA adalah melacak
pelaku penyebar pertama yang meng-upload video. Yang pertama-tama dilakukan adalah
melakukan analisis/riset secara mendalam dan menyeluruh guna mengetahui siapa
individu yang lebih dahulu memiliki file tersebut. Langkah yang ditempuh misalnya
melakukan pelacakan awal mula penyebaran (dari yang melakukan penyebaran pada hari
H), lalu meruut dan melacak siapa yang memiliki data tersebut paling awal.
Dalam hal ini sangat dimungkinkan untuk juga melacak IP address bila tidak
diketahui secara pasti siapa individu tersebut. Untuk memudahkan pekerjaan, seorang
DFA diperbolehkan melakukan kerjasama dengan ISP terkait yang
memiliki log pelanggannya.ID-SIRTII pun bisa dimintai bantuan guna mendapatkan data
lebih lanjut. Dari sini akan bisa menjadi peringatan bagi kita untuk tidak sebarang
mengunggah foto/video ke dunia maya.
Seperti prajurit yang sedang bertempur, seorang DFA juga menggunakan
"senjata" dalam melakukan pelacakan.Ruby menjabarkan aneka software yang digunakan
biasanya tergantung dari kebutuhan setiap kasus. Namun, bila sudah mendapatkan barang
bukti digital secara fisik, baru dilakukan proses forensik digital secara detail. Namun
sebelum itu, tekniknya bisa menggunakan e-discovery.
Bagi yang masih awam, e-discovery merupakan teknik pencarian data elektronik,
di mana data elektronik tersebut ditempatkan/berada, serta bagaimana mengamankan dan
menyitanya untuk dapat dijadikan barang bukti pada sebuah kasus. E-discovery dapat
dilakukan pada komputer tertentu, atau pun pada jaringan tertentu. Pada bidang forensik
digital, e-discovery merupakan proses investigasi yang dilakukan terhadap harddisk pada
komputer tertentu. Barang bukti tersebut selanjutnya mengalami proses kloning (forensic
imaging).
Perangkat yang digunakan untuk melakukan computer forensic dan mobile phone
forensic pun berbeda. “Untuk computer forensic, saya menggunakan Encase v6.15, FTK
8. E-discovery / 2015
3, Sleuthkit-Autospy, Helix, dd, Forensic Duplicator (Tbleau-TD1), Forensic Write
Blocker, dan lain-lain. Sementara untuk [melakukan] mobile phone forensic, [saya]
menggunakan Cellbrite, XRY/XACT, Paraben Device Seizure, Bitpim, dan lain-lain,”
jelasnya.
Adakah kesulitan yang dialami? Pasti ada. Biasanya Ruby mengalami kendala
ketika menjumpai aneka file yang tersembunyi (steganography) dan terenkripsi. “Seperti
layaknya criminal non-cyber, biasanya sepintar-pintarnya penjahat pasti akan
meninggalkan jejak.Tinggal sepintar-pintarnya tim penyidik untuk mendapatkan jejak
apa yang tertinggal,” jelas pria yang biasa mengisi waktu senggangnya dengan membaca
buku dan menonton film ini. Ada tools dan teknik-teknik tertentu untuk menyiasati
masalah tersebut. Misalnya untuk menghadapi steganography, penyelidik bisa
menggunakan software “Steg-detect” guna mendapatkan file tersembunyi tersebut.
Demikian halnya untuk pelaku tindak kejahatan cyber yang menggunakan
jaringan wireless. Pelacakan dapat dilakukan dengan mencari log serta data-data lain,
misalnya berupa CCTV tempat jaringan itu berada. Lalu, bagaimana jika yang dilacak
adalah individu yang sedang menggunakanmobile phone?“Tentu saja pelacakan bisa
dilakukan secara remote/mobile,” tegas Ruby.
Ruby juga menjelaskan proses penyelidikan setiap tindak kejahatan cyber sudah
pasti membutuhkanbandwidth. Namun menurutnya, bandwidth bukanlah hal utama, pun
tidak perlu menggunakanbandwidth besar-besar, karena bukan untuk
melakukan offensive attack. Bandwidth hanya dibutuhkan untuk koneksi internet saja,
tidak lebih.
Jadi dari kasus diatas yg terkait dengan sentralisasi dari aktivitas eDiscovery
adalah setiap tindakan atau aktivas (aksi) yang dibutuhkan saja, yang diselidiki/disimpan,
misalnya pada penggunaan bandwidth.
b) Jaringan Sosial Website
Posting-an informasi di situs seperti MySpace atau Facebook pasti dianggap ESI
dan tergantung penemuan. Ini berarti bahwa apa pun yang diposting oleh pemilik profil
yang memberatkan dapat digunakan melawan mereka di pengadilan sebagai bukti
elektronik.
9. E-discovery / 2015
Pengacara sekarang secara teratur mencari situs jejaring seperti seperti MySpace
dan Facebook untuk mengumpulkan informasi yang mungkin relevan dengan kasus
mereka.Hal ini mungkin melibatkan identifikasi saksi atau mengumpulkan pernyataan
yang mungkin menambah berat kesaksian untuk kasus mereka. Juga foto-foto diposting
online dapat digunakan dalam berbagai cara untuk membangun sebuah kasus. Oleh
karena itu pemilik profil harus waspada posting informasi apapun yang mungkin
digunakan untuk melawan mereka di pengadilan.
Sampai saat ini belum ada kasus besar hukum perusahaan yang sangat bergantung
pada produksi penemuan informasi dari jaringan sosial seperti Facebook atau Twitter.
Sebuah kasus Kanada baru-baru ini Leduc v Roman CanLII ON SC menyatakan bahwa
informasi yang diposting di situs web seperti Facebook harus diungkapkan atas
permintaan bahkan jika orang tersebut telah memblokir akses publik pada profilnya. Ini
mungkin tidak akan lama sebelum kita melihat beberapa kasus besar Amerika berurusan
dengan produksi bukti dari situs jaringan sosial.
Kebanyakan kasus hukum yang melibatkan jaringan sosial dan privasi telah
menjadi sebaliknya website mengganggu pada privasi orang dengan iklan invasif.
Mungkin keengganan untuk melibatkan informasi tersebut dalam litigasi adalah bahwa
website ini sangat baru ke TKP. Juga sebagian besar perusahaan setuju bahwa e-
discovery dalam pengaturan jaringan sosial bisa menjadi mimpi buruk potensial.Seperti
teks biasanya tidak ada gelar di banyak informasi yang diposting belum lagi berbagai
aplikasi dan fitur yang berbeda dari situs tersebut.Akhirnya pengacara kebanyakan lebih
memilih untuk mengandalkan bentuk-bentuk tradisional bukti seperti keterangan saksi
sebelum mengandalkan informasi dari situs jejaring.
Baru-baru ini yang Philadelphia Negara Bar Association telah menerbitkan
pendapat mengenai penggunaan pengacara dari pihak ketiga untuk memperoleh informasi
dari jaringan sosial. Pendapat menyatakan bahwa pengacara tidak boleh menggunakan
pihak ketiga untuk mendapatkan akses ke profil seseorang misalnya dengan meminta
orang lain untuk membuat permintaan teman agar tetap anonim. Meskipun informasi di
situs jaringan sosial ditemukan pengacara dan pejabat negara masih harus mematuhi
aturan etika dan perilaku profesional.
10. E-discovery / 2015
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam melakukan investigasi kasus, eDiscovery membuat investigasi lebih mudah,
efektif dan efisien. eDiscovery membuatnya lebih terpusat—investigasi berjalan seusai dengan
masalah yang telah ditetapkan. Investigasi berjalan secara terpusat—tidak keluar dari jalur.
Perangkat yang digunakan untuk menelurusi forensik di computer dan mobile phone
adalah Encase v6.15, FTK 3, Sleuthkit-Autospy, Helix, dd, Forensic Duplicator (Tbleau-TD1),
Forensic Write Blocker, Cellbrite, XRY/XACT, Paraben Device Seizure, dan Bitpim.
Jika dilihat dari segi bisnis, perusahaan dapat menggunakan eDiscovery untuk
menelususri kasus di perusahaan. Perusahaan yang sadar akan pentingnya eDiscovery dapat
menjajaki peluang bisnis yang lebih baik tentang perlindungan hukum.
Dengan memperoleh kesadaran yang lebih besar dari cara kerja hukum, perusahaan dapat
lebih cakap mengembangkan bisnis, proses proaktif untuk bagaimana mereka akan mengatasi
preservasi data dan produksi untuk litigasi. Dengan demikian, organisasi dapat lebih siap untuk
mengatasi potensi eDiscovery dan perlindungan data yang saling terkait dengan globalisasi.
Suatu kasus dapat terpecahkan ketika memiliki bukti yang sangat kuat, beberapa kali
bukti tersebut ditemukan berupa bukti yang diambil berhubungan dengan IT. Ada beberapa
contoh kasus yang terpecahkan karena bukti yang mendukung,dua diantaranya yaitu yang
pertama penyebaran video syur yang menyalahi peraturan tentang pornografi dan IT. Untuk
mencari pemilik atau penyebar pertama sebuah video dapat dilakukan dengan melakukan
penyelidikan terhadap video tools yang ada saat ini sudah banyak dan akan mempercepat serta
lebih akurat mengetaui pihak penyebar pertama tersebut.
Yang kedua yaitu jaringan sosial web. Dalam jaringan sosial, profil seseorang dapat
dengan mudah diakses dimana saja, kapan saja dan siapa saja dengan begini suatu bukti berupa
profil dapat dijadikan alternatif pilihan yang mendukung terpecahkannya suatu kasus. Namun
dengan kemudahan seperti ini bukan berarti dapat mengesampingkan aturan etika dan prilaku
profesional dari orang yang mengakses tersebut.