2. PENDAHULUAN
β’ Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan (atau
jauhnya) satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa
dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi
yang berdekatan/berjauhan.
TEORI
LOKASI
RUMAH
TANGGA
PERTOKOAN
PERTANIAN
PABRIK
PERTAMBANGAN
SEKOLAH
β’ TEORI LOKASI adalah ilmu yang
memiliki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang
menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial,
serta hubungannya dengan atau
pengaruhnya tehadap keberadaan
berbagai macam usaha/kegiatan
lain baik ekonomi maupun sosial.
3. PENDAHULUAN
β’ Salah satu unsur dalam teori lokasi adalah JARAK.
Jarak
menciptakan
βGangguanβ
Waktu
dan
Tenaga
Gangguan
Informasi
Biaya
Minat
berkunjung
β’ Jarak juga banyak
dibahas dengan kaitannya
terhadap aksesibilitas
suatu lokasi. Semakin
mudah mengakses maka
akan terasa semakin
dekat pula jaraknya. Dan
semakin meningkat pula
aktivitas ekonomi dan
potensi ekonominya.
4. PENDAHULUAN
β’ Walaupun teori lokasi ini tidak banyak berkembang tetapi
telah ada sejak awal abad 19.
β’ Secara empiris diamati, setiap kota memiliki tingkat
pelayanan yang berbeda-beda.
β’ Jakarta menyediakan semua barang/jasa yang dibutuhkan
Semarang. Serta Semarang menyediakan barang/jasa
yang dibutuhkan Magelang. Namun Magelang belum
tentu memiliki semua barang/jasa yang dibutuhkan
Semarang. Serta Semarang belum tentu memiliki semua
barang/jasa yang dibutuhkan Jakarta.
JAKARTA
SEMARANG
MAGELANG
β’ Para ahli ekonomi berusaha menjelaskan
fenomena ini. Christaller, Weber dan
Von Thunen merupakan 3 tokoh
pelopor Teori Lokasi.
5. SISTEM K=3 DARI CHRISTALLER
β’ Ia menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota,
dan distribusinya di dalam satu wilayah dan menetapkan angka 3
yang disebut sistem K=3 dari Christaller.
β’ ASUMSI SISTEM TERSEBUT :
1. Wilayah adalah dataran dan semua adalah datar dan sama
2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah
3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara
merata di seluruh wilayah
4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi
jarak/biaya
β’ Dari ASUMSI diatas, Lloyd melihat bahwa jangkauan/luas pasar dari
setiap komoditas itu ada batasannya yang dinamakan range. Juga
ada batas minimal dari luas pasarnya agar produsen tetap bertahan
hidup (berproduksi). Luas pasar minimal disebut Threshold
β’ Sebagai Contoh :
Seorang PRODUSEN TELUR menghasilkan telur ayam yang dijual
berdasarkan harga pasar. Harga Pasar Telur = 400/butir. Misalkan
masyarakat membutuhkan telur dengan anggaran = 2000/hari untuk
membeli telur. Dapat dikatakan 2000/400 = 5 butir telur yang mampu
dibeli masyarakat setiap harinya.
Tahun 1933, Ia
menulis buku
yang berjudul :
Central Places
in Southern
Germany.
JAKARTA
SEMARANG
MAGELANG
6. SISTEM K=3 DARI CHRISTALLER
β’ Orang yang tinggal lebih jauh membutuhkan ongkos untuk membelinya
(biaya transportasi)
Mis :
Harga terlur = 400/butir ; Anggaran = 2000
Ongkos = 100/km, PP = 200/km
Dari SISI KONSUMEN,
οΌ Untuk konsumen berjarak 2 km :
(2000β 2π₯200/ππ )
400
= 4 ππππ’π
οΌ Untuk konsumen berjarak 4 km :
(2000β 4π₯200/ππ )
400
= 3 ππππ’π
οΌ Untuk konsumen berjarak 6 km :
(2000β 6π₯200/ππ )
400
= 2 ππππ’π
οΌ Untuk konsumen berjarak 8 km :
(2000β 8π₯200/ππ )
400
= 1 ππππ’π
οΌ Untuk konsumen berjarak 10 km :
(2000β 10π₯200/ππ )
400
= 0 ππππ’π
DARI CONTOH DIATAS, maka range penjualan telur tersebut maksimal 8 km.
Karena jika lebih dari itu, masyarakat tidak akan membeli telur sama sekali.
7. SISTEM K=3 DARI CHRISTALLER
Dari SISI PRODUSEN,
β’ Untuk TC = FC + VC
MIS :
FC = 10.000 ; VC = Rp200/butir
Selisih antara P β VC = 400 β 200 = Rp200
Maka jumlah telur yang harus laku 10.000/Rp200 = 50 Telur (BEP)
Sehingga jika ia menjual dibawah 50 butir per hari. Maka akan mengalami
kerugian. Batas minimal jangkauan penjualan (Threshold) juga tergantung
pada kepadatan penduduk. Makin tinggi kepadatam penduduk maka semakin
kecil wilayah Threshold. Dalam hal ini, Christaller menetapkan radius 4 km.
Kebutuhan masyarakat bukan hanya telur, ada ratusan komoditas lainnya dan
ada banyak jenis pedagang yang juga akan memperhitungkan jangkauan
penjualan mereka. Maka dari itu, model Christaller memperkenalkan terjadinya
model area perdagangan heksagonal.
Threshold
radius 4 km
Range
radius 8 km
8. SISTEM K=3 DARI CHRISTALLER
Model area perdagangan heksagonal
1. Mula mula terbentuk area perdagangan satu komoditas berupa lingkaran dengan
pusat penjualan di tengahnya.
2. Kemudian digambarkan lingkara-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut yang
lingkarannya boleh tumpang tindih.
3. Range tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk
areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tidih.
4. Tiap barang maka akan memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Tiap heksagonal memiliki
bersar-kecil yang berbeda-beda. Seperti itulah jangkauan pemasaran menggunakan
teori lokasi oleh Christaller.
Jadi, ada komoditas yang jangkauan pemasarannya cukup luas ada yang sedang dan ada
yang kecil. Christaller mengatakan bahwa berbagai jenis barang pada lingkaran yang
sama cenderung bergabung pada pusat dari wilayahnya sehingga pusat itu menjadi lokasi
konsentrasi (kota).
Berdasarkan model K=3, pusat hirarki yang lebih rendah berada pada sudut dari
hirarki yang lebih tinggi. Sehingga pusat yang lebih rendah berada pada pengaruh
dari tiga hirarki yang lebih tinggi darinya. Karena kurang realistis, Christaller
membuat menjadi K=7 seperti model heksagonal tersebut.
Walaupun heksagonalnya hanya menggambarkan wilayah pemasaran dari barang dengan
orde berbeda tetapi Christaller mengaitkan teorinya dengan susunan orde perkotaan. Kota
yang menjual barang orde tertinggi sampai orde terendah dinamakan orde I, sedangkan
makin rendah ordenya maka barang yang tersedia di kotanya juga semakin sedikit.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
..
.
.
9. TERJADINYA KONSENTRASI PRODUSEN/
PEDAGANG DARI BERBAGAI JENIS BARANG
Sedangkan Threshold akan semakin menyusut/mengecil. Karena banyak produsen
memusat ataupun produsen menjual lebih dari 1 komoditas.
Dari kasus diatas maka range/jangkauan akan semakin luas. Dikarenakan dengan
biaya transportasi yang sama. Konsumen dari radius 10-15km pun dapat menjangkau
dengan asumsi akan membeli barang selain telur di lokasi yang sama.
Hal ini dikarenakan mengacu pada kasus telur sebelumnya. Dengan uang
transportasi yang sama besarnya. Konsumen dapat membeli berbagai jenis barang di
lokasi yang sama. Inilah sebabnya produsen cenderung memusat di satu titik.
Christaller menyatakan bahwa produsen cenderung berlokasi pada titik central.
10. TERJADINYA KONSENTRASI PRODUSEN/
PEDAGANG DARI BARANG SEJENIS
O Pada kenyataannya, pasar yang ada bukan hanya pasar dari
berbagai jenis barang. Tetapi juga ada produsen yang memusat
dengan kumpulan barang sejenis.
O Maka konsep range dan threshold sebelumnya tidak berlaku
pada kondisi pasar sejenis.
O Dengan menggunakan pendekatan makro, Christaller
menyatakan untuk kegiatan pasar sempurna. Range dan
Threshold menyatu dan berubah menjadi range dan threshold
seluruh kota.
O Kecenderungan terjadinya pasar sejenis tidak bisa dijelaskan
secara ekonomi. Namun hal ini didasarkan pada sifat manusia
yang ingin mencari variasi barang dengan harga termurah.
O Karena jika hanya mendatangi 1 produsen, maka harga barang
tersebut murah atau tidak menjadi samar. Apalagi jika
mendatangi 1 produsen dan barang yang dicari sedang habis
stok. Maka hal ini menjadi pemicu munjulnya pasar barang
sejenis.
11. BENTUK KURVA PERMINTAAN SEBAGAI
AKIBAT DARI FAKTOR JARAK
Pasar Berbagai Jenis
O Untuk pasar monopoli (penjual tunggal)
O Untuk pasar oligopoli (lebih dari 1 tetapi tidak terlalu
banyak)
Pasar Sejenis
O Pasar persaingan sempurna ( banyak penjual dan
pembeli, barang homogen/kualitas sama)