PBB menyatakan bahwa lockdown akibat Covid-19 bukanlah solusi jangka panjang untuk mengatasi perubahan iklim, dan suhu global diprediksi akan meningkat lebih dari 1,5 derajat Celsius dalam lima tahun ke depan. Populasi beruang kutub juga menurun karena pencairan es di Kutub Utara yang mengancam habitat mereka.
2. PBB : LOCKDOWN AKIBAT
CORONA BUKAN JAWABAN
ATASI LAJU PEMANASAN
GLOBAL
Here is where your presentation begins
3. Badan Meterologi Dunia di bawah PBB menyatakan :
1. Perlambatan industri dan ekonomi akibat COVID-19 bukanlah jawaban atas
tuntutan tindakan iklim yang berkelanjutan dan terkoordinasi.
2. Dalam satu dari lima tahun mendatang, suhu di dunia kemungkinan akan
meningkat 1,5 derajat Celsius lebih tinggi bila dibandingkan suhu rata-rata masa
sebelum industrialisasi.
3. Prediksi tersebut memperhitungkan variasi alam serta pengaruh manusia
terhadap iklim dalam memberikan perkiraan suhu, curah hujan, pola angin dan
variabel lain selama lima tahun mendatang. Namun prediksi ini tidak
mempertimbangkan perubahan dalam emisi gas rumah kaca dan aerosol
sebagai akibat dari kebijakan penguncian atau lockdown akibat wabah corona.
4. wabah Covid-19 telah menyebabkan krisis internasional yang parah di bidang
kesehatan dan ekonomi. Karena itu, kegagalan dalam mengatasi perubahan
iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia, ekosistem dan ekonomi selama
berabad-abad.
PERNYATAAN PBB
4. Tantangan Iklim Kian
Berat
WMO (World Meteorological Organization) di
Jenewa Swiss mengungkapkan bahwa saat ini
suhu rata-rata bumi sudah meningkat lebih dari
1℃ bila dibandingkan dg periode sebelum era
industrialisasi.
5. Pernyataan WMO
Important: sejumlah prakiraan yang mungkin terjadi selama periode 2020 hingga
2024.
Salah satunya :
1. Hampir semua wilayah, kecuali bagian dari lautan di selatan, akan cenderung
lebih hangat daripada masa lalu.
2. Anomali akibat tekanan permukaan laut memicu kemungkinan wilayah
Atlantik Utara mengalami fenomena memiliki angin barat yang lebih kuat
yang berakibat pada lebih banyak badai di Eropa Barat
3. Sementara tahun 2020, banyak bagian di Amerika selatan, Afrika selatan
dan Australia cenderung lebih kering, sedangkan wilayah Arktik
kemungkinan akan menghangat lebih dari dua kali lipat rata2 global.
6. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
1. Kulit asli beruang kutub
Meski rupa asli beruang kutub
sebenarnya berkulit hitam, beruang
kutub terlihat berkulit putih karena
bulu mereka yang sangat reflektif
dan transparan yang tebalnya
sekitar 2,5 hingga 5 cm. Bulu
beserta lapisan lemak, menjaga
mereka agar tetap hangat dalam
kondisi dingin di Antartika. Agar
tidak tergelincir di es, kaki beruang
kutub tertutupi gundukan kecil dan
lembut yang menciptakan gesekan.
7. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
2. Berburu pada musim
dingin
Beruang kutub mengandalkan
lemak untuk bertahan hidup.
Sumber makanan utama
mereka: anjing laut, yang
mereka buru saat musim dingin
untuk menyimpan energi
selama musim panas dan
gugur, ketika buruan menjadi
langka. Mereka makan
sebanyak 45 kg dalam satu kali
santapan. Karena sekarang es
mencair lebih awal dan baru
mulai terbentuk di akhir tahun,
beruang habiskan waktu lebih
lama tanpa makanan.
8. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
3. Melahirkan di Salju
Langkanya makanan dapat
menyebabkan kelahiran
beruang kutub yang tidak sehat
dan bayi beruang kutub dapat
mati karena kekurangan lemak
dari ibu yang menyusui.
Beruang betina melahirkan
setiap tiga tahun sekali,
menggali sarang mereka di
awal musim dingin dan
menunggu salju untuk menutup
pintu masuk sebelum
melahirkan. Ibu dan anaknya
meninggalkan sarang dan
menuju es pada bulan Maret
atau April.
9. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
4. Hidup sendiri
Seekor anak beruang kutub
akan menghabiskan dua
hingga tiga tahun pertama
hidupnya bersama ibunya.
Selama masa ini, sang ibu
akan sangat protektif. Namun
akhirnya, sang ibu akan
mengusir mereka atau
menelantarkan mereka,
meninggalkan mereka untuk
hidup sendiri. Selain pertemuan
singkat selama musim kawin,
beruang kutub kemudian akan
menghabiskan sebagian besar
hidup mereka sendiri.
10. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
5. Senang tidur siang
Tidak seperti spesies beruang
lainnya, beruang kutub tidak
berhibernasi. Kecuali beruang
kutub yang sedang hamil.
Beruang kutub tetap aktif
sepanjang musim dingin
dengan makanan yang
berlimpah. Mereka senang tidur
siang setiap kali badai salju
melanda. Mereka bahkan dapat
berdiam di satu tempat selama
berjam-jam walaupun salju
menumpuk di sekitar mereka.
.
11. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
6. Es yang menipis
Beruang kutub adalah hewan
asli Kutub Utara dan dapat
ditemukan di Rusia, AS,
Norwegia, Greenland, dan
Kanada, yang merupakan
rumah bagi sekitar dua pertiga
populasi dunia. Mereka
menghabiskan banyak waktu
mereka di laut es dengan
berburu dan berkembang biak.
Tetapi karena perubahan iklim
yang mencairkan es di Kutub
Utara, dapat mengancam
habitat mereka.
.
12. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
7. Beruang vs. manusia
Dengan hilangnya habitat
mereka, beruang kutub
semakin banyak berkontak
dengan manusia. Orang-orang
di sekitar Teluk Hudson,
Kanada, dapat bertemu
beruang kutub -pemburu yang
tidak berpengalaman - dan ibu-
ibu dengan anak-anak di
tempat penampungan, di mana
mereka mencari makanan. Di
Churchill, Manitoba, pihak
berwenang telah membangun
tempat penampungan beruang
kutub sebelum akhirnya
dipindahkan.
13. Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
8. Penurunan populasi
Saat ini ada sekitar 22.000 -
31.000 beruang kutub yang
tersisa di alam liar, dan
populasinya semakin terancam.
Selain hilangnya habitat,
mereka juga terancam oleh
perburuan yang tidak
berkelanjutan dan
pengembangan industri, yang
meliputi eksplorasi minyak dan
gas alam lepas pantai.
Diperkirakan jumlah beruang
kutub akan menurun lebih dari
30% dalam 30 tahun ke depan.