1. Pelajaran ke-4 Triwulan II 2021
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan
engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi
perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu
dan Allah keturunanmu.” (Kejadian 17:7).
2. Nama TUHAN:
YHWH, Yang Kekal
‘EL SHADDAI’, ALLAH Yang Mahakuasa
Nama orang itu:
Abram/Abraham
Perjanjian:
Langkah-langkah
Kewajiban
Perjanjian adalah sebuah kontrak antara dua pihak. Perjanjian Kekal
merupakan suatu perjanjian antara TUHAN dan umat manusia. IA mensahkan
perjanjian ini dengan orang-orang tertentu seperti Nuh, Abraham, Ishak,
maupun Yakub.
Sebuah perjanjian atau kontrak mesti memuat nama-nama orang yang
menandatanganinya. Oleh karena itu, adalah penting untuk mengetahui
nama pihak-pihak yang terlibat serta persyaratan kontrak dan kewajiban
masing-masing pihak.
3. YHWH, YANG
MAHA KEKAL
“Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU."
Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada
orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku
kepadamu.”’” (Keluaran 3:14)
“AKU” adalah pengganti nama ALLAH. Kata tersebut terdiri atas empat huruf
dalam bahasa Ibrani: YHWH. Biasanya ditransliterasikan menjadi “YAHWEH”
atau “YEHOVAH,” meskipun pengucapan sebenarnya tidak diketahui.
Rasul Yohanes menerjemahkannya sebagai “… yang ada dan
yang sudah ada dan yang akan datang” (Wahyu 1:4). Yaitu,
YANG KEKAL. Nama TUHAN mewakili keberadaan diri-Nya,
kekekalan-Nya, dan kedaulatan-Nya atas sejarah.
Musa menggunakan nama ini ketika menceritakan percakapan
pertama antara TUHAN dan Abram (Kejadian 15:7).
Kita didorong untuk mengetahui nama TUHAN dan maknanya,
sehingga kita dapat semakin berpegang teguh kepada-Nya
(Mazmur 9:10; 91:14).
4. “’AKU’ berarti kehadiran yang kekal; masa lalu,
sekarang, dan masa depan adalah sama di hadapan
TUHAN. IA melihat peristiwa paling jauh dari sejarah
masa lalu dan masa depan yang jauh dengan penglihatan
yang jelas seperti kita melakukan hal-hal yang
berlangsung setiap hari. Kita tidak tahu apa yang ada di
hadapan kita, dan seandainya kita bisa, hal tersebut
tidak akan menambahkan kesejahteraan kekal kita.
TUHAN memberi kita kesempatan untuk melakukan
iman dan percaya pada ‘AKU’ Yang Maha Agung.”
E.G.W. (That I May Know Him, January 6)
5. ‘EL SHADDAI, ALLAH
YANG MAHAKUASA
Ketika TUHAN mensahkan perjanjian-Nya dengan Abram, Dia
memperkenalkan diri-Nya sebagai TUHAN Yang Maha Kuasa [‘El Shadai]
(Kejadian 17:1). Abram tidak dapat memiliki anak karena kerapuhan
dalam sifat manusia yang telah jatuh. Namun demikian, Yang Mahakuasa
memiliki kuasa yang cukup untuk mewujudkannya (Kejadian 17:6).
Ishak memberkati Yakub dalam nama 'El Shadai (Kejadian 28:3), dan
TUHAN muncul di hadapan Yakub menggunakan nama ini (Kejadian
35:11). Yakub juga menggunakan nama yang sama untuk memberkati
orang lain (Kejadian 43:14; 48:3; 49:25).
TUHAN Adalah Maha Kuasa, dan IA juga
memiliki kekayaan yang tak
berkesudahan. IA bersedia
memberikannya kepada setiap orang
yang mencarinya dengan iman dan
ketaatan (Filipi 4:19).
“Aku telah menampakkan diri kepada Abraham,
Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa.”
(Keluaran 6:2)
6. ABRAM/
ABRAHAM
“Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham,
karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar
bangsa.” (Kejadian 17:5)
Nama TUHAN mewakili karakter-Nya.
Demikian pula dengan kebiasaan
orang di dunia timur kuno, nama
mewakili karakter mereka.
Ketika sesuatu yang penting terjadi
dalam kehidupan seseorang, mereka
mungkin saja mengubah namanya:
Kejadian
32:28
• Yakub/Israel
• “Bergumul melawan Allah”
Kejadian
41:45
• Yusuf/Zafnat-Paaneah
• “Pengungkap rahasia”
Rut 1:20
• Naomi/Mara
• “Pahit”
Daniel
1:7
• Daniel/Beltsazar
• “Dewa Bel melindungi
dirinya”
TUHAN mengubah nama Abram
menjadi Abraham untuk menyoroti
pemenuhan janji dari perjanjian
itu. Sejak saat itu, dia akan dikenal
sebagai “Bapa dari banyak orang.”
Hal ini memperkuat imannya.
7. LANGKAH-LANGKAH
PERJANJIAN
“Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu
dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri
yang akan Kutunjukkan kepadamu’” (Kejadian 12:1)
TUHAN memeteraikan
perjanjian-Nya dengan
Abraham dalam tiga tahapan
yang masing-masing terdiri
atas tiga bagian:
PENDEKATAN
“Berfirmanlah TUHAN
kepada Abram”
PERINTAH
“Pergilah dari
negerimu”
JANJI
“Aku akan
memberkatimu”
PENDEKATAN
“Akulah TUHAN”
PERINTAH
“Ambillah bagi-Ku
seekor lembu
betina…”
JANJI
“Kepada
keturunanmulah
Kuberikan negeri ini ”
PENDEKATAN
“Akulah ALLAH Yang
Mahakuasa”
PERINTAH
“Setiap laki-laki di
antara kamu harus
disunat”
JANJI
“Kuberikan negeri ini
yang kaudiami sebagai
orang asing”
TUHAN menetapkan
perjanjian ini secara
langsung dengan Abraham
dan keturunannya, namun
perjanjian itu juga
mencakup semua manusia
(Kejadian 12:3; 22:18;
Galatia 3:16, 29).
Kejadian 12:1-3 Kejadian 15:1-21 Kejadian 17:1-14
8. “Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya
kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya
tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN,
dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya
TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-
Nya kepadanya.” (Kejadian 18:19)
Ini adalah sebuah perjanjian kasih karunia yang merupakan inisiatif
TUHAN, dan IA menawarkan kita untuk melakukan apa yang tidak
dapat kita lakukan. Namun, itu bukanlah perjanjian sepihak.
Mereka yang menerima perjanjian ALLAH harus melakukan bagian
mereka. Perjanjian menjadi batal ketika kita tidak menaati-Nya.
Tapi jangan salah, TUHAN tidak menyelamatkan kita karena kita
menaati-Nya. IA menyelamatkan kita hanya karena kasih karunia
(Efesus 2:8). Kemudian ketaatan kita akan hukum-Nya
mencerminkan respon kita atas iman dan kasih (Yakobus 2:17).
TUHAN menggunakan ketaatan kita untuk memenuhi janji-janji
perjanjian-Nya di dalam kita.
KEWAJIBAN
PERJANJIAN (1)
9. KEWAJIBAN PERJANJIAN (2)
“haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi
tanda perjanjian antara Aku dan kamu.” (Kejadian 17:11)
Apa tujuan dari sunat sebagai tanda perjanjian?
Membedakan
keturunan
Abraham dari
orang bukan
Yahudi (Efesus
2:11)
Mengabadi-
kan ingatan
perjanjian
(Kejadian
17:11)
Mengem-
bangkan
kemurnian
moral
(Ulangan
10:16)
Mewakili
kebenaran
oleh iman
(Roma 4:11)
Melambang-
kan sunat di
hati (Roma
2:29)
Tanda
upacara
baptisan
Kristen
(Kolose 2:
11-12)
Mengapa sunat tidak lagi menjadi tanda perjanjian?
Setelah beberapa lama, tanda ini disalahartikan sebagai
sarana keselamatan, sehingga kehilangan makna aslinya.
Dalam Yesus, sunat diganti dengan iman yang bekerja
melalui kasih, ciptaan baru, dan menaati hukum-Nya
(Galatia 5:6; 6:15; 1Kor. 7:18-19).