SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                             Modul 4 – Proses Frais                   1




                                  MODUL IV
                                PROSES FRAIS




1. TUJUAN PRAKTIKUM
   Setelah mengikut praktikum ini, seluruh praktikan diharapkan dapat memahami:
   1. Mengetahui prinsip proses pengfraisan.
   2. Mengetahui jenis-jenis mesin pada proses frais.
   3. Mengetahui paramater pemotongan pada mesin milling.
   4. Mengetahui pemrograman CNC dan fungsi kode NC.


2. LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
   Proses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerja
menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses
penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini bisa
menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk
datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk
kombinasi dari beberapa bentuk. Terjadinya pemotongan/penyayatan dengan
kedalaman yang disesuaikan karena alat potong yang berputar dan gigi potong yang
menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja mesin milling
menghasilkan benda produksi sesuai dengan gambar kerja yang dikehendaki. Adapun
prinsip-prinsip pemotongan pada proses frais dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                             Modul 4 – Proses Frais                  2




                    Gambar 4.1 Prinsip pemotongan pada mesin frais


    Gambar 4.1 a menunjukkan prinsip pemotongan/pengefraisan datar bagian
permukaan (face milling) dimana cutter bergerak berputar memotong keatas (cutting
up) sedang benda kerjanya bergerak lurus melawan cutter pada mesin frais
horizontal. Demikian pula yang terjadi pada mesin frais tegak (Gambar 4.1 b- d),
sedangkan gambar 4.1 e menunjukkan pemotongan bagian muka dan sisi (side and
face cutting) dan gambar 4.1 f menunjukkan pemotongan pada mesin frais horisontal.
    Dengan prinsip-prinsip pemotongan diatas, kita dapat melakukan pembuatan
benda kerja dengan berbagai bentuk-bentuk diantaranya:
a. Bidang rata datar
b. Bidang rata miring menyudut
c. Bidang siku
d. Bidang sejajar
e. Alur lurus atau melingkar
f. Segi beraturan atau tidak beraturan
g. Pengeboran lubang atau memperbesar lubang dan lain-lain.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                                Modul 4 – Proses Frais                 3




2.2 Metode Proses Frais
   Metode proses frais ditentukan berdasarkan arah relatif gerak makan meja mesin
frais terhadap putaran pisau. Metode proses frais ada dua yaitu frais naik dan frais
turun seperti gambar dibawah ini.




           Gambar 4.2 a. Frais naik (up milling), dan b. Frais turun (down milling)


1. Frais naik (up milling), biasanya disebut frais konvensional. Gerak dari putaran
   pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh,
   pada proses frais naik apabila pisau berputar searah jarum jam, benda kerja
   disayat ke arah kanan. Penampang melintang bentuk beram (chips) untuk proses
   frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalan minimal kemudian
   menebal. Proses frais ini sesuai untuk mesin frais konvensional/manual, karena
   pada mesin konvensional backlash ulir trnasportirnya relatif besar dan tidak
   dilengkapi backlash compensation.
2. Frais turun (down milling), dinamakan juga climb milling. Arah dari putaran pisau
   sama dengan arah gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh jika pisau
   berputar berlawanan arah jarum jam, benda kerja disayat ke kanan. Penampang
   melintang bentuk beram (chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma
   diawali dengan ketebalan maksimal kemudian menipis. Proses frais ini sesuai
   untuk mesin frais CNC, karena pada mesin CNC gerakan meja dipandu oleh ulir
   dari bola baja, dan dilengkapi backlash compensation. Untuk mesin frais
   konvensional tidak direkomendasikan melaksanakan proses frais turun, karena
   meja mesin frais akan tertekan dan ditarik oleh pisau.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                             Modul 4 – Proses Frais                4




2.3 Metoda Pemotongan Benda Kerja
   Metode pemotongan pada frais dibagi menjadi tiga, antara lain; pemotongan
searah jarum jam, pemotongan berlawanan arah jarum jam, dan netral.
1. Pemotongan searah benda kerja, yang dimaksud pemotongan searah adalah
   pemotongan yang datangnya benda kerja searah dengan putaran sisi potong
   cutter. Pada pemotongan ini hasilnya kurang baik karena meja (benda kerja)
   cenderung tertarik oleh cutter.




                      Gambar 4.3 Pemotongan searah benda kerja


2. Pemotongan berlawanan arah benda kerja, yang dimaksud pemotongan
   berlawanan arah adalah pemotongan yang datangnya benda kerja berlawanan
   dengan arah putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya dapat
   maksimal karena meja (benda kerja) tidak tertarik oleh cutter.




                    Gambar 4.4 Pemotongan berlawanan benda kerja
3. Pemotongan netral, pemotongan netral yaitu pemotongan yang terjadi apabila
   lebar benda yang disayat lebih kecil dari ukuran diameter pisau atau diameter
   pisau tidak lebih besar dari bidang yang disayat. Pemotongan jenis ini hanya
   berlaku untuk mesin frais vertical.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                                 Modul 4 – Proses Frais                             5




                                Gambar 4.5 Pemotongan netral



2.4 Mesin Milling
    Mesin yang digunakan untuk memegang benda kerja, memutar pisau, dan
penyayatannya disebut mesin milling. Ada dua jenis mesin milling sesuai dengan cara
kerjanya, seperti pada gambar dibawah ini.




          Gambar 4.6 Skematik dari gerakan-gerakan dan komponen-komponen dari
(a) Mesin milling vertikal tipe column and knee, dan (b) Mesin milling horizontal tipe column and
                                              knee
     Mesin milling ada yang dikendalikan secara konvensional dan ada yang dengan
bantuan CNC. Mesin konvensional manual posisi spindelnya ada dua macam yaitu
horizontal dan vertikal. Mesin milling dengan kendali CNC hampir semuanya adalah
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                            Modul 4 – Proses Frais                  6




mesin frais vertikal. Adapun mesin milling konvensional dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.




                        Gambar 4.7 Mesin milling konvensional


    Mesin milling konvensional cara pengerjaannya dilakukan secara manual oleh
operator. Sedangkan mesin milling cnc dikendalikan oleh komputer, sehingga semua
gerakan yang berjalan sesuai dengan program yang diberikan, keuntungannya yaitu
mesin mampu diperintah untuk melakukan pengerjaan secara mengulang gerakan
yang sama secara terus menerus dengan tingkat ketelitian yang sama.
    Prinsip kerja mesin milling CNC yaitu meja kerja bergerak melintang dan
horizontal yang dinotasikan pada sumbu x dan y, sedangkan pisau/cutter berputar
pada sumbu z. Adapun mesin milling CNC dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                            Modul 4 – Proses Frais                    7




                           Gambar 4.8 Mesin milling CNC



2.5 Bagian Utama Mesin Milling CNC
1. Eretan
   Eretan merupakan gerak persumbuan jalannya mesin yaitu pada sumbu x dan y
   dengan gerakan arah melintang dan horizontal.
2. Rumah alat potong
   Rumah alat potong digunakan untuk menjepit tool holder (alat potong) pada saat
   proses pengerjaan benda kerja. Sumber putaran rumah alat potong dihasilkan dari
   motor penggerak utama, dengan kecepatan 5000 RPM.
3. Penjepit alat potong
   Penjepit alat potong atau tool holder pada mesin milling adalah penjepit manual,
   alat ini digunakan ntuk menjepit pisau pada saat penyayatan benda kerja. Bentuk
   penjepit ini biasany disesuaikan dengan bentuk rumah alat potong. Di bagian
   dalam tool holder dilengkapi sebuah alat bantu pencekaman. Alat bantu tersebut
   berfungsi untuk memperkuat pencekaman dari tool holder. Alat bantu tersebut
   dinamakan collet. Collet terbuat dari bahan logam, di mana diameter lubang pada
   collet sesuai dengan besarnya diameter pisau.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                            Modul 4 – Proses Frais                    8




                                 Gambar 4.9 Collet
4. Ragum
    Ragum ini berfungsi untuk menjepit benda kerja pada saat proses penyayatan.
    Ragum bisa diganti sesuai kebutuhan. Ragum ini dioperasikan secara manual.
5. Bagian pengendali
    Bagian pengendali/kontrol merupakan bak kontrol mesin CNC yang berisikan
    tombol-tombol dan saklar serta dilengkapi dengan monitor. Pada kotak kontrol
    merupakan unsur layanan langsung yang berhubungan dengan operator.



2.6 Cara Mengoperasikan Mesin CNC
    Secara umum, cara mengoperasikan mesin CNC dengan cara memasukkan
perintah numeric melalaui tombol-tombol yang tersedia pada panel instrument di tiap
-tiap mesin. Setiap jenis mesin CNC mempunyai karakteristik tersendiri sesuai
dengan pabrik yang membuat mesin tersebut. Namun demikian secara garis besar da
ri karakteristik cara mengoperasikan mesin CNC dapat dilakukan dengan dua macam
cara, yaitu :
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                              Modul 4 – Proses Frais                    9




a. Sistem Absolut
     Pada sistem ini titik awal penempatan alat potong yang digunakan sebagai acuan
adalah menetapkan titik referensi yang berlaku tetap selama proses operasi mesin
berlangsung. Untuk mesin bubut, titik referensinya diletakkan pada sumbu (pusat)
benda kerja yang akan dikerjakan pada bagian ujung. Sedangkan pada mesin frais,
titik referensinya diletakkan pada pertemuan antara dua sisi pada benda kerja yang
akan dikerjakan.
b.   Sistem Incremental
     Pada system ini titik awal penempatan yang digunakan sebagai acuan adalah
selalu berpindah sesuai dengan titik actual yang dinyatakan terakhir. Untuk mesin
bubut maupun mesin frais diberlakukan cara yang sama. Setiap kali suatu gerakan
pada proses pengerjaan benda kerja berakhir, maka titik akhir dari gerakan alat
potong itu dianggap sebagai titik awal gerakan alat potong pada tahap berikutnya.
Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan akan berbagai produk industri yang
beragam dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, maka telah dikembangkan
berbagai variasi dari mesin CNC. Hal ini dimaksud untuk memenuhi kebutuhan jenis
pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Berikut ini diperlihatkan berbagai
variasi mesin CNC.


2.7 Alat-alat Potong Mesin Milling
     Alat potong mesin milling memilikii banyak sekali jenis dan bentuknya, baik pada
mesin milling vertikal maupun horizontal. Pemilihan pisau berdasarkan pada bentuk
benda kerja serta mudah atau kompleksnya benda kerja yang dibuat. Adapun jenis-
jenis pisau frais, antara lain;
1. Pisau mantel (helical milling cutter), pisau jenis ini dipakai pada mesin frais
     horizontal. Biasanya digunakan untuk pemakanan permukaan kasar (roughing)
     dan lebar.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                              Modul 4 – Proses Frais                    10




                               Gambar 4.10 Cutter mantel


2. Pisau alur (slot milling cutter), berfungsi untuk mebuat alur pada bidang
   permukaan benda kerja. Jenis pisau ini ada beberapa macam yang penggunaanya
   disesuaikan dengan kebutuhan. Gambar 4.11 a dan b menunjukkan jenis pisau
   alur mata sayat satu sisi, gambar 4.11 c dan d menunjukkan pisau alur dua mata
   sayat yaitu muka dan sisi, gambar 4.11 e dan f menunjukkan pisau alur dua mata
   sayat yaitu muka dan sisi dengan mata sayat silang.




                        Gambar 4.11 Pisau alur dan penggunaanya


3. Pisau frais gigi (gear cutter), ini digunakan untuk membuat roda gigi sesuai jenis
   dan jumlah gigi yang diinginkan. Gambar dibawah ini menunjukan salah satu
   jenis gear cutter.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                           Modul 4 – Proses Frais                 11




                             Gambar 4.12 Gear cutter


4. Pisau frais radius cekung (convex cutter), pisau jenis ini digunakan untuk
   membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam (cekung).




                         Gambar 4.13 Cutter radius cekung


5. Pisau frais radius cembung (concave cutter), pisau jenis ini digunakan untuk
   membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius luar (cembung).




                        Gambar 4.14 Cutter radius cembung
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                             Modul 4 – Proses Frais                      12




6. Pisau frais alur T (T slot cutter), pisau jenis ini hanya digunakan untuk untuk
   membuat alur berbentuk “T” seperti halnya pada meja mesin frais.




                               Gambar 4.15 Cutter alur T


7. Pisau frais sudut, pisau jenis ini digunakan untuk membuat alur berbentuk sudut
   yang hasilnya sesuai dengan sudut pisau yang digunakan. Pisau jenis ini memilki
   sudut-sudut yang berbeda diantaranya: 30°, 45°, 50°, 60°, 70° dan 80°. Gambar
   4.16 a menunjukkan pisau satu sudut 60° (angle cutter), Gambar 4.16 b
   menunjukkan pisau dua sudut 45°x45° (double angle cutter), Gambar 4.16 c
   menunjukkan pisau dua sudut 30°x60° (double angle cutter).




                       Gambar 4.16 Pisau sudut dan penggunaanya


8. Pisau jari (end mill cutter), ukuran pisau jenis ini sangat bervariasi mulai ukuran
   kecil sampai ukuran besar. Cutter ini biasanya dipakai untuk membuat alur pada
   bidang datar atau pasak dan jenis pisau ini pada umumnya dipasang pada posisi
   tegak (mesin frais vertical), namun pada kondisi tertentu dapat juga dipasang
   posisi horizontal yaitu langsung dipasang pada spindle mesin frais.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                              Modul 4 – Proses Frais                      13




                              Gambar 4.17 Cutter Endmill


9. Pisau frais muka dan sisi (shell endmill cutter), jenis pisau ini memilki mata sayat
   dimuka dan disisi, dapat digunakan untuk mengefrais bidang rata dan bertingkat.
   Gambar 4.18 menunjukkan pisau frais muka dan sisi.




                            Gambar 4.18 Shell endmill cutter


10. Pisau frais pengasaran (heavy duty endmill cutter), pisau jenis ini mempunyai satu
   ciri khas yang berbeda dengan cutter yang lain. Pada sisinya berbentuk alur helik
   yang dapat digunakan untuk menyayat benda kerja dari sisi potong cutter,
   sehingga cutter ini mampu melakukan penyayatan yang cukup besar




                             Gambar 4.19 Pisau pengasaran


11. Pisau frais gergaji (slitting saw), pisau frais jenis ini digunakan untuk memotong
    atau membelah benda kerja. Selain itu juga dapat digunakan untuk membuat alur
    yang memilki ukuran lebar kecil.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                            Modul 4 – Proses Frais                    14




                           Gambar 4.20 Pisau frais gergaji



2.8 Parameter Yang Dapat Diatur Pada Mesin Milling
   Parameter yang dapat diatur pada mesin milling yaitu parameter yang dapat diatur
secara langsung oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan mesin. Parameter
tersebut yaitu putaran spindel (n), gerak makan (f), dan kedalaman potong (a).
Putaran spindel bisa langsung diatur dengan cara mengubah posisi handle pengatur
putaran mesin. Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle gerak makan
sesuai dengan tabel f yang ada di mesin. Kedalaman potong diatur dengan cara
menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau.
   Putaran spindel (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan potong
ditentukan oleh kombinasi material pisau dan material benda kerja. Kecepatan potong
adalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter) pada selubung pisau
dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik dengan rumus kecepatan
potong pada rumus mesin lathe. Pada mesin milling besarnya diameter yang
digunakan adalah diamater pisau. Rumus kecepatan potong;



            Dimana : Cs = kecepatan potong (m/menit)
                      d = diamter pisau (mm)
                      n = putaran spindel (rpm)


    Karena nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara
baku, maka parameter yang dapat diatur adalah putaran spindel (n). Dengan demikian
rumus untuk menghitung putaran spindel menjadi :
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                              Modul 4 – Proses Frais                15




    Nilai kecepatan potong yang telah baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
                 Tabel 4.1 Kecepatan potong untuk beberapa jenis bahan

                                    Cutter HSS             Cutter Carbide
               Bahan
                                  Halus      Kasar        Halus      Kasar
       Baja perkakas            75 - 100 25 - 45        185 - 230 110 - 140
       Baja karbon rendah        70 - 90    25 - 40     170 - 215   90 - 120
       Baja karbon
                                 60 - 85     20 - 40    140 - 185        75 - 110
       menengah
       Besi cor kelabu           40 - 45     25 - 30    110 - 140     60 - 75
       Kuningan                 85 - 100     45 - 70    185 - 215    120 - 150
       Alumunium                70 - 110     30 - 45    140 - 215     60 - 90


    Setelah kecepatan potong diketahui, maka kecepatan pemakanan harus
ditentukan. Kecepatan pemakanan adalah jarak tempuh gerak maju pisau/benda kerja
dalam satuan milimeter permenit atau feet permenit. Pada gerak putar, kecepatan
pemakanan (f) adalah gerak maju alat potong atau benda kerja dalam (n) putaran
benda kerja/pisau permenit. Pada mesin milling, kecepatan pemakanan dinyatakan
dalam satuan millimeter permenit dimana dalam pemakaiannya perlu disesuaikan
dengan jumlah mata potong pisau yang digunakan. Kecepatan pemakanan tiap mata
potong pisau frais, (f) untuk setiap jenis pisau dan setiap jenis bahan sudah
dibakukan. Adapun nilai kecepatan pemakanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


               Tabel 4.2 Kecepatan pemakanan (feeding) pergigi untuk HSS

                               Pisau                         feed/tooth (mm)
       spiral (slab) mill (up to 30º helix angle of tooth)       0,1 ÷ 0,25
       spiral mill (30 + 00º helix angle)                        0,05 ÷ 0,2
       face mill and shell end miel                               0,1 ÷ 0,5
       end mill                                                  0,1 ÷ 0,25
       Saw                                                       0,05 ÷ 0,1
       slotting cutter                                          0,05 ÷ 0,15
       form cutter                                               0,05 ÷ 0,2
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                                Modul 4 – Proses Frais                16




       Kedalaman potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda kerja awal
terhadap tebal benda kerja akhir.


2.9 Pemrograman CNC
   Program NC sebenarnya meupakan sejumlah urutan perintah logis yang dibuat
bagi suatu jenis mesin perkakas CNC dalam rangka pembuatan suatu komponen
mesin/peralatan. Program NC dibuat dengan suatu format/bahasa yang tertentu yang
dapat dimengerti oleh unit pengendali mesin (MCU, machnie control unit).
   Dalam pembuatan program NC untuk proses pemesinan suatu produk diperlukan
tiga langkah utama, yaitu langkah persiapan, pelaksanaan, dan langkah percobaan.
Masing-masing langkah ini mengandung beberapa jenis pekerjaan yang harus
dilaksanakan yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Langkah persiapan
a. Mempelajari gambar teknis yakni menentukan ukuran/dimensi untuk elemen-
   elemen geometris (garis/bidang lurus, garis/bidang lengkung yang mengikuti
   fungsi matematik tertentu, radius, diameter dan sebagainya), dan toleransinya
   (toleransi dimensi, bentuk dan posisi). Dengan mempelajari geometri komponen
   tersebut dapat ditentukan garis besar jenis proses permesinan, urutan
   pekerjaannya, dan jenis mesin perkakas CNC yang cocok. Dimensi benda kerja
   dan control gerak pahatnya merupakan faktor yang perlu juga dipertimbangkan.
b. Berdasarkan dimensi serta bentuk bahan (batang, silinder, lempengan, kubus, atau
   bentuk-bentuk khusus hasil proses pembentukan, atau proses permesinan
   sebelumnya), dan volume ruang kerja yang ditentukan oleh dimensi meja atau
   spindel tempat benda kerja dipasang, ditentukan cara penempatan (positioning),
   pengekleman (clamping), serta desain alat bantu pemegang (fixture). Daerah
   bebas pahat (daerah terlarang, forbidden area) harus diperhatikan untuk
   menghindari tabrakan pahat pada permukaan fixture, peralatan mesin/alat bantu
   lainnya ataupun pada permukaan benda yang tidak dikerjakan.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                             Modul 4 – Proses Frais                   17




c. Cara atau urutan proses permesinan harus ditentukan sebaik mungkin (jalan yang
   paling baik, paling singkat, paling optimum) untuk mengerjakan benda kerja
   sampai terbentuk permukaan akhir (produk). Jenis dan jumlah pahat dipilih sesuai
   dengan urutan pengerjaan tersebut. Dalam hal ini selain geometrinya maka
   panjang dan/atau diameter masing-masing pahat ditetapkan sesuai dengan
   bidang/sumbu referensi mesin yang digunakan. Setiap pahat diberi kode tertentu
   beserta keterangan mengenai geometrik dan dimensinya, yang akan digunakan
   sebagai masukan (input) pada unit pengontrol mesin supaya lokasi/posisi mata
   potong sewaktu pahat dipakai dapat dipastikan. Dengan cara ini suatu program
   NC yang berhasil dapat digunakan lagi di saat lain dan sementara itu pahat yang
   dibutuhkan tidak perlu mempunyai dimensi yang persis sama dengan pahat yang
   dahulu dipakai.
d. Untuk setiap langkah permesinan kondisi pemotongannya (kecepatan potong,
   kecepatan makan, dan kedalaman potong) ditentukan sesuai dengan tujuan proses,
   dengan memperhatikan berbagai kendala (proses pembentukan geram, gaya, daya,
   kehalusan permukaan), sehingga diharapkan kondisi potongan yang optimum
   (ongkos, produktivitas) dapat dicapai.


2. Langkah pelaksanaan
   Pembuatan program secara manual biasanya dilakukan dengan terlebih dahulu
menuliskan semua perintah pada lembar dengan format tertentu sebelum diketik
sebagai input ke unit pengontrol mesin. Dengan kode tertentu berbagai fungsi
persiapan (preparation functions) dan fungsi tambahan (miscellaneous functions)
dipilih, sehingga pahat dapat digerakkan relatif terhadap benda kerja sesuai dengan
langkah dan kondisi pemotongan yang telah disiapkan di atas. Demikian pula halnya
dengan perintah-perintah lain seperti penggantian pahat, penggantian benda kerja,
menjalankan/mematikan spindel dan cairan pendingin dan sebagainya. Jenis kontrol
gerakan sumbu mesin (satu sumbu, dua sumbu atau lebih secara bersamaan bergerak
untuk melaksanakan perintah tersebut) menentukan kemampuan mesin perkakas NC
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                             Modul 4 – Proses Frais                      18




di dalam memotong benda kerja dengan hasil permukaan dengan bentuk dan orientasi
yang diinginkan.
   Dengan semakin majunya komputer yang dipakai sebagai unit pemrogram
ataupun langsung sebagai unit pengontrol mesin, maka berbagai jenis bahasa
pemrograman (perangkat lunak/soft-ware) yang lebih canggih mulai diperkenalkan.
Tujuannya adalah jelas, yaitu mempermudah, mempercepat, dan menghindarkan
kemungkinan terjadinya kesalahan pada proses pembuatan program secara manual.
Dalam hal yang terakhir ini programmer dapat melihat lintasan gerakan pahat pada
layar monitor (TV screen dengan graphic display) sewaktu proses pemrograman
berlangsung.


3. Langkah percobaan
   Setelah lembar program NC selesai ditulis, maka perintah-perintah tersebut dapat
dimasukkan ke dalam memori komputer mesin lewat bagian pengendali. Pembuatan
program seringkali dilaksanakan dengan bantuan komputer pemrogram yang
dilengkapi dengan perangkat lunak pemroses (processor dan post processor), untuk
melaksanakan analisa geometrik langkah gerak pahat serta penerjemahan dan
penggabungan berbagai fungsi teknologis sesuai dengan karakteristik mesin dan
kontrol CNC yang spesifik.
   Jika unit pengontrol mesin siap melaksanakan pekerjaan, yang pertama kali
dilakukan biasanya menjalankan mesin tanpa memotong (dry-run) dengan satu atau
beberapa sumbu mesin dimatikan (axis-lock), untuk mengecek kebenaran program
dan memastikan bahwa tidak terjadi tabrakan (tool collition). Sebelum proses
pemotongan dengan benda kerja sesungguhnya dilakukan, maka dapat dilakukan
pemotongan material yang lunak (plastik atau steorofoam) sehingga bentuk produk
secara kasar dapat diperiksa dan diukur. Ketelitian geometris (toleransi) produk hanya
dapat dipastikan kebenarannya dengan melakukan proses
pemotongan benda kerja sesungguhnya dan memgukur produknya dengan cermat.
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                              Modul 4 – Proses Frais           19




2.10   Fungsi – fungsi Kode NC
       Mesin CNC hanya dapat membaca kode standar yang telah disepakati oleh
industri yang membuat mesin CNC. Dengan kode standar tersebut, pabrik mesin
CNC dapat menggunakan PC sebagai input yang diproduksi sendiri atau yang
direkomendasikan. Kode standar pada mesin CNC yaitu :
   1. Fungsi kode G
       G 00 : Gerak lurus cepat (tidak boleh menyayat)
       G 01 : Gerak lurus penyayatan
       G 02 : Gerak melengkung searah jarum jam (CW)
       G 03 : Gerak melengkung berlawanan arah arum jam (CCW)
       G 04 : Gerak penyayatan (feed) berhenti sesaat
       G 21 : Baris blok sisipan yang dibuat dengan menekan tombol ~ dan INP
       G 25 : Memanggil program sub routine
       G 27 : Perintah meloncat ke nomor blok yang dituju
       G 64 : Mematikan arus step motor.
       G 65 : Operasi disket (menyimpan atau memanggil program)
       G 73 : Siklus pengeboran dengan pemutusan tatal
       G 81 : Siklus pengeboran langsung
       G 82 : Siklus pengeboran dengan berhenti sesaat
       G 83 : Siklus pengeboran dengan penarikan tatal
       G 85 : Siklus pereameran
       G 89 : Siklus pereameran sampai batas ukuranyang ditentukan
       G 90 : Program absolut
       G 91 : Program Incremental
       G 92 : Penetapan posisi pahat secara absolute


   2. Fungsi Kode M
       M 00 : Program berhenti
       M 03 : Spindel/sumbu utama berputar searah jarum jam (CW)
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                          Modul 4 – Proses Frais   20




   M 05 : Putaran spindel berhenti
   M 06 : Perintah penggantian alat potong (tool)
   M 17 : Perintah kembali ke program utama
   M 30 : Program berakhir
   M 99 : Penentuan parameter I dan K


3. Fungsi kode alarm
   A 00 : Kesalahan perintah pada fungsi G atau M
   A 01 : Kesalahan perintah pada fungsi G02 dan G03
   A 02 : Kesalahan pada nilai X
   A 03 : Kesalahan pada niilai F
   A 04 : Kesalahan pada nilai Z
   A 05 : Kurang perintah M30
   A 06 : Kurang perintah M03
   A 07 : Tidak ada arti
   A 08 : Pita habis pada penyipanan ke kaset
   A 09 : Program tidak ditemukan pada disket
   A 10 : Disket diprotek
   A 11 : Salah memuat disket
   A 12 : Salah pengecekan
   A 13 : Salah satuan mm atau inch dalam pemuatan
   A 14 : Salah posisi kepala frais
   A 15 : Nilai Y salah
   A 16 : Tidak ada nilai radius pisau frais
   A 17 : Salah sub program
   A 18 : Jalannya kompensasi radius pisau frais lebih dari Nol
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                               Modul 4 – Proses Frais   21




2.11   Contoh-contoh aplikasi fungsi G, M, kode alarm




                             Gambar 4.21 Contoh gambar kerja
Dari gambar kerja di atas diketahui :
Diameter pisau : 10 mm
Posisi Sumbu X : -10 mm
Posisi Sumbu Y : -10 mm
Posisi Sumbu Z : 20 mm.
Buatlah susunan program plotter dengan metode absolut
Metode Absolut
  N         G           X          Y        Z
  00        92       -1000      -1000      2000
  01       M03          00         00      2000
  02        00       -1000         00       00
  03        00       -1000         00       00
  04        00        5000         00       00
  05        00        5000       5000       00
  06        00          00       5000       00
  07        00          00        00        00
  08        00          00        00       2000
  09        00         00        2500       00
  10        00        2500       2500       00
  11        00        2500       5000       00
  12        00        2500       5000      2000
  13        00       -1000      -1000      2000
  14       M05
  15       M30
Praktikum Proses Manufaktur 2011 /
                                                Modul 4 – Proses Frais      22




Keterangan gerakan:
N 00 : Fungsi G92 menunjukan program absolut
N 01 : Spindle utama berputar
N 02 : Pisau didekatkan pada titk 0 sumbu Y
N 03 : Pisau diturunkan pada titik 0 Sumbu Z
N 04 : Proses plotter pisau bergerak dari titik A ke titik B
N 05 : Proses plotter pisau bergerak dari titik ke titik C
N 06 : Proses plotter pisau bergerak dari titik C ke titik D
N 07 : Proses plotter pisau bergerak dari titik D ke titik A
N 08 : di Titik A pisau dinaikkan +20 mm, sumbu Z
N 09 : Dari titik A pisau dipindah ke titik E
N 10 : Di Titik E pisau diturunkan pada titik 0 sumbu Z
N 11 : Proses plotter dari titik E ke titik F
N 12 : Proses plotter dari titik F ke titik G
N 13 : Di titik G pisau dinaikkan +20mm, dari titik 0 sumbu Z
N 14 : Pahat dikembalikan di posisi awal X-1000, Y-1000
N 15 : Spindle dimatikan
N 16 : Program selesai.


3. TUGAS
     1. Buat program dan berikan gambar bentuk pada benda kerja yang akan
         diproses !

More Related Content

What's hot

Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINEko Supriyadi
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutAlen Pepa
 
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)Agus Witono
 
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...bram santo
 
Presentasi Mesin Ketam dan Serut
Presentasi Mesin Ketam dan SerutPresentasi Mesin Ketam dan Serut
Presentasi Mesin Ketam dan SerutEssyKarundeng
 
Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Muhamad Amirudin
 
Laporan bubut
Laporan bubutLaporan bubut
Laporan bubutRasyid22
 
Mesin Frais
Mesin FraisMesin Frais
Mesin Frais555
 
Presentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, GurdiPresentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, GurdiEssyKarundeng
 
Presentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarPresentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarrandy suwandy
 
Tipe tipe mesin konvensional
Tipe tipe mesin konvensionalTipe tipe mesin konvensional
Tipe tipe mesin konvensionalZaid Ezza
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusIndra Cecen
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 
Mesin Konvensional
Mesin KonvensionalMesin Konvensional
Mesin KonvensionalElis Wahyuni
 

What's hot (20)

pemesinan konvensional
pemesinan konvensionalpemesinan konvensional
pemesinan konvensional
 
Mesin bubut
Mesin bubutMesin bubut
Mesin bubut
 
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
 
Apa itu mesin sekrap
Apa itu mesin sekrapApa itu mesin sekrap
Apa itu mesin sekrap
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serut
 
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
 
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
 
Mesin bubut
Mesin bubutMesin bubut
Mesin bubut
 
Presentasi Mesin Ketam dan Serut
Presentasi Mesin Ketam dan SerutPresentasi Mesin Ketam dan Serut
Presentasi Mesin Ketam dan Serut
 
Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)
 
Laporan bubut
Laporan bubutLaporan bubut
Laporan bubut
 
Mesin Frais
Mesin FraisMesin Frais
Mesin Frais
 
Pengantar industri manufaktur milling
Pengantar industri manufaktur millingPengantar industri manufaktur milling
Pengantar industri manufaktur milling
 
Presentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, GurdiPresentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
 
Presentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarPresentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasar
 
Tipe tipe mesin konvensional
Tipe tipe mesin konvensionalTipe tipe mesin konvensional
Tipe tipe mesin konvensional
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurus
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
Mesin Konvensional
Mesin KonvensionalMesin Konvensional
Mesin Konvensional
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 

Similar to Prosman modul-iv

Modul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdfModul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdfawalsyahrani2
 
mesin-milling.pdf
mesin-milling.pdfmesin-milling.pdf
mesin-milling.pdflessytania
 
Teknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin MillingTeknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin MillingAlfi Akbar
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Novia Fitriany
 
Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi marsyah18009
 
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxMATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxdanisuhenda1
 
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxMATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxdanisuhenda1
 
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxMATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxdanisuhenda1
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)ade jalaludin
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Endang Saefullah
 
1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdf
1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdf1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdf
1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdfMuhammadfiki4
 
Komponen cnc dan persumbuanya
Komponen cnc dan persumbuanyaKomponen cnc dan persumbuanya
Komponen cnc dan persumbuanyaMegi LastFriend
 
Laporan permesinan
Laporan permesinanLaporan permesinan
Laporan permesinanasdin amroe
 
Menggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptx
Menggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptxMenggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptx
Menggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptxseptian616367
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Hamid Abdillah
 
Parameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubutParameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubutedo soehendro
 

Similar to Prosman modul-iv (20)

Modul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdfModul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdf
 
Mesin freis
Mesin freisMesin freis
Mesin freis
 
mesin-milling.pdf
mesin-milling.pdfmesin-milling.pdf
mesin-milling.pdf
 
Teknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin MillingTeknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin Milling
 
Milling machine
Milling machineMilling machine
Milling machine
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 
Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi
 
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxMATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
 
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxMATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
 
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptxMATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
MATERI AJAR MESIN BUBUT KELAS XI SMK.pptx
 
Bubut
BubutBubut
Bubut
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
 
1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdf
1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdf1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdf
1. Bagian Bagian Mesin Frais.pdf
 
Uas makalah bubut
Uas makalah bubutUas makalah bubut
Uas makalah bubut
 
Komponen cnc dan persumbuanya
Komponen cnc dan persumbuanyaKomponen cnc dan persumbuanya
Komponen cnc dan persumbuanya
 
Laporan permesinan
Laporan permesinanLaporan permesinan
Laporan permesinan
 
Menggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptx
Menggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptxMenggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptx
Menggunakan Mesin Bubut Konvensional.pptx
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
 
Parameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubutParameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubut
 

Prosman modul-iv

  • 1. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 1 MODUL IV PROSES FRAIS 1. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah mengikut praktikum ini, seluruh praktikan diharapkan dapat memahami: 1. Mengetahui prinsip proses pengfraisan. 2. Mengetahui jenis-jenis mesin pada proses frais. 3. Mengetahui paramater pemotongan pada mesin milling. 4. Mengetahui pemrograman CNC dan fungsi kode NC. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Proses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk kombinasi dari beberapa bentuk. Terjadinya pemotongan/penyayatan dengan kedalaman yang disesuaikan karena alat potong yang berputar dan gigi potong yang menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja mesin milling menghasilkan benda produksi sesuai dengan gambar kerja yang dikehendaki. Adapun prinsip-prinsip pemotongan pada proses frais dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
  • 2. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 2 Gambar 4.1 Prinsip pemotongan pada mesin frais Gambar 4.1 a menunjukkan prinsip pemotongan/pengefraisan datar bagian permukaan (face milling) dimana cutter bergerak berputar memotong keatas (cutting up) sedang benda kerjanya bergerak lurus melawan cutter pada mesin frais horizontal. Demikian pula yang terjadi pada mesin frais tegak (Gambar 4.1 b- d), sedangkan gambar 4.1 e menunjukkan pemotongan bagian muka dan sisi (side and face cutting) dan gambar 4.1 f menunjukkan pemotongan pada mesin frais horisontal. Dengan prinsip-prinsip pemotongan diatas, kita dapat melakukan pembuatan benda kerja dengan berbagai bentuk-bentuk diantaranya: a. Bidang rata datar b. Bidang rata miring menyudut c. Bidang siku d. Bidang sejajar e. Alur lurus atau melingkar f. Segi beraturan atau tidak beraturan g. Pengeboran lubang atau memperbesar lubang dan lain-lain.
  • 3. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 3 2.2 Metode Proses Frais Metode proses frais ditentukan berdasarkan arah relatif gerak makan meja mesin frais terhadap putaran pisau. Metode proses frais ada dua yaitu frais naik dan frais turun seperti gambar dibawah ini. Gambar 4.2 a. Frais naik (up milling), dan b. Frais turun (down milling) 1. Frais naik (up milling), biasanya disebut frais konvensional. Gerak dari putaran pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh, pada proses frais naik apabila pisau berputar searah jarum jam, benda kerja disayat ke arah kanan. Penampang melintang bentuk beram (chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalan minimal kemudian menebal. Proses frais ini sesuai untuk mesin frais konvensional/manual, karena pada mesin konvensional backlash ulir trnasportirnya relatif besar dan tidak dilengkapi backlash compensation. 2. Frais turun (down milling), dinamakan juga climb milling. Arah dari putaran pisau sama dengan arah gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh jika pisau berputar berlawanan arah jarum jam, benda kerja disayat ke kanan. Penampang melintang bentuk beram (chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalan maksimal kemudian menipis. Proses frais ini sesuai untuk mesin frais CNC, karena pada mesin CNC gerakan meja dipandu oleh ulir dari bola baja, dan dilengkapi backlash compensation. Untuk mesin frais konvensional tidak direkomendasikan melaksanakan proses frais turun, karena meja mesin frais akan tertekan dan ditarik oleh pisau.
  • 4. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 4 2.3 Metoda Pemotongan Benda Kerja Metode pemotongan pada frais dibagi menjadi tiga, antara lain; pemotongan searah jarum jam, pemotongan berlawanan arah jarum jam, dan netral. 1. Pemotongan searah benda kerja, yang dimaksud pemotongan searah adalah pemotongan yang datangnya benda kerja searah dengan putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya kurang baik karena meja (benda kerja) cenderung tertarik oleh cutter. Gambar 4.3 Pemotongan searah benda kerja 2. Pemotongan berlawanan arah benda kerja, yang dimaksud pemotongan berlawanan arah adalah pemotongan yang datangnya benda kerja berlawanan dengan arah putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya dapat maksimal karena meja (benda kerja) tidak tertarik oleh cutter. Gambar 4.4 Pemotongan berlawanan benda kerja 3. Pemotongan netral, pemotongan netral yaitu pemotongan yang terjadi apabila lebar benda yang disayat lebih kecil dari ukuran diameter pisau atau diameter pisau tidak lebih besar dari bidang yang disayat. Pemotongan jenis ini hanya berlaku untuk mesin frais vertical.
  • 5. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 5 Gambar 4.5 Pemotongan netral 2.4 Mesin Milling Mesin yang digunakan untuk memegang benda kerja, memutar pisau, dan penyayatannya disebut mesin milling. Ada dua jenis mesin milling sesuai dengan cara kerjanya, seperti pada gambar dibawah ini. Gambar 4.6 Skematik dari gerakan-gerakan dan komponen-komponen dari (a) Mesin milling vertikal tipe column and knee, dan (b) Mesin milling horizontal tipe column and knee Mesin milling ada yang dikendalikan secara konvensional dan ada yang dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual posisi spindelnya ada dua macam yaitu horizontal dan vertikal. Mesin milling dengan kendali CNC hampir semuanya adalah
  • 6. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 6 mesin frais vertikal. Adapun mesin milling konvensional dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.7 Mesin milling konvensional Mesin milling konvensional cara pengerjaannya dilakukan secara manual oleh operator. Sedangkan mesin milling cnc dikendalikan oleh komputer, sehingga semua gerakan yang berjalan sesuai dengan program yang diberikan, keuntungannya yaitu mesin mampu diperintah untuk melakukan pengerjaan secara mengulang gerakan yang sama secara terus menerus dengan tingkat ketelitian yang sama. Prinsip kerja mesin milling CNC yaitu meja kerja bergerak melintang dan horizontal yang dinotasikan pada sumbu x dan y, sedangkan pisau/cutter berputar pada sumbu z. Adapun mesin milling CNC dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
  • 7. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 7 Gambar 4.8 Mesin milling CNC 2.5 Bagian Utama Mesin Milling CNC 1. Eretan Eretan merupakan gerak persumbuan jalannya mesin yaitu pada sumbu x dan y dengan gerakan arah melintang dan horizontal. 2. Rumah alat potong Rumah alat potong digunakan untuk menjepit tool holder (alat potong) pada saat proses pengerjaan benda kerja. Sumber putaran rumah alat potong dihasilkan dari motor penggerak utama, dengan kecepatan 5000 RPM. 3. Penjepit alat potong Penjepit alat potong atau tool holder pada mesin milling adalah penjepit manual, alat ini digunakan ntuk menjepit pisau pada saat penyayatan benda kerja. Bentuk penjepit ini biasany disesuaikan dengan bentuk rumah alat potong. Di bagian dalam tool holder dilengkapi sebuah alat bantu pencekaman. Alat bantu tersebut berfungsi untuk memperkuat pencekaman dari tool holder. Alat bantu tersebut dinamakan collet. Collet terbuat dari bahan logam, di mana diameter lubang pada collet sesuai dengan besarnya diameter pisau.
  • 8. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 8 Gambar 4.9 Collet 4. Ragum Ragum ini berfungsi untuk menjepit benda kerja pada saat proses penyayatan. Ragum bisa diganti sesuai kebutuhan. Ragum ini dioperasikan secara manual. 5. Bagian pengendali Bagian pengendali/kontrol merupakan bak kontrol mesin CNC yang berisikan tombol-tombol dan saklar serta dilengkapi dengan monitor. Pada kotak kontrol merupakan unsur layanan langsung yang berhubungan dengan operator. 2.6 Cara Mengoperasikan Mesin CNC Secara umum, cara mengoperasikan mesin CNC dengan cara memasukkan perintah numeric melalaui tombol-tombol yang tersedia pada panel instrument di tiap -tiap mesin. Setiap jenis mesin CNC mempunyai karakteristik tersendiri sesuai dengan pabrik yang membuat mesin tersebut. Namun demikian secara garis besar da ri karakteristik cara mengoperasikan mesin CNC dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu :
  • 9. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 9 a. Sistem Absolut Pada sistem ini titik awal penempatan alat potong yang digunakan sebagai acuan adalah menetapkan titik referensi yang berlaku tetap selama proses operasi mesin berlangsung. Untuk mesin bubut, titik referensinya diletakkan pada sumbu (pusat) benda kerja yang akan dikerjakan pada bagian ujung. Sedangkan pada mesin frais, titik referensinya diletakkan pada pertemuan antara dua sisi pada benda kerja yang akan dikerjakan. b. Sistem Incremental Pada system ini titik awal penempatan yang digunakan sebagai acuan adalah selalu berpindah sesuai dengan titik actual yang dinyatakan terakhir. Untuk mesin bubut maupun mesin frais diberlakukan cara yang sama. Setiap kali suatu gerakan pada proses pengerjaan benda kerja berakhir, maka titik akhir dari gerakan alat potong itu dianggap sebagai titik awal gerakan alat potong pada tahap berikutnya. Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan akan berbagai produk industri yang beragam dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, maka telah dikembangkan berbagai variasi dari mesin CNC. Hal ini dimaksud untuk memenuhi kebutuhan jenis pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Berikut ini diperlihatkan berbagai variasi mesin CNC. 2.7 Alat-alat Potong Mesin Milling Alat potong mesin milling memilikii banyak sekali jenis dan bentuknya, baik pada mesin milling vertikal maupun horizontal. Pemilihan pisau berdasarkan pada bentuk benda kerja serta mudah atau kompleksnya benda kerja yang dibuat. Adapun jenis- jenis pisau frais, antara lain; 1. Pisau mantel (helical milling cutter), pisau jenis ini dipakai pada mesin frais horizontal. Biasanya digunakan untuk pemakanan permukaan kasar (roughing) dan lebar.
  • 10. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 10 Gambar 4.10 Cutter mantel 2. Pisau alur (slot milling cutter), berfungsi untuk mebuat alur pada bidang permukaan benda kerja. Jenis pisau ini ada beberapa macam yang penggunaanya disesuaikan dengan kebutuhan. Gambar 4.11 a dan b menunjukkan jenis pisau alur mata sayat satu sisi, gambar 4.11 c dan d menunjukkan pisau alur dua mata sayat yaitu muka dan sisi, gambar 4.11 e dan f menunjukkan pisau alur dua mata sayat yaitu muka dan sisi dengan mata sayat silang. Gambar 4.11 Pisau alur dan penggunaanya 3. Pisau frais gigi (gear cutter), ini digunakan untuk membuat roda gigi sesuai jenis dan jumlah gigi yang diinginkan. Gambar dibawah ini menunjukan salah satu jenis gear cutter.
  • 11. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 11 Gambar 4.12 Gear cutter 4. Pisau frais radius cekung (convex cutter), pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam (cekung). Gambar 4.13 Cutter radius cekung 5. Pisau frais radius cembung (concave cutter), pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius luar (cembung). Gambar 4.14 Cutter radius cembung
  • 12. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 12 6. Pisau frais alur T (T slot cutter), pisau jenis ini hanya digunakan untuk untuk membuat alur berbentuk “T” seperti halnya pada meja mesin frais. Gambar 4.15 Cutter alur T 7. Pisau frais sudut, pisau jenis ini digunakan untuk membuat alur berbentuk sudut yang hasilnya sesuai dengan sudut pisau yang digunakan. Pisau jenis ini memilki sudut-sudut yang berbeda diantaranya: 30°, 45°, 50°, 60°, 70° dan 80°. Gambar 4.16 a menunjukkan pisau satu sudut 60° (angle cutter), Gambar 4.16 b menunjukkan pisau dua sudut 45°x45° (double angle cutter), Gambar 4.16 c menunjukkan pisau dua sudut 30°x60° (double angle cutter). Gambar 4.16 Pisau sudut dan penggunaanya 8. Pisau jari (end mill cutter), ukuran pisau jenis ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran besar. Cutter ini biasanya dipakai untuk membuat alur pada bidang datar atau pasak dan jenis pisau ini pada umumnya dipasang pada posisi tegak (mesin frais vertical), namun pada kondisi tertentu dapat juga dipasang posisi horizontal yaitu langsung dipasang pada spindle mesin frais.
  • 13. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 13 Gambar 4.17 Cutter Endmill 9. Pisau frais muka dan sisi (shell endmill cutter), jenis pisau ini memilki mata sayat dimuka dan disisi, dapat digunakan untuk mengefrais bidang rata dan bertingkat. Gambar 4.18 menunjukkan pisau frais muka dan sisi. Gambar 4.18 Shell endmill cutter 10. Pisau frais pengasaran (heavy duty endmill cutter), pisau jenis ini mempunyai satu ciri khas yang berbeda dengan cutter yang lain. Pada sisinya berbentuk alur helik yang dapat digunakan untuk menyayat benda kerja dari sisi potong cutter, sehingga cutter ini mampu melakukan penyayatan yang cukup besar Gambar 4.19 Pisau pengasaran 11. Pisau frais gergaji (slitting saw), pisau frais jenis ini digunakan untuk memotong atau membelah benda kerja. Selain itu juga dapat digunakan untuk membuat alur yang memilki ukuran lebar kecil.
  • 14. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 14 Gambar 4.20 Pisau frais gergaji 2.8 Parameter Yang Dapat Diatur Pada Mesin Milling Parameter yang dapat diatur pada mesin milling yaitu parameter yang dapat diatur secara langsung oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan mesin. Parameter tersebut yaitu putaran spindel (n), gerak makan (f), dan kedalaman potong (a). Putaran spindel bisa langsung diatur dengan cara mengubah posisi handle pengatur putaran mesin. Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle gerak makan sesuai dengan tabel f yang ada di mesin. Kedalaman potong diatur dengan cara menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau. Putaran spindel (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan potong ditentukan oleh kombinasi material pisau dan material benda kerja. Kecepatan potong adalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter) pada selubung pisau dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik dengan rumus kecepatan potong pada rumus mesin lathe. Pada mesin milling besarnya diameter yang digunakan adalah diamater pisau. Rumus kecepatan potong; Dimana : Cs = kecepatan potong (m/menit) d = diamter pisau (mm) n = putaran spindel (rpm) Karena nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka parameter yang dapat diatur adalah putaran spindel (n). Dengan demikian rumus untuk menghitung putaran spindel menjadi :
  • 15. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 15 Nilai kecepatan potong yang telah baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Kecepatan potong untuk beberapa jenis bahan Cutter HSS Cutter Carbide Bahan Halus Kasar Halus Kasar Baja perkakas 75 - 100 25 - 45 185 - 230 110 - 140 Baja karbon rendah 70 - 90 25 - 40 170 - 215 90 - 120 Baja karbon 60 - 85 20 - 40 140 - 185 75 - 110 menengah Besi cor kelabu 40 - 45 25 - 30 110 - 140 60 - 75 Kuningan 85 - 100 45 - 70 185 - 215 120 - 150 Alumunium 70 - 110 30 - 45 140 - 215 60 - 90 Setelah kecepatan potong diketahui, maka kecepatan pemakanan harus ditentukan. Kecepatan pemakanan adalah jarak tempuh gerak maju pisau/benda kerja dalam satuan milimeter permenit atau feet permenit. Pada gerak putar, kecepatan pemakanan (f) adalah gerak maju alat potong atau benda kerja dalam (n) putaran benda kerja/pisau permenit. Pada mesin milling, kecepatan pemakanan dinyatakan dalam satuan millimeter permenit dimana dalam pemakaiannya perlu disesuaikan dengan jumlah mata potong pisau yang digunakan. Kecepatan pemakanan tiap mata potong pisau frais, (f) untuk setiap jenis pisau dan setiap jenis bahan sudah dibakukan. Adapun nilai kecepatan pemakanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Kecepatan pemakanan (feeding) pergigi untuk HSS Pisau feed/tooth (mm) spiral (slab) mill (up to 30º helix angle of tooth) 0,1 ÷ 0,25 spiral mill (30 + 00º helix angle) 0,05 ÷ 0,2 face mill and shell end miel 0,1 ÷ 0,5 end mill 0,1 ÷ 0,25 Saw 0,05 ÷ 0,1 slotting cutter 0,05 ÷ 0,15 form cutter 0,05 ÷ 0,2
  • 16. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 16 Kedalaman potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda kerja awal terhadap tebal benda kerja akhir. 2.9 Pemrograman CNC Program NC sebenarnya meupakan sejumlah urutan perintah logis yang dibuat bagi suatu jenis mesin perkakas CNC dalam rangka pembuatan suatu komponen mesin/peralatan. Program NC dibuat dengan suatu format/bahasa yang tertentu yang dapat dimengerti oleh unit pengendali mesin (MCU, machnie control unit). Dalam pembuatan program NC untuk proses pemesinan suatu produk diperlukan tiga langkah utama, yaitu langkah persiapan, pelaksanaan, dan langkah percobaan. Masing-masing langkah ini mengandung beberapa jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Langkah persiapan a. Mempelajari gambar teknis yakni menentukan ukuran/dimensi untuk elemen- elemen geometris (garis/bidang lurus, garis/bidang lengkung yang mengikuti fungsi matematik tertentu, radius, diameter dan sebagainya), dan toleransinya (toleransi dimensi, bentuk dan posisi). Dengan mempelajari geometri komponen tersebut dapat ditentukan garis besar jenis proses permesinan, urutan pekerjaannya, dan jenis mesin perkakas CNC yang cocok. Dimensi benda kerja dan control gerak pahatnya merupakan faktor yang perlu juga dipertimbangkan. b. Berdasarkan dimensi serta bentuk bahan (batang, silinder, lempengan, kubus, atau bentuk-bentuk khusus hasil proses pembentukan, atau proses permesinan sebelumnya), dan volume ruang kerja yang ditentukan oleh dimensi meja atau spindel tempat benda kerja dipasang, ditentukan cara penempatan (positioning), pengekleman (clamping), serta desain alat bantu pemegang (fixture). Daerah bebas pahat (daerah terlarang, forbidden area) harus diperhatikan untuk menghindari tabrakan pahat pada permukaan fixture, peralatan mesin/alat bantu lainnya ataupun pada permukaan benda yang tidak dikerjakan.
  • 17. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 17 c. Cara atau urutan proses permesinan harus ditentukan sebaik mungkin (jalan yang paling baik, paling singkat, paling optimum) untuk mengerjakan benda kerja sampai terbentuk permukaan akhir (produk). Jenis dan jumlah pahat dipilih sesuai dengan urutan pengerjaan tersebut. Dalam hal ini selain geometrinya maka panjang dan/atau diameter masing-masing pahat ditetapkan sesuai dengan bidang/sumbu referensi mesin yang digunakan. Setiap pahat diberi kode tertentu beserta keterangan mengenai geometrik dan dimensinya, yang akan digunakan sebagai masukan (input) pada unit pengontrol mesin supaya lokasi/posisi mata potong sewaktu pahat dipakai dapat dipastikan. Dengan cara ini suatu program NC yang berhasil dapat digunakan lagi di saat lain dan sementara itu pahat yang dibutuhkan tidak perlu mempunyai dimensi yang persis sama dengan pahat yang dahulu dipakai. d. Untuk setiap langkah permesinan kondisi pemotongannya (kecepatan potong, kecepatan makan, dan kedalaman potong) ditentukan sesuai dengan tujuan proses, dengan memperhatikan berbagai kendala (proses pembentukan geram, gaya, daya, kehalusan permukaan), sehingga diharapkan kondisi potongan yang optimum (ongkos, produktivitas) dapat dicapai. 2. Langkah pelaksanaan Pembuatan program secara manual biasanya dilakukan dengan terlebih dahulu menuliskan semua perintah pada lembar dengan format tertentu sebelum diketik sebagai input ke unit pengontrol mesin. Dengan kode tertentu berbagai fungsi persiapan (preparation functions) dan fungsi tambahan (miscellaneous functions) dipilih, sehingga pahat dapat digerakkan relatif terhadap benda kerja sesuai dengan langkah dan kondisi pemotongan yang telah disiapkan di atas. Demikian pula halnya dengan perintah-perintah lain seperti penggantian pahat, penggantian benda kerja, menjalankan/mematikan spindel dan cairan pendingin dan sebagainya. Jenis kontrol gerakan sumbu mesin (satu sumbu, dua sumbu atau lebih secara bersamaan bergerak untuk melaksanakan perintah tersebut) menentukan kemampuan mesin perkakas NC
  • 18. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 18 di dalam memotong benda kerja dengan hasil permukaan dengan bentuk dan orientasi yang diinginkan. Dengan semakin majunya komputer yang dipakai sebagai unit pemrogram ataupun langsung sebagai unit pengontrol mesin, maka berbagai jenis bahasa pemrograman (perangkat lunak/soft-ware) yang lebih canggih mulai diperkenalkan. Tujuannya adalah jelas, yaitu mempermudah, mempercepat, dan menghindarkan kemungkinan terjadinya kesalahan pada proses pembuatan program secara manual. Dalam hal yang terakhir ini programmer dapat melihat lintasan gerakan pahat pada layar monitor (TV screen dengan graphic display) sewaktu proses pemrograman berlangsung. 3. Langkah percobaan Setelah lembar program NC selesai ditulis, maka perintah-perintah tersebut dapat dimasukkan ke dalam memori komputer mesin lewat bagian pengendali. Pembuatan program seringkali dilaksanakan dengan bantuan komputer pemrogram yang dilengkapi dengan perangkat lunak pemroses (processor dan post processor), untuk melaksanakan analisa geometrik langkah gerak pahat serta penerjemahan dan penggabungan berbagai fungsi teknologis sesuai dengan karakteristik mesin dan kontrol CNC yang spesifik. Jika unit pengontrol mesin siap melaksanakan pekerjaan, yang pertama kali dilakukan biasanya menjalankan mesin tanpa memotong (dry-run) dengan satu atau beberapa sumbu mesin dimatikan (axis-lock), untuk mengecek kebenaran program dan memastikan bahwa tidak terjadi tabrakan (tool collition). Sebelum proses pemotongan dengan benda kerja sesungguhnya dilakukan, maka dapat dilakukan pemotongan material yang lunak (plastik atau steorofoam) sehingga bentuk produk secara kasar dapat diperiksa dan diukur. Ketelitian geometris (toleransi) produk hanya dapat dipastikan kebenarannya dengan melakukan proses pemotongan benda kerja sesungguhnya dan memgukur produknya dengan cermat.
  • 19. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 19 2.10 Fungsi – fungsi Kode NC Mesin CNC hanya dapat membaca kode standar yang telah disepakati oleh industri yang membuat mesin CNC. Dengan kode standar tersebut, pabrik mesin CNC dapat menggunakan PC sebagai input yang diproduksi sendiri atau yang direkomendasikan. Kode standar pada mesin CNC yaitu : 1. Fungsi kode G G 00 : Gerak lurus cepat (tidak boleh menyayat) G 01 : Gerak lurus penyayatan G 02 : Gerak melengkung searah jarum jam (CW) G 03 : Gerak melengkung berlawanan arah arum jam (CCW) G 04 : Gerak penyayatan (feed) berhenti sesaat G 21 : Baris blok sisipan yang dibuat dengan menekan tombol ~ dan INP G 25 : Memanggil program sub routine G 27 : Perintah meloncat ke nomor blok yang dituju G 64 : Mematikan arus step motor. G 65 : Operasi disket (menyimpan atau memanggil program) G 73 : Siklus pengeboran dengan pemutusan tatal G 81 : Siklus pengeboran langsung G 82 : Siklus pengeboran dengan berhenti sesaat G 83 : Siklus pengeboran dengan penarikan tatal G 85 : Siklus pereameran G 89 : Siklus pereameran sampai batas ukuranyang ditentukan G 90 : Program absolut G 91 : Program Incremental G 92 : Penetapan posisi pahat secara absolute 2. Fungsi Kode M M 00 : Program berhenti M 03 : Spindel/sumbu utama berputar searah jarum jam (CW)
  • 20. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 20 M 05 : Putaran spindel berhenti M 06 : Perintah penggantian alat potong (tool) M 17 : Perintah kembali ke program utama M 30 : Program berakhir M 99 : Penentuan parameter I dan K 3. Fungsi kode alarm A 00 : Kesalahan perintah pada fungsi G atau M A 01 : Kesalahan perintah pada fungsi G02 dan G03 A 02 : Kesalahan pada nilai X A 03 : Kesalahan pada niilai F A 04 : Kesalahan pada nilai Z A 05 : Kurang perintah M30 A 06 : Kurang perintah M03 A 07 : Tidak ada arti A 08 : Pita habis pada penyipanan ke kaset A 09 : Program tidak ditemukan pada disket A 10 : Disket diprotek A 11 : Salah memuat disket A 12 : Salah pengecekan A 13 : Salah satuan mm atau inch dalam pemuatan A 14 : Salah posisi kepala frais A 15 : Nilai Y salah A 16 : Tidak ada nilai radius pisau frais A 17 : Salah sub program A 18 : Jalannya kompensasi radius pisau frais lebih dari Nol
  • 21. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 21 2.11 Contoh-contoh aplikasi fungsi G, M, kode alarm Gambar 4.21 Contoh gambar kerja Dari gambar kerja di atas diketahui : Diameter pisau : 10 mm Posisi Sumbu X : -10 mm Posisi Sumbu Y : -10 mm Posisi Sumbu Z : 20 mm. Buatlah susunan program plotter dengan metode absolut Metode Absolut N G X Y Z 00 92 -1000 -1000 2000 01 M03 00 00 2000 02 00 -1000 00 00 03 00 -1000 00 00 04 00 5000 00 00 05 00 5000 5000 00 06 00 00 5000 00 07 00 00 00 00 08 00 00 00 2000 09 00 00 2500 00 10 00 2500 2500 00 11 00 2500 5000 00 12 00 2500 5000 2000 13 00 -1000 -1000 2000 14 M05 15 M30
  • 22. Praktikum Proses Manufaktur 2011 / Modul 4 – Proses Frais 22 Keterangan gerakan: N 00 : Fungsi G92 menunjukan program absolut N 01 : Spindle utama berputar N 02 : Pisau didekatkan pada titk 0 sumbu Y N 03 : Pisau diturunkan pada titik 0 Sumbu Z N 04 : Proses plotter pisau bergerak dari titik A ke titik B N 05 : Proses plotter pisau bergerak dari titik ke titik C N 06 : Proses plotter pisau bergerak dari titik C ke titik D N 07 : Proses plotter pisau bergerak dari titik D ke titik A N 08 : di Titik A pisau dinaikkan +20 mm, sumbu Z N 09 : Dari titik A pisau dipindah ke titik E N 10 : Di Titik E pisau diturunkan pada titik 0 sumbu Z N 11 : Proses plotter dari titik E ke titik F N 12 : Proses plotter dari titik F ke titik G N 13 : Di titik G pisau dinaikkan +20mm, dari titik 0 sumbu Z N 14 : Pahat dikembalikan di posisi awal X-1000, Y-1000 N 15 : Spindle dimatikan N 16 : Program selesai. 3. TUGAS 1. Buat program dan berikan gambar bentuk pada benda kerja yang akan diproses !