Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan karakter dan masa depan masyarakat. Secara khusus membahas pentingnya pendidikan karakter untuk membentuk pribadi yang unggul dengan nilai-nilai luhur seperti jujur, disiplin, dan tanggung jawab; serta tantangan bagi pendidikan Indonesia untuk membentuk karakter bangsa yang kuat di era globalisasi agar tidak menjadi korban dari modernitas bangsa lain.
1. Aminuddin Najib
LPQ Bina Akhlaq Pakem 0274-895003, 081328737825
SMA Negeri 2 Sleman, 0274-869774, 869775
e-mail: aminuddinnajib@yahoo.com
Pendidikan Karakter dan Wawasan Masa Depan
4. Penjara Nazi
Di penjara ini banyak
orang mati bukan
karena ditembak atau
karena gas-beracun,
tetapi mati karena:
•rasa takut,
•Kepedihan dan
kengerian yg sangat
•tanpa pengharapan.
Eksekusi mati dilakukan tiap hari, dan
kebanyakan dilakukan di hadapan sesama
para tahanan itu sendiri.
5. Penjara Nazi
4 tahun Frankl dlmpenjara itu.
Ia mengalami aneka siksaan yang
tak masuk akal, tetapi ia adalah
salah satu dari sedikit yang selamat
dari kematian.
Viktor E. Frankl, Wina
6. Fiktor E. Frankl
Viktor E. Frankl
Dalam keterpurukannya di penjara Nazi, Frankl menemukan semacam
kilatan kesadaran yang kemudian menginspirasinya untuk bertahan
hidup.
Rumus logoterapi:
(1)Makna hidup (the meaning of life), bahwa hidup adalah anugerah
yang bermakna, dan
(2)setiap orang memiliki hasrat untuk hidup bermakna (the will of
meaning) sebagai motivasi utama, untuk
(3)meraih taraf kehidupan yang lebih bermakna (the meaningful life).
7. Pribadi berkarakter
Pribadi berkarakter berusaha melihat dunia dengan
senyum dan pengharapan.
Dan oleh karena: mereka lebih berbagia, karena mereka
lebih genuine (ihlas) apa adanya.
Pribadi berkarakter biasanya lebih cerdas dan fleksibel
dalam menghadapi hal yang menyenangkannya.
8. Urgensi Pendidikan karakter
Dr. Martin Luther King,
intelligence plus character... that is the goal of true education
kecerdasan yang berkarakter... adalah tujuan akhir pendidikan
yang sebenarnya.
[Prof. Suyanto]
9. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik [PP No, 19/2005, bagian penjelasan]
Apanya yang didayakan?
Potensi keberbakatan, minat dan kecerdasannya.
Untuk apa?
Untuk membangun karakter, membangun visi, membangun
kompetensi, membangun kreativitas.
10. Karakter itu apa?
Karakter adalah budi pekerti plus.
Plus apa?
Spiritualita
Yaitu kesadaran akan sesuatu makna yang lebih tinggi (misalnya
adanya keimanan) sehingga performa tingkahlakunya serba
terpandu oleh cahaya yang mencerahkannya.
[Wayne Perry]
11. Pendidikan karakter
The only thing in the world not for sale is character
(Antonin Scalia)
Satu-satunya barang yang tidak dijual di muka bumi ini
adalah karakter
Mengapa?
Karena karakter itu memang harus dibangun.
Melalui apa?
Melalui pendidikan (baik formal, non-formal maupun informal)
yang kaya dengan nilai-nilai kebajikan
dan yang menunjung tinggi kemartabatan hidup berdasarkan nilai-
nilai kebajikan itu.
12. Pendidikan karakter
Melalui apa karakter itu dibangun?
Melalui pendidikan (baik formal, non-formal maupun informal)
yang kaya dengan nilai-nilai kebajikan
dan yang menunjung tinggi kemartabatan hidup berdasarkan nilai-
nilai kebajikan itu.
Nah inilah pentingnya dibangun dan
dikembangkan kultur sekolah yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan
13. Pendidikan karakter
When wealth is lost nothing is lost, when health is lost something is lost
but when character is lost everything is lost.
Orang Cina bilang:
Nak, kalau kau miskin, harta bisa kaucari.
Kalau engkau sakit atau cacat di tubuhmu,
obat kemungkinannya bisa kaucari.
Tapi kalau kau tak punya karakter, maka segalanya sudah tidak
bisa kau cari.
14. Pendidikan karakter
Karakter itu apa?
Mental or moral qualities that make one person different from other.
Karakter itu sifatnya khas, berisikan nilai-nilai dan keyakinan yang
membentuk tingkahlaku genuine orang itu.
Menurut Imam al-Ghazali:
karakter seseorang tampak terutama dalam respon-spontan orang itu
terhadap sesuatu.
Karakter adalah nilai-kebajikan-pribadi menyatu dalam diri manusia
sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkannya lagi.
15. Butir-butir Budaya-Karakter-Bangsa
01. Religius 11. Cinta tanah air
02. Jujur 12. Menghargai prestasi
03. Toleransi 13. Bersahabat/komunikatif
04. Disiplin 14. Cintai damai
05. Kerja keras 15. Gemar membaca
06. Kreatif 17. Peduli sosial
07. Mandiri 18. Tanggung jawab
08. Demokratis Nilai (value) yang tersirat dalam
setiap matpel. Guru berkewajiban
mengaktualisasikannya.
09. Rasa ingin tahun
10. Semangat kebangsaan
17. Senyum yang berbeda
Para sales atau
politisi
tersenyum
dengan
personality
ethic-nya yang
kuat.
Tetapi ibu-ibu
ini tersenyum
dengan
ketulusannya
yang asli.
18. Penjelasan gambar
Gambar tadi memberi ilustrasi perbedaan antara tata-krama dan
karakter.
Tata-karama atau sopan-santun (personality) biasanya lebih
menekankan pada aspek tata-lahir dan lebih mudah dipelajari.
Sementara karakter lebih menyangkut aspek batiniah dari nilai-
nilai luhur dan kebajikan hidup.
Dalam Islam, kita menyebutnya sebagai akhlaq-al-karimah.
25. Pendidikan membangun karakter
Karakter: Sifat khas, kualitas dan kekuatan moral pada
seseorang atau kelompok.
Karakter mencakup: integritas, kepercayaan-diri,
kedewasaan, mentalitas-berkelimpahan (abundance
mentality), kegigihan, dan semangat memperbarui diri, dan
semangat untuk mencapai yang terbaik.
26. Pendidikan karakter
Karakter itu apa?
Mental or moral qualities that make one person different from other.
Karakter itu sifatnya khas, berisikan nilai-nilai dan keyakinan yang
membentuk tingkahlaku genuine orang itu.
Menurut Imam al-Ghazali:
karakter seseorang tampak terutama dalam respon-spontan orang itu
terhadap sesuatu.
Karakter adalah nilai-kebajikan-pribadi menyatu dalam diri manusia
sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkannya lagi.
27. Ciri karakter
Keteraturan nilai, setiap tindakan secara hirarkis
selalu didasarkan pada nilai-nilai (value) yang
diyakininya.
Koherensi nilai, sehingga membangun
keyakinan-diri yang padu dan matang
Otonomi – mempribadi, bukan pengetahuan,
bukan ketrampilan, tetapi suatu kesadaran dan
menghasilkan rasa puas dan plong ketika
melaksanakannya.
Keteguhan dan kesetiaan terhadap nilai-nilai
yang diyakininya.
28. Masyarakat masa depan
Ciri-ciri masyarakat masa depan:
1. Kualitas seseorang tidak ditentukan oleh apa yang Anda punya,
tapi lebih ditentukan oleh ‘siapa anda’.
2. Kesejahteraan dan kebahagiaan akan lebih banyak tergantung
pada modal maya yang dimiliki (modal intelektual, modal sosial,
modal etikal, modal personal, seperti: iman, keteguhan,
kekayaan rohaniah dan sebagainya).
29. Masyarakat masa depan
Kecenderungan masa depan:
3. Masyarakat akan lebih terbuka menerima kebhinekaan sebagai
hal yang kodrati dan memanfaatkannya sebagai sumber
keunggulan.
4. Masyarakat dituntut lebih terbuka untuk belajar dari mana saja,
bisa menghargai hal-hal yang positif yang ada pada bangsa,
masyarakat atau pun kelompok yang lain.
30. Masyarakat masa depan
Masyarakat masa depan cenderung berkembang menjadi:
5. Masyarakat dengan ciri keseketikaan, yaitu semuanya bergerak
dan berubah dengan cepat, semuanya menjadi makin sementara.
6. Masyarakat penuh dengan kebaruan yang bersumber pada
kreativitas dan daya inovasi manusia.
7. Masyarakat menjadi serba berkompetisi dan berkooperasi
secara global dengan standard internasional.
31. Masyarakat masa depan
Di masa masa depan:
8. Masyarakat dituntut lebih dewasa dalam memecahkan perbedaan-
perbedaan atau konflik dengan cara yang bermartabat, manusiawi
dan tidak mencari kambing hitam (victim mentality)
9. Masyarakat dituntut lebih menghargai kerja keras, menghargai prestasi,
tanpa mentalitas ‘makan siang gratis’ [shg kedudukan, posisi atau
status di masyarakat lebih didasarkan pada prestasi].
10. Masyarakat dituntut bisa menemukan keselarasan antara etika
universal dengan kearifan lokal.
32. Tantangan bagi pendidikan
1. Tantangan pendidikan di Indonesia ialah menumbuhkan ciri-
ciri pribadi yang unggul & luhur pada masyarakat
Indonesia dengan tetap menjaga jatidiri ke-Indonesia-an.
2. Mencegah bangsa Indonesia menjadi korban dari modernitas
bangsa lain di era global.
3. Tanpa modal yang cukup menghadapi masa depan, suatu
bangsa bisa menjadi beban bagi bangsa yang lain dan/atau
menjadi korban dari kemajuan bangsa-bangsa lain.