SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
Download to read offline
Thesis
Tan Malaka (10 Juni 1946)
Sumber: Penerbit Murba, Jakarta
Kontributor: Diketik oleh Abdul

KATA PENGANTAR
Seorang nachoda yang berpengalaman cukup, yang mengemudikan kapal, yang kuat dan baru
juga mesti menentukan keadaan pelayaran lebih dahulu sebelum bertolak dari pelabuhan.
Taufan yang mengancam di waktu depan, bisa menyebabkan kapal itu menunda perjalanannya
atau juga memukul kembali atau membelokkan pelayarannya ke kiri-kanannya bahkan juga
memukul kembali ataupun menenggelamkan kapal itu.
Syukurlah kalau nachodanya berpengalaman lama serta mengetahui karang dan gerakan udara
dilautan yang di tempuh, kini ataupun di hari depan.
Tetapi tiadalah dunia akan mendapat kemajuan seperti sekarang, kalau semua nachoda tidak mau
berangkat sebelum keadaan udara laut dan cuaca sungguh di ketahui lebih dahulu.
Colombus tidak akan sampai ke Amerika, kalau Ia bergantung pada pengetahuan yang sudah
pasti, yang sudah di uji kebenarannya saja. Dia akan berbalik setengah pelayaran setelah
menemui mara bahaya, kalau Ia cuma bergantung kepada teorinya ahli bumu Toscanelli saja.
Semangat adventure, mencoba-coba sesuatu yang mengandung bahaya mautpun mesti dilakukan.
Berbahagialah suatu negara dan masyarakatnya yang mempunyai semangat adventure itu.
Memang lebih dari 50% kemajuan masyarakat kita di tebus oleh jiwa yang bersemangat
adventure itu, dalam semua lapangan hidup, politik, ekonomi, militer, bahkan semua cabang
ilmu.
Dalam revolusi Indonesia sekarang banyak jalan yang belum kita ketahui. Semua jalan masih
kedepan asinglah buat kita. Berjalan ke depan berarti adventure, percobaan yang mungkin
membawa maut. Perjalanan yang pasti cuma perjalanan ke belakang, yakni kembali kejalan yang
kita jalani 350 tahun belakangan ini. Artinya ini kembali mencari jalan penjajahan, kembali
menjadi budak jajahan…..berkhianat, kepada turunan sekarang dan anak cucu. Inilah saja
sekarang jalan yang pasti terang.
Bahwasanya perjalanan masyarakat kita terutama berarti perjalanan politik ekonomi sebagai
garis besarnya. Garis besar dalam politik-ekonomi kita sebagai raitnya masyarakat Indonesia,
dalam dunia penuh pertentangan ini, mungkin bertentangan dengan garis besarnya politikekonomi negara lain ialah negara kapitalis. Mungkin garis besar kita terpaksa memutar dari garis
besar politik-ekonominya negara lain, mungkin mem-viaduci atau menyelundupi kebawah satu
terowongan.
Bagaimanapun juga ahli politik ekonomilah yang berhak menentukan garis besar dalam
perjalanan politik-ekonomi masyarakat Indonesia dalam revolusi sekarang ini.
Timbulnya satu golongan yang bangga menamai dirinya "acedemice" di Indonesia ini sudah
mulai memonopoli semua pengetahuan yang berdasarkan ilmu. Di Philipina dan Hindustan,
memang percobaan memonopoli itu sudah memperlihatkan hasilnya. Disana sudah masuk betul
paham diantara segolongan rakyat, bahwa umpamanya yang memimpin politik itu harusnya satu
Mr dan memimpin ekonomi itu mesti suatu Dr dalam ekonomi.
Kalau kita ikuti logika semacam itu, jadinya seorang leek bukan bertitel tidak boleh meraba-raba
ilmu. Selanjutnya pula seorang Drs (yang baru 75% atau 75 ½% Dr) dalam ekonomi mestinya
takluk pula pada seorang Profesor dalam ekonomi. Jadi menurut pikiran pasar "The men on the
street" dengan logika semacam ini kalau seorang Drs (ekonomi) umpamanya menulis 3 buku,
maka sorang Dr (ekonomi) mesti sekurangnya menulis 4 buku dan satu Profesor jauh lebih
banyak dari yang di belakang ini. Dilaksanakan di Indonesia ini, kalau ahli ekonomi kita yang
sudah "diakui" itu ialah Drs Moh. Hatta menulis setengah lusin buku tentang ekonomi, maka Dr
Samsi mestinya menulis sekurangnya 9 buku dan Prof. Sunario Kolopaking selusin ataupun
lebih.
Dalam hal politik para Mr-lah yang mesti memimpin politik kita sekarang, ialah menurut logika
pasar tadi juga.
Tetapi apakah bukti yang kita lihat?
Sedangkan Drs (75% atau 75 ½% Dr) Moh. Hatta menulis lebih setengah lusin, Dr Samsi dan
Prof. Sunario Kolopaking sedikit sekali kelihatan buah penanya. Sedangkan di dunia politik Mr
Iwa Koesoema Soemantri umpamanya sedikit terdengar suaranya dan cuma dalam kalangan
P.B.I-nya saja, tetapi warganegaranya sejawat kita Mr Slamet, sudah sampai suaranya ke "Sri"
Ratu dan seluruh rakyat Nederland serta dunia Imperialis lainnya.
Demikianlah kalau kita ikuti paham yang di masukkan oleh Imperialisme Barat. Menurut paham
itu kalau diambil akibatnya, maka yang bertitel itulah saja yang berhak merundingkan dan
memimpin perkara ini atau itu. Yang tidak mepunyai "cap" dari sekolah akademi Barat itu
menurut kehendak mereka janganlah di percayai. Tidak ada yang lebih dikenal oleh penyakit keakademinya itu daripada sosial science, termasuk ilmu masyarakat itu pula.
Kita membenarkan sama sekali keperluan latihan akademi dalam ilmu seperti kimia, listrik, dan
tehnik. Tetapi inipun tidak berarti bahwa yang ulung dan berhak bersuara dalam ilmu semacam
itu mestinya hanya keluaran akademi saja. Cukuplah disini disebutkan bahwa pembikin beberapa
teori yang amat berharga dalam hal listrik di jaman listrik ini seperti Michael Faraday Cuma
keluaran sekolah sebenggol (rendah) saja. Thomas Edison, penemu (inventor) listrik diusir oleh
gurunya dari kelas satu atau dua di sekolah rendah tadi pula karena…..bodoh.
Penuh contoh lain-lain dalam ilmu seperti tersebut diatas: tehnik, kimia, matematika ataupun
BIOLOGY. Banyak ilmu yang dijalani dan teori penting yang dibentuk oleh hokum akademicia.
Sebaliknya banyak pula contoh yang membuktikan bahwa akademici itu Cuma tukang hafal saja,
tukang "catut" ilmu orang lain saja. Semuanya membuktikan bahwa "title" itu Cuma satu surat
"pas" saja dalam dunia kecerdasan, bukanlah kecerdasan sendiri!
Apalagi dalam ilmu masyarakat, seperti politik dan ekonomi!
Dalam hal ini dua aliran yang bertentangan sudah nyata ialah aliran politik-ekonominya
Proletariat dan Borjuis. Aliran Proletariat di pelopori oleh Karl Marx seorang Dr Filsafat (bukan
ekonomi) dan pengikutnya, serta aliran borjuis oleh para Profesor ekonomi di sekolah tinggi
seperti Rotterdam. Kedua aliran itu tidak bisa diperdamaikan seperti klas Proletariat tidak bisa
diperdamaikan dengan klas borjuis. Hidupnya suatu klas diatas berarti matinya klas yang lain
dan sebaliknya. Begitulah pula teori masing-masing klas itu sehidup semati denga klasnya
sendiri!
Kita akui penuh bahwa aliran yang kita pakai ialah aliran Marx, yang berdasarkan pertentangan
dalam hal sosial, politik dan ekonomi. Dengan pisau analyse-nya yang bersifat pertentangan
(dialektika) dua klas dalam masyarakat (Proletariat melawan borjuasi) inilah kita mencoba
menaksir arahnya politik dunia bergerak menuju kedepan.
Dalam revolusi Indonesia mau tidak mau kita wajib menaksir arahnya politik ekonomi dunia itu
bergerak. Dalam taufan gelombangnya politik ekonomi dunia itulah kita dipaksa oleh keadaan
mengemudikan kapal negara kita yang berdasarkan politik ekonomi pula. Bertolak atau tidaknya
dari pelabuhan, membelok ke kiri atau kekanannya kita disebabkan taufan gelombang politik
ekonomi yang menentang kita, serta timbul atau tenggelamnya kapal negera kita dalam
adventure dalam revolusi, ini sebagian tergantung dari taksiran kita tadilah pula.
Tidak ada pengalaman yang sudah-sudah bagi kita di Indonesia boleh dipakai, karena sifatnya
revolusi memangnya satu percobaan baru, lepas dari pengetahuan yang sudah-sudah dan
pengalaman yang lampau. Pengalaman di negara lain seperti di Perancis, dan Sovyet Rusia mesti
kita perhatikan. Tetapi memperhatikan dan mempelajarinya tiadalah meniru-niru saja. Yang kita
kemukakan ialah cara (methode) berfikir, ialah Materialisme Dialektika. Yang harus kita pelajari
dari negara lain bagaimana para pemimpin masyarakat disana melaksanakan metode berfikir tadi
dalam keadaan suasana di negara lain itu, mengambil contoh yang baik dan menyingkirkan
kesalahan yang diperbuat di negara asing.
Akan tetapi malangnya sampai sekarang kita tidak mendapatkan dan tidak bisa mendapatkan
bahan yang cukup buat dalam dan luar Indonesia. Apalagi dalam keadaan tahanan sekarang,
dimana kita terputus dengan perhubungan luar rumah yang kita dipaksa mendiami. Brosur ini
terpaksa di tulis terhenti-henti disebabkan keadaan kita dalam tiga bulan ini (pindah-pindah
tempat atau terganggu kesehatan).
Tetapi denga memakai cara berfikir yang sudah jaya dipakai di lain tempat dan bahan yang
sudah kita terima, apa yang sudah kita taksir 3 bulan lampau sudah menjadi bukti pada masa
BROSUR ini hampir ditulis umpamanya saja PERTENTANGAN HEBAT antara DUNIA
SOSIALIS dan DUNIA KAPITALIS berhubung dengan itu pula KEMUNGKINAN PERANG
DUNIA KE-3.
Bahan baru, boleh jadi akan kita peroleh besok atau lusa. Kesimpulan (conclusion) kita boleh
jadi kelak terpaksa diubah di sana-sini. Tetapi sebab kita rasa cukup memperhatikan garis besar
dalam hal METHODE BERFIKIR yang dipakai dan politik ekonomi sekarang, maka
kemungkinan perubahan simpulan (conclusion) itu tidak akan merombak sama sekali kesimpulan
POLITIK EKONOMI kita tentang LUAR dan DALAM Indonesia. Berhubungan dengan itu
tiadalah mungkin banyak perubahan (kalau perlu) yang mesti di derita oleh ORGANISASI,
PROGRAM, TAKTIK serta STRATEGI yang kita anjurkan kelak!
Bagaimanapun juga tiadalah kita perlu perlu selangkahpun juga kembali ke ahli politik
ekonominya kaum borjuis besar, tengah, kecil -- ke ahli politik ekonominya kaum akademisi di
Indonesia atau lainnya. Tiadalah kita perlu menempel-nempelkan ujar atau amanat professor ini
atau itu, akademis ini atau pun buat di jadikan "buku" dan disampaikan kesana-sini kepada
Rakyat dan Proletariat Indonesia.
Kita sebaliknya akan melindungi Rakyat dan Proletariat Indonesia dari segala percoabaan
akademisi yang akan membawa kembali politik ekonomi Indonesia kebawah telapak kaki
Imperialisme atau menimbulkan pengharapan yang tidak-tidak diantara Rakyat dan Proletariat
Indonesia.
Cukup sudahlah pengalaman yang kita terima dari akademisi itu umpamanya tentang Distribusi
dan Koperasi yang di gembar-gemborkan dan di "praktekkan" di jaman kempei Jepang.
DISTRIBUSI dan KOPERASI yang disajikan kepada kita sebagai puncak pendapatan akademis
di masa kampetai itu mungkin baik buat satu golongan kecil di salah satu tempat, ialah buat
tempat bersarangnya TUKANG CATUT. Tetapi buat Rakyat Murba prakteknya ekonomi
semacam itu semata-mata satu kebohongan KAPITALISME dan IMPERIALISME belaka.
Buat kita POLITIK itu tidak bisa dipisahkan daripada EKONOMI dan begitu juga EKONOMI
tidak bisa dipisahkan daripada POLITIK. Sering kita dengar di kalangan kita sendiri, bahwa
POLITIK adalah concentrasi dan pemusatan ekonomi. Dijaman Kampetai Jepang tidak akan kita
pikirkan membikin BADAN EKONOMI ini ataupun itu, karena MACHTFACTOR (perkara
kekuasaan) untuk memeriksa dan menghukum yang bersalah, umpamanya tukang catut tadi tidak
ada pada kita.
POLITIK EKONOMI yang bisa dan patut kita praktekkan dalam masa BERJUANG ini,
REVOLUSI sekarang tidak lain dan tidak bukan melainkan POLITIK EKONOMI BERJUANG
dan ORGANISASI_POLITIK EKONOMI dijaman MERDEKA 100%.
Syahdan akhirnya, benar atau tidaknya sesuatu faham atau teori SOSIAL dalam satu masyarakat
yang berdasarkan pertentangan Proletar borjuis bukanlah diputuskan oleh "title", sebagai
pengesahan borjuis saja, tetapi terutama oleh golongan Proletariat yang menantang!
Lawu 10 Juni 1946
TAN MALAKA

TENTANG DUNIA LUAR DAN DALAM INDONESIA
1. DUNIA LUAR.
1.A. PERTENTANGAN DUA SISTEM.
Dua system yang sangat bertentangan sifatnya sekarang berhadapan muka satu sama lainnya di
dunia ini. System yang muda tetapi tumbuh terus ialah SISTEM SOSIALISME, yang berlaku di
Sovyet Rusia. Sistem yang sudah tua ialah SISTEM KAPITALISME yang berpusat di Amerika
Serikat dan Inggris. Buntutnya system ini adalah IMPERIALISME yang merayap-rayap di Asia
dan Afrika. Sistem Sosialisme berkuasa dalam daerah kurang lebih 1/6 muka bumi yang
berpenduduk kurang lebih 200 juta manusia, ialah hampir 1/10 seluruh cacah jiwa bumi kita ini.
Pengaruhnya system Sosialisme diantara seluruhnya penduduk dunia di luar Rusia teristimewa
pula di tanah jajahan seperti Asia dan Afrika amat besar sekali.
Imperialisme Amerika langsung menguasai Philipina dan sangat besar sekali pengaruhnya pada
Kanada, Amerika Tengah, dan Selatan, yang jumlah luasnya hampir 1/3 daratan di seluruh dunia.
Sebelum dan sesudahnya perang dunia ke II, Kapitalisme Amerika sangat mempengaruhi
Tiongkok dan bagian Asia yang lain, juga Afrika, Australia, Eropa termasuk juga Inggris.
Imperialisme Inggris semakin lama semakin renggang perhubungannya dengan Free State
Irlandia, dengan Afrika Selatan, Australia dan Kanada serta sekarang dalam pertikaian hebat
dengan tiang tempat berdirinya selama ini yakni India dan Mesir. Strategi baru berdasarkan
Tehnik Atom menambah kemerdekaan tiap-tiap Dominion Inggris dan memperenggang antara
Inggris dan masing-masing Dominionnya.
Dalam masa 10 tahun permulaannya Sovyet Rusia berdiri (1917-1927), dia amat dimusuhi oleh
Kapitalisme dan Imperialisme dunia. Jepang membantu dengan tentara dan senjata kepada kaum
kontra revolusinya yaitu Rusia Putih di Siberia (1918),Inggris dan Perancis mendaratkan
tentaranya di Archannge (1919), Rumania dan Polandia (1920) yang dibantu sepenuhnya oleh
Inggris dan Perancis yang pula dari Barat, semua serangan itu dapat ditangkis oleh Sosialis
Sovyet Rusia dengan berhasil.
Demikian pula semua serangan dari pihak kontra revolusi di bawah pimpinan bekas para jendral
Tsar seperti Kontjalk, Denikin, Wrangel dan lain-lain dihancur leburkan oleh senjata lahir dan
batin (yang paling utama adalah batin) oleh Republik Sosialis yang muda remaja itu.
Sesudahnya semua percobaan menyerang dengan senjata kemiliteran itu gagal, maka barulah
dunia Kapitalisme mengakui Sovyet Rusia lahir dan batin serta mengajak para wakil Sovyet
berunding di Genoa pada tahun 1922 ialah sesudahnya 5 tahun Sosialisme Rusia berdiri.
Pengakuan atas kekuatan Sovyet Rusia itu adalah kekuatan de fakto bukan de jure. Pengakuan
dan perundingan atas dasar "duduk sama rendah dan tegak sama tinggi" itu, tiadalah
mengurangkan kecurigaan dan kegelisahan dunia Imperialisme dengan jajahannya terhadap
Sosialisme di Rusia itu. Meskipun senjata militer tidak lagi dilakukan terhadap Sovyet Rusia
tetapi tidak putus-putusnya dunia Kapitalisme mencoba memfitnah dan membusukkan di mata
dunia luar Rusia dengan jalan anti propaganda yang serendah-rendahnya. Dari tahun 1928
sampai perang dunia ke II ini, Kapitalisme dunia kaget, kagum, dan gemetar melihat kemajuan
pesat Sosialisme di Rusia, di sebabkan oleh pelaksanaan Rencana Ekonomi berturut-turut.
Kemajuan semacam itu terutama dalam perkara tehnik, pertanian dan perindustrian serta yang
berhubungan dengan itu dalam hal sosial dan kebudayaan yang belum pernah dialami oleh
bagian dunia lain dan ditempat manapun juga.
Tetapi dunia Kapitalisme tetap curiga walaupun kagum tetapi benci, meskipun maklum sungguh
tentang kesanggupan Sosialisme dan kegagalan Kapitalisme. Baru setalah Jerman Fasis
menyerang Rusia pada bulan Juni 1941 maka Kapitalisme Amerika dan Inggris menghampiri
dan mengadakan perserikatan melawan perserikatan Fasis Jerman-Jepang-Italia.
Nyatanya sekarang bahwa perserikatan itu sama sekali tidak berdasarkan atas persamaan sifat.
Apabila musuh bersama itu telah jatuh maka tegaklah kembali pertentangan sifat yang lama,
pertentangan SISTEM SOSIALISME dengan SISTEM KAPITALISME.
1.B. DUA "BISUL" PEPERANGAN.
George Washington. Presiden Pertama Amerika Serikat, mempormulirkan, menetapkan, poltiik,
luar Negara dengan cara negatif, cara menidakan. Dia mengusulkan suapaya Amerika Serikat
menjauhi "foreign entanglement", menjauhi supaya perkara luar negara, yang bisa menyebabkan
Amerika Serikat terlibat dalam peperangan. Inilah politik "isolasi", politik menyingkirkan diri
yang masyur itu. memangAmerika Serikat yang luasnya 3 ½ juta mil persegi dan penduduk baru
beberapa juta saja dimasa itu belum berapa membutuhkan dunia luar berupa pasar buat membeli
bahan ataupun buat menjual barang pabriknya, Amerika membutuhkan tenaga dan modal asing.
Keduanya datang bertimbun-timbun dari Eropah.
Paul Monroe sudah sampai ketingkat sejarah Amerika Serikat bilamana Amerika Serikat
membutuhkan Amerika Tengah dan Selatan sebagai pasar. Inilah artinya dasar politiknya
"Amerika for the Americans" ialah Amerika buat orang Amerika. Dalam hakekatnya pepatah ini
berarti, bukan saja lagi Amerika di Utara perlu buat pasarnya Amerika Serikat sendiri, tetapi juga
seluruhnya Amerika Utara, tengah dan Selatan hendaknya dimonopoli oleh kapital Amerika
Utara. Politik negatif George Washington kini menidak bolehkan kapital asing bermarajalela
diseluruhnya benua Amerika. Politik meng-isolir, mengasingkan diri dari negara asing, yang
dimajukan oleh Monroe dan berbadan pada Partai Republik, sekarang dalam hakekatnya mengisolir kapital asing di kedua benua Amerika.
Presiden Wilson, bapak Volkbond, Sarikat Bangsa, pemimpin Partai Demokrat dengan
mancampuri Perang Dunia ke I, akhrinya mengisolir Amerika Serikat dari Serikat Bangsa yang
dianjurkan oleh Presiden Amerika sendiri itu, nyatalah sudah Amerika Serikat sudah sampai
ketingkat imperialisme, yang memerlukan pasar buat bahan, hasil pabrik dan penanaman
modalnya. Cuma lembaga (tradisi) dan pertengkaran antara dua partai terbesari itu menyebabkan
Partai Demokrat masih malu-malu kucing.
Perang Dunia ke II ini sekali lagi menarik Amerika Serikat, dibawah pemerintah Partai
Demokrat pula, kerjurang politik "foreign entanglement". Memang almarhum Presiden
Roosevelt dan penggantinya Presiden Truman, sudah terlibat betul dalam imperialisme dunia.
Kehendak Presiden Truman, supaya Amerika "tetap kuat, supaya tetap memegang pimpinan dan
melakukan pimpinan itu untuk perdamaian dunia" adalah hasrat dan perkataan tepat-jitu
seseorang wakil imperialisme tulen. Usaha campur tangan "mendirikan Korea yang demokratis",
membantu anak angkat Tiongkok yang "merdeka dan demokratis" dengan Y.M.C.A (Kumpulan
Pemuda Kristen), modal dan penasehat militer dsg, memproklamirkan "Commonwealth Filipina"
yang "berdaulat dan merdeka" penuh tetapi mendudukan tentara atau armada Amerika di Filipina
"berdaulat dan merdeka" itu pada tanggal 4 Juli tahun ini dan menduduki semua pulau yang
penting buat siasat perang diseluruh Lautan Teduh ……….memang semuanya perbuatan
imperialis 100% yang diselimuti dengan perkataan "perdamaian dunia" dsb, yang lazim dipakai
oleh "Winston Churcil dan Tenno Haika. Hilanglah ketakutan Amerika Serikat akan terlibatnya"
dalam politik luar negara sesudah perang dunia ke II ini. Lenyaplah keinginannya hendak
"menyingkirkan" diri dari diplomasi yang aggreisf. Amerika Serikat sekarang sudah terikat oleh
kapital yang ditanamnya disluruh dunia dan politik imperialisme yang dilakukan diseluruh Asia
Timur dan lautan teduh.
Pasar buat bahan, hasil pabrik dan tempat menanam modal Inggris, jajahan dalam arti
sebenarnya berada di Afrika, Asia Dekat dan Tengah. Terhadap Afrika dan Asia Inggris bersikap
sipenjajah tulen. Di Eropa Barat dan Tengah INggris mempunyai pasar pula buat menjual barang
pabriknya dan menanam modalnya. Buat menjaga pasranya itu dia menjalankan politik memecah
dan mengadakan "block". Negara yang besar dipecah atau dikepung. Nederland yang kuat diabad
ke 17 dipecah menjadi Negara BElgia dan Belanda sekarang. Perancis yang kuat dijaman
Napoleon, dikepung dan diperangi oleh "block" beberapa negara Eropa dibawah pimpinan
Inggris, Germania dibawah Leiser di kepung dan diperangi oleh "block Negara" dibawah
pimpinan Inggris (1914-1918). Germania dibawah Nazi dikepung dan diperangi oleh "Block
Negara" dibawah pimpinan Inggris (1939-1945). Sekarang Negara Soviet-Rusialah yang terkuat
di Eropa. INggris sedang berusaha keras mengadakan "block Negara" di Eropah Barat, disekitar
Lautan Tengah dan di Asia Dekat dan Tengah. Jalan terpenting buat Inggris ke Hindustan ialah
Terusan Suez dan kedua Trans-Jordania-Irak. Sjahdan Irak seperti juga Iran amat penting sekali
buat imperialisme INggris, berhubung dengan minyak-tanah dan jalan darat dan duara pergi ke
India. Disinilah Inggris sekarang berusaha mengadakan "Block Negara" Turki-Arab dibawah
pimpinannya menentang Soviet Rusia. Kabarnya konon di Irak berada 200.000 serdadu Inggris.
Soviet Rusia tentulah insaf betul akan maksud Inggris terhadap dirinya dimasa ini. Soviet Rusia
tentunya belum lupa akan sikap Inggris terhadap driinya dari waktu berdirinya pada tahun 1917
sampai pecahnya perang Germania-Rusia tahun 1941. Soviet Rusia membalas aksi ekonomi dari
pihak Inggris dengan aksi ekonomi dan aksi diplomasi dengan aksi diplomasi pula. Produksi
mingak di Rumania yang dahulu dikuasai Inggris sekarang jatuh ketangan Rusia. Di Iran rupanya
Rusia bisa mendapatkan hak mendirikan kongsi mingak dengan Iran. Dengan begtiu maka
monopoli Inggris-Amerika di Iran terancam oleh kongsi Rusia-Iran. Oleh musuh Rusia tindakan
Rusia semacam ini dikatakan tindakan imperialisme merah. Terjemahan semacam itu
memangnya gampang dimengerti dan dipercayai oleh otak yang kurang kritis, apalagi oleh
semangat yang memang berat sebelah. Tetapi dalam suasana pergulatan hidup mati antara yang
mem-block dan yang diblock yang diperdalam pula oleh pertentangan lama antara SISTEM
SOCIALISME dan SISTEM-KAPITALISME, susahlah dicari titik berhentinya politik
SOcialisme yang mempertahankan diri dan titik melangkahnya politik imperialisme-merah atau
putih dan akchirnya mana yang "sebab", mana pula yang "akibat".
Teranglah sudah disekitarnya negara Iran-Irak dan Turki berada "bisul" peperangan yang
sewaktu-waktu bisa meletus. Inilah bisul yang pertama.
Di Asia Timur umumnya di Korea chususnya dimana Trusteeship Rusia berdampingan dnegan
Trusteepship Amerika berada "bisul" peperangan yang sewaktu-waktu pula bisa meletus.
Inilah bisul yang kedua.
3. Disekitarnya Pertentangan.
Pertentangan yang mencolok mata dalam beberapa hal-ichwal kehidupan manusia dalam
masyarakat socialisme di Rusia dan dalam masyarakat kemodalan, seperti di Amerika, Inggris
dll. Ialah:
a. Dalam hal Politik.
Di Soviet Rusia. Pada permulaan revolusi di tahun 1917, maka pemerintah negara berdasarkan
"Diktatornya Kaum Proletar: dalam arti proletar mesin dan tanah dibawah pimpinan Partai
Komunis, yang ber-anggota beberapa puluh ribu orang saja, memaksakan kemauannya atas
seluruh penduduk Rusia, yang lebih kurang 150 juta itu. Dalam pemilihan umum yang baru lalu
Partai Komunis dengan anggota dan calonnya sudah menjadi beberapa juta dan jumlah pemilih
sudah hampir 100 juta orang. Kekuasaan tetap ditanggannya pekerja dalam pabrik, tambang dan
pertanian.
Didunia kemodalan.
Dalam masyarakat, dimana kekuasaan (birokrasi), kekayaan dan kebudayaan dipegang oleh
kaum Borjuis (Bankir, Pabrikant, Saudagar dengan para pembantunya propesor, pembesar
Negara, Pangreh Praja, Jurnaist, Pendeta dsb), maka pemilihan umum itu Cuma berarti
memindahkan kekuasaan engara dari tangannya satu golongan kaum borjuis ketangan golongan
borjuis yang lain. Dengan perkakas pemerintah yang berupa birokrasi, dibantu oleh alat
propaganda yang kuat, maka beberapa biji kaum kapitalist itu bisa memaksakan kemauannya
atas seluruh Rakyat. Dalam masyarakat kapitalis, maka demokrasi itu adlaah satu kedok buat
menutupi muka kediktatoran beberapa biji kapitalist atas seluruhnya rakyat.
b. Dalam hal bahan.
Soviet Rusia berbahagia mempunyai hampir semuanya macam bahan kodrat seperti arang,
minyak tanah dan listrik, hampir semuanya bahan logam, seperti besi, mas, perak, platina dll,
hampir semuanya bahan pemakaian, seperti kapas, wol, kayu, kecuali getah, tetapi bisa diganti;
dan akhirnya makanan yang melimpah, karena tanahnya luas dan subur, Soviet Rusia tak begitu
membutuhkan bahan dari luar.
Inggris Cuma kecukupan arang saja. Minyak didatangkan dari semua plosok dunia. Besi tak
cukup; mesti didatangkan dari luar. Timah dari Malaya. Hampir semua logam yang lain-lain tak
terdapat di Inggris. Kapas kurang halus dari Hindustan. Yang halus dari SUDAN (Mesir). Getah
dari Malaya. Cuma + 40% barang makanan bisa dihasilkan di Negara Inggris sendiri. Sebagian
besar dari daging atau gandum mesti didatangkan dari luar (Argentina, Australia, Hindustan dll).
Amerika Serikat berbahagia pula memiliki alam yang mengandung hampir semuanya jenis bahan
Timah dan getah yang tidak ada di Amerika Serikat bisa diperoleh di Amerika elatan. Cuma
boleh jadi sekali minyak tanah sudah hampir kering dipompa ddari kandungan bumi Amerika
Serikat. Kapitalist Amerika sudah lama insyaf akan hal ini. Sebab itulah maka Standard Oil Co.
mempertajam hidungnya mencium-cium dimana ada minyak dan sudah lama mempererat
cengkramannya pada kebanyakan sumber minyak di lua Amerika. Getah dan Timahpun adlaah
persoalan terpenting buat perindustrian terpenting di Amerika Serikat ialah per-industrian-oto
dan pesawat terbang.
c. Dalam hal perburuhan.
dengan hancurnya beberapa biji kapitalis serta jatuhnya alat produksi ditangan masyarakat buat
masyarakat, dengan lenyapnya "hasrat mencari untung", lenyapnya" dasar produksi yang
anarchistis" dan lenyapnya "kebiasaan berlomba-lomba menghasilkan dan menjual murah"
seperti didunia kapitalistis, maka kedudukan Rkayat di Soviet Rusia, tidak lagi bertinggi
berendah, kedudukan buruh dan majikan, melainkan kedudukan mereka sesama pekerja.
Perbedaan tentulah tak akan lenyap begitu saja, karena terbawa oleh pengaruh lama dan
pengaruh kapitalisme disekitar Soviet-Rusia. Perbedaan terbawa pula oleh perbedaan pekerjaan,
tetapi perbedaan itu makin lama makin berkurang, selama pengisepan tenaga kaum buruh oleh
majikan tiada berlaku, selama produksi bukan dilakukan buat mencari untung oleh beberapa biji
kapitalist yang berlomba-lomba, melainkan buat keperluan masyarakat seluruhnya menurut satu
perhitungan, selamanya itulah pula crisi dan pengangguran tetap (permanent unemployment) tak
akan dikenai di sosialistis Rusia.
Sekaya kayanya Amerika (dan INggris) syah dan selama penghasilan cuma buat memburu
untung sebesar-besarnya oleh beberapa biji kapitalist dengan jalan berlomba-lomba
mempertinggi technik, mengurangkan gaji bruh dan mengurangkan banyaknya buruh dipakai
maka keududkan Rakyat dalam garis besarnya adlaah kedudukan majikan dan buruh, bertinggi
berendah dan kedudukan yang mengancam dan terancam.
Kaum buruh ialah bagian penduduk yang terbesar dalam masyarakat itu, selalu terancam oleh
pengangguran. Adapun pengangguran itu adlaah suatu penyakit yang tetap terkandung oleh
masyrakat kapitalisme. Penyakit pengangguran itu bisa lenyap kalau kapitalisme dan kaum
kapitalist sendiri lenyap dari muka bumi Amerika, Inggris & Co.
Sebelum perang dunia kedua ini, maka pengangguran tetap di Amerika Serikat mengenai kurang
lebih 11 juta orang dan Inggris kurang lebih 2 juta orang.
d. Dalam hal pertanian.
Dengan lenyapnya Latifudian (tanah NIngrat) yang sering ratusan K.M persegi luasnya dan
lenyapnya kasta kaum Ningrat di Rusia, maka lenyaplah pula tindasan dan isapan kaum Ningrat
atas tenaganya buruh tanah dan lenyaplah pula akhirnya proletar tanah dalam arti lama. Dnegan
kemajuan kollektivisme (kerja bersama) dan mekanisasi (pemakaian mesin) maka timbullah
kaum pekerja tanah disamping pekerja pabrik dan tambang.
Kedudukan buruh terhadap majikan (tani terhadap tuan tanah) bertukar menjadi kedudukan
pekerja terhadap pekerja: sama rata.
Di Amerika dan INggris pengisapan dan penindasan farmers (tuan tanah) besar dan menengah
terhadap jutaan buruh tanah, ialah mereka yang hidup dengan gaji semata-mata masih marajalela.
Seperti buruh mesinmaka buruh tanah di Amerika, Inggris dll, masih menderita tindasan dan
pengisapan dan masih terancam oleh pengannguran yang mengenai jutaan manusia pada waktu
yang tetap pasti datangnya.
e. dalam hal kebangsaan.
Di Soviet Rusia perbedaan bentuk badan, besar tubuh, warna kulit dan perbedaan bahasa dan
kebudayaan satu golongan manusia dengan golongan manusia lainnya tiada lagi menimbulkan
pertentangan, pembencian dan permusuhan. Soviet Rusia sanggup memusatkan semua
persamaan diantara satu golongan manusia dengan golongan manusia yang lain, umpamanya
dalam keperluan hidup (politik dan ekonomi). Sanggup pula memberi kelonggaran pada
perbedaan, umpamanya tentangan bahasa dan kebudayaan. Dengan memakai bahasa Rusia
sebagai bahasa pengantar buat seluruhnya Soviet Rusia dan membiarkan bangsa kulit putih,
Turki, Mongolia memakai dan memajukan bahasanya sendiri dalam satu "federasi", besar atas
sistem socialisme, maka pertentangan kebangsaan hilang lenyap.
Pertentangan kebangsaan hilang lenyap. Pertentangan majikan dan buruh yang melekat pada
sistem kapitalisme memperdalam perbedaan bangsa dan bangsa, dalam sesuatu masyrakat
kapitalisme. Dalam negara Amerika Serikat yang membanggakan "demokrasi" dan
"kemerdekaan" itu, ada tempat dalam kereta api umpamanya, yang tiada bisa dimasuki oleh
bangsa Neger. Bangsa yang malang ini acap kali menderita serangan kejam, yang termashur
didunia dengan perkataan "lynch", ialah "pukulan sampai mati", kalau ada orang hitam yang
melanggar atau disangka melanggar kehormatannya (perampunan) bangsa kulit putih. Orang
berwarna di Afrika Selatan amat dipisahkan tempatnya dengan orang kulit putih baik dalam
ekonomi, politik ataupun pergaulan hari-hari saja. Dalam kereta kndaraan sering tertulis "for
white men only", Cuma buat orang putih saja.
Masih segar dalam peringatan kita tulisan di Syanghai dikebun umum",Chinese and dogs are not
allowed", Tionghoa dan anjing terlarang masuk.
4. Kemungkinan pertentangan.
Sejarah masyarakat kita yang mengandung pertentangan socialsime itu, logisnya, bisa
menimbulkan 4 kemungkinan. 1.e Kapitalisme menang dan socialisme lenyap, 2.e Keduanya
socialisme dan kapitalisme bersama-sama masyarakat manusia hilang lenyap, 3.e Kapitalisme
dan socialisme berkompromis, 4.e socialisme menang sempurna.
Bahwa kapitalisme akan menang sempurna dan socialisme akan lenyap sama sekali, tidaklah
mungkin. Skearangpun dinegara kapitalistis yang sekuat-kuatnya, socialisme adalah satu fator,
satu kekuatan yang tiada bisa dibatalkan. Di Amerika atau Inggris adalah "undang-undang
perburuhan" yang menjamin penghidupan (walaupun sederhana) kaum proletar. Hak kaum bruh
mendirikan kumpulan dan surat kabar dan mengirimkan wakilnya ke Dewan-Perwakilan sudah
lama diakui dan dijalankan di Amerika, Inggris dll. Negara kapitalistis.
Bahwa socialisme dan kapitalisme keduanya bersama masyrakat manusia kita akan lenyap dari
muka bumi, tiadalah perlu banyak diperundingkan. Kemungkinan itu memang ada, umpamanya
kalau negara socialistis dan sarekatnya berperang habis-habisan dengan Negara kapitalis dan
sarekatnya memakai senjata yang tiada lagi mengindahkan peri kemanusiaan. Tetapi
kemungkinan ini beralasan pula atas kemungkinan, bahwa manusia itu sudah tak berakal dan
berkemanusiaan lagi. Dengan perkataan lain: manusia itu bukan manusia lagi.
Lebih mungkin hal 3, bahwa kapitalisme dan socialisme akan berkompromis, atau dnegan jalan
ambil mengambil, atau sebagai dua sistem yang bertentangan, tetapi hidup sebagai dua tetangga
yang berdamai atas dasar hormat-menghormat.
Kemungkinan ini bisa berlaku, kalau beberapa syarat bisa pula berlaku.
PERTAMA: pada satu pihak dunia Socialistis cukup mempunyai "bahan" buat per-industriannya
buat menjamin penghidupan yang cukup tinggi buat penduduknya dan teknik yang cukup kuat
buat pertahanan masyarakatnya terhadap serangan Dunia Kapitalistis yang mungkin terjadi. Pada
lain pihak Dunia Kapitalistis mesti tetap punya pasar buat membeli bahan pabrik, pasar buat
menjual hasil pabrik dan daerah buat menanam modalnya. Karena modalya dan pabriknya kaum
kapitalist senantiasa bertambah besar itu adalah syarat hidupnya kapitalisme pada satu pihak,
tetapi pada pihak lain jajahan dan pasar sekarang saja sudah amat sempit buat seluruhnya
kapitalisme didunia, maka susahlah kalau tidak mustahil, yang dunia kapitalisme bisa terus
hidupnya. Atau dunia kapitalisme akan terpaksa bertempur dengan dunia Socialisme atau akan
meletus kegembungan diri sendiri.
Tiap-tiap krisis, pengangguran dan pemogokkan umum didunia, kapitalistis diwaktu damaipun,
akan menambah simpati kaum proletar dinegara kapitalistis tehradap negara socialistis yang tak
mengenal penyakit krisis, pengangguran dan pemogokan umum semacam itu.
Sebaliknya pula kebusukan negara kapitalistis itu akan menambah cemburu, kecurigaan dan
kebencian kaum kapitalistis dinegara kapitalistis terhadap kemakmuran dan ketenraman social
dan Negara Socialsitis itu. Pada lagi diwaktu revolusi dalam salah satu Negara Kapitalstis atau
dimasa peperangan imperialistis, sudahlah buat Negara Socialistis dan Negara Kapitalistis buat
menjauhi peperangan satu sama lainnya.
KEDUA: pembagian hasil diantara kaum kapitalist dan kaum buruh, yang berupa untung dll.
(termasuk bunga uang gaji dan pensiun) buat kaum borjuis serta upah buat kaum proletar,
haruslah semangkin lama semangkin mendekati sama rata dengan tidak melalaui jalan revolusi.
Tetapi kesulitan penyelesaian itu dengan damai amat susah sekali diperoleh, kalau tidak
mustahil. Karena memperbesar upah buat kelas-buruh berarti memperkecil untung buat kaum
borjuis. Kalau untungnya kecil, maka bungan uang buat meminjam modal itu sendirinya naik.
Sendirinya pula harga barang pemakaian sehari-hari naik. Sendirinya pula, akhirnya, upah yang
diperbesar tadi dibatalkan oleh harga-harga keperluan buruh sehari-hari naik itu. Kenaikan upah
itu tak berguna. Kaum buruh perlu berusaha kembali menaikan upahnya dengan jalan
pemogokan. Lain pula kalau upah buruh amat tinggi, maka kaum borjuis mencoba mendapatkan
dan memakai mesin baru yang lebih cepat dan kuat (mekanisasi). Dengan begini maka terpaksa
pula sebagian kaum buruh dilepas, sebab mesin baru yang cepat-kuat tadi membutuhkan sedikit
orang saja. Dengan bagitu maka timbullah pula pengganguran. Semua percobaan buat
menaikkan upah dengan jalan pemogookan dari pihak kaum pekerja dan jalan mengurangi
banyak pekerja (pengangguran) dengan jalan mekanisasi dari pihak kaum kapitalist, ialah bunga
api yang sewaktu-waktu bisa membakar minyak tandah revolusi dalam masyarakat kapitalisme.
KETIGA: Kedudukan Negara Penjajah dan Negara Terjajah (seperti Inggris dan Hindustan)
mesti dengan secara damai pula mendekati keadaan dua Negara Merdeka. Tetapi buat Negara
Penjajah ini berarti kehilangan pasar buat membeli bahan yang tetapi-murah, kehilangan pasar
tempat menjual hasil pabriknya dengan harga tetap mahal dan kehilangan daerah yang tetapaman buat menanam modal yang tetap besar untungnya. Karena kemerdekaan tulen buat Negara
Terjajah itu berarti mengendalikan harga bahannya dan dimana bisa memakai bahannya itu untuk
pabriknya sendiri. Selainnya dari pada itu memakai pasar dalam negaranya sendiri buat menjual
hasil pabriknya sendiri dan kalau perlu dengan menolak sama sekali masuknya atau mempajaki
barang pabrik Negara Asing ynag bisa menjadi saingan buat hasil parbiknya sendiri. Akhirnya
dimana ada kesempatan negara dulunya terjajah, tetapi sekarang Merdeka tulen (andaikan secara
kapitalis itu, tentulah akan memakai daerahnya sendiri buat menanam modalnya sendiri. Pada
tingkat permulaan mungkin sesuatu Negara baru Merdeka itu mau dan perlu memakai modal
asing, tetapi dalam tempoh sedikit saja modal asing itu akan takut dan ngeri sendiri melihat
kemajuan dan persaingan hibat dari Negara baru itu. Umunya Asia dan Afrika mempunyai
banyak bahan dan tenaga yang murah harganya. Membangunkan kapitalisme Asia seluruhnya
berarti buat kapiltaisme Eropa dan Amerika membangunkan saingan perdagangan yang kalau
diperbandingkan dengan perdagangan Jepang sebalum perang Dunia ke II, adlaah seperti
perbandingan gajah dengan lalat.
KEEMPAT: Ketiganya Almarhum Negara Facist, yakni Germania, Italia dan Jepang tetap bisa
dikangkangi dan diinjak lehernya. Ini membutuhkan kekuatan dan persatuan kokoh antara Bekas
Sekutu, ialah Inggris-Amerika dan Rusia. Sedikit saja kekuatan atau persatuan mengangkangi
dan menekan ketiga negara yang berjumlah penduduk + 200 juta itu longgar, maka akan
bangunlah kembali negara Bekas Fascist yang akan mendapatkan bermacam-macam jalan buat
menibulkan kembali perlawanan membalas dendam. Sekarang belum lagi negara menang
berunding dengan negara kalah buat menentukan nasib negara-kalah itu, sudah timbul
percekcokan haibat antara 3 negara menang, yakni Inggris, AMerika dan Rusia.
Boleh jadi sekalii kalau perundingan sudah dimulai akan timbul pertentangan, malah
permsuuhan yang haibat, yang tak bisa dipadamkan. Sekarang pun sudah terdengar-terdengar
kabar, bahwa masing-masing negara menang akan mengurus perdamaian dengan bagian negara
kalah yang didudukinya saja. Dengan begitu, maka negara kalah akan berupa terbagi-bagi.
Tetapi begitu pula negara menang. Jikalau negara menang itu, terbagi-bagi, maka akan
terbukalah jalan buat mereka negara kalah dengan jalan tertutup, setengah terbuka dan akhirnya
terang-terangan bersatu-diri dan mengadakan perlawanan seperti dilakukan di Germania sedudah
perang dunia ke I. Pakah jalan persatuan dan imperialisme Germania itu kelak akan dipimpin
oleh partai fascist pula atau oleh bentuk lain, bolehlah diserahkan kepada sejarah saja. Tetapi
sudahlah beberapa kali sejarah Germania membuktikan, bahwa bangsa Germania tak bisa
dikangkangi, dikenalikan oleh negara asing ataupun dibagi-bagi kedaulatan, kemerdekaan,
daerah atau administrasinya, buat selama-lamanya.
Mengingat kesulitan 4 perkara ini sebagai syarat buat negara socialistis dan negara kapitalistis
mengadakan kompromis, maka keadaan berkompromis itu adalah seolah-olah suwarga yang
mesti didapat selelah melalui jembatan rambut menyeberangi api neraka.
Kemungkinan terakhir, 4e. ialah: Kemenangan sempurna pada pihak socialisme atas kapitalisme.
Ini tiada akan berarti, bahwa kapitalisme akan lenyap sama sekali. Sebab hasilnya (positiveresult) yang dibawa oleh kapitalisme ialah teknik, administrasi dan kerja bersama dalam sesuatu
perindustrian, akan dibawa terus, bahkan dimajukan olhe socialisme. Kemenangan socialisme
yang sempurna berarti, bahwa sosialismelah sistem yang akan diakui dan dijalankan diseluruh
dunia. Dalam garis besarnya ini berarti: usaha mencocokan produksi dan distribusi dengan cara
teratur (rational) kerja bersama (cooperation), dan tergabung (coordination), untuk kemakmuran
tiap-tiap anggota masyarakat yang bekerja disluruh dunia. Akan lenyaplah cara menghasilkan
menurut kehendak dan keperluan seseorang kapitaliset, buat mencari untung seseorang diri.
Akan hilanglah perlombaan menjual murah dan mencari untung besar dan berhubung dengan itu,
hilanglah pengangguran, krisis, imperialisme, peperangan dan penjajahan.
Alasan buat kepastian kemenangan SOCIALISME atas KAPITALISME adalah bermacammacam, diantaranya adalah:
PERTAMA: dalam hal politik.
Dalam masyarakat kapitalis, maka beberapa biji kapitals dengan hartanya membikin birokrasi
dan menyewa kaki-tangannya buat menindas dan menghisap golongan terbesar dalam
masyarakat, ialah pekerja otak, yang mengancaukan masyarakat itu sudah dimiliki oleh
masyrakat mesin dan tanah. Salam. Masyarakat socialistis, maka harta perseorangan buat
kemakmuran tiap-tiap anggota masyrakat. Dalam masyarakat semacam ini kekuasaan politik
tiada lagi dimonopoli oleh beberapa biji kapitalist buat kepentingan dirinya sendiri, melainkan
oleh semua yang bekerja.
KEDUA: Dalam hal ekonomi.
Dalam masyarakat kapitalist pendapat baru (teknik) dipakai baut pemukul perusahaan saingan.
Mesin baru bisa mengadakan barang yang lebih banyak, lebih bagus dan lebih murah. Tetapi
sebaliknya sering pula mesin baru dibelu oleh satu monopoli, tersu dibuang atau dipnedam
karena takut, akalu mesin baru menimbulkan terlampau banyak pengangguran, jadinya
mengguncangkan pasar pula. Kalau pengangguran tiba-tiba terjadi, maka sebagian besar kaum
buruh kehilangan upah. jadinya mereka tidak sangup membeli apa-apa walaupun mesin baru bisa
mengadakan barang yang bagus dan mura. Kalau barnag tak laku, pabrik terpaksa pula ditutup.
Masyarakat socialistis, yang tidak berdasarkan concurrentie itu, melainkan berdasarkan
perhitungan atas apa dan berapa keperluannya masyarakat itu, akan bergembira kalau seseorang
anggotanya mendapatkan mesin baru baut memperbanyak, mempercepat dan memperbagus
hasilnya. Syahdan keperluan dan keinganan manusia itu tak ada hingganya. Sesudah keperluan
makan tertutup, orang mau pakaian. Seusdah keduanya tertutup, orang mau kendaraan.
Seterusnya orang mau bunyi-bunyian dll. Makan dan minumanpun adalah bermacam-macam
tingkatnya, dari yang perlu buat hidup seperti nasi, sampai ke gorang ayam, sate pergedel dll.
Pakaian: dari celana karung sampai mori, palmbeach dsgnya. Kendaraan: dari kuda dan kereta
angin sampai ke oto dan pesawat terbang. Bunyi-bunyian dari biola sampai radio. Demikianlah
seterusnya, dari yang perlu sampai kesetengah mewah dan mewah. Berhubung dengan tak ada
batasnya keinginan manusia itu maka tak pula ada batasnya buat kemajuan teknik dan temannya
itu ilmu. Produksi bisa menghubng setinggi-tingginya.
Seperti sudah dibayangkan lebih dahulu, maka dalam masyarakat kapitlaistis tak ada kecocokan
antara produksi dan distribusi. Barang itu dihasilkan oleh beberapa biji kapitlaist, dengan tak
merembukan banyak dna sifat barangnya satu sama lainnya, menurut rancangan. Kemjuan
barnag tadi dijual dipasar dan dieli oleh yang mampu saja. Mungkin barnag itu kurang, kalau
kemampuan melebihi. Mungkin pula barang itu kelebihan, aklau kemampuan si pembeli
kekurangan. Celakanya kalau barnag itu kekuranga, maka harganya naik, dan untungnya bsear.
Dalam hal ini beberapa biji kapitalist yang sama-sama menghasilkan barang yang kurang tadi,
dengan tidak berembuk satu sama lainnya memperbanyak barang sekuat-kuatnya. Tiab-tib
barang itu melimpah. Harganya merosost. Untung kecil, hilang berganti menjadi kerugian.
Parbik terus ditutup dan pengangguran timbul.
Dalam masyarakat socialistis, maka banyak dan sifatnya barang yang akan dihasilkan dihitung
lebih dahulu oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Banyak dan sifatnya
hasil semua (pabrik, tambang, kebun) yang sudah dimiliki oleh masyarakat itu, dicocokkan lebih
dahulu dengan keperluan dan haknya anggota masyrakat yang bekerja. Banyak hasil dan
pemakaian hasil tiadalah diombang-ambingkan oleh kekuatan membeli seseorang anggota
masyarakat lagi, melainkan didasarkan atas perhitungan yang nyata, ialah keperluan masingmasing anggota yang bekerja. Dalam masyarakat yang socialsitis perhitungan itu masih
berdasarkan upah orang yang bekerja, atau sebagaian atas upah dan sebagian atas keperluan
masnusia umumnya. Dalam masyarakat komunisme penghasilan (produksi) berdasarkan: tiaptiap orang kerja menurut kesanggupannya. Pembagian hasil berdasarkan: tiap-tiaporang
mengambil hasil menurut keperluannya.
KETIGA: Dalam hal diplomasi.
Dalam masyarakat dunia kapitalis makaNegara yang kapitalistis yang kaya dan kuat dalam
kemiliteran dan teknik bisa memaksa kemauannya sendiri atas negara yang lemah buat dijadikan
jajahan: ialah pasar tetap buat membeli bahan, menjual hasil pabrik dan mengembangkan
modalnya. Pemaksaan itu (Imperialisme) menimbulkan peperangan dengan Negara lemah tadi
atau dengan engara lain karena ingin pula mempunyai jajahan seperti tu atau lantaran takut kalau
negara perampas bermula akan bertambah kuat dan bertambah berbahaya buat dirinya sendiri.
Dalam masyarakat dunia socialistis, semua bahan dunia bisa di hitung dan dikumpulkan oleh
satu badan yang dibentuk oleh masyarakat dunia itu. Barang bahan itu bisa diperoleh diri sesuatu
negar ayng punya, dengan penukaran dengan hasil pabrik atau uangnya negara yang
membutuhkan barang bahan itu. Dengan hilangnya rebut-merebut pasar buat membeli bahan dan
menjual barang-pabrik dengan lenyapnya usaha mencari untung dan bunga uang, maka hilanglah
pula alasan dan dasar yang terpenting buat peperangan.
Keuntungan masyarakat socialistis dalam hal social, kebudayaan dll, amat terlampau banyak.
Tetapi kelebihan kekokohan masyarkaat socialsitis dalam hal politik, ekonomi, dan diplomasi
seperti diuraikan diatas tadi sudah cukup memberi jaminan bahwa masyarakat socialsitis mesti
menang. Sejarah masyarakat sudah membuktikan bahwa masyarakat socialistis mesti menang.
Sejarah masyarkaat sudah membuktikan bahwa masyarakat yang lebih kokoh ekonomi, teknik
dan politiknya menggantikan yang lebih lemah masyarakat feodal menggantikan masyarakatbudak, dan masyarakat kapitalistis menggantikan masyarakat feodalistis. Sekaranglah jamannya
buat maysarakat socialistis menggulingkan masyarakat kapitalsitis. Atau dunia kita terpaksa
kembali menjunjung "undang-undang rimba" (the law of the jungle) dalam pergaluan satu negara
dengan lain. Dengan bertambah cepatnya maju teknik perang (bom-atom) maka bertambah
cepatlah pula masyarakat kapitalistis itu didorong oleh "undang-undang rimba" itu keperang
dunia ke II smapai hancur lebur semuanya masyarakat kita manusia.
5. U.N.O sebagai PENDAMAI.
Buat menegakkan perdamaian dunia belumlah cukup kalau League of Nations (Serikat Bangsa)
ditukar saja dengan United Nations Organitation (UNO). Tidak saja namanya, tetapi juga
"sikapnya" mesti ditukar.
League of Nations, lebih dikenal dijaman penjajahan Belanda dengan nama Volkenbond, cukup
penting dan mulia maksudny, ialah: menyelesaikan perselisihan Negara dan Negara dengan jalan
perundingan Cukup kuat pula "sanction"nya, ialah hukuman atas negara bersalah sabagai
jaminan satu sesuatu putusan bersama dalam League itu. Kalau nyata sesuatu negara bersalah
karena memahayakan perdamaian dunia, maka negara itu harus dibekot. Tetapi Jepang yang
sudah nyata salahnya, akrena terang bersikap ceroboh (aggressive) di Mansyuria terhadap
Tiongkok (1931) tiada dibekot. Sebabnya itu ialah lantaran pembekotan terhadap Jepang itu
dianggap pembukaan peperangan dunia. Jadi orang takut akibatnya menjalankan putusan League
of Nations tadi. Putusan bulat dari semua negara anggota, kecuali Siam. Ketakutan League of
Nations kepada akibatnya membekot Jepang, menimbukan akibat yang lebih menakutkan lagi.
Kecerobohan Fascit Italia terhadap Abessinia dan kecongkakan Musolini terhadap League segera
dibuntutui dengan kecerobohan Nazi Germania terhadap Polen, Norwegia dll. Di Eropah dan
kecongkakan Hitler terhadap League. Akhirnya maka "sikap" lemah, takut akibat-kecil tadi
berujung pada perang dunia ke II, akibat sebesar-besarnya.
Kalau U.N.O dari mulanya akan bersikap lemah pula seperti Badan yang diwarisinya maka
U.N.O pun akan mewarisi nasibnya League of Nations. Tidak saja U.N.O harus mempunya
wujud yang nyata, organisasi yang teguh, serta "sanction" yang terang tertulis, tetapi terutama
pula U.N.O mesti berani menanggung akibatnya menjalankan sesuatu putusan yang syah.
Seperti League of Nations, maka U.N.O bermaksud penting mulia menegakkan perdamaian
dunia dengan jalan menyelesaikan pertikaian negara dan negara. Sanctionnya U.N.O lebih tegas,
pasti dan kuat dari sanction-nya League of Nations.
Kalau sesuatu negara ternag ceroboh, maka menurut undang-undang U.N.O, tidak saja harus
dibekot dalam arti ekonomi atau perhubungan, tetapi juga boleh digempur.
Sifatnya sesuatu kecerobohan itu terang pula termaktub dengan ANggaran Dasarnya U.N.O
kecerobohan itu dalam hakekatnya didasarkan atas pelanggaran dua hak sesuatu bangsa, yakni L
pertama menentukan pemerintahnya sendiri (right of self determination) dan kedua
mempertahanakan Kemerdekaan Negaranya (right of self defence).
Pelanggaran itu berlaku, kalau salah satu dari lma perkara yang ditentukan pada salahs atu
conferensi dunia berlaku, ialah: 1e. kalau sesuatu negara mengumumkan perang pada negara lain
(sudah tentuyang bukan menyerang!), 2e. mengerahkan tentara daratnya buat menyerang, 3e.
mengerahkan armadanya dan pesawat terbangnya, 4e. mempersenjatai sesuatu golongan dalam
negara lain yang menyerang negara lain itu, 5e. mengepung ekonominya negara lain (blokade
ekonomi).
Yang akan menjadi ujian buat U.N.O kelak terutama sekali adalah dua persoalan:
1. bagaimana sikap U.N.O terhadap bangsa yang melepaskan dirinya dari salah satu bentuk
penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan yang diperolehnya, terhadap serangan
luar.
2. Bagaimana sikap U.N.O terhadap negara yang maju dnegan perminataan mempunyai
pasar-tetap, baik berupa protection (perlindungan), commonwealth ataupun free state?
(persoalan "the haves and the haves not").
PERSOALAN I
Berhubung dengan persoalan 1.e, apakah U.N.O akan menganggap sesuatu negara yang
"menyerang" satu bangsa yang memerdekakan dirinya dan mempertahankan kemerdekaannya
itu, adalah satu negara "ceroboh"? apakah U.N.O dalam hal ini akan membekot atau mengempur
negara ceroboh itu?
Dalam arti yang tegas-hidup buat Indonesia sekarang pertanyaan itu kita boleh susun, sebagai
berikut:
Apakah si Licik-Pendusta Diplomasi Ingrgis dengan bonekanya si Congkak-Cacah-CamarCeroboh tetapi pengecut-BElanda-noca, yang memakai tentara darat, laut dan udara,
mengadakan pengepungan ekonomi, mempersenjatai dan mengerahkan Jepang dan Bangsa
Indonesia yang bodok-goblik menyerang bangsa Indoneisa yang memerdekakan dirinya dan
mempertahankan kemerdekaannya selama 8 bulan ini, bukan satu kecerobohan?
Kalau belum terang, apakah U.N.O tak patut mengirimkan satu komisi yang terdiri dari beberapa
Negara, termasuk juga negara yang tiada berkepentingan minyak tanah, getah atau timah di
Indonesia ini? apakah sikap INggris dan bonekanya Belanda dibenarkan, apakah ini tidak akan
berarti membenarkan "penjajahan" dan membatalkan "hak kemerdekaan sesuatu bangsa" (right
of self-determination_ dan "hak mempertahankan diri"(right of self-defence) ialah dua tiang
tempat berdirinya U.N.O?
Kalau seandainya Inggris dan bonekanya Belanda, memang melanggar kemerdekaan Indonesia
dan memang ceroboh, tiadakah perlu Inggris Belanda dibekot dan digempur? apakah sikap si
lemah " seperti terdahadap Jepang pada tahun 1931" pula yang akan diambil?
Satu pepatah yang masyur sekali berhubung dengan sikap yang mesti dipakai oleh para hakim
dalam satu perkara disalah satu Negara demokratis yang kuno di Indonesia dijaman lampau
berbunyi: "Tiba dimata dipicingkan dan tiba diperut dikempiskan". Artinya itu kalau yang
bersalah itu adlaah berdekatan dengan para hakim maka perkara itu ditutup saja. Menurut dasar
negara itu juga patutlah: "Tinggi kayu aru dilangkahi dan rendah bilang-bilang diseluduki".
Artinya, walaupun yang kirnya bersalah itu berkedudukan tinggi, maka para hakim mesti berani
melangkahi, berani melakukan hukuman, ialah kalau perlu. Jika yang diperiksa itu rendah
kedudukannya dalam masyarakat, maka para hakim harus lebih merendah (hati) lagi: lebih
objective dan lebih ramah-tamah.
Tetapi apakah negara kecil-kecil dan negara besar-ponakan inggris apakah (our cousin) amerika
Serikat, akan bisa, berani mau sampai hati mengambil tindakan terhadap Inggris? teranglah
Amerika Serikat sampai hati "me-atomi" satu negara Asia, seperti Jepang, tetapi apakah Amerika
Serikat akan berani, mau dan sampai hati menegor, membekot atau menggempur Inggris, Nica
kalau terang bersalah?
Apakah dalam hal ii berlaku pepatah kuno diatas: "Tiba dimata dipicingkan, tiba diperut
dikempiskan?
Kalau tidak sanggup, maka Cuma satu jalan yang patut dipilih oleh Amerika Serikat.
"Tinggalkan" U.N.O seperti dulu Amerika meninggalkan League. Kalau Amerika Serikat tetap
tinggal duduk dalam U.N.O maka dia ikut tanggung akibat yang lebih besar: kecerobohan bebas
dari hukuman terus-menerus, bahkan dapat sanction, ialah "cap" pula dari U.N.O sampai ……ke
perang dunia 3.
PERSOALAN II.
Karena rapatnya perhubngan persoalan pertama diatas dengan persoalan kedua, amka dalam
pemecahannya persoalan pertama sudah termasuk pula pemecahan persoalan kedua ini: yakni:
boleh atau tidakkah dibenarkan oleh U.N.O ,permintaan baru untuk mempunyai pasar tetap,
berupa commonwealt atau free state?
Seandainya kelak sesudah beberapa tahun salah satu negara Germania, Italia, Jepang atau
ketiganya serentak bangun kembali atau negara baru seperti Tiongkok atau Brazillia dll,
memajukan permintaan diatas, apakah U.N.O akan menolak saja permintaan semacam itu?
tegasnya, permintaan semacam itu berhubungan rapat dnegan persoalan "the haves and the haves
not", yang punya tak punya jajahan atau pasar tetap.
Dalam hal ini apakah alasan "imperialisme licik, bohong, jahanam INgrgis" dan bonekanya
Belanda-Perancis buat menolak permintaan engara kapitalistis baru, yang memang butuh pula
dnegan pasar itu?
Kalau Inggris, menolak buat orang lain dan emmbenarkan buat dirinya sendiri seperti terhadap
Germania, Italia, Jepang dijaman League, maka akobatnya penolakan itu akan diwarisi pula oleh
U.N.O. kebangunan Germania, Italia, Jepang ditambah negara kapitalistis baru ……..akhirnya
perang dunia ke 3, dan bubarnya U.N.O karena "tak jujur" , munafiknya sendiri.
Kalau Inggris membenarkan negara kalah ditambah beberapa negara baru berjajahan, sedangkan
semua jajahan sudah dibagi-bagi diantara Inggris dan bonekanya, maka ini buat kapitalisme
imperialisme iNggris dan para bonekanya "berhara-kiri" ialah membunuh diri sendiri.
6. INDONESIA, SERBA-SERBI
Penyakit "ist" dan "isme"
"Ist" ialah akhiran kata, beralasan bahasa asing seperti juga "isme". "Ist" mengartikan seseorang,
sebagai pengikut orang yang berarti, umumnya dalam dunia berpikir. Jadi marxist, ialah
pengikutnya Marx. "Isme" ialah paham, sebagia buah pikiran, seseorang ahli pikir. Budhisme
umpamanya, ialah buah pikiran ahli pikir Hindustan dimasa dahulu, bernama Budha.
"Socialisme" banyak coraknya, tetapi yang dinamai "scientific-socialisme", atau socialisme
menurut ilmu pasti dibentuk oleh marx dan teman pembentuknya Engels.
Sesuatu "isme" itu tentulah dibentuk pada "satu masa", dalam "suasana dan keadaan tertentu"
dengan memakai "cara berpikir yang tertentu" serta "wujud dan penjuru penilik yang pasti" pula.
Buhisme diatas dibentuk oleh gautama Budha + 2500 tahun lampau dalam masyarakat pertanian
dan pertukangan yang sederhana dan agak tentram dengan cara berpikir logika berdasrakan
idealisme dengan wujud melenyapkan kasta Hindu buat sama-rata diantara Rakyat dimasa itu.
Socialisme, bentukan marx-Engels, timbul + 100 tahun lampau dalam masyarakat kapitalisme
muda, tetapi bergelora dengan cara berpikir dialektis berdasrakan kebendaan (materialisme)
dengan wujud melenyapkan kelas borjuis menunju masyarakat sama-rata diantara kaum pekerja
seluruh runia.
Banyak sekali bahanya mengakui diri "ist" yang sebenarnya dan mengandung "isme" tulen,
sambil menuduh orang lain,s ebagai "ist" palsu dan pengikut " isme" lancung. Apalagi kalau
masa revolusi dalam iklim yang termasyur panas dalam segala-gala dan dalam masyarakat yang
emngandung 93% buta huruf kita ini.
Banyak orang yang tak bisa membedakan "cara berfikir" (methode) dan buah (hasil) berpikir.
Seorang guru yang mengajarkan "cara" menjelaskan satu persoalan (perhitungan) mungkin salah
perhitungannya sedangkan muridnya mungkin benar. Mungkin si Guru tadi "silap", karena
terburu-buru, salah baca dll, sedangkan "cara" (methode) menghitungnya sudah tentu benar.
Demikian pula tak akan mustahil kalau sekiranya "perhitungan" Marx sendiri-yang manusia
juga-dalam politik, ekonomi dll silap, karena belum nyata semua bukti plitik, ekonmi dll dimasa
hidupnya itu. Meskipun begitu Marx tetap "guru" dalam sebenarnya dalam "cara" berpikir
"dialektika-materilaistis" itu. Dalam hal banding-membanding perhitungan poitik, ekonomi dll.
Di Indonesia dengan paham marx 100 tahun yang lampau orang mesti berlaku awas sekali.
Janganlah dilupakan, bahwa suasana dan keadaan politik, ekonomi dan kebudayaan masyarakat
eropa dahulu dan sekarang berlainan dengan keadaan di Indonesia sekarang. Lagi pula kalau
membawa-bawa Kutzkisme, Leninisme, Stalinisme, Trotzkyisme ke Indonesia ini, janganlah
ditelan paham, perhitungan atau sikap mereka itu bulat mentah begitu saja.
Karena paham perhitungan atau sikap mereka itu adalah hasil perhitungan politik, eknomi,
kebudayaan yang bersejarah berlainan dari pada Indonesia kita dialam panas ini. Akhirnya kalau
meraba-raba pertikaian diantara salah satu isme diatas dengan salah satu lainnya, janganlah lupa
mengemukakan suasana persoalan mereka itu dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya.
Kalu tidak begitu, maka kekacauan yang akan ditimbulkan oleh pengertian setengah-setengah itu
lebih besar dari pada tiada memajukan isme dan pertikaian isme itu sama sekali. Jarang orang
bisa menduga kurban bisikan palsu saja dalam masyarkat yang mengandung 93% buta huruf ini.
Yang beruntung tentulah musuh!.
Lebih baik pakai saja "methode"nya Marx berpikir serta syarat penting dalam socialisme, buat
dilaksanakan atas bahan politik, ekonomi, kebudayaan, sejarah dan jiwa revolusioner Rakyat
Indonesia sekarang ini menentang imperlialisme, buat mewujudkan masyarkat yang cocok
dengan kekuatan lahir batin Rakyat Indonesia dalam suasana internasional yang bergelora ini.
Kalau hasil perhitungan kita itu disetujui dan dijalankan oleh Rakyat Indoensia, maka hal itu
adalah bukti yang senyata-nyatanya, bahwa perhitungan tiada salah tak berapa salahnya. "The
proof of the pudding is in the eatting", pengalaman itulah guru yang sebaik-baiknya.
Ekonomi
Dilain tempat sudah dilakukan kupasan tentangan watak dan daerah kapital internasional di
Idnoensia sebelumnya Belanda menyerah kepada Jepang dibulan Maret 1942. sepintas lalu perlu
dituliskan disini beberapa hal yang berhubungan dengan hal yang tersebut sebagai "gelang
penyambung" saja dalam "ratai karangan" kami ini.
Perusahaan Indonesia dijaman Belanda ialah perindustrian dan pertanian bahan mentah dan
barang mewah. Bahan mentah dan bahan mewah itu tiadalah diadakan buat Rakyat Indonesia
melainkan buat diperdagangkan oleh Belanda dengan negara yang membutuhi. Barang mewah,
seperti teh, kopi, gula tembakau dll. Sebagian besar dipakai oleh Belanda sendiri di Negeri
Belanda, sebagia kecil oleh Rakyat Indoensia, tetapi sebagian besar untuk diperdagngkan
kesemua penjuru dunia. Barang bahan seperti kapok, getah, kopra, sisal, palm-alie dl. Sebagian
besar pula buat diperdagangkan. Hasil tambang seperti minyak tanah, arang, timah, bauxite,
emas, dan intan sebagian kecil sekali di perdagangkan oleh Belanda keluar negeri.
Hampir semua mesin buat pabrik gula, teh, kopi, padi, kina, kopra dll, mesin buat tambang
minyang, arang, timah, emas dll, adalah barang yang bukan dibikin oleh belanda baik di
Indonesia ataupun dinegeri Belanda, melainkan barang yang dibeli oleh pedagang Belanda dari
Inggris, Germania dll. Seperti negeri Belanda sendiri, maka Indoensia bukanlah negeri
tempatnya perindustrian berat, ialah tempatnya "mesin pembikin mesin" atau tempatnya "mesin
ibu". Bukan karena tak ada bahan buat membikin mesin, seperti besi dan campurannya bauxite,
allumunium dll, atau bukan pula karena tak ada modal, tenaga atupun pasar dalam negeri, tetapi
pertama sekali berhubungan dengan kecakapan dan semangatnya si penajjah Belanda, sebagia
penduduk negara pertanian dan pedagang. Kedua berhubungan dengan terikatnya Belanda dalam
hal ekonomi, politik, dan diplomasi kepada iNrggis, tuan besarnya, dengan menimbulkan
persaingan membikin berbagai-bagai mesin di Indonesia ini. Apalagi kalau Belanda itu mendapat
perintah halus (pas op hoor!) dari Inggris "majikanya", supaya jangan sekali-kali berlaku
demikian.
Kapital Internasional di Indonesia ini berpusat pada Anglo-Dutch, Inggris-Belanda. Dalam
perusahaan "mengerok" minyak tanah dari pangkuan bumi kita, seperti BPM yang termasyur itu,
Inggris menanamkan modal 40% dan Belanda 60%. Ini belum berapa hebat eratnya ikatan
Inggris kelehrnya kapitalist Belanda di Indonesia yang oleh dunia luar dikenal sebagai "DustchEst-Indies (Hindia Belanda). Kalau dikaji pula dalam-dalam artinya "perjanjian" Anglo-Dutch
tentangan "getah dan timah" di Mlaya dan "getah dan timah" di Indonesia buat mengendalikan
pasar di dunia dan artinya Singapura buat export dan import keluar dan ke dalam Indonesia ini,
maka dibelakang tanda nama (naambord) "Dutch-Indies: itu sebenarnya tertulis "Anglo-DutchIndies".
Disekitarnya kapital "Anglo-Dutch" itulah terdapat kapital Amerika, Amerika, Tiongkok,
Perancis, Jepang dan sebagainya.
Sudah diketahui, bahwa "untung" modal Belanda di Indonesia dipukul rata F 500.000.000 (uang
lama) setahun. Sedangkan begrooting (anggaran-uang) negara pukul ratanya belum lagi F
400.000.000. dalam hal ini sudah termasuk pula pensiun pegawai Belanda. Untung F
500.000.000 ditambah sebagian dari F 400.000.000 terus mengalir kenegeri Belanda.uang itu
ditabungkan atau dibungakan dengan jalan memindahkannya ke Amerika, Germania atau lain
tempat. Sisanya uang tadi dipakai buat spekulasi dipasar (beurs) di Amsterdam dan di
Rotterdam. Kalau sebagian saja uang F 500.000.000 itu dipakai buat "industrialisasi" di
Indonesia, sudah lama Indonesia mempunyai industri enteng dan berat cukup buat kemakmuran
dan pertahanan Indonesia setinggi-tingginya dan sehebat-hebatnya. Tetapi kemakmuran
Indonesia itu harus cukup digambarkan oleh Departemen Ekonomi dengan hasil perhitungan
Huender. Menurut perhitungan itu, maka pencarian si "inlander" Cuma sebenggol sehari. Si
Belanda lain memutar-mutar "kecelakaan" "si "inalnder" ini menjadi "kebahagiaan" dengan
mengatakan: bahwa si "inlander" bisa hidup dengan sebenggol sehari.
Perkara pertahaan Indonesia, maka pintu gerbang kita, yang anehnya pula kebetulan dijaga oleh
Jenderal Ten Poorten (di pintu gerbang) , dengan "batuknya" Jepang sudah dibukakan dengan
tergopoh-gopoh.
Kebanggaan Belanda terhadap dunia luar atas kerendahannya keperluan si "inlander" yang
"diperlindunginya" itu, ditambah pula dengan penghinaan atau kecerdasan bangsa Indonesia. Si
Belanda selalu dengungkan dengan lisan dan tulisan ajaran pada murid-inlander, bahwa semua
tambang, pabrik, kereta, kapal, kebun dan kantor yang dibangunkan oleh Belanda itu memberi
penghidupan dan menjamin keamanan bangsa Indonesia. Bukan sebaliknya, bahwa semuanya itu
ailah alat-perkakas pemeras tenaganya si "inlander" buat kemakmuran dan memewahkan
hidupnya si Belanda.
Didikan sekolah Belanda, propaganda surat kabar dan buku kesusastraannya akhirnya, tetapi tak
kurang pentingnya dibeberapa pulah tahun belakangan ini",Ckristening Politik" yang dijalankan
imperialisme Belanda, mengahasilkan satu golongan bangsa Indonesia, yang karena kurang
perkataan yang lebih tepat kami sebutkan saja dengan nama baru ialah "inaladers-alat". Diantara
jenis sejawatnya",inlanders-alat" kita ini tak taranya diseluruh dunia ini, baikpun dijajahan
ataupun dinegara merdeka. "Inlanders-alat" ini terdapat dalam Badan pemerintah, kepolisian dan
kemiliteran imperialisme Belanda. Reserve besar dari "inlanders-alat" ini terdapat pada golongan
intelligensia, ber- atau tak bertitel.
Titel ini buat mereka "inlanders-alat" Cuma memberi jaminan kecerdasan dalam vak yang
berhubngan dengan teknik dan ilmu yang tak bersangkutan dengan ilmu masyarakat saja. Dalam
semua ilmu yang berhubungan dengan masryakat, teristimewa politik, ekonomi mereka
menunjukan sifat mereka yang teristimewa pula sebagai "inlanders-alat". Tidak ada diseluruh
dunia ini yang lebih gampang dipakai oleh imperialisme asing buat melakukan kemajuannya dari
pada "inlanders alat" ini, ialah hasil pendidikan sekolah Belanda dan sekolah zending yang
dibantunya dengan segala tipu-dustanya.
Sebagai alat pemerintah, maka "inlanders-alat" mendapatkan tempat paling cocok sperti
"kandang bernaung". Seolah-olah tak ada lagi kandang yang lebih bagus buat dirinya dari pada
kandang yag dibikinkan oleh tuannya. Seakan-akan tak ada lagi nasi dan tulang yang lebih enak
dari pada nasi dan tulang yang dilemparkan tuannya kepadanya. Telinganya siap-sedia
mendengarkan perintah tuannya. Matanya tajam buat menerkam mangsa dan bangsanya sendiri,
kalau perintah datang dari "atas" ialah dari mereka yang mnruut ilmu dan pahamnya yang
memberi pelajaran penghidupan dan perlindungan pada diri dan bangsanya. Begitu setianya pada
tuannya, sehingga pukulan yang diberikan kepadanya, dianggap sebagai hukuman adil terhadap
dirinya. Tak ada yang berat hukuman itu buat dirinya. Kalau kadang-kadang hukuman dan
pukulan itu menghilangkan kesabarannya bukanlah karena rasa keadilan, kebangsaan,
kehormatan atas diri sendiri dan kemerdekaan sebagai manusia atau bangsa. Melainkan karena
agak alam ia menunggu kesempatan, bilmana dnegan ekor diantara kaki belakangnya ia diberi
izin boleh kembali menjilat-jilat kaki tuannya dan menjalankan perintah tuannya itu dengan lebih
cepat dan menjalankan pertinah tuannya itu dengan lebih cepat dan kalau lebih perlu lebih kejam
dan bengis terhadap bangsanya sendiri, semata-mata buat kesenangan tuan "ndoro"nya itu.
Imperialisme Jepang mendapatkan alat yang baik seklai "inlanders-alat" ini, yang memang
berada dalam keadaan budak yang kehilangan tuan. Manusia yang bisa menerima perintah
semacam ini sudahlah tentu menderita kesengsaraan dan membutuhkan "tuan". Sedikit saja lagi
usaha yang perlu dilakukan oleh tuan baru, yang menggelari dirinya "saudara-tua". Beri makan
secukupnya pada "inlanders-alat" yang ditinggalkan tuannya tadi dan tukar saja perkataan
"bevel" (perintah) dengan kata "merei", sendirinya jawab "inlanders-aat" yang dulu berbunyi "jameneer" bertukar "hai", semua pekerjaan sebagai alatnya imperialisme asing akan berjalan terus.
Jepang tak mempunyai sumber minya di negerinya. Perlu minyak dari Indonesia. Tak
mempunyai besi cukup. Sudah lama besi itu didatangkan dari Malaya dan Tiongkok Jepang tahu
pula bahwa Borneo, Sulawesi, dan Sumatera banyak mengandung logam besi. Jepang tak
mempunyai timah, bauxite, getah, makanan dll. Semuanya ada di Indonesia. Ringkasnya Jepang
paling miskin tentangan bahan buat makanan dan industri-berat, tetapi sebaliknya paling kaya
tentangan nafsu mengangkani seluruh dunia dan menempeleng serta membagero-kan siapa yang
tak setuju dengan maksudnya.
Saudara tua kita juga amat insyaf, bahwa kalau Indonesia diangkat menjadi negara industri-berat,
lambat laun, kekuasaan akan pindah dari negara Jepang, yang miskin itu ke Indonesia, apalagi
kalau Indonesia di merdekakan! Barang bahan penting buat industri-berat mesti diangkat ke
Jepang 5000 km jauhnya dari Indonesia. Di Jepang mesti terpusat industri berat. Sendirinya di
Jepang akan terpusat kepandaian buat teknik, kimia dan ilmu lainnya. Indonesia mesti terus
ditekan sebagai engara perusahaan bahan mentah dan pertanian buat makanan. Sedikit saja
Indonesia meningkat ke industri berat, Jepang emsti kalah oleh Indonesia, karena semua bahan
berada di Indonesia. Jadi Indonesia mesti tetap ditekan, tinggal tetap negara bahan mentah dan
pertanian. Politik pendidikan dan kebudayaan Indonesia mesti di cocokan dengan kedudukanya
sebagai "negara-alat" dalam "Asia-Timur-Raya", ialah alat pula buat mengangkangi seluruh Asia
dan akhirnya seluruh dunia menurut Rencana-Tanaka.
Sudah siap "inlanders-alat" para peminpin rakyat dan intelligensia sebagai reserve, buat
menjalankan administrasi, perindustrian, pertanian Indonesia, warisan dari Imperialisme
Belanda, buat dipakai oleh imperialisme Jepang menegakkan "Asia-Timur-Raya" tadi. Pamong
Pradja, Tyuuo-Sngi-In, Para Kakka made in Japan, Pemimpin Besar, Tangah dan Kecil atas
"Panca Darma", semuanya "Kirei" berdiri mendengar "Komando" dari Tenno-Heika di Tokyo.
Puluan ribu pemuda dilatih sebagi heiho, pembantu serdadu Jepang, dikirimkan kesemua pulau
di Indonesia, bahkan juga ke Birma dan Siam buat "orang suci" di Asia Timur Raya. Para
"Kakka" Indoensia memihak kepada Jepang, bukan karena persoalan kalah-menang, melainkan
karena Jepang berada pada "kebenaran, keadilan, dan kesucian"………katanya.
Diketahui sekarang, bahwa 3 atau 4 juta "romusha" mati karena memang kekurangan pakaian,
tempat tinggal, obat-obatan dan makanan. Mereka (biasanya diculik) dikerahkan buat
meninggalkan desa, pekerjaan dan akan isteri, menggali lubang pertahanan militer, lapangan
terbang dll. Keperluan militer dimana-mana.
Buat membalas "jasa" Jepang menetapkan Indonesia negara pertanian, dan perusahaan bahan
semata-mata, dengan memeras keringat, dan darah putera-puteri (pelayan Indonesia) maka ada
pula kakka yang setuju dengan penyerahan Eklatan dan Pahang kepada Siam, dan Semenangjung
Melayu, Borneo Utara dan ……….Shonanto, Yakni pesat strategi seluruhnya Indonesia bersama
Birma, Siam Annam dan Filipina …………..kepada militerisme Jepang.
"Inlanders-alat" tetapi konsequent dengan watak dan sejarahnya sebagai alat imperialisme asing.

INDONESIA KELUAR
Beberapa persoalan yang terpenting yang mengenai dunia luar umumnya dalam garis besarnya
tentulah pula mengenai Indonesia. Indonesia tiadalah bisa lepas dari pada persoalan yang
berhubungan dengan pertentangan socialisme dengan kapitalisme, pertentangan si Penjajah (the
haves) dan Yang-Ingin=menjajah (the haves not), pertentangan si Penjajah dan si Terjajah,s erta
akhirnya pertanyaan "Hari Depannya", UNO. Tetapi beberapa persamaan dunia Indonesia
dengan dunia luar itu tiadalah boleh menyesatkan kita ke daerah cara berpikir yang sering
disebut dengan cara "mekanis", ialah cara jalannya mesin yang tak berotak itu. Karena persoalan
ini atau itu dipecahkan diluar Indonesia dengan hasil demikian, maka persoalan itu mesti
dipecahkan di Indonesia dnegan hasil serupa itu pula, dengan tiada mengindahkan beberapa
perbedaan. Yang terpenting ialah membentuk persoalan itu di Indonesia ini (het stellen van het
probleem) dan cara (metode) yang dipakai buat memecahkan persoalan itu. Bukanlah hasil
pemecahan itu yang terpenting. Tidak saja persamaan dalam garis besarnya yang mesti
diperhatikan, tetapi juga beberapa perbedaan, walaupun kecil rupanya. Tiadalah boleh dilupakan,
bahwa beberapa perbedaan kecil itu kalau dikumpulkan bisa menjadi perbedaan besar (quantity
menjadi quality, perbedaan banyak bertukar menjadi perbedaan sifat). Buat membentuk
persoalan dan memecahkan persoalan itu di Indonesia ini perlulah pula kemerdekaan berpikir
dan keberanian. Keberanian dan kemerdekaan berpikir dalma hal membentuk persoalan dan
memecahkan persoalan itulah yang membawa LENIN kepada SISTEM baru kepada hasil
perhitungan dalam hal organisasi dan taktik strategy. Kalau Lenin meng-aminkan, menginggihkan saja apa yang dimajukan oleh Karl Kautsky, pendeta Internasional II, dalam hal taktik
stategy, dan mengapalkan saja pendapat kautsky & Co di Eropa Barat dengan tiada
memperhatikan perbedaan Rusia dengan Eroap Barat, maka Rusia tak akan sampai meningkat
kemasa Diktator Proletariat, ke Rencana 5 tahun, perkebunan kollektif dll. Lenin dan para
kawannya tak akan bisa lebih jauh berpikir dan bertindak dari kaum Mensyewiki atau social
revolusioner. Dengan memakai cara berpikir Dialektis Materialisme dan memperhatikan dasar
komunisme dalam garis besarnya, mungkin sekali Indonesia akan mengdapatkan SISTEM yang
berlain rupa dengan Negara Luar, meskipun tiada berlainan sifat, ialah dalam hal Organisasi,
Taktik dan Strategy.
Bagaimanapun juga karena banyak persamaan tadi dnegan Dunai Luar, seperti tersebut pada
permulaan fasal in, maka uraian yang bersangkutan boleh diperpendek saja.

DIPLOMASI dan DIPLOMAT
Diplomasi Indonesia semenjak hampir 10 bulan ini sudah sangat erlibat dalam "perhitungan"
banwa imperialisme Inggris itu bisa di pisahkan (di-isolir) dari pada imperialisme Belanda dan
ditumbukkan kepada imperialisme Belanda. Berdasarkan perhitungan ini, maka dianggap amat
untunglah si Diplomat kita, yang berichtiar mengadu-dombakan Ingrgis dengan Belana. Dengan
demikian diharapkan paling sedikitnya si Ingrgis akan memusuhi si Belanda dan Indonesia
mendapatkan kesmpatan buat mempersiapkan diri. Tetapi nyatalah sekarang, bahwa sudah
berbulan-bulan berdiplomasi hasil yang sebenarnya dari pada "perhitungan" ini ialah: Pada satu
pihak Inggris menyerahkan Surabaya, Semarang, bandung dllkepada Belanda yang
dikeluarkannya dari kantongnya dan memintakan daerah antara Ci Sedane dan Ci Tarum buat
dipakai si Belanda sebagai batu-peloncat buat menjajah Indonesia kembali, permintaan mana
katanya dikabulkan oleh para pembesar Indonesia. Pada lian pihak pergerakan revolusioner
ditindas keras (Kongres "Persatuan Perjuangan" 17 Maret di Madiun) serta badan pemerintahan
dan ketentaraan hendak dipindahkan kepada kaum-jinak (moderate). Pengharapan palus masuk
kedalam kalbu segolongan bangsa Indonesia. Hal ini berakibat melemahkan semangat Rakyat
disamping Balanda mempersiapkan diri. Seandainya si Diplomat kita berpikir dan berlaku jujur,
maka disinlah kita mendapat contoh yang tepat, yang menggambarkan perbedaan antara
memahamkan sesuatu teori dengan mengapalkan saja teori itu. Pula mengambarkan perbedaan
melaksanakan teori itu dengan mempelajari sungguh-sungguh keadaan di tempat
melaksanakannya dengan meniru-niru saja pengelaksanaan teori tadi di lain tempat dan di lain
tempo: perbedaan pengelaksanaan secara dialektis dengan pengelaksanaan secara mekains
seperti mesin.
Teori devide-et-empire, mengadu-dombakan bangsa contra bangsa ataupun golongan melawan
golongan memangnya dalam dipahamkan serta jitu dilaksanakan oleh Kerajaan Romawi dijaman
kuno dan oleh Inggris dan Belanda lebih dari 300 tahun dibelakangan ini. Tetapi janganlah
dilupakan "machtsfaktor" (faktor kekuasaan) yang dipakai dengan perhitungan disampingnya
atau dibelakangnya pengelaksanaan politik mengadu-dombakan itu. Dan apakah faktor
kekuasaan yang ada lahir dan batin di Indonesia cukup dinekal, disusun, dan dipakai oleh si
Diplomat Indonesia?
Adakah gerakan tentara atau gerakan Murba yang diatur dan di pakai dengan "perhitungan"
membantu gerakan "lidah" sidiplomat?
Ataukah semua diplomasi dipusatkan kepada gerakan lidahnya si Diplomat itu saja? Hal yang
terpenting pula apakah "perhitungan" bahwa imperialisme Inggris itu bisa dipisahkan dan diadudombakan dengan imperialisme Belanda? Diatas tadi sudah dikemukakan, bahwa Dutch Indies
itu dalam arti ekonomi ialah Anglo-Dutch-Indies. Hasil terpenting buat kemakmuran dan
pertahanan Indonesia seperti minyak tanah dan karet, sudah dikendali oleh kongsi minyak
kepunyaan Anglo-Dutch dan kebon getah Inggris yang ada di Indonesia ini. Singapura, simpang
jalan dunia terletak ditengah-tengah kepulauan Indonesia sudah mengendali perdagangan keluar
dan masuk Indonesia. Perjanjian Anglo-Dutch tentangan penghasilan penjualan getah dan timah
yang dibikin tiap-tiap tahun, yang mengenai harga ratusan juta rupiah seudah mengekang
jalannya ekonomi Indonesia. Ringkasnya dalam hal ekonomi imperialisme Inggris dengan
sempurna dan effective mengekang imperialisme Belanda. Kalau Sir Hendrik Deterding diberi
glas Sir oleh Inggris, maka ini bukan berarti keulungan si Hendrik ini tentangan lain hal daripada
keulungan menjadi kaki-tangannya imperialisme Inggris. titel itu diberikan oleh INggris dimana
ia mendapatakan kaki-tangannya yang patu, buat mnegekang ekonmi dan politik Negara yang
mau dijadikan atau sudah dijadikan mangsanya. Di Hongkong diberikan kepada Tionghoa Sir
Robert Ho Tung buat mengapusin seluruhnya Tiongkok. Di Hindustan titel itu dihamburkan
kepada beberapa biji orang Hindu yang ikhlas menjalankan rol sebagai kaki-tangan imperialisme
Inggris lahir ataupun batin, seperti seseorang menghamburkan tulang-tulang kepada anjing yang
disukainya. Malaya pun tiada keluapaan. Hartawan Besar Sultan Johor di tempat strategi dunia
yang terpenting "beruntung" pula mendapat titel Sir itu. Sepintas lalu hal ini kelihatan perkaca
kecil saja. Tetapi kalau kepentingan Malaka dan Singapura dalam hal ekonomi dan strategy
dipelajari dalam-dalam, maka kalung "Sir" yang dianugerahkan oleh Raja INggris kepada
Ibrahim, Sultan Hartawan Johor itu besar sekali maknanya. Sir Ibrahim sudah memberi
kekuasaan besar dalam per-ekonomian kerajaan Johor kepada kapital Inggris, Sir Ibrahim salah
seorang autocrat terkaya di Asia, menaruh simpanan besar di Bank Inggris. Sir Ibrahim akhirnya,
adalah turunan pula dari pada keuarga Sultan Johor yang hidup dimasa Stamford Raffles, lebih
dari 100 tahun lampau. Salah seorang putra Sultan Johor tadi berhak mewarisi Singapura, tetapi
karena gila ditolak oleh Rakyat Johor sebagai Raja dan sebagai ahli-waris pulau Singapura. Ahliwaris yang gila ini di culik dan diajak berunding oleh Raffles di Singapura. Hasil perundingan ini
pada suatu pihak Putra gila yang ditolak oleh Rakyat Johor tadi beruntung diakui oleh Raffles.
Pada lain pihak Raffles beruntung dapat membeli Singapura dengan harga $ 60.000 (enam puluh
ribu dollar). Kecerdasan Raffles ialah satu dari pada pujaan dunia imperialisme Inggris – tiadalah
terletak pada ketangkasan matanya melihat kepentingan Singapura buat ekonmi dan strategy.
1500 tahun lampau kearajaan Sriwijaya sudah insya f akan hal ini. 500 tahun lampau kerajaan
Majapahit penuh insyaf akan keinsyafan leluruhnya di Sriwijaya tadi. Rafles sebagai ahli sejarah
Indonesia tentulah lebih insyaf dari pada siapapun juga, akan hal, bahwa bukanlah dia Raffles
yang pertama sekali menampak kepentingannya Singapura dipandang dari sudut perdagangan
dan strategy. Tetapi dia cukup cerdas buat menaksir, bahwa kalau ia berhubungan dengan orang
Indonesia yang sedikit saja cerdas ia tak akan mendapat Singapura dengan harga $ 60.000. Ia
perlu berunging dengan orang gila, buat membeli Singapura dengan harga gila.
Kemarin bandit, perampok, sekarang sesudah menjadi raja, berlagak dermawan. Hal ini lazim di
dunuia feodal. Kemarin tukang catut atau tukang smokkel, dan sesudah kaya-raya berlagak
menjadi dermawan. Hal ini masih lazim di dunia kapitalisme. Kemarin merampok negara
merdeka, sekarang berlagak menjadi pelindung ataupun "Ratu Adil". Inipun lazim di dunia
imperialisme. Tangan kanan membacok tangan kiri mengobati supaya si mangsa bisa dipakai
sebagai budak. Sesudahnya Inggris mencatot Singapura dan merampok Malaka, maka dia
berlagak sebagai pelindung. Demikian para Sultan dilambuk, di kenyangkan dan di-Sir-I, supaya
mereka merampas dan memeras Rakyatnya buat kepentingan karet dan timah kapitalist Inggris di
Malaka. Dengan memakai para Sultan di Semenanjung Tanah Malaka umumnya dan "Sir"
Ibrahim khususnya disamping Sir Hendry Deterding sebagai kaki-tangannya di Indonesia, maka
dalam hakekatnya imperialisme Inggris sudah menguasai seluruhnya Indonesia, termasuk
Malaka dan Borneo Utara dalam hal politik dan ekonomi.
Dalam hal strategy kepentingan Singapura lebih nyata lagi. Ambillah jangka dan bikin satu
lingkaran (circle) dengan radius (straal) 150 mil. Dalam lingkaran itu terletak Birma, Siam,
Annam, Filipina, seluruhnya Republik Indonesia dan Australia. Inilah yang kita pernah namai
Aslia (Asia-Australia). Menurut ahli Barat penduduk di Aslia itu termasuk kedalam satu bangsa.
Sepintas lalu kelihatan bahwa Bagian Bumi ini dikuasai oleh Iklim yang sama dan musim yang
sama (musson). Jadi watak ekonominya pun mempunyai banyak persamaan. Berhubung dengan
itu membutuhkan satu koordinasi per-ekonomian. Tetapi yang kita terutama mau kemukakan
disini, ialah kepentingan lingkaran ini dipandang dari penjuru strategy. Dengan Singapura
sebagai pusat, maka menurut kekuatannya terbang pesawat dimana pernah dunia ke II, Aslia
terletak dalam "flying radius" (lingaran terbang). (Lingkaran teknik atom yang berada di
Australia (?) tiada akan mengecilkan arti Singapura dan Aslia.
Menurut U.P dalam surat kabar Hindustan The Bharat Yuoti, May 5 1946 ini, maka dalam
konperensi commonwealth Inggris pada tanggal 3 May di London yang diketuai oleh Perdana
Menteri Attlee, maka pemerintah Inggris mengusulkan supaya Australia berunding dengan
Belanda buat memperoleh Bandung dan beberapa pelabuhan penting buat memperlindungi
Kerajaan (Empire) Inggris dibagian Selatan dan Barat Daya-nya Pacific. Australia dengan tegas
menolak usulan ini karena tiada menghendaki akibatnya diplomasi imperialistis semacam itu.
Australia tiada ingin memusuhi Republik Indonesia. Bahkan sebaliknya Australia mengharap
adanya Pemerintah Rakyat (popular government) di Indonesia dengan siapa Australia ingin
hendak mengadakan Alliance (persekutuan), sekali lagi kelihatan politik bulus jehanamnya
Inggris terhadap Indonesia. Walaupun gagal Indonesia mesti selalu berlaku awas selama
imperialisme Inggris maish berada disekitarnya Aslia ini, dan belum dibongkar sampai keakarakarnya.
Nyatalah disini, bahwa Inggris menganggap Aslia dalam hal strategy sebagai satu Unit, kesatuan.
Jepang tentu tidak ketinggalan. Ini hari Singapura direbut Jepang pada tanggal 13 Febuari 1942,
besoknya Singapura ditukar namanya menjadi Shonanto (Kota Gemilang). Seluruh Aslia
dinamainya Selatan. Sriwijaya dan Majapahit sudah cukup mengerti akan persatuan daerah
Aslia itu dalam segala-gala.
Gerakan politik, diplomasi dan strategy Sriwijaya dan Majapahit juga dengan segala keinsyafan
ditujukan kearah kesatuan daerah Aslia itu. Oleh orang Tionghoa pun semuanya itu dinamai
Huana (bahasa Hokkian). Sekarang kalau kita, Rakyat Indonesia revolusioner, ingin mengadakan
rencana yang praktis, yang penting buat kemakmuran dan terutama pula buat keamanan
Republik Indonesia sekarang dan dihari depan, maka tiadalah boleh kita ketinggalan oleh paham
500 tahun lampau (majapahit) apalagi oelh paham yang sudah amsak 1500 tahun lampau
(Sriwijaya). Berbahaya selalu keadaan Republik Indonesia dalam ekonomi dan strategy kalau
kita tidak isnyaf akan artinya politik dan strategy Rafles dan Yamasita. Walaupun ada Federasi
Perancis dan Filipina Merdeka, tetapi dengan adanya Hongkong (Inggris) maka praktisnya Aslia,
adalah effetive dikuasai oleh Armada Inggris. ditangan imperialisme Inggrislah sebenarnya
terletak kekuasaan ekonomi dan militer buat mengangkangi seluruh Aslia. Imperialisme Inggris
dan BElanda dan Perancis sebagai boneka para Sultan atau Raja dan sebagian intelligensia
sebagai kaki tangan maka di masa damai dia mengendali politik-ekonomi Aslia. Dengan
Singapura sebagai Dasar Armada dan Pesawat, serta Asutralia Putih dan Ceylon sebagai garis
kedua (teknik atom?), maka imperialisme Ingrgis diwaktu perang berniat menguasai seluruhnya
Aslia (Asia-Australia). Mau tidak mau, dalam prakteknya Republik Indonesia. Merdeka 100%
mesti bertentangan dengan Imperialisme Inggris Diwaktu damai kepentingan ekonmi Indonesia
Merdeka 100% mesti bertentangan dengan kepentingan ekonomi penjajahan Inggris. Dalam
masa perang SIngapura akan mengancam Indonesia Merdeka, yang tiada mau dibonekanan oleh
Imperialisme Inggris, Real-politik, politik sebenarnya, (bukan impian) memaksa Indonesia pada
satu pihak berhadapan muka dengan imperialisme Inggris. Maka real politiklah pula pada lain
pihak yang akan memakasa Indonesia MErdeka mengumpulkan semua tenaga revolusioner
dalam lingarakn Aslia. Flying-radius, buat ditumbukkan kepada imperialisme Inggris.
Kita percaya bahwa taktik-strategy yang cerdas, organisasi yang plastis (cat seperti karet) dengan
usaha yang penuh kesabaran ketetapan hati, kita sanggup berhadapan muka dengan
imperialisme Inggris Singa Ompong itu.
Maka berhubungan dengan kesemuaan diataslah pula, semua percobaan "diplomat ulung" di
Indonesia ini berusaha memisahkan Belanda dan Inggris dan mengadu-dombakan Inggris dengan
Belanda adalah seorang "cerdik" yang mencoba memisahkan dan mengadu-dombakan kepala
buaya dengan ekornya. Semujur-mujurnya si Diplomat ulung tadi ia Cuma bisa menghindarkan
dirinya dari pukulan ekor buaya itu. Tetapi semalang-malangnya si Cerdik itu dia pasti akan
masuk lebih dalam dirangkungan buaya tadi.
Adalah tiga syarat yang terutama, kalau seorang ingin hendak menjalankan diplomasi bersandar
kepaa Devide et empera itu dalam keadaan revolusioner sekarang. Pertama sekali kekuatan diri
sendiri dan kepercayaan atas diri sendiri mestinya ada cukup. Kedua diplomasi itu mesti bersifat
revolusioner yang ada dalam Negara. Ketiga, diplomasi devide-et-empera, yang revolusioner itu
mesti ditujukan kepada bagungan-musuh yang mengandung pertentangan sesungguhnya, ialah
pertentangan keperluan (ekonomi). Kalau seseorang diplomat Indonesiayang revolusioner
mengemukakan, pertentangan-tajam dalam hal keperluan penting (vital interset) antara Inggris
dan Amerika, bahkan dengan Australia (commonwealth-Inggris), dan pertentangan itu terus akan
berlaku selama Indonesia itu masih berada dalam ruangan kemerdekaan nasional, kita tak akan
menyangkal (membantah), memangnya diplomasi-bambu-runcing dengan MINIMUM
PROGRAM berlaku dalam suasana pertentangan hebat diantara gabungan Kapitalisme dan
Imperialisme Asing, yang berada di Indonesia dijaman Belanda.
Si Pengelamun, Si-Tukang-Berpangku-Tangan, Si-Serba-Tak-Bisa tetapi nasionalis dan percaya
saja kepada siapa saja kecuali pada diri sendiri, Si-Pengharap Pertolongan-Luar, dalam waku
damai boleh menertawakan atau mengecilkan artinya ASLIA, tetapi sebagai gabungan
revolusioner dalam LINGKARAN-TERBANG (flying-sphere) dengan Singapura sebagai pusat.
Mereka boleh bermimpi-mimi mengharapkan pertolongan jatuh dari langit, sambil menyeburkan
isme ini atau itu kekiri kekanan. Mereka boleh terus berpangku tangan sambil bermimpi
menlayang kelangit sampai .........revolusi atau peperangan akan melemparkan mereka kembali
kedunia realiteit, kembali ketanah yang keras itu. Sesudah hampir sepuluh bulan si Tukang-Maki
dan mengejek sering dengan memakai kedok internasionalist tetapi nasionalis yang bisa dipakai
Nica, Jepang ataupun Sibar dalam prakteknya mestinya sudah insyaf, bahwa dalam revolusi atau
peperangan, amka Rakyat Indonesia dalam suasana dan keadaan internasional seperti sekarang
terpaksa berdiri atas kaki sendiri, pada organisasi sendiri, bersandar pada otak, hati dan jantung
sendiri, pada kecerdasan, keberanian dan ketabahan hati sendiri. Teristimewa pula mesti berdiri
atas alat hidup sendiri dan senjata sendiri, walalupun hanya bambu runcing saja. Disamping
kepercayaan dan tindakan berdasrakan kekuatan diri sendiri yang sebenarnya, arulah kita
berusaha meluaskan lapangan perjuangan kedaerah yang memberi kemungkinan memberi hasil
(Aslia). Baru bertindak begitu rupa, supaya dapat merebut simpati dn pertolongan indirek
(pemogokan) dari suaraumum (public-opinion) di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika, semata-mata
menyandarkan paham, organisasi dan aksi atas kekuatan yang tiada bisa dipakai sekarang, karena
jauh atau belum bisa keluar, ataupun kalau keluar belum tentu bisa dipakai menurut kehendak
atau kepentingan kita, sama juga dengan sikap seseorang yang ingin menamai diri seorang
revolusioner, tetapi takut kepada revolusi. Dalam perjuangan yang sebenarnya ini memang nyata,
siapa yang revolusioner diwaktu revolusi dan siapa yang revolusioner diwaktu damai: Si
Pembelalang didalam gelap, Si-penggertak dari sebalik gunung.
Persatuan Perjuangan yang didirikan pada tanggal 5 januari 1946 tahun ini, cukup
memperhatikan kekuatan kawan dan lawan. Cukup memperhatikan sifat dan susunannya semua
golongan yang ada dalam Indonesia (social-structure), sifat dan tingkatnya reovusi Indonesia,
kepentingan dan pertentangandalam kapitalisme dan imperialisme Asing. Persatuan yang diikat
oelh Minimum-Program yang revolusioner terasa perlunya setelah disaat itu nyata kelemahan
perjuangan, disebabkan oleh banyaknya partai dan banyaknya lasykar. Pada beberapa tempat
seperti Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan Ciamis sudah timbul sengketa diantara lasykar dan
lasyarka, serta partai dan partai. Kalau Persatuan Pejruangan tak tampil-kemuka, mungkin
sengekta tadi akan lebih mendalam dan berakhir pada perang saudara, yang menguntungkan
musuh.
Belum lagi 2 (dua) bulan Persatuan Perjuangan, yang sanggup mengikat 141 organisasi politik,
sosial, ekonomi, dan militer, berjalan maka datanglah undangan dari pihak pemerintah Republik
buat bersama membentuk Kabinet Baru, sesudahnya kabinet lama, Kabinet Soetan Sjahrir
meletakkan jabatannya. Persatuan Perjuangan menolak campur membentuk Kabinet Baru, bukan
karena tiada sanggup menerima "tanggung-jawab" seperti dibisikkan oleh satu pihak kesana sini,
melainkan karena ada hakekatnya Presiden menghendaki, supaya yang "terpentingnya" dalam
Minimum-Program dibatalkan!. sebenarnya susah sekalimengetahui berapa luasnya dan dimana
batasnya kekuasaan "Presiden" Republik Indonesia dimana revolusi ini. Undang-undang Dasar
yang memusatkan kekuasaan dan tanggung jawab pada Presiden dan praktek memerintah
sekarang yang memusatkan kekuasan dan tanggung jawab pada Perdana Menteri Cuma
membingungkan yang mempelajari saja. Si Pelajar akan lebih bingung lagi kalau diketahui
bahwa Presiden berdiam di Yogyakarta sedangkan Perdana Menterinya di kota Nica Jakarta,
yang sudah dicelupnya kembali dengan nama "Batavia", Sebenarnya Persatuan Perjuangan sudah
siap sediadengan para Calon yang sanggup menerima pangkat menteri dengan atau tiada dengan
Tan malaka. Tetapi setelah ditentukan "disiplin" tehradap mereka yang akan menerima pangkat
menteri yang akan membatalkan Minimum-Program, maka tiadalah seorang juga diantara para
calon tersebut yang masuk ekdalam kabinet Sjahrir yang ke 2. sebenarnya patut dipuji sikap para
calon yang lebih mementingkan dasar, prinsip daripada pangkat.
Bukankah Rakyat dan Pemuda bertempur mengorbankan jiwanya buat dasar, prinssip yang nyata
dan sah? Janganlah disalahkan para calon Persatuan Pejruangan yang memegang teguh dasar,
haluan Revolusi Indonesia sekarang!
Semenjak terbentuknya minimum-program ialah 4 atau 5 bulan sampai sekarnag, maka belumlah
ada kelihatan cacatnya salah satu dari 7 pasal yang dikemukakan. Malah sebaliknya, kalau salah
satu daripada 7 pasal itu dilanggar, dilemahkan atau dibelokkan, maka nyata sekali sikap dan
tindakan rakyat terhpada tindakan semacm itu. Perlutcutan Jepang yang bermula hampir
dilakukan yang beralainan dengan tulisan dan lisan pasal 4, mengadkaan perlawanan sekeraskerasnya dari pihak rkayat didaerah Surakarta.
Sebab itulah rupanya tak jadi diadakan Markas Sekutu, seperti di Solo, ialah menurut
pengumuman yang bermula diterima rakyat Solo. Tetapi apakah sudah cukup jaminan supaya
tentara Jepang dari Pulau Galang kelak betul-betul akan dikirim ke Jepang dan bukan ke salah
satu pulau di Indonesia, itu tiadalah bisa dipastikan.
Tulisan dan lisan pasal 4 itu memang bermaksud supaya seperti yang sudah-sudah terjadi
dimana-mana tempat tentara Jepang jangan dipakai lagi buat merobohkan Republik Indonesia.
Yang amat penting pula tentulah pasal 1 berhubngan dengan "perundingan" Minimum-Program
menuntut supaya perundingan itu berdasar atas pengakuan kemerdekaan 100%. Artinya
kemerdekaan 100% mesti lebih dahulu diakui. Perundingan yang akan dilakukan ialah buat
menetapkan pengakuan itu dan membuat perjanjian yang berdasarkan kemerdekaan 100% itu.
Dengan perkataan lain, perundingan itu adalah perundingan dua negara merdeka. Bahwa dalam
keadaan perang sekarang kemerdekaan 100% bisa dicapai dnegan "goyangan lidah" itu adalah
berlawanan dengan pikiran sehat, dengan sejarah manusia dan berlawanan dengan
"sifatnya"sesuatu "perundingan". Bukankah berunding itu berarti tawar-menawar, memberi dan
menerima, tolak angsur? Dimanakah lagi letaknya "tawar-menawar" kalau satu pihak mau
mendapatkan 100% yang sebelum berunding dibantah keras oleh lain pihak? Mungkin
mendapatkan 90% ataupun dalam teori 99%, tetapi perundnigan yang tiada berdasrakan atas
pengakuan kemerdekaan 100% tidak akan mendapatkan yang 100% itu. Seandainya tercapai
kemerdekaan 99%, bahkan 100% pun, tetapi kalau pasal 6 dan 7 dibatalkan dilemahkan atau
dibelokkan, maka lambat alun kemerdekaan 99% atau 100% tadi akan turun sampai 50% atau
10%. Kalau kapitalisme asing kembali bermarajalela seperti sebelum Jepang masuk, maka
Parlemen Pemerintah Pusat, Daerah, kota dan desa Indonesia akan segera "dikebiri", aklau tidak
dibeli sama sekali oleh kapital asing yang kuat dan teguh itu. Jadinya pasal 6 dan 7 yang
dimaukan me-sita ler-Industrian dan perkebunan "musuh" itu adalah satu jaminan:Pertama
supaya kemerdekaan diatas tetap 100%. Kedua supaya revolusi anti-imperialisme ini cukup
memberi jamnin kekuasan dan kemakmuran kepada proletar mesin dan tanah. Ketiga supaya
proletar mesin dan tanah kelak sesudah Indonesia merdeka 100%, dengan menjalankan "Rencana
Ekonomi" segera bisa meningkat kenegara berdasarkan sosialisme yang mempunyai cukup alat
mempertahankan kemakmuran dan kemerdekaannya, karena sudah mempunyai INDUSTRI
BERAT berdasarkan bahan dan tenaga yang ada di Indonesia ini. syukurlah pula pasal mensita
dari Minimum Program tu sudah disetujui bahkan dijalankan oleh proletar mesin dan tanah,
dimana ada pabrik, tambang dan kebun musuh berada.
Cocok dengan kehendak dan tindakan Inrggsi mendudukkan kembali Imperialisme Belanda di
Indonesia dan bersama dengan kaum "moderate" (jinak) Indonesia memberantas kaum
"extremist", maka sesudah Kongres Persatuan Perjuangan di Madiun pada bulan Maret tanggal
17, para pemimpin seperti Abikusno, Mr Gatot, Sajoeti Melik, Mr Jamin, Chairoel Saleh,
Soekarni dan Tan Malaka di tangkap setengah resmi, setengah tidak dengan tak ada tunduhan
apa-apa.
Sampai dua setengah bulan (Mau 2, tahun 1946) ketika bagian brosure ini ditulis eblum juga
diperiksa perkaranya. Rupanya radio Hilversum-lah yang pertama tahu akan terjadinya
penangkapan dan Belandalah yang amat bergembira lantaran penangkapan ini.
Pengangkapan itu dilakukan pada tanggal 17 Maret 1946. sedangkan radio Belanda di Jakarta
dan Hilversum sudah mendengungkan berita yang amat menggembirakan mereka itu keseluruh
udnia pada tanggal 16 maret 1946. menurut kabar radio baru ini maka Komisi van Poll
memandang penangkapan itu sebagai bukti "kekuatan lebihnya" PM Sjahrir daripada Tan
Malaka. Tetapi "kekuatan lebih" itu terbantah pula oleh penyiaran radio Belanda juga tentangan
laporan van Poll itu juga, yang emngatakan, bahwa penangkapan Tan malaka amat menyukarkan
perundingan Belanda dengan "Nederlandsch-Indie" itu. Sebenarnya "kekuatan lebih" itu baru
kelak ternyata, apabila rakyat menerima usul si Belanda, yang rupanya sudah percaya benar akan
kekuatan Sutan Sjahrir itu. Kalau Rakyat tiada menerima usul Belanda itu, maka penangkapan
yang "tiada" berdasar undang-undang yang sudah tercantum dan disahkan itu, melainkan karena
perbedaan poltik itu saja bisa pula menimbulkan akibat yang tiada disangka-sangka dan
dikehendaki. Usul Belanda yang tiada slama lagi akan dimajukan oleh van Mook, terutama
dalam mengakui Indonesia seluruhnya dalam status-autnomi-walupun katanya, nama Indonesia
dalam status-semacam itu boleh dinamakan Republik. Dengan bagitu Belanda sudah menginjakinjak kemerdekaan dan kedaulatan Rakyat Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17
Agusutus 1945. terhadap keluar, Negara Indonesia tak bersuara sama sekali. Terhadap kedalam
Belanda merobek-robek daerah (territory), administrasi dan per-ekonomian Indonesia. Belanda
akan kembali mengatur pegawai Indonesia dan kembali menduduki pabrik, tambang dan
kebunnya serta memasukkan kapital asing dnegan tak ada batasnya. Disampingnya itu "Hindia
Belanda" yang "Autonoom" itu harus mengakuai hutang "Hindia-Belanda" sebelum Jepang
masuk. Kalau semua usul itu kelak diterima, maka kemerdekaan yang jauh kurang dari 100%
dalam politik itu akan diturnkan pula sekian% oleh hutang Indonesia tadi dan oleh kekuasaan
pegawai-cap-Belanda serta oleh bermaharaja-lelanya kapitalisme di perintah pusat dan daerah.
Kekautan lebih yang ditimpakan atas pemimpin-pemimpin Persatuan Perjuangan, yang berdiri
atas pengakuan 100% itu akan berupa kekuatan no% terhadap kapitalisme dan imperialisme
asing. Bagaimana juga memutar lidah dan penah, Autonomi-Indonesia dimana kapitalisme asing
bermaraja-lela akan membawa Indonesia kembali kejurang perbudakan, mungkin lebih dari
sediakala.
Selama dua setengah bulan Persatuan Perjuangan berdiri, maka persatuan yang berdasarkan
perjuangan itu dikenankan kepada seluruh lapisan Rakyat, dari Sultan-Sunan sampai kekaum
jembel. Anti-imperialist-front ini mengambil rakyat sebulat-bulatnya, sepenuh-penuhnya buat
mempertahankan kemerekaan Republik 100%. Sebagai langkah pertama siasat ini mesti diambil:
Siasat semacam itu di cocokkan dengan keadaan Indonesia dan dengan sejarah revolusi dimanamana didunia. Pertarungan yang dua setengah bulan itu sudah memberi ujian kepada semua
lapisan tadi. Ternyata sudah setelah penangkapan madiun terjadi ujian tadi sudah emmbawa
pembelaan kemerdekaan Indonesia ketingkat kedua. Kaum borjuis tengah, sebelah atas, ialah
sebagian kaum saudagar, Pamong Praja, dan intelligensia seudah melempen dan berbalik muka.
Mereka tidak tahan menjalankan ujian itu asyik emikirkan bagaimana memperhentikan
perjuangan ini dan kembali menduduki kursi disudut-sudut kantor yang di tuan besari oleh
Belanda. Sikap melempem ditengah revolusi itu bukanlah monopolinya kaum tengah Indonesia
saja. Memang tiu sifatnya kaum tengah, ailah maju-mundur-lebih banyak mundur dari-pada maju
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi
Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi

More Related Content

Viewers also liked

Amanda Dvorak Final Ignite Presentation Slideshow
Amanda Dvorak Final Ignite Presentation SlideshowAmanda Dvorak Final Ignite Presentation Slideshow
Amanda Dvorak Final Ignite Presentation Slideshowaldvorak
 
David Levy_resume
David Levy_resumeDavid Levy_resume
David Levy_resumeDavid Levy
 
Islam dalam tinjauan madilog
Islam dalam tinjauan madilogIslam dalam tinjauan madilog
Islam dalam tinjauan madilogBayu Prasetyo
 

Viewers also liked (6)

Amanda Dvorak Final Ignite Presentation Slideshow
Amanda Dvorak Final Ignite Presentation SlideshowAmanda Dvorak Final Ignite Presentation Slideshow
Amanda Dvorak Final Ignite Presentation Slideshow
 
Dell1 1
Dell1 1Dell1 1
Dell1 1
 
David Levy_resume
David Levy_resumeDavid Levy_resume
David Levy_resume
 
1945 muslihat
1945 muslihat1945 muslihat
1945 muslihat
 
1945 politik
1945 politik1945 politik
1945 politik
 
Islam dalam tinjauan madilog
Islam dalam tinjauan madilogIslam dalam tinjauan madilog
Islam dalam tinjauan madilog
 

Similar to Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi

04 pengantar cara berfikir dasar
04 pengantar cara berfikir dasar04 pengantar cara berfikir dasar
04 pengantar cara berfikir dasarriyadmengajar
 
Islam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensiIslam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensiFatih Aziz
 
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarahKel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarahAriani Ghomaisha
 
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahanRisalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahanKammi Daerah Serang
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafatnorma 28
 
Manifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islamiManifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islamiUrwatul Wusqa
 
Mengindonesiakan Ekonomi Islam
Mengindonesiakan Ekonomi IslamMengindonesiakan Ekonomi Islam
Mengindonesiakan Ekonomi Islamlihin84
 
Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)Fuji Lestari
 
Buku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdf
Buku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdfBuku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdf
Buku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdfNoorLailyFitriyati
 
Makalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titinMakalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titinapotek agam farma
 
Buku Pendidikan Menuju Manusia Mandiri
Buku    Pendidikan Menuju Manusia MandiriBuku    Pendidikan Menuju Manusia Mandiri
Buku Pendidikan Menuju Manusia Mandirirobby chandra
 
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaaSPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaaRokhiMaghfur
 
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...Haristian Sahroni Putra
 
8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosialRusnaini Soleh
 
Makalah globalisasi
Makalah globalisasiMakalah globalisasi
Makalah globalisasiDewi Zulaeva
 
IAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.doc
IAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.docIAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.doc
IAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.docTiara Komanichi
 

Similar to Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi (20)

04 pengantar cara berfikir dasar
04 pengantar cara berfikir dasar04 pengantar cara berfikir dasar
04 pengantar cara berfikir dasar
 
Islam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensiIslam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensi
 
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarahKel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
 
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahanRisalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahan
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Manifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islamiManifesto politk kampus islami
Manifesto politk kampus islami
 
Mengindonesiakan Ekonomi Islam
Mengindonesiakan Ekonomi IslamMengindonesiakan Ekonomi Islam
Mengindonesiakan Ekonomi Islam
 
Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)
 
Kitapun Orderan
Kitapun OrderanKitapun Orderan
Kitapun Orderan
 
Cbran dialog
Cbran dialogCbran dialog
Cbran dialog
 
Buku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdf
Buku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdfBuku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdf
Buku Murid IPS - Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 02 - Fase E (1).pdf
 
modul UT (MAKALAH IPS)
modul UT (MAKALAH IPS)modul UT (MAKALAH IPS)
modul UT (MAKALAH IPS)
 
Makalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titinMakalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titin
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Buku Pendidikan Menuju Manusia Mandiri
Buku    Pendidikan Menuju Manusia MandiriBuku    Pendidikan Menuju Manusia Mandiri
Buku Pendidikan Menuju Manusia Mandiri
 
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaaSPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
 
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
Kapita Selekta Pendidikan - Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Era Globali...
 
8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial
 
Makalah globalisasi
Makalah globalisasiMakalah globalisasi
Makalah globalisasi
 
IAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.doc
IAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.docIAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.doc
IAD : sejarah perkembangan manusia dan perkembangan teknologi.doc
 

More from Bayu Prasetyo

Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)
Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)
Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)Bayu Prasetyo
 
Makalah Lahirnya Generasi Digital Indonesia
Makalah Lahirnya Generasi Digital IndonesiaMakalah Lahirnya Generasi Digital Indonesia
Makalah Lahirnya Generasi Digital IndonesiaBayu Prasetyo
 
1948 pandangan hidup
1948 pandangan hidup1948 pandangan hidup
1948 pandangan hidupBayu Prasetyo
 
1948 gerilya-politik-ekonomi
1948 gerilya-politik-ekonomi1948 gerilya-politik-ekonomi
1948 gerilya-politik-ekonomiBayu Prasetyo
 
1924 menuju republik indonesia
1924 menuju republik indonesia1924 menuju republik indonesia
1924 menuju republik indonesiaBayu Prasetyo
 
1921 serikat islam semarang
1921 serikat islam semarang1921 serikat islam semarang
1921 serikat islam semarangBayu Prasetyo
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusiBayu Prasetyo
 

More from Bayu Prasetyo (10)

Teknik persidangan
Teknik persidanganTeknik persidangan
Teknik persidangan
 
Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)
Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)
Apa itu blog ? (Penjelasan tentang blog untuk pemula)
 
Makalah Lahirnya Generasi Digital Indonesia
Makalah Lahirnya Generasi Digital IndonesiaMakalah Lahirnya Generasi Digital Indonesia
Makalah Lahirnya Generasi Digital Indonesia
 
1948 pandangan hidup
1948 pandangan hidup1948 pandangan hidup
1948 pandangan hidup
 
1948 gerilya-politik-ekonomi
1948 gerilya-politik-ekonomi1948 gerilya-politik-ekonomi
1948 gerilya-politik-ekonomi
 
1924 menuju republik indonesia
1924 menuju republik indonesia1924 menuju republik indonesia
1924 menuju republik indonesia
 
1921 serikat islam semarang
1921 serikat islam semarang1921 serikat islam semarang
1921 serikat islam semarang
 
Berbicara efektif
Berbicara efektifBerbicara efektif
Berbicara efektif
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
 
Lpj pelantikan
Lpj pelantikanLpj pelantikan
Lpj pelantikan
 

Thesis Tan Malaka Mengkritik Pengaruh Akademisi

  • 1. Thesis Tan Malaka (10 Juni 1946) Sumber: Penerbit Murba, Jakarta Kontributor: Diketik oleh Abdul KATA PENGANTAR Seorang nachoda yang berpengalaman cukup, yang mengemudikan kapal, yang kuat dan baru juga mesti menentukan keadaan pelayaran lebih dahulu sebelum bertolak dari pelabuhan. Taufan yang mengancam di waktu depan, bisa menyebabkan kapal itu menunda perjalanannya atau juga memukul kembali atau membelokkan pelayarannya ke kiri-kanannya bahkan juga memukul kembali ataupun menenggelamkan kapal itu. Syukurlah kalau nachodanya berpengalaman lama serta mengetahui karang dan gerakan udara dilautan yang di tempuh, kini ataupun di hari depan. Tetapi tiadalah dunia akan mendapat kemajuan seperti sekarang, kalau semua nachoda tidak mau berangkat sebelum keadaan udara laut dan cuaca sungguh di ketahui lebih dahulu. Colombus tidak akan sampai ke Amerika, kalau Ia bergantung pada pengetahuan yang sudah pasti, yang sudah di uji kebenarannya saja. Dia akan berbalik setengah pelayaran setelah menemui mara bahaya, kalau Ia cuma bergantung kepada teorinya ahli bumu Toscanelli saja. Semangat adventure, mencoba-coba sesuatu yang mengandung bahaya mautpun mesti dilakukan. Berbahagialah suatu negara dan masyarakatnya yang mempunyai semangat adventure itu. Memang lebih dari 50% kemajuan masyarakat kita di tebus oleh jiwa yang bersemangat adventure itu, dalam semua lapangan hidup, politik, ekonomi, militer, bahkan semua cabang ilmu. Dalam revolusi Indonesia sekarang banyak jalan yang belum kita ketahui. Semua jalan masih kedepan asinglah buat kita. Berjalan ke depan berarti adventure, percobaan yang mungkin membawa maut. Perjalanan yang pasti cuma perjalanan ke belakang, yakni kembali kejalan yang kita jalani 350 tahun belakangan ini. Artinya ini kembali mencari jalan penjajahan, kembali menjadi budak jajahan…..berkhianat, kepada turunan sekarang dan anak cucu. Inilah saja sekarang jalan yang pasti terang.
  • 2. Bahwasanya perjalanan masyarakat kita terutama berarti perjalanan politik ekonomi sebagai garis besarnya. Garis besar dalam politik-ekonomi kita sebagai raitnya masyarakat Indonesia, dalam dunia penuh pertentangan ini, mungkin bertentangan dengan garis besarnya politikekonomi negara lain ialah negara kapitalis. Mungkin garis besar kita terpaksa memutar dari garis besar politik-ekonominya negara lain, mungkin mem-viaduci atau menyelundupi kebawah satu terowongan. Bagaimanapun juga ahli politik ekonomilah yang berhak menentukan garis besar dalam perjalanan politik-ekonomi masyarakat Indonesia dalam revolusi sekarang ini. Timbulnya satu golongan yang bangga menamai dirinya "acedemice" di Indonesia ini sudah mulai memonopoli semua pengetahuan yang berdasarkan ilmu. Di Philipina dan Hindustan, memang percobaan memonopoli itu sudah memperlihatkan hasilnya. Disana sudah masuk betul paham diantara segolongan rakyat, bahwa umpamanya yang memimpin politik itu harusnya satu Mr dan memimpin ekonomi itu mesti suatu Dr dalam ekonomi. Kalau kita ikuti logika semacam itu, jadinya seorang leek bukan bertitel tidak boleh meraba-raba ilmu. Selanjutnya pula seorang Drs (yang baru 75% atau 75 ½% Dr) dalam ekonomi mestinya takluk pula pada seorang Profesor dalam ekonomi. Jadi menurut pikiran pasar "The men on the street" dengan logika semacam ini kalau seorang Drs (ekonomi) umpamanya menulis 3 buku, maka sorang Dr (ekonomi) mesti sekurangnya menulis 4 buku dan satu Profesor jauh lebih banyak dari yang di belakang ini. Dilaksanakan di Indonesia ini, kalau ahli ekonomi kita yang sudah "diakui" itu ialah Drs Moh. Hatta menulis setengah lusin buku tentang ekonomi, maka Dr Samsi mestinya menulis sekurangnya 9 buku dan Prof. Sunario Kolopaking selusin ataupun lebih. Dalam hal politik para Mr-lah yang mesti memimpin politik kita sekarang, ialah menurut logika pasar tadi juga. Tetapi apakah bukti yang kita lihat? Sedangkan Drs (75% atau 75 ½% Dr) Moh. Hatta menulis lebih setengah lusin, Dr Samsi dan Prof. Sunario Kolopaking sedikit sekali kelihatan buah penanya. Sedangkan di dunia politik Mr Iwa Koesoema Soemantri umpamanya sedikit terdengar suaranya dan cuma dalam kalangan P.B.I-nya saja, tetapi warganegaranya sejawat kita Mr Slamet, sudah sampai suaranya ke "Sri" Ratu dan seluruh rakyat Nederland serta dunia Imperialis lainnya. Demikianlah kalau kita ikuti paham yang di masukkan oleh Imperialisme Barat. Menurut paham itu kalau diambil akibatnya, maka yang bertitel itulah saja yang berhak merundingkan dan memimpin perkara ini atau itu. Yang tidak mepunyai "cap" dari sekolah akademi Barat itu menurut kehendak mereka janganlah di percayai. Tidak ada yang lebih dikenal oleh penyakit keakademinya itu daripada sosial science, termasuk ilmu masyarakat itu pula. Kita membenarkan sama sekali keperluan latihan akademi dalam ilmu seperti kimia, listrik, dan tehnik. Tetapi inipun tidak berarti bahwa yang ulung dan berhak bersuara dalam ilmu semacam itu mestinya hanya keluaran akademi saja. Cukuplah disini disebutkan bahwa pembikin beberapa
  • 3. teori yang amat berharga dalam hal listrik di jaman listrik ini seperti Michael Faraday Cuma keluaran sekolah sebenggol (rendah) saja. Thomas Edison, penemu (inventor) listrik diusir oleh gurunya dari kelas satu atau dua di sekolah rendah tadi pula karena…..bodoh. Penuh contoh lain-lain dalam ilmu seperti tersebut diatas: tehnik, kimia, matematika ataupun BIOLOGY. Banyak ilmu yang dijalani dan teori penting yang dibentuk oleh hokum akademicia. Sebaliknya banyak pula contoh yang membuktikan bahwa akademici itu Cuma tukang hafal saja, tukang "catut" ilmu orang lain saja. Semuanya membuktikan bahwa "title" itu Cuma satu surat "pas" saja dalam dunia kecerdasan, bukanlah kecerdasan sendiri! Apalagi dalam ilmu masyarakat, seperti politik dan ekonomi! Dalam hal ini dua aliran yang bertentangan sudah nyata ialah aliran politik-ekonominya Proletariat dan Borjuis. Aliran Proletariat di pelopori oleh Karl Marx seorang Dr Filsafat (bukan ekonomi) dan pengikutnya, serta aliran borjuis oleh para Profesor ekonomi di sekolah tinggi seperti Rotterdam. Kedua aliran itu tidak bisa diperdamaikan seperti klas Proletariat tidak bisa diperdamaikan dengan klas borjuis. Hidupnya suatu klas diatas berarti matinya klas yang lain dan sebaliknya. Begitulah pula teori masing-masing klas itu sehidup semati denga klasnya sendiri! Kita akui penuh bahwa aliran yang kita pakai ialah aliran Marx, yang berdasarkan pertentangan dalam hal sosial, politik dan ekonomi. Dengan pisau analyse-nya yang bersifat pertentangan (dialektika) dua klas dalam masyarakat (Proletariat melawan borjuasi) inilah kita mencoba menaksir arahnya politik dunia bergerak menuju kedepan. Dalam revolusi Indonesia mau tidak mau kita wajib menaksir arahnya politik ekonomi dunia itu bergerak. Dalam taufan gelombangnya politik ekonomi dunia itulah kita dipaksa oleh keadaan mengemudikan kapal negara kita yang berdasarkan politik ekonomi pula. Bertolak atau tidaknya dari pelabuhan, membelok ke kiri atau kekanannya kita disebabkan taufan gelombang politik ekonomi yang menentang kita, serta timbul atau tenggelamnya kapal negera kita dalam adventure dalam revolusi, ini sebagian tergantung dari taksiran kita tadilah pula. Tidak ada pengalaman yang sudah-sudah bagi kita di Indonesia boleh dipakai, karena sifatnya revolusi memangnya satu percobaan baru, lepas dari pengetahuan yang sudah-sudah dan pengalaman yang lampau. Pengalaman di negara lain seperti di Perancis, dan Sovyet Rusia mesti kita perhatikan. Tetapi memperhatikan dan mempelajarinya tiadalah meniru-niru saja. Yang kita kemukakan ialah cara (methode) berfikir, ialah Materialisme Dialektika. Yang harus kita pelajari dari negara lain bagaimana para pemimpin masyarakat disana melaksanakan metode berfikir tadi dalam keadaan suasana di negara lain itu, mengambil contoh yang baik dan menyingkirkan kesalahan yang diperbuat di negara asing. Akan tetapi malangnya sampai sekarang kita tidak mendapatkan dan tidak bisa mendapatkan bahan yang cukup buat dalam dan luar Indonesia. Apalagi dalam keadaan tahanan sekarang, dimana kita terputus dengan perhubungan luar rumah yang kita dipaksa mendiami. Brosur ini terpaksa di tulis terhenti-henti disebabkan keadaan kita dalam tiga bulan ini (pindah-pindah tempat atau terganggu kesehatan).
  • 4. Tetapi denga memakai cara berfikir yang sudah jaya dipakai di lain tempat dan bahan yang sudah kita terima, apa yang sudah kita taksir 3 bulan lampau sudah menjadi bukti pada masa BROSUR ini hampir ditulis umpamanya saja PERTENTANGAN HEBAT antara DUNIA SOSIALIS dan DUNIA KAPITALIS berhubung dengan itu pula KEMUNGKINAN PERANG DUNIA KE-3. Bahan baru, boleh jadi akan kita peroleh besok atau lusa. Kesimpulan (conclusion) kita boleh jadi kelak terpaksa diubah di sana-sini. Tetapi sebab kita rasa cukup memperhatikan garis besar dalam hal METHODE BERFIKIR yang dipakai dan politik ekonomi sekarang, maka kemungkinan perubahan simpulan (conclusion) itu tidak akan merombak sama sekali kesimpulan POLITIK EKONOMI kita tentang LUAR dan DALAM Indonesia. Berhubungan dengan itu tiadalah mungkin banyak perubahan (kalau perlu) yang mesti di derita oleh ORGANISASI, PROGRAM, TAKTIK serta STRATEGI yang kita anjurkan kelak! Bagaimanapun juga tiadalah kita perlu perlu selangkahpun juga kembali ke ahli politik ekonominya kaum borjuis besar, tengah, kecil -- ke ahli politik ekonominya kaum akademisi di Indonesia atau lainnya. Tiadalah kita perlu menempel-nempelkan ujar atau amanat professor ini atau itu, akademis ini atau pun buat di jadikan "buku" dan disampaikan kesana-sini kepada Rakyat dan Proletariat Indonesia. Kita sebaliknya akan melindungi Rakyat dan Proletariat Indonesia dari segala percoabaan akademisi yang akan membawa kembali politik ekonomi Indonesia kebawah telapak kaki Imperialisme atau menimbulkan pengharapan yang tidak-tidak diantara Rakyat dan Proletariat Indonesia. Cukup sudahlah pengalaman yang kita terima dari akademisi itu umpamanya tentang Distribusi dan Koperasi yang di gembar-gemborkan dan di "praktekkan" di jaman kempei Jepang. DISTRIBUSI dan KOPERASI yang disajikan kepada kita sebagai puncak pendapatan akademis di masa kampetai itu mungkin baik buat satu golongan kecil di salah satu tempat, ialah buat tempat bersarangnya TUKANG CATUT. Tetapi buat Rakyat Murba prakteknya ekonomi semacam itu semata-mata satu kebohongan KAPITALISME dan IMPERIALISME belaka. Buat kita POLITIK itu tidak bisa dipisahkan daripada EKONOMI dan begitu juga EKONOMI tidak bisa dipisahkan daripada POLITIK. Sering kita dengar di kalangan kita sendiri, bahwa POLITIK adalah concentrasi dan pemusatan ekonomi. Dijaman Kampetai Jepang tidak akan kita pikirkan membikin BADAN EKONOMI ini ataupun itu, karena MACHTFACTOR (perkara kekuasaan) untuk memeriksa dan menghukum yang bersalah, umpamanya tukang catut tadi tidak ada pada kita. POLITIK EKONOMI yang bisa dan patut kita praktekkan dalam masa BERJUANG ini, REVOLUSI sekarang tidak lain dan tidak bukan melainkan POLITIK EKONOMI BERJUANG dan ORGANISASI_POLITIK EKONOMI dijaman MERDEKA 100%. Syahdan akhirnya, benar atau tidaknya sesuatu faham atau teori SOSIAL dalam satu masyarakat yang berdasarkan pertentangan Proletar borjuis bukanlah diputuskan oleh "title", sebagai pengesahan borjuis saja, tetapi terutama oleh golongan Proletariat yang menantang!
  • 5. Lawu 10 Juni 1946 TAN MALAKA TENTANG DUNIA LUAR DAN DALAM INDONESIA 1. DUNIA LUAR. 1.A. PERTENTANGAN DUA SISTEM. Dua system yang sangat bertentangan sifatnya sekarang berhadapan muka satu sama lainnya di dunia ini. System yang muda tetapi tumbuh terus ialah SISTEM SOSIALISME, yang berlaku di Sovyet Rusia. Sistem yang sudah tua ialah SISTEM KAPITALISME yang berpusat di Amerika Serikat dan Inggris. Buntutnya system ini adalah IMPERIALISME yang merayap-rayap di Asia dan Afrika. Sistem Sosialisme berkuasa dalam daerah kurang lebih 1/6 muka bumi yang berpenduduk kurang lebih 200 juta manusia, ialah hampir 1/10 seluruh cacah jiwa bumi kita ini. Pengaruhnya system Sosialisme diantara seluruhnya penduduk dunia di luar Rusia teristimewa pula di tanah jajahan seperti Asia dan Afrika amat besar sekali. Imperialisme Amerika langsung menguasai Philipina dan sangat besar sekali pengaruhnya pada Kanada, Amerika Tengah, dan Selatan, yang jumlah luasnya hampir 1/3 daratan di seluruh dunia. Sebelum dan sesudahnya perang dunia ke II, Kapitalisme Amerika sangat mempengaruhi Tiongkok dan bagian Asia yang lain, juga Afrika, Australia, Eropa termasuk juga Inggris. Imperialisme Inggris semakin lama semakin renggang perhubungannya dengan Free State Irlandia, dengan Afrika Selatan, Australia dan Kanada serta sekarang dalam pertikaian hebat dengan tiang tempat berdirinya selama ini yakni India dan Mesir. Strategi baru berdasarkan Tehnik Atom menambah kemerdekaan tiap-tiap Dominion Inggris dan memperenggang antara Inggris dan masing-masing Dominionnya. Dalam masa 10 tahun permulaannya Sovyet Rusia berdiri (1917-1927), dia amat dimusuhi oleh Kapitalisme dan Imperialisme dunia. Jepang membantu dengan tentara dan senjata kepada kaum kontra revolusinya yaitu Rusia Putih di Siberia (1918),Inggris dan Perancis mendaratkan tentaranya di Archannge (1919), Rumania dan Polandia (1920) yang dibantu sepenuhnya oleh Inggris dan Perancis yang pula dari Barat, semua serangan itu dapat ditangkis oleh Sosialis Sovyet Rusia dengan berhasil. Demikian pula semua serangan dari pihak kontra revolusi di bawah pimpinan bekas para jendral Tsar seperti Kontjalk, Denikin, Wrangel dan lain-lain dihancur leburkan oleh senjata lahir dan batin (yang paling utama adalah batin) oleh Republik Sosialis yang muda remaja itu. Sesudahnya semua percobaan menyerang dengan senjata kemiliteran itu gagal, maka barulah dunia Kapitalisme mengakui Sovyet Rusia lahir dan batin serta mengajak para wakil Sovyet
  • 6. berunding di Genoa pada tahun 1922 ialah sesudahnya 5 tahun Sosialisme Rusia berdiri. Pengakuan atas kekuatan Sovyet Rusia itu adalah kekuatan de fakto bukan de jure. Pengakuan dan perundingan atas dasar "duduk sama rendah dan tegak sama tinggi" itu, tiadalah mengurangkan kecurigaan dan kegelisahan dunia Imperialisme dengan jajahannya terhadap Sosialisme di Rusia itu. Meskipun senjata militer tidak lagi dilakukan terhadap Sovyet Rusia tetapi tidak putus-putusnya dunia Kapitalisme mencoba memfitnah dan membusukkan di mata dunia luar Rusia dengan jalan anti propaganda yang serendah-rendahnya. Dari tahun 1928 sampai perang dunia ke II ini, Kapitalisme dunia kaget, kagum, dan gemetar melihat kemajuan pesat Sosialisme di Rusia, di sebabkan oleh pelaksanaan Rencana Ekonomi berturut-turut. Kemajuan semacam itu terutama dalam perkara tehnik, pertanian dan perindustrian serta yang berhubungan dengan itu dalam hal sosial dan kebudayaan yang belum pernah dialami oleh bagian dunia lain dan ditempat manapun juga. Tetapi dunia Kapitalisme tetap curiga walaupun kagum tetapi benci, meskipun maklum sungguh tentang kesanggupan Sosialisme dan kegagalan Kapitalisme. Baru setalah Jerman Fasis menyerang Rusia pada bulan Juni 1941 maka Kapitalisme Amerika dan Inggris menghampiri dan mengadakan perserikatan melawan perserikatan Fasis Jerman-Jepang-Italia. Nyatanya sekarang bahwa perserikatan itu sama sekali tidak berdasarkan atas persamaan sifat. Apabila musuh bersama itu telah jatuh maka tegaklah kembali pertentangan sifat yang lama, pertentangan SISTEM SOSIALISME dengan SISTEM KAPITALISME. 1.B. DUA "BISUL" PEPERANGAN. George Washington. Presiden Pertama Amerika Serikat, mempormulirkan, menetapkan, poltiik, luar Negara dengan cara negatif, cara menidakan. Dia mengusulkan suapaya Amerika Serikat menjauhi "foreign entanglement", menjauhi supaya perkara luar negara, yang bisa menyebabkan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan. Inilah politik "isolasi", politik menyingkirkan diri yang masyur itu. memangAmerika Serikat yang luasnya 3 ½ juta mil persegi dan penduduk baru beberapa juta saja dimasa itu belum berapa membutuhkan dunia luar berupa pasar buat membeli bahan ataupun buat menjual barang pabriknya, Amerika membutuhkan tenaga dan modal asing. Keduanya datang bertimbun-timbun dari Eropah. Paul Monroe sudah sampai ketingkat sejarah Amerika Serikat bilamana Amerika Serikat membutuhkan Amerika Tengah dan Selatan sebagai pasar. Inilah artinya dasar politiknya "Amerika for the Americans" ialah Amerika buat orang Amerika. Dalam hakekatnya pepatah ini berarti, bukan saja lagi Amerika di Utara perlu buat pasarnya Amerika Serikat sendiri, tetapi juga seluruhnya Amerika Utara, tengah dan Selatan hendaknya dimonopoli oleh kapital Amerika Utara. Politik negatif George Washington kini menidak bolehkan kapital asing bermarajalela diseluruhnya benua Amerika. Politik meng-isolir, mengasingkan diri dari negara asing, yang dimajukan oleh Monroe dan berbadan pada Partai Republik, sekarang dalam hakekatnya mengisolir kapital asing di kedua benua Amerika. Presiden Wilson, bapak Volkbond, Sarikat Bangsa, pemimpin Partai Demokrat dengan mancampuri Perang Dunia ke I, akhrinya mengisolir Amerika Serikat dari Serikat Bangsa yang dianjurkan oleh Presiden Amerika sendiri itu, nyatalah sudah Amerika Serikat sudah sampai
  • 7. ketingkat imperialisme, yang memerlukan pasar buat bahan, hasil pabrik dan penanaman modalnya. Cuma lembaga (tradisi) dan pertengkaran antara dua partai terbesari itu menyebabkan Partai Demokrat masih malu-malu kucing. Perang Dunia ke II ini sekali lagi menarik Amerika Serikat, dibawah pemerintah Partai Demokrat pula, kerjurang politik "foreign entanglement". Memang almarhum Presiden Roosevelt dan penggantinya Presiden Truman, sudah terlibat betul dalam imperialisme dunia. Kehendak Presiden Truman, supaya Amerika "tetap kuat, supaya tetap memegang pimpinan dan melakukan pimpinan itu untuk perdamaian dunia" adalah hasrat dan perkataan tepat-jitu seseorang wakil imperialisme tulen. Usaha campur tangan "mendirikan Korea yang demokratis", membantu anak angkat Tiongkok yang "merdeka dan demokratis" dengan Y.M.C.A (Kumpulan Pemuda Kristen), modal dan penasehat militer dsg, memproklamirkan "Commonwealth Filipina" yang "berdaulat dan merdeka" penuh tetapi mendudukan tentara atau armada Amerika di Filipina "berdaulat dan merdeka" itu pada tanggal 4 Juli tahun ini dan menduduki semua pulau yang penting buat siasat perang diseluruh Lautan Teduh ……….memang semuanya perbuatan imperialis 100% yang diselimuti dengan perkataan "perdamaian dunia" dsb, yang lazim dipakai oleh "Winston Churcil dan Tenno Haika. Hilanglah ketakutan Amerika Serikat akan terlibatnya" dalam politik luar negara sesudah perang dunia ke II ini. Lenyaplah keinginannya hendak "menyingkirkan" diri dari diplomasi yang aggreisf. Amerika Serikat sekarang sudah terikat oleh kapital yang ditanamnya disluruh dunia dan politik imperialisme yang dilakukan diseluruh Asia Timur dan lautan teduh. Pasar buat bahan, hasil pabrik dan tempat menanam modal Inggris, jajahan dalam arti sebenarnya berada di Afrika, Asia Dekat dan Tengah. Terhadap Afrika dan Asia Inggris bersikap sipenjajah tulen. Di Eropa Barat dan Tengah INggris mempunyai pasar pula buat menjual barang pabriknya dan menanam modalnya. Buat menjaga pasranya itu dia menjalankan politik memecah dan mengadakan "block". Negara yang besar dipecah atau dikepung. Nederland yang kuat diabad ke 17 dipecah menjadi Negara BElgia dan Belanda sekarang. Perancis yang kuat dijaman Napoleon, dikepung dan diperangi oleh "block" beberapa negara Eropa dibawah pimpinan Inggris, Germania dibawah Leiser di kepung dan diperangi oleh "block Negara" dibawah pimpinan Inggris (1914-1918). Germania dibawah Nazi dikepung dan diperangi oleh "Block Negara" dibawah pimpinan Inggris (1939-1945). Sekarang Negara Soviet-Rusialah yang terkuat di Eropa. INggris sedang berusaha keras mengadakan "block Negara" di Eropah Barat, disekitar Lautan Tengah dan di Asia Dekat dan Tengah. Jalan terpenting buat Inggris ke Hindustan ialah Terusan Suez dan kedua Trans-Jordania-Irak. Sjahdan Irak seperti juga Iran amat penting sekali buat imperialisme INggris, berhubung dengan minyak-tanah dan jalan darat dan duara pergi ke India. Disinilah Inggris sekarang berusaha mengadakan "Block Negara" Turki-Arab dibawah pimpinannya menentang Soviet Rusia. Kabarnya konon di Irak berada 200.000 serdadu Inggris. Soviet Rusia tentulah insaf betul akan maksud Inggris terhadap dirinya dimasa ini. Soviet Rusia tentunya belum lupa akan sikap Inggris terhadap driinya dari waktu berdirinya pada tahun 1917 sampai pecahnya perang Germania-Rusia tahun 1941. Soviet Rusia membalas aksi ekonomi dari pihak Inggris dengan aksi ekonomi dan aksi diplomasi dengan aksi diplomasi pula. Produksi mingak di Rumania yang dahulu dikuasai Inggris sekarang jatuh ketangan Rusia. Di Iran rupanya Rusia bisa mendapatkan hak mendirikan kongsi mingak dengan Iran. Dengan begtiu maka monopoli Inggris-Amerika di Iran terancam oleh kongsi Rusia-Iran. Oleh musuh Rusia tindakan
  • 8. Rusia semacam ini dikatakan tindakan imperialisme merah. Terjemahan semacam itu memangnya gampang dimengerti dan dipercayai oleh otak yang kurang kritis, apalagi oleh semangat yang memang berat sebelah. Tetapi dalam suasana pergulatan hidup mati antara yang mem-block dan yang diblock yang diperdalam pula oleh pertentangan lama antara SISTEM SOCIALISME dan SISTEM-KAPITALISME, susahlah dicari titik berhentinya politik SOcialisme yang mempertahankan diri dan titik melangkahnya politik imperialisme-merah atau putih dan akchirnya mana yang "sebab", mana pula yang "akibat". Teranglah sudah disekitarnya negara Iran-Irak dan Turki berada "bisul" peperangan yang sewaktu-waktu bisa meletus. Inilah bisul yang pertama. Di Asia Timur umumnya di Korea chususnya dimana Trusteeship Rusia berdampingan dnegan Trusteepship Amerika berada "bisul" peperangan yang sewaktu-waktu pula bisa meletus. Inilah bisul yang kedua. 3. Disekitarnya Pertentangan. Pertentangan yang mencolok mata dalam beberapa hal-ichwal kehidupan manusia dalam masyarakat socialisme di Rusia dan dalam masyarakat kemodalan, seperti di Amerika, Inggris dll. Ialah: a. Dalam hal Politik. Di Soviet Rusia. Pada permulaan revolusi di tahun 1917, maka pemerintah negara berdasarkan "Diktatornya Kaum Proletar: dalam arti proletar mesin dan tanah dibawah pimpinan Partai Komunis, yang ber-anggota beberapa puluh ribu orang saja, memaksakan kemauannya atas seluruh penduduk Rusia, yang lebih kurang 150 juta itu. Dalam pemilihan umum yang baru lalu Partai Komunis dengan anggota dan calonnya sudah menjadi beberapa juta dan jumlah pemilih sudah hampir 100 juta orang. Kekuasaan tetap ditanggannya pekerja dalam pabrik, tambang dan pertanian. Didunia kemodalan. Dalam masyarakat, dimana kekuasaan (birokrasi), kekayaan dan kebudayaan dipegang oleh kaum Borjuis (Bankir, Pabrikant, Saudagar dengan para pembantunya propesor, pembesar Negara, Pangreh Praja, Jurnaist, Pendeta dsb), maka pemilihan umum itu Cuma berarti memindahkan kekuasaan engara dari tangannya satu golongan kaum borjuis ketangan golongan borjuis yang lain. Dengan perkakas pemerintah yang berupa birokrasi, dibantu oleh alat propaganda yang kuat, maka beberapa biji kaum kapitalist itu bisa memaksakan kemauannya atas seluruh Rakyat. Dalam masyarakat kapitalis, maka demokrasi itu adlaah satu kedok buat menutupi muka kediktatoran beberapa biji kapitalist atas seluruhnya rakyat. b. Dalam hal bahan.
  • 9. Soviet Rusia berbahagia mempunyai hampir semuanya macam bahan kodrat seperti arang, minyak tanah dan listrik, hampir semuanya bahan logam, seperti besi, mas, perak, platina dll, hampir semuanya bahan pemakaian, seperti kapas, wol, kayu, kecuali getah, tetapi bisa diganti; dan akhirnya makanan yang melimpah, karena tanahnya luas dan subur, Soviet Rusia tak begitu membutuhkan bahan dari luar. Inggris Cuma kecukupan arang saja. Minyak didatangkan dari semua plosok dunia. Besi tak cukup; mesti didatangkan dari luar. Timah dari Malaya. Hampir semua logam yang lain-lain tak terdapat di Inggris. Kapas kurang halus dari Hindustan. Yang halus dari SUDAN (Mesir). Getah dari Malaya. Cuma + 40% barang makanan bisa dihasilkan di Negara Inggris sendiri. Sebagian besar dari daging atau gandum mesti didatangkan dari luar (Argentina, Australia, Hindustan dll). Amerika Serikat berbahagia pula memiliki alam yang mengandung hampir semuanya jenis bahan Timah dan getah yang tidak ada di Amerika Serikat bisa diperoleh di Amerika elatan. Cuma boleh jadi sekali minyak tanah sudah hampir kering dipompa ddari kandungan bumi Amerika Serikat. Kapitalist Amerika sudah lama insyaf akan hal ini. Sebab itulah maka Standard Oil Co. mempertajam hidungnya mencium-cium dimana ada minyak dan sudah lama mempererat cengkramannya pada kebanyakan sumber minyak di lua Amerika. Getah dan Timahpun adlaah persoalan terpenting buat perindustrian terpenting di Amerika Serikat ialah per-industrian-oto dan pesawat terbang. c. Dalam hal perburuhan. dengan hancurnya beberapa biji kapitalis serta jatuhnya alat produksi ditangan masyarakat buat masyarakat, dengan lenyapnya "hasrat mencari untung", lenyapnya" dasar produksi yang anarchistis" dan lenyapnya "kebiasaan berlomba-lomba menghasilkan dan menjual murah" seperti didunia kapitalistis, maka kedudukan Rkayat di Soviet Rusia, tidak lagi bertinggi berendah, kedudukan buruh dan majikan, melainkan kedudukan mereka sesama pekerja. Perbedaan tentulah tak akan lenyap begitu saja, karena terbawa oleh pengaruh lama dan pengaruh kapitalisme disekitar Soviet-Rusia. Perbedaan terbawa pula oleh perbedaan pekerjaan, tetapi perbedaan itu makin lama makin berkurang, selama pengisepan tenaga kaum buruh oleh majikan tiada berlaku, selama produksi bukan dilakukan buat mencari untung oleh beberapa biji kapitalist yang berlomba-lomba, melainkan buat keperluan masyarakat seluruhnya menurut satu perhitungan, selamanya itulah pula crisi dan pengangguran tetap (permanent unemployment) tak akan dikenai di sosialistis Rusia. Sekaya kayanya Amerika (dan INggris) syah dan selama penghasilan cuma buat memburu untung sebesar-besarnya oleh beberapa biji kapitalist dengan jalan berlomba-lomba mempertinggi technik, mengurangkan gaji bruh dan mengurangkan banyaknya buruh dipakai maka keududkan Rakyat dalam garis besarnya adlaah kedudukan majikan dan buruh, bertinggi berendah dan kedudukan yang mengancam dan terancam. Kaum buruh ialah bagian penduduk yang terbesar dalam masyarakat itu, selalu terancam oleh pengangguran. Adapun pengangguran itu adlaah suatu penyakit yang tetap terkandung oleh
  • 10. masyrakat kapitalisme. Penyakit pengangguran itu bisa lenyap kalau kapitalisme dan kaum kapitalist sendiri lenyap dari muka bumi Amerika, Inggris & Co. Sebelum perang dunia kedua ini, maka pengangguran tetap di Amerika Serikat mengenai kurang lebih 11 juta orang dan Inggris kurang lebih 2 juta orang. d. Dalam hal pertanian. Dengan lenyapnya Latifudian (tanah NIngrat) yang sering ratusan K.M persegi luasnya dan lenyapnya kasta kaum Ningrat di Rusia, maka lenyaplah pula tindasan dan isapan kaum Ningrat atas tenaganya buruh tanah dan lenyaplah pula akhirnya proletar tanah dalam arti lama. Dnegan kemajuan kollektivisme (kerja bersama) dan mekanisasi (pemakaian mesin) maka timbullah kaum pekerja tanah disamping pekerja pabrik dan tambang. Kedudukan buruh terhadap majikan (tani terhadap tuan tanah) bertukar menjadi kedudukan pekerja terhadap pekerja: sama rata. Di Amerika dan INggris pengisapan dan penindasan farmers (tuan tanah) besar dan menengah terhadap jutaan buruh tanah, ialah mereka yang hidup dengan gaji semata-mata masih marajalela. Seperti buruh mesinmaka buruh tanah di Amerika, Inggris dll, masih menderita tindasan dan pengisapan dan masih terancam oleh pengannguran yang mengenai jutaan manusia pada waktu yang tetap pasti datangnya. e. dalam hal kebangsaan. Di Soviet Rusia perbedaan bentuk badan, besar tubuh, warna kulit dan perbedaan bahasa dan kebudayaan satu golongan manusia dengan golongan manusia lainnya tiada lagi menimbulkan pertentangan, pembencian dan permusuhan. Soviet Rusia sanggup memusatkan semua persamaan diantara satu golongan manusia dengan golongan manusia yang lain, umpamanya dalam keperluan hidup (politik dan ekonomi). Sanggup pula memberi kelonggaran pada perbedaan, umpamanya tentangan bahasa dan kebudayaan. Dengan memakai bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar buat seluruhnya Soviet Rusia dan membiarkan bangsa kulit putih, Turki, Mongolia memakai dan memajukan bahasanya sendiri dalam satu "federasi", besar atas sistem socialisme, maka pertentangan kebangsaan hilang lenyap. Pertentangan kebangsaan hilang lenyap. Pertentangan majikan dan buruh yang melekat pada sistem kapitalisme memperdalam perbedaan bangsa dan bangsa, dalam sesuatu masyrakat kapitalisme. Dalam negara Amerika Serikat yang membanggakan "demokrasi" dan "kemerdekaan" itu, ada tempat dalam kereta api umpamanya, yang tiada bisa dimasuki oleh bangsa Neger. Bangsa yang malang ini acap kali menderita serangan kejam, yang termashur didunia dengan perkataan "lynch", ialah "pukulan sampai mati", kalau ada orang hitam yang melanggar atau disangka melanggar kehormatannya (perampunan) bangsa kulit putih. Orang berwarna di Afrika Selatan amat dipisahkan tempatnya dengan orang kulit putih baik dalam ekonomi, politik ataupun pergaulan hari-hari saja. Dalam kereta kndaraan sering tertulis "for white men only", Cuma buat orang putih saja.
  • 11. Masih segar dalam peringatan kita tulisan di Syanghai dikebun umum",Chinese and dogs are not allowed", Tionghoa dan anjing terlarang masuk. 4. Kemungkinan pertentangan. Sejarah masyarakat kita yang mengandung pertentangan socialsime itu, logisnya, bisa menimbulkan 4 kemungkinan. 1.e Kapitalisme menang dan socialisme lenyap, 2.e Keduanya socialisme dan kapitalisme bersama-sama masyarakat manusia hilang lenyap, 3.e Kapitalisme dan socialisme berkompromis, 4.e socialisme menang sempurna. Bahwa kapitalisme akan menang sempurna dan socialisme akan lenyap sama sekali, tidaklah mungkin. Skearangpun dinegara kapitalistis yang sekuat-kuatnya, socialisme adalah satu fator, satu kekuatan yang tiada bisa dibatalkan. Di Amerika atau Inggris adalah "undang-undang perburuhan" yang menjamin penghidupan (walaupun sederhana) kaum proletar. Hak kaum bruh mendirikan kumpulan dan surat kabar dan mengirimkan wakilnya ke Dewan-Perwakilan sudah lama diakui dan dijalankan di Amerika, Inggris dll. Negara kapitalistis. Bahwa socialisme dan kapitalisme keduanya bersama masyrakat manusia kita akan lenyap dari muka bumi, tiadalah perlu banyak diperundingkan. Kemungkinan itu memang ada, umpamanya kalau negara socialistis dan sarekatnya berperang habis-habisan dengan Negara kapitalis dan sarekatnya memakai senjata yang tiada lagi mengindahkan peri kemanusiaan. Tetapi kemungkinan ini beralasan pula atas kemungkinan, bahwa manusia itu sudah tak berakal dan berkemanusiaan lagi. Dengan perkataan lain: manusia itu bukan manusia lagi. Lebih mungkin hal 3, bahwa kapitalisme dan socialisme akan berkompromis, atau dnegan jalan ambil mengambil, atau sebagai dua sistem yang bertentangan, tetapi hidup sebagai dua tetangga yang berdamai atas dasar hormat-menghormat. Kemungkinan ini bisa berlaku, kalau beberapa syarat bisa pula berlaku. PERTAMA: pada satu pihak dunia Socialistis cukup mempunyai "bahan" buat per-industriannya buat menjamin penghidupan yang cukup tinggi buat penduduknya dan teknik yang cukup kuat buat pertahanan masyarakatnya terhadap serangan Dunia Kapitalistis yang mungkin terjadi. Pada lain pihak Dunia Kapitalistis mesti tetap punya pasar buat membeli bahan pabrik, pasar buat menjual hasil pabrik dan daerah buat menanam modalnya. Karena modalya dan pabriknya kaum kapitalist senantiasa bertambah besar itu adalah syarat hidupnya kapitalisme pada satu pihak, tetapi pada pihak lain jajahan dan pasar sekarang saja sudah amat sempit buat seluruhnya kapitalisme didunia, maka susahlah kalau tidak mustahil, yang dunia kapitalisme bisa terus hidupnya. Atau dunia kapitalisme akan terpaksa bertempur dengan dunia Socialisme atau akan meletus kegembungan diri sendiri. Tiap-tiap krisis, pengangguran dan pemogokkan umum didunia, kapitalistis diwaktu damaipun, akan menambah simpati kaum proletar dinegara kapitalistis tehradap negara socialistis yang tak mengenal penyakit krisis, pengangguran dan pemogokan umum semacam itu.
  • 12. Sebaliknya pula kebusukan negara kapitalistis itu akan menambah cemburu, kecurigaan dan kebencian kaum kapitalistis dinegara kapitalistis terhadap kemakmuran dan ketenraman social dan Negara Socialsitis itu. Pada lagi diwaktu revolusi dalam salah satu Negara Kapitalstis atau dimasa peperangan imperialistis, sudahlah buat Negara Socialistis dan Negara Kapitalistis buat menjauhi peperangan satu sama lainnya. KEDUA: pembagian hasil diantara kaum kapitalist dan kaum buruh, yang berupa untung dll. (termasuk bunga uang gaji dan pensiun) buat kaum borjuis serta upah buat kaum proletar, haruslah semangkin lama semangkin mendekati sama rata dengan tidak melalaui jalan revolusi. Tetapi kesulitan penyelesaian itu dengan damai amat susah sekali diperoleh, kalau tidak mustahil. Karena memperbesar upah buat kelas-buruh berarti memperkecil untung buat kaum borjuis. Kalau untungnya kecil, maka bungan uang buat meminjam modal itu sendirinya naik. Sendirinya pula harga barang pemakaian sehari-hari naik. Sendirinya pula, akhirnya, upah yang diperbesar tadi dibatalkan oleh harga-harga keperluan buruh sehari-hari naik itu. Kenaikan upah itu tak berguna. Kaum buruh perlu berusaha kembali menaikan upahnya dengan jalan pemogokan. Lain pula kalau upah buruh amat tinggi, maka kaum borjuis mencoba mendapatkan dan memakai mesin baru yang lebih cepat dan kuat (mekanisasi). Dengan begini maka terpaksa pula sebagian kaum buruh dilepas, sebab mesin baru yang cepat-kuat tadi membutuhkan sedikit orang saja. Dengan bagitu maka timbullah pula pengganguran. Semua percobaan buat menaikkan upah dengan jalan pemogookan dari pihak kaum pekerja dan jalan mengurangi banyak pekerja (pengangguran) dengan jalan mekanisasi dari pihak kaum kapitalist, ialah bunga api yang sewaktu-waktu bisa membakar minyak tandah revolusi dalam masyarakat kapitalisme. KETIGA: Kedudukan Negara Penjajah dan Negara Terjajah (seperti Inggris dan Hindustan) mesti dengan secara damai pula mendekati keadaan dua Negara Merdeka. Tetapi buat Negara Penjajah ini berarti kehilangan pasar buat membeli bahan yang tetapi-murah, kehilangan pasar tempat menjual hasil pabriknya dengan harga tetap mahal dan kehilangan daerah yang tetapaman buat menanam modal yang tetap besar untungnya. Karena kemerdekaan tulen buat Negara Terjajah itu berarti mengendalikan harga bahannya dan dimana bisa memakai bahannya itu untuk pabriknya sendiri. Selainnya dari pada itu memakai pasar dalam negaranya sendiri buat menjual hasil pabriknya sendiri dan kalau perlu dengan menolak sama sekali masuknya atau mempajaki barang pabrik Negara Asing ynag bisa menjadi saingan buat hasil parbiknya sendiri. Akhirnya dimana ada kesempatan negara dulunya terjajah, tetapi sekarang Merdeka tulen (andaikan secara kapitalis itu, tentulah akan memakai daerahnya sendiri buat menanam modalnya sendiri. Pada tingkat permulaan mungkin sesuatu Negara baru Merdeka itu mau dan perlu memakai modal asing, tetapi dalam tempoh sedikit saja modal asing itu akan takut dan ngeri sendiri melihat kemajuan dan persaingan hibat dari Negara baru itu. Umunya Asia dan Afrika mempunyai banyak bahan dan tenaga yang murah harganya. Membangunkan kapitalisme Asia seluruhnya berarti buat kapiltaisme Eropa dan Amerika membangunkan saingan perdagangan yang kalau diperbandingkan dengan perdagangan Jepang sebalum perang Dunia ke II, adlaah seperti perbandingan gajah dengan lalat. KEEMPAT: Ketiganya Almarhum Negara Facist, yakni Germania, Italia dan Jepang tetap bisa dikangkangi dan diinjak lehernya. Ini membutuhkan kekuatan dan persatuan kokoh antara Bekas Sekutu, ialah Inggris-Amerika dan Rusia. Sedikit saja kekuatan atau persatuan mengangkangi dan menekan ketiga negara yang berjumlah penduduk + 200 juta itu longgar, maka akan
  • 13. bangunlah kembali negara Bekas Fascist yang akan mendapatkan bermacam-macam jalan buat menibulkan kembali perlawanan membalas dendam. Sekarang belum lagi negara menang berunding dengan negara kalah buat menentukan nasib negara-kalah itu, sudah timbul percekcokan haibat antara 3 negara menang, yakni Inggris, AMerika dan Rusia. Boleh jadi sekalii kalau perundingan sudah dimulai akan timbul pertentangan, malah permsuuhan yang haibat, yang tak bisa dipadamkan. Sekarang pun sudah terdengar-terdengar kabar, bahwa masing-masing negara menang akan mengurus perdamaian dengan bagian negara kalah yang didudukinya saja. Dengan begitu, maka negara kalah akan berupa terbagi-bagi. Tetapi begitu pula negara menang. Jikalau negara menang itu, terbagi-bagi, maka akan terbukalah jalan buat mereka negara kalah dengan jalan tertutup, setengah terbuka dan akhirnya terang-terangan bersatu-diri dan mengadakan perlawanan seperti dilakukan di Germania sedudah perang dunia ke I. Pakah jalan persatuan dan imperialisme Germania itu kelak akan dipimpin oleh partai fascist pula atau oleh bentuk lain, bolehlah diserahkan kepada sejarah saja. Tetapi sudahlah beberapa kali sejarah Germania membuktikan, bahwa bangsa Germania tak bisa dikangkangi, dikenalikan oleh negara asing ataupun dibagi-bagi kedaulatan, kemerdekaan, daerah atau administrasinya, buat selama-lamanya. Mengingat kesulitan 4 perkara ini sebagai syarat buat negara socialistis dan negara kapitalistis mengadakan kompromis, maka keadaan berkompromis itu adalah seolah-olah suwarga yang mesti didapat selelah melalui jembatan rambut menyeberangi api neraka. Kemungkinan terakhir, 4e. ialah: Kemenangan sempurna pada pihak socialisme atas kapitalisme. Ini tiada akan berarti, bahwa kapitalisme akan lenyap sama sekali. Sebab hasilnya (positiveresult) yang dibawa oleh kapitalisme ialah teknik, administrasi dan kerja bersama dalam sesuatu perindustrian, akan dibawa terus, bahkan dimajukan olhe socialisme. Kemenangan socialisme yang sempurna berarti, bahwa sosialismelah sistem yang akan diakui dan dijalankan diseluruh dunia. Dalam garis besarnya ini berarti: usaha mencocokan produksi dan distribusi dengan cara teratur (rational) kerja bersama (cooperation), dan tergabung (coordination), untuk kemakmuran tiap-tiap anggota masyarakat yang bekerja disluruh dunia. Akan lenyaplah cara menghasilkan menurut kehendak dan keperluan seseorang kapitaliset, buat mencari untung seseorang diri. Akan hilanglah perlombaan menjual murah dan mencari untung besar dan berhubung dengan itu, hilanglah pengangguran, krisis, imperialisme, peperangan dan penjajahan. Alasan buat kepastian kemenangan SOCIALISME atas KAPITALISME adalah bermacammacam, diantaranya adalah: PERTAMA: dalam hal politik. Dalam masyarakat kapitalis, maka beberapa biji kapitals dengan hartanya membikin birokrasi dan menyewa kaki-tangannya buat menindas dan menghisap golongan terbesar dalam masyarakat, ialah pekerja otak, yang mengancaukan masyarakat itu sudah dimiliki oleh masyrakat mesin dan tanah. Salam. Masyarakat socialistis, maka harta perseorangan buat kemakmuran tiap-tiap anggota masyrakat. Dalam masyarakat semacam ini kekuasaan politik tiada lagi dimonopoli oleh beberapa biji kapitalist buat kepentingan dirinya sendiri, melainkan oleh semua yang bekerja.
  • 14. KEDUA: Dalam hal ekonomi. Dalam masyarakat kapitalist pendapat baru (teknik) dipakai baut pemukul perusahaan saingan. Mesin baru bisa mengadakan barang yang lebih banyak, lebih bagus dan lebih murah. Tetapi sebaliknya sering pula mesin baru dibelu oleh satu monopoli, tersu dibuang atau dipnedam karena takut, akalu mesin baru menimbulkan terlampau banyak pengangguran, jadinya mengguncangkan pasar pula. Kalau pengangguran tiba-tiba terjadi, maka sebagian besar kaum buruh kehilangan upah. jadinya mereka tidak sangup membeli apa-apa walaupun mesin baru bisa mengadakan barang yang bagus dan mura. Kalau barnag tak laku, pabrik terpaksa pula ditutup. Masyarakat socialistis, yang tidak berdasarkan concurrentie itu, melainkan berdasarkan perhitungan atas apa dan berapa keperluannya masyarakat itu, akan bergembira kalau seseorang anggotanya mendapatkan mesin baru baut memperbanyak, mempercepat dan memperbagus hasilnya. Syahdan keperluan dan keinganan manusia itu tak ada hingganya. Sesudah keperluan makan tertutup, orang mau pakaian. Seusdah keduanya tertutup, orang mau kendaraan. Seterusnya orang mau bunyi-bunyian dll. Makan dan minumanpun adalah bermacam-macam tingkatnya, dari yang perlu buat hidup seperti nasi, sampai ke gorang ayam, sate pergedel dll. Pakaian: dari celana karung sampai mori, palmbeach dsgnya. Kendaraan: dari kuda dan kereta angin sampai ke oto dan pesawat terbang. Bunyi-bunyian dari biola sampai radio. Demikianlah seterusnya, dari yang perlu sampai kesetengah mewah dan mewah. Berhubung dengan tak ada batasnya keinginan manusia itu maka tak pula ada batasnya buat kemajuan teknik dan temannya itu ilmu. Produksi bisa menghubng setinggi-tingginya. Seperti sudah dibayangkan lebih dahulu, maka dalam masyarakat kapitlaistis tak ada kecocokan antara produksi dan distribusi. Barang itu dihasilkan oleh beberapa biji kapitlaist, dengan tak merembukan banyak dna sifat barangnya satu sama lainnya, menurut rancangan. Kemjuan barnag tadi dijual dipasar dan dieli oleh yang mampu saja. Mungkin barnag itu kurang, kalau kemampuan melebihi. Mungkin pula barang itu kelebihan, aklau kemampuan si pembeli kekurangan. Celakanya kalau barnag itu kekuranga, maka harganya naik, dan untungnya bsear. Dalam hal ini beberapa biji kapitalist yang sama-sama menghasilkan barang yang kurang tadi, dengan tidak berembuk satu sama lainnya memperbanyak barang sekuat-kuatnya. Tiab-tib barang itu melimpah. Harganya merosost. Untung kecil, hilang berganti menjadi kerugian. Parbik terus ditutup dan pengangguran timbul. Dalam masyarakat socialistis, maka banyak dan sifatnya barang yang akan dihasilkan dihitung lebih dahulu oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Banyak dan sifatnya hasil semua (pabrik, tambang, kebun) yang sudah dimiliki oleh masyarakat itu, dicocokkan lebih dahulu dengan keperluan dan haknya anggota masyrakat yang bekerja. Banyak hasil dan pemakaian hasil tiadalah diombang-ambingkan oleh kekuatan membeli seseorang anggota masyarakat lagi, melainkan didasarkan atas perhitungan yang nyata, ialah keperluan masingmasing anggota yang bekerja. Dalam masyarakat yang socialsitis perhitungan itu masih berdasarkan upah orang yang bekerja, atau sebagaian atas upah dan sebagian atas keperluan masnusia umumnya. Dalam masyarakat komunisme penghasilan (produksi) berdasarkan: tiaptiap orang kerja menurut kesanggupannya. Pembagian hasil berdasarkan: tiap-tiaporang mengambil hasil menurut keperluannya. KETIGA: Dalam hal diplomasi.
  • 15. Dalam masyarakat dunia kapitalis makaNegara yang kapitalistis yang kaya dan kuat dalam kemiliteran dan teknik bisa memaksa kemauannya sendiri atas negara yang lemah buat dijadikan jajahan: ialah pasar tetap buat membeli bahan, menjual hasil pabrik dan mengembangkan modalnya. Pemaksaan itu (Imperialisme) menimbulkan peperangan dengan Negara lemah tadi atau dengan engara lain karena ingin pula mempunyai jajahan seperti tu atau lantaran takut kalau negara perampas bermula akan bertambah kuat dan bertambah berbahaya buat dirinya sendiri. Dalam masyarakat dunia socialistis, semua bahan dunia bisa di hitung dan dikumpulkan oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat dunia itu. Barang bahan itu bisa diperoleh diri sesuatu negar ayng punya, dengan penukaran dengan hasil pabrik atau uangnya negara yang membutuhkan barang bahan itu. Dengan hilangnya rebut-merebut pasar buat membeli bahan dan menjual barang-pabrik dengan lenyapnya usaha mencari untung dan bunga uang, maka hilanglah pula alasan dan dasar yang terpenting buat peperangan. Keuntungan masyarakat socialistis dalam hal social, kebudayaan dll, amat terlampau banyak. Tetapi kelebihan kekokohan masyarkaat socialsitis dalam hal politik, ekonomi, dan diplomasi seperti diuraikan diatas tadi sudah cukup memberi jaminan bahwa masyarakat socialsitis mesti menang. Sejarah masyarakat sudah membuktikan bahwa masyarakat socialistis mesti menang. Sejarah masyarkaat sudah membuktikan bahwa masyarakat yang lebih kokoh ekonomi, teknik dan politiknya menggantikan yang lebih lemah masyarakat feodal menggantikan masyarakatbudak, dan masyarakat kapitalistis menggantikan masyarakat feodalistis. Sekaranglah jamannya buat maysarakat socialistis menggulingkan masyarakat kapitalsitis. Atau dunia kita terpaksa kembali menjunjung "undang-undang rimba" (the law of the jungle) dalam pergaluan satu negara dengan lain. Dengan bertambah cepatnya maju teknik perang (bom-atom) maka bertambah cepatlah pula masyarakat kapitalistis itu didorong oleh "undang-undang rimba" itu keperang dunia ke II smapai hancur lebur semuanya masyarakat kita manusia. 5. U.N.O sebagai PENDAMAI. Buat menegakkan perdamaian dunia belumlah cukup kalau League of Nations (Serikat Bangsa) ditukar saja dengan United Nations Organitation (UNO). Tidak saja namanya, tetapi juga "sikapnya" mesti ditukar. League of Nations, lebih dikenal dijaman penjajahan Belanda dengan nama Volkenbond, cukup penting dan mulia maksudny, ialah: menyelesaikan perselisihan Negara dan Negara dengan jalan perundingan Cukup kuat pula "sanction"nya, ialah hukuman atas negara bersalah sabagai jaminan satu sesuatu putusan bersama dalam League itu. Kalau nyata sesuatu negara bersalah karena memahayakan perdamaian dunia, maka negara itu harus dibekot. Tetapi Jepang yang sudah nyata salahnya, akrena terang bersikap ceroboh (aggressive) di Mansyuria terhadap Tiongkok (1931) tiada dibekot. Sebabnya itu ialah lantaran pembekotan terhadap Jepang itu dianggap pembukaan peperangan dunia. Jadi orang takut akibatnya menjalankan putusan League of Nations tadi. Putusan bulat dari semua negara anggota, kecuali Siam. Ketakutan League of Nations kepada akibatnya membekot Jepang, menimbukan akibat yang lebih menakutkan lagi. Kecerobohan Fascit Italia terhadap Abessinia dan kecongkakan Musolini terhadap League segera dibuntutui dengan kecerobohan Nazi Germania terhadap Polen, Norwegia dll. Di Eropah dan
  • 16. kecongkakan Hitler terhadap League. Akhirnya maka "sikap" lemah, takut akibat-kecil tadi berujung pada perang dunia ke II, akibat sebesar-besarnya. Kalau U.N.O dari mulanya akan bersikap lemah pula seperti Badan yang diwarisinya maka U.N.O pun akan mewarisi nasibnya League of Nations. Tidak saja U.N.O harus mempunya wujud yang nyata, organisasi yang teguh, serta "sanction" yang terang tertulis, tetapi terutama pula U.N.O mesti berani menanggung akibatnya menjalankan sesuatu putusan yang syah. Seperti League of Nations, maka U.N.O bermaksud penting mulia menegakkan perdamaian dunia dengan jalan menyelesaikan pertikaian negara dan negara. Sanctionnya U.N.O lebih tegas, pasti dan kuat dari sanction-nya League of Nations. Kalau sesuatu negara ternag ceroboh, maka menurut undang-undang U.N.O, tidak saja harus dibekot dalam arti ekonomi atau perhubungan, tetapi juga boleh digempur. Sifatnya sesuatu kecerobohan itu terang pula termaktub dengan ANggaran Dasarnya U.N.O kecerobohan itu dalam hakekatnya didasarkan atas pelanggaran dua hak sesuatu bangsa, yakni L pertama menentukan pemerintahnya sendiri (right of self determination) dan kedua mempertahanakan Kemerdekaan Negaranya (right of self defence). Pelanggaran itu berlaku, kalau salah satu dari lma perkara yang ditentukan pada salahs atu conferensi dunia berlaku, ialah: 1e. kalau sesuatu negara mengumumkan perang pada negara lain (sudah tentuyang bukan menyerang!), 2e. mengerahkan tentara daratnya buat menyerang, 3e. mengerahkan armadanya dan pesawat terbangnya, 4e. mempersenjatai sesuatu golongan dalam negara lain yang menyerang negara lain itu, 5e. mengepung ekonominya negara lain (blokade ekonomi). Yang akan menjadi ujian buat U.N.O kelak terutama sekali adalah dua persoalan: 1. bagaimana sikap U.N.O terhadap bangsa yang melepaskan dirinya dari salah satu bentuk penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan yang diperolehnya, terhadap serangan luar. 2. Bagaimana sikap U.N.O terhadap negara yang maju dnegan perminataan mempunyai pasar-tetap, baik berupa protection (perlindungan), commonwealth ataupun free state? (persoalan "the haves and the haves not"). PERSOALAN I Berhubung dengan persoalan 1.e, apakah U.N.O akan menganggap sesuatu negara yang "menyerang" satu bangsa yang memerdekakan dirinya dan mempertahankan kemerdekaannya itu, adalah satu negara "ceroboh"? apakah U.N.O dalam hal ini akan membekot atau mengempur negara ceroboh itu? Dalam arti yang tegas-hidup buat Indonesia sekarang pertanyaan itu kita boleh susun, sebagai berikut:
  • 17. Apakah si Licik-Pendusta Diplomasi Ingrgis dengan bonekanya si Congkak-Cacah-CamarCeroboh tetapi pengecut-BElanda-noca, yang memakai tentara darat, laut dan udara, mengadakan pengepungan ekonomi, mempersenjatai dan mengerahkan Jepang dan Bangsa Indonesia yang bodok-goblik menyerang bangsa Indoneisa yang memerdekakan dirinya dan mempertahankan kemerdekaannya selama 8 bulan ini, bukan satu kecerobohan? Kalau belum terang, apakah U.N.O tak patut mengirimkan satu komisi yang terdiri dari beberapa Negara, termasuk juga negara yang tiada berkepentingan minyak tanah, getah atau timah di Indonesia ini? apakah sikap INggris dan bonekanya Belanda dibenarkan, apakah ini tidak akan berarti membenarkan "penjajahan" dan membatalkan "hak kemerdekaan sesuatu bangsa" (right of self-determination_ dan "hak mempertahankan diri"(right of self-defence) ialah dua tiang tempat berdirinya U.N.O? Kalau seandainya Inggris dan bonekanya Belanda, memang melanggar kemerdekaan Indonesia dan memang ceroboh, tiadakah perlu Inggris Belanda dibekot dan digempur? apakah sikap si lemah " seperti terdahadap Jepang pada tahun 1931" pula yang akan diambil? Satu pepatah yang masyur sekali berhubung dengan sikap yang mesti dipakai oleh para hakim dalam satu perkara disalah satu Negara demokratis yang kuno di Indonesia dijaman lampau berbunyi: "Tiba dimata dipicingkan dan tiba diperut dikempiskan". Artinya itu kalau yang bersalah itu adlaah berdekatan dengan para hakim maka perkara itu ditutup saja. Menurut dasar negara itu juga patutlah: "Tinggi kayu aru dilangkahi dan rendah bilang-bilang diseluduki". Artinya, walaupun yang kirnya bersalah itu berkedudukan tinggi, maka para hakim mesti berani melangkahi, berani melakukan hukuman, ialah kalau perlu. Jika yang diperiksa itu rendah kedudukannya dalam masyarakat, maka para hakim harus lebih merendah (hati) lagi: lebih objective dan lebih ramah-tamah. Tetapi apakah negara kecil-kecil dan negara besar-ponakan inggris apakah (our cousin) amerika Serikat, akan bisa, berani mau sampai hati mengambil tindakan terhadap Inggris? teranglah Amerika Serikat sampai hati "me-atomi" satu negara Asia, seperti Jepang, tetapi apakah Amerika Serikat akan berani, mau dan sampai hati menegor, membekot atau menggempur Inggris, Nica kalau terang bersalah? Apakah dalam hal ii berlaku pepatah kuno diatas: "Tiba dimata dipicingkan, tiba diperut dikempiskan? Kalau tidak sanggup, maka Cuma satu jalan yang patut dipilih oleh Amerika Serikat. "Tinggalkan" U.N.O seperti dulu Amerika meninggalkan League. Kalau Amerika Serikat tetap tinggal duduk dalam U.N.O maka dia ikut tanggung akibat yang lebih besar: kecerobohan bebas dari hukuman terus-menerus, bahkan dapat sanction, ialah "cap" pula dari U.N.O sampai ……ke perang dunia 3. PERSOALAN II. Karena rapatnya perhubngan persoalan pertama diatas dengan persoalan kedua, amka dalam pemecahannya persoalan pertama sudah termasuk pula pemecahan persoalan kedua ini: yakni:
  • 18. boleh atau tidakkah dibenarkan oleh U.N.O ,permintaan baru untuk mempunyai pasar tetap, berupa commonwealt atau free state? Seandainya kelak sesudah beberapa tahun salah satu negara Germania, Italia, Jepang atau ketiganya serentak bangun kembali atau negara baru seperti Tiongkok atau Brazillia dll, memajukan permintaan diatas, apakah U.N.O akan menolak saja permintaan semacam itu? tegasnya, permintaan semacam itu berhubungan rapat dnegan persoalan "the haves and the haves not", yang punya tak punya jajahan atau pasar tetap. Dalam hal ini apakah alasan "imperialisme licik, bohong, jahanam INgrgis" dan bonekanya Belanda-Perancis buat menolak permintaan engara kapitalistis baru, yang memang butuh pula dnegan pasar itu? Kalau Inggris, menolak buat orang lain dan emmbenarkan buat dirinya sendiri seperti terhadap Germania, Italia, Jepang dijaman League, maka akobatnya penolakan itu akan diwarisi pula oleh U.N.O. kebangunan Germania, Italia, Jepang ditambah negara kapitalistis baru ……..akhirnya perang dunia ke 3, dan bubarnya U.N.O karena "tak jujur" , munafiknya sendiri. Kalau Inggris membenarkan negara kalah ditambah beberapa negara baru berjajahan, sedangkan semua jajahan sudah dibagi-bagi diantara Inggris dan bonekanya, maka ini buat kapitalisme imperialisme iNggris dan para bonekanya "berhara-kiri" ialah membunuh diri sendiri. 6. INDONESIA, SERBA-SERBI Penyakit "ist" dan "isme" "Ist" ialah akhiran kata, beralasan bahasa asing seperti juga "isme". "Ist" mengartikan seseorang, sebagai pengikut orang yang berarti, umumnya dalam dunia berpikir. Jadi marxist, ialah pengikutnya Marx. "Isme" ialah paham, sebagia buah pikiran, seseorang ahli pikir. Budhisme umpamanya, ialah buah pikiran ahli pikir Hindustan dimasa dahulu, bernama Budha. "Socialisme" banyak coraknya, tetapi yang dinamai "scientific-socialisme", atau socialisme menurut ilmu pasti dibentuk oleh marx dan teman pembentuknya Engels. Sesuatu "isme" itu tentulah dibentuk pada "satu masa", dalam "suasana dan keadaan tertentu" dengan memakai "cara berpikir yang tertentu" serta "wujud dan penjuru penilik yang pasti" pula. Buhisme diatas dibentuk oleh gautama Budha + 2500 tahun lampau dalam masyarakat pertanian dan pertukangan yang sederhana dan agak tentram dengan cara berpikir logika berdasrakan idealisme dengan wujud melenyapkan kasta Hindu buat sama-rata diantara Rakyat dimasa itu. Socialisme, bentukan marx-Engels, timbul + 100 tahun lampau dalam masyarakat kapitalisme muda, tetapi bergelora dengan cara berpikir dialektis berdasrakan kebendaan (materialisme) dengan wujud melenyapkan kelas borjuis menunju masyarakat sama-rata diantara kaum pekerja seluruh runia. Banyak sekali bahanya mengakui diri "ist" yang sebenarnya dan mengandung "isme" tulen, sambil menuduh orang lain,s ebagai "ist" palsu dan pengikut " isme" lancung. Apalagi kalau
  • 19. masa revolusi dalam iklim yang termasyur panas dalam segala-gala dan dalam masyarakat yang emngandung 93% buta huruf kita ini. Banyak orang yang tak bisa membedakan "cara berfikir" (methode) dan buah (hasil) berpikir. Seorang guru yang mengajarkan "cara" menjelaskan satu persoalan (perhitungan) mungkin salah perhitungannya sedangkan muridnya mungkin benar. Mungkin si Guru tadi "silap", karena terburu-buru, salah baca dll, sedangkan "cara" (methode) menghitungnya sudah tentu benar. Demikian pula tak akan mustahil kalau sekiranya "perhitungan" Marx sendiri-yang manusia juga-dalam politik, ekonomi dll silap, karena belum nyata semua bukti plitik, ekonmi dll dimasa hidupnya itu. Meskipun begitu Marx tetap "guru" dalam sebenarnya dalam "cara" berpikir "dialektika-materilaistis" itu. Dalam hal banding-membanding perhitungan poitik, ekonomi dll. Di Indonesia dengan paham marx 100 tahun yang lampau orang mesti berlaku awas sekali. Janganlah dilupakan, bahwa suasana dan keadaan politik, ekonomi dan kebudayaan masyarakat eropa dahulu dan sekarang berlainan dengan keadaan di Indonesia sekarang. Lagi pula kalau membawa-bawa Kutzkisme, Leninisme, Stalinisme, Trotzkyisme ke Indonesia ini, janganlah ditelan paham, perhitungan atau sikap mereka itu bulat mentah begitu saja. Karena paham perhitungan atau sikap mereka itu adalah hasil perhitungan politik, eknomi, kebudayaan yang bersejarah berlainan dari pada Indonesia kita dialam panas ini. Akhirnya kalau meraba-raba pertikaian diantara salah satu isme diatas dengan salah satu lainnya, janganlah lupa mengemukakan suasana persoalan mereka itu dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Kalu tidak begitu, maka kekacauan yang akan ditimbulkan oleh pengertian setengah-setengah itu lebih besar dari pada tiada memajukan isme dan pertikaian isme itu sama sekali. Jarang orang bisa menduga kurban bisikan palsu saja dalam masyarkat yang mengandung 93% buta huruf ini. Yang beruntung tentulah musuh!. Lebih baik pakai saja "methode"nya Marx berpikir serta syarat penting dalam socialisme, buat dilaksanakan atas bahan politik, ekonomi, kebudayaan, sejarah dan jiwa revolusioner Rakyat Indonesia sekarang ini menentang imperlialisme, buat mewujudkan masyarkat yang cocok dengan kekuatan lahir batin Rakyat Indonesia dalam suasana internasional yang bergelora ini. Kalau hasil perhitungan kita itu disetujui dan dijalankan oleh Rakyat Indoensia, maka hal itu adalah bukti yang senyata-nyatanya, bahwa perhitungan tiada salah tak berapa salahnya. "The proof of the pudding is in the eatting", pengalaman itulah guru yang sebaik-baiknya. Ekonomi Dilain tempat sudah dilakukan kupasan tentangan watak dan daerah kapital internasional di Idnoensia sebelumnya Belanda menyerah kepada Jepang dibulan Maret 1942. sepintas lalu perlu dituliskan disini beberapa hal yang berhubungan dengan hal yang tersebut sebagai "gelang penyambung" saja dalam "ratai karangan" kami ini. Perusahaan Indonesia dijaman Belanda ialah perindustrian dan pertanian bahan mentah dan barang mewah. Bahan mentah dan bahan mewah itu tiadalah diadakan buat Rakyat Indonesia melainkan buat diperdagangkan oleh Belanda dengan negara yang membutuhi. Barang mewah, seperti teh, kopi, gula tembakau dll. Sebagian besar dipakai oleh Belanda sendiri di Negeri Belanda, sebagia kecil oleh Rakyat Indoensia, tetapi sebagian besar untuk diperdagngkan
  • 20. kesemua penjuru dunia. Barang bahan seperti kapok, getah, kopra, sisal, palm-alie dl. Sebagian besar pula buat diperdagangkan. Hasil tambang seperti minyak tanah, arang, timah, bauxite, emas, dan intan sebagian kecil sekali di perdagangkan oleh Belanda keluar negeri. Hampir semua mesin buat pabrik gula, teh, kopi, padi, kina, kopra dll, mesin buat tambang minyang, arang, timah, emas dll, adalah barang yang bukan dibikin oleh belanda baik di Indonesia ataupun dinegeri Belanda, melainkan barang yang dibeli oleh pedagang Belanda dari Inggris, Germania dll. Seperti negeri Belanda sendiri, maka Indoensia bukanlah negeri tempatnya perindustrian berat, ialah tempatnya "mesin pembikin mesin" atau tempatnya "mesin ibu". Bukan karena tak ada bahan buat membikin mesin, seperti besi dan campurannya bauxite, allumunium dll, atau bukan pula karena tak ada modal, tenaga atupun pasar dalam negeri, tetapi pertama sekali berhubungan dengan kecakapan dan semangatnya si penajjah Belanda, sebagia penduduk negara pertanian dan pedagang. Kedua berhubungan dengan terikatnya Belanda dalam hal ekonomi, politik, dan diplomasi kepada iNrggis, tuan besarnya, dengan menimbulkan persaingan membikin berbagai-bagai mesin di Indonesia ini. Apalagi kalau Belanda itu mendapat perintah halus (pas op hoor!) dari Inggris "majikanya", supaya jangan sekali-kali berlaku demikian. Kapital Internasional di Indonesia ini berpusat pada Anglo-Dutch, Inggris-Belanda. Dalam perusahaan "mengerok" minyak tanah dari pangkuan bumi kita, seperti BPM yang termasyur itu, Inggris menanamkan modal 40% dan Belanda 60%. Ini belum berapa hebat eratnya ikatan Inggris kelehrnya kapitalist Belanda di Indonesia yang oleh dunia luar dikenal sebagai "DustchEst-Indies (Hindia Belanda). Kalau dikaji pula dalam-dalam artinya "perjanjian" Anglo-Dutch tentangan "getah dan timah" di Mlaya dan "getah dan timah" di Indonesia buat mengendalikan pasar di dunia dan artinya Singapura buat export dan import keluar dan ke dalam Indonesia ini, maka dibelakang tanda nama (naambord) "Dutch-Indies: itu sebenarnya tertulis "Anglo-DutchIndies". Disekitarnya kapital "Anglo-Dutch" itulah terdapat kapital Amerika, Amerika, Tiongkok, Perancis, Jepang dan sebagainya. Sudah diketahui, bahwa "untung" modal Belanda di Indonesia dipukul rata F 500.000.000 (uang lama) setahun. Sedangkan begrooting (anggaran-uang) negara pukul ratanya belum lagi F 400.000.000. dalam hal ini sudah termasuk pula pensiun pegawai Belanda. Untung F 500.000.000 ditambah sebagian dari F 400.000.000 terus mengalir kenegeri Belanda.uang itu ditabungkan atau dibungakan dengan jalan memindahkannya ke Amerika, Germania atau lain tempat. Sisanya uang tadi dipakai buat spekulasi dipasar (beurs) di Amsterdam dan di Rotterdam. Kalau sebagian saja uang F 500.000.000 itu dipakai buat "industrialisasi" di Indonesia, sudah lama Indonesia mempunyai industri enteng dan berat cukup buat kemakmuran dan pertahanan Indonesia setinggi-tingginya dan sehebat-hebatnya. Tetapi kemakmuran Indonesia itu harus cukup digambarkan oleh Departemen Ekonomi dengan hasil perhitungan Huender. Menurut perhitungan itu, maka pencarian si "inlander" Cuma sebenggol sehari. Si Belanda lain memutar-mutar "kecelakaan" "si "inalnder" ini menjadi "kebahagiaan" dengan mengatakan: bahwa si "inlander" bisa hidup dengan sebenggol sehari.
  • 21. Perkara pertahaan Indonesia, maka pintu gerbang kita, yang anehnya pula kebetulan dijaga oleh Jenderal Ten Poorten (di pintu gerbang) , dengan "batuknya" Jepang sudah dibukakan dengan tergopoh-gopoh. Kebanggaan Belanda terhadap dunia luar atas kerendahannya keperluan si "inlander" yang "diperlindunginya" itu, ditambah pula dengan penghinaan atau kecerdasan bangsa Indonesia. Si Belanda selalu dengungkan dengan lisan dan tulisan ajaran pada murid-inlander, bahwa semua tambang, pabrik, kereta, kapal, kebun dan kantor yang dibangunkan oleh Belanda itu memberi penghidupan dan menjamin keamanan bangsa Indonesia. Bukan sebaliknya, bahwa semuanya itu ailah alat-perkakas pemeras tenaganya si "inlander" buat kemakmuran dan memewahkan hidupnya si Belanda. Didikan sekolah Belanda, propaganda surat kabar dan buku kesusastraannya akhirnya, tetapi tak kurang pentingnya dibeberapa pulah tahun belakangan ini",Ckristening Politik" yang dijalankan imperialisme Belanda, mengahasilkan satu golongan bangsa Indonesia, yang karena kurang perkataan yang lebih tepat kami sebutkan saja dengan nama baru ialah "inaladers-alat". Diantara jenis sejawatnya",inlanders-alat" kita ini tak taranya diseluruh dunia ini, baikpun dijajahan ataupun dinegara merdeka. "Inlanders-alat" ini terdapat dalam Badan pemerintah, kepolisian dan kemiliteran imperialisme Belanda. Reserve besar dari "inlanders-alat" ini terdapat pada golongan intelligensia, ber- atau tak bertitel. Titel ini buat mereka "inlanders-alat" Cuma memberi jaminan kecerdasan dalam vak yang berhubngan dengan teknik dan ilmu yang tak bersangkutan dengan ilmu masyarakat saja. Dalam semua ilmu yang berhubungan dengan masryakat, teristimewa politik, ekonomi mereka menunjukan sifat mereka yang teristimewa pula sebagai "inlanders-alat". Tidak ada diseluruh dunia ini yang lebih gampang dipakai oleh imperialisme asing buat melakukan kemajuannya dari pada "inlanders alat" ini, ialah hasil pendidikan sekolah Belanda dan sekolah zending yang dibantunya dengan segala tipu-dustanya. Sebagai alat pemerintah, maka "inlanders-alat" mendapatkan tempat paling cocok sperti "kandang bernaung". Seolah-olah tak ada lagi kandang yang lebih bagus buat dirinya dari pada kandang yag dibikinkan oleh tuannya. Seakan-akan tak ada lagi nasi dan tulang yang lebih enak dari pada nasi dan tulang yang dilemparkan tuannya kepadanya. Telinganya siap-sedia mendengarkan perintah tuannya. Matanya tajam buat menerkam mangsa dan bangsanya sendiri, kalau perintah datang dari "atas" ialah dari mereka yang mnruut ilmu dan pahamnya yang memberi pelajaran penghidupan dan perlindungan pada diri dan bangsanya. Begitu setianya pada tuannya, sehingga pukulan yang diberikan kepadanya, dianggap sebagai hukuman adil terhadap dirinya. Tak ada yang berat hukuman itu buat dirinya. Kalau kadang-kadang hukuman dan pukulan itu menghilangkan kesabarannya bukanlah karena rasa keadilan, kebangsaan, kehormatan atas diri sendiri dan kemerdekaan sebagai manusia atau bangsa. Melainkan karena agak alam ia menunggu kesempatan, bilmana dnegan ekor diantara kaki belakangnya ia diberi izin boleh kembali menjilat-jilat kaki tuannya dan menjalankan perintah tuannya itu dengan lebih cepat dan menjalankan pertinah tuannya itu dengan lebih cepat dan kalau lebih perlu lebih kejam dan bengis terhadap bangsanya sendiri, semata-mata buat kesenangan tuan "ndoro"nya itu.
  • 22. Imperialisme Jepang mendapatkan alat yang baik seklai "inlanders-alat" ini, yang memang berada dalam keadaan budak yang kehilangan tuan. Manusia yang bisa menerima perintah semacam ini sudahlah tentu menderita kesengsaraan dan membutuhkan "tuan". Sedikit saja lagi usaha yang perlu dilakukan oleh tuan baru, yang menggelari dirinya "saudara-tua". Beri makan secukupnya pada "inlanders-alat" yang ditinggalkan tuannya tadi dan tukar saja perkataan "bevel" (perintah) dengan kata "merei", sendirinya jawab "inlanders-aat" yang dulu berbunyi "jameneer" bertukar "hai", semua pekerjaan sebagai alatnya imperialisme asing akan berjalan terus. Jepang tak mempunyai sumber minya di negerinya. Perlu minyak dari Indonesia. Tak mempunyai besi cukup. Sudah lama besi itu didatangkan dari Malaya dan Tiongkok Jepang tahu pula bahwa Borneo, Sulawesi, dan Sumatera banyak mengandung logam besi. Jepang tak mempunyai timah, bauxite, getah, makanan dll. Semuanya ada di Indonesia. Ringkasnya Jepang paling miskin tentangan bahan buat makanan dan industri-berat, tetapi sebaliknya paling kaya tentangan nafsu mengangkani seluruh dunia dan menempeleng serta membagero-kan siapa yang tak setuju dengan maksudnya. Saudara tua kita juga amat insyaf, bahwa kalau Indonesia diangkat menjadi negara industri-berat, lambat laun, kekuasaan akan pindah dari negara Jepang, yang miskin itu ke Indonesia, apalagi kalau Indonesia di merdekakan! Barang bahan penting buat industri-berat mesti diangkat ke Jepang 5000 km jauhnya dari Indonesia. Di Jepang mesti terpusat industri berat. Sendirinya di Jepang akan terpusat kepandaian buat teknik, kimia dan ilmu lainnya. Indonesia mesti terus ditekan sebagai engara perusahaan bahan mentah dan pertanian buat makanan. Sedikit saja Indonesia meningkat ke industri berat, Jepang emsti kalah oleh Indonesia, karena semua bahan berada di Indonesia. Jadi Indonesia mesti tetap ditekan, tinggal tetap negara bahan mentah dan pertanian. Politik pendidikan dan kebudayaan Indonesia mesti di cocokan dengan kedudukanya sebagai "negara-alat" dalam "Asia-Timur-Raya", ialah alat pula buat mengangkangi seluruh Asia dan akhirnya seluruh dunia menurut Rencana-Tanaka. Sudah siap "inlanders-alat" para peminpin rakyat dan intelligensia sebagai reserve, buat menjalankan administrasi, perindustrian, pertanian Indonesia, warisan dari Imperialisme Belanda, buat dipakai oleh imperialisme Jepang menegakkan "Asia-Timur-Raya" tadi. Pamong Pradja, Tyuuo-Sngi-In, Para Kakka made in Japan, Pemimpin Besar, Tangah dan Kecil atas "Panca Darma", semuanya "Kirei" berdiri mendengar "Komando" dari Tenno-Heika di Tokyo. Puluan ribu pemuda dilatih sebagi heiho, pembantu serdadu Jepang, dikirimkan kesemua pulau di Indonesia, bahkan juga ke Birma dan Siam buat "orang suci" di Asia Timur Raya. Para "Kakka" Indoensia memihak kepada Jepang, bukan karena persoalan kalah-menang, melainkan karena Jepang berada pada "kebenaran, keadilan, dan kesucian"………katanya. Diketahui sekarang, bahwa 3 atau 4 juta "romusha" mati karena memang kekurangan pakaian, tempat tinggal, obat-obatan dan makanan. Mereka (biasanya diculik) dikerahkan buat meninggalkan desa, pekerjaan dan akan isteri, menggali lubang pertahanan militer, lapangan terbang dll. Keperluan militer dimana-mana. Buat membalas "jasa" Jepang menetapkan Indonesia negara pertanian, dan perusahaan bahan semata-mata, dengan memeras keringat, dan darah putera-puteri (pelayan Indonesia) maka ada
  • 23. pula kakka yang setuju dengan penyerahan Eklatan dan Pahang kepada Siam, dan Semenangjung Melayu, Borneo Utara dan ……….Shonanto, Yakni pesat strategi seluruhnya Indonesia bersama Birma, Siam Annam dan Filipina …………..kepada militerisme Jepang. "Inlanders-alat" tetapi konsequent dengan watak dan sejarahnya sebagai alat imperialisme asing. INDONESIA KELUAR Beberapa persoalan yang terpenting yang mengenai dunia luar umumnya dalam garis besarnya tentulah pula mengenai Indonesia. Indonesia tiadalah bisa lepas dari pada persoalan yang berhubungan dengan pertentangan socialisme dengan kapitalisme, pertentangan si Penjajah (the haves) dan Yang-Ingin=menjajah (the haves not), pertentangan si Penjajah dan si Terjajah,s erta akhirnya pertanyaan "Hari Depannya", UNO. Tetapi beberapa persamaan dunia Indonesia dengan dunia luar itu tiadalah boleh menyesatkan kita ke daerah cara berpikir yang sering disebut dengan cara "mekanis", ialah cara jalannya mesin yang tak berotak itu. Karena persoalan ini atau itu dipecahkan diluar Indonesia dengan hasil demikian, maka persoalan itu mesti dipecahkan di Indonesia dnegan hasil serupa itu pula, dengan tiada mengindahkan beberapa perbedaan. Yang terpenting ialah membentuk persoalan itu di Indonesia ini (het stellen van het probleem) dan cara (metode) yang dipakai buat memecahkan persoalan itu. Bukanlah hasil pemecahan itu yang terpenting. Tidak saja persamaan dalam garis besarnya yang mesti diperhatikan, tetapi juga beberapa perbedaan, walaupun kecil rupanya. Tiadalah boleh dilupakan, bahwa beberapa perbedaan kecil itu kalau dikumpulkan bisa menjadi perbedaan besar (quantity menjadi quality, perbedaan banyak bertukar menjadi perbedaan sifat). Buat membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itu di Indonesia ini perlulah pula kemerdekaan berpikir dan keberanian. Keberanian dan kemerdekaan berpikir dalma hal membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itulah yang membawa LENIN kepada SISTEM baru kepada hasil perhitungan dalam hal organisasi dan taktik strategy. Kalau Lenin meng-aminkan, menginggihkan saja apa yang dimajukan oleh Karl Kautsky, pendeta Internasional II, dalam hal taktik stategy, dan mengapalkan saja pendapat kautsky & Co di Eropa Barat dengan tiada memperhatikan perbedaan Rusia dengan Eroap Barat, maka Rusia tak akan sampai meningkat kemasa Diktator Proletariat, ke Rencana 5 tahun, perkebunan kollektif dll. Lenin dan para kawannya tak akan bisa lebih jauh berpikir dan bertindak dari kaum Mensyewiki atau social revolusioner. Dengan memakai cara berpikir Dialektis Materialisme dan memperhatikan dasar komunisme dalam garis besarnya, mungkin sekali Indonesia akan mengdapatkan SISTEM yang berlain rupa dengan Negara Luar, meskipun tiada berlainan sifat, ialah dalam hal Organisasi, Taktik dan Strategy. Bagaimanapun juga karena banyak persamaan tadi dnegan Dunai Luar, seperti tersebut pada permulaan fasal in, maka uraian yang bersangkutan boleh diperpendek saja. DIPLOMASI dan DIPLOMAT
  • 24. Diplomasi Indonesia semenjak hampir 10 bulan ini sudah sangat erlibat dalam "perhitungan" banwa imperialisme Inggris itu bisa di pisahkan (di-isolir) dari pada imperialisme Belanda dan ditumbukkan kepada imperialisme Belanda. Berdasarkan perhitungan ini, maka dianggap amat untunglah si Diplomat kita, yang berichtiar mengadu-dombakan Ingrgis dengan Belana. Dengan demikian diharapkan paling sedikitnya si Ingrgis akan memusuhi si Belanda dan Indonesia mendapatkan kesmpatan buat mempersiapkan diri. Tetapi nyatalah sekarang, bahwa sudah berbulan-bulan berdiplomasi hasil yang sebenarnya dari pada "perhitungan" ini ialah: Pada satu pihak Inggris menyerahkan Surabaya, Semarang, bandung dllkepada Belanda yang dikeluarkannya dari kantongnya dan memintakan daerah antara Ci Sedane dan Ci Tarum buat dipakai si Belanda sebagai batu-peloncat buat menjajah Indonesia kembali, permintaan mana katanya dikabulkan oleh para pembesar Indonesia. Pada lian pihak pergerakan revolusioner ditindas keras (Kongres "Persatuan Perjuangan" 17 Maret di Madiun) serta badan pemerintahan dan ketentaraan hendak dipindahkan kepada kaum-jinak (moderate). Pengharapan palus masuk kedalam kalbu segolongan bangsa Indonesia. Hal ini berakibat melemahkan semangat Rakyat disamping Balanda mempersiapkan diri. Seandainya si Diplomat kita berpikir dan berlaku jujur, maka disinlah kita mendapat contoh yang tepat, yang menggambarkan perbedaan antara memahamkan sesuatu teori dengan mengapalkan saja teori itu. Pula mengambarkan perbedaan melaksanakan teori itu dengan mempelajari sungguh-sungguh keadaan di tempat melaksanakannya dengan meniru-niru saja pengelaksanaan teori tadi di lain tempat dan di lain tempo: perbedaan pengelaksanaan secara dialektis dengan pengelaksanaan secara mekains seperti mesin. Teori devide-et-empire, mengadu-dombakan bangsa contra bangsa ataupun golongan melawan golongan memangnya dalam dipahamkan serta jitu dilaksanakan oleh Kerajaan Romawi dijaman kuno dan oleh Inggris dan Belanda lebih dari 300 tahun dibelakangan ini. Tetapi janganlah dilupakan "machtsfaktor" (faktor kekuasaan) yang dipakai dengan perhitungan disampingnya atau dibelakangnya pengelaksanaan politik mengadu-dombakan itu. Dan apakah faktor kekuasaan yang ada lahir dan batin di Indonesia cukup dinekal, disusun, dan dipakai oleh si Diplomat Indonesia? Adakah gerakan tentara atau gerakan Murba yang diatur dan di pakai dengan "perhitungan" membantu gerakan "lidah" sidiplomat? Ataukah semua diplomasi dipusatkan kepada gerakan lidahnya si Diplomat itu saja? Hal yang terpenting pula apakah "perhitungan" bahwa imperialisme Inggris itu bisa dipisahkan dan diadudombakan dengan imperialisme Belanda? Diatas tadi sudah dikemukakan, bahwa Dutch Indies itu dalam arti ekonomi ialah Anglo-Dutch-Indies. Hasil terpenting buat kemakmuran dan pertahanan Indonesia seperti minyak tanah dan karet, sudah dikendali oleh kongsi minyak kepunyaan Anglo-Dutch dan kebon getah Inggris yang ada di Indonesia ini. Singapura, simpang jalan dunia terletak ditengah-tengah kepulauan Indonesia sudah mengendali perdagangan keluar dan masuk Indonesia. Perjanjian Anglo-Dutch tentangan penghasilan penjualan getah dan timah yang dibikin tiap-tiap tahun, yang mengenai harga ratusan juta rupiah seudah mengekang jalannya ekonomi Indonesia. Ringkasnya dalam hal ekonomi imperialisme Inggris dengan sempurna dan effective mengekang imperialisme Belanda. Kalau Sir Hendrik Deterding diberi glas Sir oleh Inggris, maka ini bukan berarti keulungan si Hendrik ini tentangan lain hal daripada keulungan menjadi kaki-tangannya imperialisme Inggris. titel itu diberikan oleh INggris dimana
  • 25. ia mendapatakan kaki-tangannya yang patu, buat mnegekang ekonmi dan politik Negara yang mau dijadikan atau sudah dijadikan mangsanya. Di Hongkong diberikan kepada Tionghoa Sir Robert Ho Tung buat mengapusin seluruhnya Tiongkok. Di Hindustan titel itu dihamburkan kepada beberapa biji orang Hindu yang ikhlas menjalankan rol sebagai kaki-tangan imperialisme Inggris lahir ataupun batin, seperti seseorang menghamburkan tulang-tulang kepada anjing yang disukainya. Malaya pun tiada keluapaan. Hartawan Besar Sultan Johor di tempat strategi dunia yang terpenting "beruntung" pula mendapat titel Sir itu. Sepintas lalu hal ini kelihatan perkaca kecil saja. Tetapi kalau kepentingan Malaka dan Singapura dalam hal ekonomi dan strategy dipelajari dalam-dalam, maka kalung "Sir" yang dianugerahkan oleh Raja INggris kepada Ibrahim, Sultan Hartawan Johor itu besar sekali maknanya. Sir Ibrahim sudah memberi kekuasaan besar dalam per-ekonomian kerajaan Johor kepada kapital Inggris, Sir Ibrahim salah seorang autocrat terkaya di Asia, menaruh simpanan besar di Bank Inggris. Sir Ibrahim akhirnya, adalah turunan pula dari pada keuarga Sultan Johor yang hidup dimasa Stamford Raffles, lebih dari 100 tahun lampau. Salah seorang putra Sultan Johor tadi berhak mewarisi Singapura, tetapi karena gila ditolak oleh Rakyat Johor sebagai Raja dan sebagai ahli-waris pulau Singapura. Ahliwaris yang gila ini di culik dan diajak berunding oleh Raffles di Singapura. Hasil perundingan ini pada suatu pihak Putra gila yang ditolak oleh Rakyat Johor tadi beruntung diakui oleh Raffles. Pada lain pihak Raffles beruntung dapat membeli Singapura dengan harga $ 60.000 (enam puluh ribu dollar). Kecerdasan Raffles ialah satu dari pada pujaan dunia imperialisme Inggris – tiadalah terletak pada ketangkasan matanya melihat kepentingan Singapura buat ekonmi dan strategy. 1500 tahun lampau kearajaan Sriwijaya sudah insya f akan hal ini. 500 tahun lampau kerajaan Majapahit penuh insyaf akan keinsyafan leluruhnya di Sriwijaya tadi. Rafles sebagai ahli sejarah Indonesia tentulah lebih insyaf dari pada siapapun juga, akan hal, bahwa bukanlah dia Raffles yang pertama sekali menampak kepentingannya Singapura dipandang dari sudut perdagangan dan strategy. Tetapi dia cukup cerdas buat menaksir, bahwa kalau ia berhubungan dengan orang Indonesia yang sedikit saja cerdas ia tak akan mendapat Singapura dengan harga $ 60.000. Ia perlu berunging dengan orang gila, buat membeli Singapura dengan harga gila. Kemarin bandit, perampok, sekarang sesudah menjadi raja, berlagak dermawan. Hal ini lazim di dunuia feodal. Kemarin tukang catut atau tukang smokkel, dan sesudah kaya-raya berlagak menjadi dermawan. Hal ini masih lazim di dunia kapitalisme. Kemarin merampok negara merdeka, sekarang berlagak menjadi pelindung ataupun "Ratu Adil". Inipun lazim di dunia imperialisme. Tangan kanan membacok tangan kiri mengobati supaya si mangsa bisa dipakai sebagai budak. Sesudahnya Inggris mencatot Singapura dan merampok Malaka, maka dia berlagak sebagai pelindung. Demikian para Sultan dilambuk, di kenyangkan dan di-Sir-I, supaya mereka merampas dan memeras Rakyatnya buat kepentingan karet dan timah kapitalist Inggris di Malaka. Dengan memakai para Sultan di Semenanjung Tanah Malaka umumnya dan "Sir" Ibrahim khususnya disamping Sir Hendry Deterding sebagai kaki-tangannya di Indonesia, maka dalam hakekatnya imperialisme Inggris sudah menguasai seluruhnya Indonesia, termasuk Malaka dan Borneo Utara dalam hal politik dan ekonomi. Dalam hal strategy kepentingan Singapura lebih nyata lagi. Ambillah jangka dan bikin satu lingkaran (circle) dengan radius (straal) 150 mil. Dalam lingkaran itu terletak Birma, Siam, Annam, Filipina, seluruhnya Republik Indonesia dan Australia. Inilah yang kita pernah namai Aslia (Asia-Australia). Menurut ahli Barat penduduk di Aslia itu termasuk kedalam satu bangsa. Sepintas lalu kelihatan bahwa Bagian Bumi ini dikuasai oleh Iklim yang sama dan musim yang
  • 26. sama (musson). Jadi watak ekonominya pun mempunyai banyak persamaan. Berhubung dengan itu membutuhkan satu koordinasi per-ekonomian. Tetapi yang kita terutama mau kemukakan disini, ialah kepentingan lingkaran ini dipandang dari penjuru strategy. Dengan Singapura sebagai pusat, maka menurut kekuatannya terbang pesawat dimana pernah dunia ke II, Aslia terletak dalam "flying radius" (lingaran terbang). (Lingkaran teknik atom yang berada di Australia (?) tiada akan mengecilkan arti Singapura dan Aslia. Menurut U.P dalam surat kabar Hindustan The Bharat Yuoti, May 5 1946 ini, maka dalam konperensi commonwealth Inggris pada tanggal 3 May di London yang diketuai oleh Perdana Menteri Attlee, maka pemerintah Inggris mengusulkan supaya Australia berunding dengan Belanda buat memperoleh Bandung dan beberapa pelabuhan penting buat memperlindungi Kerajaan (Empire) Inggris dibagian Selatan dan Barat Daya-nya Pacific. Australia dengan tegas menolak usulan ini karena tiada menghendaki akibatnya diplomasi imperialistis semacam itu. Australia tiada ingin memusuhi Republik Indonesia. Bahkan sebaliknya Australia mengharap adanya Pemerintah Rakyat (popular government) di Indonesia dengan siapa Australia ingin hendak mengadakan Alliance (persekutuan), sekali lagi kelihatan politik bulus jehanamnya Inggris terhadap Indonesia. Walaupun gagal Indonesia mesti selalu berlaku awas selama imperialisme Inggris maish berada disekitarnya Aslia ini, dan belum dibongkar sampai keakarakarnya. Nyatalah disini, bahwa Inggris menganggap Aslia dalam hal strategy sebagai satu Unit, kesatuan. Jepang tentu tidak ketinggalan. Ini hari Singapura direbut Jepang pada tanggal 13 Febuari 1942, besoknya Singapura ditukar namanya menjadi Shonanto (Kota Gemilang). Seluruh Aslia dinamainya Selatan. Sriwijaya dan Majapahit sudah cukup mengerti akan persatuan daerah Aslia itu dalam segala-gala. Gerakan politik, diplomasi dan strategy Sriwijaya dan Majapahit juga dengan segala keinsyafan ditujukan kearah kesatuan daerah Aslia itu. Oleh orang Tionghoa pun semuanya itu dinamai Huana (bahasa Hokkian). Sekarang kalau kita, Rakyat Indonesia revolusioner, ingin mengadakan rencana yang praktis, yang penting buat kemakmuran dan terutama pula buat keamanan Republik Indonesia sekarang dan dihari depan, maka tiadalah boleh kita ketinggalan oleh paham 500 tahun lampau (majapahit) apalagi oelh paham yang sudah amsak 1500 tahun lampau (Sriwijaya). Berbahaya selalu keadaan Republik Indonesia dalam ekonomi dan strategy kalau kita tidak isnyaf akan artinya politik dan strategy Rafles dan Yamasita. Walaupun ada Federasi Perancis dan Filipina Merdeka, tetapi dengan adanya Hongkong (Inggris) maka praktisnya Aslia, adalah effetive dikuasai oleh Armada Inggris. ditangan imperialisme Inggrislah sebenarnya terletak kekuasaan ekonomi dan militer buat mengangkangi seluruh Aslia. Imperialisme Inggris dan BElanda dan Perancis sebagai boneka para Sultan atau Raja dan sebagian intelligensia sebagai kaki tangan maka di masa damai dia mengendali politik-ekonomi Aslia. Dengan Singapura sebagai Dasar Armada dan Pesawat, serta Asutralia Putih dan Ceylon sebagai garis kedua (teknik atom?), maka imperialisme Ingrgis diwaktu perang berniat menguasai seluruhnya Aslia (Asia-Australia). Mau tidak mau, dalam prakteknya Republik Indonesia. Merdeka 100% mesti bertentangan dengan Imperialisme Inggris Diwaktu damai kepentingan ekonmi Indonesia Merdeka 100% mesti bertentangan dengan kepentingan ekonomi penjajahan Inggris. Dalam masa perang SIngapura akan mengancam Indonesia Merdeka, yang tiada mau dibonekanan oleh Imperialisme Inggris, Real-politik, politik sebenarnya, (bukan impian) memaksa Indonesia pada
  • 27. satu pihak berhadapan muka dengan imperialisme Inggris. Maka real politiklah pula pada lain pihak yang akan memakasa Indonesia MErdeka mengumpulkan semua tenaga revolusioner dalam lingarakn Aslia. Flying-radius, buat ditumbukkan kepada imperialisme Inggris. Kita percaya bahwa taktik-strategy yang cerdas, organisasi yang plastis (cat seperti karet) dengan usaha yang penuh kesabaran ketetapan hati, kita sanggup berhadapan muka dengan imperialisme Inggris Singa Ompong itu. Maka berhubungan dengan kesemuaan diataslah pula, semua percobaan "diplomat ulung" di Indonesia ini berusaha memisahkan Belanda dan Inggris dan mengadu-dombakan Inggris dengan Belanda adalah seorang "cerdik" yang mencoba memisahkan dan mengadu-dombakan kepala buaya dengan ekornya. Semujur-mujurnya si Diplomat ulung tadi ia Cuma bisa menghindarkan dirinya dari pukulan ekor buaya itu. Tetapi semalang-malangnya si Cerdik itu dia pasti akan masuk lebih dalam dirangkungan buaya tadi. Adalah tiga syarat yang terutama, kalau seorang ingin hendak menjalankan diplomasi bersandar kepaa Devide et empera itu dalam keadaan revolusioner sekarang. Pertama sekali kekuatan diri sendiri dan kepercayaan atas diri sendiri mestinya ada cukup. Kedua diplomasi itu mesti bersifat revolusioner yang ada dalam Negara. Ketiga, diplomasi devide-et-empera, yang revolusioner itu mesti ditujukan kepada bagungan-musuh yang mengandung pertentangan sesungguhnya, ialah pertentangan keperluan (ekonomi). Kalau seseorang diplomat Indonesiayang revolusioner mengemukakan, pertentangan-tajam dalam hal keperluan penting (vital interset) antara Inggris dan Amerika, bahkan dengan Australia (commonwealth-Inggris), dan pertentangan itu terus akan berlaku selama Indonesia itu masih berada dalam ruangan kemerdekaan nasional, kita tak akan menyangkal (membantah), memangnya diplomasi-bambu-runcing dengan MINIMUM PROGRAM berlaku dalam suasana pertentangan hebat diantara gabungan Kapitalisme dan Imperialisme Asing, yang berada di Indonesia dijaman Belanda. Si Pengelamun, Si-Tukang-Berpangku-Tangan, Si-Serba-Tak-Bisa tetapi nasionalis dan percaya saja kepada siapa saja kecuali pada diri sendiri, Si-Pengharap Pertolongan-Luar, dalam waku damai boleh menertawakan atau mengecilkan artinya ASLIA, tetapi sebagai gabungan revolusioner dalam LINGKARAN-TERBANG (flying-sphere) dengan Singapura sebagai pusat. Mereka boleh bermimpi-mimi mengharapkan pertolongan jatuh dari langit, sambil menyeburkan isme ini atau itu kekiri kekanan. Mereka boleh terus berpangku tangan sambil bermimpi menlayang kelangit sampai .........revolusi atau peperangan akan melemparkan mereka kembali kedunia realiteit, kembali ketanah yang keras itu. Sesudah hampir sepuluh bulan si Tukang-Maki dan mengejek sering dengan memakai kedok internasionalist tetapi nasionalis yang bisa dipakai Nica, Jepang ataupun Sibar dalam prakteknya mestinya sudah insyaf, bahwa dalam revolusi atau peperangan, amka Rakyat Indonesia dalam suasana dan keadaan internasional seperti sekarang terpaksa berdiri atas kaki sendiri, pada organisasi sendiri, bersandar pada otak, hati dan jantung sendiri, pada kecerdasan, keberanian dan ketabahan hati sendiri. Teristimewa pula mesti berdiri atas alat hidup sendiri dan senjata sendiri, walalupun hanya bambu runcing saja. Disamping kepercayaan dan tindakan berdasrakan kekuatan diri sendiri yang sebenarnya, arulah kita berusaha meluaskan lapangan perjuangan kedaerah yang memberi kemungkinan memberi hasil (Aslia). Baru bertindak begitu rupa, supaya dapat merebut simpati dn pertolongan indirek (pemogokan) dari suaraumum (public-opinion) di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika, semata-mata
  • 28. menyandarkan paham, organisasi dan aksi atas kekuatan yang tiada bisa dipakai sekarang, karena jauh atau belum bisa keluar, ataupun kalau keluar belum tentu bisa dipakai menurut kehendak atau kepentingan kita, sama juga dengan sikap seseorang yang ingin menamai diri seorang revolusioner, tetapi takut kepada revolusi. Dalam perjuangan yang sebenarnya ini memang nyata, siapa yang revolusioner diwaktu revolusi dan siapa yang revolusioner diwaktu damai: Si Pembelalang didalam gelap, Si-penggertak dari sebalik gunung. Persatuan Perjuangan yang didirikan pada tanggal 5 januari 1946 tahun ini, cukup memperhatikan kekuatan kawan dan lawan. Cukup memperhatikan sifat dan susunannya semua golongan yang ada dalam Indonesia (social-structure), sifat dan tingkatnya reovusi Indonesia, kepentingan dan pertentangandalam kapitalisme dan imperialisme Asing. Persatuan yang diikat oelh Minimum-Program yang revolusioner terasa perlunya setelah disaat itu nyata kelemahan perjuangan, disebabkan oleh banyaknya partai dan banyaknya lasykar. Pada beberapa tempat seperti Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan Ciamis sudah timbul sengketa diantara lasykar dan lasyarka, serta partai dan partai. Kalau Persatuan Pejruangan tak tampil-kemuka, mungkin sengekta tadi akan lebih mendalam dan berakhir pada perang saudara, yang menguntungkan musuh. Belum lagi 2 (dua) bulan Persatuan Perjuangan, yang sanggup mengikat 141 organisasi politik, sosial, ekonomi, dan militer, berjalan maka datanglah undangan dari pihak pemerintah Republik buat bersama membentuk Kabinet Baru, sesudahnya kabinet lama, Kabinet Soetan Sjahrir meletakkan jabatannya. Persatuan Perjuangan menolak campur membentuk Kabinet Baru, bukan karena tiada sanggup menerima "tanggung-jawab" seperti dibisikkan oleh satu pihak kesana sini, melainkan karena ada hakekatnya Presiden menghendaki, supaya yang "terpentingnya" dalam Minimum-Program dibatalkan!. sebenarnya susah sekalimengetahui berapa luasnya dan dimana batasnya kekuasaan "Presiden" Republik Indonesia dimana revolusi ini. Undang-undang Dasar yang memusatkan kekuasaan dan tanggung jawab pada Presiden dan praktek memerintah sekarang yang memusatkan kekuasan dan tanggung jawab pada Perdana Menteri Cuma membingungkan yang mempelajari saja. Si Pelajar akan lebih bingung lagi kalau diketahui bahwa Presiden berdiam di Yogyakarta sedangkan Perdana Menterinya di kota Nica Jakarta, yang sudah dicelupnya kembali dengan nama "Batavia", Sebenarnya Persatuan Perjuangan sudah siap sediadengan para Calon yang sanggup menerima pangkat menteri dengan atau tiada dengan Tan malaka. Tetapi setelah ditentukan "disiplin" tehradap mereka yang akan menerima pangkat menteri yang akan membatalkan Minimum-Program, maka tiadalah seorang juga diantara para calon tersebut yang masuk ekdalam kabinet Sjahrir yang ke 2. sebenarnya patut dipuji sikap para calon yang lebih mementingkan dasar, prinsip daripada pangkat. Bukankah Rakyat dan Pemuda bertempur mengorbankan jiwanya buat dasar, prinssip yang nyata dan sah? Janganlah disalahkan para calon Persatuan Pejruangan yang memegang teguh dasar, haluan Revolusi Indonesia sekarang! Semenjak terbentuknya minimum-program ialah 4 atau 5 bulan sampai sekarnag, maka belumlah ada kelihatan cacatnya salah satu dari 7 pasal yang dikemukakan. Malah sebaliknya, kalau salah satu daripada 7 pasal itu dilanggar, dilemahkan atau dibelokkan, maka nyata sekali sikap dan tindakan rakyat terhpada tindakan semacm itu. Perlutcutan Jepang yang bermula hampir
  • 29. dilakukan yang beralainan dengan tulisan dan lisan pasal 4, mengadkaan perlawanan sekeraskerasnya dari pihak rkayat didaerah Surakarta. Sebab itulah rupanya tak jadi diadakan Markas Sekutu, seperti di Solo, ialah menurut pengumuman yang bermula diterima rakyat Solo. Tetapi apakah sudah cukup jaminan supaya tentara Jepang dari Pulau Galang kelak betul-betul akan dikirim ke Jepang dan bukan ke salah satu pulau di Indonesia, itu tiadalah bisa dipastikan. Tulisan dan lisan pasal 4 itu memang bermaksud supaya seperti yang sudah-sudah terjadi dimana-mana tempat tentara Jepang jangan dipakai lagi buat merobohkan Republik Indonesia. Yang amat penting pula tentulah pasal 1 berhubngan dengan "perundingan" Minimum-Program menuntut supaya perundingan itu berdasar atas pengakuan kemerdekaan 100%. Artinya kemerdekaan 100% mesti lebih dahulu diakui. Perundingan yang akan dilakukan ialah buat menetapkan pengakuan itu dan membuat perjanjian yang berdasarkan kemerdekaan 100% itu. Dengan perkataan lain, perundingan itu adalah perundingan dua negara merdeka. Bahwa dalam keadaan perang sekarang kemerdekaan 100% bisa dicapai dnegan "goyangan lidah" itu adalah berlawanan dengan pikiran sehat, dengan sejarah manusia dan berlawanan dengan "sifatnya"sesuatu "perundingan". Bukankah berunding itu berarti tawar-menawar, memberi dan menerima, tolak angsur? Dimanakah lagi letaknya "tawar-menawar" kalau satu pihak mau mendapatkan 100% yang sebelum berunding dibantah keras oleh lain pihak? Mungkin mendapatkan 90% ataupun dalam teori 99%, tetapi perundnigan yang tiada berdasrakan atas pengakuan kemerdekaan 100% tidak akan mendapatkan yang 100% itu. Seandainya tercapai kemerdekaan 99%, bahkan 100% pun, tetapi kalau pasal 6 dan 7 dibatalkan dilemahkan atau dibelokkan, maka lambat alun kemerdekaan 99% atau 100% tadi akan turun sampai 50% atau 10%. Kalau kapitalisme asing kembali bermarajalela seperti sebelum Jepang masuk, maka Parlemen Pemerintah Pusat, Daerah, kota dan desa Indonesia akan segera "dikebiri", aklau tidak dibeli sama sekali oleh kapital asing yang kuat dan teguh itu. Jadinya pasal 6 dan 7 yang dimaukan me-sita ler-Industrian dan perkebunan "musuh" itu adalah satu jaminan:Pertama supaya kemerdekaan diatas tetap 100%. Kedua supaya revolusi anti-imperialisme ini cukup memberi jamnin kekuasan dan kemakmuran kepada proletar mesin dan tanah. Ketiga supaya proletar mesin dan tanah kelak sesudah Indonesia merdeka 100%, dengan menjalankan "Rencana Ekonomi" segera bisa meningkat kenegara berdasarkan sosialisme yang mempunyai cukup alat mempertahankan kemakmuran dan kemerdekaannya, karena sudah mempunyai INDUSTRI BERAT berdasarkan bahan dan tenaga yang ada di Indonesia ini. syukurlah pula pasal mensita dari Minimum Program tu sudah disetujui bahkan dijalankan oleh proletar mesin dan tanah, dimana ada pabrik, tambang dan kebun musuh berada. Cocok dengan kehendak dan tindakan Inrggsi mendudukkan kembali Imperialisme Belanda di Indonesia dan bersama dengan kaum "moderate" (jinak) Indonesia memberantas kaum "extremist", maka sesudah Kongres Persatuan Perjuangan di Madiun pada bulan Maret tanggal 17, para pemimpin seperti Abikusno, Mr Gatot, Sajoeti Melik, Mr Jamin, Chairoel Saleh, Soekarni dan Tan Malaka di tangkap setengah resmi, setengah tidak dengan tak ada tunduhan apa-apa.
  • 30. Sampai dua setengah bulan (Mau 2, tahun 1946) ketika bagian brosure ini ditulis eblum juga diperiksa perkaranya. Rupanya radio Hilversum-lah yang pertama tahu akan terjadinya penangkapan dan Belandalah yang amat bergembira lantaran penangkapan ini. Pengangkapan itu dilakukan pada tanggal 17 Maret 1946. sedangkan radio Belanda di Jakarta dan Hilversum sudah mendengungkan berita yang amat menggembirakan mereka itu keseluruh udnia pada tanggal 16 maret 1946. menurut kabar radio baru ini maka Komisi van Poll memandang penangkapan itu sebagai bukti "kekuatan lebihnya" PM Sjahrir daripada Tan Malaka. Tetapi "kekuatan lebih" itu terbantah pula oleh penyiaran radio Belanda juga tentangan laporan van Poll itu juga, yang emngatakan, bahwa penangkapan Tan malaka amat menyukarkan perundingan Belanda dengan "Nederlandsch-Indie" itu. Sebenarnya "kekuatan lebih" itu baru kelak ternyata, apabila rakyat menerima usul si Belanda, yang rupanya sudah percaya benar akan kekuatan Sutan Sjahrir itu. Kalau Rakyat tiada menerima usul Belanda itu, maka penangkapan yang "tiada" berdasar undang-undang yang sudah tercantum dan disahkan itu, melainkan karena perbedaan poltik itu saja bisa pula menimbulkan akibat yang tiada disangka-sangka dan dikehendaki. Usul Belanda yang tiada slama lagi akan dimajukan oleh van Mook, terutama dalam mengakui Indonesia seluruhnya dalam status-autnomi-walupun katanya, nama Indonesia dalam status-semacam itu boleh dinamakan Republik. Dengan bagitu Belanda sudah menginjakinjak kemerdekaan dan kedaulatan Rakyat Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agusutus 1945. terhadap keluar, Negara Indonesia tak bersuara sama sekali. Terhadap kedalam Belanda merobek-robek daerah (territory), administrasi dan per-ekonomian Indonesia. Belanda akan kembali mengatur pegawai Indonesia dan kembali menduduki pabrik, tambang dan kebunnya serta memasukkan kapital asing dnegan tak ada batasnya. Disampingnya itu "Hindia Belanda" yang "Autonoom" itu harus mengakuai hutang "Hindia-Belanda" sebelum Jepang masuk. Kalau semua usul itu kelak diterima, maka kemerdekaan yang jauh kurang dari 100% dalam politik itu akan diturnkan pula sekian% oleh hutang Indonesia tadi dan oleh kekuasaan pegawai-cap-Belanda serta oleh bermaharaja-lelanya kapitalisme di perintah pusat dan daerah. Kekautan lebih yang ditimpakan atas pemimpin-pemimpin Persatuan Perjuangan, yang berdiri atas pengakuan 100% itu akan berupa kekuatan no% terhadap kapitalisme dan imperialisme asing. Bagaimana juga memutar lidah dan penah, Autonomi-Indonesia dimana kapitalisme asing bermaraja-lela akan membawa Indonesia kembali kejurang perbudakan, mungkin lebih dari sediakala. Selama dua setengah bulan Persatuan Perjuangan berdiri, maka persatuan yang berdasarkan perjuangan itu dikenankan kepada seluruh lapisan Rakyat, dari Sultan-Sunan sampai kekaum jembel. Anti-imperialist-front ini mengambil rakyat sebulat-bulatnya, sepenuh-penuhnya buat mempertahankan kemerekaan Republik 100%. Sebagai langkah pertama siasat ini mesti diambil: Siasat semacam itu di cocokkan dengan keadaan Indonesia dan dengan sejarah revolusi dimanamana didunia. Pertarungan yang dua setengah bulan itu sudah memberi ujian kepada semua lapisan tadi. Ternyata sudah setelah penangkapan madiun terjadi ujian tadi sudah emmbawa pembelaan kemerdekaan Indonesia ketingkat kedua. Kaum borjuis tengah, sebelah atas, ialah sebagian kaum saudagar, Pamong Praja, dan intelligensia seudah melempen dan berbalik muka. Mereka tidak tahan menjalankan ujian itu asyik emikirkan bagaimana memperhentikan perjuangan ini dan kembali menduduki kursi disudut-sudut kantor yang di tuan besari oleh Belanda. Sikap melempem ditengah revolusi itu bukanlah monopolinya kaum tengah Indonesia saja. Memang tiu sifatnya kaum tengah, ailah maju-mundur-lebih banyak mundur dari-pada maju