1. MAKALAH
GLOBALISASI JALAN MENUJU
KESEJAHTERAAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Konsep Dasar IPS
Dosen Pengampu :
Syamsul Ma’arif, M.Ag
Di susun oleh:
DEWI ZULAEVA (133911053)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah perkembangan sejarah,globalisasi adalah sebuah proses yang paling
memengaruhi hajat hidup orang banyak di dunia saat ini. Tidak ada satu masyarakat pun
yang tidak terkena dampaknya. Globalisasi adalah produk perkembangan ilmu pengetahuan,
daya inovasi dan teknologi yang semakin mengecilkan arti tapal batas politik dan geografi. Ia
juga adalah hasil dari perubahan-perubahan besar didunia financial, manajemen perusahaan,
dan tata pemerintahan modern yang semakin terbuka dan demokratis. Namun pada tingkat
yang fundamental, globalisasi di dorong oleh sifat yang inheren pada diri manusia untuk
selalu ingin lebih tahu, lebih bebas, lebih maju serta lebih mampu berhubungan dengan
manusia-manusia lainnya di tempat-tempat yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari globalisasi?
2. Apa yang dimaksud dari ekonomi internasional dan ekonomi global?
3. Mengapa para pengkritik salah?
4. Bagaimana membuat dunia menjadi lebih baik?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Ips
2. Mengetahui pengertian globalisasi
3. Menambah pengetahuan tentang IPS
4. Membahas secara sederhana arti dari ekonomi internasional dan ekonomi global
5. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu tentang globalisasi
6. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah kata yang mengerikan dengan makna yang kabur, pertama dipakai
pada 1960-an, dan menjadi mode yang makin popular pada 1990-an. Bagi banyak
pendukungnya ia adalah kekuatan tak tertahankan yang diinginkan yang menyapu batas-
batas, menjungkalkan pemerintahan-pemerintah despot, memperlemah pemajakan,
membebaskan individu, dan memperkaya apa saja yang disentuhnya. Bagi banyak
penentangnya, ia juga kekuatan tak tertahankan, tapi tidak diinginkan. Dengan embel-embel
“neoliberal” atau “korporasi”, globalisasi dikutuk sebagai kekuatan jahat yang memiskinkan
massa, menghancurkan budaya, memperlemah demokrasi, memaksakan Amerikanisasi,
membasmi Negara kesejahteraan, menghancurkan lingkungan hidup, dan memuja
keserakahan. Tapi globalisasi juga, setelah mempertimbangkan segala aspek, sangat
memuaskan. Persisnya memuaskan sampai dimana tergantung pada pilihan-pilihan yang kita
buat.
Sebelum mencoba menjelaskan proposisi ini, harus ada dulu penjelasan tentang apa
maksud dari globalisasi. Ini bukan perkara enteng. Karena seperti dikatakan Paul Hirst dari
Birbeck College dan Grahame Thompson dari Open University, “globalisasi telah menjadi
naratif agung baru dari ilmu-ilmu social. Hal ini dikarenakan konsep itu menawarkan lebih
banyak daripada yang ia wujudkan”. 1
Karya-karya teoretikus jalan-ketiga, seperti Anthony
Giddens, penasihat Tony Blair, perdana mentri Britania, jatuh ke dalam perangkap ini. Bagi
professor Giddens, globalisasi adalah kekuatan tak terbendung, mengubah segala aspek
kontemporer dari masyarakat, politik, dan ekonomi.2
Dengan demikian, definisi globalisasi
menjadi terlalu luas, tak bisa dijelaskan. Ia lantas menjadi, seperti kata professor Hirst dan
Thompson, slogan untuk”proses-proses budaya, ekonomi, dan social yang sangat berbeda”.
Globalisasi barangkali bukanlah kata yang sangat menarik atau elegan. Namun demikian,
tidak seorang pun yang ingin memahami prospek kehidupan kita di akhir abad ini dapat
1
Paul Hirst dan Grahame Thompson, Globalization in Question: The International Economy and the Possibilities of
Governance, edisi kedua (Cambridge: Polity Press, 1999), h, xiii.
2
Lihat, misalnya, Anthony Giddens, The Third Way: The Renewal of Social Democracy(Malden, Massachusetss:
Polity Press, 1999)
4. mengabaikannya. Tidak ada satu pun Negara yang belakangan ini tidak membicarakan
globalisasi secara intensif. Di Prancis, kata itu disebut dengan mondialisation. Di Spanyol
dan Amerika Latin, disebut globalization. Orang Jerman menyebutnya Globalisierung.
Mengglobalnya istilah tersebut menjadi bukti perkembangan fenomena yang diacunya.
Setiap guru bisnis membicarakannya. Pidato politik dirasa tidak lengkap tanpa
menyebukannya. Padahal, hingga akhir 1980-an, istilah tersebut hampir tidak pernah
digunakan, baik dalam literatur akademis maupun dalam bahasa sehari-hari. Istilah itu dating
entah dari mana, namun hampir ada dimana-mana.
Dengan popularitasnya yang muncul tiba-tiba, tidak perlu terkejut jika makna gagasan itu
tidak selalu jelas, atau jika reaksi intelektual dibangun untuk melawannya. Globalisasi
berkaitan dengan tesis bahwa kita semua sekarang hidup dalam satu dunia-tetapi tepatnya
dengan cara bagaimana dan apakah gagasan itu sungguh valid? Dalam perdebatan yang
berkembang selama beberapa tahun terakhir, di antara para pemikir yang berbeda terdapat
berbagai pandangan yang hampir sepenuhnya berlawanan satu sama lain mengenai
globalisasi. Beberapa diantaranya memperdebatkan semua hal. Dan kelompok ini disebut
sebagai kaum skeptis.
Menurut kaum skeptis, semua hal yang dibicarakan mengenai globalisasi hanyalah omong
kosong. Apapun manfaat, cobaan, dan kesengsaraan yang ditimbulkannya, ekonomi global
tidak begitu berbeda dengan yang pernah ada pada periode sebelumnya. Dunia hanya
melanjutkan hal yang sama seperti yang telah terjadi selama sekian tahun.
Dalam pandangan kaum skeptis, banyak Negara hanya memperoleh sedikit
pendapatannya dari perdagangan luar negeri. Selain itu, berbagai transaksi ekonomi lebih
banyak berlangsung di tingkat regional ketimbang dalam lingkup seluruh dunia. Negara-
negara Uni Eropa, misalnya, kebanyakan melakukan perdagangan diantara mereka sendiri.
Hal yang sama juga terjadi di berbagai blok perdagangan utama lainnya, seperti Asia Pasifik
atau Amerika Utara.
Sementara itu, kelompok lain mengambil posisi yang berbeda. Kelompok ini disebut
kaum radikal. Kaum radikal berpendapat bahwa globalisasi tidak hanya sangat riil,
melainkan juga konsekuensinya dapat dirasakan di mana pun. Pasar global, kata mereka,
jauh lebih berkembang bahkan apabila dibandingkan dengan tahun 1960-an dan 1970-an,
serta mengabaikan batas-batas Negara. Banyak bangsa telah kehilangan sebagian besar
5. kedaulatannya, dan para politisi juga kehilangan sebagian besar kemampuannya untuk
mempengaruhi dunia. Tidak mengherankan bahwa tidak seorang pun menaruh respek lagi
pada para pemimpin politik, atau yang begitu berminat pada apa yang harus mereka
katakana. Era Negara-bangsa telah berakhir. Bangsa-bangsa, sebagaimana dikatakan oleh
penulis bisnis asal Jepang. Kenichi Ohmae, telah menjadi sekadar „rekaan‟. Penulis-penulis
seperti Ohmae melihat berbagai kesulitan ekonomi dalam krisis Asia tahun 1998 sebagai
wujud realitas globalisasi, sekalipun dilihat dari sisi buruknya.
Kaum skeptis cenderung berada di aliran kiri politik, khususnya kiri lama. Sebab, jika
semua ini pada dasarnya hanya mitos, pemerintah masih dapat mengendalikan kehidupan
ekonomi dan Negara kesejahteraan pun tetap utuh. Gagasan mengenai globalisasi, menurut
kaum skeptis, merupakan ideologi yang disebarluaskan oleh para pendukung pasar bebas
yang ingin membongkar system kesejahteraan dan mengurangi pengeluaran Negara. Apa
yang terjadi sebagian besar adalah kembalinya keadaan dunia satu abad yang lalu. Pada akhir
abad ke-19, sudah ada ekonomi global yang terbuka, dengan tingkat perdagangan yang besar,
termasuk perdagangan mata uang.
Menurut saya kaum radikal yang berada di aliran kanan dalam hal ini. Tingkat
perdagangan dunia dewasa ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya, dan
mencakup jenis barang dan jasa yang jauh lebih beraneka ragam. Namun, perbedaan yang
paling mencolok terletak pada tingkat aliran uang dan modal. Ekonomi dunia dewasa ini
terkait erat dengan uang elektronik(uang yang hanya berwujud angka-angka di computer)
tidak ada bandingannya dengan masa lalu.
Dalam ekonomi elektronik global yang baru ini, para manajer keuangan, bank,
perusahaan, dan jutaan investor individual dapat memindahkan modalnya dalam jumlah yang
besar dari belahan dunia yang satu ke belahan yang lain hanya dengan meng-klik sebuah
mouse pada komputer. Dengan begitu, mereka dapat menggoyang ekonomi yang tampaknya
sekuat batu karang, seperti yang terjadi di Asia.
Oleh karena itu, saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa globalisasi, sebagaimana yang
kita alami, dalam banyak hal, tidak hanya baru, melainkan juga revolusioner. Namun, saya
tidak yakin bahwa kaum skeptis dan radikal telah memahami dengan tepat baik mengenai
apa itu globalisasi maupun implikasi-implikasinya bagi kita. Kedua kelompok itu melihat
fenomena tersebut melulu dalam pengertian ekonomi. Globalisasi berdimensi politik,
6. teknologi, dan budaya, sebagaimana juga ekonomi. Globalisasi terutama sangat dipengaruhi
oleh berbagai perkembangan system komunikasi, yang baru dimulai akhir 1960-an.
Komunikasi elektronis yang tepat dan langsung bukanlah sekedar cara untuk
menyampaikan brita atu informasi dengan lebih cepat. Keberadaanya mengubah setiap
relung kehidupan kita, kaya atau miskin. Ketika gambar Nelson Mandela lebih kita kenal
daripada wajah tetangga kita, sesuatu telah berubah dalam kodrat pengalaman kita sehari-
hari.
Nelson Mandela adalah seorang selebritis global, dan selebritis itu sendiri sebagian besar
merupakan produk teknologi komunikasi baru. Jangkauan teknologi media meningkat seiring
dengan munculnya tiap gelombang inovasi. Diperlukan waktu 40 tahun bagi radio di
Amerika Serikat untuk mendapatkan 50 juta pendengar. Jumlah yang sama diraih computer
pribadi hanya dalam waktu 15 tahun setelah teknologi ini diperkenalkan. Begitu tersedia,
hanya dibutuhkan 4 tahun bagi 50 juta orang Amerika untuk dapat menggunakan internet
secara regular.
Keliru, jika menganggap globalisasi hanya berkaitan dengan sistem-sistem besar, seperti
tatanan keuangan dunia. Globalisasi bukan sekedar soal apa yang ada “di luar sana”,
terpisah, dan jauh dari orang per orang. Ia juga merupakan fenomena “di sini”, yang
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan kita yang intim dan pribadi. Perdebatan yang
mengenai nilai-nilai keluarga yang tengah berlangsung dibanyak Negara, misalnya, mungkin
terkesan sangat jauh dari pengaruh globalisasi. Tidak demikian halnya. Di banyak belahan
dunia, system keluarga tradisional kian berubah, atau terdesak, khususnya setelah kaum
perempuan menuntut kesetaraan yang lebih besar. Sepanjang yang kita ketahui dari catatan
sejarah, belum pernah sebelumnya ada masyarakat yang kaum perempuannya hampir setara
dengan pria. Ini sungguh merupakan revolusi global dalam kehidupan sehari-hari yang
konsekuensinya dirasakan di seluruh dunia, dari wilayah kerja hingga ke wilayah politik.
Demikianlah globalisasi merupakan serangakaian proses yang kompleks, bukan proses
tunggal. Dan semuanya ini berlangsung dalam wujud yang kontradiktif atau bertentangan
dengan satu sama lain. Kebanyakan orang memandang globalisasi hanya sebagai pengaruh
atau daya “yang bergerak meninggalkan” bangsa dan komunitas local memasuki arena
global. Dan memang inilah salah satu konsekuensinya. Bangsa-bangsa memang kehilangan
sebagian kekuatan ekonominya. Namun demikian, globalisasi juga mempunyai dampak yang
7. sebaliknya. Globalisasi tidak hanya menarik ke atas, melainkan juga mendorong ke bawah,
menciptakan tekanan-tekanan baru bagi otonomi lokal.
Gobalisasi juga menekan ke samping. Ia menciptakan zona-zona ekonomi dan budaya
baru di dalam dan antar bangsa. Contohnya adalah region Hong Kong, Italia Utara, dan
Lembah Silikon di California. Atau lihat wilayah Barcelona. Daerah sekitar Barcelona, di
Spanyol utara, meluas hingga ke Prancis. Catalonia, di mana terletak Barcelona, sangat
terintegrasi ke dalam Uni Eropa. Ia menjadi bagian dari Spanyol, tetapi melihat keluar juga.
Perubahan ini didorong oleh berbagi macam faktor, sebagian bersifat struktural, yang lain
lebih spesifik dan historis. Pengaruh ekonomi tentu saja merupakan salah satu kekuatan yang
menggerakkan-khususnya system keuangan global. Namun, kekuatan itu tidak sama dengan
kekuatan alam. Kekuatan tersebut telah dibentuk oleh teknologi dan penyebaran budaya,
serta keputusan pemerintah untuk melaksanakan liberalisasi dan deregulasi ekonomi
nasionalnya.
Jadi apakah globalisasi itu? Menurut saya Globalisasi adalah cara pandang, cara berpikir,
atau proses masuk ke ruang lingkup yang mendunia. Globalisasi merupakan sebuah istilah
yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa
dan antarmanusia di seluruh dunia memalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya
populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu Negara menjadi
bias.
B. Ekonomi Internasional dan Ekonomi Global
Konsep globalisasi telah menjadi mode dalam ilmu-ilmu social, merupakan kata kunci
dalam resep-resep pakar ilmu manajemen dan kata bertuah yang digunakan para wartawan
dan politisi dari berbagai bidang dan tingkatan untuk menarik perhatian. Dimana-mana orang
mngatakan bahwa kita sekarang hidup dalam zaman dengan kehidupan social yang sebagian
besar ditentukan oleh proses global; dalam zaman dimana garis batas-batas budaya nasional,
ekonomi nasional dan wilayah nasional semakin kabur. Inti dari persepsi ini adalah: proses
globalisasi ekonomi yang belum lama ini muncul dan berjalan dengan cepatnya. Juga
dikatakan bahwa telah muncul, atau sedang muncul, suatu system ekonomi yang benar-benar
global; di dalamnya, ekonomi nasional dan, karena itu, strategi pengelolaan ekonomi
nasional, semakin tidak relevan. Dinamika dasar ekonomi dunia telah mencakup seluruh
dunia; ekonomi dunia dikuasai oleh kekuatan bebas yang tak terkendali, dengan perusahaan-
8. perusahaan transnasional sebagai pelaku utama dan pembawa perubahan. Perusahaan-
perusahaan transnasional ini tidak terikat pada Negara manapun dan masukr ke pasar mana
saja di seluruh dunia yang menjanjikan laba.
Gambaran ekonomi global yang semacam ini demikian kuatnya, sehingga memukau
analis dan membius pemikiran politik. Tetapi apakah benar demikian? Di satu pihak
meragukan apa betul telah terjadi proses pembentukan ekonomi global itu, dan di lain pihak
mengambil sikap optimis bahwa kemungkinan masih ada untuk mengendalikan ekonomi dan
untuk menjalankan strategi politik internasional.
Salah satu akibat penting dari konsep globalisasi adalah dilumpuhkannya strategi
reformasi radikal di tingkat nasional, karena strategi ekonomi nasional dianggap tidak
mungkin dapat dijalankan, karena akan harus berhadapan dengan penilaian dan sanksi pasar
internasional. Namun demikian, meski memang ada perubahan-perubahan ekonomi yang
lebih kompleks dan penuh ketidakpastian seperti yang dikemukakan oleh para penganut
ekstrem pandangan globalisasi ekonomi, peluang masih tetap ada bagi strategi dan langkah-
langkah politik di tingkat nasional, untuk mengendalikan ekonomi pasar guna mencapai
tujuan-tujuan sosial.
Masalah globalisasi baru bisa kita nilai jika kita memiliki model yang cukup jelas dan
kokoh mengenai seperti apa ekonomi global itu dan dalam hal apa ekonomi global itu
merupakan tahap baru dalam ekonomi internasional dan merupakan lingkungan usaha yang
sudah berubah sama sekali bagi para pelaku ekonomi nasional. Agar dapat melakukan
penilaian,ada dua tipe ideal dasar ekonomi internasional yang saling kontras: pertama,
ekonomi yang sepenuhnya mengglobal, dan kedua, ekonomi internasionalyang terbuka tetapi
pada dasarnya masih dilandasi perdagangan antara Negara yang berbeda-beda satu sama lain.
Tipe-tipe ideal ini penting sepanjang membantu kita menjelaskan persoalan dari sisi konsep,
dalamarti dapat menjelaskan perbedaan antara ekonomi global baru dan ekonomi yang hanya
merupakan hubungan ekonomi internasional yang lebih luas dan intensif.
Ekonomi internasional(antar-bangsa), adalah ekonomi yang terdiri atas berbagai
ekonomi nasional. Perdagangan dan investasi menghasilkan hubungan yang semakin luas
antar berbagai ekonomi nasional. Proses ini mengakibatkan makin banyak bangsa-bangsa
dan pelaku-pelaku ekonomi terlibat dalam jalinan hubungan pasar dunia. Hubungan dagang,
kerena itu, cenderung semakin mengarah pada spesialisasi nasional dan pembagian kerja
9. internasional. Namun peran penting hubungan dagang dengan cepat diigantikan oleh
hubungan investasi,dan hubungan investasi dengan cepat menjadi prinsip yang melandasi
system ekonomi. Tetapi bentuk ketergantungan antarnegara ini tetap merupakan “strategi”
saja. Artinya, dalam system hubungan seperti ini, tetap ada batas pemisah yang jelas antara
kerangka dalam negeri dan kerangka internasional dari sisi perumusan kebijakan dan
pengelolaan ekonomi nasional, dan juga pemisahan relative hasil-hasil ekonomi yang
diperoleh. Interaksi ini seperti “bola biliar”: peristiwa-peristiwa internasional tidak langsung
mempengaruhi ekonomi dalam negeri tetapi dipilah-pilah lebih dahulu oleh kebijakan dan
proses-proses nasional. Kebijakan internasional dan kebijakan nasional dapat dipisahkan satu
dari yang lain, atau, dapat pula bekerja secara “otomatis‟. Dalam hal yang terakhir ini,
penyesuaian dalam ekonomi terjadi bukan karena kebijakan pemerintah nasional atau
kebijakan pihak yang memegang otoritas, tetapi merupakan dampak atau akibat dari
kekuatan pasar yang “tidak dapat diatur” dan “spontan”.
Ekonomi global (globalized economy), adalah tipe ideal yang berbeda dengan tipe ideal
ekonomi antar-bangsa di atas dan dapat dikembangkan dengan membandingkan dan
mengkontraskannya. Di dalam system ekonomi global, ekonomi nasional yang
beranekaragam diserap dan dimunculkan kembali dalam system ekonomi dunia oleh proses
dan transaksi internasional. Sebaliknya, ekonomi antar-bangsa adalah ekonomi dalam mana
proses-proses yang ditentukan di tingkat nasional masih tetap dominan, sedangkan aspek
internasional merupakan hasil dari kinerja masing-masing ekonomi nasional itu.
Ekonomi global meningkatkan berbagai interaksi yang berbasis nasional ini menjadi suatu
kekuatan baru. System ekonomi internasional menjadi otonom dan terlepas dari ikatan
nasional, karena pasar dan kegiatan produksi benar-benar menjadi dan bersifat global.
Kebijakan dalam negeri, baik yang dirumuskan oleh perusahaan swasta maupun oleh
perusahaan milik Negara, sekarang harus secara terus menerus memperhitungkan soal-soal
internasional yang turut menentukan lingkup operasi perusahaan masing-masing. Karena
ketergantungan sistematik semakin berkembang,dan ekonomi tingkat nasional diresapi dan
diubah oleh ekonomi tingkat internasional. Dalam ekonomi global seperti ini,masalah yang
dihadapi semua pemerintah adalah bagaimana menyusun kebijakan yang dapat mewujudkan
koordinasi dan integrasi antara upaya-upaya satu pemerintah dengan upaya-upaya
10. pemerintah yang lain dalam menghadapi ketergantungan sistematik antara para pelaku
ekonomi mereka.
Dengan kata lain, masalah utama yang timbul karena perkembangan ekonomi global
adalah masalah mendasar sekali, yakni bagaimana mengatur ekonomi global itu. Pasar global
yang terlepas dari konteks sosialnya sulit sekali diatur-sekalipun taruhlah memang ada kerja
sama yang efektif antara pihak-pihakyang berwenang mengatur ekonomi dan kepentinga-
kepentingan mereka agar sejalan. Kesulitan utama adalah bagaimana menyusun pola
kebijakan nasionaldan internasional yang efektif dan terintegrasi guna menghadapi kekuatan-
kekuatan pasar global. Ketergantungan sistematik antara Negara dan pasar sama sekali tidak
harus berarti akan tercipta secara otomatis integrasi harmonis yang memberikan manfaat
pada konsumen dunia karena mekanisme pasar benar-benar bebas dan efisien dalam
membagikan sumber daya produksi.
C. Para Pengkritik Salah
Setelah sekarang kita tahu mengapa ekonomi pasar modal itu masuk akal dan
bagaimana,setelah kesalahan dan kekeliruan pada awal abad ke-20, ekonomi pasar modal,
paling tidak secara parsial, dipulihkan, kita membahas mereka yang menganggap bahwa
semua hal mengenai ekonomi pasar modal adalah kesalahan besar. Pengkritik globalisasi
ekonomi membuat banyak tuduhan. Tuduhan-tuduhan yang paling penting ada lima
diantaranya: pertama, integrasi ekonomi global memperburuk ketidaksetaraan dan
kemiskinan dimana-mana; kedua, perdagangan liberal menggrogoti kemakmuran dan
merusak pembangunan; ketiga, globalisasi ekonomi hanya melayani kepentingan
korporporasi multinasional rakus; keempat, liberalisai financial adalah ancaman terhadap
pembangunan ekonomi; dan terakhir, integrasi menggrogoti demokrasi, kedaulatan, Negara
kesejahteraan, dan regulasi lingkungan hidup, serta sebaliknya menciptakan perlombaan
habis-habisan menuju ke nadir.
Murka atas Ketidaksetaraan
Sekarang kembali kepada proposisi-proposisi yang mengawali pengkajian atas
pertumbuhan, kemiskinan, dan ketidaksetaraan ini. Tertera berikut ini, termasuk hal-hal yang
sekarang kita ketahui.
Pertama, rasio pendapatan rata-rata di negeri-negeri paling kaya terhadap pendapatan rata-
rata di negeri-negeri paling miskin makin meningkat di zama globalisasi. Tanggapan: betul.
11. Kedua, kesenjangan absolute standar penghidupan antara negeri-negeri berpenghasilan
tinggi sekarang dan sebagian besar negeri-negeri sedang membangun terus meningkat.
Tanggapan: juga betul dan tidak mungkin tidak demikian, akibat titik berangkatnya dua
dekade lalu.
Ketiga, ketidaksetaraan global di antara individu-individu menaik. Tanggapan: sala.
Ketidaksetaraan global diantara individu-individu kemungkinan besar menurun sejak tahun
1970-an.
Keempat, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem juga meningkat.
Tanggapan: kemungkinan besar salah. Jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem
mungkin sekali turun sejak tahun 1980, untuk pertama kali dalam hampir dua abad, karena
pertumbuhan cepat raksasa-raksasa Asia.
Kelima, proporsi orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem dalam populasi dunia juga
meningkat. Tanggapan: proporsi populasi dunia dalam kemiskinan ekstrem sudah pasti
menurun.
Keenam, orang miskin di dunia keadaannya lebih buruk bukan hanya dalam hal
penghasilan, tapi juga dalam indicator-indikator lain yang banyak jumlahnya mengenai
kesejahteraan dan kapabilitas manusia. Tanggapan: pasti salah. Kesejahteraan umat manusia,
diukur menurut usai harapan hidup, kematian anak, melek huruf, kelaparan, kesuburan, dan
jumlah buruh anak telah sangat membaik. Perbaikan terjadi paling sedikit di Afrika sub-
Sahara, antara lain karena penyakit dan juga karena kegagalan benua itu untuk tumbuh.
Ketujuh, ketidaksetaraan penghasilan meningkat di dalam setiap negeri dan khususnya di
negeri-negeri yang paling mengalami integrasi ekonomi internasional. Tanggapan:salah.
Ketidaksetaraan penghasilan tidak naik disebagian besar negeri sedang membangun yang
berintegrasi dengan ekonomi dunia, walaupun naik di Cina. Tampaknya ketidaksetaraan
meningkat di negeri-negeri berpenghasilan tinggi, tapi peran globalisasi dalam perubahan ini
tidak jelas dan, kemungkinan besar, tidak menentukan.
Kita juga dapat membuat proporsi-proporsi kita sendiri. Kesejahteraan manusia,
dirumuskan dengan luas, telah meningkat. Proporsi umat manusia yang hidup dalam
kemiskinan yang mengenaskan menurun. Problem orang miskin bukanlah bahwa mereka
dieksploitasi, melainkan bahwa mereka hampir sama sekali tidak dieksploitasi:mereka hidup
diluar ekonomi dunia. Pertumbuhan cepat dan besar-besaran ekonomi-ekonomi sedang
12. membangun dan yang sedang berintegrasi telah mengubah dunia menjadi lebih baik.
Tantangan sekarang ialah membawa mereka yang sejauh ini masih gagal untuk masuk ke
dalam jaringan baru relasi-relasi ekonomi global yang produktif dan menguntungkan.
Trauma terhadap Perdagangan
Perdagangan liberal dan sistem perdagangan dunia telah menjadi sasaran caci-maki setiap
orang yang tidak suka keadaan dunia kita. Tapi kalau kita lihat ke belakang pada tuduhan-
tuduhan yang dibahas dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa kritik-kritik itu terdiri dari
sedikit kategori. Yang pertama mengandung tuduhan dari orang yang percaya bahwa
kebangkitan negeri sedang membangun mengancam mata pencaharian warga istimewa
negeri-negeri berpenghasilan tinggi. Gugatan mereka pada umumnya, walaupun tidak
semuanya, tidak berdasar. Kelompok kedua mengandung tuduhan dari orang yang ingin
menghentikan perdagangan dimana-mana. Gagasan mereka-terutama lokalisasi-bodoh dan
berbahaya, khususnya bagi orang di negeri sedang membangun yang ingin mereka pura-pura
bantu. Kelompok ketiga mengandung tuduhan dari orang yang takut bahwa kebebasan negeri
sedang membangun mengambil tindakan akan dibatasi secara tidak pantas, khususnya dalam
hal dukungan terhadap industry bayi. Argument ini bukannya tidak bernilai, walaupun
dilebih-lebihkan. Ini adalah perkara yang harus dikaji ulang. Kelompok keempat prihatin
dengan WTO sebagai institusi. Gugatan-gugatan ini pada umumnya salah, dan kalau tidak,
dilebih-lebihkan. Tapi institusi ini tidak sempurna. Ia harus direformasi. Kelompok tuduhan
terakhir dan yang paling persuasif ialah gugatan tentang kekangan yang dipaksakan pada si
miskin, karena keadaan sangat buruk pasar komoditas dan kemunafikan menjijikkan negeri-
negeri berpenghasilan tinggi.
Dalam semua ini,tidak menyebut satu gugatan besar: kekuatan luar biasa korporasi dalam
mengelola ekonomi dunia, pemerintah, dan institusi ekonomi dunia, dan dengan demikian
merongrong demokrasi dan segala sesuatu yang baik.
Gentar terhadap Korporasi
Mungkin inti keyakinan pengkritik globalisasi ialah kekuatan dan kejahatan korporasi.
Itulah si jahat menurut mereka. Bila dilihat lebih dekat akan ditemukan bahwa korporasi
tidak lebih berkuasa daripada negeri-negeri dan tidak mendominasi dunia melalui merk
mereka. Juga jelas bahwa investasi masuk menguntungkan bagi negeri penerima, bila ada
kebijakan yang tepat, dan, terutama, bagi bekerja yang dipekerjakan korporasi itu. Banyak
13. dari mereka yang memprotes keadaan pekerja di negeri sedang membangun berbuat begitu
dengan memperbandingkannya dengan keadaan mereka sendiri yang menyenangkan, bukan
memperbandingkannya dengan altrnatifnya yang sering kali jauh lebih buruk yang dihadapi
orang miskin di dunia. Walaupun sulit bagi sebagian orang untuk percaya, ada tempat-tempat
kerja lain yang lebih buruk daripada tempat kerja yang kita sebut “pemeras buruh”. Juga
hanya sedikit, kalau ada, bukti tentang perlombaan ke nadir dalam hal regulasi, walaupun
memang ada perlombaan ke zenith dalam subsidi, yang tidak bagus. Akan baiklah kalau
suatu kesepakatan global mengenai cara mengurangi ini bisa dicapai.
Terakhir, peran korporasi dalam demokrasi memang bisa membuat orang tidak nyaman,
tapi itu tidak bisa dihilangkan. Yang terutama, janganlah hal itu dilebih-lebihkan. Gagasan
bahwa kebijakan ekonomi liberal selama dua dekade terakhir atau lebih, atau struktur dan
peraturan WTO kontemporer, adalah hasil persengkokolan kepentingan korporasi yang tidak
kenal lelah jelas salah. Gagasan jauh lebih berarti daripada kepentingan. Gagasan yang pada
dasarnya Marxis bahwa kita hidup dalam pseudodemokrasi karena kekuasaan uang dulu
salah dan sekarang juga salah. Memang benarlah untuk berhati-hati terhadap kekuatan segala
macam kepentingan khusus. Salah kalau mengira ada salah satu kelompok yang
mendominasi. Tapi pada tahap ini, setelah membahas peran korporasi dalam politik, kita
perlu membahas lebih luas tentang dampak globalisasi terhadap Negara.
Negara yang Mengenaskan
Globalisasi tidak membuat Negara mubadzir, proposisi bahwa globalisasi membuat
negara tidak lagi diperlukan bahkan lebih kurang masuk akal daripada bahwa ia membuat
negara impoten. Bahkan yang sebaliknya yang benar, berdasarkan paling tiga alasan.
Pertama, kemampuan suatu masyarakat untuk memetik manfaat dari peluang yang
ditawarkan integrasi ekonomi internasional bergantung pada kualitas barang dan jasa public,
seperti proteksi hak milik, keamanan personal, layanan pegawai negeri yang tidak korup, dan
pendidikan. Tanpa pengaturan legal, kususnya, jaringan potensial kontrak-kontrak yang
menguntungkan akan sangat terkurangi. Ini mungkin hal yang tampaknya remeh, tapi
proporsi yang sangat besar dari ekonomi dunia gagal mencapai persyaratan penting menuju
keberhasilan ini.
Kedua, Negara biasanya mendefinisikan identitas manusia. Rasa kepemilikan adalah
bagian dari rasa keamanan seseorang. Agaknya tidaklah mengherankan bahwa sebagian dari
14. ekonomi yang terintegrasi secara internasional dengan paling berhasil ialah Negara kecil,
homogen dengan rasa identitas kolektif yang kuat.
Ketiga, segala bentuk pemerintahan internasional bergantung pada kemampuan Negara-
negara individual untuk menyediakan dan menjamin ketertiban. WTO, misalnya, bukanlah
badan pembuat aturan-aturan yang berlaku dengan sendirinya. Sebaliknya, aturan itu hanya
bisa diterapkan oleh Negara berdaulat. Tulang punggung tata internasional adalah Negara
territorial, dengan monopoli kekuasaankoersif di dalam yurisdiksinya. Ruang siber tidak
secara mendasar mengubah hal ini, karena ekonomi-ekonomi ujung-ujungnya berkaitan
dengan dan diselenggarakan untuk manusia, yang punya keberadaan fisik dan,
konsekuensinya, lokasi fisik. Karena Negara-negara adalah yurisdiksi territorial, mereka
adalah tulang punggung tata global.
Implikasinya ialah bahwa, seperti halnya globalisasi tidak membuat Negara jadi impoten,
ia juga tidak membuatnya mubadzir. Sebaliknya, agar orang bisa berhasil mengeksploitasi
peluang yang disediakan oleh integrasi internasional, mereka memerlukan Negara, di kedua
ujung transaksi mereka. Iyulah sebabnya Negara gagal, Negara kacau, Negara lemah, dan
Negara korup adalah Negara-negara yang dihindari-mereka adalah lubang hitam dalam
sistem ekonomi global.
Globalisasi sebagai peluang dan tantangan. Kembali ke proposisi yang memulai bab ini,
bisa kita nyatakan bahwa tidak ada bukti Negara yang terkelola baik kehilangan kemampuan
untuk memajaki dan membuat pengeluaran pada level yang dipilihnya. Juga tidak ada alasan
bagus untuk memperkirakan kehilangan kemampuan ini. Gagasan bahwa negeri-negeri
bersaing langsung satu sama lain, seperti perusahaan, itu omong kosong. Omong kosong
karena sumber paling penting kekayaan dan keunggulan komparatif, yaitu manusia.
Integrasi adalah sebuah pilihan, dengan konsekuensi. Tapi kalau lebih susah menerapkan
kebijakan inflasioner, baguslah itu. Begitu juga, kalau pemajakan pemangsa lebih sulit
dilaksanakan, itu pun menguntungkan. Asal saja Negara tidak menyalahgunakan
kekuasaannya, ia akan terus punya keleluasaan besar untuk bermanuver. Tapi yang harus
dilakukannya ialah meyakinkan rakyatnya bahwa ia memberikan kepada mereka layanan
yang mereka inginkan. Ia harus melayani rakyatnya, bukan bertingkah laku seolah-olah ia
memiliki rakyatnya.
15. Juga Negara tidak menjadi kurang diperlukan dibandingkan sebelumnya. Kemampuan
orang untuk menarik manfaat dari peluang ekonomi sangat bergantung pada kualitas Negara
mereka. Memang, sementara ekonomi dunia berintegrasi dan pengaruh lintas batas menjadi
makin penting, pemerintahan global tampaknya akan menjadi lebih penting lagi. Tapi itu
tidak perlu berarti Negara menjadi kurang penting, melainkan harus dilihat sebagai
perwujudan kepentingan-kepentingan Negara. Sebagai focus identitas, sumber tata tertib, dan
basis pemerintahan, Negara tetap penting di era globalisasi sama seperti sebelumnya.
Ngeri terhadap Keuangan
Seperti dikatakan Professor Eichengreen, “problem krisis sudah datang lagi”. Tidak ada
seorangpun bisa puas dengan apa yang telah terjadi dengan apa yang telah terjadi dengan
ekonomi-ekonomi pasar sedang tumbuh yang sedang mencoba berintegrasi ke dalam pasar-
pasar modal dunia. Perolehannya tidak jelas dan biaya dari krisis-krisis yang ditimbulkannya
sangat besar. Mudah saja mengambil kesimpulan bahwa pelajaran sederhananya ialah:
jangan meliberalisasi. Tapi, berdasarkan sejumlah alasan, ekonomi-ekonomi pasar sedang
tumbuh harus pada akhirnya berencana berintegrasi ke dalam pasar-pasar modal global.
Dengan penekanan pada kata”pada akhirnya” dan “berencana”. Yang sudah terjadi sejauh ini
adalah serangkaian blunder pada kedua belah pihak. Begitu pula, kinerja IMF, walaupun
tidaklah separah yang diyakini banyak pengkritiknya, memang jauh dan patut dibanggakan.
Jelas kesalahannya yang terbesar adalah kegagalannya memberikan peringatan secukupnya
kepada negeri-negeri akan bahaya-bahaya yang menghadang mereka. Walaupun negeri-
negeri mungkin harus belajar dari pengalaman pahit, orang akan berharap bahwa organisasi
yang diberikan mandate untuk menasehati mereka seharusnya melakukan pekerjaan itu
dengan lebih baik.
Sekarang tantangannya adalah menolong ekonomi-ekonomi pasar sedang tumbuh
berinteraksi dengan pasar-pasar modal dunia dengan lebih berhasil. Ini bisa dilakukan. Tapi
perlu ada perubahan-perubahan. Mereka harus mengkaji ulang regulasi, hokum, dan perilaku
domestic di bidang-bidang seperti peran bank-bank, posisi institusi-institusi financial asing,
asuransi deposito dan jaminan-jaminan lain , sistem kebangkrutan, dan kebijakan-kebijakan
tinkat nilai tukar. Mereka juga harus berhati-hati bila negeri mereka melakukan peminjaman
dalam mata uang asing dalam skala besar. Ekuitas lebih aman, dan yang paling bagus adalah
investasi langsung asing. Pabrik-pabrik tdak melarikan diri. Perubahn-perubahn juga
16. dibutuhkan pada level global, terutama dalam menentukan bagaimana sector swasta harus
diperlakukan dalam krisis financial. Dunia tidak bisa menanggung rangkaian lain krisis
serupa itu. Ia harus bertindak sekarang untuk mencegahnya.
D. Membuat Dunia Menjadi Lebih Baik
Dunia macam apa yang sekarang harus didukung oleh orang yang mengerti akan
kemampuan dari kekuatan-kekuatan pasar untuk membuat kehidupan manusia lebih baik?
Apa peran yang harus dimainkan institusi-institusi internasional? Dan sampai manakah
batas-batas wajar untuk kedaulatan nasional? Semua ini bukanlah pertanyaan gampang.
Pilihan-pilihan sulitpun muncul tidak ada satu rangkaian yang benar. Saran yang paling
cocok terhidang dalam “dasa titah globalisasi”.
Pertama, ekonomi pasar adalah satu-satunya sistem yang dapat menghasilkan peningkatan
kemakmuran yang sinambung, asalkan didukung oleh demokrasi liberal yang stabil dan
setiap individu manusia diberikan kesempatan mengejar apa yang mereka inginkan dalam
hidup.
Kedua, Negara-negara individual tetap merupakan lokus perdebatan dan legitimasi
politik. Institusi-institusi supranasional memperoleh legitimasi dan otoritas mereka dan
Negara-negara yang menjadi anggota mereka.
Ketiga, demi kepentingan mereka sendiri, baik Negara-negar maupun penduduk mereka
perlu berpartisipasi dalam sistem dan institusi berbasis perjanjian internasional untuk
menciptakan barang dan jasa public global, termasuk pasar terbuka, perlindungan lingkungan
hidup, kesehatan, dan keamanan internasional.
Keempat, sistem-sistem seperti itu harus spesifik, terfokus, dan bisa diterapkan.
Kelima, WTO, walaupun sangat berhasil, sudah melenceng terlalu jauh dari fungsi-fungsi
primernya mendukung liberalisasi perdagangan.
Keenam, argument untuk sistem-sistem yang mencakup investasi dan kompetisi global
memang kuat. Tapi paling bagus menciptakan sistem-sistem yang mencakup lebih sedikit
negeri, tapi mengandung standar lebih tinggi.
Ketujuh, negeri-negeri punya kepentingan jangka panjang untuk berintegrasi kedalam
pasar-pasar financial global. Tapi mereka harus berhati-berhati dalam melakukannya, dengan
pemahaman penuh terhadap resiko-resikonya.
17. Kedelapan, karena tidak ada pemberi pinjaman upaya terakhir global, perlu diterima
adanya penghentian pembayaran dan renegosiasi utang Negari berdaulat.
Kesembilan, bantuan pembangunan resmi sama sekali tidak menjamin pembangunan yang
berhasil. Tapi jumlah yang bersedia sekarang begitu kecil, hanya diatas seperlima persen
produk domestic bruto negeri-negeri donor, sehingga lebih banyak bantuan akan lebih
bermanfaat kalau diberikan kepada negeri-negeri dengan sistem kebijakan yang lumayan
baik. Tapi bantuan tidak boleh terlalu besar sehingga ia melepaskan suatu pemerintah dari
keperluan menghimpun sebagian besar uangnya dari rakyatnya sendiri.
Kesepuluh, negeri-negeri harus belajar dari kesalahan mereka sendiri. Tapi komunitas
global juga memerlukan kemampuan dan kemauan untuk berintervensi apabila Negara-
negara gagal sama sekali.
Semua titah ini penting. Tapi dua yang pertama adalah yang paling penting. Pandangan
bahwa Negara dan pasar saling bertentangan adalah kebalikan dari kebenaran. Dunia butuh
lebih banyak globalisasi, bukan lebih sedikit. Tapi kita hanya akan punya globalisasi yang
lebih banyak dan lebih baik kalau kita punya Negara-negara yang lebih baik. Di atas
segalanya, kita harus menyadari bahwa ketidaksetaraan dan kemiskinan yang persisten
adalah konsekuensi bukan dari integrasi ekonomi dunia yang masih terbatas itu tapi
konsekuensi dari fragmentasi politik dunia. Kalau kita ingin membuat dunia kita tempat yang
lebih baik, kita harus melihat bukan pada kegagalan ekonomi pasar, tapi pada kemunafikan,
keserakahan, dan kebodohan yang begitu sering mencemarkan politika kita, baik di negeri
sedang membangun maupun sudah terbangun.
Melihat orang-orang muda kaya di barat ingin melindungi orang miskin dunia dari proses-
proses yang telah berhasil membuat mereka sangat makmur adalah pemandangan yang bikin
depresi. Begitu juga kembalinya semua klise lama antikapitalis seolah-olah keruntuhan
komunisme Soviet tidak pernah terjadi. Kita harus, dan dapat, membuat dunia tempat yang
lebih baik untuk hidup. Tapi kita hanya dapat melakukannya denganmengabaikan suara
rayuan yang mematikan ini. Masyarakat terbuk, seperti biasa, punya musuh-musuh baik di
dalam maupun di luar. Zaman kita bukanlah kekecualian. Kita berutang kepada masa depan
untuk tidak membuat mereka Berjaya.
18. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Globalisasi adalah cara pandang, cara berpikir, atau proses masuk ke ruang lingkup yang
mendunia. Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi
yang lain sehingga batas-batas suatu Negara menjadi bias.
Di dalam system ekonomi global, ekonomi nasional yang beranekaragam diserap dan
dimunculkan kembali dalam system ekonomi dunia oleh proses dan transaksi internasional.
Sebaliknya, ekonomi antar-bangsa adalah ekonomi dalam mana proses-proses yang
ditentukan di tingkat nasional masih tetap dominan, sedangkan aspek internasional
merupakan hasil dari kinerja masing-masing ekonomi nasional itu.
Pengkritik globalisasi ekonomi membuat banyak tuduhan. Tuduhan-tuduhan yang paling
penting ada lima diantaranya sudah di jelaskan di atas.
Perlunya menyelaraskan argumen yang mendukung integrasi ekonomi internasional
dengan argumen yang menyokong keuangan publik yang baik, stabilitas makroekonomi,
stabilitas finansial, pengeluaran yang cukup untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur,
dorongan untuk inovasi, dan, di atas segalanya, pemerintahan hukum.
B. Saran
Demikian makalah yang saya buat dengan segala kekurangan dan keterbatasan saya. Oleh
karena itu, saya mohon kritik dan saran yang kontruktif demi perbaikan makalah saya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.
19. DAFTAR PUSTAKA
Wolf, Martin. Globalisasi jalan menuju kesejahteraan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Hirst, Paul dan Thompson, Grahame. Globalisasi adalah mitos. Jakarta: Yasasan Obor
Indonesia, 2001.
Giddens, Anthony. Runway World: Bagaimana globalisasi merombak kehidupan kita. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.