FUNGSI DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM | Imron Fauzi | Mahasiswa INAIFAS KENCONG ...
Makalah pa ine
1. MAKALAH PAI
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
DISUSUN OLEH :
1. HENDHY RISKY PRADHANA ( 5302411023 )
2. FITRIANA RISTYATI ( 5302411137 )
3. APRILIA NUR FARADINA ( 5302411150 )
4. NUR UTAMI ( 5302411156 )
5. SULTHONUL AMIN ( 5302411161 )
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
2. BAB I : PENDAHULUAN
Al-Qur‟an merupakan sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan yang
mengajarkan manusia dengan bahasanya yang lemah lembut, balaghoh yang indah,
sehingga al-Qur‟an membawa dimensi baru terhadap pendidikan dan berusaha
mengajak para ilmuwan untuk menggali maksud kandungannya agar manusia lebih
dekat kepada-Nya.
Petunjuk pendidikan dalam al-Qur‟an tidak terhimpun dalam kesatuan
pragmen tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur‟an, sehingga untuk
menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang
memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.
Al-Qur‟an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan
yang lebih lurus (Q.S. Al-Israa: 19)
“Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukupkan
Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia,
baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk
bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik masyarakatnya
menjadi masyarakat yang berbudi tinggi dan akhlak mulia. Pada mulanya masyarakat
Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga perkataan primitif tidak cukup untuk
menggambarkannya, hingga datang Rasulullah yang membawa mereka untuk
meninggalkan kejahiliahan tersebut dan mencapai suatu bangsa yang berbudaya dan
berkepribadian yang tinggi, bermoral serta memberi pengetahuan.
Al-Qur‟an memberi petunjuk atau arah, jalan yang lurus mencapai
kebahagiaan bagi manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 16:
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari
gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus.”
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi ini di
beri kuasa oleh Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk mensucikan dan
mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151. Dalam ayat
tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain kecuali
mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dan metafisika dan
fisika.
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian dan pengajaran
tersebut adalah pengabdian kepada Allah, sejalan dengan tujuan penciptaan manusia
dalam surat Al-Dzariyat(51) ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku”
Maksudnya Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menjadikan tujuan
3. akhir atau hasil segala aktivitasnya sebagai pengabdian kepada Allah (M. Quraish
Shihab, 1994: 172).
Pada makalah ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-Qur‟an yang
akan mencoba menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep pendidikan yaitu
dalam surat Al-Baqarah ayat 31-34, surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151, dan surat
Luqman ayat 13-14
4. BAB II : ISI
A. Pengertian Konsep dan Pendidikan
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari
sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti
gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu (A.S. Hornby, A.P. Cowie
(Ed), 1974: 174)
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram
surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3)
gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan
untuk memahami hal- hal lain (Tim Penyusun, 1989: 456).
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu pimpinan
jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti
sesungguhnya (Mohamad Natsir, 1954: 87).
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU Sisdiknas no. 20 th.
2003)
Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf Qardawi
sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan
menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya,
manis pahitnya (Azyumardi Azra, 2000: 5)
Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan
Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik
terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek
didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode
tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu
disertai evaluasi sesuai ajaran Islam (Endang Saefuddin,1976: 85) Pendidikan Islam
adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang
diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad Saw (Azyumardi Azra, 1998: 5)
Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun
1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran
Islam.”(Muzayyin Arifin, 2003: 15)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pengertian
pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara umum
merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan).
Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang dipindahkan berasal dari sumber-sumber
nilai Islam yakni Al-Qur‟an, Sunah dan Ijtihad.
Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani
5. berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
muslim sesuai dengan ukuran-ukuran Islam.
B. Konsep Pendidikan Menurut Al-Qur’an
Merujuk kepada informasi al-Qur‟an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya
ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah
sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur‟an sejalan dengan
konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta‟lim dan
ta‟dib.
Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku
Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik)
berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur‟an:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik,
memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang
dan tumbuhan (Jalaluddin, 2003: 115). Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-
tarbiyah mengandung arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan,
mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi baik
yang mencakup kepada aspek jasmaniah maupun rohaniah (Samsul Nizar, 2001, 87).
Kata Rabb di dalam Al-Qur‟an diulang sebanyak 169 kali dan dihubungkan pada
obyek-obyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga sering dikaitkan dengan kata
alam, sesuatu selain Tuhan. Pengkaitan kata Rabb dengan kata alam tersebut seperti
pada surat Al-A‟raf ayat 61:
“ Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah
utusan Tuhan semesta alam.”
Pendidikan diistilahkan dengan ta‟dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” . Kata
al-ta‟dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik (Samsul Nizar, 2001: 90). Kata
ta‟dib tidak dijumpai langsung dalam al-Qur‟an, tetapi pada tingkat operasional,
pendidikan dapat dilihat pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai
pendidik agung dalam pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah
mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak (Jalaluddin,
2003: 125). Allah juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya Rasul adalah sebaik-baik
contoh teladan bagi kamu sekalian.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 21)
Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut
kepada kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua
sebagai pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk
6. kewajiban orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak,
dan memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak.
Pendidikan disebut dengan ta‟lim yang berasal dari kata „alama berkonotasi
pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan
pendidikan ta‟lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan
pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik (Jalaluddin, 2003: 133). Proses
pembelajaran ta‟lim secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur‟an ketika
penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk
berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan
langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong.
Sebagaimana tertulis dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”
“ Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta‟lim dan ta‟dib.
Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis (nilai tauhid) dan teleologis
(tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur‟an yaitu membentuk akhlak al-karimah
a. Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan pendidikan
1. Surat al-Baqarah ayat 129
“ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka
Al-Kitab (Al-Qur‟an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2. Surat al-Baqarah ayat 151
7. “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
3. Surat Luqman ayat 13
“Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
4. Surat Luqman ayat 14
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua (ibu
bapaknya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
b. Tafsir surat al-Baqarah ayat 31-34
Penjelasan dari ayat diatas, makna Dia yakni Allah mengajar Adam nama-nama
benda seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang nama-nama atau
kata-kata yang digunakan menunjuk benda-benda, atau mengajarkannya mengenal
fungsi benda-benda.
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi potensi untuk mengetahui
nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin
dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran
bahasa kepada manusia (anak-anak) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja,
tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama (yang mudah), seperti ini papa, ini
mama, itu pena, itu pensil dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang dipahami oleh
para ulama dari firman-Nya: Dia mengajar Adam nama-nama (benda)
seluruhnya.(M.Quraish Shihab, vol.1, 2002: 146)
Bagi ulama-ulama yang memahami pengajaran nama-nama kepada Adam As,
dalam arti mengajarkan kata-kata, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa
kepada beliau dipaparkan benda-benda itu, dan pada saat yang sama beliau
mendengar suara yang menyebut nama benda yang dipaparkan itu. Ada juga yang
berpendapat bahwa Allah mengilhamkan kepada Adam As nama benda itu pada saat
dipaparkannya sehingga beliau memiliki kemampuan untuk memberi kepada masing-
masing benda nama-nama yang membedakannya dari benda-benda yang lain.
Pendapat ini lebih baik dari pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata mengajar
karena mengajar tidak selalu dimaknakan menyampaikan suatu kata atau idea, tetapi
dapat juga berarti mengasah potensi yang dimilki peserta didik sehingga pada
akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.
Apapun tafsiran ayat tersebut, namun yang pasti salah satu keistimewaan manusia
adalah kemampuannya mengekspresikan apa yang terlintas dalam benaknya serta
8. kemampuannya menangkap bahasa sehingga mengantarkannya untuk mengetahui.
Kemampuan manusia merumuskan idea dan memberi nama bagi segala sesuatu
merupakan langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu
pengetahuan.(M. Quraish Shihab, vol.1,2002, 147)
Kata al-„alim terambil dari akar kata „ilm berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan
keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan semua kata yang tersusun
dari huruf „ain, lam dan mim dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan
sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Allah Swt
menamai dirinya “alim karena pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap
baginya hal-hal yang sekecil-kecilnya apapun.
Pengetahuan semua makhluk bersumber dari pengetahuan-Nya. “Allah mengetahui
apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. al-
Baqarah, 255)
Melalui informasi ayat diatas, diketahui bahwa pengetahuan yang dianugerahkan
Allah Swt kepada Adam As, atau potensi untuk mengetahui segala sesuatu dari
benda-benda dan fenomena alam merupakan bukti kewajaran Adam As menjadi
khalifah di muka bumi ini.
Kekhalifahan di bumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari Allah Swt, yang
antara lain bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki Allah menyangkut bumi
ini. Dengan demikian pengetahuan atau potensi yang dianugerahkan Allah itu
merupakan syarat sekaligus modal utama untuk mengelola bumi ini. Tanpa
pengetahuan atau pemanfaatan potensi berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan
manusia akan gagal, walau dia tekun beribadah kepada Allah Swt, serupa dengan
sujud dan ketaatan malaikat. Akhirnya, Allah Swt, bermaksud menegaskan bahwa bui
tidak dikelola semata-mata hanya dengan tasbih dan tahmid tetapi dengan amal ilmiah
dan ilmu amaliyah.
c. Tafsir surat Al-Baqarah ayat 129 dan ayat 151
Adapun surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do‟a nabi Ibrahim As supaya
Allah menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul yang
menyampaikan pokok-pokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali kepada
kesuciannya. Dan Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau
membawa petunjuk pendidikan dan pengajaran untuk dapat mereka pedomani dalam
kehidupannya.
Rasul yang domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus membacakan
kepada umatnya ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan, maupun alam
raya yang diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan al-Kitab yaitu
al-Qur‟an, atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau kebijakan dan kemahiran
melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta menampik mudharat, serta
mensucikan jiwa umatnya dari segala macam kotoran, kemunafikan, dan penyakit-
penyakit jiwa (M.Quraish Shihab,Vol.1, 2002:327)
Hal-hal yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian perurutannya.
Dimulai dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan tuntunan Allah,
yakni membacakan Al-Qur‟an, selanjutnya permohonan untuk mengajarkan makna
dan pesan-pesanya, kemudian pengetahuan yang menghasilkan kesucian jiwa, melalui
pengamalan sesuai dengan tuntunan Allah Swt (M.Quraish Shihab,Vol.1, 2002: 328)
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada ayat 151
menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah Allah dalam
9. konteks memperkenankan do‟a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka,
membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-
Hikmah, mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat tersendiri,
mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal diturunkannya al-Qur‟an
telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra‟) bahwa ilmu yang dperoleh manusia
diraih dengan dua cara, pertama melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua
anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan intuisi.(M. Quraish Shihab, vol,1,
2002, 361).
d. Tafsir surat Luqman ayat 13-14.
Dari ayat tersebut Allah menjelaskan cara menetapkan aqidah kepada anak,
bertauhid, mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu selain
Allah. Masalah tauhid dikaitkan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Allah
mengingatkan betapa penting dan dominan peran orang tua dalam menanamkan nilai-
nilai tauhid dalam diri anak-anak.
Pendidikan dalam ayat tersebut sejalan dengan konsep pendidikan tarbiyah yang
menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang bersumber dari Allah selaku
Rabb al-„Alamin. Dalam hubungan anatar manusia, tugas penyampaian nilai-nilai
ajaran itu dibebankan kepada orang tua, sedangkan para pendidik tak lebih hanyalah
sebagai tenaga professional yang mengemban tugas berdasarkan keparcayaan para
orang tua.
Secara garis besar nasehat dalam ayat tersebut berisi tentang hal-hal berikut,
(Jalaluddin, 2003: 121):
1. Masalah ketauhidan, yaitu larangan menyekutukan Allah. Walaupun seandainya
perintah menyekutukan Allah datang dari orang tua (ibu dan bapak), maka perintah
tersebut tetap harus ditolak.
2. Kewajiban anak untuk berbakti kepada ibu bapaknya dengan cara berlaku santun
dan lemah lembut.
3. Menyangkut misi utama kemanusiaan, yaitu berupa kewajiban menegakkan amar
ma‟ruf dan nahi munkar.
4. Membangun hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan
perilaku dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Pada ayat ke 14, nasehat tersebut menekankan kepada anak agar senantiasa
mengormati ibu terlebih dahulu, ini disebabkan karena ibu telah melahirkannya dengan
susah payah, kemudian memeliharanya dengan kasih sayang yang tulus ikhlas,
sehingga ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelamahan ibu yang
berbeda dengan bapak. Di sisi lain peranan bapak dalam konteks kelahiran anak lebih
ringan di banding dengan peranan ibu. (M. Quraish Shihab, vol.11, 2002, 129). Tetapi
keduanya tetaplah orang tua yang mempunyai tugas utama dalam mendidik anak
sehingga proses kedewasaan.
Para pakar ilmu pendidikan menjelaskan bahwa usaha pendidikan adalah usaha sadar
yang dilaksanakan oleh seseorang yang menghayati tujuan pendidikan. Berarti bahwa
tugas pendidikan dibebankan kepada seseorang yang lebih dewasa dan matang, yaitu
orang yang mempunyai integritas kepribadian dan kemampuan yang profesional
(Umar Shihab, 2005: 169)
10. Isi nasehat keempat diatas mengantarkan pada kejelasan makna bahwa ada patokan
fundamental tentang pendidikan dalam al-Qur‟an. Pendidikan dapat disimpulkan
sebagai suatu peristiwa komunikasi yang berlangsung dalam situasi dialogis antara
manusia untuk mencapai tujuan tertentu (Umar Shihab, 2005: 154)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan konsep pendidikan menurut Al-Qur‟an
diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya
mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik yaitu potensi
intelektual, jiwa dan jasmani harus di bina secara terpadu dalam keselarasan,
keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya.
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut al-Qur‟an
terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta‟lim dan ta‟dib. Pendidikan
dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan
pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul
menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama menyampaikan kepada
manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta‟lim merupakan proses tranfer ilmu
pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta didik. Kemudian ta‟dib
merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur‟an terangkum dalam ayat-ayat yang
berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur‟an itu sendiri seperti pada
ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151
menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan
pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat
13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua terhadap
anak.
11. DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha Enterprise,
Jakarta: 1976
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
Jakarta: Logos, Wacana Ilmu
--------, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Wacana
Ilmu, 1998
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Cowie, Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English,
London:Oxford University Press, 1974
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Bandung,
Gema Risalah Press, 1992
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003
Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Bandung, Gravenhage, 1954
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001
Redaksi Penerbit, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006
Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Qur‟an; Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum
Dalam Al-Qur‟an, Jakarta: Penamadani, 2005
12. Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jakarta:
Lentera Hati, 2002 Vol. 1
--------, Tasfir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jakarta: Lentera
Hati, 2002, vol. 11
--------, Membumikan Al-Qur‟an, Bandung, Mizan: 1994
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989